Anda di halaman 1dari 14

OBAT ANTIPSIKOTIK

KELOMPOK 5
1. DELFRIDUS NENAT
2. HENRY M. LAGANGURU
3. LIANDRI P. LANGGA
4. NOVENTYA UMBU REDA
PENGERTIAN OBAT ANTIPSIKOTIK

Antipsikotik Atipikal (AAP), yang juga dikenal sebagai


antipsikotik generasi kedua, adalah kelompok obat
penenang antipsikotik digunakan untuk mengobati kondisi
jiwa. Beberapa antipsikotik atipikal disetujui FDA untuk
digunakan dalam pengobatan skizofrenia. Beberapa
disetujui FDA untuk indikasi mania akut, depresi bipolar,
agitasi psikotik, pemeliharaan bipolar, dan
indikasi lainnya.
LANJUTAN

Kedua generasi obat cenderung untuk memblokir reseptor


dalam jalur dopamin otak, namun obat antipsikotik atipikal
juga dapat mengahambat reseptor serotonin. Antipsikotik
atipikal berbeda dari antipsikotik tipikal yang efeknya lebih
minimal kecenderungan untuk menyebabkan gangguan
ekstrapiramidal pada pasien, yang meliputi penyakit gerakan
parkinsonisme, kekakuan tubuh dan tremor tak terkontrol.
Gerakan-gerakan tubuh yang abnormal bisa menjadi
permanen obat bahkan setelah antipsikotik dihentikan.
FARMAKODINAMIK

Kerja obat antipsikotik atipikal pada dopamine pathway.


1. Mesokortikal Pathways
Antagonis 5HT2A tidak hanya akan menyebabkan
berkurangnya blokade terhadap antagonis D2 tetapi juga
menyebabkan terjadinya aktivitas dopamin pathways
sehingga terjadi keseimbangan antara serotonin dan
dopamin. APG II lebih berpengaruh banyak dalam
memblok reseptor 5HT2A dengan demikian meningkatkan
pelepasan dopamin dan dopamin yang dilepas daripada
dihambat di jalur mesokortikal. Hal ini menyebabkan
berkurangnya gejala negatif maka tidak terjadi lagi
penurunan dopamin di jalur mesokortikal dan gejala
negatif yang ada dapat diperbaiki.
2. Mesolimbik Pathways

APG II di jalur mesolimbik, antagonis 5HT2A gagal untuk


mengalahkan antagonis D2 di jalur tersebut. jadi antagonsis 5HT2A tidak
dapat mempengaruhi blokade reseptor D2 di mesolimbik, sehingga
blokade reseptor D2 menang. Hal ini yang menyebabkan APG II dapat
memperbaiki gejala positif. Pada keadaan normal serotonin akan
menghambat pelepasan dari dopamin.
3. Tuberoinfundibular Pathways

APG II di jalur tuberoinfundibular, antagonis reseptor 5HT2A dapat


mengalahkan antagonis reseptor D2. Hubungan antara neurotransmiter
serotonin dan dopamin sifatnya antagonis dan resiprokal dalam kontrol
sekresi prolaktin dari hipofise. Dopamin akan menghambat pengelepasan
prolaktin, sedangkan serotonin menigkatkan pelepasan prolaktin.
Pemberian APG II dalam dosis terapi akan menghambat reseptor 5HT2A
sehingga menyebabkan pelepasan dopamin menigkat. Ini mengakibatkan
pelepasan prolaktin menurun sehingga tidak terjadi hiperprolaktinemia.
4. Nigrostriatal Pathways

Jalur ini berproyeksi dari substansia nigra menuju


ganglia basalis. Fungsi jalur nigrostriatal adalah untuk
mengontrol pergerakan. Bila jalur ini diblok, akan terjadi
kelainan pergerakan seperti pada Parkinson yang disebut
extrapyramidal reaction (EPR). Gejala yang terjadi antara
lain akhatisia, dystonia (terutama pada wajah dan leher),
rigiditas, dan akinesia atau bradikinesia.3
JENIS-JENIS ,KLASIFIKASI DAN FARMAKOKINETIK
OBAT ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL

1. Benzamide
AMISULPIRIDE
Dosis:
Untuk akut psikotik : Oral dosis antara 400 mg/hari dan 800
mg/hari direkomendasi. Dosis maksimal adalah 1200mg/hari
Untuk pasien dengan gejala positif dan negatif:  Dosis untuk
control gejala positifnya 400-800mg/hari.
Untuk pasien dengan predominan gejala negative: Dosis antara
50-300mg.hari direkomendasi.
Merupakan selektif dopamin antagonis. Dosis yang lebih tinggi
(400-800mg/hari) bertindak atas post-sinaptik reseptor dopamin
yang mengakibatkan pengurangan dalam gejala positif skizofrenia,
seperti psikosis. Dosis yang lebih rendah, (100mg/hari)
bagaimanapun,
2. Dibenzodiazepine
 CLOZAPINE (Clozaril)
Dosis :
Hari 1 : 1 – 2 x 12,5 mg.
Berikutnya ditingkatkan 25 – 50 mg / hari sp 300 – 450 mg / hari
dengan pemberian terbagi.
Dosis maksimal 600 mg / hari.
Sediaan yang ada di pasaran tablet 25 mg dan 100 mg
Clozapine efektif untuk mengontrol gejala-gejala psikosis dan
skizofrenia baik yang positif (irritabilitas) maupun yang negative (social
disinterest dan incompetence, personal neatness) efek yang bermanfaat
terlihat dalam waktu 2 minggu, diikuti perbaikan secara bertahap pada
minggu-minggu berikutnya. Obat ini berguna untuk pengobatan pasien
yang refrakter dan terganggu berat selama pengobatan.
Farmakokinetik. Clozapine diabsorbsi secara cepat dan sempurna
pada pemberian per oral; kadar puncak plasma tercapai pada kira-kira 1,6
jam setelah pemberian obat. Clozapine secara ektensif diikat protein
plasma (>95%), obat ini dimetabolisme hamper sempurna sebelum
diekskresi lewat urin dan tinja, dengan waktu paruh rata-rata 11,8 jam.
 OLANZAPINE (Zyprexa)
Dosis :
Untuk skizofrenia mulai dengan dosis 10 mg 1 x sehari.
Untuk episode manik mulai dengan dosis 15 mg 1 x sehari.
Untuk pecegahan kekambuhan gangguan bipolar 10 mg / hari.
Merupakan derivat dari clozapine dan dikelompokkan dalam
golongan dibenobenzodiazepine. Absorpsi tidak dipengaruhi oleh
makanan. Plasma puncak olanzapine dicapai dalam waktu 5-6 jam
setalah pemberian oral, sedangkan pada pemberian intramuskular
dapat dicapai setelah 15-45 menit dengn waktu paruh 30 jam
(antara 21-54 jam) sehingga pemberian cukup 1 kali sehari. 4
Farmakokinetik. Olanzapine merupaka antagonis
monoaminergik selektif yang mempunyai afinitas yang kuat
terhadap reseptor dopamin (D1-D4), serotonin (5HT2A/2c), Histamin
(H1) dan α1 adrenergik. Afinitas sedang dengan reseptor kolinergik
muskarinik (M1-5) dan serotonin (5HT3).
 QUETIAPINE (Seroquel)
Dosis
Pemberian pada pasien pertama kali mendapat quetiapine perlu dilakukan titrasi
dosis untuk mencegah terjadinya sinkope dan hipotensi postural.
-. Dimulai dengan dosis 50 mg per hari selama 4 hari,
-. kemudian dinaikkan menjadi 100 mg selama 4 ahri,
-. kemudian dinaikkan lagi menjadi 300 mg.
-. Setelah itu dicari dosis efektif antara 300-450 mg/hari.
Struktur kimia yang mirip dengan clozapine, masuk dalam kelompok
dibenzodiazepine derivates. Quetiapine dapat memperbaiki gejala positif, negatif,
kognitif dan mood. Dapat juga memperbaiki pasien yang resisten dengan antipsikotik
generasi pertama tetapi hasilnya tidak sebaik apabila di terapi dengan clozapine.
Farmakokinetik. Absorpsinya berlangsung cepat setelah pemberian oral,
konsentrasi plasma puncak dicapai dalam waktu 1,5 jam setelah pemberian.
Metabolisme terjadi di hati, pada jalur sulfoxidation dan oksidasi menjadi metabolit tidak
aktif dan waktu paruhnya 6 jam.4 Quetiapine merupaka antagonis reseptor serotonin
(5HT1A dan 5HT2A), reseptor dopamin (D1 dan D2), reseptor histamin (H1), reseptor
adrenergik α1 dan α2. Afinitasnya lemah pada reseptor muskarinik (M1) dan reseptor
benzodiazepin. Cleareance quetiapine menurun 40% pada penderita usia lanjut, sehinga
perlu penyesuaian dosis yang lebih rendah dan menurun 30% pada penderita yang
mengalami gangguan fungsi hati. Cleareance quetiapine meningkat apabila
pemberiannya dilakukan bersamaan dengan antiepileptik fenitoin, barbiturat,
carbamazepin dan antijamur ketokonazole. 4
 Benzisoxazole
RISPERIDONE (Risperidal)
Dosis : 4,7
-. Hari 1 : 1 mg, hari 2 : 2mg, hari 3 : 3 mg.
-. Dosis optimal - 4 mg / hari dengan 2 x pemberian.
-. Pada orang tua, gangguan liver atau ginjal dimulai dengan 0,5 mg,
ditingkatkan sp 1 – 2 mg dengan 2 x pemberian.
-. Umumnya perbaikan mulai terlihat dalam 8 minggu dari pengobatan awal,
jika belum terlihat respon perlu penilaian ulang.
-. Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian
oral.
Risperidone merupakan obat APG II yang kedua diterima oleh FDA (Food
and Drug Administration) sebagai antipsikotik setelah clozapine. Rumus
kimianya adalah benzisoxazole derivative. Absorpsi risperidone di usus tidak di
pengaruhi oleh makanan dan efek terapeutik nya terjadi dalam dosis rendah.
Farmakokinetik. Metabolisme risperidone sebagian besar terjadi di hati
oleh enzim CYP 2D6 menjadi 9-hydroxyrisperidone dan sebagian kecil oleh
enzim CYP 3A4. Hydroxyrisperidone mempunyai potensi afinitas terhadap
reseptor dopamin yang setara dengan risperidone. Eksresi terutama melalui
urin.
EFEK SAMPING OBAT ANTI PSIKOTIK ATIPIKAL
Efek samping yang dilaporkan terkait dengan berbagai antipsikotik
atipikal bervariasi dan spesifik pada masing-masing obat. Secara
umum, antipsikotik atipikal diharapkan memiliki kemungkinan lebih
rendah untuk terjadinya tardive dyskinesia daripada antipsikotik
tipikal. Namun, tardive dyskinesia biasanya berkembang setelah
penggunaan antipsikotik jangka panjang (mungkin beberapa dekade).
Jika antipsikotik atipikal, yang telah di gunakan untuk waktu yang
relatif singkat, menghasilkan insiden tardive dyskinesia yang lebih
rendah. 
Akathisia lebih cenderung kurang intens dengan obat daripada
antipsikotik tipikal. Walaupun banyak pasien akan membantah klaim
ini. Pada tahun 2004, Komite untuk Keselamatan Obat-obatan (CSM)
di Inggris mengeluarkan peringatan bahwa olanzapine dan risperidone
tidak boleh diberikan kepada pasien lansia dengan demensia, karena
peningkatan risiko stroke. Kadang-kadang antipsikotik atipikal dapat
menyebabkan perubahan abnormal pada pola tidur, dan kelelahan
ekstrim dan kelemahan.
LANJUTAN
Pada tahun 2006, USA Today mempublikasikan sebuah artikel
tentang efek obat antipsikotik pada anak-anak. Tak satu pun dari
antipsikotik atipikal (Clozaril, Risperdal, Zyprexa, Seroquel, Abilify,
dan Geodon) telah disetujui untuk anak-anak, dan ada sedikit
penelitian tentang dampaknya pada anak-anak. Dari 2000-2004, ada
45 kematian dilaporkan, di mana sebuah antipsikotik atipikal tercatat
sebagai tersangka utama. Ada juga 1.328 laporan efek samping yang
serius, dan kadang-kadang mengancam kehidupan. Ini termasuk
tardive dyskinesia  dan distonia.
Beberapa efek samping lain yang telah diusulkan adalah bahwa
antipsikotik atipikal meningkatkan resiko penyakit jantung.Penelitian
Kabinoff et al mengatakan peningkatan penyakit kardiovaskular
dilihat terlepas dari perlakuan yang mereka terima, melainkan
disebabkan oleh berbagai faktor seperti gaya hidup atau diet. Terdapat
juga obat yang bisa memperpanjangkan masa QTc yang terekam di
EKG (elektrokardiogram) yang normalnya hanya 400ms yang bisa
menyebabkan fatal.
LANJUTAN
Efek samping seksual juga telah dilaporkan. Antipsikotik
mengurangi gairah seksual laki-laki, merusak performa
seksual dengan kesulitan utama berupa kegagalan untuk
ejakulasi. Pada wanita mungkin ada siklus haid yang tidak
normal dan infertilitas. Pada laki-laki dan perempuan
mungkin payudara membesar dan kadang-kadang akan
mengeluarkan cairan dari puting.
Terdapat juga penelitian yang mengatakan bahwa obat
antipsikotik atipikal ini bisa menyebabkan tingginya resiko
untuk Diabtes Mellitus (DM). Cara kerjanya yang berkaitan
dengan insulin belum diketahui, namun berkemungkinan
karena peningkatan berat badan yang bisa menyebabkan
dislipidemia yang merupakan salah satu faktor resiko
terjadinya DM pada pasien yang mengkonsumsi obat ini.

Anda mungkin juga menyukai