Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
Abstract
___________________________________________________________________
Background: A preliminary study in Karangrejo Village Semarang indicated that larvae-free index was low
(<95%) and breeding place elimination did not intensively carried on. The objective was to increase self
reliance and larvae-free index with “OHOJu” as a development model of independent jumantik (mosquito
larvae surveillance team).
Methods: This study was quasy experiment with non equivalent control group design. Sample size were 164
respondents.
Results: The result indicated that p value of the attitude was 0.003 and the practice was 0.02, while p value of
larvae-free index was 1.000.
Conclusion: The “OHOJu” affected the improvement of the attitude and practice of dengue fever prevention,
but it did not affect larvae-free number improvement. The suggestion for the local clinic and Semarang health
office for allow and use “OHOJu” with improving the reporting system of PSN.
Alamat korespondensi: ISSN 2527-4252
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: afriwahyu_12_firmadani@yahoo.com
1
Afri Wahyu Fimadani / Unnes Journal of Public Health 1 (1) (2016)
2
Afri Wahyu Fimadani / Unnes Journal of Public Health 1 (1) (2016)
secara individu yang rendah, yaitu sebesar eksklusi dengan jumlah sampel 164.
33.2% dari total 322 responden. Berdasarkan perhitungan jumlah sampel
“OHOJu” atau One Home One Jumantik minimal diperoleh besar sampel minimal
merupakan suatu model pemberdayaan sebanyak 82 responden di masing-masing RW
masyarakat yang dikembangkan dari konsep Self 05 dan RW 04 kelurahan Karangrejo
Jumantik (Kline, 2006). Self Jumantik Kecamatan Gajah mungkur, kota Semarang,
merupakan juru pemantau jentik yang pencuplikan sampel yang digunakan adalah
dilakukan secara mandiri oleh masyarakat berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
untuk melindungi wilayahnya dari jentik dengan jumlah sampel 164 sampel, kemudian
nyamuk demam berdarah, dengan teknik dasar dibagi menjadi 2 kelompok. Pembagian jumlah
3M Plus, yaitu menguras bak mandi, menutup kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
tempat penampungan air, menubur barang berdasarkan karakteristik wilayah yang berbeda
bekas, dan adapun yang dimaksud dengn Plus dilihat dari jumlah kasus DBD pada kedua
adalah bentuk kegiatan seperti menggunakan wilayah tersebut.
obat nyamuk atau anti nyamuk, menggunakan Data diolah dan dianalisis dengan
keambu saat tidur, menanam tanaman pengusir komputer (SPSS-16). Analisis univariat
nyamuk, memelihara ikan yang dapat memakan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
jentik nyamuk, menghindari daerah gelap frekuensi, sedangkan analisis bivariat terdiri dari
didalam rumah agar tidak ditempati nyamuk analisis tabel atau crosstab, analisis hubungan.
dengan mengatur ventilasi dan pencahayaan Analisis tabulasi silang digunakan untuk
(Mohamad, 2014). Dengan adanya “OHOJu” meringkas dan mengetahui sebaran data serta
diharapkan setiap rumah memiliki satu kader juga dapat digunakan untuk menganalisis secara
yang akan selalu memantau jentik nyamuk deskriptif. Analisis korelasi sebagai dasar untuk
dirumahnya sendiri serta dapat meningkatkan menguji hipotesis penelitian menggunakan uji
self Reliance dari masyarakat di kelurahan Chi-Square.
Karangrejo.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE
Dari jumlah responden 164 ibu rumah
Penelitian ini menggunakan desain tangga yang diambil dari RW 04 dan RW 05.
penelitian eksperimen semu atau quasi Sebanyak 59 atau 35, 96% responden lulus
eksperiment, dengan pendekatan nonequivalent SMA, sebanyak 44 responden atau 26,83% lulus
control group design yaitu merupakan SD, 33 responden atau 20,12% lulus SMP, 15
pengembangan dari true eksperimental design. responden atau 9,15% lulus Perguruan tinggi
Desain ini memiliki kelompok kontrol, tetapi dan 13 responden atau 7,93% lulus akademi
tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol (D1,D2,D3).
variabel-variabel luar yang mempengaruhi Berdasarkan penelitian yang telah
pelaksanaan eksperimen. dilakukan sebanyak 94 Responden atau 57,32%
Populasi dalam penelitian ini adalah adalah ibu rumah tangga, 6 responden atau
semua ibu rumah tangga di wilayah RW 05 3,66% adalah pensiunan dan sisanya dengan
sebagai kelompok eksperimen dan RW 04 total 64 responden 39,03% adalah pekerja,
sebagai kelompok kontrol Kelurahan dengan 23 responden atau 14,02% sebagai
Karangrejo kecamatan Gajah mungkur kota buruh, 10 responden atau 6,10% PNS/TNI, 13
Semarang. Pengambilan sampel dalam responden atau 7,93% pedagang, dan 18
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan responden atau 10,98% adalah wiraswasta.
metode purposive sampling. Pemantauan jentik dilakukan selama satu
Pencuplikan sampel yang digunakan bulan pada kelompok eksperimen, dari hasil
adalah berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria pemantauan terdapat rumah responden yang
3
Afri Wahyu Fimadani / Unnes Journal of Public Health 1 (1) (2016)
bebas jentik dari minggu ke-I hingga minggu ke- sebesar 35 atau 42,7%. Sedangkan pada
IV selalu diatas 50 %. Dari total 82 rumah kelompok kontrol sebagai kelompok
responden, terdapat paling banyak 64 atau pembanding yang tidak mendapatkan perlakuan
78,05% rumah responden yang bebas jentik terdapat peningkatan sikap sebesar 28 atau
yaitu pada minggu ke-I dan minggu ke-IV. 34,1% dan penurunan atau tidak meningkat
Sedangkan untuk rumah responden dengan sebesar 45 atau 65,9% dari total responden yang
ditemukannya jentik paling banyak pada ada. Dari total 164 responden yang ada 75 atau
minggu ke-I yaitu sebanyak 20 atau 24,39% dari 45,7% responden mengalami peningkatan sikap
total rumah responden dan sisanya tidak mengalami peningkatan.
Pada kelompok kontrol, hasil penelitian Significancy atau nilai p sebesar 0,003 (p<0,05).
menunjukan rumah responden yang bebas jentik Hal ini berarti terdapat hubungan antara status
dari minggu ke-I hingga minggu ke-IV rumah “OHOJu” dengan sikap pencegahan DBD.
bebas jentik selalu diatas 50 %. Dari total 82 Hal ini terjadi karena kerjasama yang
rumah responden, terdapat paling banyak 68 baik antara peneliti dan responden terutama
atau 82,93% rumah responden yang bebas jentik dalam pelaksanaan pemberdayaan. Dalam
yaitu pada minggu ke-IV. Sedangkan untuk mengikuti kegiatan penyuluhan responden
rumah responden dengan ditemukannya jentik memiliki minat positif, hal ini dibuktikan
paling banyak pada minggu ke-I yaitu sebanyak dengan banyaknya responden yang mengajukan
24 atau 29,27% dari total rumah responden pertanyaan terkait materi yang diberikan oleh
Angka bebas jentik (ABJ) merupakan peneliti. Hasil penelitian ini sesuai dengan
ukuran yang dipakai untuk mengetahui penelitian yang dilakukan oleh Tanjung (2013)
kepadatan jentik dengan cara menghitung yang menyatakan bahwa praktik kader jumantik
rumah atau bangunan yang tidak dijumpai dalam melaksanakan PSN DBD berjalan baik
jentik dibagi dengan seluruh jumalah rumah apabila didukung dengan sikap PSN yang baik.
atau bangunan (Hadi, 2015). Dengan demikian Hal ini berarti praktik dan sikap pencegahan
keadaan bebas jentik merupakan suatu keadaan DBD melalui PSN 3M Plus berbanding lurus.
dimana ABJ lebih atau sama dengan 95%. Semakin baik praktik PSN semaikin baik pula
Penelitian menunjukan bahwa ABJ dari sikap PSN DBD yang dimiliki oleh masyarakat.
minggu ke-III hingga minggu ke-IV mengalami Penelitian menunjukan terdapat 51 atau
kenaikan yang signifikan yaitu dari 74,39% naik 62,2% responden yang mengalami peningkatan
menjadi 82,93%. praktik pencegahan DBD dan terdapat 31 atau
Tabel 1. Hubungan status “OHOJu” dengan 37,9% responden yang tidak mengalami
ABJ, praktik dan sikap PSN. peningkatan praktik pencegahan DBD dari
4
Afri Wahyu Fimadani / Unnes Journal of Public Health 1 (1) (2016)
5
Afri Wahyu Fimadani / Unnes Journal of Public Health 1 (1) (2016)