Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

KEPERAWATAN KOMUNITAS II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Disusun Oleh:
Kelompok 1

Nama Kelompok:
1. Siti Fauzia Hadiyana (1130016003)
2. Elok Mazidah (1130016006)
3. Enkha Fitri Humayroh (1130016012)
4. Dwi Cahyani Putri (1130016013)
5. Septia Anindita Rike F (1130016014)
6. Dina Ningtias (1130016015)
7. Siti Qomariyah (1130016016)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan
kekuatan dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
yang berjudul “Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas”. Makalah ini diajukan
untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas 2. Shalawat dan
salam semoga tercurah pula kepada Rasulullah Muhammad SAW, dan para
sahabat.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang
banyak memberi bimbingan dan arahan kepada penulis dalam melakukan
penulisan makalah ini. Kami berharap makalah ini bermanfaat baik bagi kami
maupun bagi pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Surabaya, 12 Februari 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul..............................................................................................i
Kata Pengantar................................................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3. Tujuan.......................................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN TEORI............................................................................3
2.1. Proses Asuhan Keperawatan Komunita....................................................3
2.2. Pengkajian.................................................................................................3
2.3. Diagnosa Keperawatan...........................................................................14
2.4. Perencanaan............................................................................................17
2.5. Pelaksanaan.............................................................................................23
2.6. Evaluasi...................................................................................................25
BAB 3 SIMPULAN DAN SARAN..............................................................28
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................29

iii
1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Komunitas merupakan suatu unit atau
kesatuan sosial yang terorganisasikan dalam
kelompok – kelompok dengan kepentingan
bersama, baik yang bersifat fungsional maupun
yang mempunyai terrirorial (Deden, 2012).
Perawatan kesehatan masyarakat
merupakan bidang khusus dalam ilmu
keperawatan, yang merupakan gabungan ilmu
keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
sosial. Suatu bidang dalam bidang
keperawatan yang merupakan perpaduan
antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
dengan dukungan peran serta masyarakat
(Deden, 2012).
Proses keperawatan adalah serangkaian
perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,
merencanakan dan melaksanakan pelayan
keperawatan dalam rangka membantu klien
untuk mencapai dan memelihara kesehatan
seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan
tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus
menerus, saling berkaitan dan dinamis.
Selanjutnya menetapkan langkah proses
keperawatan sebagai proses pengumpulan
data, pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan
(Deden, 2012).
1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses asuhan keperawatan komunitas?
2. Bagaimana pengkajian dalam asuhan keperawatan
komunitas?
3. Bagaimana diagnose keperawatan dalam asuhan
keperawatan komunitas?
4. Bagaimana intervensi dalam asuhan keperawatan
komunitas?
2

5. Bagaimana nyusunan asuhan keperawatan dalam


implementa
keperawatan komunitas
si dalam
asuhan 2. Mampu menjelaskan dan membuat
keperawata
pengkajian asuhan keperawatan dalam
n
komnitas? keperawatan komunitas
6. Bagaimana
evalua
si
yang
benar
dalam
asuhan
kepera
watan
komun
itas?
1.3.Tu
juan
Adapun tujuan
dalam
penyusunan
makalah
sebagai berikut
:
1. Ma
has
is
wa
ma
mp
u
me
ma
ha
mi
pro
ses
pe
3. Mampu membuat diagnose keperawatan dalam asuhan keperawatan
komunitas
4. Mampu menyusun intervensi dalam asuhan keperawatan komunitas
komunitas
5. Mampu memahami pembuatan implementasi dalam asuhan keperawatan
6. Mampu memahami dan menyusun evaluasi dalam asuhan keperawatan
komunitas
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1.Proses Asuhan Keperawatan Komunitas


Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada masyarakat, perawat
kesehatan komunitas juga menggunaan pendekatan proses keperawatan.
Proses keperawatan tersebut terdiri dari pengkajian, diagnosis, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi. Selama dalam proses keperawatan, terjadilah
interaksi antara klien dengan perawat yang diharapkan dapat terjadi dengan
baik, dinamis, dan selalu menggunakan komunikasi yang efektif (Ketut,
2016).
2.2.Pengkajian
Merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisa sehingga masalah kesehatan
yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga, atau kelompok yang
menyangkut permasalah pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun
spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap pengkajian ada lima kegiatan yaitu: a.
pengumpulan data, b. pengolahan data, c. analisis data, d. perumusan atau
penentuan masalah kesehatan masyarakat dan e. prioritas masalah (Deden,
2012).
Pengkajian asuhan keperawatan komunitas terdiri atas dua bagian utama
yaitu inti komunitas (core) dan delapan subsisteem yang melengkapinya inti
komunitas menjelaskan kondisi penduduk yang dijabarkan dalam demografi,
vital statistic, sejarah komunitas, nilai dan kenyakinan serta riwayat
komunitas, sedangkan delapan subsistem lainnya meliputi lingkungan fisik,
pendidikan, keamanan, dan transportasi politik di pemerintah pelayanan
kesehatan dan social, komunikasi, ekonomi (Komang, 2011).
a. Pengumpulan Data
Untuk memperoleh informasi mengenai masalah kesehatan pada
masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk
mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis,
sosial ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan yang
memengaruhinya (Deden, 2012).
Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data
meliputi:
1) Data Inti
a) Riwayat atau sejarag perkembangan komunitas
Uraikan mengenai lokasi, luas wilayah, iklim, tipe komunitas,
keadaan demografi, struktur politik, distribusi kekuatan
komunitas dan pola perubahan komunitas (Deden, 2012).
b) Data Demografi
Kaji jumlah komunitas berdasarkan : usia, jenis kelamin, status
perkawinan, ras/suku, Bahasa, tingkat pendapatan, pendidikan,
pekerjaan, agama, dan komposisi keluarga (Deden, 2012).
c) Vital Statistik
Jabaran atau uraian data tentang : angka kematian kasar atau
CDR, penyebab kematian, angka pertambahan anggota, angka
kelahiran (Deden, 2012).
d) Status kesehatan komunitas
Dapat dilihat dari : angka mortalitas, morbiditas, IMR, MMR,
Cakupan imunisasi, status kesehatan kelompok berdasarkan
kelompok umur : Bayi, Balita, Usia Sekolah, Remaja, dan
Lansia, kelompok khusus di masyarakat : Ibu Hamil, Pekerja
Industri, Kelompok Penyakit Kronis, Penyakit Menular
(Deden, 2012).

Adapun pengkajian selanjutnya dijabarkan sebagaimana


dibawah ini :
a) Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas
b) Tanda – tanda vital : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi Rate.
Suhu Tubuh.
c) Kejadian Penyakit (dalam satu tahun terakhir) :
(1) ISPA, Astma, TBC Paru
(2) Penyakit kulit
(3) Penyakit mata
(4) Penyakit rheumatic
(5) Penyakit jantung
(6) Penyakit gangguan jiwa
(7) Kelumpuhan
(8) Penyakit menahun lainnya
d) Riwayat penyakit keluarga
e) Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari
(1) Pola pemenuhan nutrisi
(2) Pola pemenuhan cairan elektrolit
(3) Pola istrahat tidur
(4) Pola eliminasi
(5) Pola aktivitas gerak
(6) Pola pemenuhan kebersihan diri
(7) Status psikososial
(a) Komunikasi dengan sumber – sumber kesehatan
(b) Hubungan dengan orang lain
(c) Peran di masyarakat
(d) Kesedihan yang dirasakan
(e) Stabilitas emosi
(f) Penelantaran anak atau lansia
(g) Perlakuan yang salah dalam kelompok (perilaku
tindakan kekerasan)
(8) Status pertumbuhan dan perkembangan
(a) Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
(b) Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan
kesehatan
(c) Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan
merokok, minum kopi yang berlebihan,
mengonsumsi alcohol, penggunaan obat tanpa
resep, penyalahgunaan obat terlarang, pola
konsumsi tinggi garam, lemak, dan purin (Deden,
2012).
2) Data Lingkungan Fisik
a) Pemukiman
(1) Luas bangunan
(2) Bentuk bangunan : rumah, petak, asrama, pavilium
(3) Jenis bangunan : permanen, semi permanen, non permanen
(4) Atap rumah : genting, seng, welit, ijuk, kayu, asbes
(5) Dinding : tembok, kayu, bamboo, atau lainnya (sebutkan)
(6) Lantai : semen, tegel, keramik, tanah, kayu, atau lainnya
(sebutkan)
(7) Ventilasi : kurang atau lebih dari 15020% dari luas lantai
(8) Pencahayaan : kurang/baik
(9) Penerangan : kurang/baik
(10)Kebersihan : kurang/baik
(11)Pengaturan ruangan dan perabotan : kurang/baik
(12)Kelengkapan alat rumah tangga : kurang/baik
b) Sanitasi
(1) Penyediaan air bersih (MCK)
(2) Penyediaan air minum
(3) Pengelolaan jamban : bagaiman jenisnya, berapa jumlahnya
dan bagaimana jaraknya dengan sumber air bersih
(4) Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
(5) Pengelolaan sampah : apakah ada sarana untuk tempat
pembuangan sampah, bagaimana pengelolaannya: dibakar,
ditimbun, atau cara lainnya sebutkan.
(6) Polusi udara, air, tanah, atau suara/kebisingan
(7) Sumber polusi: pabrik, rumah tangga, industry lainnya
sebutkan
c) Fasilitas
d) Batas – batas wilayah
e) Kondisi geografis
3) Pelayanan Kesehatan dan Sosial
a) Pelayanan kesehatan
(1) Lokasi sarana kesehatan
(2) Sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dan kader)
(3) Jumlah kunjungan
(4) System rujukan
b) Fasilitas sosial (pasar, took, swalayan)
(1) Lokasi
(2) Kepemilikan
(3) Kecukupan
4) Ekonomi
a) Jenis pekerjaan
b) Jumlah penghasilan rata – rata tiap bulan
c) Jumlah pengeluaran rata – rata tiap bulan
d) Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut
usia
5) Keamanan dan Transportasi
a) Keamanan
(1) Sistem keamanan lingkungan
(2) Penanggulangan kebakaran
(3) Penanggulangan bencana
(4) Penanggulangan polusi, udara, air, dan tanah
b) Transportasi
(1) Kondisi jalan
(2) Jenis transportasi yang dimiliki
(3) Sarana transportasi yang ada
6) Politik dan Keamanan
a) System pengprganisasian
b) Struktur organisasi
c) Kelompok organisasi dalam komunitas
d) Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
7) System Komunikasi
a) Sarana untuk komunikasi
b) Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas
c) Cara penyebaran informasi
8) Pendidikan
a) Tingkat pendidikan komunitas
b) Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal atau non formal)
(1) Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas
(2) Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia
c) Jenis Bahasa yang digunakan
9) Rekreasi
a) Kebiasaan rekreasi
b) Fasilitas tempat rekreasi
Jenis Data
1) Data Subyektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang
dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang
diungkap secara langsung melalui lisan.
2) Data obyektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan
pengukur.
Tabel 1.1. Kisi – kisi instrument pengkajian komunitas (Komang,
2011).
Sub Item Sumber
No Variabel Strategi
Variabel Pertanyaan Data
1 Core demografi Nama Data primer Kuesioner
Usia
Jenis
kelamin
2 Lingkungan fisik
3 pendidikan
4 komunikasi
5 Layanan
kesehatan
6 Keamanan dan
transportasi
7 Ekonomi
8 Politik dan
pemerintahan
9 Rekreasi
Sumber Data

1) Data Primer
Data yang dikumpulkan oleh penglaji dalam hal ini mahasiswa
atau tenaga kesehatan masyarakat dari individu, keluarga,
kelompok dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau
pengakajian (Deden, 2012).
2) Data Sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,
misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau medical
record (Deden, 2012).
Cara Pengumpulan Data
1) Wawancara atau anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang
berbentuk tanya jawab antara perawat dengan klien atau keluarga
pasien, masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan masalah
kesehatan pasien (Deden, 2012).
Sebelum terjun kemasyarakat instrument pengkajian sebaiknya
dikembangkan dan dipersiapkan terlebih dahulu. Instrumen yang
perlu dikembangkan untuk melakukan pengkajian terhadap
masyarakat antara lain kuesioner pendoman wawancara dan
pedoman observatif untuk mendapatkan hasil yang akurat dan agar
masyarakat membina rasa percaya (trust) dengan perawatan
diperlukan kontak yang lama dengan komunitas. Perawat juga
harus menyertakan lembar persetujuan (informed consent)
komunitas yang dibubuhi tanda tangan atau cap jempol setiap akan
melakukan tindakan yang membutuhkan persetujuan komunitas.
Informed consent juga mencantumkan jaminam kerahasiaan
terhadap isi persetujuan dan pendapat yang telah disampaikan.
Wawancara dilakukan kepada key informant atau tokoh yang
munguasai program (Komang, 2011).
2) Pengamatan
Dilakukan meliputi aspek fisik, psikologi, perilaku dan sikap
dalam rangka menegakkan diagnosis keperawatan (Deden, 2012).
3) Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan
keperawatan yang diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga,
maka pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam upaya membantu
menegakkan diagnose keperawatan dengan cara :
I (Inspeksi) : Melakukan pengamatan pada bagian tubuh
pasien atau keluarga yang sakit
P (Palpasi) : Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan
cara meraba pada bagian tubuh yang mengalami gangguan
A (Auskultasi) : Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan
cara mendengarkan bunyi pada bagian tubuh tertentu
P (Perkusi) : Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan
cara mengetuk jari telunjuk atau reflex hammer pada bagian tubuh
tertentu (Deden, 2012).
4) Windshield Survey
Windshield survey dilakukan dengan berjalan-jalan dilingkungan
komunitas untuk menemukan gambaran tentang kondisi dan
situasi yang terjadi dikomunitas lingkungan sekitar komunitas,
kehidupan komunitas dan karakteristik penduduk yang temui
dijalan saat survey dilakukan (Komang, 2011).
5) Observasi Partisipasi
Setiap kegiatan kehidupan di komunitas perlu diobservasi.
Tentukan berapa lama observasi akan dilakukan apa dimana waktu
dan tempat komunitas yang akan diobservasi. Kegiatan observasi
dapat dilakukan menggunakan format observasi yang sudah
disiapkan terlebih dahulu kemudian catat semua yang terjadi
dengan tambahan penggunaan kamera atau video. Informasi yang
penting diperoleh menyangkut aktivitas dan arti sikap atau
tampilan yang ditemukan dikomunitas. Observasi dilakukan
terhadap kepercayaan komunitas norma nilai kekuatan dan proses
pemecahan masaah dikomunitas (Komang, 2011).
6) Focus Group Discussion (FGD)
FGD merupakan diskusi kelompok terarah yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi yang mendalam tentang perasaan dan
pikiran mengenai satu topic melalui proses diskusi kelompok
berdasarkan pengalaman subjektif kelompok sasaran terhadap satu
situasi/produk tertentu FGD bertujuan mengumpulkan data
mengenai persepsi terhadap sesuatu misalnya pelayanan dan tidak
mencari konsesus serta tidak mengambil keputusan mengenai
tindakan yang harus dilakukan peserta FGD terdiri atas 6-12orang
harus homogeny dikelompokkan berdasarkan kesaman jenis
kelamin, usia, latar belakang social ekonomi (pendidikan, suku,
status perkawinan, dsb) lama diskusi maksimal 2jam (Komang,
2011).
Sebelum membuat instrument pengkajian keperawatan komunitas
seperti kuisoner pedoman wawancara, pedoman observasi atau
windshield survey, kisi-kisi instrument pengkajian sebaiknya
dibuat terlebih dahulu agar data yang akan ditanyakan dan dikaji
kepada komunitas tidak tumpang tindih sehingga waktu yang
digunakan lebih efektif dan efisien (Komang, 2011).
b. Pengolahan Data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data
dengan cara sebagai berikut :
1) Klasifikasi data atau kategorisasi data
a) Karakter demografi
b) Karakter geografi
c) Karakter sosial ekonomi
d) Sumber dan pelayanan kesehatan
2) Perhitungan prosentase cakupan dengan menggunakan telly
3) Tabulasi data
4) Interpretasi data
c. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimilikii
sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang
dihadapi oleh masyarakat. Tujuan analisa data:
1) Menetapkan kebutuhan komunitas
2) Menetapkan kekuatan
3) Mengidentifikasi pola respon komunitas
4) Mengidetifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan
kesehatan Tabel 1.2. Format analisis data komunitas (Komang,
2011).
Data Diagnosis keperawatan komunitas
 Insiden TB dalam 6 bulan  Tingginya angka TB di wilayah…
terakhir…….. yang berhubungan dengan tidak
 ….%proporsi penduduk adekuatnya penggunaan fasilitas
dengan kasus TB layanan kesehatan untuk
 Status imunisasi balita….. penanggulangan TB dan
 Ventilasi udara dalam keterbatasan kulitas sarana
rumah….% pelayanan TB.
 Riwayat/frekuensi batuk pada
seluruh anggota keluarga…%
 Riwayat batuk lama(lebih 3
bulan).....%
 …%keluarga belum
memanfaatkan layanan
kesehatan.
 …%pengetahuan keluarga
tentang TB masih rendah.
 91% remaja mengalami Risiko meningkatnya kejadian
keputihan. infertilisasi pada agregat remaja
 40% remaja yang mengalami diwilayah…. Yang berhubungan
keputihan menderita gatal. dengan tingginya kejadian
 Upaya yang dilkaukanremaja gangguan organ reproduksi
dalam mengatasi keputihan remaja dan kurangnya kebiasaan
83% didiamkan saja. perawatan organ reproduksi
 55% remaja memiliki remaja.
kemampuan tentang
kesehatan reproduksi yang
masih rendah.
 40,8% remaja memiliki
pengetahuan terkait kebiasaan
hygiene personal kesehatan
reproduksi yang masih
rendah.

d. Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan


Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi masyarakat, sekaligus dirumuskan yang
selanjutnya dilakukan intervensi (Deden, 2012).
e. Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan
keperawatan perlu pertimbangan berbagai faktor sebagai kriteria,
diantaranya :
1) Perhatian masyarakat
2) Prevalensi kejadian
3) Berat ringannya masalah
4) Kemungkinan masalsh untuk diatasi
5) Tersedianya sumber daya masyarakat
6) Aspek politik
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hirarki kebutuhan
menurut Abraham H. Maslow, yaitu :
1) Keadaan yang mengancam kehidupan
2) Keadaan yyang mengancam kesehatan
3) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan (Deden, 2012).
Tabel 1.3. Contoh prioritas masalah keperawatan komunitas RW….
Kelurahan….. (Komang, 2011)
Masalah keperawatan A B C D E F G H Total
Risiko meningkatnya kejadian 2 3 2 5 2 3 2 2 21
intertilitas pada agregat remaja.
Kurangnya kebiasaan hygiene 3 4 3 3 3 3 3 3 25
personal
Keterangan : Pembobotan :
A. risiko keparahan 1.Sangat rendah
B. minat masyarakat 2.rendah
C. kemungkinan diatasi 3.cukup
D. waktu 4.tinggi
E. dana 5.sangat tinggi
F. fasilitas
G. Sumber daya
H. Tempat
2.3.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik
yang aktual maupun potensial. Jadi, diagnosis keperawatan adalah sutau
pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang kasus dan masalah kesehatan
pasien yang dapat diatasii dengan tindakan keperawatan. Diagnos
akeperawatan mengandung komponen utama, yaitu :
a. (P) Problem (masalah) : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari
keadaan normal yang seharusnya terjadi.
b. (E) Etiologi (penyebab) : menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau
keperawatan yang dapat memberikan arah terhadapp intervensi
keperawatan, yang meliputi :
1) Perilaku individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat
2) Lingkungan fisik, biologis, psikologi dan sosial
3) Interaksi perilaku dan lingkungan
c. (S) Sign atau Siymptom (tanda atau gejala) : informasi yang diperlukan
untuk merumuskan diagnose, serangkaian petunjuk timbulnya masalah
(Deden, 2012).
Menurut Komang (2011) Diagnosis keperawatan komunitas disusun
berdasarkan jenis diagnosis sebagai berikut :
1. Diagnosis sejahtera
Diagnosis sejahtera atau wellness digunakan bila komunitas
mempunyai potensi untuk ditingkatkan, belum ada data maladaptive.
Perumusan diagnosis keperawatan komunitas potensial, hanya terdiri
dari komponen problem(P) saja, tanpa kom[ponen etiologi (E).
Contoh diagnosis sejahtera atau wellness :
Potensial peningkatan tumbuh kembang balita di RT 05 RW 01 desa X
kecamatan A, ditandai dengan cakupan imunisasi 95% (kota 95%),80%
berat badan balita di atas garis merah KMS, 80% pendidikan ibu adalah
SMA, cakupan posyandu 95%.
2. Diagnosis risiko digunakan bila belum terdapat paparan masalah
kesehatan, tetapi sudah ditemukan beberapa data maladaptive yang
memungkinkan timbulnya gangguan. Perumusan diagnosis
keperawatan komunitas risiko terdiri atas problem (P)., etiologi (E), dan
symptom/sign (S).
Contoh diagnosis resiko :
Risiko terjadinya konflik psikologis pada warga RT 05 RW 01 desa X
kecamatan A yang berhubungan dengan koping masyarakat yang tidak
efektif ditandai dengan pernah terjadi perkelahian antar RT, kegiatan
gotong-royong dan silaturahmi rutin RW jarang dilakukan, penyuluhan
kesehatan terkait kesehatan jiwa belum pernah dilakukan, masyarakat
sering berkumpul dengan melakukan kegiatan yang tidak positif, seperti
berjudi.
3. Diagnosis actual/gangguan
Diagnosis gangguan ditegakkan bila sudah timbul gangguan atau
masalah kesehatan di komunitas, yang didukung oleh beberapa data
maladaptif. Perumusan diagnosis keperawatan komunitas actual terdiri
atas problem(P), etiologi (E), dan symptom/sign (S).
Contoh diagnosis actual :
Gangguan atau masalah kesehatan reproduksi pada agregat remaja yang
berhubungan dengan kurangnya kebiasaan hygiene personal, ditandai
dengan 92% remaja megatakan mengalami keputihan patologis, upaya
yang dilakukan remaja dalam mengatasi keputihan 80% didiamkan saja,
92% remaja mengatakan belum pernah memperoleh informasi
kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan.
Tingginya kasus diare di wilayah RW 5 kelurahan X yang berhubungan
dengan tidak adekuatnya penggunaan fasilitas layanan kesehatan untuk
penanggulangan diare, keterbatasan, dan kualitas sarana pelayanan
diare.
Setelah data dianalisis dan masalah keperawatan komunitas
ditetapkan, prioritas masalah kesehatan komunitas yang ada perlu
ditetapkan bersama masyarakat melalui musyawarah masyarakat desa
(MMD) atau lokakarya mini masyarakat. Prioritas masalah dibuat
berdasarkan kategori dapat diatasi, kemudahan, dan kekhususan,
mengingat banyaknya masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
Penentuan prioritas masalah keperawatan komunitas dapat dilakukan
melalui metode berikut.
1. Paper and pencil tool (Ervin, 2002 dalam Komang, 2011)
Contoh penentuan prioritas masalah keperawatan komunitas
menggunakan metode paper and pencil tool tertera dalam table 3.3)
2. Skoring diagnosis keperawatan komunitas (Depkes, 2003 dalam
Komang, 2011)
Contoh penentuan prioritas masalah keperawatan komunitas
menggunakan metode skoring diagnosis keperawatan komunitas
tertera dalam table 1
Tabel 1.4. Contoh prioritas masalah keperawatan komunitas RW….
Kelurahan…. (Komang, 2011)
Kemungkinan Peningkatan
Pentingnya masalah perubahan positif terhadap
untuk dipecahkan : jika diatasi : kualitas hidup
Masalah 1 Rendah 0 tidak ada bila diatasi : TOTAL
2 Sedang 1 rendah 0 tidak ada
3 tinggi 2 sedang 1 rendah
3 tinggi 2 sedang
Risiko 3 3 3 9
meningkatnya
kejadan
intertilitas
pada agregat
remaja.
Kurangnya 3 2 2 7
kebiasaan
hygiene
personal

Jadi menegakkan diagnose keperawatan minimal harus mengandung 2


komponen yakni PES atau PE, disamping mempertimbangkan hal – hal
sebagai berikut :
a. Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah
b. Sumber dayya uang tersedia dari masyarakat
c. Partisipasi dan peran serta masyarakat
2.4.Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan
pasien. Jadi perencanaan keperawatan meliputi :
a. Perumusan tujuan
Dalam merumuskan tujuan harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Berfokus kepada masyarakat
2) Jelas dan singkat
3) Dapat diukur dan diobservasi
4) Realistic
5) Ada target waktu
6) Melibatkan peran serta masyarakat
Dalam mencapai tujuan dengan menggunakan formulasi kriteria yang
mecakup:
T = S + P + K.1 + K.2 (S= Subyek, P=Predikat, K.1=Kondisi,
K.2=Kriteria)
Selain itu dalam peumusna tujuan harus memenuhi kriteria :
1) Dibuat berdasarkan goal = sasaran dibagi hasil akhir yang diharapkan
2) Perilaku yang diharapkan berubah
3) Harus SMART (S : Specific, M : Measurable (dapat diukur), A :
Attainable (dapat dicapai), R : Relevant/Realistic (sesuai), T : Time-
Bound (waktu tertentu), S : Sustainable (berkelanjutan) (Deden, 2012).
Tabel 1.5. Tujuan asuhan keperawatan komunitas (Komang, 2011)
Diagnosis
keperawatan TUM TUK
komunitas
Resiko Tidak terjadi gangguan 1. Pengetahuan remaja
meningkatnya infertilitas pada agregat terkait kesehatan
kejadian infertilitas remaja putri. reproduksi meningkat
pada agregat remaja dari ….. % menjadi
putri di wilayah….. ….. %
yang berhubungan 2. Menurunnya jumlah
dengan tingginya siswi yang mengalami
kejadian gangguan keputihan dari ….. %
organ reproduksi menjadi ….. %
remaja dan 3. Terjadi peningkatan
kurangnya kebiasaan perilaku remaja terkait
perawatan organ kebiasaan perawatan
reproduksi remaja. organ reproduksi
sehari-hari dari …..%
menjadi ….. %
4. Remaja sudah
memanfaatkan layanan
UKS untuk membantu
mengatasi masalah
remaja.
Tingginya angka TB Meningkatnya 1. Terjadi peninngkatan
di wilayah ….. yang kemandirian pengetahuan keluarga
berhubungan dengan masyarakat di ….. tentang penanganan
tidak adekuatnya dalam menolong TB dari …. % menjadi
penggunaan fasilitas dirinya sendiri agar …..%
layanan kesehatan terhindar dari 2. Terjadi peningkatan
untuk penyebaran TB. kualitas sarana
penanggulangan TB kesehatan untuk
dan keterbatasan penanggulangan TB
kualitas sarana 3. Penemuan kasus TB
pelayanan TB. secara mandiri oleh
masyarakat

b. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan langkah-langkah


dalam perencanaan kesehatan masyarakat, adalah :
1) Identifikasi alternative tindakan keperwatan.
2) Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan
3) Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perencanaan
melalui kegiatan musyawarah masyarakat desa (MMD) atau lokarya
mini.
4) Pertimbangan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia
5) Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan
yang sangat dirasakan oleh masyarakat
6) Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai
7) Tindakan harus bersifat realistic
8) Disusun secara berurutan
Rencana kegiatan asuhan keperawatan komunitas yang akan dilakukan
dan ditetapkan menggunakan matriks pada table 1.6.
Rencana kegiatan yang akan dilakukan bersama masyarakat dijabarkan
secara operasional dalam planning of action (POA) yang disusun dan
disepakati bersama masyarakat saat MMD atau lokakarya mini
masyarakat. POA disusun dalam matriks pada table 1.7
Tabel 1.6. Rencana Kegiatan Asuhan Keperawatan Komunitas (Komang, 2011)
Diagnosis keperawatan TUM TUK Rencana Kegiatan Evaluasi
komunitas

20
Tabel 1.7. Planning Of Action (POA) (Komang, 2011)
Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran Waktu Tempat Sumber Data Media PJ
Keperawatan

21
22

c. Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan


Penentuan kriteria dalam perencanaan keperawatan komunitas adalah
sebagai berikut :
1) Menggunakan kata kerja yang tepat
2) Dapat dimodifikasi
3) Bersifat spesifik
a) Siapa yang melakukan?
b) Apa yang dilakukan?
c) Dimana dilakukan?
d) Kapan dilakukan?
e) Bagaimana melalukan?
f) Frekuensi melakukan?
Contoh Kasus :
Mahasiswa AKPER Sukoharjo melaksanakan praktek keperawatan
komunitas di desa kemasan Sukoharjo membuat jamban umum melalui
swadaya masyarakat secara gotong royong dalam waktu 1,5 bulan.
Dari contoh diatas, maka rencana tindakan yang akan dibuat, adalah :
a. Mahasiswa memberikan penyuluhan kesehatan masyarakat dengan
topic : “Pentingnya jamban bagi kesehatan masyarakat”, sebanyak 4
kali sesuai dengan schedule kegiatan (setiap hari senin di balai desa)
b. Mahasiswa melakukan pendekatan terhadap tokoh-tokoh masyarakat
baik formal maupun informal untuk menggalang dukungan.
c. Mahasiswa melibatkan partisifasi dan peran serta masyarakat dalam
menggalang dana untuk pembuatan jamban umum melalui dana upaya
kesehatan masyarakat (DUKM) yang ada atau iuran desa.
d. Mahasiswa menetapkan waktu peresmian pembuatan jamban umum
oleh kepala desa atau masyarakat yang lain.
e. Melalui tokoh-tokoh masyarakat formal maupun masyarakat informal
menghimbau dan mengajak masyarakat secara gotong royong
membangun jamban umum.
f. Kerjama dengan instansi yang terkait untuk mendapatkan bantuan
teknis pembuatan jamban umum yang memenuhi syarat kesehatan
(tenaga sanitarian)
2.5. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi perencanaan asuhan
keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
kesehatan masyarakat harus bekerja sama dengan anggota kesehatan lainya.
dalam hal ini melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota
masyarakat. Menurut Deden (2012) rinsip yang umum digunakan dalam
pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan komunitas adalah :
a. Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan yang luas dan
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) dean berdasarkan iman dan taqwa (IMTAQ)
b. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan profesi,
tim kesehatan lain, individu, kelompok, keluarga, kelompok dan
masyarakat berdasarkan asa kemitraan.
c. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan
harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapaianya
rencana program yang telah disusun.
d. Mampu dan Mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan
kemandirian dalam melakukan asuhan keperawatan secara kompeten.
e. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin atas kemampuan atau
keyakinan dan kemandirian serta bertindak secara optimis bahwa asuhan
keperawatan yang diberikan akan tercapai.
Perawat komunitas harus memiliki pengetahuan yang memadai agar dapat
memfasilitasi perubahan dengan baik, termasuk pengetahuan tentang teori
dan model berubah. Perubahan yang terjadi dimasyarakat sebaiknya dimulai
dari tingkat individu, keluarga, masyarakat dan system di masyarakat. Ada
beberapa model berubah (Ervin, 2002 dalam Komang 2011), yaitu :
1. Model berubah kurt lewin
Proses berubah terjadi pada saat individu, keluarga, dan komunitas tidak
lagi nyaman dengan kondisi yang ada. Model ini terdiri dari:
a. Unfreezing, bila ada perasaan butuh untuk berubah baru
imbplementasi dilakukan, dengan tujuan membantu komunitas
menjadi siap untuk melakukan perubahan.
b. Change, yaitu intervensi mulai diperkenalkan kepada kelompok
c. Refreezing, meliputi bagaimana membuat suatu program menjadi
stabil, melalui pemantauan dan evaluasi
2. Strategi berubah Chin & Benne
Strategi berubah ini sangat cocok digunakan oleh perawat
komunitas dalam mengkaji status individu, kelompok, dan masyrakat
dalam membuat keputusan untuk berubah dikomunitas, bukan tahap
proses berubah. Strategi ini merupakan strategi untuk melakukan
perubahan dikomunitas, bukan tahap proses berubah. Menurut model ini,
untuk melakukan perubahan diperlukan strategi perubahan, yaitu:
a. Rational empiris, dikatakan bahwa untuk melakukan perubahan
dikomunitas, perlu terdapat fakta dan pertimbangan tentang seberapa
besar keuntungan yang diperoleh dengan adanya perubahan tersebut
dimasyarakat, terutama remaja, diperlukan peran perawat komunitas
untuk memfasilitasi perubahan dengan memberikan promosi
kesehatan bahaya merokok melalui media seperti poster, leaflet,
modul data kejadian kesakitan dan kematian akibat merokok atau
mengajak melihat langsung kondisi korban akibat rokok. Dengan
adanya fakta, diharapkan terjadi perubahan pada individu.
b. Normative reedukatif, yaitu pertimbangan tentang keselarasan
perubahan dengan norma yang ada di masyarakat.
c. Power coercive, yaitu strategi perubahan yang menggunakan sanksi
baik politik maupun sanksi ekonomi, misalnya sanksi terhadap
perokok yang merokok ditempat umum berupa benda atau kurungan.
3. First order and second order change
Menurut model ini. First order bertujuan mengubah substansi atau
isi di dalam system, sedangkan pada secong order, perubahan ditunjukkan
pada sistemnya.
Contoh : adanya risiko pergaulan bebas yang saat ini marak di kalangan
remaha, perawat komunitas perlu mengubah susbtansi yang ada dalam
system (first order) seperti membentuk dan melatih kader kesehatan
remaja (KKR) di sekolah dan di masyarakat, melakukan promosi
kesehatan kepada siswa, guru, orangtua dan masyarakat, melakukan
dukungan lintas-sektor dan lintas progam kepada apparat terkait progam
melalui jaringan kemitraan, dsb. Selain itu, diperlukan juga perubahan
pada system (second order) termasuk fasilitas yang ada, seperti
penyediaan klinik remaja, revitalisasi UKS disekolah, kebijakan
pemerintah terkait remaja, dsb.
Pada tingkat masyarakat, perubahan lebih difokuskan pada
kelompok dan organisasi, termasuk adanya perubahan kebijakan yang
berhubungan dengan masalah yang terjadi di masyarakat, adanya
dukungan dan partisipasi dalam kegiatan masyarakat serta aktifitas lain
yang berhubungan dengan penyelesaian masalah. Perubahan di
masyarakat dapat dievaluasi melalui perkembangan koalisi, partisipasi
masyarakat dalam dukungan untuk mencapai tujuan, dan perubahan nilai
dan norma yang berlaku di masyarakat.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksaanan :
a. Keterpaduan antara : biaya, tenaga, waktu lokasi, sarana dan prasana
layanan kesehatan maupun sector lainya.
b. Keterlibatan kesehatan lainya, kader dan tokoh masyarakat dalam ahli
peran.
c. Tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dan didokumentasikan.
d. Adanya penyelenggarakan system ruukan baik medis maupun rujukan
kesehatan.
2.6. Evaluasi atau Penelitian.
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan. Progam evaluasi
dilakukan untuk memberikan informasi kepada perencana progam dan
pengambil kebijakan tentang efektifitas dan efisiensi progam. Evaluasi
digunakan untuk mengetahui seberapa tujuan yang ditetapkan telah tercapai
dan apakah intervensi yang dilakukan efektif untuk masyarakat setempat
sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat setempat, apakah sesuai dengan
rencana atau apakah dapat mengatasi masalah masyarakat (Komang, 2011).
Evaluasi ditujukan untuk menjawab apa yang menjadi kebutuhan
masyarakat dan progam apa yang dibutuhkan masyarakat, apakah media yang
digunakan tepat, ada tidaknya progam perencanaan yang didapat
diimplementasikan, apakah progam dapat menjangkau masyarakat, siapa
yang menjadi target sasaran progam, apakah progam yang dilakukan dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat. Progam evaluasi ini dilakukan untuk
memastikan apakah hasil progam sudah sejalan dengan sasaran dan tujuan,
memastikan biaya progam, sumber daya, dan waktu pelaksanaan progam
yang telah dilakukan (Komang, 2011).
Evaluasi dapat berupa evaluasi strukturm proses, dan hasil. Evaluasi
progam merupakan proses mendapatkan dan menggunakan informasi sebagai
dasar proses pengambilan keputusan, dengan cara meningkatkan upaya
pelayanan kesehatan. Evaluasi proses, difokuskan pada urutan kegiatan yang
dilakukan untuk mendapatkan hasil. Evaluasi hasil dapat diukur melalui
perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perubahan perilaku
masyarakat (Komang, 2011).
Evaluasi terdiri atas evaluasi formatif, menghasilkan informasi untuk
umpan balik selama progam berlangsung. Sementara itu, evaluasi sumatif
dilakukan setelah progam selesai dan mendapatkan informasi tentang
efektivitas pengambilan keputusan. Pengukuran efektifitas progam dapat
dilakukan dengan cara mengevaluasi kesuksesan dalam pelaksanaan progam.
Menurut Komang (2011) pengukuran efektivitas progam di komunitas dapat
dilihat berdasarkan:
1. Pengukuran komunitas sebagai klien. Pengukuran ini dilakukan dengan
cara mengukur kesehatan ibu dan anak, mengukur kesehatan komunitas.
2. Pengukuran komunitas sebagai pengalaman membina hubungan.
Pengukuran dilakukan dengan cara melakukan pengukuran social dari
detereminan kesehatan.
3. Pengukuran komunitas sebagai sumber. Ini dilakukan dengan mengukur
tingkat keberhasilan pada keluarga atau masyarakat sebagai sumber
informasi dan sumber intervensi kegiatan.Evaluasi meuat keberhasilan
proses dan keberhasilan tidakan keperawatan. Keberhasilan dapat dilihat
dengan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana
proses tersebut. Sedangkan keberhasian tersebut dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat masyarakat dalam perilaku kehidupan
sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan
tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Deden, 2012).
BAB 3
SIMPULAN DAN SARAN

3.1. Simpulan
Dalam keperawatan komunitas juga diperlukan pendekatan proses
keperawatan pada umumnya yang terdiri dari pengkajian, diagnose
keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Perbedaan dari asuhan
keperawatan umum dengan komunitas yakni pada pengkajian. Dimana pada
pengkajian komunitas juga perlu dikaji status demografi, geografi, ekonomi,
pendidikan pada komunitas tersebut. Pada bagian analisa data, masalah
dikumpulkan dan di kelompokkan ke dalam prioritas masalah, sehingga
masalah yang paling tinggi nilainya maka akan dijadikan prioritas masalah.
Di lanjutkan dengan intervensi yang disertai dengan Planning of Action
(POA), implementasi, dan evaluasi.
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, Komang Ayu. 2011. Asuahan Keperawatan Komunitas : teori dan
praktik. Jakarta: EGC.
Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Swarjana, I Ketut. 2016. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Yogyakarta: ANDI.
LEMBAR KONSULTASI

Hari/Tanggal Keterangan Tanda Tangan

Anda mungkin juga menyukai