OLEH :
DIANA ANDRIA
223111114
KUPANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan
Pada Nn. M.L Dengan Kista Ovarium Di Ruangan Sasando Rsud Prof. Dr. W.Z. Johannes
Kupang”. Laporan pendahuluan ini penulis buat untuk memenuhi tugas pada stase praktek
Keperawatan Maternitas.
Semoga laporan pendahuluan ini dapat dipergunakan dan membantu mahasiswa dalam
memperluas wawasan dan memperdalam pengetahuannya. Penulis menyadari bahwa, walaupun
penulis telah berusaha sekuat tenaga untuk mencurahkan segala tenaga dan pikiran dan
kemampuan yang kami miliki. Tetapi tetap saja laporan pendahuluan ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kelemahan baik dari segi bahasa, pengolahan, maupun dalam penyusunannya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik yang bersifat membangun demi tercapainya
suatu kesempurnaan dalam makalahini.
Atas bantuan pembaca yang telah memberikan kritik dan saran, penulis mengucapkan
terima kasih banyak.
Penulis
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Pengertian
Kista ovarium yaitu suatu pengumpulan cairan yang terjadi dalam ovarium atau indung
telur dan cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh selaput yang terbentuk dari lapisan terluar
indung telur atau ovarium.
Kista ovarium adalah suatu kantong yang berisi cairan, normalnya memiliki ukuran yang
kecil dan terletak di ovarium (indung telur). Kista ovarium dapat terjadi kapan saja, pada saat
masa pubertas hingga masa menopause dan juga selama masa kehamilan.
Kista ovarium merupakan kantung yang membesar dan tumbuh didalam ovarium
(indung telur). Pembesaran ovarium dapat bersifat fungsional ataupun disfungsional, berupa
kistik serta dapat bersifat neoplastik dan non neoplastik. Kista ovarium dapat berisi material cair
ataupun setengah cair dan bisa pula berisi bagian yang padat.
Berdasarkan ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kista ovarium adalah
kantung yang membesar karena adanya pengumpulan cairan didalam indung telur (ovarium) dan
dibungkus oleh selaput dari ovarium. Cairan yang terkumpul dapat bersifat cair maupun padat,
serta dapat terjadi saat masa pubertas hingga menopause
2.2 Etiologi
1. Gangguan Hormon
Kelebihan atau peningkatan hormon progesteron dan esterogen dapat memicu terjadinya
kista ovarium. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung hormon esterogen dan
progesteron yaitu pil KB atau IUD (Intrauterine Device) dapat menurunkan resiko
terbentuknya kista ovarium.
2. Faktor Genetik
Di dalam tubuh manusia terdapat gen pemicu kanker yaitu disebut dengan gen
protoonkogen. Protoonkogen dapat bereaksi akibat dari paparan karsinogen (lingkungan,
makanan, kimia), polusi dan paparan radiasi.
3. Pengobatan Infertilitas
4. Hipotiroid
Kista ovarium jinak terjadi pada wanita kelompok usia reproduktif. Pada wanita yang
memasuki masa menopause (usia 50-70 tahun) lebih beresiko memiliki kista ovarium
ganas. Ketika wanita telah memasuki masa menopause, ovarium dapat menjadi tidak
aktif dan dapat menghasilkan kista akibat tingkat aktifitas wanita menopause yang
rendah.
6. Faktor Lingkungan
Kebanyakan kista ovarium tumbuh tanpa adanya keluhan. Keluhan biasanya muncul jika
kista sudah membesar dan mengganggu organ tubuh yang lain. Jika kista mulai menekan saluran
kemih, usus, saraf, atau pembuluh darah besar di sekitar rongga panggul akan menimbulkan
keluhan berupa gangguan pencernaan, susah buang air kecil dan air besar, kesemutan dan
bengkak pada kaki (Andang, 2013). Gejala klinis kista ovarium antara lain nyeri di lower
abdomen, nyeri saat menstruasi, dan gangguan siklus menstruasi (Nugroho, 2010).
Menurut Yeika (2017), gejala klinis kista ovarium yaitu distensi abdomen progresif, nyeri
perut difus non spesifik, perdarahan vagina, sembelit, cepat kenyang, muntah dan sering
berkemih.
a. Laparoskopi
Laparoskopi merupakan sebuah teknik untuk melihat ke dalam perut tanpa melakukan
tindakan pembedahan mayor. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah tumor
berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat tumor tersebut.
b. Ultrasonografi
c. Foto Rontgen
Foto rontgen adalah suatu prosedur pemeriksaan yang menggunakan radiasi gelombang
elektromagnetik untuk menampilkan gambaran bagian dalam tubuh. Pemeriksaan ini
dapat menentukan adanya hidrotoraks. Pada kista dermoid dapat terlihat adanya gigi
dalam tumor.(22)
2.1.5 Komplikasi
Hal yang paling ditakutkan dari penyakit kista ovarium ialah berubah menjadi ganas dan banyak
terjadi komplikasi. Menurut Prawirohardjo (2014) komplikasi yang dapat terjadi pada kista
ovarium yaitu:
2.1.6 Penatalaksanaan
Penanganan kista ovarium tergantung dengan gejala dan jenis kista yang dialami, ukuran < 4 cm
dapat ditangani melalui pembeian terapi hormonal, ukuran > 4 cm perlu dilakukan pemeriksaan
lanjutan dengan teknik laparotomi, penanganan pada kista ovarium berbeda- beda sesuai dengan
kondisi klien, penanganan tersebut dapat berupa:
1. Tanpa tindakan
Penanganan ini dilakukan pada kista fungsional yang cenderung dapat hilang dengan sendirinya
dalam 1 hingga 2 siklus menstruasi, eksisi kista akan dilakukan bila kista tampak persisten untuk
menepis kemungkinan adaya malignansi atau keganasan.
2. Terapi hormonal
Penanganan ini belum membuktikan adanya manfaat dalam menangani kista ovarium diberikan
pada kista dengan ukuran < 4 cm
3. Preparat analgetik untuk mengurangi gejala berupa keluhan nyeri, diberikan pada kondisi kista
fungsional yang terjadi selama kehamilan karena akan menghilang pada trimester ke 3 sehingga
tidak diperlukan tindakan yang aktif seperti pembedahan.
4. Pengangakatan mola hidatidosa, menghancurkan koriokarsinoma, dan menghentikan terapi
HCG atau klomifen sitrat.
5. Laparotomi eksplorasi yang disertai sistektomi ovarium atau ooforektomi bagi kista ovarium
yang persisten dan dicurigai adanya keganasan atau dengan ukuran > 4 cm.
2.1.7 Pathway
Produksi hormone
Kurangnya informasi meningkat
Pre operasi Defisit
tentang penyakit pengetahuan
Pertumbuhan folikel
Pembesaran ovarium Komplikasi tidak teratur
kista Perdarahan kedalaman
kista Nyeri
perut Kegagalan sel telur
Menekan disekitar organ
mendadak matang
disekitar ovarium
Menstruasi
tidak teratur
Nyeri akut
Menekan kandung kemih
Menekan Terputusnya
anus kontuinitas jaringan
Post operasi Luka operasi
Gangguan miksi
Obstipasi Nyeri akut
Pengaruh anestesi Kerusakan integritas
Relaksasi otot polos kulit dan jairingan
Gangguan eliminasi urin lambung
Resiko infeksi
Peristaltik usus
Mual muntah
Konstipasi Absorbsa air di kolon
Intake nutrisi menurun Defisit nutrisi
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Identitas klien mencakup nama, usia (pada masalah disfungsi neurologis kebanyakan
terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, dan diagnosis medis.
- Nama : Sebagai identitas, untuk mengenal dan mengetahui pasien
danmenghindari kesalahan dalam memberi asuhan
- Umur/tgl lahir : Umur merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
kista ovarium dan kanker ovarium.Kista memang dapat terjadi pada semua usia
mulai dari bayi hingga menopause. Akan tetapi risiko meningkat ke kondisi
patologis pada usia pasca menopause (Kowalak, et al.,2011)
- Agama : Sebagai dasar untuk memberikan dukungan dan spiritual dan untuk
mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien.
- Pendidikan terakhir : Untuk menentukan metode yang paling tepat dalam
penyampaian informasi dan edukasi. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi
daya tangkap dan tanggap pasien.
- Pekerjaan : Untuk menggambarkan tingkat sosial ekonomi dan data pendukung
dalam menentukan pola komunikasi dan mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap
masalah pasien.
- Suku bangsa : Data ini berhubungan dengan sosial budaya yang dianut pasien.
- Alamat : Pengkajian data ini digali guna mengetahui tempat tinggal dan
lingkungan pasien dan mempermudah menghubungi pasien bila memiliki
kebutuhan asuhan paliatif.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien kista ovarium biasanya klien merasa nyeri pada daerah
perut dan terasa ada massa di daerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti- henti,
dan ekspresi rasa takut.
c. Riwayat Penyakit
Keluhan yang dapat terjadi pada kasus kista ovarium yaitu mual, merasa cepat
kenyang, sering kencing, nyeri perut satu sisi atau dua sisi, pembesaran rahim, sering
kencing, penurunan berat badan dalam waktu singkat, demam, berdebar, dan lemas
serta perdarahan di luar masa haid atau perdarahan yang tidak normal dari saluran
reproduksi (Anurogo, 2016 dalam Sasmita, 2020).
- Riwayat kesehatan sekarang
Adanya tanda-tanda yang mengarah ke kista dan kanker ovarium seperti mual
muntah, mudah kenyang, penurunan berat badan dalam waktu singkat,
pembesaran perut, dan nyeri perut serta perubahan pola
buang air kecil dan air besar.
- Riwayat penyakit dahulu
- Pengkajian riwayat penyakit dahulu dalam menggali permasalahan yang
mendukung masalah saat ini
- Riwayat obstetri dikaji untuk mengetahui kondisi obstetri ibu. faktor risiko yang
berkaitan dengan kista
dan kanker ovarium yaitu nulliparitas, penggunaan terapi hormonal, seperti
estrogen, adanya penyakit
inflamasi panggul (Nurmansya et al., 2019).
- Riwayat Menstruasi
Menarch:adanya kista ovarium dapat menyebabkan menarch terjadi lebih awal
dari normal karena kista dapat memproduksi hormon yang merangsang
menstruasi.
- HPHT, Siklus, dan durasi menstruasi: menentukan adanya gangguan siklus
menstruasi, kista ovarium dapat menyebabkan wanita mengalami amenore, siklus
memanjang atau durasi menstrasi yang lebih panjang.
- Riwayat Keluarga
Anamnesis akan adanya riwayat keluarga menderita kista Kista ovarium dan
kanker ovarium merupakan jenis penyakit keturunan. Adanya riwayat keluarga
yang pernah mengalami kanker ovarium menyebabkan
keturunannya memiliki risiko mengalami kista ovarium dan kanker ovarium
(Nurmansya et al., 2019)
- Pola fungsi kesehatan
Masalah psikososial dan budaya dalam memberikan asuhan yang mungkin dapat
menghambat atau sebaliknya mendukung asuhan kebidanan yang diberikan
- Pola fungsional
1) Pola Nutrisi
Pola makan sebelum dan setelah sakit mulai dari jenis dan komposisi.
2) Pola Eliminasi
Untuk mengetahui frekuensi miksi dan defekasi sebelum dan selama kista
ditemukan.
3) Pola Aktivitas
Kurang olahraga dapat menyebabkan kegemukan yang meningkatkan risiko
kanker.
4) Pola Istirahat
Biasanya pasien mengalami kesulitan dalam istirahat tidur karena proses penyakit
dan rencana
tindakan operasi, kekurangan tidur dapat menyebabkan meningkatkan risiko
mengalami
stress dan kanker.
5) Pola Hygiene
Penggunaan bedak tabur di daerah kelamin, pembalut wanita, kondom dan cara
penggunaan bedak yang dapat mengakibatkan bedak tabur masuk ke dalam
saluran reproduksi dapat meningkatkan risiko mengalami kanker ovarium.
terdapat penelitian yang menunjukan adanya risiko yang meningkat dan ada juga
yang sedikit meningkat. Penggunaan bedak harus digunakan secara hati-hati oleh
wanita dan hindari menggunakan pada daerah kelamin (American Cancer Society
Medical and Editorial Content Team, 2018).
6) Pola Seksual
Seksual menggunakan kondom yang dicampurndengan bedak tabur dapat
meningkatkan risiko mengalami masalah dalam alat genetalia luar dan dalam.
7) Kemampuan Koping Normal
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai
respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien
dalam keluarga serta masyarakat dan respons atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari- harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat (Juliana & Berutu,
2019)
Pada pemeriksaan fisik klien dengan gangguan secara umum biasanya menggunakan teknik
pengkajian per sistem, meliputi :B1 (Breathing), B2 (Bleeding), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5
(Bowel), B6 (Bone). Pengkajian keadaan pasien secara keseluruhan, hasil pengamatan yang
dilaporkan kriterianya baik atau lemah. Nyeri abdomen dapat menyebabkan ketidaknyaman pada
wanita sehingga menyebabkan penurunan keadaan umum, dalam melakukan pemeriksaan fisik
data diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik, psikologis, pemeriksaan khusus kebidanan dan
kandungan, dan pemeriksaan penunjang seperti hasil laboraturium, pemeriksaan radiodiagnostik
ataupun USG yang dilakukan sesuai berat masalah (Handayani & Sri, 2017)
1. Nyeri Akut
2. Resiko infeksi
4. Defisit pengetahuan
5. Defisit nutrisi
6. Konstipasi
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetic, jika
perlu
Ket:
Memburuk (1)
Cukup memburuk (2)
Sedang (3)
Cukup membaik (4)
Membaik (5)
3 Defisit nutrisi (D.0019) Setelah di lakukan Manajemen nutrisi (I.03119)
Mayor : intervensi keperawatan Observasi :
Objektif : selama 3x24 jam, maka Identifikasi status nutrisi
Berat bdan diharapkan status Identifikasi alergi dan
menurun nutrisi membaik dengan intoleransi makanan
minimal 10% di kriteria hasil : Identifikasi makanan yang
bawah rentang Porsi makanan disukai
ideal yang di Identifikasi kebutuhan kalori
Minor : habiskan (5) dan jenis nutrient
Subjektif : Kekuuatan otot Identifikasi perlunya
Cepat kenyang pengunyah (5) pengguanan selang
setelah makan Kekuatan otot nasogastrik
Kram/nyeri menelan (5) monitor asupan makanan
abdomen Serum albumin monitor berat badan
Nafsu makan verbalisasi monitor hasil pemeriksaan
menurun keinginan untuk laboratorium
Objektif : meningkatkan Terpeutik :
Bising usus nutrisi (5) Lakukan oral hygiene
hiperaktif Pengetahuan sebelum makan, jika perlu
Otot pengunyah tentang pilihan Fasilitasi menentukan
lemah makanan yang pedoman diet (mis. Piramida
Otot menelan sehat (5) makanan)
lemah Pengetahuan Sajikan makanan secara
Membrane tentang pilihan menarik dan suhu yang sesuai
mukosa pucat minuman yang Berikan makanan tinggi serat
Sariawan sehat (5) untuk mecegah konstipasi
Serum albumin Penegtahuan Berikan makanan tinggi kalori
turun tentang standar dan tinggi protein
Rambut rontok asuapan nutrisi Berikan suplemen makanan,
berlebihan yang tepat (5) jika perlu
Diare Penyiapan dan Hentikan pemberian makanan
penyimpanan melalui selang nasogastric
makanan yang jika asuapan oral dapat di
aman (5) toleransi
Penyiapan dan
penyimpanan Edukasi :
minuman yang Anjurkan posisi duduk jika
aman (5) mampu
Sikap terhadap Anjurkan diet yang di
makanan/minum programkan
an sesuai
dengan tujuan Kolaborasi :
Kesehatan (5) Kolaborasi pemberian
Ket : medikasi sebelum makan
Menurun (1) (mis. Pereda nyeri
Cukup menurun (2) antiemetic), jika perlu
Sedang (3) Kolaborasi dengan ahli gizi
Cukup meningkat (4) untuk menentukan jumlah
Meningkat (5) kalori dan jenis nutrient yang
Perasaan cepat di butuhkan, jika perlu.
kenyang (5)
Nyeri abdomen
(5)
Sariawan (5)
Rambut rontok
(5)
Diare (5)
Ket:
Meningkat (1)
Cukup meningkat (2)
Sedang (3)
Cukup menurun (4)
Menurun (5)
Ket:
Memburuk (1)
Cukup memburuk (2)
Sedang (3)
Cukup membaik (4)
Membaik (5)
Implementasi adalah tindakan atau aktivitas spesifik yang dilaksanakan sesuai dengan intervensi
yang telah ditetapakan sebelumnya (Tim Pokja SIKI DPP, 2018). Implementasi terdiri dari
tindakan dan mendokumentasikan hasil. Terdapat berbagai Tindakan yang bisa dilakukan untuk
mengurangi rasa nyeri. Implementasi lebih ditujukkan pada upaya perawatan dalam
meningkatkan kenyamanan, upaya pemberian informasi yang akurat, upaya mempertahankan
kesejahteraan, upaya tindakan peredaan nyeri non farmakologis, dan pemberian terapi non-
farmakologis (Andarmoyo, 2013).
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang terjadi pada setiap langkah dari proses keperawatan dan
pada kesimpulan (Herdman, 2015). Evaluasi keperawatan adalah tahap terakhir dari proses
keperawatan. Evaluasi keperawatan ialah evaluasi yang dicatat disesuaikan dengan setiap
diagnosa keperawatan. Evaluasi keperawatan terdiri dari dua tingkat yaitu evaluasi sumatif dan
evaluasi formatif. Evaluasi sumatif yaitu evaluasi respon (jangka panjang) terhadap tujuan,
dengan kata lain, bagaimana penilaian terhadap perkembangan kemajuan ke arah tujuan atau
hasil akhir yang diharapkan. Evaluasi formatif atau disebut juga dengan evaluasi proses, yaitu
evaluasi terhadap respon yang segera timbul setelah intervensi keperawatan di lakukan. Format
evaluasi yang digunakan adalah SOAP. S: Subjective yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien,
O: Objective yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga, A: Analisys yaitu
kesimpulan dari objektif dan subjektif, P: Planning yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan
berdasarkan analisis (Dinarti, Aryani, Nurhaeni, Chairani, & Tutiany, 2013)
DAFTAR PUSTAKA
Brier, J., & lia dwi jayanti. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. P DENGAN
POST OPERASI KISTA OVARIUM DI RUANG BOUGENVILE 2 RSUP DR.
SARDJITO YOGYAKARTA. ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. P DENGAN POST
OPERASI KISTA OVARIUM DI RUANG BOUGENVILE 2 RSUP DR. SARDJITO
YOGYAKARTA, 21(1), 1–9.
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar diagnosis keperawatan indonesia: Definisi dan
indikator diagnortik. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar luaran keperawatan indonesia: Definisi dan kriteria
hasil keperawatan. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan indonesia: Definisi dan
tindakan keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.