Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Keperawatan komunitas adalah suatu sintesa ilmu dan praktik


kesehatan masyarakat, yang diimplementasikan melalui penggunaan proses
keperawatan yang sistematis, dirancang untuk mempromosikan kesehatan
dan mencegah penyakit pada kelompok populasi. Dimana sebagai pelayanan
keperawatan profesional diberikan komprehensif ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat yang dipengaruhi oleh lingkungan (bio,
psiko, sosio, mental dan spiritual) mempengaruhi status kesehatan
masyarakat. Proses keperawatan digunakan untuk membantu perawat
melakukan praktik keperawatan secara sistematis dalam memecahkan
masalah keperawatan. Dengan menggunakan metode ini, perawat dapat
mendemonstrasikan tanggung gugat dan tanggung jawab pada klien,
sehingga kualitas praktik keperawatan dapat ditingkatkan. Proses
keperawatan memberikan kerangka yang dibutuhkan dalam asuhan
keperawatan kepada klien, keluarga dan komunitas, serta merupakan metode
yang efisien dalam membuat keputusan klinik, serta pemecahan masalah
baik aktual maupun potensial dalam mempertahankan kesehatan.

Terwujudnya kemandirian masyarakat untuk menyelesaikan masalah


kesehatan dapat dicapai dengan pengorganisasian masyarakat karena peran
serta masyarakat didalamnya akan meningkat. Oleh karena itu, dalam proses
keperawatan komunitas ada tahap- tahap yang perlu dilaksanakan perawat
yaitu: Tahap pesiapan: Memilih area atau daerah yang menjadi prioritas,
menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari serta
bekerjasama dengan masyarakat. Tahap pengorganisasian dimana persiapan
pembentukan kelompok dan penyesuaian pola dalam masyarakat
dilanjutkan dengan pemilihan ketua kelompok dan pengurus inti.

Komunitas adalah sebagai suatu kesatuan hidup manusia, yang


menepati suatu walayah nyata dan beriteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat serta terikat oleh suatu rasa identitas suatu komunitas (Deden
Dermawan, 2012, hal. 2)

Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam


hubungan antarmanusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi
lebih bermakna karena merupakan metoda utama dalam
mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman ilmu untuk
menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial
yang besar (Abdalati, 1989).

Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian


sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal
yang tercermin dalam perilaku “caring” atau kasih sayang / cinta (Johnson,
1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Masalah Keperawatan Dalam Lingkungan Komunitas Yang Banyak


Terjadi Adalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah dikenal di
Indonesia sebagai penyakit yang endemis di masyarakat, terutama sangat
berbahaya bagi kalangan anak-anak. Penyebab penyakit ini adalah virus
Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty sebagai
faktor utama, disamping nyamuk Aedes albopictus. Demam dengue dapat
menyebabkan demam tinggi, ruam, dan nyeri otot dan sendi. Sedangkan
demam berdrah dengue (DBD) dapat menyebabkan kebocoran plasma yang
mengakibatkan perdarahan serius, penurunan tekanan darah tiba-tiba (syok),
hingga bahkan kematian (Sukana, 2003). Di Indonesia penyakit DBD masih
merupakan masalah kesehatan karena masih banyak daerah yang endemik.
Daerah endemik DBD pada umumnya merupakan sumber penyebaran
penyakit ke wilayah lain. Setiap kejadian luar biasa (KLB) DBD umumnya
dimulai dengan peningkatan jumlah kasus wilayah tersebut. Penyakit DBD
mempunyai perjalanan yang sangat cepat dan sering menjadi fatal karena
banyak pasien yang meninggal akibat penanganannya yang terlambat.
Demam berdarah dengue disebut juga dengan dengue hemorragic fever
(DHF), dengue fever (DF), demam dengue (DD), dan dengue shock
syndrome (DSS).

Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik


tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien,
mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional
dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan
serta citra rumah sakit, tetapi yang paling penting adalah mengamalkan
ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia

Maka dari itu di dalam makalah ini akan dibahas lebih detail
mengenai Simulasi Pengaplikasian Komunikasi Dalam Lingkungan
Keperawatan Komunitas.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan Keperawatan Komunitas?
2. Siapa Yang terlibat dalam Keperawatan komunitas?
3. Apa itu Komunikasi?
4. Jenis Komunikasi Apa yang digunakan dalam Keperawatan komunitas?
5. Apa Itu Komunikasi Terapeutik?
6. Apa Masalah Kesehatan Yang sering Muncul Dalam Lingkungan
Keperawatan Komunitas?

1.3. TUJUAN
1. Membekali perawat pada saat akan melekukan tindakan kepada pasien
2. Agar perawat dan pasien terjalin komunikasi yang baik
3. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan
dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi
yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan.
4. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
5. Mengedukasi Masyarakat, Kelompok, Keluarga tentang permasalahan
yang sedang terjadi di dalam lingkungan Komunitas
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS

Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan


untuk menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan
keperawatan dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan
memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan
tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan
dinamis. Selanjutnya menetapkan langkah proses keperawatan sebagai
proses pengumpulan data, pengkajian. perencanaan dan pelaksanaan.
(Wolf, Weitzel dan Fuerst, 1979).

Jadi proses keperawatan komunitas adalah metode asuhan


keperawatan yang bersifat ilmiah, sistematis, dinamis, kontinyu dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari
klien, keluarga, kelompok atau masyarakat yang langkah-langkahnya
dimulai dari pengkajian pengumpulan data, analisis data dan penentuan
masalah, diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan,
pelaksanaan dan evaluasi tindakan keperawatan (Wahit. 2005).

Proses keperawatan pada komunitas mencakup individu, keluarga


dan kelompok khusus yang memerlukan pelayanan asuhan keperawatan.
Dalam perawatan kesehatan komunitas keterlibatan kader kesehatan, tokoh
tokoh masyarakat formal dan informal sangat diperlukan dalam setiap
tahap pelayanan keperawatan secara terpadu dan menyeluruh sehingga
masyarakat benar-benar mampu dan mandiri dalam setiap upaya pelayanan
kesehatan dan keperawatan yang diberikan.
Keperawatan komunitas adalah kesatuan yang unik dari praktek
keperawatan dan kesehatan masyarakat yang ditunjukan kepada
pengembangan dan peningkatan kemampuan kesehatan baik diri sendiri
sebagai perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga, kelompok
khusus atau masyarakat dan pelayanan tersebut mencakup spektrum
pelayanan kesehatan untuk masyarakat (Deden Dermawan, 2012, )

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh


perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial dari individu-individu yang ada di dalamnya
terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai
tujuan bersama (Friedman, 1998 dalam Komang Ayu, 2010)

2.2. TUJUAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan


peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut:

1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap


individu, keluarga, kelompok, dalam konteks komunitas.
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakt (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau
isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga,
individu dan kelompok.

Selanjutnya secara spesifik diharapkan individu, keluarga,


kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk :

1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang di alami


2. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut
3. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan msaalah yang mereka hadapi ,
yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam mempelihara
kesehatan secara mandiri (self care)

2.3. SASARAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas


adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan,
membimbing dan mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat
untuk menanamkan pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat
sehingga mampu memelihara dan meningkatkan derajad
kesehatannya.Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas (Depkes, 2006)

1. Sasaran individu
Sasaran individu individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko tinggi,
usia lanjut, penderita penyakit menular (TB Paru, Kusta, Malaria, Demam
Berdarah, Diare, ISPA/Pneumonia) dan penderita penyakit degeneratif.
2. Sasaran keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah
kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk group),
3. Sasaran kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan
terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak
terikat dalam suatu institusi.
1) Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi antara
lain Posyandu, Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil, Kelompok
Usia Lanjut, Kelompok penderita penyakit tertentu, kelompok pekerja
informal.
2) Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi, antara lain
sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut, rumah tahanan
(rutan), lembaga pemasyarakatan (lapas).
4. Sasaran masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau
mempunyai risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan,
diprioritaskan pada Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW,
Kelurahan/Desa) yang mempunyai :
 Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah lain
 Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan daerah
lain
 Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain
 Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare,
demam berdarah, dll)
 Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau akibat
lainnya

2.4. PERMASALAHAN DALAM LINGKUNGAN KEPERAWATAN


KOMUNITAS
Masalah Keperawatan Dalam Lingkungan Komunitas Yang
Banyak Terjadi Adalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan dampak
sosial maupun ekonomi. Jumlah kasus yang dilaporkan cenderung
meningkat dari tahun ke tahun dan daerah penyebarannya bertambah luas.
Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan
dalam keluarga, kematian dalam anggota keluarga, dan tentu saja
berkurangnya usia harapan hidup penduduk Indonesia.

Dampak ekonomi langsung yang ditimbulkan pada penderita DBD


adalah biaya pengobatan, kerugian disebabkan karena rata-rata lama
dirawat untuk kasus DBD di rumah sakit sekitar 5-10 hari untuk kasus
berat. Perawatan intensif diperlukan untuk pasien yang sakit berat berupa
cairan intravena, tranfusi darah atau plasma, obat-obatan dan semua itu
pasti membutuhkan uang yang tidak sedikit (WHO, 1999).
Dampak ekonomi tidak langsung yang ditimbulkan akibat DBD
adalah kehilangan waktu kerja, waktu untuk pendidikan dan biaya lain
yang dikeluarkan selain untuk pengobatan seperti biaya untuk transportasi
dan akomodasi selama perawatan penderita. Dampak yang paling berat
yang ditimbulkan oleh DBD tentu saja kematian, karena penderita DBD
yang tidak ditangani secara tepat dan cepat akan sangat meningkatkan
resiko terjadinya kematian. Penyakit DBD juga merupakan salah satu
penyakit yang meresahkan bagi masyarakat, karena sampai saat ini belum
ada obat atau vaksin untuk mencegah penyakit ini (Dirjen P2PL Depkes
RI, 2007).

Sejak pertama kali ditemukan penyakit DBD di Indonesia


(Surabaya dan Jakarta) pada tahun 1968 jumlah kasus cenderung
meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas, sehingga pada
tahun 1994 DBD telah tersebar ke seluruh propinsi di Indonesia. Kejadian
luar biasa (KLB) masih sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia.
Pada tahun 1998 terjadi kejadian luar biasa dengan jumlah penderita
sebanyak 72.133 orang dan merupakan kejadian luar biasa terbesar sejak
pertama kali penyakit DBD ditemukan di Indonesia dengan 1.411
kematian (case fatality rate / CFR) sebesar 2%. Pada tahun 2006 selama
periode Januari-September tercatat 3 propinsi mengalami kejadian luar
biasa, yaitu Jawa Barat, Sumatera Barat, dan Kalimantan Barat dengan
jumlah kasus 1.323 orang, 21 orang diantaranya meninggal dunia (CFR:
1,59%). Jumlah pasien DBD di Indonesia tahun 2007 sebanyak 156.767
orang dengan jumlah kematian 1.570 orang (Dirjen P2PL Depkes RI,
2007).

Keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga


kesehatannya dengan menjaga kebersihan lingkungan, karena penyakit
DBD sangat erat hubungannya dengan keadaan lingkungan. Informasi
masalah kesehatan khususnya tentang DBD akan mempengaruhi tugas
keluarga di bidang kesehatan yang meliputi pertama adalah mengenal
masalah kesehatan, kedua adalah membuat keputusan tindakan yang tepat,
ketiga adalah memberi perawatan pada anggota yang sakit, keempat
adalah keluarga dapat mengguanakan fasilitas kesehatan yang ada dan
kelima adalah menciptakan lingkungan rumah yang sehat (Hidayah, 2009).

Hal ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya pendidikan
kesehatan yang diberikan perawat komunitas kepada keluarga. Peran dari
keperawatan komunitas terhadap keluarga sangat besar dalam upaya
pencegahan DBD karena keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk
pelayanan kesehatan yang dilakukan sebagai upaya pencegahan dan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan keperawatan
langsung (direction) terhadapa individu, keluarga, dan masyarakat
(Mahyudin, 2009)

Tujuan dari pendidikan kesehatan adalah tercapainya perubahan


perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam membina dan
memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat serta berperan aktif dalam
upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal. Pendidikan kesehatan
sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap serta
mengarahkan keluarga kepada perilaku yang dapat mencegah DBD
(Hidayah, 2009).

3.5. MODEL ASUHAN KEPERAWATAN DALAM KEPERAWATAN


KOMUNITAS

Asuhan Keperawatan yang di berikan pada komunitas atau


kelompok adalah sebagai berikut.

1. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga
atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis,
sosial ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam pengkajian
yang perlu dikaji pada kelompok atau komunitas adalah;
a. Data Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas
yang terdiri atas usia yang berisiko, pendidikan, jenis kelamin,
pekerjaan, agama, nilainilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya
kelompok atau komunitas.
b. Mengkaji 8 susbsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain :
 Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana
kepadatannya karena dapat menjadi stressor bagi penduduk
 Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat.
 Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan
keamanan dilingkungan tempat tinggal, apakah masyarakat
merasa nyaman atau tidak, apakah sering mengalami stress akibat
keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin.
 Politik dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup
menunjang, ssehingga memudahkan masyarakat mendapatkan
pelayan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
 Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini
dan merawat/ memantau gangguan yang terjadi.
 System komunikasi, sarana komunikasi apa saja yang tersedia
dan dapat di manfaatkan di masyarakat tersebut untuk
meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan penyakit.
 System ekonomi, tingkat social ekonomi masyakarat
secarakeseluruhan, apakah pendapatan yang diterima sesuai
dengan kebijakan Upah Minimun Regional (UMR) atau
sebaliknya di bawah upah minimum.
 Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka,
apakah biayanya dapat di jangkau oleh masyakarat.
Jenis Data

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subyektif dan obyektif.

 Data Subyektif
Data Subyektif Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau
masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan
komunitas yang diungkapkan secara langsung/lisan.
 Data Obyektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan
pengukuran.

Sumber Data

 Data Primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa
atau perawat kesehatan masyarakat dari individu, keluarga,
kelompok dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan dan
pengkajian.
 Data Sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,
misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau
medical record (Wahit,2005)
2. Diagnosis Keperawatan
Data-data yang dihasilkan dari pengkajian kemudian dianalisa
seberapa besar stresor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat
reaksi yang timbul dalam masyarakat tersebut. Kemudian dijadikan dasar
dalam pembuatan diagnosa atau masalah keperawatan. Diagnosa
keperawatan menurut Muecke (1995) terdiri dari masalah kesehatan,
karakteristik populasi dan lingkungan yang dapat bersifat aktual, ancaman
dan potensial.
1. Analisis Data
Analisis data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki
sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang
dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah
keperawatan (Mubarak, 2005).
2. Prioritas Masalah
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat
dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian
masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin diatasi sekaligus Oleh
karena itu diperlukan prioritas masalah.

Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan


keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria
diantaranya adalah (Mubarak, 2005)

 Perhatian masyarakat
 Prevalensi kejadian
 Berat ringannya masalah
 Kemungkinan masalah untuk diatasi
 Tersedianya sumber daya masyarakat

Aspek politis Seleksi atau penapisan masalah kesehatan


komunitas menurut format Mucke (1988) mempunyai kriteria
penapisan, antara lain:

1. Sesuai dengan peran perawat komunitas


2. Jumlah yang beresiko
3. Besarnya resiko
4. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
5. Minat masyarakat
Diagnosis di tegakkan berdasarkan tingkat reaksi komunitas
terhadap stressor yang ada.
3. Perencanaan/ Intervensi
Perencanaan merupakan tindakan pencegahan primer, sekunder,
tersier yang cocok dengan kondisi klien & keluarga, masyarakat yang
sesuai dengan diagnosa yang telah ditetapkan. Proses didalam tahap
perencanaan ini meliputi penyusunan, pengurutan masalah berdasarkan
diagnosa komunitas sesuai dengan prioritas & penapisan masalah,
penetapan tujuan dan sasaran. menetapkan strategi intervensi dan
rencana evaluasi.

Didalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui


tahapan sebagai berikut:

1) Tahap persiapan. Dengan melakukan pemilihan daerah yang


menjadi prioritas menentukan cara untuk berhubungan dengan
masyarakat mempelajari dan bekerja sama dengan masyarakat.
2) Tahap pengorganisasian. Dengan persiapan pembentukan
kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan kepedulian
terhadap kesehatan dalam masyarakat.
3) Tahap Pendidikan dan latihan. Kegiatan pertemuan teratur dengan
kelompok masyarakat melakukan pengkajian membuat program
berdasarkan masalah atau diagnosis keperawatan melatih
masyarakat keperawatan langsung terhadap individu, keluarga, dan
masyarakat
4) Tahap Formasi Kepemimpinan. Pada tahap ini peserta diberi
dukungan. latihan, dan mengembangkan keterampilan
kepemimpinan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengawasan terhadap kegiatan pemeliharaan
kesehatan.
5) Tahap koordinasi intersektoral. Kerja sama dengan sektor terkait
dalam upaya memandirikan masyarakat.
6) Tahap akhir. Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap
untuk mengevaluasi serta memberi umpan balik untuk perbaikan
kegiatan kelompok kerja kesehatan lebih lanjut.

Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan dengan


diagnosis keperawatan komunitas yang muncul.

4. Implementasi

Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah


direncanakan yang meliputi:

1) Bantuan untuk mengatasi masalah kurangnya kebersihan


lingkungan hidup, mempertahankan kondisi seimbang atau sehat,
dan meningkatkan kesehatan
2) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah DBD
3) Sebagai advokat komunitas (pendamping, pendukung, inovator,
fasilitator dll) untuk sekaligus memfasilitasi terpenuhnya
kebutuhan komunitas.

Pelaksanaan kegiatan komunitas berfokus pada tiga tingkat pencegahan


(Anderson dan Mcfarlen, 1985) yaitu:

a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah pencegahan sebelum sakit atau
disfungsi dan diaplikasikan ke populasi sehat pada umumnya,
mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum dan perlindungan
khusus terhadap suatu penyakit. Misalnya, kegiatan penyuluhan
kebersihan lingkungan hidup, pencegahan DBD,imunisasi,
stimulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga. Perawat
bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah di
rencanakan.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah kegiatan yang dilakukan pada
saat terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan
ditemukannya masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini
menekankan pada diagnosa dini dan inervensi yang tepat untuk
menghambat proses penyakit atau kelainan sehingga
memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan. Misalnya
mengkaji dan memberi intervensi segera terhadap Kebersihan
lingkungan yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit DBD.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah kegiatan yang menekankan pada
pengembalian individu pada tingkat fungsinya secara optimal dari
ketidakmampuan keluarga. Pencegahan ini dimulai ketika
terjadinya kecacatan atau ketidakmampuan yang menetap
bertujuan untuk mengembalikan ke fungsi semula dan
menghambat proses penyakit.
5. Evaluasi/ penilaian
Evaluasi hasil dapat diukur melalui perubahan pengetahuan
(knowledge), sikap (attitude), dan perubahan prilaku masyarakat.
Evaluasi terdiri atas evaluasi formatif, menghasilkan informasi untuk
umpan balik selama program berlangsung. Sementara itu, evaluasi
sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi
tentang efektivitas pengambilan keputusan. Pengukuran efektivitas
program dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi kesuksesan dalam
pelaksanaan program.

Sedangkan fokus dari evaluasi pelakasanaan askep komunitas adalah:

 Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target


pelaksanaan.
 Perkembangan atau kemajuan proses kesesuaian dengan
perencanaan, peran staf atau pelaksana tindakan, fasilitas dan
jumlah peserta.
 Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan
penggunaannya serta keuntungan program
 Efektivitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau
masyarakat puas terhadap tindakan yang dilaksanakan.
 Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan
tindakan, apa perubahan yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.

3.6. PENGAPLIKASIAN KOMUNIKASI DALAM LINGKUNGAN


KEPERAWATAN KOMUNITAS

1. Pengertian Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara
perawat klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien yang
mempengaruhi perilaku pasien. Hubungan perawat klien yang terapeutik
adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman dengan menggunakan
berbagai tekhnik komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah positif
seoptimal mungkin. Untuk melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif
perawat harus mempunyai keterampilan yang cukup dan memahami tentang
dirinya.

Teori komunikasi sangat sesuai dalam praktek keperawatan (Stuart dan


Sundeen, 1987, hal. 111) karena :

Komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan yang


terapeutik. Dalam proses komunikasi terjadi penyampaian informasi dan
pertukaran perasaan dan pikiran.

Maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain.


Berarti, keberhasilan intervensi keperawatan bergantung pada komunikasi
karena proses keperawatan ditujukan untuk merubah perilaku dalam
mencapai tingkat kesehatan yang normal.

Komunikasi adalah berhubungan. Hubungan perawat dan klien yang


terapeutik tidak mungkin dicapai tanpa komunikasi.

Dalam membina hubungan terpeutik dengan klien, perawat perlu


mengetahui proses komunikasi dan keterampilan berkomunikasi dalam
membantu klien memecahkan masalahnya.

Elemen yang harus ada pada proses komunikasi adalah pengirim


pesan, penerima pesan, media dan umpan balik. Semua perilaku individu
pengirim dan penerima adalah komunikasi yang akan member efek pada
perilaku. Pesan yang disampaikan dapat berupa verbal dan nonverbal.

Komunikasi terapeutik tidak dapat berlangsung sendirinya, tetapi


harus di rencanakan, di pertimbangkan dan di lakukan secara profesional.
Pada saat pertama kali perawat melakukan komunikasi terapeutik proses
komunikasi umumnya berlangsung singkat, canggung, semu dan seperti di
buat-buat.hal ini akan lebih membantu untuk mempersepsikan masing-masing
hubungan pasien karena adanya kesempatan untuk mencapai hubungan antar
manusia yang positif sehingga akan mempermudah pencapaian tujuan
terapeutik.

2. Fase – Fase Komunikasi Terapeutik


1) Tahap Persiapan (Prainteraksi)
Tahap Persiapan atau prainteraksi sangat penting dilakukan
sebelum berinteraksi dengan klien (Christina, dkk, 2002). Pada tahap ini
perawat menggali perasaan dan mengidentifikasi kelebihan dan
kekurangannya. Pada tahap ini perawat juga mencari informasi tentang
klien. Kemudian perawat merancang strategi untuk pertemuan pertama
dengan klien. Tahap ini harus dilakukan oleh seorang perawat untuk
memahami dirinya, mengatasi kecemasannya, dan meyakinkan dirinya
bahwa dia siap untuk berinteraksi dengan klien (Suryani, 2005).

Tugas perawat pada tahap ini antara lain:

 Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan. Sebelum


berinteraksi dengan klien, perawat perlu mengkaji perasaannya sendiri
(Stuart, G.W dalam Suryani, 2005). Perasaan apa yang muncul
sehubungan dengan interaksi yang akan dilakukan. Apakah ada
perasaan cemas? Apa yang dicemaskan? (Suryani, 2005).
 Menganalisis kekuatan dan kelemanhan sendiri. Kegiatan ini sangat
penting dilakukan agar perawat mampu mengatasi kelemahannya
secara maksimal pada saat berinteraksi dengan klien. Misalnya
seorang perawat mungkin mempunyai kekuatan mampu memulai
pembicaraan dan sensitif terhadap perasaan orang lain, keadaan ini
mungkin bisa dimanfaatkan perawat untuk memudahkannya dalam
membuka pembicaraan dengan klien dan membina hubungan saling
percaya (Suryani, 2005).
 Mengumpulkan data tentang klien. Kegiatan ini juga sangat penting
karena dengan mengetahui informasi tentang klien perawat bisa
memahami klien. Paling tidak perawat bisa mengetahui identitas klien
yang bisa digunakan pada saat memulai interaksi (Suryani, 2005).
 Merencanakan pertemuan yang pertama dengan klien. Perawat perlu
merencanakan pertemuan pertama dengan klien. Hal yang
direncanakan mencakup kapan, dimana, dan strategi apa yang akan
dilakukan untuk pertemuan pertama tersebut (Suryani, 2005).
2) Tahap Perkenalan

Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kali


bertemu atau kontak dengan klien (Christina, dkk, 2002). Pada saat
berkenalan, perawat harus memperkenalkan dirinya terlebih dahulu kepada
klien (Brammer dalam Suryani, 2005). Dengan memperkenalkan dirinya
berarti perawat telah bersikap terbuka pada klien dan ini diharapkan akan
mendorong klien untuk membuka dirinya (Suryani, 2005). Tujuan tahap
ini adalah untuk memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah
dibuat dengan keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan
yang lalu (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005).

Tugas perawat pada tahap ini antara lain:

a. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan, dan


komunikasi terbuka. Hubungan saling percaya merupakan kunci dari
keberhasilan hubungan terapeutik (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005),
karena tanpa adanya rasa saling percaya tidak mungkin akan terjadi
keterbukaan antara kedua belah pihak. Hubungan yang dibina tidak
bersifat statis, bisa berubah tergantung pada situasi dan kondisi
(Rahmat, J dalam Suryani 2005). Karena itu, untuk mempertahankan
atau membina hubungan saling percaya perawat harus bersikap
terbuka, jujur, ikhlas, menerima klien apa adanya, menepati janji, dan
menghargai klien (Suryani, 2005).
b. Merumuskan kontrak pada klien (Christina, dkk, 2002). Kontrak ini
sangat penting untuk menjamin kelangsungan sebuah interaksi
(Barammer dalam Suryani, 2005). Pada saat merumuskan kontrak
perawat juga perlu menjelaskan atau mengklarifikasi peran-peran
perawat dan klien agar tidak terjadi kesalah pahaman klien terhadap
kehadiran perawat. Disamping itu juga untuk menghindari adanya
harapan yang terlalu tinggi dari klien terhadap perawat karena karena
klien menganggap perawat seperti dewa penolong yang serba bisa dan
serba tahu (Gerald, D dalam Suryani, 2005). Perawat perlu
menekankan bahwa perawat hanya membantu, sedangkan kekuatan
dan keinginan untuk berubah ada pada diri klien sendiri (Suryani,
2005).
c. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien.
Pada tahap ini perawat mendorong klien untuk mengekspresikan
perasaannya. Dengan memberikan pertanyaan terbuka, diharapkan
perawat dapat mendorong klien untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaannya sehingga dapat mengidentifikasi masalah klien.
d. merumuskan tujuan dengan klien. Perawat perlu merumuskan tujuan
interaksi bersama klien karena tanpa keterlibatan klien mungkin
tujuan sulit dicapai. Tujuan ini dirumuskan setelah klien diidentifikasi.

Fase orientasi, fase ini dilaksanakan pada awal setiap pertemuan


kedua dan seterusnya, tujuan fase ini adalah memvalidasi keakuratan data,
rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini, dan mengevaluasi
hasil tindakan yang lalu. Umumnya dikaitkan dengan hal yang telah
dilakukan bersama klien (Cristina, dkk, 2002).

3) Tahap Kerja

Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari keseluruhan proses


komunikasi terapeutik (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005). Pada tahap ini
perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk mengatasi masalah yang
dihadapi klien. Pada tahap kerja ini dituntut kemampuan perawat dalam
mendorong klien mengungkap perasaan dan pikirannya. Perawat juga
dituntut untuk mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi
terhadap adanya perubahan dalam respons verbal maupun nonverbal klien.

Pada tahap ini perawat perlu melakukan active listening karena


tugas perawat pada tahap kerja ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah
klien. Melalui active listening, perawat membantu klien untuk
mendefinisikan masalah yang dihadapi, bagaimana cara mengatasi
masalahnya, dan mengevaluasi cara atau alternatif pemecahan masalah
yang telah dipilih.

Perawat juga diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya


dengan klien. Tehnik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk
memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan
membantu perawat-klien memiliki pikiran dan ide yang sama (Murray, B
& Judth dalam Suryani, 2005). Tujuan tehnik menyimpulkan adalah
membantu klien menggali hal-hal dan tema emosional yang penting
(Fontaine & Fletcner dalam Suryani, 2005)

4) Tahap Terminasi

Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien


(Christina, dkk, 2002). Tahap ini dibagi dua yaitu terminasi sementara dan
terminasi akhir (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005).

Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat-


klien, setelah terminasi sementara, perawat akan bertemu kembali dengan
klien pada waktu yang telah ditentukan.

Terminasi akhir terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses


keperawatan secara keseluruhan.

Tugas perawat pada tahap ini antara lain:

 Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah


dilaksanakan. Evaluasi ini juga disebut evaluasi objektif. Dalam
mengevaluasi, perawat tidak boleh terkesan menguji kemampuan
klien, akan tetapi sebaiknya terkesan sekedar mengulang atau
menyimpulkan.
 Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan dengan
menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat.
Perawat perlu mengetahui bagaimana perasaan klien setelah
berinteraksi dengan perawat. Apakah klien merasa bahwa interaksi itu
dapat menurunkan kecemasannya? Apakah klien merasa bahwa
interaksi itu ada gunanya? Atau apakah interaksi itu justru
menimbulkan masalah baru bagi klien.
 Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.
Tindakan ini juga disebut sebagai pekerjaan rumah untuk klien.
Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan interaksi yang
akan dilakukan berikutnya. Membuat kontrak untuk pertemuan
berikutnya. Kontrak ini penting dibuat agar terdapat kesepakatan
antara perawat dan klien untuk pertemuan berikutnya. Kontrak yang
dibuat termasuk tempat, waktu, dan tujuan interaksi.

3. Proses Komunikasi Terapeutik Dalam Perawatan Komunitas

Proses komunikasi : (Mubarak, ahid Iqbal, dkk, 2007)


 Reference, stimulus yang memotifasi seseorang untuk berkomunikasi
dengan orang lain. Dapat berupa pengalaman, ide atau tindakan.
 Pengirim/ sumber/ encorder, disebut juga komunikator. Bisa perorangan
atau kelompok.
 Pesan/ berita, informasi yang dikirimkan. Dapat berupa kata-kata, gerakan
tubuh atau ekspresi wajah.
 Media/ saluran, alat atau sarana yang dipilih pengirim untuk
menyampaikan pesan pada penerima/ sasaran
 .Penerimaan/ sasaran/ decoder, kepada siapa pesan yang ingin
disampaikan tersebut dituju.
 Umpan balik/ feed back/ respons, reaksi dari sasaran terhadap pesan yang
disampaikan.

4. Role Play Pengaplikasian Komunikasi Terapeutik Dalam Lingkungan


Keperawatan Komunitas

Pemeran:

1. Perawat 1 : Wulan Dari


2. Perawat 2 : Cut Salsabila
3. Perawat 3 : Dinda Nazila
4. Anak Perempuan : Zahra Fazillah
5. Ibu Rumah Tangga : Febria Hanum
6. Cucu : Jumy Juli Khatimah

Tiga orang Mahasiswa Keperawatan STIKES MEDIKA NURUL


ISLAM Dinas dari RS. Teuku Chiek Ditiro Sigli mengadakan penyuluhan ke
rumah-rumah warga di suatu desa. Pada rumah pertama,perawat- perawat
tersebut melihat banyak sekali rongsokan atau barang-barang bekas yang
sudah tidak bisa dipakai berserakan di dekat rumah tersebut.

FASE ORIENTASI
Perawat 1 : Assalamu'alaikum...Permisi..
Anak : Wa'alaikum salam...siapa ya..?
Perawat 3 : Selamat Siang dek. Saya Perawat Dinda, Perawat Wulan
dan perawat Cut, kami ingin melakukan Penyuluhan
mengenai demam berdarah dek,, Apakah kami boleh
meminta waktunya sebentar?
Anak Iya, Silahkan
: Masuk kak,,Tunggu sebentar ya kak,saya panggil ibu saya

dulu…Bu..ibu..ada perawat yang datang nih bu..


Ibu :
Oh.ada perawat ya..Maaf,ada keperluan apa ya mbak?

Anak : Katanya mau melakukan penyuluhan tentang demam


berdarah bu,,
Ibu : Oh,,,
Perawat 2 : Iya bu, kami sedang penyuluhan terhadap keluarga-
keluarga di kampung ini. Mohon kerja samanya ya bu..
Ibu : Baiklah mbak,,
Perawat 3 : Sebelumnya Nama buk siapa yaa?
Ibu : Nama Saya buk Febri, Mbak
Perawat 3 : Kalau usianya berapa ya buk?
Ibu : 38 Tahun, Mbakk,,,
Perawat 3 : Baiklah Buk,, Sebelumnya Maaf bu.. Tadi di depan rumah
saya melihat banyak sekali barang-barang berserakan.
Apakah barang-barang tersebut sudah tidak di pakai lagi?
Ibu : Iya mbak, Itu barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi
Tetapi saya bingung, dimana harus meletakkan barang-
barang tersebut.Soalnya sudah tidak ada lagi tempat untuk
meletakkannya.
Perawat 2 : Ibu,barang-barang tersebut bisa menjadi sarang nyamuk
yang dapat menyebabkan demam berdarah, sebaiknya
barang-barang tersebut harus segera dikubur agar tidak
menjadi tempat nyamuk bertelur,
Anak : tu kan bu, pantesan banyak nyamuk yang berkeliaran di
sekitar rumah kita
Ibu : ooo, iya juga ya nak, kalau begitu kita harus segera
membereskan barang-barang itu.
Perawat 3 : kalau begitu kami pergi dulu ya bu.

Perawat-perawat tersebut lalu mendatangi rumah berikutnya..


Perawat 3 : Assalamu'alaikum..
Cucu : Wa'alaikum salam, Cari siapa ya kak?
Perawat 3 : Apakah orang tuanya ada dek...
Cucu : Iya,sebentar ya kak..Saya panggil nenek dulu
Nek..nenek..adatamu nek
Nenek : Oh,ada tamu ya, Ayo-ayo masuk,silakan duduk. Ada perlu
apa ya mbak?
Perawat 1 : Maaf mengganggu waktunya sebentar, saya perawat
Wulan dan ini teman saya Perawat Dinda dan perawat Cut.
Kami ingin melakukan penyuluhan sama nenek sekeluarga
mengenai demam berdarah Nek. . .
Nenek : iya- iya silakan Mbak-Mbak perawat
Perawat 2 : pertama-tama Kami akan menjelaskan mengenai hal-hal
yang dapat menyebabkan demam berdarah.
Demam berdarah dapat disebabkan oleh virus
Cucu : Oh,, begitu ya Kak penyebabnya
Perawat 1 : Demam berdarah atau DBD memiliki beberapa gejala
yang dapat dilihat secara jelas seperti:
Demam mencapai 40 derajat CelciusCelcius, Muncul ruam
kulit ,Mual dan muntah ,Nyeri di belakang bola mata,
sendi, otot, dan tulang, Nyeri perut, Turunnya nafsu
makan, Mengalami pendarahan pada gusi dan hidung.
Cucu : Terima kasih ya kak penjelasannya, kami menjadi lebih
mengerti dan tahu harus bagaimana agar dapat mencegah
demam berdarah. Apalagi kami hanya tinggal berdua,
apalagi nenek sudah sangat tua
Perawat 2 : semoga informasi-informasi yang kami sampaikan dapat
bermanfaat ya Bagi nenek sekeluarga.
Nek, besok kami akan melakukan penyuluhan kepada
seluruh warga Kampung ini di lapangan depan kantor
lurah. Nenek sekeluarga Saya harapkan untuk datang ya
pada penyuluhan demam berdarah tersebut.
Nenek : Iya, InsyaAllah ya mbakk,,, saya juga mengucapkan terima
kasih.
Perawat 3 kalau begitu kami pamit dulu ya Nek,, Terima kasih sudah
meluangkan waktunya, Terima kasih juga atas
kerjasamanya ya. .. Assalamu'alaikum...
Nenek Dan cucu : Iya, waalaikumsalam..

Keesokan harinya di depan kantor lurah, masyarakat pun berkumpul


untuk menghadiri penyuluhan yang diadakan oleh perawat yang kemarin
berkunjung ke rumah mereka. Untuk mengikuti penyuluhan tentang Demam
Berdarah .

FASE KERJA
Pak Lurah : Assalamualaikum semuanya,, jadi hari ini kita kedatangan
mbak-mbak perawat dari Stikes Medika Nurul Islam ingin
melakukan penyuluhan tentang penyakit demam berdarah,
Jadi harap mendengar semuanya dan kepada mbak-mbak
perawat dipersilakan untuk menyampaikan penyuluhannya.
Perawat : Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, baiklah
terima kasih kepada Bapak Lurah kepada ibu-ibu adik-adik
dan nenek-nenek sekalian karena telah mengizinkan kami
untuk melakukan penyuluhan ini dan berkenan hadir pada
acara penyuluhan yang kami yang kami Adakan di Kantor
Kelurahan pada pagi hari ini.
Perawat : Perkenalkan saya perawat Cut, saya dari Stikes Medika
Nurul Islam akan melakukan Penyuluhan tentang DBD
Sebelumnya saya ingin mengkontrak waktu kurang lebih
sekitar 30 menit ya Ibu dan adik-adik sekalian.
Perawat : Baik terima kasih, Sebelum saya menjelaskan , Apakah
ibu-ibu dan adik-adik sekalian di sini sudah ada yang tahu
mengenai Apa itu DBD?
Anak : saya Kak! Kata guru saya, DBD adalah penyakit yang
disebabkan oleh gigitan nyamuk aedes aegepty.
Perawat : Betul sekali! Jadi sebenarnya DBD adalah Penyakit yang
telah dikenal di Indonesia sebagai penyakit yang endemis di
masyarakat, terutama sangat berbahaya bagi kalangan anak-
anak. Penyebab penyakit ini adalah virus Dengue dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty sebagai
faktor utama, disamping nyamuk Aedes albopictus. Demam
dengue dapat menyebabkan demam tinggi, ruam, dan nyeri
otot dan sendi. Sedangkan demam berdrah dengue (DBD)
dapat menyebabkan kebocoran plasma yang mengakibatkan
perdarahan serius, penurunan tekanan darah tiba-tiba
(syok), hingga bahkan kematian.
Perawat : Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah
kesehatan karena masih banyak daerah yang endemik.
Daerah endemik DBD pada umumnya merupakan sumber
penyebaran penyakit ke wilayah lain.
Setiap kejadian luar biasa (KLB) DBD umumnya dimulai
dengan peningkatan jumlah kasus wilayah tersebut.
Penyakit DBD mempunyai perjalanan yang sangat cepat
dan sering menjadi fatal karena banyak pasien yang
meninggal akibat penanganannya yang terlambat.
Ibu : suster! Saya ingin bertanya, kalau tanda gejala orang yang
sedang menderita DBD seperti apa?
Perawat : Terimakasih pertanyaannay. Tanda dan gejaa Penyakit
demam berdarah ( DBD) adalah Pada umumnya penderita
demam berdarah sebelumnya mengalami gejala yang sangat
bervariasi. Mulai demam ringan sampai gejala yang paling
berat, seperti penderita mengalami Mulai demam ringan
sampai gejala yang paling berat, seperti penderita
mengalami muntah-muntah atau berak darah. Biasanya
penderita demam berdarah pada kulit (Wars tandai dengan
ruam-ruam, muntah-muntah atau berak darah.
Cucu : kalau penularannya bagaimana?
Perawat : Penukaran penyakit DBD Penularan DBD dapat terjadi
ketika Anda terkena gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Saat itulah virus dengue masuk ke dalam tubuh. Sekitar 4–7
hari setelah terinfeksi virus dengue, Kita bisa mengalami
gejala DBD berikut ini: Demam tinggi mencapai suhu
40°Celsius atau lebih.
Cucu : Ooooooo..... Berarti bahaya juga ya nyamuk itu!!!
Perawat : Tentu, makannya, kita harus selalu menjaga kebersihan
lingkungan
Nenek : Aaaaa.... dengar tu, cu! Aa, ini pun mau tanya. Bagaimana
cara menyembuhkan penyakit DBD ini? Apakah harus
dirawat di rumah sakit? Nenek tidak mau masuk rumah
sakit. Nyerii!!
Anak : Kenapa tidak mau?
Ibu : Iya lah nak, di rumah sakit itu tidak enak.
Cucu : Kenapa tidak enak? Kan dapat makan gratis
Perawat : (tersenyum ) pastinya setiap orang akan merasa tidak
nyaman pada saat berada di rumah sakit.
Cucu : iihh.... takut ah kenak DBD. Gimana cara mencegah
penyakit ini?
Perawat : cara pencegahan penyakit DBD adalah dengan selalu
menjaga lingkungan agar selalu bersih supaya tidak adanya
penampungan air yang dapat menyebabkan terjadinya
nyamuk aedes dan juga menjaga kebersihan tubuh kita
Masyarakat : Oooooooooo......

FASE TERNINASI
Perawat : Nah, Bagaimana hadir sekalian sudah paham kan apa itu
DPD, Bagaimana cara penyembuhan dan cara mencegah
DBD?
Ibu : sudah. Terima kasih ya mbak. Mulai sekarang saya akan
selalu berusaha menjaga kebersihan lingkungan agar tidak
ada wabah DBD di kampung kita.
Anak : Betul Buk! Kami setuju Sekali!!!
Perawat : Itulah tadi yang dapat kami sampaikan, Semoga apa yang
tadi kami sampaikan dapat memberi manfaat untuk anda
semua dan bisa diterapkan dalam kehidupan ada di rumah
dan pemahaman bagi keluarga Saya meminta maaf apabila
ada kata-kata ketika lampu yang kurang berkenan di hati
ibu dan adik-adik sekalian mohon maaf padahal Apabila
ada kekurangan dan kesilauan dalam perkataan saya akhiri
wabillahi taufik wal hidayah, wassalamualaikum Wr. Wb.
Semua : Waalaikumsalam Wr. Wb.
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
1. Proses keperawatan komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang
bersifat ilmiah, sistematis, dinamis, kontinyu dan berkesinambungan dalam
rangka memecahkan masalah kesehatan dari klien, keluarga, kelompok atau
masyarakat yang langkah-langkahnya dimulai dari pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi
tindakan keperawatan.
2. Keperawatan komunitas adalah kesatuan yang unik dari praktek
keperawatan dan kesehatan masyarakat yang ditunjukan kepada
pengembangan dan peningkatan kemampuan kesehatan baik diri sendiri
sebagai perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga, kelompok
khusus atau masyarakat dan pelayanan tersebut mencakup spektrum
pelayanan kesehatan untuk masyarakat
3. Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan
dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak
dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut
mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak
terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.
4. Model asuhan keperawatan komunitas mencakup pengkajian, Diangnosa,
Intervensi, Implementasi Dan Evaluasi

3.2. SARAN
1. Dalam melayani klien hendaknya perawat selalu berkomunikasi dengan
klien untuk mendapatkan persetujuan tindakan yang akan di lakukan.
2. Dalam berkomunikasi dengan klien hendaknya perawat menggunakan
bahasa yang mudah di mengerti oleh klien sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman komunikasi.
3. Dalam menjalankan profesinya hendaknya perawat selalu memegang teguh
etika keperawatan.
4. Diharapkan adanya perubahan perilaku dalam peningkatan derajat kesehatan
masyarakat, Kelompok, dan Keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Elizabeth T, dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan
Praktik, edisi 3. Jakarta: EGC Nurhayanti, 2011. Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan Komunitas.

Efendi, Ferry, 2009. Keperawatan kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika

Henny, Achjar Komang Ayu 2011. Asuhan Keperawatan Komunitas: Teori dan
praktek.

Jakarta: EGC Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas
Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2 Teori. Jakarta:
Sagung Seto

Dalami,Ermawati.2009. Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta : Trans

Soedarmo, SP. 2002. Masalah Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Dalam


Hadinegoro Sri Rezeki H dan Satari HI.

Demam Berdarah Dengue. Fakultas Kedokteran UI: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai