Pembimbing : dr. Rini Rianti,. Sp.KJ dr. Hermansyah Suwarno,. Sp.KJ
Kepaniteraan Klinik SMF Ilmu Kesehatan Jiwa
Rumah Sakit Umum Daerah Waled Cirebon OBAT ANTI-PSIKOSIS Sinonim : NEUROLEPTCIS, MAJOR TRANQUILLIZERS, ATARACTIS ANTIPSYCHOTICS, ANTIPSYCHOTIC DRUGS, NEUROLEPTIKA PENGGOLONGAN 1. OBAT ANTI-PSIKOSIS TIPIKAL (TYPICAL-ANTI PSYCHOTICS) a. Phenothiazine • Rantai Aliphatic : CHLORPROMAZINE (Largactil) • Rantai Piperazine : PERPHENAZINE (Trilafon), TRIFLUOPERAZINE (Stelazine), FLUPHENAZINE (Anatensol)
• Rantai Piperidine : THIORIDAZINE (Melleril)
b. Butyrophenone : HALOPERIDOL (Haldol,Serenace,dll) c. Diphenyl-butyl-piperidine : PIOMOZIDE (Orap) PENGGOLONGAN 2. OBAT ANTI-PSIKOSIS ATIPIKAL (ATYPICAL ANTI PSYCHOTICS) a. Benzamide : SULPRIDE (Dogmatil) b. Dibenzodiazepine : CLOZAPINE (Clozaril) OLANZAPINE (Zyprexa) QUETIAPIENE (Seroquel) ZOTEPINE (Lodopin) c. Benzisoxazole : RISPERIDON (Risperdal) ARIPIPRAZOLE (Abilify) SEDIAAN OBAT ANTI-PSIKOSIS dan DOSIS ANJURAN PENGGOLONGA N (yang beredar di Indonesia menurut MIMS Vol 7, 2006) MEKANISME KERJA 1. Mekanisme kerja Obat anti-psikosis tipikal adalah memblokade Dopamine pada reseptor pasca- sinaptik neuron di Otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonists), sehingga efektif untuk gejala POSITIF.
2. Anti-psikosis atipikal disamping berafinitas
terhadap “Dopamine D2 Receptors”, juga terhadap “Serotonin 5 HT2 Receptors” (Serotonin- dopamine antagonists), sehingga efektif juga untuk gejala NEGATIF. PROFIL EFEK SAMPING Efek samping obat anti-psikosis dapat berupa : • Sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun). • Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik: mulut kering, kesulitan miksi & defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung). • Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, sindrom parkinson : tremor, bradikinesia, rigiditas). • Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynaecomastia), metabolik (Jaundice), hematologik (agranulocytosis), biasanya pada pemakaian jangka panjang. PROFIL EFEK SAMPING Efek samping dapat juga “irreversible” : tardive dyskinesia (gerakan berulang involunter pada : lidah, wajah, mulut/rahang, dan anggota gerak, dimana pada waktu tidur gejala tersebut menghilang). Biasanya terjadi pada pemakaian jangka panjang (terapi pemeliharaan) dan pada pasien usia lanjut. Efek samping ini tidak berkaitan dengan dosis obat anti- psikosis (non dose related). PENGATURAN DOSIS Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan : ● Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu Onset efek sekunder (efek samping) :sekitar 2-6 jam ● Waktu paruh : 12- 14 jam (pemberian obat 1- 2x/hari) ● Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu kualitas hidup pasien. PENGATURAN DOSIS Mulai dengan “dosis awal” sesuai dengan “dosis anjuran”, dinaikkan setiap 2-3 hari sampai mencapai “dosis efektif” (mulai timbul peredaran Sindrom Psikosis) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan “dosis optimal” dipertahankan sekitar 8 – 12 minggu (stabilisasi) diturunkan setiap 2 minggu “dosis maintenance” dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi “drug holiday” 1- 2 hari/minggu) tapering off (dosis diturunkan tiap 2 – 4 minggu) stop. PENGATURAN DOSIS Mulai dengan “dosis awal” sesuai dengan “dosis anjuran”, dinaikkan setiap 2-3 hari sampai mencapai “dosis efektif” (mulai timbul peredaran Sindrom Psikosis) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan “dosis optimal” dipertahankan sekitar 8 – 12 minggu (stabilisasi) diturunkan setiap 2 minggu “dosis maintenance” dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi “drug holiday” 1-2 hari/minggu) tapering off (dosis diturunkan tiap 2 – 4 minggu) stop. LAMA PEMBERIAN • Untuk pasien dengan serangan Sindrom Psikosis yang “multi episode” terapi pemeliharaan (maintenance) diberikan paling sedikit selama 5 tahun. Pemberian yang cukup lama ini dapat menurunkan derajat kekambuhan 2,5 – 5 kali. • Efek obat anti-psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah dosis terakhir masih mempunyai efek klinis. Sehingga tidak langsung menimbulkan kekambuhan setelah obat dihentikan, biasanya satu bulan kemudian baru gejala Sindrom Psikosis kambuh kembali. • Hal tersebut disebabkan metabolisme dan ekskresi obat sangat lambat, metabolit-metabolit masih mempunyai keaktifan anti-psikosis. LAMA PEMBERIAN • Pada umumnya pemberian obat anti-psikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali. Untuk “Psikosis Reaktif Singkat” penurunan obat secara bertahap setelah hilangnya gejala dalam kurun waktu 2 minggu – 2 bulan. • Obat anti psikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun diberikan dalam jangka waktu lama, sehingga potensi ketergantungan obat kecil sekali. • Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala “Cholinergic Rebound” : gangguan lambung, mual, muntah, diare, pusing, gemetar dan lain-lain. Keadaan ini akan mereda dengan pemberian “anticholinergic agent” (injeksi Sulfas Atropin 0,25 mg (im), tablet Trihexyphenidyl 3 x 2 mg/h). PERHATIAN KHUSUS • Efek samping yang sering timbul dan tindakan mengatasinya : Penggunaan Chlorpromazine injeksi (im) : sering menimbulkan Hipotensi Ortostatik pada waktu perubahan posisi tubuh (efek alfa adrenergic blockade). Tindakan mengatasinya dengan injeksi Noradrenaline (Norepinephrine) sebagai “alpha adrenergic stimulator”. • “Rapid Neuroleptizattion” : Haloperidol 5 – 10 mg (im) dapat diulangi setiap 2 jam, dosis maksimum adalah 100 mg dalam 24 jam. Biasanya dalam 6 jam sudah dapat mengatasi gejala-gejala akut dari Sindrom Psikosis (agitasi, hiperaktivitas psikomotor, impulsif menyerang, gaduh, gelisah, perilaku destruktif dll). KONTRAINDISI • Penyakit hati (hepato-toksik) • Penyakit darah (hemato-toksik) • Epilepsi (menurunkan ambang kejang) • Kelainanjantung(menghambatiramajantung) • Febris yang tinggal (thermoregulator di SSP) • Ketergantungan alkohol (penekanan SSP meningkat) • Penyakit SSP (parkinson, tumor otak, dll) • Gangguan kesadaran disebabkan “CNS-depressant” (kesadaran makin memburuk) TERIMAKASI H