Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ASKEB V (KOMUNITAS)

STRATEGI PELAYANAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS MELALUI PENDEKATAN


EDUKATIF DALAM PERAN SERTA MASYARAKAT

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:


1. NUR FITRYANI (1013000230)
2. RENITA RISKY AMELIANI (1013000247)
3. THERESIA SARY ANDREAS (1013000253)
4. ANDIANA KANENDYAH PUTRI(1013000254)
5. ASRI KHOIRUNNISA (1013000256)
6. RUSDHANI MARGIANI (1013000259)
7. FLORIDA O BUNGA (1013000260)
8. MERIZA ZULFA (1013000263)
9. RIZKIA TAUHIDILLAH (1013000266)
10. MASANIA ZEGA (1013000267)
11. MARISA SAFITRI (130420273)
12. CINDI IZA NURJANAH (130420275)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU


PROGRAM STUDI KEBIDANAN
JAKARTA 2015
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seorang bidan dapat saja di tempatkan dimana saja sesuai dengan tempat – tempat yang
membutuhkannya. Bidan dapat di tempatkan pada pelayanan kesehatan di Rumah Sakit,
mendirikan Praktek sendiri, di Komunitas ( atau yang lebih di kenal Bidan desa). Oleh sebab itu
seorang bidan harus dapat menyesuaikan dirinya dengan keadaan dan lingkungan sekitarnya
(Meilani, 2009). Kebidanan (Midwifery) mencakup pengetahuan yang dimiliki dan kegiatan
pelayanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.

Komunitas berasal dari bahasa Latin yaitu “Communitas” yang berarti kesamaan, dan juga
“communis” yang berarti sama, publik ataupun banyak. Dapat diterjemahkan sebagai kelompok
orang yang berada di suatu lokasi atau daerah atau area tertentu (Meilani, Niken dkk, 2009).
Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja
sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa
hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan
memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan,
promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis

atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan (Meilani, 2009).

Indonesia adalah salah satu dari 192 negara yang bersepakat untuk bersama-sama
berusaha mencapai 8 (delapan) goal atau obyektif pada tahun 2015 yang dikenal sebagai
Millenium Development Goals (MDGs). Seperti diketahui bersama, 8 (delapan) obyektif yang
dimaksud masing‐masing adalah: (i) menghapuskan kemiskinan yang ekstrim dan kelaparan; (ii)
memenuhi kebutuhan pendidikan dasar; (iii) mempromosikan kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan; (iv) mengurangi angka kematian anak; (v) meningkatan kualitas
kesehatan ibu; (vi) memberantas HIV/AIDS, malaria, dan beragam penyakit lainnya; (vii)
menjamin keberlanjutan lingkungan hidup; dan (viii) mengembangkan kemitraan global untuk
pembangunan. Tujuan utama dari pencapaian kedelapan obyektif tersebut adalah untuk
memperbaiki kualitas ekonomi dan sosial dari masyarakat miskin yang masih sangat banyak
jumlahnya tersebar di negara‐negara tersebut. Seperti diketahui bersama, tiap‐tiap obyektif
atau goal memiliki sejumlah target dan indikator pencapaiannya masing‐masing, agar dapat
terukur pencapaiannya (KUKPRI-MDgS, 2012)

Page | 1
Oleh sebab itu, banyaknya peran bidan dalam masyarakat membuat bidan harus dapat
berbicara dan mendekatkan diri pada masyarakat, serta mampu melakukan tindakan untuk
dapat membantu masyarakat serta dapat di terima oleh masyarakat (Enyretna, 2010).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian pendekatan edukatif dalam peran serta masyarakat?

2. Bagaimana strategi Bidan dalam pendekatan edukatif kepada masyarakat?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor dalam melaksanakan program pelayanan


kebidanan di komunitas.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor dalam melaksanaan program pelayanan


kebidanan di komunitas ditinjau dari pengetahuan.

b. Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor dalam melaksanaan program pelayanan


kebidanan di komunitas ditinjau dari pendidikan.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Institusi

Dapat menambah bahan bacaan bagi yang memerlukan dan sebagai bahan masukan bagi
pelaksanaan di bidang ilmiah pada masa yang akan datang.

2. Untuk Tempat Penelitian

Dapat menambah wawasan bagi penelitian dalam mempersiapkan mengolah, menganalisa


dan menginformasikan data temuan.

3. Bagi Akademik

Bagi Akademik dapat di manfaatkan dan di jadikan sebagai bahan dasar bagi penelitian
selanjutnya.

4. Bagi Peneliti

Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan melatih peneliti dalam kemampuan berfikir dan
menjadi bekal di bidang pelayanan kelak.

Page | 2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENDEKATAN EDUKATIF DALAM PERAN SERTA MASYARAKAT


Pelayanan kebidanan komunitas dikembangkan berawal dari pola hidup masyarakat yang
tidak lepas dari faktor lingkungan, adat istiadat, ekonomi, sosial budaya, dll. Sebagian masalah
komunitas merupakan hasil perilaku masyarakat sehingga perlu melibatkan masyarakat secara
aktif. Keberadaan kader kesehatan dari masyarakat sangat penting untuk meningkatkan rasa
percaya diri masyarakat terhadap kemampuan yang mereka miliki (Diah, 2012).
1. DEFINISI
a. Secara Umum
Rangakaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis, terencana dan terarah dengan
partisipasi aktif individu, kelompok, masyarakat secara keseluruhan untuk memecahkan
masalah yang dirasakan masyarakat dengan mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi
dan budaya setempat
b. Secara Khusus
Merupakan model dari pelaksanaan organisasi dalam memecahkan masalah yang
dihadapi masyarakat dengan pendekatan pokok yaitu pemecahan masalah dan proses
pemecahan masalah tersebut.
Definisi dari pendekatan edukatif dalam peran serta masyarakat yaitu rangkaian kegiatan
yang dilaksanakan secara sistematis, terencana dan terarah dengan partisipasi aktif individu,
kelompok, masyarakat secara keseluruhan untuk memecahkan masalah yang dirasakan
masyarakat dengan mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi dan budaya setempat (Meilani,
2009).

2. TUJUAN PENDEKATAN EDUKATIF


Menurut Meilani (2009) Pada saat petugas kesehatan melaksanakan pendekatan edukatif
dalam peran serta masyarakat pastilah mempunyai tujuan. Tujuan pendekatan edukatif antara
lain :
1) Memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat yang merupakan masalah
kebidanan komunitas.

Page | 3
2) Mengembangkan kemampuan masyarakat, hal ini berbeda dengan memecahkan
masalah yang dihadapi atas dasar swadaya sebatas kemampuan.

3. STRATEGI DASAR PENDEKATAN EDUKATIF


1) Mengembangkan Provider
Perlu adanya kesamaan persepsi dan sikap mental positif terhadap pendekatan yang
ditempuh serta sepakat untuk mensukseskan.
Langkah-langkah pengembangan provider :
a. Pendekatan terhadap pemuka atau pejabat masyarakat
Bertujuan untuk mendapat dukungan, sehingga dapat menentukan kebijakan
nasional atau regional. Bentuknya pertemuan perorangan, dalam kelompok kecil,
pernyataan beberapa pejabat yang berpengaruh.
b. Pendekatan terhadap pelaksana dari sektor di berbagai tingkat administrasi sampai
dengan tingkat desa
Tujuan yang akan dicapai adalah adanya kesepahaman, memberi dukungan dan
merumuskan kebijakan serta pola secara makro. Berbentuk lokakarya, seminar,
raker, musyawarah.
c. Pengumpulan data oleh sektor kecamatan/desa
Merupakan pengenalan situasi dan masalah menurut pandangan petugas atau
provider. Macam data yang dikumpulkan meliputi data umum, data khusus, dan
data perilaku.
2) Pengembangan Masyarakat
Pengembangan masyarakat adalah menghimpun tenaga masyarakat untuk mampu dan
mau mengatasi masalahnya sendiri secara swadaya sebatas kemampuan. Dengan
melibatkan partisipasi aktif masyarakat untuk menentukan masalah, merencanakan
alternatif, melaksanakan dan menilai usaha pemecahan masalah yang dilaksanak an.
Langkah-langkahnya meliputi pendekatan tingkat desa, survey mawas diri, perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian serta pemantapan dan pembinaan (Diah, 2012).

Page | 4
4. BIDAN KOMUNITAS DALAM MASYARAKAT
1) Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan kepada anggota
masyarakat tentang kesehatan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang harus
meningkat terhadap kesehatan untuk kepentingan diri, keluarga dan masyarakat.
Pendidikan mencangkup pendidikan formal, pelatihan dan penyuluhan (Meilani, 2009).
2) Pelatihan
Pelatihan adalah pendidikan singkat yang dilakukan kepada seseorang atau lebih
guna meningkatkan ketrampilan tertentu. Tujuan pelatihan adalah dihasilkannya
seseorang atau sejumlah orang yang mempunyai keterampilan tertentu (Meilani, 2009).
Untuk mendukung penerapan kurikulum tersebut, didalam rencana pelatihan
ditentukan tenaga pelatih, sarana dan fasilitas serta pembiayaan pelatihan.
a. Perlatihan Dukun
Tujuan pelatihan dukun adalah untuk meningkatkan keterampilan dukun dalam
melayani ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi yang dilahirkan sesuai dengan
persyaratan kesehatan. Kurikulum dukun mencangkup sebagai berikut :
1. Struktur dan fisiologis sistem reproduksi secara umum
2. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil
3. Pertolongan persalinan
4. Asuhan ibu nifas
5. Asuhan pada bayi baru lahir
6. Bekerja secara aseptic
7. Penyuluhan
8. Penyakit yang pada umumnya menggangu kesehatan ibu dan bayi
9. Cara merujuk pasien
10. Peralatan dukun
b. Pelatihan kader kesehatan desa
Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang melakukan kegiatan progam
kesehatan desa.
a) Tujuan pelatihan : Tujuan pelatihan kader adalah agar kader mampu
memahami dan mampu berperan dalam pelaksanaan program-program
Page | 5
kesehatan terutama progam KB kesehatan.
b) Kriteria : Kriteria kader adalah diterima dan dipilih oleh masyarakat serta
bersedia dan sanggup menjadi kader kesehatan.
c) Penyelenggara pelatihan : Penyelenggara pelatihan adalah puskesmas dengan
tim pelatih yang terdiri dari :
1. Pimpinan puskesmas
2. Staf puskesmas (antara lain bidan)
3. Petugas sektor-sektor lain tingkat kecamatan yang berkaitan
(BKKBN, Bangdes, pertanian, agama).
c. Kursus Ibu
d. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang kesehatan terutama berkaitan
dengan kehamilan dan persalinan, dilakukan melalui kursus ibu. Tujuan untuk
memberikan kursus ibu adalah untuk memberikan pemahaman kepada ibu tentang
masalah kesehatan yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Secara khusus
tujuan kursus ibu adalah memberi pengetahuan ibu tentang:
a. Hygiene program menuju hidup sehat

b. Kesehatan ibu untuk kepentingan janin

c. Jalannya persalinan

d. Persiapan menyusui bayi kelak

e. Keluarga berencana

2) Penyuluhan

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan yang berlandaskan prinsip belajar, pemberian informasi
atau nasehat yang ditujukan kepada individu, kelompok atau masyarakat tentang bagaimana hidup
sehat.

Page | 6
Tujuan penyuluhan kesehatan adalah tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan
masyarakat dalam membina, memelihara perilaku dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam
upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Metode dalam penyuluhan :

1) Ceramah

2) Dialog

Alat bantu penyuluhan:

1) Kartu (“Flash cart”)

2) “FLIPCHART”

PERAN SERTA MASYARAKAT

A. PENGERTIAN

 Peran serta masyarakat adalah suatu bentuk bantuan masyarakat dalam hal pelaksanaan upaya
kesehatan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitattif dalam bentuk bantuan tenaga, dana, sarana,
prasarana serta bantuan moralitas sehingga tercapai tingkat kesehatan yang optimal.

 Peran serta masyarakat adalah proses untuk :


1. Menumbuhkan dan meningkatkan tanggung jawab individu, keluarga terhadap kesehatan /
kesejahteraan dirinya, keluarganya dan masyarakat

2. Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam pembangunan kesehatan, sehingga


individu / keluarga tumbuh menjadi perintis pembangunan (agent of development) yang dilandasi
semangat gotong royong
Page | 7
B. TUJUAN

Tujuan Umum
Meningkatnya jumlah dan mutu upaya masyarakat dalam bidang kesehatan
Tujuan Khusus
a. Meningkatnya kemampuan pemimpin, pemuda, dan tokoh masyarakat dalam merintis dan
menggerakkan upaya kesehatan di masyarakat
b. Meningkatnya kemampuan organisasi masyarakat dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan
c. Meningkatnya kemampuan masyarakat dan organisasi masyarakat dalam menggali, menghimpun
dan mengelola dana / sarana masyarakat untuk upaya kesehatan

C. SASARAN
1. Tokoh masyarakat (tokoh formal, tokoh adat, tokoh agama dan sebagainya)
2. Keluarga dan dasa wisma (persepuluhan keluarga)
3. Kelompok masyarakat dengan kebutuhan khusus kesehatan (generasi muda, wanita, angkatan kerja
dan lain-lain)
4. Organisasi masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menyelenggarakan upaya
kesehatan, antara lain : organisasi profesi, pengobatan tradisional, lembaga swadaya masyarakat
(LSM), dan sebagainya
5. Masyarakat umum di desa, di kota dan di pemukiman khusus (tarnsmigran dan sebagainya)

D. KEBIJAKSANAAN POKOK DAN STRATEGI PENINGKATAN PSM


1. Kebijaksanaan pokok
a. Dilakukan melalui berbagai jalur :
mengutamakan organisasi kemasyarakatan yang ada menerapkan teknologi komunikasi, informasi,
motivasi (KIM)
b. Pembentukan dan pembinaan kepemimpinan yang berorientasi kesehatan terhadap
pemimpin/pemuda/tokoh dalam organisasi kemasyarakatan.
c. Pemberian kemampuan, kekuatan dan kesempatan yang lebih banyak kepada organisasi

Page | 8
kemasyarakatan untuk berkiprah dalam pembangunan kesehatan dengan mendaya gunakan
sumberdaya masyarakat sendiri
d. Peningkatan para penyelenggara upaya kesehatan dalam menerapkan (KIM) dan menggalang (PSM)
untuk pembangunan kesehatan
2. Strategi Peningkatan PSM
a. Mematangkan kesiapan masyarakat untuk berperan serta dalam pembangunan kesehatan dengan
menerapkan Komunikasi Informasi dan Motivasi (KIM) dalam rangka menumbuhkan “public opinion”
yang positif yang dilakukan melalui pendekatan kepada :
- individu
- keluarga (diberikan dengan pendekatan perorangan)
- kelompok persepuluhan
- organisasi / kelembagaan masyarakat, dan
- masyarakat umum (dilakukan melalui penggunaan media elektronik, media cetak dan tradisional)
b. Mewujudkan pemimpin dan perintis pembangunan kesehatan dalam masyarakat dengan
pendekatan :
 formal : melalui LKMD / PKK dan perangkatnya
 informal : melalui organisasi kemasyarakatan
 kelompok masyarakat : (organisasi / kelompok keagamaan,
kewanitaan, kepemudaan, ketenaga kerjaan, ekonomi, pendidikan, peminatan,
profesi)
c. Mengenal, mengajak, memberi kesempatan dan melibatkan berbagai organisasi kemasyarakatan
untuk berkiprah dalam pembangunan kesehatan sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya di
semua tingkat

d. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan kelanjutan bagi para penyelenggara upaya


kesehatan guna mendalami dan mengamalkan pendekatan masyarakat yang berhasil guna dan
berdaya guna.

E. LANGKAH PENGEMBANGAN DAN KEGIATAN MENGEMBANGKAN PSM Langkah Pengembangan


PSM Umum :
a. Penggalangan dukungan penentu kebijaksanaan, pemimpin wilayah, lintas sektor dan berbagai
organisasi kesehatan yang dilaksanakan melalui dialog, seminar, lokakarya dalam rangka KIM,

Page | 9
dengan memnfaatkan media masa dan sistem informasi kesehatan.
b. Persiapan petugas penyelenggara melalui pelatihan, orientasi atau sarasehan kepemim- pinan di
bidang kesehatan
c. Persiapan masyarakat melalui rangkaian kegiatan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam mengenal dan memecahkan masalah kesehatan, dengan menggali dan menggerakkan sumber
daya yang dimilikinya.

Kegiatan Mengembangkan PSM Umum :


a. Pendekatan kepada tokoh masyarakat
b. Survey mawas diri masyarakat untuk mengenali masalah kesehatan (diagnosa masalah kesehatan)
c. Musyawarah masyarakat desa untuk penentuan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi
(penetapan resep pemecahan masalah oleh masyarakat dan latihan kader)
d. Pelaksanaan kegiatan kesehatan oleh dan untuk masyarakat melalui kadernya yang telah terlatih
(tindakan terapi oleh masyarakat)
e. Pengembangan dan pelestarian kegiatan kesehatan oleh masyarakat
f. Pengenalan sosio- budaya masyarakat setempat

F. KERANGKA TEORI PERAN SERTA MASYARAKAT

1. Faktor yang mempengaruhi Peran Serta Masyarakat


a. Perilaku individu
Perilaku individu dipengaruhi oleh berbagai hal seperti : tingkat pengetahuan, sikap mental, tingkat
kebutuhan individu, tingkat keterikatan dalam kelompok, tingkat kemampuan sumber daya yang
ada.
1) Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan seseorang mempengaruhi perilaku individu. Makin tinggi pendidikan /
pengetahuan kesehatan seseorang, makin tinggi kesadaran untuk berperan serta. Penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan langsung antar tingkat pendidikan ibu dan kesehatan
keluarganya.
Dalam permasalahan kesehatan, sering dijumpai bahwa persepsi masyarakat tidak selalu sama dengan
Page | 10
persepsi dengan persepsi pihak provider kesehatan (tenaga kesehatan).
Untuk mencapai kesepakatan atau kesamaan persepsi sehingga tumbuh keyakinan dalam hal masalah
kesehatan yang dihadapi diperlukan suatu proses (KIM) yang mantap.
Dalam proses ini diharapkan terjadi perubahan perilaku seseorang, yang tahap- tahapnya adalah :
- pengenalan (awarenes)
- peminatan (interest)
- penilaian (evaluation)
- percobaan (trial)
- penerimaan (adoption)
2) Sikap mental
Sikap mental pada hakekatnya merupakan kondisi kejiwaan, perasaan dan keinginan (mind, feeling and
mood) seseorang sehingga hal tersebut berpengaruh pada perilaku serta pada akhinya perbuatan
yang diwujudkannya.

Kondisi ini didapatkan dari proses tumbuh kembang individu sejak masa bayi/anak dan berkembang pula
dari pendidikan serta pengalaman hidupnya dalam berinteraksi dengan lingkungan/masyarakatnya.
Dengan memahami sikap mental masyarakat (norma), maka para pemberi pelayanan sebagai “Prime
Mover” akan dapat membentuk strategi perekayasaan manusia dan sosial..

3) Tingkat kebutuhan individu


Berkaitan dengan sistem kebutuhan yang terdapat dalam diri individu, MASLOW mengatakan bahwa
pada diri manusia terdapat sejumlah kebutuhan dasar yang menggerakkannya untuk berperilaku.
Kelima kebutuhan menurut MASLOW tersebut terikat dalam suatu hirarki tertentu berdasarkan kuat
lemahnya MOTIVASI. Motivasi adalah penggerak batin yang mendorong seseorang dari dalam untuk
menggunakan tenaga yang ada pada dirinya sebaik mungkin demi tercapainya sasaran.
Implikasi dari uraian diatas adalah bahwa sepanjang perilaku berperan serta yang dikehendaki dapat
memenuhi kebutuhan poko anggota masyarakat dan sejalan dengan norma dan nilai yang dianut,
maka peran serta tersebut dapat berkembang.
Sebaliknya, perilaku yang lain (baru ataupun berlawanan) tidak akan muncul dengan mudah apabila
kebutuhan pokok anggota masyarakat tersebut tidak dipenuhi.
4) Tingkat keterikatan kelompok
Suatu masyarakat terdiri dari individu/keluarga yang hidup bersama, terorganisi dalam suatu sistem

Page | 11
sosial atau ikatan. Sesuai dengan kepentingan dan aspirasi anggotanya sistem sosial tersebut dapat
berupa organisasi/ikatan : politik, ekonomi, sosbud, agama, profesi, pendidikan, hukum, dll.
Organisasi / institusi bentukan dari sistem sosial tersebut bervariasi besarnya dan profil sosial
ekonominya, serta tingkatannya, mulai dari paguyuban atau bahkan kelompok terisolir pada tingkat
desa, kota dan nasional.
5) Tingkat kemampuan sumber daya
perilaku individu juga diepengaruhi oleh tersedianya sumber daya terutama sarana untuk pemenuhan
kebutuhan baik yang dimiliki olehnya maupun yang tersedia dimasyarakat
b. Perilaku masyarakat
Perilaku masyarakat dipengaruhi terutama oleh keadaan politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan
agama
1) Keadaan dan struktur politik ; sangat penting peranannya dalam mempengaruhi derajat perilaku
masyarakat yang selanjutnya akan mewujudkan peran serta masyarakat. Kestabilan dan kesepakatan
politik, perangkat-perangkat lunak juga hukum yang ada serta wadah yang jelas merupakan hal
penting dalam menunjang perwujudan kearah itu.
2) Keadaan ekonomi ; sangat penting pula pengaruhnya terhadap perwujudan peran serta masyarakat,
mengingat kemajuan yang dicapai dibidang ekonomi lebih memungki nkan kemampuan masyarakat
untuk berperan serta dalam berbagai aspek pembangunan
3) Aspek sosial-budaya ; turut menentukan pula pengaruhnya terhadap perwujudan peran serta
masyarakat. Dalam berbagai hal masih sering dijumpai situasi dimana tata nilai budaya masyarakat
indonesia tertentu belum lagi memungkinkan terwujudnya perilaku hidup sehat, apalagi untuk
berperan serta dalam pembangunan kesehatan seperti yang diharapkan.
4) Aspek pendidikan ; tingkat pendidikan suatu bangsa akan mempengaruhi perilaku rakyatnya. Makin
tinggi pendidikan masyarakat makin tinggi kesadaran kesehatannya.
5) Aspek Agama ; ketentuan atau ajaran-ajaran yang berlaku dalam berbagai agama mempengaruhi
perilaku masyarakat. Agama dapat merupakan jembatan ataupun hambatan bagi terwujudnya
perilaku positif masyarakat dalam kesehatan.

2. Bentuk-Bentuk / Tingkat-Tingkat Dalam Partisipasi Masyarakat (PSM)

Mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat bukan pekerjaan mudah. Partisipasi masyarakat
memerlukan kemampuan, kesempatan dan motivasi. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa

Page | 12
partisipasi masyarakat dapat terjadi dalam berbagai tingkatan, yaitu :

1) Tingkat partisipasi masyarakat karena perintah atau karena paksaan


2) Tingkat partisipasi masyarakat karena imbalan atau karena insentif
3) Tingkat partisipasi masyarakat karena identifikasi atau karena ingin meniru
4) Tingkat partisipasi masyarakat karena kesadaran
5) Tingkat partisipasi masyarakat karena tuntutan akan hak azasi dan tanggung jawab

Tingkat partisipasi masyarakat nomor 5 biasanya muncul di negara-negara maju yang berpaham
demokrasi. Sedangkan partisipasi yang muncul di negara-negara sedang berkembang yang pola
budayanya umumnya paternalistik, tingkat partisipasi masyarakatnya adalah nomor 1 s/d nomor 4
(terutama nomor 1 s/d 3).

Umumnya orang berpendapat bahwa partisipasi masyarakat erat kaitannya dengan sifat gotong-royong
masyarakat yang sudah membudaya, namun itu bukan satu-satunya faktor penentu yang
mempengaruhi partisipasi, akan tetapi partisipasi masyarakat itu merupakan hal yang kompleks dan
sering sulit diperhitungkan karena terlalu banyak faktor yang mempengaruhinya.

3. Faktor Pendorong Partisipasi Masyarakat

Dalam upaya mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat ada beberapa faktor yang bisa
membantu atau mendorong upaya tersebut, yang antara lain adalah :
a. Faktor pendorong di masyarakat
Konsep partisipasi masyarakat sebenarnya bukan hal yang baru bagi ki ta di Indonesia. Dari sejak nenek
moyang kita, telah dikenal adanya semangat gotong-royong dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
di masyarakat. Semangat gotong-royong ini bertolak dari nilai-nilai budaya yang menyangkut
hubungan antar manusia. Semangat ini mendorong timbulnya partisipasi masyarakat
b. Faktor pendorong di pihak provider
Faktor pendorong terpenting yang ada di pihak provider adalah adanya kesadaran di lingkungan
provider, bahwa perilaku merupakan faktor penting dan besar pengaruhnya terhadap derajat
kesehatan. Kesadaran ini melandasi pemikiran pentingnya partisipasi masyarakat. Selain itu

Page | 13
keterbatasan sumber daya dipihak provider juga merupakan faktor yang sangat mendorong pihak
provider untuk mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat.

4. Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat

a. Faktor penghambat yang terdapat di masyarakat


1) Persepsi masyarakat yang sangat berbeda dengan persepsi provider tentang masalah kesehatan
yang dihadapi
2) Susunan masyarakat yang sangat heterogen dengan kondisi sosial budaya yang sangat berbeda-beda
pula
3) Pengalaman pahit masyarakat tentang program sebelumnya
4) Adanya kepentingan tetap (vested interest) dari beberapa pihak dimasyarakat
5) Sistim pengambilan keputusan dari atas kebawah
6) Adanya berbagai macam kesenjangan sosial
7) Kemiskinan

b. Faktor penghambat yang terdapat di pihak provider


1) Terlalu mengejar target sehingga terjerumus dalam pendekatan yang tidak partisipatif
2) Pelaporan yang tidak obyektif (ABS) hingga provider keliru mentafsirkan situasi
3) Birokrasi yang sering memperlambat kecepatan dan ketepatan respons pihak provider terhadap
perkembangan masyarakat
4) Persepsi yang berbeda antara provider dan masyarakat

5. Keuntungan Partisipasi Masyarakat


a. Bagi masyarakat
Dengan berpartisipasinya masyarakat dibidang kesehatan maka :
1) Upaya kesehatan yang dilaksanakan benar-benar sesuai dengan masalah yang dihadapi masyarakat,
tidak hanya bertolak dari asumsi para penyelenggara semata.
2) Upaya kesehatan bisa diterima dan terjangkau oleh masyarakat, baik secara fisik, sosial maupun
secara ekonomis. Ini karena mesyarakat berpartisipasi dalam merumuskan masalahnya dan dalam
merencanakan pemecahannya
3) Masyarakat merasa puas, karena mempunyai andil pula dalam menilai pelaksanaan daripada upaya
Page | 14
kesehatan yang sudah direncanakan dan dilaksanakan bersama.
4) Dengan berpartisipasinya masyarakat dalam proses pemecahan masalah dibidang kesehatan akan
mengembangkan kemampuan dan sikap positif serta motivasi mereka untuk hidup sehat atas dasar
swadaya.

b. Bagi pihak penyelenggara pelayanan (provider)

1) Dengan adanya partisipasi masyarakat, berarti adanya penemuan dan pengerahan potensi
masyarakat untuk pembangunan di bidang kesehatan, dan membantu memecahkan masalah
keterbatasan sumber daya yang dimiliki pemerintah, baik sumber daya tenaga, biaya, maupun
fasilitas.
2) Partisipasi masyarakat membantu upaya perluasan jangkauan pelayanan kesehatan
3) Partisipasi masyarakat menciptakan adanya rasa ikut memiliki dan rasa ikut bertanggung jawab
dipihak masyarakat terhadap masalah dan program kesehatan, hingga hal ini memperlancar
munculnya aspirasi-aspirasi dari bawah.
4) Partisipasi masyarakat dapat pula merupakan wadah dan jalur untuk kontrol terhadap pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan pemerintah
5) Partisipasi masyarakat dibidang kesehatan dapat menjadi pintu masuk (entry point) bagi partisipasi
masyarakat dalam pembangunan di bidang lain
6) Partisipasi masyarakat merupakan mekanisme berkembangnya dialog antara masyarakat dan pihak
penyelenggaraan pelayanan (provider) dan antara masyarakat denganmasyarakat sendiri , hingga
tercipta kesamaan berbagai pengertian dan pandangan tentang masalah dan cara pendekatannya.

Kinerja petugas memiliki empat komponen yang saling terkait:

1. Membangun hubungan. Pendekatan Kinerja petugas dimulai dengan identifikasi dan analisa praktik
baik dalam Penguatan Sistem Kesehatan sebagai dasar bukti perencanaan dan pelaksanaan program
bersama. Pada saat yang bersamaan, Kinerja petugas akan bekerja untuk membangun hubungan
kerja fungsional dengan seluruh tingkatan pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan
dalam masyarakat sipil, misal pemuka agama dan tokoh adat. Kinerja petugas akan bekerjasama
dengan institusi lokal utama, dinas kesehatan kabupaten, Badan perencanaan daerah (Bappeda),
Page | 15
dan Dewan perwakilan rakyat daerah provinsi (DPRP) dan Dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD).

2. Peningkatan kepemimpinan dan kapasitas manajemen pemberian pelayanan kesehatan. Ini


merupakan bagian dari program Kinerja petugas untuk memberikan pelatihan manajemen eksekutif
dan mentoring bagi pegawai negeri sipil di dinas kesehatan kabupaten dan puskesmas. Komponen
ini juga akan mensasar anggota DPRP dan DPRD untuk memastikan bahwa mereka memahami isu
kesehatan dan mampu melakukan advokasi perubahan kebijakan dan alokasi sumber daya yang
lebih efektif untuk pemberian pelayanan kesehatan yang lebih baik.

3. Meningkatkan pemahaman warga negara tentang hak kesehatan mereka. Kinerja petugas akan
bekerja untuk mendorong warga negara mengetahui hak kesehatan mereka dan mampu meminta
pelaksanaan pelayanan kesehatan yang lebih baik di bidang KIA, HIV/AIDS, dan TB. Pemahaman
warga negara tentang hak kesehatan mereka yang lebih baik dan kontekstualisasi praktik baik dalam
konteks budaya lokal akan membantu meningkatkan hubungan dengan penyedia pelayanan
kesehatan. Pesan-pesan kesehatan akan dibuat melalui penelitian antropologi dan diskusi dengan
pemuka agama dan tokoh adat.

4. Keterlibatan forum lintas pemangku kepentingan (MSF). Kinerja petugas akan membentuk MSF
untuk meningkatkan kemitraan antara pemerintah daerah, organisasi masyarakat sipil, pemuka
agama dan tokoh adat, serta warga negara untuk mencapai pelayanan kesehatan yang lebih baik.

Arti Pentingnya PSM

1. Dalam Pembangunan Kesehatan:


a. Merupakan unsure mutlak dalam pembinaan kesehatan
b. Kemampuan hidup sehat hanya dapat dicapai melalui peranan individu atau masyarakat
c. Kemandirian masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan sebagai
kunci keberhasilan pembinaan kesehatan
2. Dapat Dikaji dari Tercantumnya dalam Dokumen Resmi, seperti:
a. GBHN 1993
b. UU No 23 tahun 1992
c. SKN
Page | 16
Tolak Ukur Keberhasilan PSM

1. Meningkatnya kemampuan kepemimpinan masyarakat


2. Meningkatnya pengorganisasian kesehatan oleh masyarakat
3. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam mengelola dana untuk kesehatan
4. Meningkatnya penerimaan masyarakat terhadap program kesehatan

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Definisi dari pendekatan edukatif dalam peran serta masyarakat yaitu rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan secara sistematis, terencana dan terarah dengan partisipasi aktif individu, kelompok,
masyarakat secara keseluruhan untuk memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat dengan
mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi dan budaya setempat (Me ilani, 2009). Tujuan
pendekatan edukatif antara lain :
1) Memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat yang merupakan masalah kebidanan
komunitas.
2) Mengembangkan kemampuan masyarakat, hal ini berbeda dengan memecahkan masalah yang
dihadapi atas dasar swadaya sebatas kemampuan.

2. Saran

Dalam melakukan strategi pendekatan edukatif diharapkan bidan berupaya untuk memberikan
pengetahuan kepada anggota masyarakat tentang kesehatan sehingga terjadi perubahan perilaku
positif yang harus meningkat terhadap kesehatan untuk kepentingan diri, keluarga dan masyarakat
serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Untuk masyarakat
diharapkan berpartisipasi dalam kegiatan edukatif yang telah diberikan oleh bidan agar

Page | 17
mendapatkan keuntungan yang positif sehingga masyarakat mampu mengaplikasikan kegiatan
tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercapainya masyarakat sehat dan sejahtera.

DAFTAR PUSTAKA
Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI. Jakarta.
Depkes RI, (2006) Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit, Direktorat Bina Kesehatan Anak,
Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
Depkes RI. (2002). Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta.
Depkes RI. (2002). Kompetensi Bidan Indonesia. Jakarta
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan.
Konggres Obtetri dan Gynecologi Indonesia XII. (2003). Forum Dokter Bidan. Yogyakarta.
Markum. A.H. dkk. (1991). Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta.
UU no 23 tahun 1992 tentang kesehatan
Syahlan, J.H. (1996). Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan.

Page | 18
Page | 22
Page | 23

Anda mungkin juga menyukai