Anda di halaman 1dari 6

PENGELOLAAN LINGKUNGAN SOSIAL

1) Pembangunan Sosial.
Perhatian terhadap aspek sosial dalam pembangunan di indonesia telah lama muncul
misalnya saja dalam UU No 2 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan
UU No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukanj dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera.Begitu pula dalam hal pembahasaan mengenai keterkaitan antara
pembangunan berkelanjutan dan limgkumgam sosial, Indonesia sudah sejak lama terlibat
didalamnya; baik sebagai pihak penyelenggara yang ikut penandatanganan maupun
sebagai pendukungberbagai kesepakatan internasional di bidang lingkungan
hidup.Misalnya dengan kesepakatan yang lahir dari United Nations Conference on the
Human Environment di Stockolm pada tahun 1972,1984 dan 1994; serta United
Conference on Environment and Development (UNCED) di Rio de Jenairo.
Agenda 21 UNCED bahkan dengan jelas menempatkan manusia sebagai faktor kunci
keberhasilan menjaga kelestarian fungsi ekosistem.Manusia ditempatkan sebagai tujuan
serta pelaksana pembangunan. Dalam pelaksanaannya pengelolaan lingkungan sosial
belum memadai penyebabnya karena kurangnya pemahaman masyarakat luas terhadap
lungkungan sosial dan belum terintegrasinya kebijakan pengelolaan lingkungan hidup
pada tingkat nasional maupun daerah.
Dalam pembangunan berkelanjutan manusia ditempatkan sebagai pusat perhatian beserta
hak-hak mereka untuk mendapat kehidupan yang sehat dan produktif serta serasi dan
selaras dengan alam, menekankan hak membangun yang disertai kewajiban memenuhi
kebutuhan akan pembangunan dan lingkungan untuk generasi sekarang dan yang akan
datang secara seimbang, menekankan keharusan menghapus kemiskinan agar
pembangunan dapat berkelanjutan, meningkatkan kebijakan penduduk yang tepat dan
mencegah pola konsumsi yang produksi yang tidak menjamin keberlanjutan
pembangunan, mementingkan perempuan dan komunikasi lokal.
Dalam pada itu, pengutamaan manusia dalam pembangunan berkelanjutan ini bukanlah
berarti antroposentris : manusia sebagai sumber nilai dan alam dianggap bersifat
instrumental atau memiliki nilai guna. Sebaliknya juga tidak merendahkan manusia
seperti Goelthenboth (1992:37) pernah prihatinkan betapa orang pribumi acapkali
diperlakukan lebih buruk dari pada spesies langka di dalam cagar alam. Dunia bukan
dilihat dari objek-objek yang terpisah tetapi sebagai jaringan fenomena saling
berhubungan dan saling bergantung satu sama lain secara fundamental (Capra, 2001).
2) Aspek sosial dan pengelolaan hidup
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, makhluk
hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk lain (UU No. 23/1997).
Lingkungan hidup juga termasuk sebuah sistem yang utuh, saling berhubungan, saling
tergantung dan fungsional satu sama lain sehingga membentuk suatu ekosistem yang
utuh. Defenisi ini dibuat dengan mempertimbangkan keterkaitan antara seluruh
komponen yang terdapat dalam lingkungan hidup bukan semata-mata interaksi sosial an
sich beserta pranata simbol, nilai, dan normalnya saja tetapi juga berkaitan dengan unsur-
unsur lingkungan hidup lainnya.
Secara teoretis pengelolaan limgkungan sosial dapat diartikan sebagai upaya atau
serangkaian tindakan untuk perencanaan, pelaksanaan, pengendalian/pengawasan dan
evaluasi yang bersifat komunikatif dengan mempemrimbangkan :
Ketahanan sosial ( daya dukung atau daya tampung sosial setempat)
Keadaan ekosistemnya
Tata ruangannya
Kualitas sosial setempat
Sumber daya sosial (potensi) dean keterbatasan yang bersifat kemasyarakatan.
Kesesuaian drengan asas, tujuan, dan sasaran pengelolaan lingkungan hidup.

Secara skematis komponen-komponen interaktif lingkungan hidup tersebut dapat


digambarkan kedalam 3 aspek yaitu : aspek alam (natural aspect), sosial ( sosial aspect ),
dan binaan ( man-made/build aspect ).

3) Paradigma Pembangunan Berkelanjutan


Tiga pandangan atau paradigma pembangunan yang terjadi selama ini, yaitu :
Pembangunan ekonomi (eko-developmentalism)
Lingkungan untuk manusia (eco-humanism)
Dan lingkungan untuk lingkungan (eco-environmentalism)

Terdapat 5 prinsip utama dari pembangunan berkelanjutan dan berwawasan


lingkunganyaitu :

a. Keadilan antar generasi (intergenarational equality): berangkat dari suatu gagasan


bahwa generasi sekarang menguasai sumber daya alam yang ada di bumi sebagai
titipan utuk digunakan generasi mendatang.
b. Prinsip keadilan dalam satu generasi (intragenarational equality);merupakan
prinsip yang berbicara tentang keadilan diantara satu atau sesama
generasi,termasuk didalamnya keberhasilan memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasar, atau tidak terdapatnya kesenjangan antara individu dan kelompok-
kelompok dalammasyarakat tentang pemenuhan kualitas hidup.
c. Prinsip pencegahan dini (precautinary principle); mengandung suatu pengertian
apabila terdapat ancaman adanya kerusakan lingkungan yang tidak dapat
dipulihkan (irreversible), tidak ada alsan untuk menunda upaya-upaya untuk
mencegah kerusakan lingkungan.
d. Prinsip perlindungan keanekaragaman hayati (biodiversity conservation).
Keanekaragaman hayati yang kita milikimerupakan sumber kesejahteraan.
e. Internalisasi biaya limgkumgam dan mekanisme insentif: pentingnya penekanan
prinsip ini berangkat dari suatu keadaan dimana penggunaan sumber daya alam
merupakan kecenderungan atau rekasi dari dorongan pasar.
4) Komponen Pokok Lingkungan Sosial
Fungsi social lingkungan, yaitu : sebagai sumber makan/minum (pencaharian hidup),
wahana pengembangan keturunan (reproduksi), sebagai wahana aktualisai diri dan
pengembangan kreativitas (kebudayaan), sebagai wahana pengembangan
kesetiakawanan social, dan sebagai tempat berlindung.
a. Pengelompokan Sosial
Lingkungan socsal meliputi hubungan antara manusia dengan lembaga dan
pranata social, budaya serta agama ( UU No. 10 TAhun 1992).
b. Penataan Sosial
Penataan social sangat diperlukan untuk mengatur ketertiban hidup dalam
masyarakat yang mempersatukan lebih dari satu orang. Penataan dapat berupa
aturan-aturan sebagai pedoman bersama dalam lingkungan social.
c. Media Sosial
Untuk menggalang kerja sama yang mempersatukan sejumlah orang
diperlukan media baik yang berupa simbol-simbol maupunkepentingan-
kepentingan yang tidak mungkin dikrjakan sendiri-sendiri secara terpisah.
d. Pranata Sosial
Kebanyakan pranata social dikembangkan atas dasar kepentingan penguasaan
permukiman yang amat penting artinya bagi kelangsungan hidup masyarakat
yang besangkutan. Setiap anggota suatu kelompok sosial harus memahami
kedudukan sosial dan peran-peran, serta hak dan kewajiban masing-masing.
e. Pengendalian dan Pengawasan Sosial
Biasanya setiap kesatuan sosial atau masyarakat telah mengembangkan
pranata ataupun kelembagaan yang memperhatikan keseimbangan lingkungan
dalam mengolah sumber daya alam dan lingkungannya.
f. Kebutuhanh Sosial
Kebutuhan sosial antara lain mencakup kebutuhan untuk hidup bersama,
pembentukan komuniti dan kelompok sosial, keteraturan atau ketertiban
masyarakat dan sebagainya.
5) Indikator Kualitas Lingkungan Sosial
Masalah - masalah sosial acapkali disebut “intangible”, sulit diukur secara kongret.
Masalah – masalah tidak tunduk pada ukuran – ukuran ( measurements ) yang
menyandang derajat akurasi/presisi yang tinggi.
Ciri – ciri :
a. Segenap pihak diikutsertakan dan masing-masing mempunyai peran dan
tanggung jawab.
b. Hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat luas guna meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.
c. Penghormatan terhadap hak-hak masyarakat serta modal sosial yang
dikembangkan masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya alam dan
pengelolaan lingkungan hidup.

Kualitas lingkongan sosial digolongkan dengan kualitas objektif dan subjektif.

6) Implementasi
Dasar yang dipakai dalam implementasi adalah :
 Kesediaan pelaksananya untuk belajar dan melakukan inovasi, meninggalkan
orientasi yang lama yang memusatkan perhatian hanya pada analisis kebijakan
dan isu-isu alokasi dana,
 Pihak pemerintah dalam berinteraksi dan berhadeapan dengan penduduk
hendaknya berpikir dalam posisi setara.

Berikut tahapannya :

 Penyampaian tawaran usulan program pengolaaan lingkungan untuk


dipelajari masyarakat
 Pengumpulan feedback dari usulan program dan juga hasil dari Rapid
Rural Appraisal/Participatory Rural Appraisal (bersifat emic).
 Penentuan priroiritas dengan mempertimbangakan kemampuan dari
berbagai pihak.
 Pelaksana prioritas beserta pentahapannya dengan berbagai metode
manajemen
 Setiap tahap dilakukan pelaporan
 Setiap akhir suatu periode dilakukan koreks
BAB II
PENGELOLAAN LINGKUNGAN SOSIAL

Nama Kelompok :
1. Ahmad Deden
2. Christian Lede
3. Ferdinandus
4. Maria Theresia Gabdin
5. Mustika Putri
6. Ronny Vabian
7.

Anda mungkin juga menyukai