Anda di halaman 1dari 85

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peran komunitas sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan
kesehatan masyarakat. Komunitas dapat diartikan sebagai kumpulan individu
dan kelompok yang memiliki tingkat kepedulian dan interaksi antara anggota
masyarakat yang menempati suatu wilayah yang relative kecil dengan batas-
batas yang jelas (Utama Fajar, dkk, 2021). Keperawatan Komunitas adalah
suatu bentuk pelayanan profesional berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan
yang ditujukan terutama pada kelompok risiko tinggi untuk meningkatkan
status kesehatan komunitas dengan menekankan upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak mengabaikan kuratif dan
rehabilitatif (Safitri Alfika, 2023). Komunitas juga dipandang sebagai suatu
target pelaksanaan kesehatan yang bertujuan mencapai kesehatan komunitas
melalui peningkatan kesehatan, dan kerjasama sebagai suatu mekanisme
untuk mempermudah pencapaian tujuan bagi komunitas tersebut. Peran serta
masyarakat tersebut diartikan sebagai suatu proses dimana individu, keluarga,
dan komunitas bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri, dengan
berperan sebagai perilaku kegiatan upaya peningkatan kesehatan berdasarkan
akses kemandirian dan kebersamaan (Widagdo & Kholifah, 2016).
Menurut Badan Pusat Statistik Propinsi NTT Jumlah kasus penyakit di
Kabupaten/Kota Belu pada tahun 2022 yaitu seperti Malaria sebanyak (19
0rang), TBC sebanyak (460 orang), Pneumonia sebanyak (39 orang), diare
sebanyak (492 orang), DBD sebanyak (137 orang), kasus baru yaitu Aids
sebanyak (29 orang), kasus komulatif Aids sebanyak (75 orang) dan penyakit
infeksi menular seksual sebanyak (21 orang). Berbagai masalah kesehatan
yang ada di masyarakat tersebut tentunya masyarakat harus dibekali dengan
pengetahuan yang cukup tentang berbagai penyakit mulai dari penyebab
penyakit, tanda dan gejala, pencegahan dan yang paling penting yaitu
bagaimanan pencegahan agar penyakit tersebut tidak sampai dialami oleh
masyarakat.
Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal tidak
hanya merupakan peran dari tenaga medis saja tetapi membutuhkan sinergitas
dari berbagai pihak, terutama peran serta masyarakat itu sendiri. Universitas
Citra Bangsa sadar betul bahwa sebagai Institusi pendidikan sudah
seharusnya mengambil peran dalam pemberian edukasi kepada masyarakat
tentang pola hidup sehat. Profesi Ners Universitas Citra Bangsa Kupang
Angkatan X melaksanakan Praktik Klinik Keperawatan Komunitas di Dusun
Aitaman Desa Manleten, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu
Atambua, Propinsi NTT dengan menggunakan 3 pendekatan, yaitu
pendekatan keluarga, kelompok dan masyarakat, serta secara aktif dalam
upaya peningkatan status kesehatan.
Selama praktik komunitas di Desa Manleten, mahasiswa melakukan
pendataan/ surveilens penyakit, menetapkan diagnosa keperawatan komunitas,
merancang intervesi keperawatan komunitas, melaksanakan implementasi,
melakukan evaluasi dan bekerja sama dengan bidang kesehatan yang ada untuk
penanganan masalah kesehatan masyarakat dengan melakukan penyuluhan,
pelayanan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Semua upaya tersebut
diharapkan masyarakat bisa mandiri dalam penanganan masalah kesehatan
yang dialami.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiwa-mahasiswi mampu mengaplikasikan Asuhan Keperawatan
Komunitas dimasyarakat Dusun Aitaman Desa Manleten, Kecamatan Tasifeto
Timur, Kabupaten Belu Atambua Propinsi NTT.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan praktik Keperawatan komunitas, mahasiswa mampu:
1. Melakukan pengkajian Keperawatan dan Suveilens penyakit
2. Merumuskan Diagnosa Keperawatan Komunitas
3. Menyusun rencana intervensi keperawatan melalui musyarah masyarakat
desa
4. Melaksanakan implementasi keperawatan komunitas
5. Melaksanakan evaluasi keperawatan komunitas.
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Bagi masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui dan mengenal masalah-masalah kesehatan yang
ada di masyarakat baik dalam keluarga maupun di lingkungan.
1.3.2 Bagi pemerintah Desa Manleten
Berdasar pada data-data yang ada dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
mengambil kebijakan atau keputusan terkait dengan status kesehatan
masyarakat Desa Manleten.
1.3.3 Bagi institusi
Bentuk aplikasi ilmu pengetahuan terkhususnya pengetahuan keperawatan
komunitas dalam kehidupan nyata.
1.3.4 Bagi penulis
Wadah penerapan ilmu keperawatan komunitas di lingkungan masyarakat dan
pengalaman praktek kerja nyata di waktu mendatang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keperawatan Komunitas


2.1.1 Pengertian komunitas
Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik
keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk
meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk. Sasaran dari
keperawatan kesehatan komunitas adalah individu yaitu balita gizi
buruk,ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular.
Sasaran keluarga yaitu keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah
kesehatan dan prioritas. Sasaran kelompok khusus, komunitas baik
yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau
perawatan (Ariani, Nuraeni, & Supriyono,2015).
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada
kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan
yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan
dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi pelayanan keperawatan. Pelayanan Keperawatan
Komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan
kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk didaerah
kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk
kelompok bayi, balita, lansia dan ibu hamil (Veronica, Nuraeni, &
Supriyono,2017). Perawat kesehatan komunitas di hargai karena
kemampuan beradaptasi dan kesediaan mereka untuk memberikan
perawatan baik pada klinik kesehatan komunitas juga di berbabgai
tempat lainnya (Susanty at all, 2022)
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan
keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan
klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah
seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
keperawatan (Wahyudi, 2010). Menurut American Nurses Association
(ANA,1973), Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah suatu sintesa
dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan
dan memelihara kesehatan masyarakat. Praktik keperawatan kesehatan
komunitasinibersifat menyeluruh dengan tidak membatasi pelayanan
yang diberikan kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan
melibatkan masyarakat. Perawat kesehatan komunitas memainkan
peran kunci dalam promosi kesehatan, pendidikan kesehatan,
pencegahan penyakit, kedaruratan dan layanan kesehatan sebelum dan
sesudah bencana. (Susanty at all, 2022)
Jadi keperawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang
dalam ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara
keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan serta peran
masyarakat serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif
secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan
rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang
utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal.
Pelayanan yang diberikan dapat dijangkau oleh masyarakatdan
melibatkan masyarakat sebagai mitra dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Sifat dari keperawatan komunitas berkelanjutan dengan
menggunakan proses keperawatan yang berlandaskan pada asuhan
keperawatan yang komperhensif dan umum. Pendekatan yang
dilakukan adalah pendekatan keluarga binaan dan kelompok kerja
(POKJA) komunitas dengan menggunakan strategi pemecahan masalah
kesehatan melalui pendidikan kesehatan dan teknologi tepat guna serta
memanfaatkan kebijakan pemerintah.
2.1.2 Fungsi Keperawatan Komunitas
1. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah
bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan
masalah klien melalui asuhan keperawatan.
2. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya dibidangkesehatan.
3. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran
sertamasyarakat.
4. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan
dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat
proses penyembuhan (Mubarak,2016).
2.1.3 Sasaran Perawatan Kesehatan Komunitas
Menurut Mubarak dan Chayatin, 2014, Sasaran keperawatan komunitas
adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok
khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun sakit dan mempunyai
masalah kesehatan atau keperawatan, (Mubarak dan Chayatin, 2014)
1. Individu
Merupakan anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari
aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Apabila individu
tersebut mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan karena
ketidak mampuan merawat dirinya sendiri oleh suatu hal dan sebab
maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik
secara fisik, mental maupun sosial.
2. Keluarga
Keluarga sebagai sub system komunitas merupakan system terbuka
dimana terjadi hubungan timbal balik antara keluarga dengan
komunitas, yang sekaligus sebagai umpan balik.
3. Kelompok Khusus
Kelompok khusus adalah sekumpulan induvidu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, usia, permasalahan (problem).kelompok
khusus yang ada di Masyarakat dan institusi dapat diklasifikasikan
berdasarkan permasalahan serta kebutuhan yang mereka hadapi,
diantaranya sebagai berikut:
a. Kelompok dengan kebutuhuan kesehatan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhan (growth and development),
yaitu: kelompok ibu hamil dan ibu bersalin (melahirkan),
kelompok ibu nifas, kelompok bayi, kelompok balita, kelompok
anak usia sekolah dan kelompok usia lanjut.
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta Asuhan Keperawatan yaitu
penderita penyakit menular antara lain kelompok penyakit
menular (kusta, TBC, Gonorhea, sifilis, HIV/AIDS), penyakit
tidak menular ( hypertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung,
kanker, stroke dan sebagainya), kelompok cacat yang
memerlukan rehabilitasi (cacat fisik msalnya kebutaan, cacat
mental dan cacat sosial).
c. Kelompok yang mempunyai resiko tinggi terserang penyakit
(penyalahgunaan obat/ narkotika, wanita tuna susila/ WTS
pekerja seks komersial/PSK dan kelompok pekerja tertentu).
2.1.4 Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas
Keperawatan Komunitas mencakup berbagai bentuk upaya pelayanan
kesehatan baik upaya promotif, perventif, kuratif, rehabilitatif maupun
resosialitatif (Falen & Dwi, 2011):
1. Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan melakukan penyuluhan
kesehatan, peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perorangan,
pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga teratur, rekreasi dan
pendidikan seka.
2. Upaya preventif, untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan-
gangguan kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
3. Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang
sakit atau masalah kesehatan melalui kegiatan perawatan orang sakit
di Rumah, perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut dari
puskesmas atau Rumah sakit, perawatan ibu hamil dengan kondisi
patologis, perawatan buah dada ataupun perawatan tali pusat bayi
baru lahir.
4. Rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang dirawat di Rumah
atau kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu seperti
TBC, Kusta dan cacat fisik lainnya.
5. Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan penderita ke
Masyarakat yang karena penyakitnya di kucilkan oleh Masyarakat
seperti, penderita AIDS, Kusta dan wanita tuna susila.
2.1.5 Peran Perawat Komunitas
Peran perawat dalam keperawatan di komunitas sebagai berikut (Falen
dan Dwi, 2011):
1. Sebagai Pendidik (Educator)
Perawat memiliki peran untuk dapat meberikan informasi yang
memungkinkan klien membuat pilihan dan mempertahankan
autonominya.
2. Sebagai Advokat
Perawat memberikan pembelaan kepada klien yang tidak dapat
bicara untuk dirinya.
3. Sebagai Manajemen Kasus
Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan
menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas, mengurangi
fragmentasi, serta meningkatkan kualitas hidup pasien.
4. Sebagai Kolaborator
Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan
Rumah Sakit atau anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap
kesehatan yang optimal.
5. Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan komunitas seharusnya dapat menjadi panutan
bagi setiap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai
dengan peran yang diharapkan.
6. Sebagai Peneliti
Penelitian dalam asuhan keperawatan dapat membantu
mengidentifikasi serta megembangkan teori-teori keperawatan yang
merupakan dasar dari praktik keperawatan.
7. Sebagai Pembaharu (Change Agen)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaru
terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat terutama
dalam mengubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya
dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.
2.1.6 Kesehatan
Kesehatan manusia bergerak maju atau mundur dalam
kontinuitas tertentu, dimana jarak ini menentukan apakah seseorang
dikatakan sehat atau sakit, kesehatan tidak pernah konstan. Parson
1972, mengatakan sehat adalah kemampuan melaksanakan peran dan
fungsi dengan efektif, sedangkan Dubois 1978, mengatakan bahwa
kesehatan adalah proses yang kreatif dimana individu secara aktif dan
terus-menerus mengadaptasi lingkungan.
Hildegard Peplau mengatakan bahwa kesehatan adalah proses
yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruksif dan
produktif. Orem E. D mengatakan bahwa kesehatan adalah itegritas
individu. Pemeliharan diri sendiri secara umum adalah dasar untuk
berfungsi secara optimal, sedangkan King M. E. Mengatakan bahwa
kesehatan adalah keadaan yang dinamis dalam siklus hidup dan
memperoleh adaptasi terus-menerus terhadap stress (Kristina Ibrahim,
1986). Hendrik L. Blum, 1974 mengatakan ada 4 faktor terutama yang
mempengaruhi kesehatan masyarakat yaitu lingkungan, perilaku
pelayanan kesehatan dan keturunan. Lingkungan merupakan faktor
yang paling dominan mempengaruhi faktor kesehatan masyarakat
karena pada lingkunganlah manusia mengadakan interaksi dan interaksi
dalam proses kehidupannya baik dalam lingkungan fisik maupun
psikoogis, sosial budaya, ekonomi dimana kondisi tersebut sngat
dipengaruhi oleh perilaku individu, keluarga kelompok maupun
masyarakat yang erat kaitannya dengan kebiasaan dan norma, adat
istiadat yang berlaku dimasyarakat kemudian ditunjang oleh tersedianya
fasilitas kesehatan yang terjangkau oeh masyarakat, dan terakhir adalah
faktor keturunan yang dibawa dari sejak lahir yang erat kaitanya dengan
gen yang diturunkan oleh orang tua.
Dengan demikian kesehatan sangat ditentukan oleh kemampuan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk membuat tujuan
yang realistis dan berarti, serta kemampuan untuk menggerakan energi
dan sumber-sumber yang tersdia untuk mencapai tujuan tersebut secara
efesien.
Kesehatan yang optimal bagi setiap individu keluarga,
kelompok dan masyarakat merupakan tujuan dari perawatan kesehatan
masyarakat, yang lebih menekankan kepada upaya promotif dan
preventif terhadap berbagai gangguan kesehatan, dengan tidak
melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif bagi yang sedang menderita
penyakit maupun dalam kondisi pemulihan terhadap penyakit.
Perawatan kesehatan masyarakat untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan, serta memberikan bantuan melalui intervensi
keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantu individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi berbagai masalah
keperawatan kesehatan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Perawat sebagai orang pertama dalam tatanan layanan kesehatan,
melaksananakan fungsi-fungsi yang sangat relevan dengan kebutuhan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2.1.7 Keperawatan
Perawat adalah pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat
terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
mempunyai masalah kesehatan. pelayanan yang diberikan adalah upaya
untuk mencapai derajat kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan
potensi yang dimiliki dalam dalam menjalankan kegiatan dibidang
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan
proses keperawatan sebagai metode ilmiah keperawatan yang dilakukan
oleh tenaga keperawatan bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya
dalam rangka mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Menurut Intenational Council of Nurses (INC, 1973),
keperawatan adalah fungsi yang unik dalam membantu individu yang
sakit atau sehat, dengan penampilan kegiatan yang berhubungan dengan
kesehatan atau penyembuhan (meninggal dengan damai), hingga
individu dapat merawat kesehatannya sendiri apabila memiliki
kekuatan, kemauan dan pengetahuan. American Nurse Asociation
(ANA, 1973), mengatakan bahwa praktek keperawatan adalah
pelayanan langsung, berorientasi pada tujuan dapat diadaptasi oleh
kebutuhan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam keadaan
sehat dan sakit.
Dari hasil lokakarya keperawatan (Januari, 1983) merumuskan
defenisi keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan di bidang
kesehatan yang didasari ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada
keluarga kelompok dan masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat
sejak lahir sampai meninggal, pelayanan berupa bantuan yang diberikan
karena kelemahan fisik, keterbatasan pengetahuan dan kurangnya
kemauan menuju pada kemampuan hidup mandiri untuk memenuhi
kebutuhan fisik sehari-hari. Kegiatan yang dilakukan meliputi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatis sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab serta etika profesi keperawatan.
2.1.8 Kegiatan Praktik Keperawatan Komunitas
Kegiatan praktik keperawatan komunitas yang dilakukan
perawat mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan
tingkat pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi secara umum
kegiatan praktik keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
1. Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu,
keluarga, kelompok, khusus baik dirumah (Home Nursing), di
sekolah (School Health Nursing), di perusahaan, di posyandu, di
polindes dan di daerah binaan kesehatan masyarakat.
2. Penyuluhan atau pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka
merubah perilaku indivdu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi.
4. Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka
hadapi.
5. Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan
penanganan lebih lanjut.
6. Penemuan kasus pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
7. Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan
kesehatan.
8. Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas melalui pengenalan
masalah kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan,
pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan menggunakan proses
keperawatan sebagai suatu usaha, pedekatan ilmiah keperawatan.
9. Mengadakan koordinasi diberbagai kegiatan asuhan keperawatan
komunitas.
10. Mengadakan kerja sama lintas program, lintas sektoral dengan
instansi terdekat terkait.
11. Memberikan keteladanan yang dapat dijadikan panutan oleh
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang bekaitan
dengan keperawatan dan kesehatan.
2.1.9 Model Pendekatan
Pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan
masalah kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat secara keseluruhan adalah
pendekat pemecahan masalah (Problem Solving Approach) yang
dituangkan dalam keperawatan dengan memanfaatkan pendekatan
epidemologi yang dikaitkan dengan upaya kesehatan dasar (PHC).
Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap
masalah kesehatan yang dihadapai individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat akan dapat diatasi oleh perawat melalui keterampilan
melaksanakan intervensi keperawatan sebagai bidang keahlian dalam
meaksanakan profesinya sebagai perawat kesehatan masyarakat. Bila
kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan pendekatan
terhadap keluarga binaan tersebut dengan family approach, maka bila
pembinaan keluarga berdasarkan atas seleksi kasus yang datang ke
puskesmas yang dinilai memerlukan tindak lanjut disebut dengan case
approach, sedangan bila pendekatan yang digunakan dalah pendekatan-
pendekatan yang dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui
survey mawas diri dengan melibatkan partisipasi masyarakat disebut
community approach.
Model Keperawatan Komunitas Menurut Betty Newman.

Reaksi
Lingkungan Fisik
Reaksi politik & Pemerintah

INTI
Kemampuan& stressor
Ekonomi

Yankes & Sosial Komunikasi

Analisa

Sterssor Reaksi

Diagnosis Keperawataan komunitas

Perencanaan

Pelaksanaan

Pencegahan Primer Pencegahan sekunder Pencegahan Tersier

Evaluasi
Gambar 2.1 Model Keperawatan Komunitas menurut Betty Newman.
2.1.10 Metode
Dalam melaksanakan Asuhan keperawatan Kesehatan Masyarakat,
metode yang digunakan adalah proses keerawatan sebagai suatu
pendekatan ilmiah di dalam bidang keperawatan, melalui tahap-tahap
sebagai berikut:
1. Pengkajian
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat
dalam mengkaji masalah kesehatan baik ditingkat individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat adalah:
a. Pengumpulan Data
Kegiatan ini dilakukan untuk mengidetifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok khusus
dan masyarakat melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi
dengan menggunakan instrumen pengumpulan data dalam
menghimpun informasi.
Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta
faktor lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas menurut
Anderson dan MC. Farlane (1958), terdiri dari inti komunitas
yaitu meliputi demografi; populasi;nilai-nilai keyakinan dan
riwayat indvidu termasuk riwyat ksehatan. Sebagai faktor
lingkungan adalah lingkungan fisik; pendidikan; keamanan; dan
tranportasi; politik dan pemerintah, pelayanan kesehatan dan
sosial; komunitas; ekonomi dan rekreasi.
Hal diatas perlu untuk menetapkan tindakan-tindakan yang
sesuai dan efektif dalam langkah-langkah selanjutnya.
b. Analisa Data
Analisa data dilaksanakan data yang telah diperoleh dan
disusun dalam suatu format yang sistematis. Dalam menganalisa
data memerlukan pemikiran kritis. Data yang terkumpul
kemudian dianalisa seberapa besar faktor stresor yang
mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul dikomunitas.
Selanjutnya dirumuskan masalah atau diagnosa keperawatan.
Menurut Mueke (1987) masalah tersebut terdiri dari:
1) Masalah sehat sakit
2) Karakteristik populasi
3) Karakteristik Lingkungan
2. Perumusan Masalah dan Diagnosa Keperawatan/Kesehatan
Kegiatan ini dilakukan diberbagai tingkat sesuai dengan urutan
prioritas. Diagnoasa keperawatan. Diagnosa Keperwatan yang
dirumuskan dapat aktual, ancaman resiko atau wellnes.
Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat anatar
lain:
a. Masalah ditetapkan dari data umum.
b. Masalah yang dianalisa dari hasil kesenjangan pelayanan
kesehatan.
Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk menentukan tindakan
yang lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam
kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan
mempertimbangan:
a Masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat.
b Kebijaksanaan dan Sumber daya masyarakat.
c Kemampuan dan Sumber daya masyarakat
d Keterlibatan, partisipasi dan peran serta masyarakat.
Kriteria skala prioritas:
a. Perhatian masyarakat, meliputi: pegetahuan,sikap, keterlibatan,
emosi masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi
dan urgensinya untuk segera ditanggulagi.
b. Prevalensi menunjukan jumlah kasus yang ditemukan pada
suatu kurun waktu tertentu.
c. Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah tersebut dapat
menibulkan gangguan terhadap kesehatan msyarakat.
d. Kemungkinan masalah untuk dapat dikelolah dengan
mempertimbangkan berbagai alternatif dalam cara-cara
pengelolaan masalah yang menyangkut biaya, sumber daya,
sarana yang tersedia dan kesulitan yang mungkin timbul
(Effendi Narsul, 2013).
3. Perencanaan
Kegiatan dilakukan pada tahap ini adalah:
a Menentukan tunjuan dan sasaran pelayanan.
b Menetapkan rencana unuk mengatasi masalah kesehatan dan
keperawatan.
c Menetapkan kriteria keberhasilan dari rencana tindakan yang
akan dilakukan.
4. Pelaksanaan
Pada tahap ini rencana yang telah susun dilaksanakan dengan
melibatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
sepenuhnya dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan
yang dihadapi. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
pelaksanaan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat adalah:
a. Melaksanakan Kerja sama Lintas Program dan Lintassektoral
dengan intansi terkait.
b. Mengkuti sertakan partisipasi aktif individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatannya.
c. Memanfaatkan potensi dan sumberdaya yang ada
dimasyarakat.
Level pencegahan dalam pelaksanaan praktek keperawatan
komunitas terdiri atas:
a. Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidakfungsinya
dan diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya
dan perlindungan khususnya terhadap peyakit.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa dan intervensi
yang tepat untuk menghambat proses patologi, sehingga
memperpendek waktu sakit dan tingkat keperahan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi
ketidakmampuan sambil stabil atau menetap atau tidak dapat
dIperbaiki sama sekali. Rehabilitas sebagai pencegahan primer
lebih dari upaya menghambat proses penyakit sendiri, yaitu
menembalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal
dari ketidakmampuannya.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program
kesehatan. Hal-hal yang perlu di evaluasi adalah masukan (Input),
pelaksanaan (Proses) dan hasil akhir (Output).Penilaian yang sama
dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai sesuai dengan
perencanaan yang disusun semula. Ada 4 dimensi yang harus
dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian yaitu: daya guna,
hasil guna, kelayakan, kecukupan. Fokus evaluasi adalah:
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan
pelaksanaan.
b. Perkembangan atau kemajuan proses.
c. Efesiensi biaya.
d. Efektifitas Kerja.
e. Dampak apakah status kesehatan meningkat atau menurun.
Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian adalah
kemandirian keluarga yang terkait dengan 5 tugas kesehatan yaitu:
mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan tindakan
kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang
dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia,
sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah
keperawatan yaitu melalui proses keperawatan.
2.2 Program Puskesmas dan Desa Siaga
2.2.1 Program Puskesmas
Puskesmas dibangun untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
dasar, menyeluruh, dan terpadu bagi seluruh masyarakat yang tinggal di
wilayah kerjanya. Kunjungan masyarakat pada suatu unit pelayanan
kesehatan tidak saja dipengaruhi oleh kualitas pelayanan tetapi juga
dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya: sumber daya manusia,
motivasi pasien, ketersediaan bahan dan alat, tarif dan lokasi.
Puskesmas adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat
yang amat penting di Indonesia. Puskesmas adalah unit pelaksana
teknis dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatau wilayah kerja (Depkes,2011).
a. Program Pokok Puskesmas
1. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Program KIA merupakan upaya Kesehatan ibu dan anak adalah
upaya dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak
balita serta anak prasekolah.
a. Tujuan dari program KIA adalah :
1) Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan
perilaku), dalam mengatasi kesehatan diri dan
keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna
dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban
10 keluarga, Posyandu dan sebagainya.
2) Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan
anak prasekolah secara mandiri di dalam lingkungan
keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan Karang
Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.
3) Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak
balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu
meneteki.
4) Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, ibu meneteki, bayi dan anak balita.
5) Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat ,
keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengatasi
masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama
melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.
b. Prinsip Pengelolaan Program KIA
Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan
peningkatan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara
efektif dan efisien. Pelayanan KIA diutamakan pada kegiatan
pokok :
1) Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas
pelayanan dengan mutu yang baik serta jangkauan yang
setinggi-tingginya.
2) Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan
kepada peningkatan pertolongan oleh tenaga professional
secara berangsur.
3) Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik
oleh tenaga kesehatan maupun di masyarakat oleh kader
dan dukun bayi serta penanganan dan pengamatannya
secara terus menerus.
4) Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang
dari 1bulan) dengan mutu yang baik dan jangkauan yang
setinggi tingginya.
c. KB
Keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran
anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan,
melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan
hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas
(BKKBN, 2015).
Tujuan dari program keluarga berencana:
a. Umum: Meningkatkan kemampuan pengelola program
KIA/KB dalam hal manajemen pelayanan KB sebagai
upaya mendukung percepatan penurunan Angka
Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.
b. Khusus
1) Meningkatkan kemampuan pengelola program
KIA/KB dalam pengorganisasian pelayanan KB.
2) Meningkatkan kemampuan pengelola program
KIA/KB dalam perencanaan pelayanan KB.
3) Meningkatkan kemampuan pengelola program
KIA/KB dalam pelaksanaan pelayanan KB.
4) Meningkatkan kemampuan pengelola program
KIA/KB dalam pemantauan dan evaluasi pelayanan
KB.
Manfaat dan Sasaran Pedoman Manajemen Pelayanan
KB menjadi acuan untuk meningkatkan kemampuan
manajemen pengelola program KIA/KB bagi:
a. Pengelola Program KB di setiap tingkat administrasi
(Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota)
b. Petugas kesehatan di Puskesmas beserta jaringan
dan jejaringnya
c. Mitra kerja lainnya
d. Usaha Kesehatan Gizi
Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan
dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan
pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi,
peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi serta kesehatan
sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
1. Indikator Masalah Gizi
a) Persentase balita berat badan kurang (underweight)
b) Persentase balita pendek (stunting)
c) Persentase balita gizi kurang (wasting)
d) Persentase remaja putri anemia
e) Persentase ibu hamil anemia
f) Persentase ibu hamil risiko Kurang Energi Kronik (KEK)
g) Persentase Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (berat badan
kurang dari 2500 gram).
2. Indikator Kinerja Program Gizi
a) Cakupan bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI
Eksklusif
b) Cakupan bayi usia 6 bulan mendapat ASI Eksklusif.
c) Cakupan ibu hamil yang mendapatkan Tablet Tambah Darah
TTD minimal 90 tablet selama masa kehamilan.
d) Cakupan ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang
mendapat makanan tambahan.
e) Cakupan balita kurus yang mendapat makanan tambahan.
f) Cakupan remaja putri (Rematri) mendapat Tablet Tambah
Darah (TTD).
g) Cakupan bayi baru lahir yang mendapat Inisiasi Menyusu Dini
(IMD).
h) Cakupan balita yang ditimbang berat badannya (D/S).
i) Cakupan balita mempunyai buku Kesehatan Ibu Anak
(KIA)/Kartu Menuju Sehat (KMS).
j) Cakupan balita ditimbang yang naik berat badannya (N/D).
k) Cakupan balita ditimbang yang tidak naik berat badannya dua
kali berturut-turut (2T/D).
l) Cakupan balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A.
m)Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A.
n) Cakupan rumah tangga mengonsumsi garam beriodium.
o) Cakupan kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan.
p) Kesehatan Lingkungan
Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan
lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari
manusia. Himunan Ahli Kesehatan Lingkungan (HAKLI) mendefinisikan
kesehatan lingkungan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia
yang sehat dan bahagia (Mundiatum dan Daryanto, 2015).
Terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan menurut WHO, yaitu :
a. Penyediaan air minum, khususnya yang menyangkut persediaan
jumlah air
b. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran, termasuk
masalah pengumpulan, pembersihan dan pembuangan
c. Pembuangan sampah padat
d. Pengendalian vektor, termasuk anthropoda, binatang mengerat
e. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh perbuatan manusia
f. Higiene makanan, termasuk hygiene susu
g. Pengendalian pencemaran udara
h. Pengendalian radiasi
i. Kesehatan Kerja, terutama pengaruh buruk dari faktor fisik, kimia dan
biologis
j. Pengendalian kebisingan
k. Perumahan dan pemukiman
l. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara
m. Perencanaan daerah dan perkotaan
n. Pencegahan kecelakaan
o. Rekreasi umum dan pariwisata
p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemik/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.
q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin
lingkunganTujuan Kesehatan Lingkungan, yaitu terciptanya keadaan
yang serasi sempurna dari semua faktor yang ada di lingkungan fisik
manusia, sehingga perkembangan fisik manusia dapat diuntungkan,
kesehatan dan kelangsungan hidup manusia dapat dipelihara dan
ditingkatkan.
Tujuan ini diperinci atas melakukan koreksi, yakni memperkecil atas
modifikasi terjadinya bahaya dari lingkungan terhadap kesehatan dan
kesejahteraan hidup manusia. Melakukan pencegahan dalam arti
mengefisienkan pengaturan sumber-sumber lingkungan untuk meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia serta menghindarkannya dari
bahaya.
Kesehatan lingkungan merupakan faktor yang penting dalam
kehidupan sosial kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur
penentu atau determinan dalam kesejahteraan penduduk. Dimana lingkungan
yang sehat sangat dibutuhkan bukan hanya untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk kenyamanan hidup dan
meningkatkan efisiensi kerja dan belajar (Mundiatum dan Daryanto, 2015).
b. Pemberantasan dan pencegahan penyakitmenular
Prioritas pencegahan dan pengendalian penyakit menular tertuju pada
pencegahan dan pengendalian penyakit HIV/AIDS, tuberculosis, pneumoni,
hepatitis, malaria, demam berdarah, influenza, flu burung dan penyakit
neglected diseases antara lain kusta,frambusia, filariasis, dan chsitosomiasis.
Selain penyakit tersebut, penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I) seperti polio, campak, difteri, pertusis, hepatitis B, dan tetanus baik
pada maternal maupun neonatal juga tetap menjadi perhatian walaupun pada
tahun 2014 Indonesia telah dinyatakan bebas polio dan tahun 2016 sudah
mencapai eliminasi tetanus neonatorum. Termasuk prioritas dalam
pengendalian penyakit menular adalah pelaksanaan Sistim Kewaspadaan
Dini Kejadian Luar Biasa, Kekarantinaan Kesehatan untuk mencegah
terjadinya Kejadian Kesehatan yang Meresahkan (KKM) dan pengendalian
panyakit infeksi emerging.
c. Penyuluhan kesehatan masyarakat (Promosi Kesehatan)
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat adalah upaya untuk
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan kondisi bagi
perorangan, kelompok dan masyarakat, dalam berbagai tatanan,
dengan membuka jalur komunikasi, menyediakan informasi,
dan melakukan edukasi, untukmeningkatkan pengetahuan,
sikap dan prilaku, dengan melakukan advokasi, pembinaan
suasana dan gerakan pemberdayaan masyarakatuntuk
mengenali, menjaga/memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatannya.
Tujuan dari Penyuluhan tercapainya perubahan prilaku
individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan
memelihara prilaku sehat, serta berperan aktif dalamupaya
mewujudkan derajatkesehatanyang optimal.
Sasaran kegiatan dalam penyuluhan adalah:
a. Pelaksanaan Posyandu dan pembinaan kader
b. Penyuluhan kesehatan
c. Penyuluhan kelompok/perorangan
d. Penyuluhan masyarakat
e. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
f. Promosi tentang dana sehat/jamkesmas
g. Promosi tentang kepesertaan jamkesmas
h. Penyuluhan anak sekolah
i. Kesehatan sekolah
j. Kesehatan olahraga
k. Perawatan Kesehatan
l. Masyarakat
d. Kesehatan kerja
e. Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Kesehatan jiwa
g. Kesehatan mata
h. Laboratorium sederhana
i. Pencatatan dan pelaporan dalam rangka SIK
j. Pembinaan pemgobatan tradisional
k. Kesehatan remaja
l. Dana sehat
2.2.2 Desa Siaga
1. Pengertian Desa Siaga
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi
masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara
mandiri.
Desa siaga adalah Desa/Kelurahan yang penduduk nya memiliki
kesiap sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan
mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawat daruratan
kesehatan, secara mandiri.
2. Tujuan Desa Siaga
a. Tujuan Umum
Percepatan terwujudnya masyarakat desa dan kelurahan yang peduli,
tanggap, dan mampu mengenali, mencegah serta mengatasi permasalahan
kesehatan yang dihadapi secara mandiri, sehingga derajat kesehatannya
meningkat.
b. Tujuan Khusus
1. Mengembangkan kebijakan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif di setiap tingkat pemerintah.
2. Meningkatkan komitmen dan kerjasama semua pemangku kepentingan
pusat, provinsi kabupaten, kota,    kecamatan, desa, dan kelurahan
untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
3. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar di
desa dan kelurahan.
4. Mengembangkan UKBM yang dapat melaksanakan surveilans berbasi
masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu,
pertumbuhan anak, lingkungan dan perilaku).
5. Meningaktkan ketersediaan sumber daya manusia, dana, maupun
sumber daya lain, yang berasal dari pemerintah, masyarakat dan
swasta/dunia usaha, untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif.
6. Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah
Tangga di desa atau kelurahan.
3. Ciri-ciri Desa Siaga
a. Minimal Memiliki pos kesehatan desa yang berfungsi memberi pelayanan
dasar ( dengan sumberdaya minimal 1 tenaga kesehatan dan sarana fisik
bangunan, perlengkapan dan peralatan alat komunikasi ke masyarakat dan
ke puskesmas).
b. Memiliki sistem gawat darurat berbasis masyarakat.
c. Memiliki sistem pembiayaan kesehatan secara mandiri.
d. Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat.
4. Sasaran Desa Siaga
a) Sasaran Langsung
Wanita usia Subur, Ibu pra hamil, Ibu Hamil, Ibu Bersalin, Ibu Nipas,
Bayi dan seluruh anggota masyarakat lainnya dan keluarganya.
b) Sasaran Tidak Langsung
1. Pemerintah daerah dan semua Dinas, Badan dan Lembaga terkait
di Kabupaten/Kota
2. Tokoh Masyarakat Informasi dan ulama, pembuka masyarakat di
tingkat Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa
3. Institusi Masyarakat disemua tingkat seperti organisasi profesi
(IBI, POGI, IDAI dll), LSM, PKK, dan lain sebagainya. Dan
diharapkan dapat berfungsi :
a. Sebagai pembuat kebijakan dan strategi serta Melaksanakan
pembinaan,Koordinasi dan pembiayaan.
b. Untuk membantu menciptakan mekanisme/Sistem
kewaspadaan Masyarakat dan mencegah 3 terlambat.
c. Untuk membantu mencegah mekanisme/sisitem kewaspadaan
masyarakat dan mencegah 3 terlambat dan memberikan
informasi tentang Kabupaten/Desa Siaga.
5. Indikator Desa Siaga
Indikator keberhasilan pengembangan desa siaga dapat diukur dari 4
kelompok indikator, yaitu : indikator input, proses, output dan outcome
(Depkes, 2009).
1. Indikator Input
a. Jumlah kader desa siaga.
b. Jumlah tenaga kesehatan di poskesdes.
c. Tersedianya sarana (obat dan alat) sederhana.
d. Tersedianya tempat pelayanan seperti posyandu.
e. Tersedianya dana operasional desa siaga.
f. Tersedianya data/catatan jumlah KK dan keluarganya.
g. Tersedianya pemetaan keluarga lengkap dengan masalah kesehatan
yang dijumpai dalam warna yang sesuai.
h. Tersedianya data/catatan (jumlah bayi diimunisasi, jumlah penderita
gizi kurang, jumlah penderita TB, malaria dan lain-lain).
2. Indikator proses
a. Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa (bulanan, 2 bulanan dan
sebagainya).
b. Berfungsi/tidaknya kader desa siaga.
c. Berfungsi/tidaknya poskesdes.
d. Berfungsi/tidaknya UKBM/posyandu yang ada.
e. Berfungsi/tidaknya sistem penanggulangan penyakit/masalah
kesehatan berbasis masyarakat.
f. Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
g. Ada/tidaknya kegiatan rujukan penderita ke poskesdes dari
masyarakat.
3. Indikator Output
a. Jumlah persalinan dalam keluarga yang dilayani.
b. Jumlah kunjungan neonates (KN2).
c. Jumlah BBLR yang dirujuk.
d. Jumlah bayi dan anak balita BB tidak naik ditangani.
e. Jumlah balita gakin umur 6-24 bulan yang mendapat M P-AS I.
f. Jumlah balita yang mendapat imunisasi.
g. Jumlah pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24 jam
h. Jumlah keluarga yang punya jamban.
i. Jumlah keluarga yang dibina sadar gizi.
j. Jumlah keluarga menggunakan garam beryodium.
k. Adanya data kesehatan lingkungan.
l. Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular tertentu
yang menjadi masalah setempat.
m. Adanya peningkatan kualitas UKBM yang dibina.
4. Indikator outcome
a. Meningkatnya jumlah penduduk yang sembuh/membaik dari sakitnya.
b. Bertambahnya jumlah penduduk yang melaksanakan PHBS.
c. Berkurangnya jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.
d. Berkurangnya jumlah balita dengan gizi buruk.
BAB III
HASIL PENGKAJIAN

3.1 Karakteristik Lokasi Desa Manleten Dusun 02 Kecamatan Tasifeto Timor


3.1.1. Luas wilayah:
Desa Oben adalah salah satu desa yang ada di kecamatan Nekamese.
Desa Oben terletak pada ketinggian 800 m di atas permukaan laut dengan
topografi wilayah datar hingga landai dikelilingi padang rumput, hutan pinus
dan hutan lindung di kawasan Timur, Barat dan Selatan sepanjang 250 ha/m²
dengan kondisi tanah liat berkerikil, sering terjadi longsor dan tanah runtuh
pada musim hujan. Kawasan pemukiman dan pekarangan sebagian besar
berada pada lahan datar sepanjang 625 ha/m², 500 ha/m² adalah lahan hutan
masyarakat dan pertanian, selebihnya 25 ha/m² merupakan luas lahan lainnya.

Gambar 1. Peta Desa Oben


3.1.2. Profil Desa Oben
Desa Oben terbentuk pada Tahun 1968 dan termasuk dalam Kecamatan
Kupang Tengah Kabupaten Kupang. Pada Tahun 2002 terjadi pemekaran
wilayah kecamatan di Kabupaten Kupang dan Desa Oben menjadi salah satu
desa di wilayah kecamatan pemekaran dari Kecamatan Kupang Tengah dan
Kupang Barat, yaitu Kecamatan Nekamese.
1. Fasilitas yang tersedia
Fasilitas yang tersedia di Desa Oben seperti: 1 Pustu, 1 Kantor Desa,
4 Posyandu.
2. Aktivitas masyarakat di Desa Oben
Sesuai dengan tingkat pekerjaan tertinggi di masyarakat, aktivitas
masyarakat sehari-hari adalah melakukan kegiatan bertani di
perkebunannnya masing sejak pagi hari, sebagian masyarakat akan
kembali sejenak di rumah dan beristirahat dan kembali mengurus
ternak/perkebunannya di sore hari,masyarakat akan kembali ke rumah
di waktu petang untuk beristirahat.
3. Keadaan Alam
Perkebunan, Terdapat beberapa jenis komoditi perkebunan yang
mempunyai nilai ekonomi yang sangat prospektif dan memiliki
peluang pasar yang berasal dari Desa Oben, yaitu kemiri dan pisang
dan Kehutanan, wilayah Desa Oben memiliki potensi hutan yang
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan
masyarakat maupun untuk pengembangan ekonomi Desa terutama
hutan Wisata.
3.2 Gambaran Karakteristik Penduduk Dusun Aitaman Desa Manleten
Periode Agustus 2023
3.2.1 Karakteristik penduduk berdasarkan jenis kelamin
Diagram 3.1 Distribusi Penduduk berdasarkan jenis kelamin

47,23%
52,77%
Berdasarkan diagram3.1 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk
di Dusun Aitanaman Desa Manleten berjenis kelamin laki-laki sebanyak 162
orang (52.77%).
3.2.2 Karakteristik penduduk berdasarkan usia
Diagram 3.2 Distribusi penduduk berdasarkan usia

Berdasarkan diagram 3.2 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk


di Dusun Aitaman Desa Manleten berusia 20-35 tahun sebanyak 91 orang
(29,64%) dan usia terendah berada pada usia 0-1 tahun sebanyak 11 orang
(3,58%).
3.2.3 Karakteristik penduduk berdasarkan agama
Diagram 3.3 Distribusi penduduk berdasarkan agama
Berdasarkan diagram 3.3 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk
di Dusun Aitaman Desa Manleten beragama Katolik sebanyak 245 orang
(79,80%) dan terendah yaitu beragama Kristen Protestan sebanyak 24 orang
(7,82%).
3.2.4 Karakteristik penduduk berdasarkan Status Bekerja
Diagram 3.4 Distribusi penduduk berdasarkan status bekerja

Berdasarkan diagram 3.4 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di


Dusun Aitaman Desa Manleten dengan status bekerja sebanyak 134 orang
(43,65%) dan paling sedikit dengan status sebagai mahasiswa sebanyak 5
orang (1,63%).
3.2.5 Karakteristik penduduk berdasarkan pendidikan
Diagram 3.5 Distribusi penduduk berdasarkan pendidikan
Berdasarkan diagram 3.5 menunjukkan bahwa sebagian besar
penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten dengan tingkat pendidikan
Tamat SD sebanyak 87 orang (22,15%) dan paling sedikit dengan tingkat
pendidikan adalah tidak tamat perguruan tinggi sebanyak 1 orang (0.3%).
3.2.6 Karakteristik penduduk berdasarkan pekerjaan
Diagram 3.6 Distribusi penduduk berdasarkan pekerjaan

Berdasarkan diagram 3.6 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten tidak bekerja (IRT) sebanyak 128
orang (41,69%) dan paling sedikit bekerja sebagai PNS sebanyak 2 orang
(0.7%).
3.2.7 Karakteristik penduduk berdasarkan penghasilan
Diagram 3.7.Distribusi penduduk berdasarkan penghasilan
Berdasarkan diagram 3.7 menunjukkan bahwa dari 64 kepala keluarga
di Dusun Aitaman desa Manleten yang bekerja sebagian besar berpenghasilan
kisaran Rp. 300.000-500.000 sebanyak 37 orang (58.73%) dan paling sedikit
berpenghasilan >Rp. 2.000.000 sebanyak 6 orang (9.52%).
3.2.8 Karkteristik penduduk berdasarkan sumber dana kesehatan
Diagram3.8 Distribusi penduduk berdasarkan sumber dana kesehatan

Berdasarkan diagram3.8 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten memiliki sumber dana kesehatan
berupa BPJS sebanyak 57 orang (90,48%) dan paling terendah yaitu dengan
biaya ditanggung sendiri atau pasien umum sebanyak 1 orang (1,6%).
3.2.9 Karakteristik penduduk berdasarkan status kesehatan enam bulan
terakhir (sehat dan sakit)
Diagram 3.9 Distribusi penduduk berdasarkan status kesehatan (sehat dan sakit)
Berdasarkan diagram 3.9 menunjukkan bahwa sebagian besar
penduduk di Dusun Aimatan Desa Manleten dalam keadaan sehat sebanyak
33 orang (52,38%).
3.2.10 Karakteristik penduduk jenis penyakit yang diderita
Diagram 3.10 Distribusi penduduk berdasarkan jenis penyakit yang diderita

Berdasarkan digram 3.10 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk


di Dusun Aitaman Desa Manleten merupakan penderita penyakit hipertensi
yaitu sebanyak 31 orang (38,75%) dan yanag paling terendah adalah dengan
penyakit Diabetes Melitus sebanyak 1 orang (1,2%).
3.2.11 Karakteristik Penduduk berdasarkan Status Kepemilikan Rumah
Diagram 3.11 Distribusi penduduk berdasarkan starus kepemilikan rumah

Berdasarkan diagram 3.11 menunjukkan bahwa semua penduduk di


Dusun Aitaman Desa Manleten memiliki rumah sendiri (100%).
3.2.12 Karakteristik penduduk berdasarkan jenis bahan lantai
Tabel 3.12.Distribusi penduduk berdasarkan jenis bahan lantai

Berdasarkan diagram 3.12 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten memiliki rumah dengan jenis
bahan lantai berupa semen yaitu sebanyak 51 rumah (80,95%) sedangkan
penduduk dengan jenis bahan lantai berupa tanah dan tegel sebanyak masing-
masing 6 rumah (9,52%).
3.2.13 Karakteristik penduduk berdasarkan jenis dinding rumah
Diagram 3.13 Distribusi penduduk berdasarkan status kepemilikan rumah

Berdasarkan diagram 3.13 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten memiliki rumah dengan jenis
dinding berupa bebak yaitu sebanyak 61 rumah (96.83%).
3.2.14 Karakteristik rumah penduduk berdasarkan jenis atap rumah
Tabel 3.14.Distribusi penduduk berdasarkan jenis atap rumah

Berdasarkan diagram 3.14 menunjukkan bahwa semua penduduk di


Dusun Aitaman Desa Manleten memiliki atap rumah berupa seng (100%).
3.2.15 Karakteristik rumah penduduk berdasarkan Luas Rumah
Diagram 3.15.Distribusi penduduk berdasarkan luas rumah

Berdasarkan diagram 3.15 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten memiliki luas rumah yaitu <12
meter persegi sebanyak 62 rumah (98,41%).
3.2.16 Karakteristik penduduk berdasarkan ada tidaknya jendela
Diagram 3.16 Distribusi penduduk berdasarkan ada tidaknya jendela

Berdasarkan diagram 3.16 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk memiliki rumah dengan adanya jendela yaitu sebanyak 59
(93,65%).
3.2.17 Karakteristik penduduk berdasarkan frekuensi membuka jendela
Diagram 3.17Distribusi penduduk berdasarkan frekuensi membuka jendela

Berdasarkan diagram 3.17 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk memiliki rumah dengan frekuensi membuka jendela dengan
kategori buka yaitu sebanyak 53 (83,16%).
3.2.18 Karakteristik penduduk berdasarkan penerangan rumah malam hari
Diagram 3.18 Distribusi penduduk berdasarkan penerangan malam hari

Berdasarkan diagram 3.18 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk memiliki penerangan rumah malam hari berupa listrik yaitu
sebanyak 61 rumah (96,83%).
3.2.19 Karakteristik Penduduk berdasarkan pemanfaatan pekarangan rumah
Diagram 3.19 Distribusi penduduk berdasarkan pekarangan rumah

Berdasarkan diagram 3.19 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk memanfaatkan pekarangan rumah untuk kandang ternak yaitu
sebanyak 43 rumah (68,25%).
3.2.20 Karakteristik penduduk berdasarkan kebersihan rumah
Diagram 3.20 Distribusi penduduk berdasarkan kebersihan rumah

Berdasarkan diagram 3.20 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk memiliki rumah dengan tingkat kebersihan dalam kategori berdebu
yaitu sebanyak 34 rumah (53,97%).
3.2.21 Karakteristik penduduk berdasarkan kerapihan rumah
Diagram 3.21 distribusi penduduk berdasarkan kerapihan rumah

Berdasarkan diagram 3.21 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk memiliki rumah dengan tingkat kerapihan dalam kategori rapi yaitu
sebanyak 35 rumah (55,56%).
3.2.22 Karakteristik penduduk berdasarkan penerangan rumah di siang hari

Berdasarkan diagram 3.22 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk memiliki rumah dengan tingkat penerangan di siang hari dalam
remang-remang yaitu sebanyak 35 rumah (55,56%).
3.2.23 Karakteristik Penduduk berdasarkan sumber air minum
Diagram 3.23 Distribusi penduduk berdasarkan sumber air minum

Berdasarkan diagram 3.23 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten memiliki sumber air minum dari
sumur sebanyak 50 rumah (79,37%).
3.2.24 Karakteristik penduduk berdasarkan pengelolaan air minum
Diagram 3.24 Distribusi penduduk berdasarkan pengelolaan air minum

Berdasarkan diagram 3.24 menunjukkan bahwa semua penduduk di


Dusun Aitaman Desa Manleten mengelola air minum dengan cara dimasak
(100%).
3.2.25 Karakteristik Penduduk berdasarkan jarak septitank dengan sumber air
Diagram 3.25 Distribusi penduduk berdasarkan jarak septitank dengan sumber air

Berdasarkandiagram 3.25 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten mempunyai jarak septi tank
dengan sumber air minum >10 meter berjumlah 57 (90,48%).
3.2.26 Karakteristik penduduk berdasarkan ada atau tidaknya tempat
penampungan air
Diagram 3.26 Distribusi penduduk berdasarkan ada atau tidaknya tempat penampungan air

Berdasarkandiagram 3.26 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten memiliki tempat penampungan
air berjumlah 52 rumah (82,54%).
3.2.27 Karakteristik penduduk berdasarkan penutupan tempat penampungan
air
Diagram 3.27 Distribusi penduduk berdasarkan penutupan tempat penampungan air

Berdasarkandiagram 3.27 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten memiliki tempat penampungan
air yang tertutup berjumlah 53 rumah (84,13%).
3.2.28 Karakteristik penduduk berdasarkan kebersihan tempat penampuang
air
Diagram 3.28 Distribusi penduduk berdasarkan kebersihan tempat air

Berdasarka diagram 3.28 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten memiliki kebersihan tempat
penampungan air dengan kategori bersih berjumlah 40 rumah (63,49%).
3.2.29 Karakteristik penduduk berdasarkan pengurasan air
Diagram 3.29 Distribusi penduduk berdasarkanpengurasan air

Berdasarkandiagram 3.29 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten berdasarkan kategori pengurasan
air sebanyak 1x seminggu berjumlah 34 rumah (53,97%).
3.2.30 Karakteristik Penduduk berdasarkan keadaan air minum
Diagram 3.30 Distribusi penduduk berdasarkan keadaan air minum

Berdasarkandiagram 3.30 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten memiliki keadaan air minum
tidak berbau dan berkapur berjumlah 40 rumah (63,49%) dan paling terendah
adalah keadaan air minum berbau (1,59%).
3.2.31 Karakteristik Penduduk berdasarkan tempat pembuangan sampah
Diagram 3.31 Distribusi penduduk berdasarkan tempat pembuangan sampah

Berdasarkandiagram 3.31 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten berdasarkan tempat pembuangan
sampah dengan dibakar sebanyak 48 rumah (76,19%), sedangkan paling
sedikit yang membuang sampah di sungai sebanyak 2 rumah (3,17%).
3.2.32 Karakteristik penduduk berdasarkan jarak pembuangan sampah
dengan rumah
Diagram 3.32 distribusi penduduk berdasarkan jarak pembuangan sampah dengan rumah

Berdasarkandiagram 3.32 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten memiliki jarak pembuangan
sampah dengan rumah yaitu <5 meter sebanyak 38 rumah (60,32%).
3.2.33 Karakteristik penduduk berdasarkan sumber polusi
Diagram distribusi penduduk berdasarkan sumber polusi

Berdasarkandiagram 3.33 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten berdasarkan sumber polusi
berasal dari kandang yaitu sebanyak 42 rumah (66,67%).
3.2.34 Karakteristik Penduduk berdasarkan tempat pembuangan tinja
Diagram 3.34 Distribusi penduduk berdasarkan tempat pembuangan tinja

Berdasarkan tabel 3.25 menunjukkan bahwa semua penduduk di


Dusun Aitaman Desa Manleten memiliki tempat pembuangan tinja yaitu
WC/jamban (100%).
3.2.35 Karakteristik Penduduk berdasarkan jenis jamban
Diagram 3.35 Distribusi penduduk berdasarkan jenis jamban

Berdasarkan diagram 3.35 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten memiliki jenis jamban yaitu
berupa jamban leher angsa sebanyak 38 rumah (60,32%).
3.2.36 Karakteristik Penduduk berdasarkan tempat pembuangan air limbah
Diagram 3.36 Distribusi penduduk berdasarkan tempat pembuangan air limbah

Berdasarkan diagram 3.36 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten memiliki tempat pembuangan
air limbah yaitu melalui selokan sebanyak 45 rumah (71,43%).
3.2.37 Karakteristik Penduduk berdasarkan ada atau tidaknya memelihara
ternak
Diagram 3.37 Distribusi penduduk berdasarkan ada dan tidaknya memelihara ternak

Berdasarkan diagram 3.37 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten memelihara ternak sebanyak 52
kepala keluarga (82,54%).
3.2.38 Karakteristik penduduk berdasarkan jenis ternak
Diagram 3.38 Distribusi penduduk berdasarkan jenis ternak

Berdasarkan diagram 3.38 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten memelihara jenis ternak yaitu
ayam sebanyak 41 ekor (33,06%), sedangkan yang paling sedikit adalah jenis
ternak berupa bebek sebanyak 1 ekor (0,81%).
3.2.39 Karakteristik penduduk berdasarkan letak kandang ternak
Diagram 3.39 Distribusi penduduk berdasarkan letak kandang ternak

Berdasarkan diagram 3.39 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten memiliki letak kandang ternak
dengan rumah yaitu terpisah dengan rumah yaitu sebanyak 34 rumah
(65,38%), sedangkan letak kandang ternak yang dempet dengan rumah
sebanyak 18 rumah (34,62%).
3.2.40 Karakteristik penduduk berdasarkan jarak kandang ternak dengan
rumah
Diagram 3.40 Distribusi penduduk berdasarkan jarak kandang ternak dengan rumah

Berdasarkan diagram 3.40 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten memiliki jarak kandang ternak
dengan rumah yaitu<10 meter yaitu sebanyak 44 rumah (84,62%), sedangkan
jarak kandang ternak dengan rumah >10 meter sebanyak 8 rumah (15,38%).
3.2.41 Karakteristik penduduk berdasarkan kondisi kandang ternak
Diagram 3.41 Distribusi penduduk berdasarkan kondisi kandang ternak

Berdasarkan diagram 3.41 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten memiliki kondisi kandang ternak
kotor yaitu sebanyak 29 rumah (55,77%), sedangkan kondisi kandang ternak
bersih sebanyak 23 rumah (44,23%).
3.2.42 Karakteristik penduduk berdasarkan pasangan usia subur yang
mengikuti KB
Diagram 3.342 Distribusi penduduk berdasarkan sarana pelayanan kesehatan

Berdasarkan diagram 3.42 menunjukkan bahwa dari 7 pasangan usia


subur di Dusun Aitaman Desa Manleten yang mengikuti KB dengan jenis KB
susuk sebanyak 4 orang (57,14%), sedangkan pasangan usia subur yang
menggunakan KB yang paling sedikit dengan jenis yang lain sebanyak 1
orang (14,29%).
3.2.43 Karakteristik penduduk berdasarkan lama mengikuti KB
Diagram 3.343 Distribusi penduduk berdasarkan lama mengikuti KB
Berdasarkan diagram 3.43 menunjukkan bahwa dari 7 pasangan usia
subur di Dusun Aitaman Desa Manleten yang mengikuti KB selama 1-2
tahun sebanyak 3 orang (42,86%), sedangkan yang paling sedikit adalah yang
menggunakan KB <1 tahun dan 2-3 tahun dengan masing-masing sebanyak 2
orang (28,57%).
3.2.44 Karakteristik penduduk berdasarkan keluhan mengikuti KB
Diagram 3.344 Distribusi penduduk berdasarkan keluhan mengikuti KB

Berdasarkan diagram 3.44 menunjukkan bahwa semua pasangan usia


subur yang mengikuti KB di Dusun Aitaman Desa Manleten tidak ada
keluhan selama mengikuti KB sebanyak 7 orang (100%).
3.2.45 Karakteristik penduduk berdasarkan kebiasaan mengontrol KB
Diagram 3.345 Distribusi penduduk berdasarkan kebiasaan mengontrol KB

Berdasarkan diagram 3.45 menunjukkan bahwa sebagian besar


pasangan usia subur yang mengikuti KB di Dusun Aitaman Desa Manleten
mengontrol KB dengan teratur sebanyak 5 orang (71,43%), sedangkan yang
tidak teratur mengontrol KB sebanyak 2 orang (28,57%).
3.2.46 Karakteristik penduduk berdasarkan ibu memberikan ASI pada anak
Diagram 3.346 Distribusi penduduk berdasarkan ibu memberikan ASI pada anak

Berdasarkan diagram 3.46 menunjukkan bahwa dari 21 ibu yang


memberikan ASI di Dusun Aitaman Desa Manleten sebagian besar ibu
memberikan ASI pada anak usia 1-2 tahun sebanyak 11 orang (52,38%),
sedangkan yang paling sedikit adalah ibu yang memberikan ASI pada anak
usia 6 bulan-1 tahun sebanyak 4 orang (19,05%).
3.2.47 Karakteristik penduduk berdasarkan pola pemberian ASI
Diagram 3.347 Distribusi penduduk berdasarkan pola pemberian ASI

Berdasarkan diagram 3.47 menunjukkan bahwa dari 21 ibu yang


menyusui di Dusun Aitaman Desa Manleten sebagian besar ibu memiliki pola
pemberian ASI pada anak yaitu saat setiap anak atau bayi membutuhkan
sebanyak 20 orang (95,24%), sedangkan yang paling sedikit adalah ibu yang
memberikan ASI pada anak/bayi bila anak/bayi menangis sebanyak 1 orang
(4,76%).
3.2.48 Karakteristik penduduk berdasarkan balita yang dibawa ke Posyandu
Diagram 3.342 Distribusi penduduk berdasarkan balita yang dibawa ke Posyandu

Berdasarkan diagram 3.48 menunjukkan bahwa dari 28 balita di


Dusun Aitaman Desa Manleten semuanya dibawa ke Posyandu sebanyak 28
orang (100%).
3.2.49 Karakteristik penduduk berdasarkan jenis Imunisasi
Diagram 3.349 Distribusi penduduk berdasarkan jenis imunisasi
Diagram 3.65 Distribusi penduduk berdasarkan status imunisasi balita

Berdasarkan diagram 3.85 menunjukkan bahwa sebagian besar balita


di Dusun Aimatan Desa Manleten dengan status imunisasi tidak lengkap
sebanyak 21 balita (70,00%) sedangkan yang paling sedikit adalah balita
dengan status imunisasi belum lengkap berjumlah 4 orang (13,33%)
3.2.50 Karakteristik penduduk berdasarkan hasil penimbangan berat badan
anak
Diagram 3.342 Distribusi penduduk berdasarkan hasil penimbangan berat badan anak

Berdasarkan diagram 3.50 menunjukkan bahwa dari 28 balita di


Dusun Aitaman Desa Manleten sebagian besar hasil penimbangan berat
badan berada pada garis hijau sampai kunig sebanyak 22 anak (78,57%),
sedangkan anak dengan hasil penimbangan berat badan yang berada dibawah
garis merah sebanyak 6 anak (21,63%).
3.2.51 Karakteristik penduduk berdasarkan hasil pengukuran tinggi badan
anak
Diagram 3.52 Distribusi penduduk berdasarkan hasil pengukuran tinggi badan anak

Berdasarkan diagram 3.51 menunjukkan bahwa dari 28 balita di


Dusun Aitaman Desa Manleten sebagian besar hasil pengukuran tinggi badan
badan berada pada kisaran tinggi badan antara 111 cm - 121 cm sebanyak 11
balita (50,00%), sedangkan yang paling sedikit adalah balita dengan hasil
tinggi badan pada tinggi badan kisaran antara 100cm - 110 cm 3 balita
(13,64%).
3.2.52 Karakteristik penduduk berdasarkan penyakit yang diderita anak
selama enam bulan terakhir
Diagram 3.52 Distribusi penduduk berdasarkan penyakit yang diderita anak selama enam
bulan terakhir

Berdasarkan diagram 3.52 menunjukkan bahwa anak di Dusun


Aitaman Desa Manleten sebagian besar anak menderita ISPA (demam, batuk
dan pilek) selama enam bulan terakhir sebanyak 8 anak (57,14 %), sedangkan
jenis penyakit yang paling sedikit diderita anak selama enam bulan terakhir
adalah diare sebanyak 2 anak (14,29%).
3.2.53 Karakteristik penduduk berdasarkan jenis makanan tambahan pada
anak/bayi
Diagram 3.53 Distribusi penduduk berdasarkan jenis makanan tammbahan yang diberikan
pada anak/bayi
Berdasarkan diagram 3.53 menunjukkan bahwa anak/bayi di Dusun
Aitaman Desa Manleten sebagian besar diberikan manakan tambahan berupa
susu formula dan makanan bayi berupa sun 10 anak/bayi (62,50%),
sedangkan jenis makanan tambahan yang paling sedikit yang diberikan pada
anak/bayi yaitu bubur saring sebanyak 6 anak (37,50%).
3.2.54 Karakteristik Penduduk berdasarkan sarana pelayanan kesehatan
Diagram 3.54 Distribusi penduduk berdasarkan sarana pelayanan kesehatan

Berdasarkan diagram 3.54 menunjukkan bahwa semua penduduk di


Dusun Aitaman Desa Manleten memilih sarana pelayanan kesehatan ke
Puskesmas/Pustu (100%).
3.2.55 Karakteristik Penduduk berdasarkan pertolongan bila sakit
Diagram 3.55 Distribusi penduduk berdasarkan pertolongan bila sakit

Berdasarkan diagram 3.55 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten biasa berobat ke Puskesmas
sebanyak 62 kepala keluarga (98,41%).
3.2.56 Karakteristik Penduduk berdasarkan sarana transportasi ke Fasilitas
Kesehatan
Diagram 3.56 Distribusi penduduk berdasarkan sarana transpostasi ke fasilitas kesehatan

Berdasarkan diagram 3.56 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten mempunyai kendaraan sendiri
ke Fasilitas Kesehatan sebanyak 25 rumah (39,68%). Sedangkan yang
berjalan kaki sebanyak 15 kepala keluarga (23,81%).
3.2.57 Karakteristik Penduduk berdasarkan jarak rumah ke Fasilitas
Kesehatan
Diagram 3.57 Distribusi penduduk berdasarkan jarak rumah ke Fasilitas Kesehatan

Berdasarkan diagram 3.57 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten berdasarkan jarak rumah ke
Fasilitas Kesehatan berjarak 3-4 km sebanyak 45 rumah (71,43%).
3.2.58 Karakteristik Penduduk berdasarkan penyakit yang diderita enam
bulan terakhir
Diagram 3.58 Distribusi penduduk berdasarkan penyakit yang diderita Lansia enam bulan
terakhir

Berdasarkan diagram 3.58 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten menderita penyakit hipertensi
sebanyak 25 orang (39,68%). Sedangkan yang paling sedikit menderita
penyakit DHF dan Diabet Melitus yaitu sebanyak masing-masing berjumlah 1
orang (1,59%)
3.2.59 Karakteristik Penduduk berdasarkan pola mandi
Diagram3.59 Distribusi penduduk berdasarkan pola mandi

Berdasarkan diagram 3.9 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten memiliki pola mandi yaitu 2 kali
sehari yaitu sebanyak 39 (51,90%).
3.2.60 Karakteristik Penduduk berdasarkan kebiasaan memperhatikan
kebersihan kuku
Diagram 3.60 Distribusi penduduk berdasarkan kebiasaan memperhatikan kebersihan kuku

Berdasarkan diagram 3.60 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa manleten berdasarkan frekuensi atau
kebiasaan memperhatikan kebersihan kuku yaitu sebanyak 37 kepala
keluarga jarang memperhatikan kebersihan kuku (58,73%). Sedangakan yang
paling sedikit adalah yang tidak memperhatikan kebersihan kuku yaitu
sebanyak 9 kepala keluarga (14,29%).
3.2.61 Karakteristik penduduk berdasarkan pola mencuci rambut
Diagram 3.61 Distribusi penduduk berdasarkan pola mencuci rambut

Berdasarkan diagram 3.61 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa manleten berdasarkan frekuensi atau pola
mencuci rambut dua kali seminggu yaitu sebanyak 29 kepala keluarga
(46,03%). Sedangkan yang paling sedikit adalah dengan pola mencuci rambut
tiga kali seminggu yaitu sebanyak 6 kepala keluarga (9,52%).
3.2.62 Karakteristik penduduk berdasarkan kebersihan pakaian
Diagram 3.62 Distribusi penduduk berdasarkan kebersihan pakaian

Berdasarkan diagram 3.62 menunjukkan bahwa ebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa manleten berdasarkan frekuensi atau pola
kebersihan pakaian setiap mandi diganti yaitu sebanyak 47 kepala keluarga
(74,60%). Sedangkan yang ganti pakian satu kali sehari yaitu sebanyak 16
kepala keluarga (25,40%).
3.2.63 Karakteristik Penduduk berdasarkan kebiasaan mencuci tangan
Diagram 3.63 Distribusi penduduk berdasarkan kebiasaan mencuci tangan

Berdasarkan diagram 3.63 menunjukkan bahwa karakteristik


penduduk di Dusun Aitaman desa Manleten berdasarkan kebiasaan mencuci
tangan yang terbanyak yaitu kadang-kadang sebanyak 43 kepala keluarga
(68,25%). Sedangkan yang selalu mencuci tangan sebanyak 20 kepala
keluarga (31,75%).
3.2.64 Karakteristik Penduduk berdasarkan kebiasaan menggunakan alas kaki
Diagram 3.64 Distribusi penduduk berdasarkan kebiasaan menggunakan alas kaki

Berdasarkan diagram 3.65 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten memiliki kebiasaan
menggunakan alas kaki yaitu sebanyak 57 kepala keluarga (90,48%).
Sedangkan yang tidak menggunakan alas kaki sebanyak 6 kepala keluarga
(9,52%).
3.2.65 Karakteristik penduduk berdasarkan alasan tidak menggunakan alas
kaki
Diagram 3.66 Distribusi penduduk berdasarkan alasan tidak menggunakan alas kaki

Berdasarkan diagram 3.66 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten tidak mau menggunakan alas
kaki sebanyak 4 orang (66,67%), sedangkan yang tidak mampu menggunakan
alas kaki sebanyak 2 orang (33,33%).
3.2.66 Karakteristik Penduduk berdasarkan pengambilan keputusan untuk
berobat
Diagram 3.66 Distribusi penduduk berdasarkan pengambil keputusan untuk berobat

Berdasarkan tabel 3.66 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk


di Dusun Aitaman Desa Manleten dengan pola pengambil keputusan berada
pada ibu sebanyak 33 kepala keluarga (52,38%), sedangkan paling sedikit
berada pada nenek sebanyak 1 kepala keluarga (1,59%).
3.2.67 Karakteristik Penduduk berdasarkan tingkah laku remaja di
masyarakat
Diagram 3.67 Distribusi penduduk berdasarkan tingkah laku remaja di masyarakat

Berdasarkan tabel 3.67 menunjukkan bahwa sebagian besar remaja di


Dusun Aitaman Desa Manleten memiliki hubungan yang harmonis dengan
masyarakat berjumlah 34 (97,14%), sedangkan remaja yang tidak harmonis
dengan masyarakat berjumlah 1 orang (2,86%).
3.2.68 Karakteristik Penduduk berdasarkan kebiasaan remaja
Diagram 3.68 Distribusi penduduk berdasarkan kebiasaan remaja

Berdasarkan diagram 3.68 menunjukkan bahwa sebagian besar remaja


di Dusun Aitaman Desa Manleten memiliki kebiasaan minum alkohol
berjumlah 4 (50,00%), sedangkan yang paling sedikit adalah kebiasaan
remaja yang buat onar berjumlah 1 orang (12,50%).
3.2.69 Karakteristik Penduduk berdasarkan remaja yang berobat
Diagram 3.42 Distribusi penduduk berdasarkan remaja yang berobat

Berdasarkan diagram 3.69 menunjukkan bahwa sebagian besar remaja


di Dusun Aitaman Desa Manleten sudah berobat saat sakit sebanyak 8 orang (
80,00%), sedangkan remaja yang belum berobat saat sakit sebanyak 2 orang
(20.00%).
3.2.70 Karakteristik penduduk berdasarkan kegiatan sehari-hari remaja
Diagram 3.70 distribusi penduduk berdasarkan kegiatan sehari-hari remaja

Berdasarkan diagram 3.70 menunjukkan bahwa sebagian besar remaja


di Dusun Aitaman Desa Manleten mempunyai kegiatan sehari berupa
olahraga berjumlah 9 orang (40,91%), sedangkan kegiatan yang dilakukan
remaja paling sedikit adalah organisasi pemuda sebanyak 2 orang (9,09%).
3.2.71 Karakteristik penduduk berdasarkan penyakit yang diderita oleh lanjut
usia
Diagram 3.71 Distribusi penduduk berdasarkan penyakit yang diderita oleh lanjut usia

Berdasarkan diagram 3.71 menunjukkan bahwa sebagian besar usia


lanjut di Dusun Aitaman Desa Manleten menderita penyakit hipertensi
sebanyak 31 orang (64,58%), sedagkan jenis penyakit yang paling sedikit
diderita oleh lanjut usia di Dusun Aitaman adalah Diabetes Melitus sebanyak
2 orang (4,17%).
3.2.72 Karakteristik penduduk berdasarkan upaya yang dilakukan lanjut usia
saat sakit
Diagram 3.72 distribusi penduduk berdasarkan upaya yang dilakukan lanjut usia saat sakit

Berdasarkan diagram 3.72 menunjukkan bahwa sebagian besar lanjut


usia di Dusun Aitaman Desa Manleten melakukan upaya saat sakit yaitu
dengan pergi ke Puskesmas sebanyak 38 orang (88,37%), sedangkan upaya
yang paling sedikit dilakukan saat sakit adalah ke Dokter/Bidan/Perawat
sebanyak 2 orang (4,65%).
3.2.73 Karakteristik penduduk berdasarkan alasan lanjut usia tidak berobat
Diagram 3.73 distribusi penduduk berdasarkan alasan lanjut usia tidak berobat

Berdasarkan diagram 3.73 menunjukkan bahwa sebagian besar lanjut


usia di Dusun 04 Desa Oben memiliki alsan tidak berobat yaitu dikarenakan
alasan tidak mau dan tidak tahu dengan jumlah masing-masing 2 orang
(40,00%), sedangkan alasan lanjut usia tidak berobat dikarenakan tidak
mampu berjumlah 1 orang (20,00%).
3.2.74 Karakteristik penduduk berdasarkan faktor yang memperberat
penyakit lanjut usia
Diagram 3.74 distribusi penduduk berdasarkan faktor yang memperberat penyakit lanjut usia

Berdasarkan diagram 3.74 menunjukkan bahwa sebagian besar lanjut


usia di Dusun Aitaman Desa Manleten dengan faktor yang memperberat
penyakit yang diderita lanjut usia adalah saat aktivitas yaitu sebanyak 41
orang (85,42%), sedangkan faktor yang paling sedikit memperberat penyakit
yang diderita lanjut usia adalah saat istirahat sebanyak 7 orang (14,58%).
3.2.75 Karakteristik penduduk berdasarkan faktor yang memperingan
penyakit yang dierita lanjut usai
Diagram 3.75 distribusi penduduk berdasarkan faktor yang memperingan penyakit yang
diderita lanjut usia
Berdasarkan diagram 3.75 menunjukkan bahwa sebagian besar lanjut
usia di Dusun Aitaman Desa Manleten dengan faktor yang memperingan
penyakit yang diderita lanjut usia adalah dengan minum obat yaitu sebanyak
28 orang (58,33%), sedangkan faktor yang paling sedikit memperingan
penyakit yang diderita lanjut usia adalah saat istirahat sebanyak 20 orang
(41,67%).
3.2.76 Karakteristik penduduk berdasarkan peran lanjut usia dalam keluarga
Diagram 3.76 Distribusi penduduk berdasarkan peran lanjut usia dalam keluarga

Berdasarkan diagram 3.76 menunjukkan bahwa sebagian besar lamjut


usia di Dusun Aitaman Desa Manleten memiliki peran dalam keluarga yaitu
sebagai kepala keluarga sebanyak 26 orang (54,17%), sedangkan yang paling
sedikit adalah lamjut usia yang berpenghasilan sendiri berjumlah 7 orang
(14,58%).
3.2.77 Karakteristik penduduk berdasarkan waktu senggang yang dilakukan
oleh lanjut usia
Diagram 3.58 Distribusi penduduk berdasarkanwaktu senggang yang dilakukan oleh lanjut
usia

Berdasarkan diagram 3.77 menunjukkan bahwa sebagian besar lanjut


usia di Dusun Aitaman Desa Manleten menggunakan waktu senggangnya
untuk berkebun sebanyak 38 orang (82,61%), sedangan yang paling sedikit
dilakukan oleh lanjut usia diwaktu senggang adalah jalan-jalan yaitu
berjumlah 1 orang (2,17%).
3.2.78 Karakteristik penduduk berdasarkan lanjut usia mengikuti Posyandu
Diagram 3.51 Distribusi penduduk berdasarkan lanjut usia mengikuti Posyandu
Berdasarkan diagram 3.78 menunjukkan bahwa sebagian besar lanjut
usia di Dusun Aitaman Desa Manleten aktif mengikuti Posyandu lansia
berjumlah 27 orang (56,25%) , sedangkan lanjut usia yang tidak mengikuti
Posyandu berjumlah 21 orang (43,74%).
3.2.79 Karakteristik penduduk berdasarkan alasan lanjut usia tidak mengikuti
Posyandu lanjut usia
Diagram 3.79 Distribusi penduduk berdasarkan alasan lanjut usia tidak mengikuti posyandu
lanjut usia

Berdasarkan diagram 3.79 menunjukkan bahwa sebagian besar lanjut


usia di Dusun Aitaman Desa Manleten memiliki alsan tidak mengikuti
posyandu lansia adalah tidak tahu sebanyak 20 orang (886,96%) dan yang
paling sedikit alasan lanjut usia tidak mengikuti Posyandu adalah tidak
mampu berjumlah 1 orang (4,35%).
3.2.80 Karakteristik penduduk berdasarkan sumber pendidikan kesehatan
Diagram 3.80 Distribusi penduduk berdasarkan sumber pendidikan kesehatan
Berdasarkan diagram 3.80 menunjukkan bahwa sebagian besar
penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten dengan sumber pendidikan
kesehatan bersumber dari tenaga kesehatan berjumlah 62 orang (98,41%)
sedangkan sumber pendidikan kesehatan yang bersumber dari televisi
berjumlah 1 orang (1,59%).
3.2.81 Karakteristik penduduk berdasarkan tempat mendengar penyuluhan
Diagram 3.54 Distribusi penduduk berdasarkan tempat mendengarkan penyuluhan

Berdasarkan diagram 3.81 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten memilih mendengarkan
penyuluhan di Posyandu berjumlah 62 orang (98,41%) sedangkan yang
memilih mendengarkan penyuluhan di rumah berjumlah 1 orang (1,59%).
3.2.82 Karakteristik penduduk berdasarka materi penyuluhan yang disukai
Diagram 3.55 Distribusi penduduk berdasarkan materi penyuluhan yang disukai
Berdasarkan diagram 3.82 menunjukkan bahwa sebagian besar
penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten lebih menyukai materi
penyuluhan tentang penyakit HT,dan DM berjumlah 33 orang (52,38%) dan
yang paling sedikit adalah yang menyukai materi penyuluhan tentang
kenakalan remaja berjumlah 1 orang (1,59%).
3.2.83 Karakteristik penduduk berdasarkan pandangan keluarga terhadap
petugas kesehatan
Diagram 3.56 Distribusi penduduk berdasarkan pandangan keluarga terhadap petugas
kesehatan

Berdasarkan diagram 3.83 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten memandang petugas kesehatan
sebagai orang yang berperan penting untuk lebih meningkatan pola pelayanan
kepada masyarakat berjumlah 40 orang (43,69%) sedangkan yang paling
sedikit adalah keluarga memandang petugas kesehatan biasa saja berjumlah 2
orang (3,17%).
3.2.84 Karakteristik penduduk berdasarkan waktu yang tepat untuk
pembinaan
Diagram 3.84 Distribusi penduduk berdasarkan waktu yang tepat untuk dilakukan pembinaan

Berdasarkan diagram 3.84 menunjukkan bahwa sebagian besar


penduduk di Dusun Aitaman Desa Manleten memilih waktu yang tepat untuk
dilakukan pembinaan adalah pagi hari berjumlah 38 orang (60,32%)
sedangkan yang paling sedikit adalah yang memilih waktu untuk dilakukan
pembinaan adalah sore hari berjumlah 11 oranng (17,46%).
Tabel 3. 1 Analisa Data dan Diagnosis Keperawatan

No. Data-data Etiologi Masalah


1. DS : Ketidakmampuan Mengatasi Pemeliharaan Kesehatan Tidak
 Berdasarkan hasil wawancara dengan warga Masalah Efektif ( PTM, HT, asam urat,
masyarakat dususn aitaman menunjukkan katarak, kusta, DM dan PM,
asma, ispa, filariasis, tbc,
bahwa sebagian besar lanjut usia memiliki diare).
alsan tidak berobat yaitu dikarenakan alasan
tidak mau dan tidak tahu dengan jumlah
masing-masing 2 orang (40,00%), sedangkan
alasan lanjut usia tidak berobat dikarenakan
tidak mampu berjumlah 1 orang (20,00%).
 Berdasarkan hasil wawancara dan observasi
langsung didapatkan data bahwa faktor utama
yang menjadi penyebab stunting salah satunya
adalah faktor gizi ibu saat hamil dan
kurangnya faktor makanan yang di konsumsi
balita.

DO :
menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk
di Dusun Aitaman Desa Manleten berdasarkan
sumber polusi berasal dari kandang yaitu
sebanyak 42 rumah (66,67%).
 Penanganan penyakit yang sering ke fasilitas
kesehatan 47%, dan nonmedis 24%.
 Berdasarkan hasil kajian di dusun Aitaman
menunjukkan bahwa sebagian besar balita di
Dusun Aimatan Desa Manleten dengan status
imunisasi tidak lengkap sebanyak 21 balita
(70,00%) sedangkan yang paling sedikit adalah
balita dengan status imunisasi belum lengkap
berjumlah 4 orang (13,33%)

2. DS : Keterbatasan sumber daya Defisit Kesehatan Komunitas
 Berdasarkan hasil wawancara masyarakat Dusun (Gaya hidup dan Pencegahan
Aitaman desa manleten menunjukkan bahwa Penyakit Hipertensi dan gizi
kurang,stunting)
sebagian besar penduduk di Dusun Aitaman
Desa Manleten menderita penyakit hipertensi
sebanyak 25 orang (39,68%). Sedangkan yang
paling sedikit menderita penyakit DHF dan
Diabet Melitus yaitu sebanyak masing-masing
berjumlah 1 orang (1,59%)

.
DO :
 Berdasarkan hasil kajian Dusun aitaman
menunjukkan bahwa dari 28 balita di Dusun
Aitaman Desa Manleten sebagian besar hasil
penimbangan berat badan berada pada garis
hijau sampai kunig sebanyak 22 anak (78,57%),
sedangkan anak dengan hasil penimbangan berat
badan yang berada dibawah garis merah
sebanyak 6 anak (21,63%).

3 DS : Kurang terpapar informasi Perilaku cenderiung bereesiko
 berdasarkan hasil wawancara dengan warga
dusun mengatakan bahwa sebagian besar
remaja di Dusun Aitaman Desa Manleten
memiliki kebiasaan minum alkohol berjumlah
4 (50,00%), sedangkan yang paling sedikit
adalah kebiasaan remaja yang buat onar
berjumlah 1 orang (12,50%).
 Berdasarkan hasil wawancara dengan
penduduk di Dusun Aitaman desa Manleten
berdasarkan kebiasaan mencuci tangan yang
terbanyak yaitu kadang-kadang sebanyak 43
kepala keluarga (68,25%). Sedangkan yang
selalu mencuci tangan sebanyak 20 kepala
keluarga (31,75%).

DO :
 Berdasarkan hasil kajian di Dusun Aitaman
menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di
Dusun Aitaman Desa Manleten memiliki jarak
kandang ternak dengan rumah yaitu<10 meter
yaitu sebanyak 44 rumah (84,62%), sedangkan
jarak kandang ternak dengan rumah >10 meter
sebanyak 8 rumah (15,38%).

Diagnosa keperawatan

1. Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif ( HT dan stunting) b.d Ketidakmampuan Mengatasi Masalah ( D.
0117)
2. Defisit Kesehatan Komunitas (Gaya hidup dan Pencegahan Penyakit Hipertensi) b.d Keterbatasan sumber
daya ( D. 0110)
3. Perilaku kesehatan Cenderung beresiko B.d Kurang terpapar informasi ( D..0099)
Intervensi keperawatan

No Diagnose Kriteria hasil Intervensi


keperawatan

1. Pemeliharaan Setelah dilakukan intervensi keperawatan IT(I.12383). Edukasi Kesehatan


kesehatan tidak maka Pemeliharaan kesehatan
Observasi
efektif (D.0117) Meningkat dengan kiteria hasil :
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan
 Menunjukan perilaku adaptis (5)
menerima informasi
 Menunjukan pemahaman perilaku
 Identifikasi factor-factor yang dapat
sehat (5)
meningkatkan dan menurunkan motivasi
 Kemampuan menjalankan
perilaku hidup bersih dan sehat
perilaku sehat (5)
Teraupetik
 Perilaku mencari bantuan (5)
 Menunjukan minat meningkatkan  Sediakan materi dan media pendidikan

perilaku sehat (5) kesehatan

 Memiliki system pendukung (5)  Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai


kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi

 Jelaskan factor resiko yang dapat


mempengaruhi kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
 Ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
dan sehat
IT(I.09282).kontrak perilaku positif

Observasi

 Identifikasi kemampuan mental dan


kongnitif untuk membuat kontrak
 Identifikasi cara dan sumber daya terbaik
untuk mencapai tujuan
 Identifikasi hambatan dalam menerapkan
perilaku posotif
 Monitor pelaksanaan perilaku
ketidaksesuaian dan kurang komitmen
untuk memenuhi kontrak
Teraupetik

 Ciptakan lingkungan yang terbuka untuk


membuat kontrak perilaku
 Fasilitasi pembuatan kontrak tertulis
 Diskusikan perilaku kesehatan yang ingin
diubah
 Diskusikan tujuan positif jangkan pendek
dan jangka panjang yang realistis dan dapat
dicapai
 Diskusikan pengembangan rencana perilaku
positif
 Diskusikan cara mengamati perilaku
(mis.tabel kemajuan perilaku)
 Diskusikan penghargaan yang diinginkan
ketika tujuan tercapai, jika perlu
 Diskusikan konsekuensi atau sanksi tidak
memenuhi kontrak
 Tetapkan batas waktu yang dibutuhkan
untuk pelaksanaan tindakan yang realistis
 Fasilitasi meninjau ulang kontrak dan
tujuan,jika perlu
 Pastikan kontrak ditandatangani oleh semua
pihak yang terlibat, jika perlu
 Libatkan keluarga dalam proses kontrak,
jika perlu
Edukasi

 Anjurkan menuliskan tujuan sendiri, jika


perlu
2. Defisit kesehatan Setelah dilakukan intervensi keperawatan IT(I.14548). Pengembangan kesehatan masyarakat
komunitas maka Status kesehatan keluarga
Observasi
Meningkat dengan kiteria hasil :
 Identifikasi masalah dan isu kesehatan dan
 Ketersediaan program promosi
prioritasnya
kesehatan (5)
 Identifikasi potensi atau asset dalam
 Ketersediaan program proteksi
masyarakatterkait isu yang dihadapi
kesehatan (5)
 Identifikasi kekuatan dan patner dalam
 Partisipasi dalam program
pengembangan kesehatan
kesehatan komunitas (5)
 Identfikasi pempimpin/tokoh dalam
 Keikutsertaanasuransi\jaminan
masyarakat
kesehatan (5)
Terapeutik
 Kepatuhan terhadap standar
kesehatan lingkungan (5)  Berikan kesemapatan kepada setiap
 System surveilens kesehatan (5) anggota masyarakat untuk berpartisipasi
 Pemantauan standar kesehatan sesuai asset yang dimiliki
komunitas (5)  Libatkan anggota masyarakat untuk
meningkatkan kesadaran terhadap isu dan
 Angka mortalitas (5) masalah kesehatan yang dihadapi
 Angka morbiditas (5)  Libatkan masyarakat dalam masyarakat
 Prevelensi penyakit (5) untuk mendefinisikan isu kesehatan dan

 Angka penyalagunaan zat (5) mengembangkan rencana kerja

 Angka penyalagunaan alhohol (5)  Libatkan masyarakat dalam proses

 Angka kebiasaan merokok (5) perencanaan dan implementasi serta


revisinya
 Angka penyakit menular seksual
 Libatkan masyarakat dalam mengebangkan
(5)
jaringan kesehatan
 Angka kelahiran preterm (5)
 Pertahankan komunikasi yang terbuka
 Angka berat badan rendah (5)
dengan anggota masyarakat dan pihak
 Angka kejadian cedera (5)
pihak yang terlibat
 Perkuat komunikasi antara individu dan
kelompok untuk bermusyawarah terkait
daya Tarik yang sama
 Fasilitasi struktur organisasi untuk
meningkatkan kemampuan berkomunikasi
dan bernegosiasi
 Kembangkan strategi dalam manajemen
konflik
 Persatukan anggota masyrakat dengan cita
cita komunikasi yang sama
 Bangun komitmen antara anggota
masyarakat
 Kembangkan mekanisme keterlibatan
tatanan local, regional bahkan nasional
terkait isu kesehatan komunitas
IT (I.12472) promosi perilaku upaya kesehatan

Observasi

 Identifikasi perilaku upaya kesehatan yang


dapat ditingkatkan
Terapeutik

 Berikan lingkungan yang mendukung


kesehatan
 Orientasi pelayanan kesehatan yang dapat
dimanfaatkan
Edukasi

 Anjurkan memberikan bayi ASI eksklusif


 Anjurkan menimbang bayi setiap bulan
 Anjurkan menggunakan air bersih
 Anjurkan mencuci tangan dengan air bersih
dan sabun
 Anjurkan menggunakan jamban sehat
 Anjurkan memberantas jentik dirumah
seminggu sekali
 Anjurkan makan sayur dan buah setiap hari
 Anjurkan melakukan aktivitas fisik setiap
hari
 Anjurkan tidak merokok didalam rumah
3. Perilaku Setelah dilakukan intervensi keperawatan SIKI : Promosi Perilaku Upaya Kesehatan
kesehatan diharapkan masyarakat mampu (I.12472
Cenderung
menunjukkan perilaku kesehatan yang Observasi
beresiko B.d
membaiik, dengan kriteria hasil:  Identifikasi perilaku upaya Kesehatan yang
Kurang terpapar
1. Penerimaan terhadap perubahan dapat ditingkatkan
informasi
status Kesehatan meningkat Terapeutik
( D..0099)
2. Kemampuan melakukan Tindakan  Berikan lingkungan yang mendukung
Kesehatan
pencegahan masalah Kesehatan  Orientasi pelayanan Kesehatan yang dapat
meningkat dimanfaatkan

3. Kemampuan peningkatan
Kesehatan meningkat
Edukasi

 Anjurkan persalinan ditolong oleh tenaga


kesehatan
 Anjurkan memberi bayi ASI eksklusif
 Anjurkan menimbang balita setiap bulan
 Anjurkan menggunakan air bersih
 Anjurkan mencuci tangan dengan air bersih
dan sabun
 Anjurkan menggunakan jamban sehat
 Anjurkan memberantas jentik di rumah
seminggu sekali
 Anjurkan makan sayur dan buah setiap hari
 Anjurkan melakukan aktivitas fisik setiap
hari
 Anjurkan tidak merokok di dalam rumah

Anda mungkin juga menyukai