Oleh :
Nama Penulis
Jabatan penulis/instansi penulis
BAB I
PENDAHULUAN/LATAR BELAKANG
Tidak dapat kita pungkiri bahwa aspek sosial dalam pengelolaan lingkungan
khususnya dalam pemanfaatan sumberdaya alam kurang mendapat
perhatian. Kita hanya fokus melihat persoalan sosial yang terkait dengan
konflik atau friksi sosial yang berkaitan dengan benturan kepentingan,
kesenjangan akses pada pemanfaatan sumberdaya alam serta konflik yang
terkait dengan pencemaran dan perusakan lingkungan. Pengelolaan
sumberdaya alam masih belum memperhatikan secara sungguh-sungguh
aspek sosial.
1
sangat bermanfaat apabila dapat dibaca karena merupakan ringkasan dari
buku aslinya.
BAB II
Hasil Saduran
( Sesuai dengan sistematika buku yang disadur)
1. Bab I. Pendahuluan.
a. Latar Belakang
Sebagai mahluk sosial manusia tidak pernah bisa hidup secara individu, ia
senantiasa memerlukan kerjasama dan berinteraksi dengan individu lain
bahkan dengan mahluk hidup yang lain. Manusia membentuk kelompok
sosial dalam upaya mempertahankan hidupnya, dan kemudian manusia
juga memerlukan adanya organisasi yaitu suatu jaringan interaksi sosial
antar sesama untuk menjaga ketertiban sosial. Interaksi sosial ini
kemudian melahirkan apa yang dinamakan : Lingkungan sosial ( seperti :
keluarga inti, keluarga luas, kelompok masyarakat)
2
d) Meningkatnya kesenjangan sosial ekonomi
e) Kesenjangan pengelolaan sumber daya alam
f) Meningkatnya gaya hidup
g) Kurangnya perlindungan pada hak-hak masyarakat tradisonal/lokal
h) Perubahan nilai hidup
i) Meningkatnya jumlah masyarakat yang rentan ( hunian kumuh, rawan
bencana, dll)
j) Pengrusakan dan pencemaran lingkungan hidup
3
c. Dasar Hukum
4
1994, serta United Nations Conference on Enviroment and
Development (UNCED) di Rio de Jenairo.
5
Pengelolaan lingkungan sosial artinya upaya/tindakan untuk perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi yang bersifat komunikatif dengan
mempertimbangkan hal-hal berikut :
6
generasi berikutnya, 3) setiap generasi mewarisi sumberdaya alam
serta kualitas habitat yang equivalen
7
Berbagai permasalahan sosial disebut sebagai “intangible” artinya sulit
diukur secara konkret, karena yang diukur adalah fenomena atau
gejalanya. Standar, kriteria atau baku mutu keserasian lingkungan sosial
sering ditentukan oleh kondisi sosial budaya dan lingkungan
masyarakatnya.
Kualitas objektif
Kualitas subjektif
8
kesetiakawanan, rekreasi dan hiburan, penghormatan terhadap etika,
kerifan lingkungan, pengetahuan, dll.
d.Implementasi
9
1.1. Tipe masyarakat pesisir di Indonesia :
Persoalan yang umum terjadi pada lingkungan pesisir pada masa kini
adalah penurunan daya dukung lingkungan alam yang berbanding terbalik
dengan tekanan akiat peningkatan jumlah populasi manusia dan penggunaan
teknologi yang tidak ramah lingkungan.
10
Peningkatan kemampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan
alam pesisir menimbulkan dampak posistf dan negatif terhadap kelestarian
lingkungan contohnya hilangnya komuniti nelayan di Bagan Siapi-api Suma-
tera bagian Timur.
11
komoditinya komoditi eksport. Misalnya masyarakat Siladang
berladang gambir di pedalaman Sumbar, masyarakat Rejang Lebong
berladang kopi di pedalaman Bengkulu, masyarakat Talang mamak
berladang karet di Indragiri Hulu, masyarakat Pamona/Loinang yang
berkebun coklat di pedalaman Sarmi, Irian Jaya.
2.2.Pemanfaatan Lingkungan
12
3. Lingkungan sosial pertanian menetap
Kurang inovatif dan kreatif, karena apa yang dilakukan sesuai dengan
warisan nenek moyang, tidak banyak keperluan dan kebutuhan
sehingga cukup apa adanya
13
Kurang aspiratif, kurang banyak cita-cita tinggi, tidak punya bayangan
akan menjadi seorang yang berarti pada masa depan.
Defenisi kota adalah komunitas yang relatif luas dihuni secara padat
oleh penduduk beranekaragam dari segi pekerjaan, pendidikan dan gaya
hidup. Jaringan komunikasi sangat kompleks dan bangunan tinggi-tinggi,
besar dan terbuat dari bahan yang tahan lama. ( jumlah jiwa tidak seperti di
Kanada dan Amerika)
Munculnya kota karena adanya kegiatan sosial dan ekonomi tertentu yang
memerlukan penduduk, bangunan dan mesin-mesin. Jenis kegiatan oranglah
yang menentukan ciri utama sebuah kota.
Kegiatan yang berkaitan dengan pertukaran barang dan jasa adalah dasar
kegiatan penduduk kota. Ini terlihat dari pertukaran rute transportasi dari satu
tempat ke tempat lain dari mulai lancar akhirnya ruwet dan kompleks.
14
4.4. Kota dan desa dalam perbandingan
Perbedaan kota dan desa bisa dilihat dari kriteria dasar yaitu aspek
pekerjaan. Menurut Sorokin dan Zimmerman (1929) dalam Jhony Purba
( 2003) 8 (delapan) ciri yang membedakan kota dan desa adalah : a) jenis
pekerjaan, b) lingkungan, c) ukuran komunitas, d) kepadatan penduduk, e)
heterogenitas dan homogenitas penduduk, f) diferensiasi dan stratifikasi
sosial, g) mobilitas sosial, dan h) sistem interaksi sosial.
1. Strategi perencanaan
15
belajar. Tidak adanya titik temu antara rencana pemerintah dengan harapan
penduduk merupakan pertanda buruk, ini artinya bersifat Top-down. Asumsi
ini dikembangkan dengan alasan :
Pengelolaan lingkungan sosial yang di lakukan oleh pihak luar tidak selalu
membawa warga komunitas mendapat manfaat yang sebaik-baiknya malahan
berbagai konflik sering terjadi. Hal ini dapat terjadi karena 4 (empat) hal
berikut :
16
oleh warga masyarakat sendiri didampingi/ difasilitai oleh petugas lembaga
program pengembangan. Dengan PRA atau PLA aspek-aspek yang akan
dikaji dapat disepakati antara pengembang program dengan warga
masyarakat bersangkutan. Berlandaskan pada kegiatan tersebut maka warga
masyarakat mendapat proses pembelajaran dan penyadaran mengenai
lingkungan hidup yang mereka hadapi. Bagi pihak pengembang program
kegiatan ini akan memberikan proses penyadaran dalam memahami
kehidupan sosial dan nilai-nilai budaya yang ada pada suatu komunitas
tertentu. Kegiatan ini akan mudah mendapat dukungan masyarakat karena
mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan monitoring dan evaluasi dilakukan
bersama-sama.
Apabila PRA atau PLA telah dilakukan maka langkah selanjutnya adalah :
17
2. Pelaksanaan kegiatan
3.1. Umum
3.2. Pengendalian
18
Pola pengendalian lingkungan sosial tidak hanya berbentuk pembatasan
untuk mencegah dan memberi sanksi atas kekliruan dan kesalahan, tetapi
pola pengendalian merupakan instrumen dengan berbagi bentuk atau teknik.
Cara ketiga : yang bersifat pengadaan aturan yang bersifat prosedural dan
terus menerus meningkatkan kemampuan dari unsur-unsur lingkungan sosial
3.3. Pengawasan/pemantauan
19
2. mengetahui dan mengukr pelaksanaan di lapangan dengan standar
yang ditetapkan
Aspek-aspek yang harus dilihat agar dapat menentukan prosedur baku mutu
pelaksanaan pengawasan adalah : 1) proses perencanaan alokasi pemba-
ngunan, 2) proses sosialisai dan diseminasi program, 3) proses penyaluran
dan pencairan dana, 4) proses kegiatan pelaksanaan di lapangan, 5) proses
kegiatan pelestarian lingungan sebagai dampak pembangunan, 6) manfaat
yang diterima masyarakat dan 7) perubahan sosial ekonomi masyarakat.
3.4. Evaluasi
Bab V. Penutup
20
Sejalan dengan paradigma pembangunan berkelanjutan dan membangun
pemerintahan yang bersih dan baik menuntut persyaratan adanya keter-
bukaan, kesetaraan, partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, dan
akuntabilitas, kesiapan dan profesionalisme dari semua pihak yang terkait.
21
BAB III
KOMENTAR KRITIS PENYADUR DAN MANFAAT
Ada beberapa hal yang sebaiknya juga tidak usah dijelaskan secara
rinci dalam buku ini yaitu pada Bab III tentang Keragaman lingkungan sosial
di Indonesia. Pada setiap lingkungan sosial yang dibahas, selalu dirinci terlalu
dalam sehingga terkesan buku ini betul-betul untuk membicarakan teori
keragaman lingkungan sosial, padahal seharusnya ini dapat diberikan contoh-
contohnya saja,
Hal sangat menarik dari pembahasan buku ini adalah pada Bab IV,
disini secara jelas di bahas bagaimana prinsip dan prosedur tahap
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pada pengelolaan lingkungan
social, sehinga bagi kita yang akan melakukan kegiatan pengelolaan
lingkungan social dapat menggunakan ini sebagai panduan dalam
kegiatannya.
Setelah membaca dan menyadur buku ini ada beberapa manfaat yang dapat
diambil yaitu : Buku ini dapat dijadikan pedoman dalam memberikan mata
ajaran pengelolaan lingkungan hidup secara umum dan sosial masyarakat
secara khusus.
22
BAB V
PENUTUP
23
JUDUL BUKU YANG DISADUR :
24