Anda di halaman 1dari 38

Referat

Gangguan Terkait Alkohol


Dinna Karlina (030.15.061)
Masyalia Hasna Taqiyyah (030.15.111)
Ovy Magda Aulia (031.19.020)
Nada Salsabila Zulti (031.19.015)
Rosalina Angeline Fatem (031.19.025)

Pembimbing:
dr. Erita Istriana, Sp.KJ
Bab 1

Pendahuluan
Pendahuluan

Penyalahgunaan dan
ketergantungan alkohol
Alkohol adalah senyawa organik yang mengandung
sering disebut sebagai
gugus fungsi hidroksildan sering dikonsumsi dalam
alkoholisme, termasuk
bentuk minuman oleh sebagian orang
gangguan berhubungan
dengan zat yang paling
sering dijumpai
Pendahuluan

Prevalensi gangguan Apabila angka tersebut Intoksikasi alkohol dapat


karena penggunaan dikalikan dengan jumlah menyebabkan iritabilitas,
alkohol adalah 0,8% dan penduduk Indonesia : perilaku kekerasan, depresi
prevalensi ketergantungan • 1.928.000 orang dan dalam situasi yang
alkohol adalah 0,7% penduduk : gangguan jarang, menyebabkan
karena penggunaan halusinasi dan waham
alkohol
• 1.180.900 orang:
ketergantungan alkohol
Pendahuluan

Dalam jangka waktu yang


panjang, peningkatan kosumsi Penyebab kematian yang sering
alkohol → toleransi pada diantara orang dengan gangguan
pengguna dan bila berhenti berhubungan dengan alkohol
menyebabkan gejala putus obat, adalah bunuh diri, kanker,
yang biasanya ditandai dengan gangguan jantung, dan gangguan
insomnia, hiperaktivitas sistem hepar
otonom, dan anxietas.
Bab 2

Tinjauan Pustaka
Definisi Alkohol

Alkohol adalah salah satu dari sekelompok senyawa


organik yang dibentuk dari hidrokarbon oleh pertukaran
satu atau lebih gugus hidroksil dengan atom-atom
hidrogen dalam jumlah yang sama; istilah ini meluas
untuk berbagai hasil pertukaran yang bereaksi netral dan
mengandung satu atau lebih gugus alkohol.
Epidemiologi Gangguan Terkait Alkohol

• Bahaya mengkonsumsi alkohol termasuk dalam lima besar faktor


resiko untuk penyakit, kecacatan dan kematian di seluruh dunia
• Konsumsi alkohol dapat meningkatkan berbagai resiko terhadap
kesehatan seperti ketergantungan alkohol, sirosis hepar, kanker
dan luka-luka akibat efek langsung maupun tidak langsung dari
intoksikasi alkohol
• Pria lebih besar kemungkinannya dibanding wanita.
• Berlawanan dengan pola untuk obat illegal. Semakin tinggi
pencapaian pendidikan,semakin besar kemungkinan penggunaan
alcohol saat ini.
Etiologi Gangguan Terkait Alkohol

Riwayat masa kanak-kanak


Teori psikodinamik
Teori sosiokultural
Faktor perilaku dan pembelajaran
Teori genetik
Etiologi Gangguan Terkait Alkohol

Komorbid
Komorbiditas adalah terjadinya dua
atau lebih gangguan psikiatrik secara
bersamaan pada seorang pasien
Riwayat masa kanak-kanak
Teori psikodinamik
Teori sosiokultural
Prevalensi gangguan psikiatri tambahan yang
Faktor perilaku dan pembelajaran
tinggidiantara orang yang ketergantungan alcohol, Teori genetik
kokain, atau opioid.
Patogenesis
Patofisiologi

• Efek pada Otak


• Biokimiawi – menginhibisi reseptor glutamate da
n voltage-gated calcium channel
• Efek prilaku
• Hati – Fatty liver
• Sistem Gastrointestinal – esophagitis, gast
ritis dan ulkus lambung
• Sistem tubuh lain - ↑ terjadinya infark mio
kard dan penyakit serebrovaskuler
• Tes laboratorium – meningkatnya kadar gamm
a-glutamiyl transpeptidase dan MCV
Manifestasi Klinis
Level Gangguan
20-30 mg/dL Performa motorik melambat dan kemampuan berpikir yang
menurun
 
30-80 mg/dL Meningkatnya masalah motorik dan kognitif
 
80-200 mg/dL  Inkoordinasi meningkat dan kesalahan dalam penilaian
 Mood lability
 Penurunan kognitif
200-300 mg/dL Nystagmus, pengucapan yang tidak jelas
>300 mg/dL Gangguan tanda-tanda vital dan kemungkinan kematian
Manifestasi Klinis

Gejala klinis intoksikasi alkohol, antara lain:


• Berbicara yang cadel
• Pusing
• Inkoordinasi
• Ketidakstabilan postur atau saat berjalan
• Nistagmus
• Gangguan atensi dan ingatan
• Stupor atau koma
• Pandangan double
Klasifikasi

Tipe 1 Tipe 2

jenis ketergantungan alkohol terbatas ketergantungan alkohol terbatas pada pria,


pada laki-laki, yang ditandai dengan yang ditandai dengan onset pada usia dini,
onset terlambat, lebih banyak bukti pencarian alkohol secara spontan untuk
psikologis daripada ketergantungan fisik, dikonsumsi, dan beberapa perilaku yang
dan adanya perasaan bersalah. mengganggu sosial saat mabuk.
Kategori dan Definisi Pola Pengguna Alkohol
Kriteria Diagnosis Intoksikasi Alkohol DSM V

• Konsumsi alkohol akhir-akhir ini.


• Perubahan perilaku atau psikologis bermasalah yang signifikan secara klinis
(misalnya, perilaku seksual atau agresif yang tidak pantas, ketidakstabilan suasana
hati, gangguan penilaian) yang berkembang selama, atau segera setelah, konsumsi
alkohol.
Kriteria Diagnosis Intoksikasi Alkohol DSM V

Satu (atau lebih) dari tanda atau gejala berikut yang berkembang selama, atau
segera setelah, penggunaan alkohol:
• Berbicara yang cadel
• Inkoordinasi
• Ketidakstabilan postur atau saat berjalan
• Nistagmus
• Gangguan atensi dan ingatan
• Stupor atau koma
Kriteria Diagnosis Intoksikasi Alkohol DSM V

Intoksikasi akut sering dikaitkan dengan : tingkat


dosis zat yang digunakan (dose-dependent), individu Disinhibisi yang ada hubungannya dengan
dengan kondisi organik tertentu yang mendasarinya konteks sosial perlu dipertimbangkan
(misalnya insufisiensi ginjal atau hati) yang dalam (misalnya disinhibisi perilaku pada pesta
dosis kecil dapat menyebabkan efek intoksikasi berat atau upacara keagamaan).
yang tidak proporsional.

Intensitas intoksikasi berkurang dengan berlalunya waktu dan pada akhirnya efeknya
menghilang bila tidak terjadi penggunaan zat lagi. Dengan demikian orang tersebut akan
kembali ke kondisi semula, kecuali jika ada jaringan yang rusak atau terjadi komplikasi
lainnya.
Kriteria Diagnosis Putus Alkohol DSM V

• Penghentian (atau pengurangan) penggunaan alkohol yang telah berat dan


berkepanjangan
• Dua (atau lebih) dari tanda atau gejala berikut ini, berkembang dalam
beberapa jam hingga beberapa hari setelah penghentian (atau pengurangan)
penggunaan alkohol yang dijelaskan dalam kriteria A:
• Hiperaktif otonom (misalnya, berkeringat, denyut nadi lebih dari 100 kali per
menit)
• Meningkatnya tremor tangan
• Insomnia
• Visual sementara, taktil, halusinasi atau ilusi auditari
• Agitasi psikomotor
• Kecemasan
Kriteria Diagnosis Putus Alkohol DSM V

• Kejang tonik-klonik umum


• Tanda dan gejala dalam kriteria B menyebabkan gangguan atau gangguan
yang signifikan secara klinis dalam bidang fungsi sosial, pekerjaan, atau
bidang penting lainnya
• Tanda atau gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis lain dan tidak dapat
dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental lain, termasuk keracunan
atau penarikan dari zat lain
• Ditentukan jika dengan gangguan persepsi :
• Penentu ini berlaku dalam kasus yang jarang terjadi ketika halusinasi
(biasanya visual atau taktil) terjadi dengan pengujian realitas utuh, atau ilusi
pendengaran, visual, atau sentuhan terjadi tanpa adanya atau delirium
Diagnosis Banding

Gangguan sedatif, hipnotik, atau Gangguan bipolar


anxietas depresi
gangguan dysthymic
insomnia
gangguan panik
Gangguan perilaku pada masa fobia sosial
kanak-kanak dan gangguan
kepribadian antisosial pada juga dapat menjadi diagnosis
dewasa banding dengan gangguan
terkait alkohol.
Tatalaksana

Intervensi Detoksifikasi

Rehabilitasi Farmakologis
Tatalaksana Intervensi

• Tujuan pada tahap ini yang disebut juga konfront


asi
• Memutus rasa penyangkalan dan membantu pasien me
ngenali konsekuensi simpang yang akan terjadi ji
ka gangguan ini tidak diobati.
• Memaksimalkan motivasi terapi dan abstinensi ber
kelanjutan
Tatalaksana Detoksifikasi

• Langkah pertama : pemeriksaan


• Obat kerja singkat : lorazepam atau obat kerja-lama : klordiazepoksid dan diazepam)
fisik menyeluruh  bila tidak ada • Klordiazepoksid 25mg p.o 3-4x/hari pada hari pertama  dapat ditambahkan
gangguan medis serius atau satu/dua dosis dalam 24 jam pertama apabila menunjukkan gejala tremor/disfungsi
otonom
penyalahgunaan obat gabungan, Keadaan Putus • Benzodiazepin dosis turun bertahap
keadaan putus alkohol yang Zat Ringan atau • Antagonis reseptor β adrenergik : klonidin
berat jarang terjadi Sedang

• Penatalaksanaan putus alkohol


sebagian besar suportif 
penggunaan obat sedatif untuk • Benzodiazepin (terkadang dibutuhkan dosis tinggi)
mencegah kejang dan • Haloperidol
meringankan hiperaktivitas Keadaan Putus
SSP Zat Berat
Tatalaksana Rehabilitasi

Upaya berkelanjutan
Bekerja membantu
untuk meningkatkan
pasien menyesuaikan
dan memertahankan Pencegahan relaps
kembali ke gaya hidup
kadar motivasi
bebas alkohol
abstinensi yang tinggi
Tatalaksana Rehabilitasi

KONSELING

• Beberapa bulan pertama sebaiknya berfokus pada isu kehidupan hari ke hari
untuk membantu pasien mempertahankan kadar motivasi abstinensi yang
tinggi serta meningkatkan fungsi mereka
• Konseling dapat dilaksanakan pada individu atau kelompok
• Menggali konsekuensi minum-minum, kemungkinan perjalanan masalah
kehidupan terkait alkohol selanjutnya, dan perbaikan nyata yang
diharapkan dengan abstinensi.
• Minimal tiga kali seminggu selama 2 sampai 4 minggu pertama, diikuti upaya
yang tidak terlalu intensif, sekitar sekali seminggu selama 3 sampai 6 bulan
selanjutnya
Tatalaksana Rehabilitasi

KELOMPOK SWA-BANTU

Kelompok swa-bantu (di Amerika, Alcohol Anonymous)


• Menyediakan bantuan 24 jam sehari  terhubung dengan kelompok sebaya
yang tidak minum
• Belajar bahwa ia berpartisipasi dalam fungsi sosial tanpa minum
• Diberikan model pemulihan dengan mengamati pencapaian anggota kelompok
yang telah pulih
Tatalaksana Farmakologi
Penanganan Dini Farmakologi

 Deteksi dini dan tegakkan diagnosis dengan segera


 Lakukan anamnesis dan pemeriksaan dengan segera dan dalam waktu singkat
 Pemeriksaan fisik dan laboratorium
• Gejala utama: Waspada berlebihan, kegelisahan, agitasi psikomotor, mondar-
mandir, banyak bicara dan tekanan pada pembicaraan, rasa nyaman dan elasi.
Sering kali agresif, perilaku kekerasan dan daya nilai terganggu, takikardi,
hipertensi, dilatasi pupil, mengigil dan diaforesis, anoreksia, mual dan
muntah dan insomnia
• Breath analyzer
Penanganan Dini Farmakologi

TERAPI

Bilas lambung, induksi muntah, atau gunakan karbon aktif


untuk mengeluarkan alkohol dari saluran cerna
(gastrointestinal)  30 hingga 60 menit setelah konsumsi
alkohl
Pemberian etanol atau fomepizole
Dialisis (hemodialysis, peritoneal dialysis)
Penanganan Dini Farmakologi

PUTUS ALKOHOL

 Pemberian cairan atas dasar hasil pemeriksaan elektrolit dan keadaan


umum
 Atasi kondisi gelisah dengan golongan benzodiazepin (diazepam 5 mg
IM atau IV yang dapat diulang tiap 30 menit sampai dosis maksimal
20 mg/hari)
 Bila ada kejang akibat putus zat maka atasi dengan benzodiazepin
(diazepam 5 mg yang disuntikan IV secara perlahan)
 Dapat juga diberikan thiamine 100 mg ditambah 4 mg magnesium
sulfat dalam 1 liter 5%
 Dextrose/normal saline selama 1-2 jam
Skrining dan Pencegahan

Kuesioner AUDIT
• Kecenderungan ketergantungan alkohol :
• Wanita ≥ 13
• Pria≥ 15
• Skor 8 atau lebih dikaitkan dengan pol
a minum berisiko ketergantungan
Skrining dan Pencegahan
Program pendidikan untuk beberapa populasi sasaran

 Anak-anak dan remaja


• Intervensi berbasis sekolah dan perguruan tinggi
• Panduan antisipatif disampaikan dalam pengaturan perawatan
primer
• Intervensi berbasis komunitas dan keluarga
 Dewasa
• Intervensi tempat kerja dan militer
 Semua usia
• Hukum, pajak, dan peraturan pemerintah tentang (dan
konsekuensi hukum yang terkait dengan) penjualan alkohol dan
konsumsi alkohol
Prognosis

 Berbagai pendekatan dalam penatalaksanaan mencapai kesuksesan dalam 1-5 tahun


sebesar 15 – 35%.
 Pasien dengan gangguan penggunaan alkohol berat jarang dapat kembali ke konsumsi
alkohol yang terkontrol atau sedang
 Hasil yang lebih baik dikaitkan dengan :
• Perawatan yang lebih intens
• Masalah alkohol yang tidak terlalu parah
• Gangguan kognitif yang lebih sedikit
• Kepercayaan diri yang lebih tinggi mengenai hasil
• Lebih sedikit gangguan psikiatri komorbid.
Bab 3

Penutup
Kesimpulan

Alkohol adalah senyawa organik yang mengandung


Dalam penatalaksanaannya meliputi intervensi,
gugus fungsi hidroksil dan sering dikonsumsi dalam
detoksifikasi dan konseling.
bentuk minuman oleh sebagian orang.

Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan


Alkohol memiliki efek dalam tubuh yang dapat melakukan skrining menggunakan kuisioner skrining
membahayakan tubuh, sehingga konsumsi alkohol AUDIT dan melalui pendidikan yang disesuaikan
harus dikurangi atau bahkan dihentikan. dengan populasi target sesuai usia

Prognosis yang lebih baik dikaitkan dengan


Penegakan diagnosa dari gangguan terkait alkohol perawatan yang lebih intens, masalah alkohol yang
bisa menggunakan kriteria diagnosis dari PPDGJ III tidak terlalu parah, gangguan kognitif yang lebih
dan DSM V. sedikit, kepercayaan diri yang lebih tinggi mengenai
hasil, dan lebih sedikit gangguan psikiatri komorbid.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai