Anda di halaman 1dari 21

ANTIPSIKOTIK

INDIKASI PENGGUNAAN
Gejala Sasaran (target syndrome) : SINDROM PSIKOSIS
 Sindrom Psikosis Fungsional : Skizofrenia, Psikosis paranoid, Psikosis Afektif, Psikosis Reaktif singkat dll

 Sindrom Psikosis Organik : Sindrom Delirium, Dementia, Intoksikasi alkohol, dll

Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. 2014:14-27


ANTIPSIKOSIS

TIPIKAL (APG I) ATIPIKAL (APG II)

1. Phenothiazine 1. Benzamide
Rantai Aliphatic : CHLORPROMAZINE SULPRIDE (Dogmatil)
(Largactil) 2. Dibenzodiazepine :
Rantai Piperazine : PERPHENAZINE (Trilafon) CLOZAPINE (Clozaril)
TRIFLUOPERAZINE (Stelazine) OLANZAPINE (Zyprexa)
FLUPHENAZINE (Anatensol) QUETIAPIENE (Seroquel)
Rantai Piperidine :THIORIDAZINE (Melleril) ZOTEPINE (Lodopin)
2. Butyrophenone 3. Benzisoxazole
HALOPERIDOL (Haldol, Serenace,dll) RISPERIDON (Risperdal)
3. Diphenyl-butyl-piperidine ARIPIPRAZOLE (Abilify)
PIOMOZIDE (Orap)
Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. 2014:14-27
JENIS OBAT, SEDIAAN DAN DOSIS
Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. 2014:14-27
PENGATURAN DOSIS

 Mulai dengan “dosis awal” /“dosis anjuran”,


Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :
- Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu dinaikkan setiap 2-3 hari  sampai mencapai
- Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam “dosis efektif” (mulai timbul peredaran Sindrom
- Waktu paruh : 12 – 14 jam (pemberian obat 1-2 x/hari) Psikosis)  dievaluasi setiap 2 minggu dan bila
perlu dinaikkan  “dosis optimal” 
- Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dipertahankan sekitar 8 – 12 minggu (stabilisasi)
dampak dari efek samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih  diturunkan setiap 2 minggu  “dosis
besar) sehingga tidak begitu mengganggu kualitas hidup pasien.
maintenance”  dipertahankan 6 bulan sampai 2
tahun (diselingi “drug holiday” 1-2 hari/minggu)
 tapering off (dosis diturunkan tiap 2 – 4
minggu)  stop.

Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. 2014:14-27


LAMA PEMBERIAN

 Pada umumnya pemberian obat anti-psikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua
gejala psikosis mereda sama sekali
 Untuk “Psikosis Reaktif Singkat” penurunan obat secara bertahap setelah hilangnya gejala dalam kurun waktu 2 minggu
– 2 bulan
 Obat anti psikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun diberikan dalam jangka waktu lama,
sehingga potensi ketergantungan obat kecil sekali.
 Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala “Cholinergic Rebound” : gangguan lambung, mual, muntah,
diare, pusing, gemetar dan lain-lain. Keadaan ini akan mereda dengan pemberian “anticholinergic agent” (injeksi Sulfas
Atropin 0,25 mg (im), tablet Trihexyphenidyl 3 x 2 mg/h).

Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. 2014:14-27


PENGGUNAAN PARENTERAL

 Obat anti-psikosis “Long acting” (Fluphenazine Decanoate 25 mg/cc atau Haloperidol Decanoas 50 mg/cc, im, setiap 2
– 4 minggu, sangat berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat ataupun yang tidak efektif
terhadap medikasi oral.
 Dosis mulai dengan ½ cc setiap 2 minggu pada bulan pertama, kemudian baru ditingkatkan menjadi 1 cc setiap bulan.

 Pemberian obat anti-psikosis “long acting” hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan (maintenance therapy)
terhadap kasus Skizofrenia 15-25 % kasus menunjukkan toleransi yang baik terhadap efek samping ekstrapiramidal

Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. 2014:14-27


MEKANISME KERJA

Ghuzman F. Mechanism of Action of Antipsychotic Agents. Psycopharmacology Insitute. 2019. Available at https://psychopharmacologyinstitute.com/publication/mechanism-of-action-of-antipsychotic-agents-2094 accessed on October 11th 2020
MEKANISME KERJA

 Obat anti-psikosis tipikal :


 Memblokade Dopamine pada reseptor pasca-sinaptik neuron di
Otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal
(Dopamine D2 receptor antagonists), sehingga efektif untuk
gejala POSITIF

 Obat anti-psikosis atipikal


 Disamping berafinitas terhadap “Dopamine D2 Receptors”, juga
terhadap “Serotonin 5 HT2 Receptors” (Serotonin-dopamine
antagonists), sehingga efektif juga untuk gejala NEGATIF

Whalen K, Feild C, Radhakrishnan R. Lippincot Illustrated Reviews : Pharmacology 7th Ed. Philadelphia : Wolter Kluwers Inc. 2018 : 139-147
Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. 2014:14-27
Sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan
kognitif menurun).

Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik: mulut kering, kesulitan miksi & defekasi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung)
EFEK
SAMPING Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, sindrom parkinson : tremor, bradikinesia, rigiditas) 
pada antipsikotik tipikal

Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynaecomastia), metabolik (Jaundice), hematologik (agranulocytosis),


biasanya pada pemakaian jangka panjang.

Tardive dyskinesia (gerakan berulang involunter pada : lidah, wajah, mulut/rahang, dan anggota gerak, dimana
pada waktu tidur gejala tersebut menghilang)

Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. 2014:14-27


Stroup TS, Gray N. Management of common adverse effects of antipsychotic medications. J World Psychiatry. 2018 Oct; 17(3): 341–356.
Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. 2014:14-27
FARMAKOTERAPI DALAM MENGATASI EFEK SAMPING UMUM
ANTIPSIKOTIK
1. EXTRAPYRAMIDAL SYMPTOMS (EPS)

 Dopamine receptor blocking agents (DRBAs) yang lebih dikenal sebagai antipsikotik, adalah obat yang banyak
digunakan untuk mengobati gangguan psikotik
 Golongan obat ini menyebabkan risiko efek samping berupa akatisia, distonia, parkinsonisme, dan diskinesia tardif, yang
dikenal sebagai sindrom ekstrapiramidal atau EPS
 Antipsikotik generasi pertama atau antipsikotik tipikal, menyebabkan bentuk EPS yang lebih berat dibandingkan
antipsikotik generasi kedua atau antipsikotik atipikal.

Rompis NN, Mawuntu AH, Jasi MT, Tumewah R. Sindrom Ekstrapiramidal. Jurnal Sinaps.2020;3(1):42-48
 Sindrom ekstrapiramidal
akut paling sering terjadi
pada awal pengobatan
antipsikotik atau ketika
dosis ditingkatkan
 EPS yang timbul kemudian
biasanya terjadi setelah
pengobatan jangka panjang
dan muncul sebagai
diskinesia tardif

Rompis NN, Mawuntu AH, Jasi MT, Tumewah R. Jurnal Sinaps.2020;3(1):42-48


Casey DE. Extrapyramidal Syndromes: Epidemiology, Pathophysiology and the Diagnostic Dilemma. CNS Drugs. 1996:5:1-12
Adverse effects First choice Second choice Third choice Others/Comments
Akathisia Lower dose Change antipsychotic Concomitant use of beta‐ Anticholinergics and
blocker benzodiazepines
Dystonias Anticholinergic Antihistaminic Benzodiazepine
medication medication
Parkinsonism (tremor, Lower dose Change to antipsychotic Concomitant use of
rigidity, bradykinesia) with lower risk anticholinergic agent
Tardive dyskinesia Lower dose Valbenazine or Gingko biloba or
deutetrabenazine clonazepam

Stroup TS, Gray N. Management of common adverse effects of antipsychotic medications. J World Psychiatry. 2018 Oct; 17(3): 341–356.
PENANGANAN

ANTIKOLINERGIK
 Trihexyphenidyl (Artane) 3 – 4 x2 mg/hari
 Sulfas atropine 0,50 – 0,75 mg (im)

ANTIHISTAMIN • Apabila sindrom parkinson sudah terkendali diusahakan


 Diphenhydramine 4 x 25 mg /hari PO atau 25 mg IM/IV penurunan dosis secara bertahap
• Secara umum dianjurkan penggunaan obat antiparkinson tidak
 Amantadine 2x 100-200 mg PO lebih lama dari 3 bulan (risiko timbul “atropine toxic
BENZODIAZEPIN syndrome”)
• Tidak dianjurkan pemberian antiparkinson profilaksis
 Clonazepam 2 x 1 mg/hari PO
 Lorazepam 3 x 1 mg/hari PO

BETA BLOCKER
 Propanolol 3x 20-40 mg/hari PO

Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. 2014:14-27


Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Psychopharmacological Treatment in Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry 11 th ed. Wolters Kluwer 2015(11):295
2. HIPOTENSI ORTOSTATIK

 Penggunaan Chlorpromazine injeksi (im) : sering menimbulkan Hipotensi Ortostatik pada waktu perubahan posisi tubuh
(efek alfa adrenergic blockade)
PENANGANAN
 Tidak langsung bangun setelah mendapat suntikan dan dibiarkan tiduran selama sekitar 5 – 10 menit.

 Bila dibutuhkan dapat diberikan Norepinephrine bitartrate (LEVOPHED Abbot atau RAIVAS – Dexa Medica atau
Vascon- Fahrenheit) Ampul 4 mg/4 ccdalam infus 1000 ml dextrose 5% dengan kecepatan infus 2-3 cc/menit.

Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. 2014:14-27


3. SINDROM NEUROPLETIK MALIGNA (SNM)

Butir-butir diagnostik SNM :


 Kondisi mengancam kehidupan akibat reaksi - Suhu badan lebih dari 38oC (hyperpirexia)
idiosinkrasi terhadap obat psikosis (khususnya pada - Terdapat sindrom ekstrapiramidal berat (rigidity)
“long acting” dimana risiko ini lebih besar) - Terdapat gejala disfungsi otonomik (incontinensia urinae)
 Semua pasien yang diberikan obat anti-psikosis
- Perubahan status mental
- Perubahan tingkat kesadaran
mempunyai risiko untuk terjadi SNM
 Kondisi dehidrasi, kelelahan atau malnutrisi, risiko
ini akan menjedi lebih tinggi Gejala tersembut timbul dan berkembang dengan cepat

Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. 2014:14-27


PENANGANAN
 Hentikan segera obat anti-psikosis

 Perawatan suportif

 Obat dopamine agonist (bromokriptin 7,5 – 60 mg/h 3 dd, L – dopa 2 x 100 mg/h, atau amantadin 200 mg/h)

Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. 2014:14-27

Anda mungkin juga menyukai