Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH FARMAKOLOGI

“OBAT ANTIPSIKOTIK DAN ANTI EPILEPSI”

NAMA : YOLLA M. TASIB

NIM :PO530333219299

TINGKAT/REGULER : 2/A

PRODI FARMASI
POLTEKKES KEMENKES KUPANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat, dan
anugerah-Nya kami dapat menyusun Makalah ini.
Tidak lupa pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen
yang telah membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa untuk meningkatkan kualitas makalah ini kami membutuhkan
kritik dan saran demi perbaikan makalah di waktu yang akan datang. Akhir kata, besar harapan
kami agar makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Kupang, Oktober 2020


DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II ISI

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang


Antipsikotik merupakan obat yang digunakan untuk menangani berbagai macam
gangguan psikosis, seperti bipolar, mania, gangguan waham, dan yang paling sering adalah
skizofrenia. Psikosis semacam ini merupakan gangguan psikis yang serius karena dapat
menurunkan kualitas hidup seseorang. Antipsikotik dapat mengatasi berbagai gejala psikosis
dan mencegah kekambuhan, tetapi memerlukan waktu terapi yang lama. Jumlah terapi
antipsikotik di seluruh dunia untuk orang usia kurang dari 20 tahun semakin meningkat setiap
tahunnya sejak tahun 1980an.Prevalensi medikasi antipsikotik untuk anak usia 6-17 tahun
meningkat dari 2,7% pada tahun 2001 menjadi 4,2% pada tahun 2004.3,4 Prevalensi skizofrenia
sendiri sebesar 1% dari seluruh populasi di dunia.5,6 Riset kesehatan dasar tahun 2007
melaporkan angka kejadian skizofrenia di Indonesia adalah 4,6 per 1000 penduduk, meningkat
dari tahun sebelumnya yang hanya 1-3 per 1000 penduduk.

Epilepsi berasal dari bahasa Yunani, Epilambanmein yang berarti serangan. Dahulu
masyarakat percaya bahwa epilepsi disebabkan oleh roh jahat dan dipercaya juga bahwa epilepsi
merupakan penyakit yang bersifat suci. Latar belakang munculnya mitos dan rasa takut terhadap
epilepsi berasal hal tersebut. Mitos tersebut mempengaruhi sikap masyarakat dan menyulitkan
upaya penanganan penderita epilepsi dalam kehidupan normal.Penyakit tersebut sebenarnya
sudah dikenal sejak tahun 2000 sebelum Masehi. Orang pertama yang berhasil mengenal epilepsi
sebagai gejala penyakit dan menganggap bahwa epilepsi merupakan penyakit yang didasari oleh
adanya gangguan di otak adalah Hipokrates.

B. Rumusan Masalah
 Apa pengertian dari obat antipsikotik dan anti epilepsi?
 Apa saja penggolongan obat antipsikotik dan anti epilepsi?
 Bagaimana mekanisme kerja obat antipsikotik dan anti epilepsi?

c. Tujuan
 Untuk mengetahui pengertian obat antipsikotik dan anti epilepsi
 Untuk mengetahui penggolongan obat antipsikotik dan anti epilepsi
 Untuk mengetahui mekanisme kerja obat antipsikotik dan anti epilepsy
BAB II

ISI

1.Pengertian

Antipsikotik adalah sekelompok bermacam-macam obat yang menghambat reseptor


dopamin tipe 2 (D2) atau antagonis dopamin yang menyekat reseptor dopamin dalam berbagai
jaras di otak. Indikasi utama untuk pemakaian obat adalah terapi Skizofrenia dan gangguan
psikotik lainnya. Antipsikotik adalah golongan obat untuk mengendalikan dan mengurangi
gejala psikosis yang bisa dialami oleh penderita gangguan mental.

Antipsikosik tersedia dalam bentuk tablet, sirop, atau suntik. Obat ini hanya dapat
digunakan sesuai resep dokter. Perlu dipahami, obat antipsikotik tidak bisa menyembuhkan
penyakit gangguan mental.

Antiepilepsi/antikonvulsan adalah obat yang digunakan untuk mengembalikan


kestabilan rangsangan sel saraf sehingga dapat mencegah atau mengatasi kejang, selain
mengatasi kejang juga digunakan untuk meredakan nyeri akibat gangguan saraf (neuropati)
atau mengobati gangguan bipolar. Dengan demikian obat antiepilepsi merupakan obat-obatan
yang dapat mengurangi atau menghilangkan gejala epilepsi.

Epilepsi sendiri dari bahasa Yunani berarti kejang atau di Indonesia lebih dikenal
dengan penyakit ayan adalah gangguan saraf yang timbul secara tiba-tiba dan berkala disertai
perubahan kesadaran. Penyebab epilepsi adalah pelepasan muatan listrik yang cepat, mendadak
dan berlebihan pada neuron-neuron tertentu dalam otak yang diakibatkan oleh luka di otak
(absen, tumor, arteriosklerosis), keracunan timah hitam dan pengaruh obat-obat tertentu yang
dapat memprovokasi serangan epilepsi.
2.Penggolongan obat

 Antipsikotik tipikal (Antipsikotik Generasi Pertama/APG I)


Antipsikotik Tipikal atau antipsikotik generasi pertama merupakan golongan obat
yang memblokade dopamine pada reseptor pasca-sinaptik neuron di otak, khususnya
sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (dopamine D-2 receptor antagonist). Dopamin
sendiri merupakan neurotransmitter yang disekresikan oleh neuron-neuron yang berasal
dari substansia nigra di batang otak. Neuron-neuron ini terutama berakhir pada region
striata ganglia basalis. Pengaruh dopamin biasanya bersifat inhibisi. Obat-obat
antipsikotik tipikal merupakan antagonis reseptor dopamine sehingga menahan terjadinya
dopaminergik pada jalur mesolimbik dan mesokortikal. Blokade reseptor D dopamine
dapat memberikan efek samping sindrom ekstrapiramidal.
Jenis Antipsikotik Tipikal :
- Phenothiazine
 Rantai aliphatic : chlorpromazine
 Rantai piperazine : perphenazine, trifluoperazine, fluphenazine
 Rantai piperidine : thioridazine
- Butyrophenone : Haloperidol
- Diphenyl-butyl-piperidine : pimozide
 Antipsikotik Atipikal (Antipsikotik Generasi II / APG II)
Antipsikotik atipikal atau Antipsikotik generasi kedua atau juga biasa disebut
dengan Serotonin Dopamin Antagonis (SDA) merupakan golongan yang selain
berafinitas terhadap Dopamine D-2 receptor juga berafinitas terhadap 5 HT2
Reseptor (Serotonin-dopamine antagonist ). Secara signifikan tidak memberikan efek
samping gejala ekstrapiramidal bila diberikan dalam dosis klinis yang efektif.
Antipsikotik atipikal mempunyai mekanisme kerja melalui interaksi antara
serotonin dan dopamin pada ke 4 jalur dopamin di otak. Hal ini yang menyebabkan efek
samping EPS lebih rendah dan sangat efektif untuk mengatasi gejala negatif. Perbedaan
antara APG I dan APG II adalah APG I hanya dapat memblok reseptor D 2 sedangkan
APG II memblok secara bersamaan reseptor serotonin (5HT2A) dan reseptor dopamin
(D2).
Jenis Antipsikotik Atipikal :
- Benzamide : sulpiride
- Dibenzodiazepin : clozapine, olanzapine, quetiapine, zotepine
- Benzisoxazole : risperidon, aripiprazole

 Golongan Obat Antiepilepsi/Antikonsulvan :


Obat-Obat Antiepilepsi/Antikonsulvan terdiri dari beberapa jenis, yang meliputi :
 Barbiturat, Obat ini menekan aktivitas sistem saraf pusat dan meningkatkan aksi
gamma-aminobutyric acid (GABA) yang menghambat neurotransmitter, sehingga
mencegah terjadinya. Antikonsulvan barbiturat dipakai dalam mengobati semua
jenis kejang. Contoh obat ini adalah Phenobarbital.
 Penghambat carbonic anhydrase, Obat ini menghambat enzim carbonic anhydrase,
sehingga mempengaruhi elektrolit dan keseimbangan asam basa pada sel. Hal ini
dapat mencegah kejang. Selain kejang, obat ini digunakan sebagai diuretik dan
mengatasi glaukoma. Contoh obat ini adalah Topiramate.
 Benzodiazepine, Obat ini bekerja dengan cara menekan sistem saraf pusat dan
meningkatkan aktivitas GABA.
Contoh obat ini adalah diazepam, clonazepam dan lorazepam.
 Dibenzazepine, Obat ini juga meningkatkan aktivitas GABA dan menghambat
aktivitas natrium dalam sel.
Contoh obat ini adalah Oxcarbazepine dan Carbamazepine.
 Turunan asam lemak, Obat ini menghambat enzim penghancur GABA, sehingga
meningkatkan konsentrasi GABA.
Contoh obat ini adalah Asam Valproat (Valporic Acid).
 Hydantoin, Obat ini menghentikan rangsangan sel saraf yang berlebihan saat
kejang dengan menghambat aktivitas natrium dalam sel saraf.
Contoh Obat ini adalah Phenytoin.
 Pyrrolidine, Obat ini dipakai untuk pengobatan epilepsi dan bekerja dengan cara
memperlambat transmisi saraf.
Contoh obat ini adalah Levetiracetam.
 Triazine, Obat ini dapat menghambat pelepasan rangsangan neurotransmitter,
glutamat dan aspartate. Contoh obat ini adalah lamotrigine.
 Analog gamma-aminobutyric acid (GABA), Obat ini bekerja layaknya GABA
dalam tubuh.
Contoh obat ini adalah Gabapentin.

3.Mekanisme kerja obat


o Antipsikotik tipikal (Antipsikotik Generasi Pertama/APG I)
Mekanisme kerja : Mekanisme kerja obat antipsikotik tipikal adalah memblokade
dopamin pada reseptor pasca-sinaptik neuron di otak khusunya di sistem limbik dan
sistem ekstrapirimidal (dopamin D2 receptor antagonists), sehingga efektif untuk gejala
positif seperti halusinasi, delusi dan gangguan isi pikir. Obat antipsikotik bekerja
dengan menginterferensi transmisi dopaminergik pada otak dengan menghambat reseptor
dopamin D2, yang dapat meningkatkan efek ekstrapiramidal seperti dijelaskan di bawah,
serta efek hiperprolaktinemia.
Kontraindikasi:
Bila antipsikotik atipikal secara umum tidak menyebabkan pada perpanjangan interval
QT, obat ini tetap sebaiknya digunakan secara hati-hati bila diresepkan bersama obat lain
yang dapat meningkatkan interval QT. Antipsikotik atipikal sebaiknya digunakan secara
hati-hati pada pasien penyakit kardiovaskular atau pasien dengan riwayat epilepsi, serta
pada pasien lansia;
Efek samping
Efek samping antipsikotik atipikal adalah bertambahnya berat badan, pusing, hipotensi
postural (terutama selama titrasi dosis awal) yang dapat menyebabkan syncope atau
refleks takikardi pada beberapa pasien, gejala ekstrapiramidal (biasanya ringan, dan dapat
diatasi dengan pengurangan dosis atau obat antimuskarinik), dan kadang-kadang tardive
dyskinesia pada pemberian jangka panjang (hentikan pemakaian obat bila terlihat gejala
awal). Dapat terjadi hiperglikemia dan kadang-kadang diabetes melitus, terutama pada
penggunaan klozapin dan olanzapin; pemantauan berat badan dan kadar glukosa dalam
plasma dapat mengidentifikasi perkembangan hiperglikemia. Kadang- kadang dilaporkan
terjadi sindrom keganasan neuroleptik.

o Mekanisme kerja obat Antikonvulsan ini yang terpenting ada dua, yaitu untuk mencegah
timbulnya letupan depolarisasi eksesif pada neuron dan fokus epilepsi serta mencegah
terjadinya letupan depolarisasi pada neuron normal akibat pengaruh dari fokus epilepsi.
o Golongan barbiturat. Golongan ini efektif sebagai obat antikonvulsan dan yang biasa
digunakan adalah barbiturate kerja lama. Disini yang akan dibicarakan yaitu efek
antiepilepsi prototip barbiturate yaitu fenobarbital yang struktur kimia nya mirip dengan
barbiturate. Dosis dewasa yang biasa digunakan ialah dua kali 100mg sehari.
o Golongan oksazolidindion (Trimetadion). Indikasi utama trimetadion ialah bangkitan
lena atau gangguan kesadaran secra mendadak murni (tidak disertai komponen bangkitan
bentuk lain). Trimetadion dapat menormalkan gambaran EEG dan meniadakan kelainan
EEG akibat hiperventilasi.
o Golongan suksinimid. Antiepilepsi golongan suksinimid yang digunakan di klinik
adalah etosuksimid, metsuksmid dan fensuksimid. Etosuksimid, dengan sifat
antipentilentetrazol terkuat, merupakan obat yang paling selektif terhadap bangkitan lena.
Obat ini juga efektif pada bangkitan mioklonik dan bangkitan akinetik. Etosuksimid tidak
efektif untuk bangkitan parsial kompleks dan bangkitan tonik-klonik umum atau pasien
kejang dengan kerusakan organik otak yang berat.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Antipsikotik adalah sekelompok bermacam-macam obat yang menghambat reseptor


dopamin tipe 2 (D2) atau antagonis dopamin yang menyekat reseptor dopamin dalam berbagai
jaras di otak. Indikasi utama untuk pemakaian obat adalah terapi Skizofrenia dan gangguan
psikotik lainnya. Antipsikotik adalah golongan obat untuk mengendalikan dan mengurangi
gejala psikosis yang bisa dialami oleh penderita gangguan mental.

Antipsikosik tersedia dalam bentuk tablet, sirop, atau suntik. Obat ini hanya dapat
digunakan sesuai resep dokter. Perlu dipahami, obat antipsikotik tidak bisa menyembuhkan
penyakit gangguan mental.

Antiepilepsi/antikonvulsan adalah obat yang digunakan untuk mengembalikan


kestabilan rangsangan sel saraf sehingga dapat mencegah atau mengatasi kejang, selain
mengatasi kejang juga digunakan untuk meredakan nyeri akibat gangguan saraf (neuropati)
atau mengobati gangguan bipolar. Dengan demikian obat antiepilepsi merupakan obat-obatan
yang dapat mengurangi atau menghilangkan gejala epilepsi.

Anda mungkin juga menyukai