PENDAHULUAN
Maka dari itu di dalam makalah ini akan dibahas lebih detail
mengenai Simulasi Pengaplikasian Komunikasi Dalam Lingkungan
Keperawatan Komunitas.
1.3. TUJUAN
1. Membekali perawat pada saat akan melekukan tindakan kepada pasien
2. Agar perawat dan pasien terjalin komunikasi yang baik
3. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan
dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi
yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan.
4. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
5. Mengedukasi Masyarakat, Kelompok, Keluarga tentang permasalahan
yang sedang terjadi di dalam lingkungan Komunitas
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sasaran individu
Sasaran individu individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko tinggi,
usia lanjut, penderita penyakit menular (TB Paru, Kusta, Malaria, Demam
Berdarah, Diare, ISPA/Pneumonia) dan penderita penyakit degeneratif.
2. Sasaran keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah
kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk group),
3. Sasaran kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan
terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak
terikat dalam suatu institusi.
1) Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi antara
lain Posyandu, Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil, Kelompok
Usia Lanjut, Kelompok penderita penyakit tertentu, kelompok pekerja
informal.
2) Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi, antara lain
sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut, rumah tahanan
(rutan), lembaga pemasyarakatan (lapas).
4. Sasaran masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau
mempunyai risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan,
diprioritaskan pada Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW,
Kelurahan/Desa) yang mempunyai :
Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah lain
Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan daerah
lain
Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain
Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare,
demam berdarah, dll)
Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau akibat
lainnya
Hal ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya pendidikan
kesehatan yang diberikan perawat komunitas kepada keluarga. Peran dari
keperawatan komunitas terhadap keluarga sangat besar dalam upaya
pencegahan DBD karena keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk
pelayanan kesehatan yang dilakukan sebagai upaya pencegahan dan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan keperawatan
langsung (direction) terhadapa individu, keluarga, dan masyarakat
(Mahyudin, 2009)
1. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga
atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis,
sosial ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam pengkajian
yang perlu dikaji pada kelompok atau komunitas adalah;
a. Data Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas
yang terdiri atas usia yang berisiko, pendidikan, jenis kelamin,
pekerjaan, agama, nilainilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya
kelompok atau komunitas.
b. Mengkaji 8 susbsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain :
Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana
kepadatannya karena dapat menjadi stressor bagi penduduk
Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat.
Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan
keamanan dilingkungan tempat tinggal, apakah masyarakat
merasa nyaman atau tidak, apakah sering mengalami stress akibat
keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin.
Politik dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup
menunjang, ssehingga memudahkan masyarakat mendapatkan
pelayan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini
dan merawat/ memantau gangguan yang terjadi.
System komunikasi, sarana komunikasi apa saja yang tersedia
dan dapat di manfaatkan di masyarakat tersebut untuk
meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan penyakit.
System ekonomi, tingkat social ekonomi masyakarat
secarakeseluruhan, apakah pendapatan yang diterima sesuai
dengan kebijakan Upah Minimun Regional (UMR) atau
sebaliknya di bawah upah minimum.
Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka,
apakah biayanya dapat di jangkau oleh masyakarat.
Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subyektif dan obyektif.
Data Subyektif
Data Subyektif Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau
masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan
komunitas yang diungkapkan secara langsung/lisan.
Data Obyektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan
pengukuran.
Sumber Data
Data Primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa
atau perawat kesehatan masyarakat dari individu, keluarga,
kelompok dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan dan
pengkajian.
Data Sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,
misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau
medical record (Wahit,2005)
2. Diagnosis Keperawatan
Data-data yang dihasilkan dari pengkajian kemudian dianalisa
seberapa besar stresor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat
reaksi yang timbul dalam masyarakat tersebut. Kemudian dijadikan dasar
dalam pembuatan diagnosa atau masalah keperawatan. Diagnosa
keperawatan menurut Muecke (1995) terdiri dari masalah kesehatan,
karakteristik populasi dan lingkungan yang dapat bersifat aktual, ancaman
dan potensial.
1. Analisis Data
Analisis data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki
sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang
dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah
keperawatan (Mubarak, 2005).
2. Prioritas Masalah
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat
dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian
masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin diatasi sekaligus Oleh
karena itu diperlukan prioritas masalah.
Perhatian masyarakat
Prevalensi kejadian
Berat ringannya masalah
Kemungkinan masalah untuk diatasi
Tersedianya sumber daya masyarakat
4. Implementasi
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah pencegahan sebelum sakit atau
disfungsi dan diaplikasikan ke populasi sehat pada umumnya,
mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum dan perlindungan
khusus terhadap suatu penyakit. Misalnya, kegiatan penyuluhan
kebersihan lingkungan hidup, pencegahan DBD,imunisasi,
stimulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga. Perawat
bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah di
rencanakan.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah kegiatan yang dilakukan pada
saat terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan
ditemukannya masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini
menekankan pada diagnosa dini dan inervensi yang tepat untuk
menghambat proses penyakit atau kelainan sehingga
memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan. Misalnya
mengkaji dan memberi intervensi segera terhadap Kebersihan
lingkungan yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit DBD.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah kegiatan yang menekankan pada
pengembalian individu pada tingkat fungsinya secara optimal dari
ketidakmampuan keluarga. Pencegahan ini dimulai ketika
terjadinya kecacatan atau ketidakmampuan yang menetap
bertujuan untuk mengembalikan ke fungsi semula dan
menghambat proses penyakit.
5. Evaluasi/ penilaian
Evaluasi hasil dapat diukur melalui perubahan pengetahuan
(knowledge), sikap (attitude), dan perubahan prilaku masyarakat.
Evaluasi terdiri atas evaluasi formatif, menghasilkan informasi untuk
umpan balik selama program berlangsung. Sementara itu, evaluasi
sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi
tentang efektivitas pengambilan keputusan. Pengukuran efektivitas
program dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi kesuksesan dalam
pelaksanaan program.
3) Tahap Kerja
4) Tahap Terminasi
Pemeran:
FASE ORIENTASI
Perawat 1 : Assalamu'alaikum...Permisi..
Anak : Wa'alaikum salam...siapa ya..?
Perawat 3 : Selamat Siang dek. Saya Perawat Dinda, Perawat Wulan
dan perawat Cut, kami ingin melakukan Penyuluhan
mengenai demam berdarah dek,, Apakah kami boleh
meminta waktunya sebentar?
Anak Iya, Silahkan
: Masuk kak,,Tunggu sebentar ya kak,saya panggil ibu saya
FASE KERJA
Pak Lurah : Assalamualaikum semuanya,, jadi hari ini kita kedatangan
mbak-mbak perawat dari Stikes Medika Nurul Islam ingin
melakukan penyuluhan tentang penyakit demam berdarah,
Jadi harap mendengar semuanya dan kepada mbak-mbak
perawat dipersilakan untuk menyampaikan penyuluhannya.
Perawat : Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, baiklah
terima kasih kepada Bapak Lurah kepada ibu-ibu adik-adik
dan nenek-nenek sekalian karena telah mengizinkan kami
untuk melakukan penyuluhan ini dan berkenan hadir pada
acara penyuluhan yang kami yang kami Adakan di Kantor
Kelurahan pada pagi hari ini.
Perawat : Perkenalkan saya perawat Cut, saya dari Stikes Medika
Nurul Islam akan melakukan Penyuluhan tentang DBD
Sebelumnya saya ingin mengkontrak waktu kurang lebih
sekitar 30 menit ya Ibu dan adik-adik sekalian.
Perawat : Baik terima kasih, Sebelum saya menjelaskan , Apakah
ibu-ibu dan adik-adik sekalian di sini sudah ada yang tahu
mengenai Apa itu DBD?
Anak : saya Kak! Kata guru saya, DBD adalah penyakit yang
disebabkan oleh gigitan nyamuk aedes aegepty.
Perawat : Betul sekali! Jadi sebenarnya DBD adalah Penyakit yang
telah dikenal di Indonesia sebagai penyakit yang endemis di
masyarakat, terutama sangat berbahaya bagi kalangan anak-
anak. Penyebab penyakit ini adalah virus Dengue dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty sebagai
faktor utama, disamping nyamuk Aedes albopictus. Demam
dengue dapat menyebabkan demam tinggi, ruam, dan nyeri
otot dan sendi. Sedangkan demam berdrah dengue (DBD)
dapat menyebabkan kebocoran plasma yang mengakibatkan
perdarahan serius, penurunan tekanan darah tiba-tiba
(syok), hingga bahkan kematian.
Perawat : Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah
kesehatan karena masih banyak daerah yang endemik.
Daerah endemik DBD pada umumnya merupakan sumber
penyebaran penyakit ke wilayah lain.
Setiap kejadian luar biasa (KLB) DBD umumnya dimulai
dengan peningkatan jumlah kasus wilayah tersebut.
Penyakit DBD mempunyai perjalanan yang sangat cepat
dan sering menjadi fatal karena banyak pasien yang
meninggal akibat penanganannya yang terlambat.
Ibu : suster! Saya ingin bertanya, kalau tanda gejala orang yang
sedang menderita DBD seperti apa?
Perawat : Terimakasih pertanyaannay. Tanda dan gejaa Penyakit
demam berdarah ( DBD) adalah Pada umumnya penderita
demam berdarah sebelumnya mengalami gejala yang sangat
bervariasi. Mulai demam ringan sampai gejala yang paling
berat, seperti penderita mengalami Mulai demam ringan
sampai gejala yang paling berat, seperti penderita
mengalami muntah-muntah atau berak darah. Biasanya
penderita demam berdarah pada kulit (Wars tandai dengan
ruam-ruam, muntah-muntah atau berak darah.
Cucu : kalau penularannya bagaimana?
Perawat : Penukaran penyakit DBD Penularan DBD dapat terjadi
ketika Anda terkena gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Saat itulah virus dengue masuk ke dalam tubuh. Sekitar 4–7
hari setelah terinfeksi virus dengue, Kita bisa mengalami
gejala DBD berikut ini: Demam tinggi mencapai suhu
40°Celsius atau lebih.
Cucu : Ooooooo..... Berarti bahaya juga ya nyamuk itu!!!
Perawat : Tentu, makannya, kita harus selalu menjaga kebersihan
lingkungan
Nenek : Aaaaa.... dengar tu, cu! Aa, ini pun mau tanya. Bagaimana
cara menyembuhkan penyakit DBD ini? Apakah harus
dirawat di rumah sakit? Nenek tidak mau masuk rumah
sakit. Nyerii!!
Anak : Kenapa tidak mau?
Ibu : Iya lah nak, di rumah sakit itu tidak enak.
Cucu : Kenapa tidak enak? Kan dapat makan gratis
Perawat : (tersenyum ) pastinya setiap orang akan merasa tidak
nyaman pada saat berada di rumah sakit.
Cucu : iihh.... takut ah kenak DBD. Gimana cara mencegah
penyakit ini?
Perawat : cara pencegahan penyakit DBD adalah dengan selalu
menjaga lingkungan agar selalu bersih supaya tidak adanya
penampungan air yang dapat menyebabkan terjadinya
nyamuk aedes dan juga menjaga kebersihan tubuh kita
Masyarakat : Oooooooooo......
FASE TERNINASI
Perawat : Nah, Bagaimana hadir sekalian sudah paham kan apa itu
DPD, Bagaimana cara penyembuhan dan cara mencegah
DBD?
Ibu : sudah. Terima kasih ya mbak. Mulai sekarang saya akan
selalu berusaha menjaga kebersihan lingkungan agar tidak
ada wabah DBD di kampung kita.
Anak : Betul Buk! Kami setuju Sekali!!!
Perawat : Itulah tadi yang dapat kami sampaikan, Semoga apa yang
tadi kami sampaikan dapat memberi manfaat untuk anda
semua dan bisa diterapkan dalam kehidupan ada di rumah
dan pemahaman bagi keluarga Saya meminta maaf apabila
ada kata-kata ketika lampu yang kurang berkenan di hati
ibu dan adik-adik sekalian mohon maaf padahal Apabila
ada kekurangan dan kesilauan dalam perkataan saya akhiri
wabillahi taufik wal hidayah, wassalamualaikum Wr. Wb.
Semua : Waalaikumsalam Wr. Wb.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
1. Proses keperawatan komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang
bersifat ilmiah, sistematis, dinamis, kontinyu dan berkesinambungan dalam
rangka memecahkan masalah kesehatan dari klien, keluarga, kelompok atau
masyarakat yang langkah-langkahnya dimulai dari pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi
tindakan keperawatan.
2. Keperawatan komunitas adalah kesatuan yang unik dari praktek
keperawatan dan kesehatan masyarakat yang ditunjukan kepada
pengembangan dan peningkatan kemampuan kesehatan baik diri sendiri
sebagai perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga, kelompok
khusus atau masyarakat dan pelayanan tersebut mencakup spektrum
pelayanan kesehatan untuk masyarakat
3. Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan
dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak
dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut
mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak
terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.
4. Model asuhan keperawatan komunitas mencakup pengkajian, Diangnosa,
Intervensi, Implementasi Dan Evaluasi
3.2. SARAN
1. Dalam melayani klien hendaknya perawat selalu berkomunikasi dengan
klien untuk mendapatkan persetujuan tindakan yang akan di lakukan.
2. Dalam berkomunikasi dengan klien hendaknya perawat menggunakan
bahasa yang mudah di mengerti oleh klien sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman komunikasi.
3. Dalam menjalankan profesinya hendaknya perawat selalu memegang teguh
etika keperawatan.
4. Diharapkan adanya perubahan perilaku dalam peningkatan derajat kesehatan
masyarakat, Kelompok, dan Keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Elizabeth T, dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan
Praktik, edisi 3. Jakarta: EGC Nurhayanti, 2011. Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan Komunitas.
Efendi, Ferry, 2009. Keperawatan kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan.
Henny, Achjar Komang Ayu 2011. Asuhan Keperawatan Komunitas: Teori dan
praktek.
Jakarta: EGC Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas
Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2 Teori. Jakarta:
Sagung Seto