PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seorang bidan dapat saja di tempatkan dimana saja sesuai dengan tempat – tempat yang
membutuhkannya. Bidan dapat di tempatkan pada pelayanan kesehatan di Rumah Sakit,
mendirikan Praktek sendiri, di Komunitas ( atau yang lebih di kenal Bidan desa). Oleh sebab itu
seorang bidan harus dapat menyesuaikan dirinya dengan keadaan dan lingkungan sekitarnya
(Meilani, 2009). Kebidanan (Midwifery) mencakup pengetahuan yang dimiliki dan kegiatan
pelayanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.
Komunitas berasal dari bahasa Latin yaitu “Communitas” yang berarti kesamaan, dan juga
“communis” yang berarti sama, publik ataupun banyak. Dapat diterjemahkan sebagai kelompok
orang yang berada di suatu lokasi atau daerah atau area tertentu (Meilani, Niken dkk, 2009).
Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja
sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa
hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan
memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan,
promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis
atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan (Meilani, 2009).
Indonesia adalah salah satu dari 192 negara yang bersepakat untuk bersama-sama
berusaha mencapai 8 (delapan) goal atau obyektif pada tahun 2015 yang dikenal sebagai
Millenium Development Goals (MDGs). Seperti diketahui bersama, 8 (delapan) obyektif yang
dimaksud masing‐masing adalah: (i) menghapuskan kemiskinan yang ekstrim dan kelaparan; (ii)
memenuhi kebutuhan pendidikan dasar; (iii) mempromosikan kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan; (iv) mengurangi angka kematian anak; (v) meningkatan kualitas
kesehatan ibu; (vi) memberantas HIV/AIDS, malaria, dan beragam penyakit lainnya; (vii)
menjamin keberlanjutan lingkungan hidup; dan (viii) mengembangkan kemitraan global untuk
pembangunan. Tujuan utama dari pencapaian kedelapan obyektif tersebut adalah untuk
memperbaiki kualitas ekonomi dan sosial dari masyarakat miskin yang masih sangat banyak
jumlahnya tersebar di negara‐negara tersebut. Seperti diketahui bersama, tiap‐tiap obyektif
atau goal memiliki sejumlah target dan indikator pencapaiannya masing‐masing, agar dapat
terukur pencapaiannya (KUKPRI-MDgS, 2012)
Page | 1
Oleh sebab itu, banyaknya peran bidan dalam masyarakat membuat bidan harus dapat
berbicara dan mendekatkan diri pada masyarakat, serta mampu melakukan tindakan untuk
dapat membantu masyarakat serta dapat di terima oleh masyarakat (Enyretna, 2010).
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Institusi
Dapat menambah bahan bacaan bagi yang memerlukan dan sebagai bahan masukan bagi
pelaksanaan di bidang ilmiah pada masa yang akan datang.
3. Bagi Akademik
Bagi Akademik dapat di manfaatkan dan di jadikan sebagai bahan dasar bagi penelitian
selanjutnya.
4. Bagi Peneliti
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan melatih peneliti dalam kemampuan berfikir dan
menjadi bekal di bidang pelayanan kelak.
Page | 2
BAB II
PEMBAHASAN
Page | 3
2) Mengembangkan kemampuan masyarakat, hal ini berbeda dengan memecahkan
masalah yang dihadapi atas dasar swadaya sebatas kemampuan.
Page | 4
4. BIDAN KOMUNITAS DALAM MASYARAKAT
1) Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan kepada anggota
masyarakat tentang kesehatan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang harus
meningkat terhadap kesehatan untuk kepentingan diri, keluarga dan masyarakat.
Pendidikan mencangkup pendidikan formal, pelatihan dan penyuluhan (Meilani, 2009).
2) Pelatihan
Pelatihan adalah pendidikan singkat yang dilakukan kepada seseorang atau lebih
guna meningkatkan ketrampilan tertentu. Tujuan pelatihan adalah dihasilkannya
seseorang atau sejumlah orang yang mempunyai keterampilan tertentu (Meilani, 2009).
Untuk mendukung penerapan kurikulum tersebut, didalam rencana pelatihan
ditentukan tenaga pelatih, sarana dan fasilitas serta pembiayaan pelatihan.
a. Perlatihan Dukun
Tujuan pelatihan dukun adalah untuk meningkatkan keterampilan dukun dalam
melayani ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi yang dilahirkan sesuai dengan
persyaratan kesehatan. Kurikulum dukun mencangkup sebagai berikut :
1. Struktur dan fisiologis sistem reproduksi secara umum
2. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil
3. Pertolongan persalinan
4. Asuhan ibu nifas
5. Asuhan pada bayi baru lahir
6. Bekerja secara aseptic
7. Penyuluhan
8. Penyakit yang pada umumnya menggangu kesehatan ibu dan bayi
9. Cara merujuk pasien
10. Peralatan dukun
b. Pelatihan kader kesehatan desa
Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang melakukan kegiatan progam
kesehatan desa.
a) Tujuan pelatihan : Tujuan pelatihan kader adalah agar kader mampu
memahami dan mampu berperan dalam pelaksanaan program-program
Page | 5
kesehatan terutama progam KB kesehatan.
b) Kriteria : Kriteria kader adalah diterima dan dipilih oleh masyarakat serta
bersedia dan sanggup menjadi kader kesehatan.
c) Penyelenggara pelatihan : Penyelenggara pelatihan adalah puskesmas dengan
tim pelatih yang terdiri dari :
1. Pimpinan puskesmas
2. Staf puskesmas (antara lain bidan)
3. Petugas sektor-sektor lain tingkat kecamatan yang berkaitan
(BKKBN, Bangdes, pertanian, agama).
c. Kursus Ibu
d. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang kesehatan terutama berkaitan
dengan kehamilan dan persalinan, dilakukan melalui kursus ibu. Tujuan untuk
memberikan kursus ibu adalah untuk memberikan pemahaman kepada ibu tentang
masalah kesehatan yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Secara khusus
tujuan kursus ibu adalah memberi pengetahuan ibu tentang:
a. Hygiene program menuju hidup sehat
c. Jalannya persalinan
e. Keluarga berencana
2) Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan yang berlandaskan prinsip belajar, pemberian informasi
atau nasehat yang ditujukan kepada individu, kelompok atau masyarakat tentang bagaimana hidup
sehat.
Page | 6
Tujuan penyuluhan kesehatan adalah tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan
masyarakat dalam membina, memelihara perilaku dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam
upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Metode dalam penyuluhan :
1) Ceramah
2) Dialog
2) “FLIPCHART”
A. PENGERTIAN
Peran serta masyarakat adalah suatu bentuk bantuan masyarakat dalam hal pelaksanaan upaya
kesehatan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitattif dalam bentuk bantuan tenaga, dana, sarana,
prasarana serta bantuan moralitas sehingga tercapai tingkat kesehatan yang optimal.
Tujuan Umum
Meningkatnya jumlah dan mutu upaya masyarakat dalam bidang kesehatan
Tujuan Khusus
a. Meningkatnya kemampuan pemimpin, pemuda, dan tokoh masyarakat dalam merintis dan
menggerakkan upaya kesehatan di masyarakat
b. Meningkatnya kemampuan organisasi masyarakat dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan
c. Meningkatnya kemampuan masyarakat dan organisasi masyarakat dalam menggali, menghimpun
dan mengelola dana / sarana masyarakat untuk upaya kesehatan
C. SASARAN
1. Tokoh masyarakat (tokoh formal, tokoh adat, tokoh agama dan sebagainya)
2. Keluarga dan dasa wisma (persepuluhan keluarga)
3. Kelompok masyarakat dengan kebutuhan khusus kesehatan (generasi muda, wanita, angkatan kerja
dan lain-lain)
4. Organisasi masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menyelenggarakan upaya
kesehatan, antara lain : organisasi profesi, pengobatan tradisional, lembaga swadaya masyarakat
(LSM), dan sebagainya
5. Masyarakat umum di desa, di kota dan di pemukiman khusus (tarnsmigran dan sebagainya)
Page | 8
kemasyarakatan untuk berkiprah dalam pembangunan kesehatan dengan mendaya gunakan
sumberdaya masyarakat sendiri
d. Peningkatan para penyelenggara upaya kesehatan dalam menerapkan (KIM) dan menggalang (PSM)
untuk pembangunan kesehatan
2. Strategi Peningkatan PSM
a. Mematangkan kesiapan masyarakat untuk berperan serta dalam pembangunan kesehatan dengan
menerapkan Komunikasi Informasi dan Motivasi (KIM) dalam rangka menumbuhkan “public opinion”
yang positif yang dilakukan melalui pendekatan kepada :
- individu
- keluarga (diberikan dengan pendekatan perorangan)
- kelompok persepuluhan
- organisasi / kelembagaan masyarakat, dan
- masyarakat umum (dilakukan melalui penggunaan media elektronik, media cetak dan tradisional)
b. Mewujudkan pemimpin dan perintis pembangunan kesehatan dalam masyarakat dengan
pendekatan :
formal : melalui LKMD / PKK dan perangkatnya
informal : melalui organisasi kemasyarakatan
kelompok masyarakat : (organisasi / kelompok keagamaan,
kewanitaan, kepemudaan, ketenaga kerjaan, ekonomi, pendidikan, peminatan,
profesi)
c. Mengenal, mengajak, memberi kesempatan dan melibatkan berbagai organisasi kemasyarakatan
untuk berkiprah dalam pembangunan kesehatan sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya di
semua tingkat
Page | 9
dengan memnfaatkan media masa dan sistem informasi kesehatan.
b. Persiapan petugas penyelenggara melalui pelatihan, orientasi atau sarasehan kepemim- pinan di
bidang kesehatan
c. Persiapan masyarakat melalui rangkaian kegiatan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam mengenal dan memecahkan masalah kesehatan, dengan menggali dan menggerakkan sumber
daya yang dimilikinya.
Kondisi ini didapatkan dari proses tumbuh kembang individu sejak masa bayi/anak dan berkembang pula
dari pendidikan serta pengalaman hidupnya dalam berinteraksi dengan lingkungan/masyarakatnya.
Dengan memahami sikap mental masyarakat (norma), maka para pemberi pelayanan sebagai “Prime
Mover” akan dapat membentuk strategi perekayasaan manusia dan sosial..
Page | 11
sosial atau ikatan. Sesuai dengan kepentingan dan aspirasi anggotanya sistem sosial tersebut dapat
berupa organisasi/ikatan : politik, ekonomi, sosbud, agama, profesi, pendidikan, hukum, dll.
Organisasi / institusi bentukan dari sistem sosial tersebut bervariasi besarnya dan profil sosial
ekonominya, serta tingkatannya, mulai dari paguyuban atau bahkan kelompok terisolir pada tingkat
desa, kota dan nasional.
5) Tingkat kemampuan sumber daya
perilaku individu juga diepengaruhi oleh tersedianya sumber daya terutama sarana untuk pemenuhan
kebutuhan baik yang dimiliki olehnya maupun yang tersedia dimasyarakat
b. Perilaku masyarakat
Perilaku masyarakat dipengaruhi terutama oleh keadaan politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan
agama
1) Keadaan dan struktur politik ; sangat penting peranannya dalam mempengaruhi derajat perilaku
masyarakat yang selanjutnya akan mewujudkan peran serta masyarakat. Kestabilan dan kesepakatan
politik, perangkat-perangkat lunak juga hukum yang ada serta wadah yang jelas merupakan hal
penting dalam menunjang perwujudan kearah itu.
2) Keadaan ekonomi ; sangat penting pula pengaruhnya terhadap perwujudan peran serta masyarakat,
mengingat kemajuan yang dicapai dibidang ekonomi lebih memungki nkan kemampuan masyarakat
untuk berperan serta dalam berbagai aspek pembangunan
3) Aspek sosial-budaya ; turut menentukan pula pengaruhnya terhadap perwujudan peran serta
masyarakat. Dalam berbagai hal masih sering dijumpai situasi dimana tata nilai budaya masyarakat
indonesia tertentu belum lagi memungkinkan terwujudnya perilaku hidup sehat, apalagi untuk
berperan serta dalam pembangunan kesehatan seperti yang diharapkan.
4) Aspek pendidikan ; tingkat pendidikan suatu bangsa akan mempengaruhi perilaku rakyatnya. Makin
tinggi pendidikan masyarakat makin tinggi kesadaran kesehatannya.
5) Aspek Agama ; ketentuan atau ajaran-ajaran yang berlaku dalam berbagai agama mempengaruhi
perilaku masyarakat. Agama dapat merupakan jembatan ataupun hambatan bagi terwujudnya
perilaku positif masyarakat dalam kesehatan.
Mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat bukan pekerjaan mudah. Partisipasi masyarakat
memerlukan kemampuan, kesempatan dan motivasi. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
Page | 12
partisipasi masyarakat dapat terjadi dalam berbagai tingkatan, yaitu :
Tingkat partisipasi masyarakat nomor 5 biasanya muncul di negara-negara maju yang berpaham
demokrasi. Sedangkan partisipasi yang muncul di negara-negara sedang berkembang yang pola
budayanya umumnya paternalistik, tingkat partisipasi masyarakatnya adalah nomor 1 s/d nomor 4
(terutama nomor 1 s/d 3).
Umumnya orang berpendapat bahwa partisipasi masyarakat erat kaitannya dengan sifat gotong-royong
masyarakat yang sudah membudaya, namun itu bukan satu-satunya faktor penentu yang
mempengaruhi partisipasi, akan tetapi partisipasi masyarakat itu merupakan hal yang kompleks dan
sering sulit diperhitungkan karena terlalu banyak faktor yang mempengaruhinya.
Dalam upaya mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat ada beberapa faktor yang bisa
membantu atau mendorong upaya tersebut, yang antara lain adalah :
a. Faktor pendorong di masyarakat
Konsep partisipasi masyarakat sebenarnya bukan hal yang baru bagi ki ta di Indonesia. Dari sejak nenek
moyang kita, telah dikenal adanya semangat gotong-royong dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
di masyarakat. Semangat gotong-royong ini bertolak dari nilai-nilai budaya yang menyangkut
hubungan antar manusia. Semangat ini mendorong timbulnya partisipasi masyarakat
b. Faktor pendorong di pihak provider
Faktor pendorong terpenting yang ada di pihak provider adalah adanya kesadaran di lingkungan
provider, bahwa perilaku merupakan faktor penting dan besar pengaruhnya terhadap derajat
kesehatan. Kesadaran ini melandasi pemikiran pentingnya partisipasi masyarakat. Selain itu
Page | 13
keterbatasan sumber daya dipihak provider juga merupakan faktor yang sangat mendorong pihak
provider untuk mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat.
1) Dengan adanya partisipasi masyarakat, berarti adanya penemuan dan pengerahan potensi
masyarakat untuk pembangunan di bidang kesehatan, dan membantu memecahkan masalah
keterbatasan sumber daya yang dimiliki pemerintah, baik sumber daya tenaga, biaya, maupun
fasilitas.
2) Partisipasi masyarakat membantu upaya perluasan jangkauan pelayanan kesehatan
3) Partisipasi masyarakat menciptakan adanya rasa ikut memiliki dan rasa ikut bertanggung jawab
dipihak masyarakat terhadap masalah dan program kesehatan, hingga hal ini memperlancar
munculnya aspirasi-aspirasi dari bawah.
4) Partisipasi masyarakat dapat pula merupakan wadah dan jalur untuk kontrol terhadap pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan pemerintah
5) Partisipasi masyarakat dibidang kesehatan dapat menjadi pintu masuk (entry point) bagi partisipasi
masyarakat dalam pembangunan di bidang lain
6) Partisipasi masyarakat merupakan mekanisme berkembangnya dialog antara masyarakat dan pihak
penyelenggaraan pelayanan (provider) dan antara masyarakat denganmasyarakat sendiri , hingga
tercipta kesamaan berbagai pengertian dan pandangan tentang masalah dan cara pendekatannya.
1. Membangun hubungan. Pendekatan Kinerja petugas dimulai dengan identifikasi dan analisa praktik
baik dalam Penguatan Sistem Kesehatan sebagai dasar bukti perencanaan dan pelaksanaan program
bersama. Pada saat yang bersamaan, Kinerja petugas akan bekerja untuk membangun hubungan
kerja fungsional dengan seluruh tingkatan pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan
dalam masyarakat sipil, misal pemuka agama dan tokoh adat. Kinerja petugas akan bekerjasama
dengan institusi lokal utama, dinas kesehatan kabupaten, Badan perencanaan daerah (Bappeda),
Page | 15
dan Dewan perwakilan rakyat daerah provinsi (DPRP) dan Dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD).
3. Meningkatkan pemahaman warga negara tentang hak kesehatan mereka. Kinerja petugas akan
bekerja untuk mendorong warga negara mengetahui hak kesehatan mereka dan mampu meminta
pelaksanaan pelayanan kesehatan yang lebih baik di bidang KIA, HIV/AIDS, dan TB. Pemahaman
warga negara tentang hak kesehatan mereka yang lebih baik dan kontekstualisasi praktik baik dalam
konteks budaya lokal akan membantu meningkatkan hubungan dengan penyedia pelayanan
kesehatan. Pesan-pesan kesehatan akan dibuat melalui penelitian antropologi dan diskusi dengan
pemuka agama dan tokoh adat.
4. Keterlibatan forum lintas pemangku kepentingan (MSF). Kinerja petugas akan membentuk MSF
untuk meningkatkan kemitraan antara pemerintah daerah, organisasi masyarakat sipil, pemuka
agama dan tokoh adat, serta warga negara untuk mencapai pelayanan kesehatan yang lebih baik.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Definisi dari pendekatan edukatif dalam peran serta masyarakat yaitu rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan secara sistematis, terencana dan terarah dengan partisipasi aktif individu, kelompok,
masyarakat secara keseluruhan untuk memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat dengan
mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi dan budaya setempat (Me ilani, 2009). Tujuan
pendekatan edukatif antara lain :
1) Memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat yang merupakan masalah kebidanan
komunitas.
2) Mengembangkan kemampuan masyarakat, hal ini berbeda dengan memecahkan masalah yang
dihadapi atas dasar swadaya sebatas kemampuan.
2. Saran
Dalam melakukan strategi pendekatan edukatif diharapkan bidan berupaya untuk memberikan
pengetahuan kepada anggota masyarakat tentang kesehatan sehingga terjadi perubahan perilaku
positif yang harus meningkat terhadap kesehatan untuk kepentingan diri, keluarga dan masyarakat
serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Untuk masyarakat
diharapkan berpartisipasi dalam kegiatan edukatif yang telah diberikan oleh bidan agar
Page | 17
mendapatkan keuntungan yang positif sehingga masyarakat mampu mengaplikasikan kegiatan
tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercapainya masyarakat sehat dan sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI. Jakarta.
Depkes RI, (2006) Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit, Direktorat Bina Kesehatan Anak,
Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
Depkes RI. (2002). Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta.
Depkes RI. (2002). Kompetensi Bidan Indonesia. Jakarta
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan.
Konggres Obtetri dan Gynecologi Indonesia XII. (2003). Forum Dokter Bidan. Yogyakarta.
Markum. A.H. dkk. (1991). Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta.
UU no 23 tahun 1992 tentang kesehatan
Syahlan, J.H. (1996). Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan.
Page | 18
Page | 22
Page | 23