Anda di halaman 1dari 22

TERAPI PSIKOTIK

Pembimbing :
dr. Linda, Sp.KJ

Disusun Oleh :
Fitriana Fadhilatul Lailiyah (H3A020031)
PENDAHULUAN

Antipsikotik adalah antagonis dopamine dan menyekat reseptor dopamine dalam


berbagai jaras diotak. Obat antipsikotik baik tipikal maupun atipikal tentunya
memiliki efek samping yang perlu diketahui agar pengobatan klinis lebih efisien dan
sesuai dengan proporsi dan tentunya agar mencapai target terapi. Selain manfaatnya,
antipsikotik juga mempunyai kerugian yang menyertainya.
DEFINISI

 Obat antipsikotik adalah sekelompok bermacam-macam obat yang menghambat

reseptor dopamine tipe 2 (D2). Indikasi utama untuk pemakaian obat adalah terapi

skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya. Obat ini juga berguna untuk pasien yang

mengalami anxietas berat dan menyalahgunakan obat atau alkohol karena

benzodiazepin dikontraindikasikan bagi mereka.


INDIKASI PENGGUNAAN
ANTIPSIKOTIK
 SKIZOFRENIA AKUT DAN KRONIS
 PSIKOSIS AKUT, PSIKOSIS ORGANIK
 DEPRESI BERAT DENGAN GAMBARAN PSIKOTIK DENGAN JELAS
 GANGGUAN BIPOLAR
 SINDROM GILLES DE LA TAURETTE
JENIS ANTI
PSIKOTIK
1. Obat-obat antipsikotik tipikal merupakan antagonis reseptor dopamine sehingga menahan
terjadinya dopaminergik pada jalur mesolimbik dan mesokortikal. Blokade reseptor D
dopamine dapat memberikan efek samping sindrom ekstrapiramidal.

2. antipsikotik atipikal merupakan golongan yang selain berafinitas terhadap Dopamine D-2
receptor juga berafinitas terhadap 5 HT2 Reseptor (Serotonin-dopamine antagonist ).
Secara signifikan tidak memberikan efek samping gejala ekstrapiramidal bila
diberikan dalam dosis klinis yang efektif
Pemberian obat antipsikotik tipikal umumnya pada pasien dengan gejala posititf seperti
halusinasi, delusi, gangguan isi pikir dan waham. Sedangkan untuk pasien psikotik dengan
gejala negatif obat tipikal hanya memberikan sedikit perbaikan. Sehingga pemberian obat
psikotik atipikal lebih dianjurkan karena obat atipikal memiliki kemampuan untuk
meningkatkan aktivitas dopaminergik kortikal prefrontal sehingga dengan peningkatan
aktivitas tersebut dapat memperbaiki fungsi kognitif dan gejala negatif yang ada
No Nama obat

1 Antipsikotik tipikal :
- Phenothiazine
 Rantai aliphatic : chlorpromazine
 Rantai piperazine : perphenazine, trifluoperazine, fluphenazine
 Rantai piperidine : thioridazine
- Butyrophenone : Haloperidol
- Diphenyl-butyl-piperidine : pimozide

2 Antipsikotik atipikal :
- Benzamide : sulpiride
- Dibenzodiazepin : clozapine, olanzapine, quetiapine, zotepine
- Benzisoxazole : risperidon, aripiprazole
SEDIAAN OBAT
No
ANTIPSIKOTIK
Nama obat Sediaan Dosis anjuran
1 Chlorpromazine Tab 25-100 mg 150-600mg/h
Amp 50mg/2cc 50-100 mg(im) setiap 4-6 jam
Anak anak >5 tahun ½ dosis orang dewasa, anak
anak < 5 tahun 1 mg/kgBB . bila perlu diberikan
2x sehari.
 
2 Haloperidol Tab 0,5-1,5 mg- 5 mg 5-15 mg/h
Amp 5mg/cc 5-10mg(im) setiap 4-6 jam
Amp 50mg/cc 50 mg (im) setiap 2-4 minggu
3 Perphenazine Tab 2-4-8 mg 12-24 mg/h
4 Fluphenazine Tab 2,5-5 mg 10-15 mg/h
Vial 25 mg/cc 25 mg(im) setiap 2-4 minggu
5 Trifluoperazine Tab 1-5 mg 10-15 mg/h
6 Thioridazine Tab 50-100 mg 150-300 mg/h
7 Sulpiride Amp 100mg/2cc 3-6 amp/h
Tab 200 mg 300-600mg/h

8 Pimozide Tab 4 mg 2-4 mg/h

9 Risperidone Tab 1-2-3 mg 2-6 mg/h


Vial 25 mg/cc 25-50 mg(im) setiap 2 minggu
Vial 50 mg/cc

10 Clozapine Tab 25-100 mg 25-100mg/h

11 Quetiapine Tab 25-100 mg 50-400 mg


200 mg

12 Olanzapine Tab 5-10mg 10-20 mg/h

13 Zotepine Tab 25-50 mg 75-100 mg/h

14 Aripiprazole Tab 10-15 mg 10-15 mg/h


PENGELOMPOKAN OBAT
ANTISPIKOTIK

Obat antipsikotik yang ada dipasaran saat ini, dapat dikelompokan dalam 2 kelompok besar yaitu
antipsikotik generasi pertama (APG 1) atau biasa disebut tipikal dan antipsikotik generasi kedua
(APG II ) atau biasa disebut juga atipikal
ANTIPSIKOTIK GENERASI PERTAMA (APG I)

 Antipsikotik tipikal mempunyai cara kerja dengan memblok reseptor D2 khususnya di


mesolimbik dopamine pathways, oleh karena itu sering disebut juga dengan antagonis
reseptor dopamin (ARD) atau antipsikotik konvensional. Kerja dari antipsikotik ini
menurunkan hiperaktivitas dopamine dijalur mesolimbik sehingga menyebabkan gejala
positif menurun tetapi ternyata tidak hanya memblok reseptor D2 di mesolimbik tetapi
juga di tempat lain seperti dijalur mesokortikal, nigrostriatal, dan tuberoinfundibular
KEUNTUNGAN & KERUGIAN APG 1

KEUNTUNGAN KERUGIAN

 Jarang menyebabkan sindrom


neuroleptic malignan (SNM)
 Mudah terjadi EPS dan
 Cepat menurunkan gejala tardive dyskinesia
negative seperti menurunkan  Memperburuk gejala
kemampuan bicara dan negatif dan kognitif
kognitif  Peningkatan kadar
 Mempunyai peranan yang prolactin
cepat dalam menurunkan  Sering menyebabkan
gejala positif seperti
terjadinya kekambuhan
halusinasi dan waham
ANTIPSIKOTIK GENERASI KEDUA
(APG II)
 APG II sering disebut juga sebagai Serotonin Dopamin Antagosis (SDA) atau antipsikotik
atipikal. APG II mempunyai mekanisme kerja melalui interaksi antara serotonin dan
dopamin pada ke 4 jalur dopamin di otak. Hal ini yang menyebabkan efek samping EPS
lebih rendah dan sanagat efektif untuk mengatasi gejala negatif. Perbedaan antara APG I
dan APG II adalah APG I hanya dapat memblok reseptor D2 sedangkan APG II memblok

secara bersamaan reseptor serotonin (5HT2A) dan reseptor dopamin (D2).


Cara Kerja APG II

 Mesokortikal Pathways
 Mesolimbik Pathways
 Tuberoinfundibular Pathways
 Nigrostriatal Pathways
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN APG II

KEUNTUNGAN KERUGIAN

 Antipsikotik atipikal yang dapat


 APG II menyebabkan EPS jauh lebih kecil menyebabkan sindrom neoroleptik maligna
dibandingkan APG I, umunya pada dosis terapi (SNM) seperti olanzapine, risperidone,
sangat jarang terjadi EPS. ziprazidone, quetiapine.
 APG II dapat mengurangi gejala negatif dari  Acute Parkinsonism
skzofrenia dan tidak memperburuk gejala negatif  Diabetes
seperti yang terjadi pada pemberian APG II.  Peningkatan Berat Badan
 APG II menurunkan gejalan afektif dari  Dislipidemia
skizofrenia dan sering digunakan untuk
pengobatan depresi dan gangguan bipolar yang
resisten.
 APG II menurunkan gejala kognitif pada pasien
skizofrenia dan penyakit Alzheimer
CARA PENGGUNAAN
 Pada dasarnya semua obat anti-psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang
sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek sekunder (efek samping ;
sedasi, otonomik, ekstrapiramidal)
 Pemilihan jenis obat anti-psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan
dan efek samping obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalen.
 Apabila obat anti-psikosis tidak memberikan respons klinis dalam dosis yang sudah
optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat anti-psikosis
lain (sebaiknya dari golongan yang tidak sama), dengan dosis ekivalen-nya, dimana
profil efek samping belum tentu sama.
 Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti-psikosis sebelumnya, jenis obat anti-
psikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek samping-
nya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang.
 Apabila gejala negatif (afek tumpul, penarikan diri, hipobulia, isi pikiran miskin) lebih
menonjol dari gejala positif (waham, halusinasi, bicara kacau, perilaku tak terkendali)
pada pasien Skizofrenia, pilihan obat antipsikosis – atipikal perlu dipertimbangkan.
PENGATURAN DOSIS
Dalam pengaturan dosis perlu dipertimbangkan :
 Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2 – 4 minggu
 Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2 – 6 jam.
 Waktu paruh : 12 – 14 jam (pemberian obat 1-2 x perhari).
 Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek samping (dosis
pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu kualitas hidup
pasien.
 Mulai dengan “dosis awal” sesuai dengan “dosis anjuran”, dinaikkan setiap 2-3 hari 
sampai mencapai “dosis efektif” (mulai timbul peredaran Sindrom Psikosis)  dievaluasi
setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan  “dosis optimal”  dipertahankan sekitar 8-12
minggu (stabilisasi)  diturunkan setiap 2 minggu  “dosis maintenance” 
dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi “drug holiday” 1-2 hari/minggu) 
tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu)  stop.
INTERAKSI
OBAT
 Antipsikosis + Antipsikosis lain = potensi efek samping obat dan tidak ada bukti lebih efektif (tidak
ada sinergis antara 2 obat anti-psikosis). Misalnya, Chlorpromazine + Reserpine = potensiasi efek
hipotensif.
 Antipsikosis + Antidepresan trisiklik = efek samping antikolinergik meningkat (hati-hati pada pasien
dengna hipertrofi prostat, glaukoma, ileus, penyakit jantung).
 Antipsikosis + anti-anxietas = efek sedasi meningkat, bermanfaat untuk kasus dengan gejala dan
gaduh gelisah yang sangat hebat (acute adjunctive therapy).
 Antispikosis + ECT = dianjurkan tidak memberikan obat anti-psikosis pada pagi hari sebelum ECT
(Electro Convulsive Therapy) oleh karena angka mortalitas yang tinggi. 3
 Antipsikosis + antikonvulsan = ambang konvulsi menurun, kemungkinan serangan kejang meningkat,
oleh karena itu dosis antikonvulsan harus lebih besar (dose-related). Yang paling minimal
menurunkan ambang kejang adalah obat anti-psikosis Haloperidol.
 Antipsikosis + Antasida = efektivitas obat antu-psikosis menurun disebabkan gangguan absorpsi.
PENGGUNAAN PARENTERAL

 Obat anti-psikosis “long acting” (Fluphenazine Decanoate 25 mg/cc atau


Haloperidol Decanoas 50 mg/cc, im, setiap 2 – 4 minggu sangat berguna untuk
pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat atau apapun yang tidak
efektif terhadap medikasi oral.
 Dosis mulai dengan ½ cc setiap 2 minggu pad bulan pertama kemudian bau
ditingkatkan menjadi 1 cc setiap bulan.
 Pemberian obat anti psikosis “long acting” hanya untuk terapi stabilisasi dan
pemeliharaan (maintenance therapy) terhadap kasus Skizofrenia. 15 – 25 %
kasus menunjukkan toleransi yang baik terhadap efek samping ektrapiramidal.
EFEK
1. SAMPING
Sedasi
2. Gangguan Sindrom Extrapyramidal
• Akut : akathisia ( rasa tidak nyaman seperti menggerak-gerakan tungkai terutama
kaki), Parkisonism (rigiditas, bradikensia, tremor), dystonia akut (spasme otot,
badan)
• Kronis : Diskenia tardive : gerakan lidah, mulut, mulut, mengecap-ngecap bibir,
menghisap, mengerutkan wajah, meringis
3. Syndrom Neuroleptik Maligna
• Bingung, agitasi (gelisah), penurunan kesadaran, berkeringat, hyperthermia,
hypertension/hypotension, takikardi, incontinent/retension/obstruktions, rigiditas
otot (kekakuan otot leher dan extremitas), peningkatan creatinine phosphokinase
(CPK) > 1000 IU/L, Leukositosis.
KONTRA INDIKASI
 Penyakit Hati – (hepato-toksik)
 Penyakit darah – (hemato-toksik)
 Epilepsi (Menurunkan ambang kejang)
 Kelainan jantung (menghambat irama jantung)
 Febris yang tinggi (thermoregulator di SSP)
 Ketergantungan alkohol (Penekanan SSP meningkat)
 Penyakit SSP (Parkinson, tumor otak dll)
 Gangguan Kesadaran disebabkan “CNS-depressant” kesadaran makin memburuk
 TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai