Anda di halaman 1dari 41

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Community-Based Child Protection (CBCP)

1. Definisi

CBCP adalah perlindungan anak berbasis masyarakat dalam

artian masyarakat bekerja sama dengan pemerintah pusat, pemerintah

daerah, organisasi berbasis masyarakat, LSM dan kelompok lainnya

untuk mencegah dan merespon pelecehan, kekerasan, eksploitasi dan

pengabaian anak merupakan sebuah pendekatan yang tujuan utamanya

adalah melakukan perlindungan terhadap anak melalui masyarakat

(Unicef dalam CPWG Sudan, 2012). CBCP mencakup berbagai

kegiatan dan intervensi yang dirancang untuk mempromosikan

lingkungan yang lebih memungkinkan untuk mendorong pendekatan

holistik terhadap perlindungan anak. Walaupun, mobilisasi masyarakat

dianggap lebih efektif karena memberi ruang untuk keterlibatan

masyarakat dan akhirnya memimpin proses perubahan dan sosial

mereka sendiri.

2. Tujuan

Tujuan dibentukkan Community Base Child Protection (CBCP)

adalah menurut Yayasan Sayangi Tunas Cilik-Save the Children

Indoensia adalah:

a. Tumbuhnya kepedulian masyarakat di tingkat desa terkait isu

perlindungan anak;

13
14

b. Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat di tingkat

desa terkait hak-hak anak secara umum serta isu perlindungan

anak secara khusus;

c. Terpetakannya situasi serta permasalahan terkait isu perlindungan

anak di tingkat desa;

d. Tersusunnya Rencana Aksi Masyarakat dalam upaya mencegah

dan merespon segala bentuk kekerasan terhadap anak.;

e. Terbentuknya Kelompok Masyarakat yang memiliki konsen dan

berperan dalam:

1) Menyuarakan pentingnya pemenuhan hak anak dan

perlindungan anak.;

2) Menggerakkan masyarakat untuk mampu terlibat dalam upaya

pemenuhan hak anak dan perlindungan anak;

3) Melakukan Pencegahan segala macam bentuk kekerasan

terhadap anak;

4) Melakukan Pencatatan dan Pelaporan segala macam bentuk

kekerasan terhadap anak

B. Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)

1. Definisi

Dalam Peratutran Menteri Sosial Nomo 16 Tahun 2013 tentang

Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga Bab I Pasal 1 Ayat 1, yang

disebut LK3 adalah unit pelayanan sosial terpadu yang melaksanakan

penanganan masalah psikososial keluarga untuk mewujudkan

ketahanan keluarga. LK3 didirkan oleh Kementerian Sosial, Pemerintah

Kabupaten/Kota, Lembaga Kesejahteraan Sosial dan Perguruan Tinggi.


15

2. Tujuan LK3

a. Mengatasi masalah psikososial keluarga; melakukan tindakan

deteksi dan antisipasi terhadap keluarga yang diindikasikan

mengalami resiko dan ancaman masalah atau gangguan relasi di

dalam keluarga.

b. Memulihkan kondisi psikososial keluarga; melakukan dukungan

terhadap keluarga dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah

psikososial yang dihadapi keluarga.

c. Memperkuat ketahanan keluarga; upaya meningkatkan kemampuan

keluarga dalam mengelola sumber daya yang dimiliki baik ekonomi,

pendidikan, akhlak/agama, relasi sosial anggota keluarga sehingga

memiliki kekuatan mengatasi dan menyesuaiakan diri dengan

masalah-masalah yang dihadapi.

3. Jenis dan Aspek Pelayanan LK3

Jenis pelayanan yang diberikan LK3 meliputi konsultasi, konseling,

informasi, advokasi, rujukan dan penjangkauan. Dalam memberikan

pelayanannya LK3 harus memperhatikan empat aspek. Empat aspek

dalam proses pelayanan tersebut adalah permberdayaan, rehabilitasi,

perlindungan dan penunjang.

C. Pekerjaan Sosial Komunitas dan Anak Telantar

1. Pekerjaan Sosial

Definisi pekerjaan sosial selalu berbeda-beda sepanjang sejarah,

terutamanya dari para ahli. Namun, pada tahun 2014 International

Federation of Social Work (IFSW) bersama International Association of

Schools of Social Work (IASSW) melakukan pembaruan definisi


16

pekerjaan sosial. Definisi tersebut berlaku secara global dan dapat

diperluas di tingkat regional maupun nasioanl. Bunyi definisi global

berbunyi:

“Pekerjaan sosial adalah sebuah profesi yang


berdasar pada praktik dan disiplin akademik yang
memfasilitasi perubahan dan pembangunan sosial,
kohesi sosial dan pemberdayaan serta kebebasan
individu. Prinsip-prinsip keadilan sosial, hak asasi
manusia, tanggung jawab kolektif dan pengakuan
keberagaman adalah prinsip utama bagi pekerjaan
sosial. Diperkuat dengan teori-teori pekerjaan sosial,
ilmu-ilmu sosial, humaniora dan pengetahuan-
pengetahuan lokal, pekerjaan sosial melibatkan
individu dan institusi untuk menghadapi tantangan
dalam kehidupan dan untuk meningkatkan
kesejahteraan.” (IFSW, 2014)

Berdasarkan definisi di atas, profesi pekerjaan sosial memiliki

mandate utama, diantaranya memfasilitasi perubahan sosial,

pembangunan sosial, kohesi sosial dan pemberdayaan serta kebebasan

individu. Di dalam definisi yang dibuat oleh IFSW juga terdapat prinsip-

prinsip pekerjaan sosial. Prinsip-prinsip tersebut adalah penghargaan

akan martabat dan rasa berharga pada manusia, tidak melakukan

kejahatan, menghargai keberagaman dan menjunjung hak asasi

manusia dan keadilan sosial.

2. Pekerja Sosial Komunitas

a. Definisi Pekerja Sosial Komunitas

Definisi pekerja sosial tidak jauh berbeda dengan definisi

pekerjaan sosial oleh IFSW. Namun, dalam ranah praktik

komunitas, pekerja sosial didefinisikan sebagai profesi yang

melakukan sebuah intervensi profesional, didasarkan pada kaidah

pengetahuan, nilai etika, dan keterampilan yang didesain untuk


17

kebijakan pada organisasi dan komunitas. Output-nya adalah

pengembangan teori baru dan pembuatan kebijakan untuk ranah

publik (Netting, Kettner dan McMurtry, 2004).

b. Kompetensi Pekerja Sosial Komunitas

Kompetensi pekerja sosial dibangun atas kerangka

profesional. Secara umum, kerangka professional pekerja sosial

terbagi menjadi tiga yaitu pengetahun, keterampilan, nilai termasuk

prinsip pekerjaan sosial.

1) Pengetahuan Pekerja Sosial Komunitas

Secara umum, pekerja sosial harus memiliki pengetahuan

mengenai klien/sasaran, lingkungan sosial dan profesi

pekerjaan sosial itu sendiri. Menurut Lembaga Sertifikasi

Profesi (LSP) Pekerja Sosial dan Tenaga Kesejahteraan Sosial

pengetahuan yang harus dimiliki oleh pekerja sosial meliputi

Pengetahuan dasar tentang perilaku manusia, sistem sosial,

dan sistem ekologi; Pengetahuan tentang bidang-bidang

masalah sosial, pengaruh dan dampaknya pada tingkatindividu,

keluarga, kelompok, organisasi, masyarakat dan negara serta

sumber-sumber dan metode yang sesuai untuk menangani

masalah tersebut: Pengetahuan tentang teori dasar dan

metode intervensi pekerja sosial, balik mikro, meso maupun

makro; Pengetahuan dasar penelitian sosial.

Selain itu, pengetahuan dasar yang harus dimiliki menurut

LSP Pekerja Sosial dan Tenaga Kesejahteraan Sosial adalah

Konsep teoritis pekerjaan sosial; Pengetahuan perilaku


18

manusia; Prinsip, nilai dan etika; Metode praktik pekerjaan

sosial; Karakteristik klien; Bentuk-bentuk kebijakan

kesejahteraan sosial; Fungsi manajemen organisasi pelayanan

sosial; Metode penelitian pekerjaan sosial.

Pengetahuan yang harus dimiliki oleh pekerja sosial

komunitas meliputi pengetahuan tentang komunitas, organisasi

dan kebijakan. Sebab, komonitas, organisasi dan kebijakan

merupakan sasaran dari pekerja sosial komunitas.

a) Komunitas, aktivitas yang dilakukan pada komunitas

adalah megosiasi dan membangun kesepakatan

(bargaining) dengan kelompok yang berbeda, mendorong

patisipasi warga masyarakat dalam proses pengambilan

keputusan, menciptakan dan melaksanakan

perundingan/kerjasama antara lembaga, melakukan

asesmen kebutuhan, serta menyusun dan melaksanakan

perencanaan program. Tipe komunitas/masyarakat

menurut Netting, Kettner dan McMurtry (2004):

Tabel 2.1
Tipe Komunitas/Masyarakat
Parameter Definisi Contoh
Geografis Sebuah komunitas Kota, desa,
yang diikat atau kelurahan, kampung,
dibatasi oleh wilayah RT
geografis
Identifikasi dan Masyarakat yang Kelompok-kelompok
Kepentingan dipertalikan oleh aksi politik,
kepentingan dan keagamaan, ilmu
komitmen bersama pengetahuan
Relasi Kolektif Konstelasi relasi antar Kelompok-kelompok
antar individu individu yang memberi Profesional,
makna dan identitas Pertemanan, atau
Persahabatan
19

b) Organisasi, aktivitas yang dilakukan pada organisasi

meliputi supervisi, melakukan penyusunan program,

membuat atau menulis proposal, dan menetapkan

anggaran anggaran. Susunan organisasi membentuk

masyarakat, masyarakat adalah arena yang penting.

Tetapi, setiap individu yang terlibat dalam masyarakat

umumnya tidak berinteraksi satu sama lain secara

langsung, melainkan melalui organisasi. Pada hakikatnya

masyarakat bukanlah kumpulan individu-individu begitu

saja. Melainkan merupakan jaringan organisasi yang

teratur.

c) Kebijakan, aktivitas yang dilakukan adalah membangun

koalisi, lobbyng dan membuka akses bagi terbinanya

hubungan yang baik dengan pihak legislatif. kebijakan

sosial yang hadir sebagai cara untuk memecahkan

masalah sosial dan memenuhi kebutuhan sosial bagi

semua golongan masyarakat.

2) Nilai Pekerja Sosial Komunitas

Nilai yang harus dimiliki oleh seorang pekerja sosial

komunitas, secara umum menurut Lembaga Sertifikasi Pekerja

Sosial dan Tenaga Kesejahteraan Sosial meliputi:

a) Nilai tentang konsepsi dasar orang, yaitu self

determination, self actualization, social responsibility,

acceptance, individualization, confidentiality, dan non

judgmental.
20

b) Nilai tentang masyarakat meliputi equal ooportunity, social

assistance dan participation.

c) Nilai tentang interaksi antar orang, diantaranya to help

people to help themselves, human dignity and self

determination, dan social responsibility.

d) Nilai yang berkaitan dengan kode etik menurut National

Association of Social Worker (NASW) meliputi tanggung

jawab etis pekerjaan sosial terhadap diri pribadinya

sebagai pekerja sosial, terhadap klien yang dilayani,

terhadap sesama sejawat pekerja sosial, terhadap

lembaga/organisasi yang mempekerjakannya, terhadap

profesi pekerjaan sosial, dan terhadap masyarakat.

e) Nilai yang berkaitan dengan kode etik pekerjaan sosial di

Indonesia yaitu pada Kode Etik Profesi Pekerja Sosial

Indonesia melalui Ikatan Profesi Pekerja Sosial Profesional

Indonesia (IPSPI) pada Bab IV sampai Bab VIII atau Pasal

7 sampai 17. Kodeti etik tersebut diantaraya:

(1) Hubungan dengan Klien: Pekerja Sosial Profesional

harus mengakui, menghargai dan berusaha sebaik

mungkin melindungi kepentingan klien dalam konteks

pelayanan; Pekerja Sosial Profesional wajib mengakui,

menghargai, berupaya mewujudkan dan melindungi

hak-hak klien; Pekerja Sosial Profesional menjaga

kerahasiaan klien dalam konteks pelayanan, Pekerja

sosial tidak dibenarkan memanfaatkan hubungan


21

dengan klien dan ikut di dalam pelayanan yang

diskriminatif; dan Pekerja Sosial Profesional berhak

menerima imbalan jasa sesuai dengan kemampuan

klien atau kesepakatan.

(2) Hubungan dengan Teman Sejawat adalah dilandasi

dengan sikap saling menghormati, menghargai dan

memercayai; Pekerja sosial professional dapat

menerima atau melakukan rujukan klien terhadap

teman sejawat; dan Pekerja sosial professional tidak

dibenarkan untuk mengambil alih klien teman sejawat.

(3) Hubungan dengan Tean Sejawat Asing mengenai

kerjasama dalam memberika pelayanan terhadap klien

dan pekerja sosial asing tunduk terhadap kode etik dan

menggunakan lembaga yang ada di Indonesia.

(4) Tanggung Jawab Terhadap Profesi, Lembaga

Pelayanan dan Masyarakat.

3) Prinsip Pekerja Sosial Komunitas

Menurut Jim Ife (2002) dalam melakukan intervensi

komunitas terdapat 26 prinsip yang melekat. Dari 26 prinsip

tersebut, dibagi menjadi lima besaran jenis prinsip, diantaranya

adalah:

a) Prinsip Ekologis digunakan sebagai landasan

pengembangan masyarakat karena menginformasikan

pengembangan masyarakat dalam bentuk yang


22

berorientasi pada proses, dan memiliki implikasi yang

signifikan untuk kerja masyarakat yang efektif.

b) Prinsip Keadilan Sosial dan Hak Asasi Manusia (HAM)

dibentuk untuk memasukkan gagasan bahwa

pengembangan masyarakat tidak hanya bekerja untuk

mewujudkan dunia yang lebih dapat bertahan lama tetapi

juga dunia yang lebih adil.

c) Prinsip Menghargai yang Lokal berpusat pada gagasan

tentang penghargaan lokal, bukan mengistimewakan

pengetahuan, keterampilan, proses dan sumber daya yang

‘dipaksakan’ terhadap masyarakat dari ‘atas’.

d) Prinsip Proses merupakan tentang titik awal, bukan titik

akhir, dan oleh sebab itu kebanyakan dari prinsip praktik

terpenting memiliki fokus pada gagasan proses.

e) Prinsip Global dan Lokal merupakan bagian yang signifikan

dari semua praktik pengembangan masyarakat, dan perlu

menjadi bagian dari kesadaran setiap pekerja masyarakat.

Pemahaman atas globalisasi dan pengaruhnya, dan

kesadaran tentang bagaimana isu-isu internasional

mempengaruhi penerapanya, sangat penting terhadap

pengembangan masyarakat.

Tabel 2.2
Prinsip Pekerja Sosial Komunitas
No. Jenis Prinsip Prinsip
(a) (b) (c)
1. Ekologi a. Holisme
b. Berkelanjutan
c. Keanekaragaman
d. Perkembangan Organik
e. Pembangunan Yang Seimbang
23

2. Keadilan Sosial f. Mengatasi Struktur Yang Mengikat


dan HAM g. Mengatasi Wacana Yang
Merugikan
h. Pemberdayaan
i. Definisi Kebutuhan
j. HAM
3. Menghargai k. Menghargai Pengetahuan Lokal
yang Lokal l. Menghargai Budaya Lokal
m. Menghargai Sumber Daya Lokal
n. Menghargai Keterampilan Lokal
o. Menghargai Proses Lokal
4. Proses p. Proses, Hasil, dan Visi
q. Integritas Proses
r. Menumbuhkan Kesadaran
s. Partisipasi
t. Kerjasama dan Konsensus
u. Langkah Pembangunan
v. Perdamaian dan anti kekerasan
w. Inklusifitas
x. Membangun Masyarakat
5. Global dan y. Menghubungkan Yang Global dan
Lokal Lokal
z. Praktik Anti Kolonialitas

4) Keterampilan Pekerja Sosial Komunitas

Pada umumnya, menurut LSP Pekeja Sosial dan Tenaga

Kesejahteraan Sosial pekerja sosial harus memiliki

keterampilan

a) Membagun relasi yang positif dan sesuai dalam yang

beragam;

b) Mengidentifikasi disfungsi sosial pada tingkat individu,

keluarga, kelompok, organisasi, masyarakat dan Negara;

c) Melakukan asesmen secara komperhensif dan

perancanaan intervensi;

d) Mengidentifikasi sumber-sumber daya yang releven

dengan kebutuhan klien;

e) Mengaplikasikan metode intervensi pada tingkat individu

dan keluarga;
24

f) Membangun hubungan profesional dalam pengembangan

program lembaga;

g) Mengaplikasikan metode pengorganisasian dalam

perencanaan masyarakat;

h) Memprakarsai pengembangan program-program kelompok

masyarakat sesuai standar yang berlaku;

i) Melaksanakan dan mengevaluasi kebijakan yang berlaku;

j) Menerapkan teknik-teknik dasar penelitian sosial.

Tabel 2.3
Keterampilan Pekerja Sosial
Keterampilan Umum Keterampilan Khusus
a. Menerapkan pemikiran logis, a. Melakukan kontak pendahuluan
kritis, inovatif, bermutu dan dengan manusia dan
terukur dalam melakukan lingkungan sosialnya;
praktik pekerjaan sosial; b. Melakukan asesmen pekerjaan
b. Menunjukkan kinerja sosial dengan cara mengkaji
mandiri, bermutu dan terukur keterkaitan antara perilaku
dalam intervensi pekerjaan manusia dengan lingkungan
sosial; sosialnya;
c. Mengkaji kasus penerapan c. Memilih dan mengaplikasikan
metode dan teknik pekerjaan konsep teoritis pekerjaan
sosial; sosial;
d. Menyusun hasil kajian d. Menerapkan prinsip, nilai dan
empirik ilmu pekerjaan etika pekerjaan sosial;
sosial; e. Mengidentifikasi dan
e. Mengambil keputusan menawarkan alternatif
secara tepat berdasarkan pelayanan;
prosedur dan standar f. Menerapkan metode dan teknik
pekerjaan sosial; pekerjaan sosial;
f. Memelihara dan g. Merancang dan melakukan
mengembangkan jejaring penanganan masalah sosial;
kerja dan hasil kerjasama; h. Melakukan kajian empirik
g. Mengevaluasi dan bentuk-bentuk kebijakan
bertanggung jawab atas kesejahteraan sosial;
pencapaian hasil kerja; i. Melaksanakan fungsi-fungsi
h. Mendokumentasikan, manajemen organisasi
menyimpan, mengamankan pelayanan sosial;
dan menemukan kembali j. Melakukan penelitian pekerjaan
data untuk menjamin sosial untuk penyusunan
akuntabilitas. program intervensi .
25

Seorang pekerja sosial komunitas tentunya harus

memiliki beberapa keterampilan. Menurut Mayo (1994)

keterampilan dasar pekerja sosial komunitas adalah

membangun relasi, melakukan asesmen, melakukan riset atau

investigasi, melakukan dinamika kelompok, bernegosiasi,

berkomunikasi, konsultasi, manajemen, mencari sumber dana,

penulisan (pencatatan kasus dan pelaporan), serta melakukan

pemantauan dan evaluasi. Selain itu, keterampilan lain yang

harus dimiliki oleh pekerja sosial komunitas adalah komunikasi

personal, berkelompok dan pertemuan, pendidikan masyarakat,

memotivasi, memberi semangat dan aktivitas, memecahkan

konflik, representasi dan advokasi, presentasi masyarakat,

bekerja dengan media.

Tugas-tugas yang perlu dilakukan oleh pekerja sosial

komunitas menurut Mayo (1994) adalah menjalin kontak

dengan individu, kelompok dan organisasi; Mengembangkan

profil komunitas, menilai kebutuhan dan sumber daya

masyarakat; Mengembangkan analisis strategis, merencanakan

sasaran, tujuan jangka pendek dan jangka panjang;

Memfasilitasi kemapanan kelompok sasaran; Bekerja secara

produktif dalam mengatasi konflik; Melakukan kolaborasi dan

negosiasi; Mengembangkan isu secara efektif dengan pembuat

keputusan dan implementasinya; Berkomunikasi baik lisan

maupun tulisan; Bekerja bersama individu dalam komunitas;

Mengelola sumber daya yang ada; Mendukung kelompok dan


26

organisasi memperoleh sumber daya yang dibutuhkan;

Memonitor dan mengevaluasi perkembangan program; Menarik

diri dari kelompok yang sudah berkembang; Mengembangkan,

memantau dan mengevaluasi strategi.

3. Keberfungsian dan Sasaran

a. Keberfungsian Sosial

Pekerjaan sosial selalu berkaitan erat dengan keberfungsial

sosial. Hal itu karena fokus utama pekerjaan sosial yaitu

keberfungsian sosial seperti yang dikemukaan oleh Barlett (1970)

dalam Blakely (2007). Keberfungsian sosial merupakan

kemampuan seseorang dalam mengatasi tuntutan-tuntutan

lingkangan terhadap dirinya sendiri. Jika seseorang tidak memiliki

kemampuan dalam mengatasi dan memenuhi tuntutan dari

lingkungan sosialnya, maka seseorang tersebut mengalami

masalah atau ketidakberfungsian sosial.

b. Sasaran

1) Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

Menurut Peraturan Menteri Sosial Nomor 8 Tahun 2012

tentang Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi dan

Sumber Kesejahteraan Sosial, yang dimaksud Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disebut PMKS

adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau

masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau

gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya,


27

sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya baik

jasmani, rohani, maupun sosial secara memadai dan wajar.

Di dalam peraturan yang sama seperti sebelumnya,

PMKS terdiri dari tujuh kategori dan 26 jenis permasalahan.

Tujuh kategori tersebut yaitu kemiskinan, ketelantaran,

kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial dan penyimpangan

perilaku, korban bencana dan korban tindak kekerasan,

eksploitasi, dan diskriminasi. Sedangkan 26 jenis PMKS terdiri

dari anak balita telantar, anak telantar, anak berhadapan

dengan hokum, anak jalanan, anak dengan kedisabilitasan,

anak korban tindak kekerasan, anak memerlukan perlindungan

khusus, lanjut usia telantar, penyandang disabilitas, tuna susila,

gelandangan, pengemis, pemulung, kelompok minoritas, bekas

warga binaan lembaga permasyarakatan, orang dengan

HIV/AIDS, korban penyalahgunaan Napza, korban trafficking,

korban tindak kekerasan, pekerja migran bermasalah sosial,

korban bencana alam, korban bencana sosial, perempuan

rawan sosial ekonomi, fakir miskin, keluarga bermasalah sosial

psikologis, dan komunitas adat terpencil.

2) Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS)

Menurut Peraturan Menteri Sosial Nomor 8 Tahun 2012

tentang Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi dan

Sumber Kesejahteraan Sosial, Potensi dan Sumber

Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disebut PSKS adalah


28

perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang

dapat berperan serta untuk menjaga, menciptakan,

mendukung, dan memperkuat penyelenggaraan kesejahteraan

sosial.

Kategori PSKS dibagi menjadi lima kategori yaitu

perseorangan, keluarga, kelompok, masyarakat dan/atau

lembaga. Sedangkan jenis PSKS sendiri ada 12 jenis,

diantaranya pekerja sosial professional, pekerja sosial

masyarakat, taruna siaga bencana, lembaga kesejahteraan

sosial, karang taruna, lembaga konsultasi kesejahteraan

keluarga, keluarga pioneer, wahana kesejahteraan sosial

berbasis masyarakat, wanita pemimpin kesejahteraan sosial,

penyuluh sosial, tenaga kesejahteraan sosial kecamatan, dan

dunia usaha.

4. Aset Komunitas/Strenght Perspective

Aset merupakan sebuah barang baik materil maupun non-materil

yang dapat digunakan dikemudian hari jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

Di dalam masyarakat atau komunitas juga memiliki aset. Isbandi

Rukminto Adi (2008: 285) menyebutkan bahwa aset komunitas menurut

Green dan Haines (2002) dalam bukunya Asset Building and

Community terbagi menjadi enam (modal fisik, finansial, lingkungan,

teknologi, manusia, dan sosial). Keenam modal tersebut melekat pada

masyarakat, sedangkan menurut Isbandi Rukminto Adi (2008: 287-321)

aset komunitas terdiri dari:


29

a. Modal Fisik

Modal fisik merupakan salah satu modal dasar yang terdapat

dalam masyarakat. Menurut Green dan Haines (2002: 113) dalam

Isbandi Rukminto (2008) menyebutkan bahwa dua unsur utama dari

modal fisik ini adalah bangunan dan infrastruktur (rumah, pertokoan,

kantor, jalan raya, jembatan dll.).

b. Modal Finansial

Modal finansial merupakan dukungan keuangan yang dimiliki

suatu komunitas dan dapat digunakan untuk membiayai proses

pembangunan yang diadakan dalam komunitas tersebut.

c. Modal Lingkungan

Modal lingkungan merupakan potensi yang dimiliki

masyarakat namun belum diolah secara baik. Potensi ini memiliki

nilai ekonomi yang tinggi dalam upaya pelestarian dan juga

kenyamanan hidup, berupa bumi, udara, laut, tumbuhan, dan

binatang.

d. Modal Teknologi

Keberadaan seuatu teknologi di suatu komunitas tidak berarti

teknologi yang canggih dan komplek seperti yang sdang

dikembangkan di beberapa negara. Modal teknolohi yang dimaksud

terkait dengan ketersediaan teknologi teppat guna yang bermanfaat

bagi masyarakat tersebut.

e. Modal Manusia

Unsur manusia yang penting bagi berkembangnya suatu

daerah/negara dan menjadi modal dasar dalam setiap


30

pembangunan. Modal manusia berbicara mengenai sumber daya

manusia yang berkualitas sehingga dapat menguasai teknologi

yang bermanfaat bagi masyarakat, baik itu teknologi yang

sederhana maupun canggih.

f. Modal Sosial

Modal sosial dalam suatu masyarakat menjadi sebuah perekat

antar kelompok masyarakat, norma dan aturan yang mengikat

warga masyarakat yang berada di dalamnya. Modal sosial

mengatur pola perilaku warga, juga unsur kepercayaan, dan

jaringan antar warga masyarakat ataupun kelompok lain. Terkait

dalam perilaku didalam dan antar kelompok, Aiyar (dalam Zusmelia,

Ariesta dan Irwan: 2015) mengemukakan ada tiga macam bentuk

modal sosial, yaitu:

1) Bonding Capital, modal yang mengikat anggota masyarakat

dalam kelompok tertentu.

2) Bridging Capital, modal yang menghubungan warga

masyarakat dari kelompok sosial yang berbeda.

3) Linking Capital, suatu ikatan antara kelompok warga

masyarakat yang lemah dan kurang berdaya dengan kelompok

warga masyarakat yang lebih berdaya.

g. Modal Spiritual

Pembangunan yang ada bukan merupakan pembangunan

yang bebas nilai, namun seringkali terikat dengan nilai-nilai tertentu.

Modal spiritual dalam masyarakat merupakan sebuah nilai yang

dianut oleh para elit di komunitas tersebut.


31

5. Peran Pekerja Sosial Komunitas

Isbandi (2008) menyebutkan peranan yang dapat dilakukan oleh

pekerja sosial komunitas. Peranan tersebut terbagi kedalam empat

peranan besar. Berikut merupakan tabel peranan pekerja sosial dalam

intervensi komunitas:

Tabel 2.4
Peran Pekerja Sosial Komunitas
No. Jenis Peranan Peranan
1. Peranan Fasilitatif Animasi Sosial, Mediasi dan Negosiasi,
Dukungan, Membangun Konsensus, Fasilitasi
Kelompok, Pemanfaatan Keterampilan dan
Sumber, Organisasi.
2. Peranan Edukasional Menumbuhkan Kesadaran, Menginformasikan,
Mengkonfrontasikan, Pelatihan.
3. Peranan Memeroleh Sistem Sumber, Advokasi,
Representasi Hubungan Masyarakat, Jaringan Kerja, Berbagi
Pengetahuan Pengalaman.
4. Peranan Teknikal Pengumpulan dan Analisis Data, Penggunaan
Komputer, Presentasi Lisan dan Tulisan,
Manajemen Keuangan.

a. Peranan Fasilitatif

1) Animasi Sosial menggambarkan suatu peranan yang penting

dalam praktek pekerjaan sosial masyarakat, yaitu kemampuan

untuk mengilhami, menyemangati, mengaktifkan, mendukung,

menggerakan dan memotivasi orang lain untuk tindak.

2) Mediasi dan Negosiasi, Pekerja sosial masyarakat akan sering

berhadapan dengan konflik-konflik ini, seorang pekerja sosial

masyarakat kadang-kadang berperan sebagai mediator.

3) Dukungan, satu dari peranan pekerja sosial masyarakat yang

sangat penting adalah untuk memberikan dukungan kepada

orang-orang yang dilibatkan dalam struktur dan aktivitas

masyarakat.
32

4) Membangaun Konsensus merupakan perluasan dari peranan

mediasi yang dibahas sebelumnya. Peranan ini menekankan

pada tujuan umum/bersama, mengidentifikasi alasan-alasan

umum, dan menolong masyarakat untuk mengarah pada

kesepakatan yang dapat diterima oleh orang lain.

5) Fasilitasi Kelompok dalam berbagai hal, seorang pekerja sosial

masyarakat akan memainkan peranan fasilitas dengan suatu

kelompok, apakah secara formal sebagai seorang pemimpin,

atau secara informal sebagai anggota kelompok yang mampu

membantu kelompok untuk mencapai tujuannya dengan cara

efektif.

6) Pemanfaatan Keterampilan dan Sumber-Sumber, peran

penting dari pekerja sosial masyarakat adalah untuk

mengidentifikasi dan menempatkan sumber-sumber ini, dan

membantu masyarakat untuk melihat bagaimana sumber-

sumber itu dapat digunakan.

7) Organisasi digambarkan sebagai seseorang yang “membuat

sesuatu terjadi”. Peranan ini memerlukan peranan berfikir apa

yang perlu dilakukan, dan meyakinkan bahwa hal itu terjadi.

b. Peranan Edukasional

1) Menumbuhkan kesadaran dimulai dengan menghubungkan

pribadi dengan politik, atau individu dengan struktural.

2) Menginformasikan, secara sederhana memberikan informasi

yang relevan kepada orang/masyarakat dapat menjadi peranan


33

yang sangat bermanfaat bagi seorang pekerja sosial

masyarakat.

3) Mengkonfrontasikan, dalam beberapa situasi masalah, mungkin

merupakan hal yang besar dan bahwa kelompok atau

masyarakat tidak mampu menghadapinya, maka pekerja sosial

masyarakat perlu mengkonfrontasikan kelompok dengan

konsekuensi-konsekuensi tindakannya.

4) Pelatihan merupakan peranan edukatif yang sangat khusus,

peranan ini secara sederhanan menyangkut mengajar orang-

orang atau masyarakat bagaimana melakukan sesuatu.

c. Peranan Representasi

1) Memperoleh Sistem Sumber, disatu sisi, prinsip kepercayaan

diri berusaha memanfaatkan sumber-sumber yang mungkin

diperoleh dari dalam masyarakat, namun ada waktunya bila

seorang pekerja sosial masyarakat perlu mencari sumber-

sumber dari sumber eksternal.

2) Advokasi, disini pekerja sosial masyarakat mewakili

kepentingan individu, kelompok dan masyarakat itu dan

meletakkan kasus mereka pada urusan yang lebih baik.

Peranan advokasi merupakan peranan yang sangat berkuasa,

dan dengan peranan ini pekerja sosial masyarakat mudah

berada/masuk dalam posisi yang berwenang.

3) Media Massa, pekerja sosial masyarakat dalam beberapa hal

perlu menggunakan media secara efektif. Peranan ini

menyangkut kemampuan pekerja sosial masyarakat dalam


34

penerbitan, melakukan interview di radio, televise atau media

cetak atau partisipasi dalam suatu debat atau forum.

4) Hubungan Masyarakat, pekerja sosial masyarakat perlu

menyadari tentang image yang perlu diproyeksikan oleh proyek

masyarakat, dan untuk mempromosikan image/gagasan yang

tepat dalam konteks yang lebih luas.

5) Jaringan Kerja berarti membangun hubungan dengan banyak

orang, dan mampu memanfaatkan mereka untuk

mempengaruhi perubahan.

6) Berbagi Pengetahuan dan Pengalaman, pekerja sosial perlu

saling membagi pengalaman dengan orang lain, baik dengan

sesame pekerja sosial masyarakat maupun dengan anggota

masyarakat.

d. Peranan Teknikal

1) Pengumpulan dan analisa data, peranan ini berkaitan dengan

peranan pekerja sosial masyarakat dalam penelitian sosial.

Menggunakan berbagai metode penelitian ilmu-ilmu sosial

untuk mengumpulkan data yang relevan dan untuk

menganalisa dan menyajikannya.

2) Penggunaan Komputer sangatlah penting bagi pekerja sosial

masyarakat untuk mampu menggunakan computer, selain itu

penggunaan computer dapat menjadi bagian dari strategi

pengembangan masyarakat untuk membantu anggota

masyarakat lainnya dalam memperoleh keterampilan computer.


35

3) Persentasi Lisan dan Tulisan, pekerja Pekerja sosial

masyarakat pasti membuat tulisan-tulisan, tulisan-tulisan ini

mencakup laporan tertulis, pengeluaran dana, laporan-laporan

pertemuan, kertas diskusi dan surat-surat.

4) Manajemen menjadi penting pada saat pertanggung jawaban

pengelolaan proyek. Pada level masyarakat, konsep-konsep

seperti manajemen menengah tidak diterapkan secara normal.

5) Kontrol Finansial, peranan teknis yang terakhir adalah

manajemen keuangan. Dalam bidang ini, biasanya pekerja

sosial masyarakat memiliki latar belakang atau pengalaman

sedikit dalam hal ini, dan mungkin akan lebih baik bila ia

mencari asisten yaitu orang yang memiliki keahlian akunting.

6. Metode dan Model Pendekatan Pekerja Sosial Komunitas

Praktik pekerjaan sosial memiliki tiga metode dasar, yaitu Social

Casework, Social Groupwork dan Community Work. Konteks pekerjaan

sosial di dalam sebuah komunitas (masyarakat, kebijakan dan

organisasi) menggunakan metode Community Work.

Intervensi komunitas memiliki tiga model pendekatan. Menurut

Roothman (1995) dalam Isbandi (2008) model pendekatan tersebut

adalah Locality Development, Social Action dan Social Planning.

Menurut Glen (1993) dalam Isbandi (2008) model atau bentuk intervensi

komunitas adalah Community Development, Community Services

Approach dan Community Action. Pada dasarnya kedua pendapat dan

istilah tersebut memiliki kesamaan.


36

a. Model intervensi yang lebih kepada pengembangan masyarakat

lokal dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh masyarakat

tersebut (Community Development/Locality Development).

b. Model intervensi yang berkaitan dengan kebijakan dan pelayanan

yang ada di masyarakat dengan menekankan pada perencanaan

sosial (Community Services Approach/Social Planing).

c. Model intervensi yang digunakan apabila ada pihak-pihak tertentu

yang menindas hak masyarakat (Community Action/Social Action).

Tabel 2.5
Model Pendekatan Intervensi Komunitas
No. Variabel Community Community Community
Development Action Services Approach
1. Tujuan Mengembangkan Kampanye Mengembangkan
kemandirian untuk organisasi yang
masyarakat. kepentingan beroreintasi dan
masyarakat memberikan
serta pelayanan kepada
kebijakan masyarakat.
untuk
masyarakat
2. Partisipan Masyarakat yang Kelompok Organisasidang
mendefinisikan yang tertekan pengguna layanan
dan mencoba mengorganisa sebagai rekanan.
memenuhi si diri untuk
kebutuhan meningkatkan
mereka sendiri. kekuatan.
3. Metode Menggunakn Menggunakan Memaksimalkan
proses kreatif dan teknik keterlibatan
koopertaif. kampanye pengguna layanan
pada isu-isu atau masyarakat,
konkret. serta menggunakan
hubungan antar
lembaga.
4. Peranan Tenaga Aktivis dan Manajer lembaga
professional organisatoris yang memberikan
bekerja yang pelayanan
menitikberatkan memobilisasi merestrukturisasi
pada metode non- massa untuk transaksi yang ada
direktif. aksi politis. bersama pengguna
layanan.
37

7. Strategi dan Taktik Pekerja Sosial Komunitas

Dalam literatur pekerjaan sosial, taktik telah dibagi kedalam tiga

kategori strategi yakni kolaborasi, kampanye, dan kontes (Brager &

Hollow: 1978) dalam (Netting, Kettner dan McMurtry, 2004). Sifat

strategi sangat relatif dan dapat berganti bergantung keadaan

komunitas.

Tabel 2.6
Strategi dan Taktik Intervensi Komunitas
No. Strategi Taktik Tujuan
1. Collaboration a. Implementation Pemecahan dari
(Suatu relasi pekerjaan substansi masalah ;
dimana dua sistem menyelengggarakan
setuju bahwa suatu suatu kebutuhan
perubahan harus pelayanan.
terjadi). b. Capacity Building Meningkatkan
1) Participation kemampuan dan
2) Empowerment kewenangan masyarakat.
2. Campaign a. Education Mempengaruhi para
(Suatu strategi yang b. Persuasive pembuat keputusan.
digunakan ketika target 1) Cooptation
harus diyakinkan akan 2) Lobbying
pentingnya perubahan). c. Mass Media Merubah opini publik.
Appeal
3. Contest a. Bargaining and Mendapatkan
(Suatu strategi yang Negotiation kesepakatan antara
digunakan bilamana kedua pihak.
salah satu sistem b. Large-Group Penggantian kekuasaan
menolak perubahan). Action
1) Legal
2) Ilegal
c. Active Lawsuit Mendapat perintah untuk
mengadakan aksi.
38

8. Teknik Pekerja Sosial Komunitas

Di dalam praktik pekerjaan sosial komunitas, terdapat dua besaran

metode yang didalamnya terdapat beberapa teknik yang dapat

digunakan untuk intervensi komunitas. Metode tersebut adalah

diantaranya adalah Participatory Learning and Action (dulunya disebut

Participatory Rural Apparial, (Gosling: 2003) dan Method for

Participatory Assessment. Selain teknik dalam dua metode yang telah

disebutkan, pekerja sosial komunitas juga menggunakan teknik lainnya.

Berikut ini merupakan penjelasan mengenai teknik pekerja sosial

komunitas:

1. Participatory Learning and Action (PLA)

PLA ada sebuah filosofi untuk orang luar/pekerja sosial agar

belajar tentang situasi dari masyarakat setempat dan masyarakat

setempat dapat menganalisasi masalahnya sendiri. PLA juga

merupakan metode untuk melakukan penelitian kuantitatif dan

kualitatif (Gosling: 2003). Gosling (2003) juga menambahkan bahwa

PLA merupakan sebuah pendekatan yang dapat digunakan untuk

menemukan informasi secara mendalam mengenai komunitas.

PLA atau PRA ini dapat digunakan untuk melakukan asesmen

kebutuhan terhadap komunitas, mengidentifikasi prioritas

pengembangan, merancakan intervensi dan kegiatan serta

mengimplementasikan kegiatan pengembangannya. Beberapa

teknik yang ada dalam Metode PLA ini adalah sumber data

sekunder, observasi langsung, wawancara semi terstruktur

(wawancara individu, wawancara informan kunci, wawancara dan


39

diskusi kelompok, diskusi kelompok terpusat), ranking and scoring

(well-being ranking), membuat pemetaan sosial, transects walk,

kalender musim, time lines, profil sejarah, diagram venn. Metode

PLA dan teknik yang terkandung di dalamnya digunakan pada

semua tahapan pertolongan pekerjaan sosial komunitas. Khusus

teknik, digunakan sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan kondisi

yang ada di lapangan.

2. Community Involvement (CI)

Pada umumnya CI adalah sebuah teknik yang digunakan

untuk melibatkan diri ke dalam lingkungan masyarakat agar dapat

diterima. CI menyediakan forum bagi warga untuk mendapat

informasi tentang urusan masyarakat dan keterlibatan secara aktif

dalam membuat keputusan yang pada akhirnya mempengaruhi

komunitas tersebut. Beberapa kegunaan CI menurt ICMA (2003)

dalam Sustainable Management Approaches and Revitalization

Tools (2010) adalah meningkatkan arus informasi, pemahaman

masyarakat tentang pemerintah, advokasi masyarakat, kolaborasi,

meminimalkan konflik, dan mempromosikan keadilan lingkungan.

3. Method for Participatory Assessment (MPA)

Sementara itu, untuk asesmen dan perencanaan sendiri,

selain menggunakan beberapa teknik yang ada di metode PLA,

juga menggunakan beberapa teknik yang ada di Method for

Participatory Assessment (MPA). MPA sendiri juga dikembangkan

oleh Tim yang mengembangkan PLA pada tahun 1998-199 (Dayal,

2000). MPA merupakan metode komprehensif untuk asesmen


40

sosial yang didalamnya ada proses pembelajaran untuk semua

elemen masyarakat, dengan menggunakan analisis yang holistik

terkait faktor institusional dan faktor organisasional untuk sebuah

hasil di dalam level komunitas dan dapat digunakan di berbagai

setting dengan berbagai teknolohgi (Dayal, 2000). Dayal (2000)

juga mengemukakan bahwa MPA menghubungkan antara

komunitas, institusi dan kebijakan.

MPA dapat digunakan untuk merancang dan mengawasi

keberlanjutan, peningkatan kapasitas lokal, pembaruan institusi dan

kebijakan. Dayal (2003) mengemukakan bahwa MPA menawarkan

sesuatu yang berbeda untuk berbagai lapisan masyarakat dengan

prinsip dasar. MPA dirancang untuk dapat melakukan self-

asessment dan self-analysis di setiap level. Lebih khusus, MPA

dapat digunakan oleh communities, project staff, project manager,

sector policy formulator, project designer/donors. Teknik-teknik yang

terkandung dalam MPA diantaranya well-being classification,

community map, transect walk (with rating scale), community

forum/discussion (ladder), dan policy level assesment

4. Technology of Participation (Top)

Menurut McLellan (1996) dalam Hartswood (2011) teknologi

memperluas kekuatan dan fleksibilitas sumber daya yang bisa

dikerahkan untuk mendukung berbagai komponen pembelajaran

yang terletak. Menurut Institut Cultural Affair ToP adalah metode

membawa tingkat partisipasi yang tinggi ke proses pengambilan

keputusan sambil menyematkan kemampuan untuk membuat


41

aplikasi atau aktivitas khusus yang disesuaikan. ToP memupuk

gagasan kolektif yang menghasilkan terobosan perubahan dan

semangat serta komitmen yang mendasari tindak lanjut.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ToP

merupakan sebuah teknik atau technology yang digunakan untuk

merencanakan suatu kegiatan/aktivitas sebagai suatu gagasan

kolektif dengan mengoptimalkan partisipasi dari partisipan.

9. Anak Telantar

a. Definisi Anak Telantar

Menurut Peraturan Menteri Sosial Nomor 8 Tahun 2012

tentang Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi dan Sumber

Kesejahteraan Sosial, definisi anak telantar adalah seorang anak

berusia 6 (enam) tahun sampai dengan 18 (delapan belas) tahun,

meliputi anak yang mengalami perlakuan salah dan ditelantarkan

oleh orang tua/keluarga atau anak kehilangan hak asuh dari orang

tua/keluarga. Menurut Undang- Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pada Pasal 1

disebutkan bahwa anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi

kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual maupun

sosial.

Di dalam Peraturan Menteri Sosial Nomor 8 Tahun 2012

tentang Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi dan Sumber


42

Kesejahteraan Sosial disebutkan mengenai kriteria anak telantar.

Kriterianya adalah berasal dari keluarga fakir miskin; anak yang

dilalaikan oleh orang tuanya; dan anak yang tidak terpenuhi

kebutuhan dasarnya.

b. Ciri-Ciri Anak Telantar

Ciri-ciri anak terlantar bukan hanya kategori anak yang tidak

terpenuhi kebutuhannya saja melainkan adanya beberapa pendapat

yang menyatakan adanya ciri-ciri anak terlantar yang lainnya.

Chatarina (2008: 21) mengemukakan bahwa ciri-ciri anak terlantar

antara lain anak (laki-laki/ perempuan usia 5-18 tahun), anak yatim,

piatu, yatim, yatim piatu, tidak terpenuhinya kebutuhan dasarnya,

anak yang lahir karena tindak perkosaan, tidak ada yang mengurus

dan tidak mendapat pendidikan.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Departemen Sosial

(1995:8) bahwa ciri-ciri anak terlantar adalah anak yatim, piatu,

yatim piatu terlantar 0-21 tahun, anak terlantar yang mengalami

perpecahan sehingga anak tak dapat tumbuh kembang secara

wajar baik jasmani, rohani, maupun sosial, anak terlantar yang

keluarganya tidak mampu melaksanakan fungsi dan peranan

sosialnya secara wajar”.

Hal senada juga diungkapkan Dahlan (2008: 23), yang

termasuk anak terlantar adalah anak yatim, anak piatu, anak

yatim/piatu terlantar, anak dari keluarga tidak mampu, anak putus

sekolah, dan anak yang diperlakukan salah (diperlakukan

kejam/keras/dimanja secara berlebihan).


43

c. Faktor Penyebab Anak Telantar

Keterlantaran anak disebabkan faktor penyebab yang

berbeda-beda. Faktor penyebab keterlantaran anak dapat oleh

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut dapat

berupa keadaan anak itu sendiri, keluarga maupun keadaan

lingkungannya. Faktor penyebab keterlantaran anak yang

dinyatakan Enni Hardiati dkk. (2010: 23), yaitu:

1) Keluarga dalam keadaan miskin sehingga berbagai kebutuhan

baik fisik, mental, maupun sosial untuk perkembangan anak

tidak dapat terpenuhi.

2) Keluarga yang tidak utuh lagi ataupun keluarga yang kurang

harmonis, karena orangtua meninggal dunia, perceraian, dan

sering terjadinya pertengkaran dalam keluarga menyebabkan

anak tidak sepenuhnya mendapatkan perhatian dan kasih

sayang dari orangtuanya, akibatnya anak tidak merasa aman

serta tidak mampu bergaul dengan lingkungannya.

3) Lingkungan sosial yang kurang mendukung terhadap tumbuh

kembangnya anak seperti daerah kumuh (slum), daerah kurang

sehat, dan lain-lainnya. Kondisi tersebut akan mempengaruhi

pula perkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar.

4) Kecacatan yang dimiliki oleh anak itu sendiri, sehingga dengan

kondisi kecacatan tersebut anak tidak bisa berkembang dan

menyesuaikan diri dengan lingkungan secara wajar.

Faktor-faktor dominan dapat menimbulkan masalah sosial

pada anak terlantar. Faktor-faktor dominan tersebut dapat menjadi


44

penghambat perkembangan anak. Sebagaimana yang dijelaskan

oleh Sofwan dan Sumar Sulistyo (1997: 20), yaitu:

1) Terhambatnya asuhan karena anak tak punya

orangtua/meninggal dunia salah satu atau keduanya, dan anak

yang tidak mampu secara material.

2) Terhambatnya kemampuan fisik dan mentalnya karena

kecacatan anak yang dialaminya.

3) Terhambat penyesuaian dirinya dengan lingkungan sosial.

Anak-anak yang mengalami masalah sosial perilaku

(penyimpangan; misalnya sering menganggu masyarakat yang

sedang istirahat malam) dan anak-anak yang melanggar hukum

atas putusan hakim.

4) Terhambat karena menghadapi ancaman bahaya atau tekanan

dari kondisi lingkungan yang tidak sehat, seperti anak-anak

yang hidup dalam lingkungan daerah kejahatan dan didaerah

lingkungan pelacuran.

d. Program dan Pelayanan Sosial

1) Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program

perlindungan sosial yang memberikan bantuan tunai kepada

Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dan bagi anggota

keluarga RTS diwajibkan melaksanakan persyaratan dan

ketentuan yang telah ditetapkan. Program ini, dalam jangka

pendek bertujuan mengurangi beban RTSM dan dalam jangka

panjang diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan


45

antar generasi, sehingga generasi berikutnya dapat keluar dari

perangkap kemiskinan.

2) Bantuan Operasional Sekolah (BOS), adalah program

pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya non personalia

bagi satuan pendidikan dasar dan menengah pertama sebagai

wujud pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun. BOS

diprioritaskan untuk biaya operasional non personal, meskipun

dimungkinkan untuk membiayai beberapa kegiatan lain yang

tergolong dalam biaya personil dan biaya investasi. Tujuan

umum program BOS untuk meringankan beban masyarakat

terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar

sembilan tahun yang bermutu. Sasaranprogram BOS adalah

semua siswa (peserta didik) dijenjang Sekolah Dasar

(SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Menengah Pertama

(SMP)/MadrasahTsyanawiyah (MTs), termasuk Sekolah

MenengahTerbuka (SMPT) dan Pusat Kegiatan Belajar

Mandiri(PKBM) yang diselenggarakan oleh masyarakat, baik

negeri maupun swasta di seluruh provinsi diIndonesia.

3) Bantuan Siswa Miskin (BSM) adalah program nasional yang

bertujuan untuk menghilangkan halangan siswa miskin

berpartisipasi untuk bersekolah dengan membantu siswa miskin

memperoleh akses pelayanan pendidikan yang layak,

mencegah putus sekolah, menarik siswa miskin untuk kembali

bersekolah, membantu siswa memenuhi kebutuhan dalam

kegiatan pembelajaran, mendukung program Wajib Belajar


46

Pendidikan Dasar Sembilan Tahun (bahkan hingga tingkat

menengah atas), serta membantu kelancaran program sekolah.

Melalui Program BSM ini diharapkan anak usia sekolah dari

rumah-tangga/keluarga miskin dapat terus bersekolah, tidak

putus sekolah, dan di masa depan diharapkan mereka dapat

memutus rantai kemiskinan yang saat ini dialami orangtuanya.

Program BSM juga mendukung komitmen pemerintah untuk

meningkatkan angka partisipasi pendidikan di Kabupaten/Kota

miskin dan terpencil serta pada kelompok marjinal. Program ini

bersifat bantuan langsung kepada siswa dan bukan beasiswa,

karena berdasarkan kondisi ekonomi siswa dan bukan

berdasarkan prestasi (beasiswa) mempertimbangkan kondisi

siswa, sedangkan beasiswa diberikan dengan

mempertimbangkan prestasi siswa.

4) Kartu Indonesia Pintar (KIP) adalah pemberian bantuan tunai

pendidikan kepada seluruh anak usia sekolah (6-21 tahun)

yang menerima KIP, atau yang berasal dari keluarga miskin

dan rentan (misalnya dari keluarga/rumah tangga pemegang

Kartu Keluarga Sejahtera/KKS) atau anak yang memenuhi

kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Program Indonesia

Pintar melalui KIP merupakan bagian penyempurnaan dari

Program Bantuan Siswa Miskin (BSM) sejak akhir 2014

5) Perlindungan Anak Keluarga Miskin adalah program dari Dinas

Sosial Kabupaten Sukabumi untuk memfasilitasi bayi telantar

untuk mendapatkan pelayanan di panti/balai dan/atau di adopsi,


47

memfasilitasi anak putus sekolah atau Drop Out (D.O) untuk

mendapatkan bimbingan keterampilan di Panti Sosial Bina

Remaja selama 6 bulan dan bantuan tambahan dari Dinas

Sosial berupa perlengkapan sesuai keterampilan pasca keluar

dari Panti.

D. Komunitas

1. Definisi Komunitas

Komunitas oleh Soerjono Soekanto (2010:132) diartikan sebagai

masyarakat setempat yang menunjuk pada warga sebuah desa, kota,

suku, atau bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok, baik

kelompok itu besar maupun kecil, hidup bersama sedemikian rupa

sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi

kepentingan-kepentingan hidup yang utama, kelompok tersebut disebut

masyarakat setempat. Seorjono Soekanto (2010:133) menyimpulkan

bahwa komunitas adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai

oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu. Dasar-dasar

komunitas adalah lokalitas dan perasaan komunitas tersebut.

2. Masyarakat Pedesaan

Masyarakat merupakan kelompok orang atau warga yang

mendiami sebuah wilayah (misalnya desa, kota, dan negara) yang

saling berhubungan dan saling memerlukan. Kelompok tersebut selain

mendiami sebuah wilayah juga melakukan pemenuhan kebutuhan dan

kepentingan hidup. Menurut literatur yang ada dan merujuk pada

perspektif sosiologi, masyarakat terbagi menjadi dua yaitu masyarakat

pedesaan (rural community), dan masyarakat perkotaan (urban


48

community), berikut merupakan perbedaan antara keduanya menurut

Soejono Soekanto (2012: 143):

Tabel 2.7
Perbedaan Masyarakat Desa dan Kota
Masyarakat Pedesaan Masyarakat Perkotaan
Warga memiliki hubungan yang Jumlah penduduknya tidak tentu.
lebih erat.
Sistem kehidupan berkelompok atas Individualistis.
dasar kekeluargaan.
Umumnya hidup dipertanian Pekerjaan bervariasi, tegas
batasannya dan sulit mencari
pekerjaan.
Golongan orang tua memegang Perubahan sosial terjadi secara
peranan penting. cepat dan menimbulkan konflik
antara golongan muda dan tua.
Hubungan antara penguasa dan Interaksi lebih disebabkan factor
rakyat bersifat informal. kepentingan daripada pribadi.
Perhatian masyarakat lebih pada Perhatian lebih pada penggunaan
keperluan utama kehidupan. kebutuhan hidup, masalah prestise.
Kehidupan keagamaan lebih kental. Kehidupaan keagamaan lebih
longgar.
Banyak berurbanisasi ke kota Banyak migran yang berasal dari
karena ada faktor yang menarik dari daerah dan berakibat negative di
kota. kota.

Dilihat dari karakteristik yang ada, aspek solidaritas sosial

masyarakat desa sangat kuat. Dengan demikian sistem kehidupannya

pun biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan dan adanya

lembaga kemasyarakatan yang dikenal dengan nama gotong royong.

Sedangkan untuk masta pencahariannya sendiri, pada umumnya

masyarakat desa hidup dari pertanian.

Pada komunitas pedesaan, golongan orang-orang tua umumnya

memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat pada

mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Hubungan

pemerintahhannya terjadi secara informal. Kehidupan keagamannya


49

pun masih kental dan kuat. Namun, banyak penduduk desa yang

melakukan urbanisasi karena beberapa faktor.

3. Fungsi Masyarakat

Warren (1978) dalam Mulroy (2004) mengemukakan bahwa

masyarakat memiliki paling tidak lima fungsi relevan, diantaranya:

a. Fungsi Produksi, Distribusi dan Konsumsi

Komunitas atau masyarakat harus menyediakan fungsi

produksi, distribusi dan konsumsi guna menghidupi anggotanya

(warga masyarakat). Tidak ada komunitas yang dapat bertahan

jikatidak memberi jalan bagi masyarakatnya untuk mencari nafkah

dan memdapatkan sumber daya atau material yang dibutuhkan

untuk hidup.

b. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi pada komunitas dimaksudkan untuk

menanamkan nilai dan norma yang ada. Selain itu, juga untuk

keberlanjutan hidup masyarakatnya, karena tidak ada komunitas

yang bertahan jika tidak mengatur keberlanjutannya.

c. Fungsi Kontrol Sosial

Kontrol sosial berarti memberlakukan ketaatan terhadap nilai

yang ada dimasyarakat, karena memang masyarakat adalah

sebuah sistem yang komplek. Jika tidak ada yang melakukan

pengawasan atau tidak ada peraturan, maka situasi dan kondisi

masyarakat akan berantakan.


50

d. Fungsi Patisipasi

Masyarakat harus menyediakan wadah-wadah untuk

masyarakatnya melakukan partisipasi. Wadah yang ada

dimasyarakat dimanfaatkan untuk melakukan fungsi sosialisasi

terhadap nilai dan norma yang berlaku serta untuk melakukan

kontrol sosial.

e. Fungsi Mutual-Support

Komunitas harus menyediakan kerjasama antar

masyarakatnya. Selain itu, komunitas juga harus memberikan

dukungan-dukungan dari berbagai pihak termasuk memberika

akses kepada pelayanan-pelayanan yang ada.

E. Organisasi Pelayanan Kemasyarakatan

1. Definisi

Menurut Brager dan Hollway (1978) dalam (Netting, Kettner dan

McMurtry, 2004) organisasi pelayanan kemanusiaan merupakan

penataan besar organisasi formal yang memiliki tujuan peningkatan

kesejahteraan fisik, sosial, emosional dari beberapa kompone populasi.

Organisasi pelayanan kemasyarakatan sama dengan organisasi pada

umumnya, hanya tujuan pencapaiannya saja yang berbeda.

2. Fungsi Organisasi

Fungsi organisasi pelayanan kemasyarakatan pada dasarnya

sama dengan organisasi secara umum, diantaranya:

a. Kepemimpinan dan pengarahan mengacu pad acara dimana

kebijakan dan keputusan dibuat dan gaya kepemimpinan


51

administrator tertinggi. Keputusan dapat diambil sepihak dari

pimpinan maupun dengan musyawarah dengan seluruh anggota.

b. Struktur organisasi dan rancangan pekerjaan menentukan cara

menyusun organisasi dan program serta cara

menugaskan/membagi beban kerja.

c. Seleksi, latihan perkiraan dan pengembangan dilakukan dengan

deskripsi ketentuan yang dibutuhkan organisasi.

d. Komunikasi dan kontrol merupakan unsur penting dalam organisasi

berkaitan dengan arahan dan laporan.

e. Motivasi dan sistem penghargaan berfokus pada kinerja dari

anggota organisasi.

F. Kebijakan Sosial

1. Definisi

Kebijakan sosial merupakan ketetapan pemerintah yang dibuat

untuk merespon isu-isu yang bersifat public, yang mengatasi masalah

sosial atau memenuhi kebutuhan masyarakat (Suharto: 2013).

Selebihnya menurut Bessant Wattss, Dalton dan Smith (2006) dalam

Suharto (2013) disebutkan bahwa kebijakan sosial menunjuk pada apa

yang dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya untuk meningkatkan

kualitas hidup manusia melalui pemberian beragam tunjangan

pendapatan, pelayanan kemasyarakatan dan program-program

tunjangan sosial lainnya.

2. Tujuan Kebijakan Sosial

Kebijakan sosial dibuat tentunya dengan tujuan tertentu, berikut

beberapa tujuan kebijakan sosial:


52

a. Mengantisipasi, mengurangi, atau mengatasi masalah-masalah

sosial yang terjadi di masyarakat;

b. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu, keluarga, kelompok, atau

masyarakat yang tidak dapat mereka penuhi secara sendiri-sendiri

melainkan harus melalui tindakan kolektif;

c. Meningkatkan hubungan intrasosial manusia dengan mengurangi

kedisfungsian sosial individu atau kelompok yang disebabkan oleh

faktor-faktor internal-personal maupun eksternal-struktural;

d. Meningkatkan situasi dan lingkungan sosial-ekonomi yang kondusif

bagi upaya pelaksanaan peranaan-peranan sosial dan pencapaian

kebutuhan masyarakat sesuai dengan hak, harkat, dan martabat

kemanusiaan;

e. Menggali, mengalokiskan dan mengembangkan sumber-sumber

kemasyarakatan demi tercapainya kesejahteraan sosial dan

keadilan sosial.

G. Pemerintah Desa

1. Gambaran tentang Desa

Desa menurut UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,

hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam

sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa

berkedudukan di wilayah kabupaten/kota dengan jumlah penduduk

seminimal-minimalnya berjumlah 6.000 jiwa atau 1.200 kepala keluarga


53

untuk di wilayah Jawa. Desa memiliki kewenangan meliputi kewenangan

di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan

Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan

pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat,

hak asal usul, dan atdat istiadat.

2. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

Salah satu kewenangan Desa yakni kewenangan dalam

menyelenggarakan Pemerintahan Desa. Penyelenggaraan

Pemerintahan Desa berdasarkan asas: kepastian hukum, tertib

penyelenggaraan pemerintahan, tertib kepentingan umum, keterbukaan,

proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi,

kearifan lokal, keberagaman dan partisipatif. Penyelenggaraan

Pemerintahan Desa diselengarakan oleh Pemerintah Desa yang terdiri

atas Kepala Desa dan Perangkat Desa serta diawasi oleh Badan

Permusyawaratan Desa (BPD).

Anda mungkin juga menyukai