Anda di halaman 1dari 42

PANDUAN UMUM

PROGRAM DUKUNGAN PENGEMBANGAN


KAWASAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA
(PDPKAH)

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN


KEMENTERIAN PERTANIAN
2012
KATA PENGANTAR

KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

Kinerja pembangunan pertanian menunjukkan peningkatan dan


terbukti mampu berperan sebagai sektor andalan dalam pertumbuhan
ekonomi nasional. Di sisi lain sejak sepuluh tahun terakhir kontribusi
subsektor hortikultura terhadap pembangunan pertanian juga semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Keberhasilan pembangunan subsektor
hortikultura akan terus ditingkatkan melalui Program Pengembangan
Kawasan Agribisnis Hortikultura yang merupakan salah satu program
strategis Kementerian Pertanian.
Program Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura
membutuhkan dukungan inovasi teknologi, kelembagaan dan kebijakan.
Badan Litbang Pertanian sebagai penghasil inovasi berperan penting
terhadap keberhasilan Program Pengembangan Kawasan Agribisnis
Hortikultura. Dalam kaitan ini diperlukan koordinasi, integrasi, sinergi dan
sinkronisasi dari seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) terkait.
Panduan Umum Program Dukungan Pengembangan Kawasan
Agribisnis Hortikultura ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan
pemangku kepentingan dalam melaksanakan program tersebut.
Keterkaitan antar fungsi yang menjadi mandat tiap institusi sangat
menentukan keberhasilan pelaksanaan dukungan inovasi dalam
penerapan Program Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura.
Penghargaan dan ucapan terima kasih disampaikan kepada nara
sumber yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Panduan Umum ini.
Saran dan kritik bagi penyempurnaan Panduan Umum ini sangat kami
hargai.
Jakarta, Januari 2012
Kepala Badan,

Dr. Haryono

Panduan Umum Program Dukungan


Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH) i
KATA PENGANTAR

KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


HORTIKULTURA

Panduan Umum Program Dukungan Pengembangan Kawasan


Agribisnis Hortikultura (PDPKAH) merupakan penjelasan umum yang
disusun sebagai acuan bagi pelaksana kegiatan dukungan pengembangan
kawasan agribisnis hortikultura di lingkup Badan Litbang Pertanian dan
instansi pendukung terkait lainnya. Materi Panduan Umum meliputi
Program Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura, Program
Dukungan Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura dan
Implementasi Program Dukungan. Panduan Umum ini berfungsi sebagai
garis besar pedoman yang akan dijabarkan dalam bentuk Petunjuk
Pelaksanaan (Juklak) sesuai kebutuhan.
Puslitbang Hortikultura berperan dalam melakukan koordinasi dan
sinkronisasi secara proaktif dengan Ditjen Hortikultura dan unit kerja
lingkup Badan Litbang Pertanian yang terkait untuk memberikan dukungan
inovasi terhadap pengembangan kawasan agribisnis hortikultura.
Koordinasi sangat diperlukan untuk mengharmonisasikan keterlibatan
institusi di lapangan. Dengan demikian diperoleh sinergi kinerja yang
positif untuk mempercepat tercapainya target yang ditetapkan.
Semoga Panduan Umum ini dapat bermanfaat dalam menunjang
keberhasilan pelaksanaan kegiatan Program Pengembangan Kawasan
Agribisnis Hortikultura sesuai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Jakarta, Januari 2012


Kepala Pusat,

Dr. Ir. Yusdar Hilman, MS

Panduan Umum Program Dukungan


ii Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi

I. PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2. Tujuan .................................................................................. 2
1.3. Keluaran ............................................................................... 2
1.4. Manfaat ................................................................................ 2
1.5. Indikator Kinerja .................................................................. 3
1.6. Ruang Lingkup ...................................................................... 3
1.7. Dasar Hukum ........................................................................ 4
1.8. Pengertian dan Definisi ........................................................ 6

II. PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGRIBISNIS


HORTIKULTURA............................................................................... 9
2.1. Pengertian Dasar .................................................................. 9
2.2. Perkembangan Kawasan Hortikultura ................................. 11

III. PROGRAM DUKUNGAN PENGEMBANGAN KAWASAN


AGRIBISNIS HORTIKULTURA............................................................ 14
3.1. Dukungan Teknologi dalam Pengembangan Kawasan
Agribisnis Hortikultura ......................................................... 14
3.2. Pengembangan Teknologi Inovatif Melalui Kemitraan ...... 18
3.3. Pemilahan Inovasi dalam Kemitraan .................................... 20
3.4. Rencana Implementasi Dukungan Inovasi ........................... 22
3.5. Cakupan Komoditas dalam Program Dukungan Inovasi
Hortikultura ......................................................................... 25
3.6. Deliniasi Tugas dan Koordinasi Antar Lembaga Pemerintah 25

Panduan Umum Program Dukungan


Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH) iii
IV. IMPLEMENTASI PROGRAM DUKUNGAN PENGEMBANGAN
KAWASAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA.......................................... 28
4.1. Persiapan .............................................................................. 28
4.2. Pelaksanaan ......................................................................... 29
4.3. Monitoring ........................................................................... 30
4.4. Pelaporan ............................................................................. 31

V. PENUTUP......................................................................................... 35

Panduan Umum Program Dukungan


iv Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH)
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Alur Diseminasi Teknologi di Dalam Kawasan Hortikultura... 16

Gambar 2. Hubungan Kelembagaan di Dalam Pengembangan


Kawasan Hortikultura ............................................................. 19

Gambar 3. Alur Proses Implementasi Kegiatan Dukungan PKAH............. 33

Panduan Umum Program Dukungan


Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH) v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Road Map Tujuan Pengembangan Kawasan Agribisnis


Hortikultura.................................................................................. 32

Panduan Umum Program Dukungan


vi Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH)
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Subsektor hortikultura menempati posisi strategis di dalam


pembangunan sektor pertanian. Kontribusi subsektor hortikultura
terhadap pembangunan sektor pertanian dari tahun ke tahun
cenderung meningkat yang ditandai dengan peningkatan beberapa
indikator makro, seperti Produk Domestik Bruto (PDB), volume
ekspor, penyerapan tenaga kerja, dan nilai tukar petani (NTP). Tahun
2008 subsektor hortikultura menyumbang sekitar 18,55% dari total
PDB sektor pertanian. Jumlah tenaga kerja yang terlibat di dalam
subsektor hortikultura sekitar 8,4 juta rumah tangga. Jumlah ini
meningkat sebesar 76,69% dibandingkan dengan hasil Survei
Pertanian tahun 1993, yaitu sebesar 4,7 juta rumah tangga. Di bidang
produksi hortikultura, penyerapan tenaga kerja meningkat sekitar 5
35 % per tahun. Nilai tukar petani (NTP) hortikultura meningkat dari
103,36 pada tahun 2009 menjadi 106,97 pada tahun 2010. Kontribusi
ekspor buah-buahan Indonesia ke pasar internasional meningkat
menjadi 0,8% (BPS 2010).

Pengembangan subsektor hortikultura memerlukan dukungan


penerapan inovasi untuk meningkatkan daya saing global. Badan
Litbang Pertanian melalui UPT-UPT di bawah koordinasi Puslitbang
Hortikultura (buah, sayuran, dan tanaman hias), dan Puslitbang
Perkebunan (biofarmaka) telah menghasilkan berbagai inovasi unggul
yang bermanfaat dalam pengembangan subsektor hortikultura di
dalam negeri. Inovasi tersebut perlu dikembangkan secara luas agar
memberi dampak nyata terhadap kinerja subsektor hortikultura.
Sehubungan dengan hal tersebut, Badan Litbang Pertanian
menetapkan program akselerasi alih teknologi hortikultura yang
dilaksanakan untuk mendukung program Pengembangan Kawasan
Agribisnis Hortikultura (PKAH) yang menjadi program unggulan Ditjen
Hortikultura.

Panduan Umum Program Dukungan


Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH) 1
PKAH merupakan salah satu implementasi program
pengembangan komoditas unggulan Kementerian Pertanian. Badan
Litbang Pertanian mendukung pelaksanaan program tersebut melalui
pengembangan inovasi sesuai kebutuhan. Pemberian dukungan
inovasi ke dalam program tersebut perlu dirumuskan dalam suatu
panduan umum yang menjadi acuan bagi seluruh Unit Kerja (UK) dan
Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang terlibat. Pengembangan inovasi ke
dalam PKAH menggunakan model integrasi inovasi ke dalam sistem
agribisnis hortikultura yang diharapkan berdampak luas terhadap
peningkatan daya saing, nilai tambah dan kesejahteraan petani.
Model integrasi inovasi ke dalam sistem agribisnis hortikultura
memerlukan keterlibatan instansi terkait, sehingga dibutuhkan
koordinasi, sinkronisasi dan harmonisasi di dalam implementasinya.

1.2 Tujuan

Tujuan penyusunan Panduan Umum Program Dukungan


Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH) ialah
memberikan acuan umum pelaksanaan dukungan inovasi hortikultura
ke dalam Program PKAH.

1.3 Keluaran

Keluaran yang diharapkan dari panduan umum ini ialah


tersedianya acuan pelaksanaan dukungan teknologi inovatif dalam
Program PKAH.

1.4 Manfaat

Manfaat Panduan Umum Program Dukungan Pengembangan


Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH) ialah :

a) Terbangunnya keselarasan persepsi para pihak terkait terhadap


dukungan inovasi dalam program PKAH;
b) Terbangunnya komitmen untuk bersinergi dan berinteraksi dalam
melaksanakan dukungan inovasi dalam program PKAH;

Panduan Umum Program Dukungan


2 Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH)
c) Terlaksananya kegiatan dukungan inovasi dalam program PKAH
dalam bentuk model integrasi inovasi dalam sistem agribisnis
industrial hortikultura.

1.5 Indikator Kinerja

Indikator kinerja PDPKAH ialah :

a) Dipahaminya prinsip dasar dan mekanisme kerja program


dukungan inovasi dalam PKAH oleh Unit Kerja dan UPT lingkup
Badan Litbang Pertanian.
b) Tersusunnya rancang bangun pilot model integrasi inovasi dalam
sistem agribisnis industrial hortikultura yang berbasis sumberdaya
lokal dan berdaya saing.
c) Terlaksananya rancang bangun pilot model integrasi inovasi dalam
sistem agribisnis industrial hortikultura yang berbasis sumberdaya
lokal dan berdaya saing.
d) Diadopsinya inovasi sebagai komponen utama peningkatan daya
saing dalam PKAH.
e) Terbangunnya komitmen kerja antar lembaga secara sinergis dan
harmonis dalam pelaksanaan program dukungan inovasi.

1.6 Ruang Lingkup

Ruang lingkup kerja PDPKAH ialah :

a) Menyediakan dan mendiseminasikan inovasi, mendorong inisiasi


dan pengembangan kelembagaan, serta memberikan
rekomendasi kebijakan untuk mendukung berkembangnya
kawasan agribisnis industrial hortikultura berbasis inovasi;
b) Membangun pilot model pengembangan inovasi sebagai embrio
terwujudnya sistem agribisnis industrial hortikultura yang berbasis
sumberdaya lokal dan berdaya saing;
c) Mengkoordinasikan keterlibatan instansi terkait di sektor hulu dan
hilir untuk memperkuat kerja sama pengembangan inovasi di
dalam kawasan agribisnis hortikultura.

Panduan Umum Program Dukungan


Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH) 3
1.7 Dasar Hukum

Dasar hukum Padum PDPKAH ialah :

1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional


Penelitian, Pengembangan dan Teknologi (Lembaran Negara
Tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4219);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4378);
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4377);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran NegaraNomor 4437);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4724);
6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4725);
7. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 93,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4866);
8. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Berkelanjutan (Lembaran Negara Tahun 2009
Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5068);
9. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura
(Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 132, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5170);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 tentang
Perlindungan Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor
12,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3586);

Panduan Umum Program Dukungan


4 Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH)
11. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan
dan Organisasi Kementerian Negara jis Peraturan Presiden
Nomor 91 Tahun 2011 (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor
141);
12. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,
Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi,
Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara juncto Peraturan
Presiden Nomor 92 Tahun 2011 (Lembaran Negara Tahun 2011
Nomor 142)
13. Keputusan Presiden Nomor 42 tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4214) sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 tentang Pedoman
Pembayaran dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 92,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4418);
14. Keputusan Presiden Nomor 157/M Tahun 2010 tentang
Pengangkatan Pejabat Eselon I di Lingkungan Kementerian
Pertanian;
15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 47/Permentan/OT.140
/10/2006 tentang Pedoman Umum Budidaya Pertanian Pada
Lahan Pegunungan;
16. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41/Permentan/OT.140
/9/2009 tentang Kriteria Kawasan Peruntukan Pertanian;
17. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/OT.140
/10/2009 tentang Pedoman Budidaya Buah dan Sayuran yang
Baik;
18. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140
/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pertanian;
19. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 06/Permentan/OT.140
/2/2012 tentang Pedoman Kerja Sama Penelitian dan
Pengembangan;
20. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006
tentang Jenis Komoditi Tanaman Binaan Direktorat Jenderal

Panduan Umum Program Dukungan


Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH) 5
Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan
Direktorat Jenderal Hortikultura.

1.8 Pengertian dan Definisi

Istilah/pengertian dan definisi yang digunakan dalam PDPKAH ialah :

1) Aglomerasi adalah pengelompokan jenis usaha tertentu


sehingga membentuk suatu kawasan khusus.
2) Benih tanaman yang selanjutnya disebut benih adalah tanaman
atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau
mengembangbiakkan tanaman.
3) Champion Hortikultura adalah para pelopor usaha dalam
bidang hortikultura yang memiliki keterkaitan fungsi dengan
segmen rantai pasok.
4) Konektivitas adalah hubungan antar wilayah yang saling
melengkapi membentuk satu kesatuan kawasan.
5) Good Agricultural Practices (GAP) adalah norma budidaya
tanaman hortikultura sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar
dan tepat.
6) Intensifikasi kebun adalah upaya untuk meningkatkan
produktivitas tanaman melalui penerapan input dan teknologi
produksi secara intensif.
7) Interdependensi adalah ketergantungan antar segmen usaha di
dalam dan antar wilayah sehingga membentuk suatu kesatuan
unit usaha bersama yang saling menguntungkan.
8) Kebun/lahan usaha adalah tempat membudidayakan tanaman
hortikultura dengan sistem pengelolaan tertentu.
9) Kemitraan adalah kerja sama antar pihak terkait yang saling
mendukung dan saling melengkapi melalui kesepakatan tertentu.
10) Kawasan Agribisnis Hortikultura adalah suatu ruang geografis
yang didelineasi oleh ekosistem dan disatukan oleh fasilitas

Panduan Umum Program Dukungan


6 Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH)
infrastruktur yang sama sehingga membentuk kawasan yang
berisi berbagai kegiatan usaha berbasis hortikutura termasuk
penyediaan sarana produksi, budidaya, penanganan dan
pengolahan pascapanen, pemasaran, serta berbagai kegiatan
pendukungnya.
11) Komunal adalah hal-hal yang terkait dengan peran, fungsi dan
keberadaan komunitas.
12) Nilai Tukar Petani (NTP) adalah indeks kemampuan daya beli
petani dalam membiayai kebutuhan hidup rumah tangga yang
merupakan rasio antara harga tertimbang setiap komoditas yang
diterima petani dengan harga tertimbang konsumsi makanan,
konsumsi non-makanan, biaya produksi dan penambahan barang
modal yang dibayar petani.
13) Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah semua
organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau
menyebabkan kematian tumbuhan.
14) Pelaku usaha adalah petani, kelompok tani, gabungan kelompok
tani, asosiasi, atau badan usaha yang bergerak di bidang
budidaya hortikultura.
15) Peremajaan Kebun adalah penggantian tanaman yang tidak
produktif dengan tanaman baru secara keseluruhan atau
bertahap.
16) Perlindungan tanaman adalah upaya untuk mencegah kerugian
pada budidaya tanaman yang diakibatkan oleh Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT).
17) Pewilayahan komoditas adalah penentuan wilayah yang
diperuntukkan bagi pengembangan suatu komoditas
berdasarkan kesesuaian tanah dan agroklimat, sosio ekonomi
dan pemasaran serta persediaan prasarana, sarana dan
teknologinya.
18) Standard Operating Procedure (SOP) adalah uraian langkah-
langkah operasional standar dari kegiatan tertentu.

Panduan Umum Program Dukungan


Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH) 7
19) Registrasi kebun/lahan usaha adalah proses penomoran atau
pengkodean kebun/lahan usaha yang telah memenuhi
persyaratan penerapan GAP.
20) Spillover technology adalah pemanfaatan teknologi di luar suatu
kawasan target/lokasi utama.
21) Supply Chain Management (SCM) adalah pengelolaan siklus
lengkap produksi, mulai dari kegiatan di setiap mata rantai
aktivitas produksi sampai siap untuk digunakan oleh
pemakai/user.
22) Tanaman buah adalah tanaman budidaya yang terdiri atas
tanaman buah pohon, tanaman buah merambat dan semusim,
tanaman buah terna, dan tanaman buah perdu.
23) Tanaman hias mencakup semua tumbuhan, baik berbentuk
terna, merambat, semak, perdu, ataupun pohon, yang sengaja
ditanam orang sebagai komponen taman, kebun rumah,
penghias ruangan, upacara, komponen riasan/busana, atau
sebagai komponen karangan bunga.
24) Tanaman sayuran adalah tanaman budidaya yang terdiri atas
tanaman sayuran buah, tanaman sayuran daun, tanaman
sayuran umbi, dan jamur.
25) Unit Kerja (UK) adalah satuan organisasi di lingkungan Badan
Litbang Pertanian yang meliputi Pusat, Puslit, dan Puslitbang.
26) Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah satuan organisasi penelitian
dan pengembangan pertanian yang melaksanakan tugas teknis
dan atau tugas teknis operasional penunjang, meliputi balai
besar, balai dan loka penelitian dan/atau pengembangan
dan/atau pengkajian.

Panduan Umum Program Dukungan


8 Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH)
II. PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA

2.1 Pengertian Dasar

Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 2010 tentang


Hortikultura bahwa Kawasan hortikultura adalah hamparan sebaran
usaha hortikultura yang disatukan oleh faktor pengikat tertentu, baik
faktor alamiah, sosial budaya, maupun faktor infrastruktur fisik
buatan. Definisi tersebut dijabarkan lebih lanjut oleh Ditjen
Hortikultura sebagai berikut : kawasan agribisnis hortikultura ialah
suatu ruang geografis yang mempunyai keserupaan ekosistem dan
disatukan oleh fasilitas infrastruktur yang sama sehingga membentuk
kawasan yang berisi berbagai kegiatan usaha berbasis hortikultura
termasuk penyediaan sarana produksi, budidaya, penanganan dan
pengolahan pasca panen, pemasaran, serta berbagai kegiatan
pendukungnya.

Konsep kawasan merupakan pendekatan yang paling sesuai


dalam pembangunan ekonomi daerah. Saat ini pembangunan
kawasan semakin luas diterapkan di berbagai negara yang sedang
berkembang mengingat pembangunan kawasan mampu
meningkatkan kinerja ekonomi daerah dalam rangka membangun
kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan sumber daya secara
berkelanjutan. Kebijakan pengembangan ekonomi kawasan
menggunakan konsep ekonomi pertumbuhan yang mengimplemen-
tasikan hubungan komunal, kegiatan ekonomi dan lingkungan secara
harmonis.

Alasan yang mendasari pembentukan kawasan ialah: (a)


penghimpunan pasar tenaga kerja yang terampil dan terspesialisasi
secara sektoral dan geografis, (b) pemusatan dukungan input dan
jasa-jasa, dan (c) difusi teknologi yang efektif. Sementara itu kawasan
memiliki ciri : (a) komunalitas, keserupaan, kebersamaan, dan
kesatuan, ialah bahwa berbagai bisnis beroperasi dalam bidang yang
serupa dan terkait satu dengan lainnya untuk pengembangan
pemasaran bersama, (b) konsentrasi, ialah bahwa terdapat

Panduan Umum Program Dukungan


Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH) 9
pengelompokan berbagai bisnis yang saling berinteraksi, dan (c)
konektivitas, ialah bahwa terdapat organisasi yang saling terkait
(interconnected/linked/interdependent organizations) dengan
beragam jenis hubungan yang berbeda. Pengembangan kawasan
agribisnis hortikultura memerlukan pendekatan kerangka kerja yang
bersifat holistik. Salah satu pendekatan holistik yang relevan untuk
digunakan sebagai kerangka kerja pengembangan kawasan yaitu
pendekatan rantai nilai (value chain) seperti yang diuraikan pada
bagian sebelumnya.

Justifikasi utama penggunaan kerangka kerja rantai nilai di dalam


kawasan ialah probabilitas pencapaian sasaran yang efektif dan
efisien di dalam skema kerja sama yang melibatkan berbagai
kelompok usaha yang berbeda. Urgensi penerapan rantai nilai
kawasan ialah : (a) semakin jelasnya pembagian dan spesialisasi baik
tenaga kerja (division of labor) maupun komponen-komponen
produksi, serta semakin berkembangnya kebersaingan sistemik
(sistemic competitiveness) (b) meningkatnya efisiensi produksi, dan
(c) peningkatan kemampuan penetrasi ke dalam pasar global yang
memungkinkan dicapainya pertumbuhan pendapatan yang
berkelanjutan.

Rantai nilai kawasan memiliki potensi untuk memperluas pasar


dengan memberikan insentif bagi investor swasta untuk melakukan
investasi jangka panjang di bidang agro-prosesing dan agribisnis.
Pendekatan ini juga memberikan kesempatan bagi pemerintah untuk
memecahkan secara simultan kendala-kendala kelembagaan dan
lainnya yang menghambat perkembangan investasi serta
perdagangan di dalam dan antar kawasan. Keunggulan kompetitif
serta potensi perdagangan antar kawasan dapat diwujudkan melalui
penanganan optimal skala ekonomis (pada semua mata rantai
komoditas), koordinasi vertikal (antar fase-fase rantai komoditas
yang berbeda), dan diversifikasi komplementer maupun spesialisasi
(antar kawasan dan antar sub-kawasan).

Panduan Umum Program Dukungan


10 Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH)
2.2 Perkembangan Kawasan Hortikultura

Mulai tahun 2007, Ditjen Hortikultura memperkenalkan dan


melaksanakan pembangunan hortikultura melalui pendekatan
Kawasan Agribisnis Hortikultura (KAH), yang dirancang berdasarkan
kesesuaian potensi daerah dan bersifat multi komoditas,
memperhatikan kesesuaian dan kelayakan agro-ekosistem,
keterkaitan antar wilayah pengembangan, kesamaan infrastruktur
ekonomi, serta berorientasi pada peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat. Pendekatan KAH merupakan suatu
terobosan dan perubahan paradigma dalam pembangunan
hortikultura dengan memperhatikan kepentingan pelaku usaha dan
petani, serta dukungan dari berbagai institusi, sehingga hasilnya lebih
optimal, menguntungkan dan berkelanjutan. Sebenarnya konsep
pengembangan kawasan telah diinisiasi para pemangku kebijakan
periode sebelumnya, tetapi pada saat itu konsep kawasan dipahami
sebagai upaya membangun jaringan kerja sama antar pelaku dalam
gabungan wilayah yang memiliki kondisi agroklimat yang sama,
misalnya program kerjasama wilayah KAHS dan JABALSUKANUSA.

Penanganan komoditas hortikultura di dalam kawasan umumnya


belum optimal. Padahal potensi bisnis di dalam kawasan tersebut
cukup besar. Indikasi itu dapat dilihat dari jumlah komoditas yang
telah mencapai 323 varietas, terdiri dari 80 varietas sayuran, 60
varietas buah, 117 tanaman hias, dan 66 varietas tanaman
biofarmaka. Volume ekspor komoditas hortikultura banyak berasal
dari tanaman buah, seperti nenas, manggis, dan pisang, serta
sayuran, seperti cabai, kacang panjang, buncis, kangkung sangat
potensial untuk keperluan ekspor. Peningkatan ekspor juga terjadi
pada berbagai spesies tanaman hias.

Pencanangan program pengembangan kawasan agribisnis


berdampak terhadap pembangunan komoditas hortikultura di tanah
air. Pada tahun 2008, anggaran APBN dialokasikan untuk
pembangunan komoditas unggulan daerah mencakup 29 komoditas
yang tersebar di 90 kabupaten dalam bentuk PMUK, terdiri atas duku

Panduan Umum Program Dukungan


Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH) 11
(3 kabupaten), semangka (2 kabupaten), nenas (1 kabupaten), salak
(3 kabupaten), melon (4 kabupaten), sirsak (2 kabupaten), apel (1
kabupaten), anggur (3 kabupaten), rambutan (5 kabupaten), markisa
(3 kabupaten), jambu (1 kabupaten), bawang putih (2 kabupaten),
kubis (2 kabupaten), jamur (2 kabupaten), paprika (3 kabupaten),
tomat (1 kabupaten), sayuran organik (7 kabupaten), sayuran
dataran rendah (5 kabupaten), tanaman hias meliputi: krisan,
cordyline, dracaena, melati, sansiviera, polycias, raphis, sedap malam
(36 kabupaten), lidah buaya (1 kabupaten), dan biofarmaka (3
kabupaten). Saat ini telah teridentifikasi 66 KAH potensial di berbagai
daerah, dan dari jumlah tersebut sebanyak 36 kawasan akan dijadikan
sebagai prioritas dalam perencanaan pembangunan hortikultura pada
jangka menengah dan jangka panjang.

Sosialisasi dan penerapan GAP telah dilakukan berkaitan dengan


pengembangan kawasan hortikultura. Kegiatan tersebut terdiri atas
penerapan GAP sayuran sebanyak 15 kali dilaksanakan di 15 propinsi
yang mencakup 210 kelompok, GAP/SOP tanaman hias dilaksanakan
di 74 lokasi di 21 provinsi serta GAP/SOP tanaman buah dilaksanakan
10 kali di 9 kabupaten. Dukungan pengembangan kawasan
hortikultura juga diberikan dalam bentuk penataan area produksi.
Registrasi kebun buah dilaksanakan di 699 kebun untuk 22 komoditas
yang tersebar di 25 kabupaten/kota. Program tersebut merupakan
tindak lanjut Peraturan Menteri Pertanian No 61/Permentan/OT.160
/11/2006 tanggal 26 Nopember 2006 tentang GAP Buah.

Seiring dengan pengembangan kawasan, intensitas kegiatan


usaha hortikultura meningkat dari waktu ke waktu yang diinisiasi
melalui pola kemitraan. Kemitraan usaha telah terbentuk di daerah,
yang terdiri atas 42 kemitraan tanaman sayuran dengan 131
kelompok tani, kemitraan tanaman hias terdiri atas 24 kelompok tani
dengan 5 perusahaan serta kemitraan tanaman buah sebanyak 172
kelompok tani dengan 24 perusahaan.

Salah satu kegiatan usaha di dalam kawasan ialah penataan


rantai pasokan yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir ini.

Panduan Umum Program Dukungan


12 Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH)
Pembinaan champion (pelopor usaha hortikultura) dibutuhkan untuk
menggerakkan kelembagaan tani dan meningkatkan posisi tawar
petani. Pada tahun 2008 para champion yang telah terinventarisir
terdiri atas pelaku usaha tanaman sayuran dan biofarmaka sebanyak
214 orang dan tanaman buah sebanyak 36 orang serta tanaman hias
sebanyak 13 orang.

Jenis komoditas yang dikembangkan di dalam kawasan


hortikultura meliputi :
Tanaman buah : mangga, manggis, jeruk, dan pisang;
Tanaman sayuran : cabe, kentang, paprika, jamur, dan bawang
merah;
Tanaman hias: anggrek, bunga potong, krisan, dan leather leaf;

Panduan Umum Program Dukungan


Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH) 13
III. PROGRAM DUKUNGAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGRIBISNIS
HORTIKULTURA

Penerapan teknologi inovatif secara massal dan berkelanjutan


dalam pembangunan kawasan hortikultura diperlukan untuk menjamin
peningkatan produksi, kualitas hasil, kontinuitas pasokan, nilai tambah,
dan daya saing komoditas hortikultura. Strategi diseminasi yang efisien
dan efektif merupakan komponen penting untuk menjamin akselerasi
adopsi teknologi inovatif di dalam kawasan.

3.1. Dukungan Teknologi dalam Pengembangan Kawasan Agribisnis


Hortikultura

Inovasi teknologi yang dihasilkan litbang hortikultura harus


memiliki nilai tambah komersial dan ilmiah sesuai kebutuhan para
pelaku agribisnis di dalam negeri. Di samping itu, pembentukan
daya inovasi dan akselerasi adopsi teknologi diperlukan untuk
menghasilkan produk-produk berdaya saing tinggi. Keduanya harus
didukung oleh harmonisasi dan sinkronisasi antar instansi terkait
dari awal pengadaan teknologi sampai dengan adopsi teknologi.
Hasil penelitian perlu dikaji secara objektif sebelum dikembangkan
secara luas kepada pengguna teknologi di daerah.

Pengkajian teknologi dimaksudkan untuk memperoleh inovasi


dengan menerapkan komponen teknologi pada kondisi
agroekosistem spesifik. Modifikasi teknologi sesuai dengan kondisi
sosial ekonomi setempat perlu dilakukan dalam rangka
meningkatkan daya guna teknologi yang akan dikembangkan.
Teknologi yang lolos dari proses pengkajian selanjutnya
dikembangkan dengan melibatkan Direktorat Jenderal Hortikultura
dan Dinas Pertanian di daerah. Oleh karena proses pengembangan
teknologi tersebut melibatkan sejumlah instansi yang terkait, maka
diperlukan harmonisasi dan sinkronisasi untuk mendukung optimasi
kinerja secara keseluruhan. Alur diseminasi teknologi hortikultura
dapat dilihat dalam Gambar 1.

Panduan Umum Program Dukungan


14 Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH)
Dukungan penyediaan teknologi bagi pengembangan
hortikultura sangat penting dalam rangka peningkatan daya saing
produk hortikultura. Di dalam memberikan dukungan teknologi
perlu memperhatikan beberapa aspek, di antaranya jenis teknologi
yang akan dikembangkan, kondisi biofisik, sosial budaya, komunitas
pengguna, sinergisme instansi yang terlibat, dan metode
penyampaian (delivery system) teknologi. Informasi semua aspek
tersebut perlu diketahui dan dirumuskan secara mendalam guna
penyusunan strategi dan rencana diseminasi teknologi di lapangan.
Dengan perencanaan yang sistematis, maka proses diseminasi dapat
dilakukan secara efektif dan adopsi teknologi dapat berjalan dengan
cepat. Informasi kondisi biofisik diperlukan untuk mengetahui
kespesifikan lahan dan agroklimat di lokasi yang menjadi target
pengembangan teknologi. Demikian pula informasi tentang sosial
budaya sangat dibutuhkan untuk menentukan strategi penyampaian
teknologi yang tepat sesuai kebiasaan dan norma yang berlaku di
dalam komunitas target. Sementara informasi tentang aspek
sinergisme kelembagaan diperlukan untuk mengefektifkan dan
mengefisienkan proses penyampaian teknologi sesuai tupoksi
masing-masing instansi melalui pemanfaatan sumberdaya yang
tersedia.

Panduan Umum Program Dukungan


Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH) 15
Gambar 1. Alur Diseminasi Teknologi di dalam Kawasan
Hortikultura

Sejauh ini pengguna teknologi dapat diklasifikasi menjadi tiga


kelompok, yaitu Pemerintah Daerah (cq. Dinas Pertanian atau dinas
teknis terkait lainnya), perusahaan swasta dan kelompok tani. Untuk
mengefektifkan proses alih teknologi diperlukan pola kerja sama
yang mengikat. Salah satu pola kerja sama yang dapat
dikembangkan ialah melalui pembentukan kemitraan alih teknologi.
Berdasarkan berbagai kajian di lapangan diketahui bahwa
penerapan pola kemitraan terbukti dapat memberikan hasil yang
sangat memuaskan dalam proses alih teknologi.

Gambar 1 menjelaskan, bahwa di dalam memberikan


dukungan inovasi, Badan Litbang Pertanian melakukan koordinasi
dengan Ditjen Hortikultura. Koordinasi difokuskan pada identifikasi

Panduan Umum Program Dukungan


16 Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH)
kebutuhan jenis teknologi, lokasi pengembangan, komoditas
unggulan, pemberdayaan kelompok tani dan komitmen kontribusi
Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota. Hasil koordinasi
tersebut, selanjutnya ditindaklanjuti dengan penyediaan inovasi
oleh tiap Unit Kerja (UK) lingkup Badan Litbang Pertanian.
Puslitbang Hortikultura sebagai Unit Kerja yang memiliki mandat
penelitian dan pengembangan hortikultura berperan sebagai
koordinator dalam menetapkan langkah-langkah operasional
penyediaan dukungan inovasi dengan melibatkan UPT di bawahnya.
Langkah operasional yang terkait dengan bidang tugas Unit Kerja
lain dilakukan melalui koordinasi horisontal secara intensif sehingga
diperoleh dukungan kongkrit yang diperlukan, termasuk jenis
inovasi dan sistem pengembangannya.

UPT lingkup Puslitbang Hortikultura bersama BPTP


menindaklanjuti program dukungan inovasi dengan menyusun
rancang bangun model pengembangan inovasi. Model tersebut
diharapkan menjadi embrio pengembangan kawasan agribisnis
berbasis inovasi pada skala industri. Rancang bangun selanjutnya
disosialisasikan kepada Dinas Pertanian dan lembaga terkait lainnya
sebelum diimplementasikan di lapangan. Di dalam rancang bangun
diuraikan tentang rumusan jenis inovasi, pola diseminasi,
pengembangan inovasi skala industri, integrasi inovasi ke dalam
sistem agribisnis, inisiasi kelembagaan, dan pembinaan
implementasi model secara berkelanjutan. Implementasi model
pengembangan inovasi dilakukan di dalam kawasan hortikultura
bersama instansi terkait di Pusat dan Daerah. Partisipasi intansi lain
dilakukan melalui kerjasama kemitraan yang dituangkan dalam
bentuk perjanjian kesepakatan kerja sama.

Panduan Umum Program Dukungan


Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH) 17
3.2. Pengembangan Teknologi Inovatif Melalui Kemitraan

Pola pengembangan teknologi inovatif hortikultura pada


umumnya dilakukan melalui introduksi langsung kepada pengguna.
Salah satu kelemahannya ialah tidak adanya kewajiban yang
mengikat dari para pihak untuk menjaga kesinambungan adopsi
teknologi. Oleh karena itu, pengembangan teknologi inovatif
hortikultura pada masa mendatang perlu dibangun melalui
kemitraan. Penerapan pola kemitraan memiliki beberapa
keuntungan, yaitu adanya deliniasi peran masing-masing pihak
yang terlibat, pemanfaatan sumberdaya secara terpadu, dan
keterikatan komitmen secara adil dan berimbang.

Kemitraan dapat dilakukan dengan komunitas target yang


mencakup pemerintah daerah, perusahaan swasta dan
gapoktan/poktan. Kemitraan tersebut dituangkan dalam Naskah
Perjanjian Kerjasama Penelitian dan Pengembangan Hortikultura
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Di dalam program kemitraan
tersebut, Puslitbang Hortikultura berperan sebagai koordinator
dalam memobilisasi dan mengkoordinasikan unit kerja lainnya pada
lingkup Badan Litbang Pertanian untuk penyediaan informasi dan
teknologi yang terkait dengan pengembangan hortikultura, seperti
kesesuaian lahan dan agroklimat, teknologi pasca panen, produk
bioteknologi, mesin dan alat pertanian, informasi sosial ekonomi,
demografi, serta komunikasi.

Ruang lingkup kerjasama di dalam pengembangan kawasan


hortikultura sangat luas sejalan dengan meningkatnya kompleksitas
permasalahan di lapangan, mencakup pengembangan (1) infra
struktur, (2) industri hulu (benih, pupuk, pestisida, media, dan
pembiayaan), industri on farm (kegiatan budidaya, sertifikasi
kebun), (3) industri off farm (sertifikasi mutu, grading, sortasi,
pengemasan, dan transportasi), serta (4) bidang pendukung
(karantina, perizinan, dan pelatihan). Setiap bidang kerjasama
tersebut menyangkut tugas pokok instansi pemerintah di pusat dan
daerah, lembaga penelitian, perguruan tinggi, asosiasi pengusaha,

Panduan Umum Program Dukungan


18 Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH)
dan lembaga swadaya masyarakat dan pelaku usaha. Oleh karena
itu koordinasi antar para pihak yang terlibat sangat diperlukan
untuk mencapai target pengembangan kawasan agribisnis
hortikultura. Koordinasi diikuti dengan penyusunan rencana aksi
dan pelaksanaan kegiatan secara terintegrasi. Dengan demikian
permasalahan yang terjadi di lapangan dapat diatasi secara cepat.
Hubungan kelembagaan di dalam kawasan hortikultura dapat dilihat
dalam Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan Kelembagaan di Dalam Pengembangan Kawasan


Hortikultura

Penerapan pola kemitraan merupakan suatu keharusan


untuk meraih tujuan tertentu melalui kerjasama dengan para pihak
yang kompeten. Beberapa pertimbangan dalam membangun
kemitraan pengembangan agribisnis hortikultura adalah adanya
kepentingan bersama untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi
Panduan Umum Program Dukungan
Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH) 19
petani, dan komitmen berbagi sumberdaya, beban dan risiko, serta
keuntungan (benefit) bagi pihak-pihak yang terkait.

3.3. Pemilihan Inovasi dalam Kemitraan

Penerapan pola kemitraan dalam program dukungan


teknologi inovatif pengembangan kawasan agribisnis hortikultura
perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:

a. Kriteria Inovasi

Inovasi dapat berupa ide atau gagasan, metode atau


praktek dan produk atau jasa. Inovasi tersebut harus bersifat
baru tetapi tidak selalu berasal dari penelitian mutakhir. Hasil
penelitian yang telah lalu pun dapat disebut inovasi apabila
diintroduksikan kepada masyarakat tani yang belum pernah
mengenal sebelumnya. Dengan demikian, sifat baru pada inovasi
perlu dilihat dari sudut pandang petani atau penggunanya. Pada
tataran pemahaman yang lebih operasional, inovasi yang
dihasilkan lembaga penelitian dapat berwujud teknologi,
kelembagaan, dan kebijakan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi adopsi adalah sifat


dari inovasi itu sendiri. Inovasi yang diintroduksikan ke dalam
program pengembangan inovasi, harus yang tepat guna, yaitu
sesuai dengan kondisi biofisik, sosial ekonomi dan budaya di
komunitas target. Dalam strategi pemilihan inovasi hortikultura,
kriteria yang harus dipertimbangkan adalah:

1. Dirasakan sebagai kebutuhan pengguna;


2. Mudah diterapkan, sederhana dan tidak rumit;
3. Dapat dijangkau oleh kondisi ekonomi pengguna;
4. Memberikan keuntungan secara kongkrit bagi pengguna;
5. Mempunyai keselarasan dengan pola pengembangan yang
telah ada dan sedang berlaku, nilai sosial budaya,

Panduan Umum Program Dukungan


20 Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH)
kepercayaan, gagasan yang dikenal sebelumnya dan
keperluan yang dirasakan pengguna;
6. Dapat mengatasi faktor-faktor pembatas dengan mengacu
pada kondisi sumberdaya lokal;
7. Mudah dievaluasi.

b. Teknologi Spesifik Lokasi

Program litbang hortikultura memiliki keterkaitan erat


dengan program pengkajian teknologi di BPTP khususnya pada
kelompok komoditas yang pengembangannya memerlukan
kondisi ekologi dan teknologi spesifik. Di dalam pelaksanaan
pengkajian dan penerapan teknologi spesifik pada komoditas
tertentu dilakukan melalui proses sinkronisasi, konsultasi dan
asistensi dengan Balai Penelitian lingkup Puslitbang Hortikultura
dan UK terkait lingkup Badan Litbang Pertanian.

Program litbang hortikultura berbasis wilayah mencakup :


(1) karakterisasi dan analisis zona agroekologi, (2) penelitian
adaptif dan komoditas spesifik lokasi, (3) rekayasa usaha
agribisnis berbasis komoditas, (4) pengkajian sistem agribisnis
berbasis komunitas, (5) sosial ekonomi budaya masyarakat
pedesaan dan (6) diseminasi inovasi hortikultura.

c. Sistem Penyampaian Teknologi (Delivery System of Technology)

Kecepatan adopsi suatu inovasi tergantung pada beberapa


hal, yaitu sifat inovasi, sifat adopter dan perilaku pengantar
perubahan (peneliti dan penyuluh). Diseminasi inovasi dapat
dilakukan melalui berbagai sarana komunikasi (multi-channel).
Penyuluhan merupakan salah satu sarana diseminasi yang
kelembagaannya sudah terstruktur. Oleh karena itu, pemilihan
metode penyuluhan yang tepat dan efektif merupakan salah satu
faktor penentu dalam adopsi teknologi. Berdasarkan kelompok
target, penyuluhan diklasifikasikan atas : (a) metode penyuluhan

Panduan Umum Program Dukungan


Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH) 21
kelompok, (b) metode penyuluhan individu, dan (c) metode
penyuluhan media masa.

3.4. Rencana Implementasi Dukungan Inovasi

Inovasi teknologi hortikultura diimplementasikan secara


partisipatif dalam suatu wilayah dengan menggunakan lima
pendekatan, yaitu (i) agroekosistem, (ii) agribisnis, (iii) wilayah, (iv)
kelembagaan, dan (v) pemberdayaan masyarakat. Penggunaan
pendekatan agroekosistem berarti implementasi inovasi dilakukan
dengan memperhatikan kesesuaian kondisi bio-fisik lokasi yang
meliputi aspek sumber daya lahan, air, wilayah komoditas, dan
komoditas dominan. Pendekatan agribisnis diartikan bahwa
implementasi inovasi teknologi hortikultura perlu memperhatikan
struktur dan keterkaitan subsistem penyediaan input, usahatani,
pascapanen, pemasaran, dan penunjang dalam satu sistem.
Pendekatan wilayah diartikan bahwa penggunaan lahan untuk
kegiatan usaha hortikultura mengacu pada satu kawasan. Pemilihan
inovasi yang akan diterapkan dalam satu kawasan perlu
mempertimbangkan risiko ekonomi akibat fluktuasi harga.
Pendekatan kelembagaan berarti pelaksanaan model
pengembangan inovasi tidak hanya memperhatikan keberadaan dan
fungsi suatu organisasi ekonomi atau individu yang berkaitan
dengan input dan output, tetapi juga mencakup modal sosial,
norma, dan aturan yang berlaku di lokasi. Pendekatan
pemberdayaan masyarakat menekankan perlunya penumbuhan
kemandirian petani dalam memanfaatkan potensi sumber daya
pedesaan.

Pengembangan kawasan berbasis inovasi dilakukan untuk


mendorong terciptanya sistem agribisnis yang mengkonsolidasikan
semua segmen usaha secara vertikal maupun horisontal berbasis
kelembagaan ekonomi masyarakat. Di dalam memberikan
dukungan inovasi perlu disusun rancang bangun yang mendesain
pengintegrasian inovasi ke dalam sistem agribisnis hortikultura

Panduan Umum Program Dukungan


22 Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH)
dalam bentuk pilot model sebagai embrio berkembangnya usaha
industrial yang memadukan seluruh segmen usaha hortikultura
berbasis unggulan lokal dari hulu sampai ke hilir dalam ikatan
kelembagaan yang efektif dan berkelanjutan. Inisiasi
pembentukan usaha industrial tersebut harus dikaitkan dengan
program dan kegiatan serupa di berbagai instansi dan lembaga di
tingkat pusat maupun daerah, sehingga pelaksanaannnya di
lapangan berjalan terintegrasi.

Setiap usaha komoditas di dalam model agribisnis hortikultura


tidak lagi berdiri sendiri melainkan tergabung dalam kelembagaan
usaha yang ada pada satu alur produk vertikal (dari hulu hingga
hilir). Model tersebut memiliki karakteristik lengkap secara
fungsional (hulu s/d hilir), satu kesatuan tindak, dan ikatan langsung
secara institusional. Untuk mendukung integrasi segmen diperlukan
dukungan kegiatan yang mencakup (a) perancangan dan fasilitasi
penumbuhan dan pembinaan percontohan sistem dan usaha
agribisnis, (b) pembangunan sistem teknologi dasar (antara lain
benih dasar dan prototipe alat/mesin pertanian) secara luas dan
desentralistik, (c) penyediaan sistem informasi, dan (d) fasilitasi dan
peningkatan kemampuan masyarakat untuk melanjutkan
pengembangan dan pembinaan percontohan sistem dan usaha
agribisnis, (e) penerapan teknologi inovatif tepat guna, (f)
pembangunan model percontohan sistem dan usaha agribisnis yang
mengintegrasikan sistem inovasi dan kelembagaan dengan sistem
agribisnis, (g) percepatan proses difusi dan replikasi model
percontohan teknologi inovatif melalui ekspose dan demonstrasi
lapang, diseminasi informasi, advokasi serta fasilitasi, dan (h)
pengembangan agroindustri pedesaan berdasarkan karakteristik
wilayah agroekosistem dan kondisi sosial ekonomi setempat.

Analisis potensi ekonomi, sosial dan budaya dilakukan terlebih


dahulu sebelum menerapkan program dukungan inovasi yang
kemudian diikuti dengan penyusunan rencana kegiatan pengem-
bangan inovasi yang diinginkan. Rencana kegiatan tersebut
dirumuskan berdasarkan hasil Participatory Rural Appraisal (PRA)

Panduan Umum Program Dukungan


Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH) 23
dan Rapid Rural Appraisal (RRA), yang berarti bahwa
pengembangan inovasi direncanakan dari dan oleh masyarakat tani
bersama pemangku kepentingan pembangunan hortikultura. Petani
dan pemangku kepentingan diberikan motivasi untuk membangun
kawasan hortikultura dengan memasukkan unsur inovasi sebagai
elemen utama di dalamnya.

Kegiatan dukungan inovasi di dalam pengembangan kawasan


agribisnis hortikultura terdiri atas beberapa tahapan, yaitu :

a) Perencanaan (penganggaran, penentuan lokasi, dan pelatihan


bagi pelaksana;
b) Pengorganisasian;
c) Sosialisasi (dilaksanakan di tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten);
d) Pelaksanaan:
- Pemetaan kesesuaian sumber daya lahan;
- Pelaksanaan PRA/RRA;
- Analisis rantai nilai;
- Penyusunan rencana kegiatan dukungan pengembangan
kawasan agribisnis hortikultura;
- Implementasi inovasi teknologi dengan prinsip partisipatif,
pemberdayaan, dan sinergi antar pemangku kepentingan.
e) Monitoring dan evaluasi;
f) Koordinasi dan pembinaan.

Lokasi dukungan inovasi dalam pengembangan kawasan


agribisnis hortikultura berdasarkan kriteria sebagai berikut :

a) Memiliki peluang keberhasilan, ditinjau dari segi sumber daya


alam dan SDM;
b) Respon positif pengguna;
c) Respon positif pemerintah kabupaten dan provinsi;

Panduan Umum Program Dukungan


24 Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH)
d) Kesesuaian dengan kebijakan dan program pemerintah daerah;
e) Potensi komoditas unggulan yang akan dikembangkan sesuai
dengan unggulan nasional atau daerah;
f) Aksesibilitas memadai;
g) Sinkronisasi lokasi kawasan agribisnis hortikultura yang telah
ditetapkan.

3.5. Cakupan Komoditas dalam Program Dukungan Inovasi Hortikultura

Penetapan komoditas prioritas atau unggulan di dalam program


pengembangan kawasan agribisnis hortikultura mengacu pada
kriteria pangsa pasar, keunggulan kompetitif, nilai ekonomi, sebaran
wilayah produksi dan kesesuaian agroekosistem. Secara nasional,
komoditas unggulan hortikultura yang diprioritaskan adalah: pisang,
mangga, manggis, jeruk, durian, kentang, cabai merah, bawang
merah, anggrek, krisan dan rimpang. Namun, keleluasaan juga
diberikan untuk memilih komoditas spesifik di masing-masing
kawasan pengembangan agribisnis hortikultura dengan tetap
mengacu pada Kepmentan Nomor 511 tahun 2006 yang
mengakomodasi 323 jenis komoditas hortikultura, terdiri dari 80 jenis
buah, 60 jenis sayuran, 66 jenis tanaman biofarmaka dan 117 jenis
tanaman hias. Di dalam program dukungan pengembangan kawasan
agribisnis hortikultura, penetapan komoditas spesifik akan ditempuh
melalui PRA dan analisis rantai nilai.

3.6. Deliniasi Tugas dan Koordinasi Antar Lembaga Pemerintah

Pelaksanaan kegiatan dukungan pengembangan kawasan


agribisnis hortikultura memerlukan koordinasi antar para pihak yang
terlibat, termasuk instansi Unit Kerja lingkup Badan Litbang
Pertanian, Balai Penelitian Komoditas, BPTP, Unit Kerja Ditjen
Hortikultura, Ditjen Sarana dan Prasarana Pertanian, Ditjen P2HP,
pemerintah daerah dan kelembagaan kelompok/gabungan kelompok

Panduan Umum Program Dukungan


Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH) 25
tani. Masing-masing instansi tersebut memiliki tugas pokok dan
fungsi yang jelas di dalam ruang lingkup kerja yang saling mendukung.
Adapun peran setiap Unit Kerja dan Unit Pelaksana Teknis diuraikan
sebagai berikut :

1. Puslitbang Hortikultura berperan sebagai penyusun Panduan


Umum PDPKAH, koordinator dan penyedia teknologi inovatif
hortikultura;
2. Unit Kerja terkait lainnya di lingkup Badan Litbang Pertanian
berperan memberi dukungan informasi dan teknologi inovatif
yang diperlukan sesuai kondisi biogeofisik di lokasi target;
3. Unit Kerja lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura, Ditjen
Prasarana dan Sarana Pertanian, dan Ditjen P2HP memberi
dukungan teknis sesuai dengan kebijakan dan program masing-
masing;
4. Pemda berperan memfasilitasi terselenggaranya kegiatan
pengembangan dan adopsi teknologi di tingkat daerah melalui
dukungan kebijakan yang kondusif;
5. Dinas Pertanian, sebagai salah satu komponen dari pemerintah
daerah, berperan melakukan pembinaan dan penyediaan
sumberdaya yang diperlukan mendukung percepatan adopsi
teknologi inovatif;
6. Perusahaan swasta berperan sebagai pengguna teknologi dan
obyek pembinaan yang berkewajiban menyediakan fasilitas
pendukung dan sumberdaya yang diperlukan untuk proses
transfer teknologi;
7. Gapoktan merupakan target pembinaan yang berperan mengikuti
proses diseminasi inovasi teknologi secara tertib dan partisipatif di
tingkat provinsi dan kabupaten;
8. Balit berperan menyediakan teknologi, melayani konsultasi dan
memberikan asistensi;

Panduan Umum Program Dukungan


26 Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH)
9. BPTP berperan menyediakan teknologi spesifik lokasi dan secara
aktif sebagai pengambil inisiatif pertemuan dan mengkonsul-
tasikannya kepada para pihak terkait di daerah.

Implementasi program dukungan inovasi teknologi hortikultura


memerlukan dukungan semua pihak dalam rangka percepatan
diseminasi dan adopsi inovasi yang dipandang mampu memberikan
manfaat kepada pembangunan pertanian secara signifikan, antara
lain :

a) Meningkatnya muatan inovasi dalam sistem agribisnis


hortikultura;
b) Meningkatnya efisiensi sistem produksi, perdagangan dan
konsumsi komoditas pertanian Indonesia, sehingga pendapatan
dan kesejahteraan petani meningkat;
c) Meningkatnya efisiensi dan sinkronisasi sumber daya pertanian
dan dana pemerintah, terutama yang dialokasikan pada
Kementerian Pertanian.

Keberhasilan program tersebut ditentukan oleh komitmen dan


kemampuan berkoordinasi semua pihak yang terkait secara sinergis
dalam setiap tahap kegiatan. Kegiatan dukungan inovasi teknologi
dibiayai dari dana APBN yang dialokasikan oleh Puslitbang
Hortikultura, Ditjen Hortikultura, Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas
Pembantuan, APBD provinsi dan kabupaten, serta sumber dana
lainnya yang tidak mengikat. Dana-dana pemerintah tersebut tetap
dikelola oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) masing-masing sesuai
dengan DIPA yang bersangkutan, yang penggunaannya diarahkan ke
lokasi target.

Panduan Umum Program Dukungan


Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH) 27
IV. IMPLEMENTASI PROGRAM DUKUNGAN PENGEMBANGAN
KAWASAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA

Program dukungan pengembangan kawasan agribisnis hortikultura


dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut.

4.1. Persiapan

Melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan harmonisasi PDPKAH


antara Badan Litbang Pertanian dengan Ditjen Hortikultura,
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Ditjen P2HP, serta
Badan SDM Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Substansi materi koordinasi meliputi :

1. Rencana kegiatan dukungan pengembangan kawasan


agribisnis hortikultura, spesifikasi komoditas prioritas;
2. Dukungan teknologi inovatif;
3. Lokus penerapan rencana kegiatan dukungan;
4. Keterlibatan instansi dan kelembagaan terkait;
5. Deliniasi tugas dan fungsi antar instansi;
6. Pemanfaatan sumberdaya secara terarah dan terpadu.

Melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan harmonisasi program


dukungan kawasan agribisnis hortikultura antara Puslitbang
Hortikultura dengan UK dan UPT lingkup Badan Litbang tentang
perumusan rencana dukungan kegiatan, roadmap, identifikasi
teknologi inovatif dan pemanfaatan sumberdaya instansi secara
sinergis. Dukungan teknologi inovatif diarahkan untuk
menjawab permasalahan agribisnis hortikultura dari hulu
sampai ke hilir.
Menyiapkan langkah-langkah operasional sebagai penjabaran
program yang telah disepakati bersama. Langkah-langkah
operasional memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

Panduan Umum Program Dukungan


28 Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH)
1. Kebutuhan teknologi spesifik lokasi;
2. Metode diseminasi teknologi inovatif;
3. Pembentukan dan pelibatan kelembagaan terkait;
4. Deliniasi peran antar instansi;
5. Pelibatan komunitas target binaan.
Membuat rencana kegiatan dukungan pengembangan kawasan
agribisnis hortikultura di lokasi terpilih melalui pola kemitraan
dengan pemda dan swasta, serta pola Sekolah Lapang dengan
gapoktan/poktan melibatkan BPTP setempat.
Menyusun dokumen pendukung, terdiri atas :
1. Perjanjian kerja sama pelaksanaan dukungan;
2. Kerangka acuan;
3. Jadwal palang kegiatan dan perangkat monev.
Jadwal palang kegiatan yang akan diimplementasikan
mencakup lokasi kawasan, komoditas unggulan, teknologi yang
dibutuhkan, dan pola hubungan kerja institusional dalam upaya
pencapaian target yg telah ditetapkan.
Mengumpulkan data dan informasi pendukung yang meliputi
kegiatan PRA/RRA dan analisis rantai nilai.
Melaksanakan seminar/lokakarya rencana pelaksanaan dengan
melibatkan seluruh instansi terkait dan kelompok sasaran.
Pelaksanaan seminar dimaksudkan sebagai sarana komunikasi
para pihak sebelum mengimplementasikan kegiatan di
lapangan.

4.2. Pelaksanaan

1. Kegiatan dukungan inovasi diimplementasikan di lapangan


sesuai dengan kerangka acuan yang disepakati oleh para pihak
yang terlibat. Program dukungan PKAH dilaksanakan mulai

Panduan Umum Program Dukungan


Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH) 29
tahun 2010, difokuskan di lokasi kawasan prioritas berdasarkan
lokus yang telah dikonsultasikan dengan Ditjen Hortikultura.
2. Implementasi kegiatan dukungan inovasi PKAH disesuaikan
dengan kebutuhan mitra (gapoktan/poktan di lokasi calon
Sekolah Lapang, pemda setempat atau swasta yang akan
terlibat). Dukungan kegiatan PKAH yang melibatkan kemitraan
dengan Pemda diarahkan pada topik spesifik sesuai kebutuhan.
Kemitraan dengan perusahaan swasta difokuskan pada
pengembangan dan komersialisasi teknologi inovatif sesuai
dengan kesepakatan. Kemitraan dengan gapoktan/poktan
diarahkan pada pengembangan kegiatan PKAH melalui Sekolah
Lapang dengan melibatkan BBP2TP, BPTP, serta Dinas Pertanian
setempat.
3. Kegiatan dilakukan dengan pentahapan sebagai berikut :
a. Menerapkan teknologi inovatif tepat guna secara partisipatif
berdasarkan paradigma penelitian untuk pembangunan;
b. Membangun model percontohan sistem dan usaha
agribisnis berbasis teknologi inovatif yang mengintegrasikan
sistem inovasi dan kelembagaan dengan sistem agribisnis;
c. Mendorong proses difusi dan replikasi model percontohan
teknologi inovatif melalui ekspose dan demonstrasi lapang,
diseminasi informasi, advokasi serta fasilitasi;
d. Mengembangkan agribisnis industrial berdasarkan
karakteristik agroekosistem dan kondisi sosial ekonomi
setempat.

4.3. Monitoring

Monitoring dan evaluasi (Monev) dilaksanakan oleh Tim


Puslitbang Hortikultura dengan melibatkan instansi terkait
lingkup Badan Litbang Pertanian. Monev dilaksanakan terhadap
kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan program,

Panduan Umum Program Dukungan


30 Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH)
perkembangan dan permasalahan yang dihadapi dengan
mengacu pada Road Map Pelaksanaan Dukungan PKAH.
Monev dilakukan untuk perbaikan atau penyempurnaan
pelaksanaan dukungan PKAH. Monitoring dan evaluasi
dilaksanakan seoptimal mungkin berdasarkan kriteria yang
dapat dinilai secara kuantitatif, sehingga langkah perbaikan
dapat ditentukan secara lebih terukur. Monitoring dan evaluasi
dilaksanakan minimum dua kali dalam satu tahun.
Kegiatan Monev terdiri atas evaluasi laporan kemajuan kegiatan
dan pemantauan lapangan ke lokasi penerapan kegiatan PKAH,
1 2 kali setahun sesuai keperluan.

4.4. Pelaporan

Pelaporan pelaksanaan Program Dukungan PKAH disusun oleh


masing-masing UK/UPT dengan format baku. Laporan tersebut
merupakan bentuk pertanggungjawaban dalam pemanfaatan
sumberdaya. Puslitbang Hortikultura membentuk tim yang akan
mengintegrasikan laporan-laporan tersebut dalam bentuk
laporan akhir.
Laporan memuat data dan informasi tentang semua kegiatan
yang dilaksanakan, hasil yang dicapai, permasalahan yang
dihadapi dan jalan keluar yang telah dilakukan.
Laporan akhir akan dipresentasikan dalam lokakarya yang
dihadiri oleh para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
kegiatan penerapan dukungan PKAH.

Panduan Umum Program Dukungan


Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH) 31
Tabel 1. Road Map Tujuan Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura

Road Map Tujuan Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura Dikawasan PKAH

TUJUAN

Pendapatan
110 110% 120% 150% 175% 200%
Petani
Indikator Daftar Partisipasi Adopsi inovasi Terlaksana Adopsi inovasi Pengembang-
Kemajuan permasalahan PEMDA, (varietas, nya skala industri, an dukungan
agribisnis Swasta, teknologi demarea Terbinanya inovasi skala
hortikultura dan Kelompok perbenihan, dan inisiasi fungsi regional
daftar rekayasan tani, teknologi kelembaga- kelembagaan
inovasi, rekayasa Produksi, pengendalian an sarana
kelembagaan dan produktivita OPT, produksi,
tersedianya konsep s, mutu teknologi pemasaran
Rancang Bangun hasil budidaya) dan dan pelatihan
dukungan inovasi rencana dan
dan rencana Adopsi inisiasi Pilot terbangunnya
pelaksanaan inovasi oleh Model integrasi
(lokasi, komoditas, petani Agribisnis vertikal fungsi
pola dukungan, kooperator Industrial kelembagaan
jadwal kegiatan). agribisnis
Transfer
teknologi
Pengembang-
an
Pemantapan
Penumbuhan
Implementasi Gelar Demarea Penerapan Pengembang- Regionalisasi
teknologi dan Teknologi: inovasi , pilot model an model dukungan
kelembagaan Demplot Inisiasi dan agribisnis agribisnis inovasi dalam
varietas, pembinaan industrial industrial PKAH
dan kelembagaan berbasis berbasis
perbenihan, agribisnis, inovasi inovasi
teknologi pelatihan
budidaya teknis,
dan koordinasi
pengendali- integrasi
an OPT vertikal
kelembagaan
Persiapan Perancangan Perencana- Rencana Persiapan Pembinaan Sistem
Rencana Kegiatan an demplot demarea pembinaan penerapan Pemasaran
Dukungan PKAH gelar inovasi, penerapan inovasi skala dan Nilai
varietas inisiasi dan inovasi industri, Tambah
PRA/RRA, analisis dan pembinaan skala advokasi
rantai nilai, rencana perbenihan, kelembagaan industri, pengembang-
kegiatan teknologi agribisnis, advokasi an
budidaya pelatihan pengemban kelembagaan
pengendali- Integrasi gan agribisnis,
an OPT vertikal fungsi kelembaga pendamping-
kelembagaan an an integrasi
agribisnis agribisnis, usaha terpadu
pendampin
gan
integrasi
usaha
terpadu
Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Panduan Umum Program Dukungan


32 Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH)
Tahapan pelaksanaan kegiatan dukungan PKAH tersebut disajikan pada
Gambar 3.

Gambar 3. Alur Proses Implementasi Kegiatan Dukungan PKAH

Penjelasan Gambar 3 :

1. Badan Litbang Pertanian memberikan dukungan inovasi yang


dibutuhkan dalam PKAH. Jenis dukungan inovasi yang dibutuhkan
diidentifikasi melalui konsultasi dengan Ditjen Hortikultura.

Panduan Umum Program Dukungan


Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH) 33
2. Di dalam mengembangkan dukungan inovasi di lokasi PKAH, Badan
Litbang membutuhkan kerja sama sinergis dengan Ditjen P2HP, Ditjen
PSP, Badan Karantina dan Badan SDM. Kerja sama sinergis dengan
instansi terkait diperlukan untuk mendorong penerapan inovasi
hortikultura skala industri.

3. Badan Litbang Pertanian menunjuk Puslitbang Hortikultura menjadi


koordinator pelaksana lapangan dalam mengimplementasikan program
dukungan inovasi dalam PKAH. Puslitbang Hortikultura berkoordinasi
dengan Unit Kerja Lingkup Badan Litbang Pertanian dan Unit Kerja
lingkup Ditjen Hortikultura untuk merumuskan model integrasi inovasi
di dalam sistem agribisnis hortikultura.

4. Balai Penelitian lingkup Puslitbang Hortikultura bersama dengan BPTP


menindaklanjuti pelaksanaan rumusan model integrasi inovasi di dalam
sistem agribisnis hortikultura di lokasi PKAH.

5. Di dalam mengimplementasikan rumusan model integrasi inovasi di


dalam sistem agribisnis hortikultura di tiap lokasi PKAH, Balai Penelitian
dan BPTP masing-masing mengacu pada Panduan Umum dan Petunjuk
Pelaksanaan yang telah tersedia.

6. Dukungan inovasi yang diberikan dapat berupa teknologi varietas,


perbenihan, budidaya, pasca panen, rekayasa kelembagaan dan
rekomendasi kebijakan sesuai dengan permasalahan di lokasi PKAH.

7. Koordinasi, supervisi dan Monev dilakukan oleh UK dan UPT dengan


mengacu rumusan model dukungan inovasi yang telah ditetapkan.

Panduan Umum Program Dukungan


34 Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH)
IV. PENUTUP

Program Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura merupakan


salah satu program strategis Kementerian Pertanian yang mampu
meningkatkan produksi, kualitas hasil, dan produktivitas hortikultura
secara nasional, menyediakan lapangan kerja, meningkatkan efektivitas
dan efisiensi pelayanan, kesempatan berusaha, kesejahteraan, dan
kebersamaan komunitas di sekitar kawasan. Program tersebut akan
berhasil apabila didukung oleh komitmen semua pihak terkait dari hulu
sampai hilir.

Dukungan teknologi inovatif hortikultura di dalam kawasan agribisnis


hortikultura selayaknya dibangun melalui kemitraan. Penerapan pola
kemitraan memiliki beberapa keuntungan, yaitu adanya deliniasi peran
masing-masing pihak yang terlibat, pemanfaatan sumberdaya secara
terpadu, dan keterikatan komitmen secara adil dan berimbang. Kemitraan
dapat dilakukan dengan komunitas target yang mencakup pemerintah
daerah, perusahaan swasta dan gapoktan/poktan. Kemitraan tersebut
dituangkan dalam Naskah Perjanjian Kerja sama Penelitian dan
Pengembangan Hortikultura sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Di dalam memberikan dukungan inovasi, Puslitbang Hortikultura


berperan sebagai koordinator yang bertugas mengkoordinasikan dan
mengharmonisasikan keterlibatan Unit Kerja lingkup Badan Litbang
Pertanian, Ditjen Hortikultura, eselon I lainnya dalam mendukung
pengembangan kawasan agribisnis hortikultura.

Implementasi dukungan PKAH membutuhkan Panduan Umum yang


disusun sebagai acuan dalam perencanaan, pelaksanaan dan Monev.
Panduan Umum tersebut perlu dijabarkan oleh Unit Kerja masing-masing
dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) sesuai kebutuhan.

Panduan Umum Program Dukungan


Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH) 35

Anda mungkin juga menyukai