Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN PADA Nn. M.

L DENGAN KISTA OVARIUM

DI RUANG SASANDO RSUD. PROF. DR. W.Z. JOHANNES KUPANG

OLEH :

DIANA ANDRIA

223111114

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan
Pada Nn. M.L Dengan Kista Ovarium Di Ruangan Sasando Rsud Prof. Dr. W.Z. Johannes
Kupang”. Laporan pendahuluan ini penulis buat untuk memenuhi tugas pada stase praktek
Keperawatan Maternitas.

Semoga laporan pendahuluan ini dapat dipergunakan dan membantu mahasiswa dalam
memperluas wawasan dan memperdalam pengetahuannya. Penulis menyadari bahwa, walaupun
penulis telah berusaha sekuat tenaga untuk mencurahkan segala tenaga dan pikiran dan
kemampuan yang kami miliki. Tetapi tetap saja laporan pendahuluan ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kelemahan baik dari segi bahasa, pengolahan, maupun dalam penyusunannya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik yang bersifat membangun demi tercapainya
suatu kesempurnaan dalam makalahini.

Atas bantuan pembaca yang telah memberikan kritik dan saran, penulis mengucapkan
terima kasih banyak.

Kupang, Februari 2023

Penulis
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori Kista

2.1.1 Pengertian

Kista ovarium yaitu suatu pengumpulan cairan yang terjadi dalam ovarium atau indung
telur dan cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh selaput yang terbentuk dari lapisan terluar
indung telur atau ovarium.

Kista ovarium adalah suatu kantong yang berisi cairan, normalnya memiliki ukuran yang
kecil dan terletak di ovarium (indung telur). Kista ovarium dapat terjadi kapan saja, pada saat
masa pubertas hingga masa menopause dan juga selama masa kehamilan.

Kista ovarium merupakan kantung yang membesar dan tumbuh didalam ovarium
(indung telur). Pembesaran ovarium dapat bersifat fungsional ataupun disfungsional, berupa
kistik serta dapat bersifat neoplastik dan non neoplastik. Kista ovarium dapat berisi material cair
ataupun setengah cair dan bisa pula berisi bagian yang padat.

Berdasarkan ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kista ovarium adalah
kantung yang membesar karena adanya pengumpulan cairan didalam indung telur (ovarium) dan
dibungkus oleh selaput dari ovarium. Cairan yang terkumpul dapat bersifat cair maupun padat,
serta dapat terjadi saat masa pubertas hingga menopause

2.2 Etiologi

Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus,


hipofsis dan ovarium. Faktor penyebab terjadinya kista antara lain yaitu adanya penumpukan
lemak berlebih atau lemak yang tidak sehat yang mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat
dipecah dalam proses metabolisme sehingga akan meningkatkan resiko tumbuhnya kista, dan
faktor genetik (Andang, 2013). Menurut Susianti (2017) penyebab dari kista ovarium belum
diketahui secara pasti, terdapat beberapa faktor pendukung antara lain :

1. Gangguan Hormon

Kelebihan atau peningkatan hormon progesteron dan esterogen dapat memicu terjadinya
kista ovarium. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung hormon esterogen dan
progesteron yaitu pil KB atau IUD (Intrauterine Device) dapat menurunkan resiko
terbentuknya kista ovarium.
2. Faktor Genetik

Di dalam tubuh manusia terdapat gen pemicu kanker yaitu disebut dengan gen
protoonkogen. Protoonkogen dapat bereaksi akibat dari paparan karsinogen (lingkungan,
makanan, kimia), polusi dan paparan radiasi.

3. Pengobatan Infertilitas

Pengobatan infertilitas dengan konsumsi obat kesuburan dilakukan induksi ovulasi


dengan gonadotropin. Gonadotropin yang terdiri dari FSH dan LH dapat menyebabkan
kista berkembang.

4. Hipotiroid

Hipotiroid merupakan kondisi menurunnya sekresi hormon tiroid yang dapat


menyebabkan kelenjar pituitari memproduksi TSH (Thyroid Stimulating Hormone) lebih
banyak sehingga kadar TSH meningkat. TSH merupakan faktor yang memfasilitasi
perkembangan kista ovarium folikel. 5. Faktor Usia

Kista ovarium jinak terjadi pada wanita kelompok usia reproduktif. Pada wanita yang
memasuki masa menopause (usia 50-70 tahun) lebih beresiko memiliki kista ovarium
ganas. Ketika wanita telah memasuki masa menopause, ovarium dapat menjadi tidak
aktif dan dapat menghasilkan kista akibat tingkat aktifitas wanita menopause yang
rendah.

6. Faktor Lingkungan

Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak memberikan


andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, dan sosial ekonomi. Perubahan gaya
hidup juga mempengaruhi pola makan yaitu konsumsi tinggi lemak dan rendah serat,
merokok, konsumsi alkohol, zat tambahan pada makanan, terpapar polusi asap rokok atau
zat berbahaya lainnya, stress dan kurang aktivitas atau olahraga memicu terjadinya suatu
penyakit

2.1.3 Manifestasi Klinis

Kebanyakan kista ovarium tumbuh tanpa adanya keluhan. Keluhan biasanya muncul jika
kista sudah membesar dan mengganggu organ tubuh yang lain. Jika kista mulai menekan saluran
kemih, usus, saraf, atau pembuluh darah besar di sekitar rongga panggul akan menimbulkan
keluhan berupa gangguan pencernaan, susah buang air kecil dan air besar, kesemutan dan
bengkak pada kaki (Andang, 2013). Gejala klinis kista ovarium antara lain nyeri di lower
abdomen, nyeri saat menstruasi, dan gangguan siklus menstruasi (Nugroho, 2010).
Menurut Yeika (2017), gejala klinis kista ovarium yaitu distensi abdomen progresif, nyeri
perut difus non spesifik, perdarahan vagina, sembelit, cepat kenyang, muntah dan sering
berkemih.

2.1.4 Pemeriksaan Penunjang

a. Laparoskopi

Laparoskopi merupakan sebuah teknik untuk melihat ke dalam perut tanpa melakukan
tindakan pembedahan mayor. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah tumor
berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat tumor tersebut.

b. Ultrasonografi

Ultrasonografi (USG) yaitu suatu alat pemeriksaan yang menggunakan ultrasound


(gelombang suara) yang dipancarkan transduser. Pemeriksaan ini untuk dapat mengetahui
letak dan batas tumor, sifat tumor, dan cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang
tidak.

c. Foto Rontgen

Foto rontgen adalah suatu prosedur pemeriksaan yang menggunakan radiasi gelombang
elektromagnetik untuk menampilkan gambaran bagian dalam tubuh. Pemeriksaan ini
dapat menentukan adanya hidrotoraks. Pada kista dermoid dapat terlihat adanya gigi
dalam tumor.(22)

2.1.5 Komplikasi

Hal yang paling ditakutkan dari penyakit kista ovarium ialah berubah menjadi ganas dan banyak
terjadi komplikasi. Menurut Prawirohardjo (2014) komplikasi yang dapat terjadi pada kista
ovarium yaitu:

1. Perdarahan ke dalam kista


Perdarahan kista biasanya terjadi sedikit-sedikit dan berangsur menyebabkan pembesaran
pada kista dan menimbulkan gejala klinik yang minimal. Tetapi jika perdarahan terjadi
tiba-tiba dengan jumlah yang sangat banyak dapat menimbulkan distensi cepat dan nyeri
abdomen secara mendadak (Prawirohardjo, 2014).
2. Torsio (Putaran Tangkai)
Torsio terjadi pada tumor dengan diameter 5 cm atau lebih. Kondisi yang mepermudah
torsio adalah saat kehamilan karena uterus yang membesar dapat merubah letak tumor
dan karena terjadi perubahan mendadak pada rongga perut saat sesudah persalinan.
Putaran tangkai menimbulkan tarikan ligamentum infundibulopelvikum terhadap
peritonium parietale yang menimbulkan rasa sakit. Jika putaran tangkai berjalan teus,
akan menimbulkan nekrosis hemorargik dalam tumor, jika tidak segera dilakukan
tindakan, dapat merobek dinding kista dengan perdarahan abdominal atau peradangan
sekunder. Jika putaran tangkai terjadi perlahan, tumor melekat pada omentum
(Prawirohardjo, 2014).
3. Infeksi pada tumor
Infeksi tumor dapat terjadi apabila dekat tumor terdapat sumber kuman patogen, seperti
appendisitis, divertikulitis, atau salpingitis akuta (Prawirohardjo, 2014).
4. Robek dinding kista (rupture)
Robek dinding kista terjadi pada putaran tangkai, tetapi dapat pula akibat jatuh, trauma,
atau saat berhubungan intim. Kista yang berisi cairan serus, rasa nyeri akibat robekan dan
iritasi peritonium akan segera berkurang. Tetapi, jika terjadi robekan dinding kista
disertai hemorargik akut, perdarahan akan terus berlangsung ke dalam rongga peritonium
dan menimbulkan nyeri terus menerus disertai tanda abdomen akut (Prawirohardjo,
2014).
5. Perubahan keganasan
Perubahan keganasan dapat terjadi pada kista jinak. Setelah dilakukan operasi pada tumor
perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopik terhadap kemungkinan perubahan keganasan.
Adanya asites dicurigai tumor mengalami metastase memperkuat diagnosis keganasan
(Prawirohardjo, 2014).

2.1.6 Penatalaksanaan

Penanganan kista ovarium tergantung dengan gejala dan jenis kista yang dialami, ukuran < 4 cm
dapat ditangani melalui pembeian terapi hormonal, ukuran > 4 cm perlu dilakukan pemeriksaan
lanjutan dengan teknik laparotomi, penanganan pada kista ovarium berbeda- beda sesuai dengan
kondisi klien, penanganan tersebut dapat berupa:

1. Tanpa tindakan

Penanganan ini dilakukan pada kista fungsional yang cenderung dapat hilang dengan sendirinya
dalam 1 hingga 2 siklus menstruasi, eksisi kista akan dilakukan bila kista tampak persisten untuk
menepis kemungkinan adaya malignansi atau keganasan.

2. Terapi hormonal

Penanganan ini belum membuktikan adanya manfaat dalam menangani kista ovarium diberikan
pada kista dengan ukuran < 4 cm

3. Preparat analgetik untuk mengurangi gejala berupa keluhan nyeri, diberikan pada kondisi kista
fungsional yang terjadi selama kehamilan karena akan menghilang pada trimester ke 3 sehingga
tidak diperlukan tindakan yang aktif seperti pembedahan.
4. Pengangakatan mola hidatidosa, menghancurkan koriokarsinoma, dan menghentikan terapi
HCG atau klomifen sitrat.

5. Laparotomi eksplorasi yang disertai sistektomi ovarium atau ooforektomi bagi kista ovarium
yang persisten dan dicurigai adanya keganasan atau dengan ukuran > 4 cm.
2.1.7 Pathway

Gaya hidup tidak sehata (alcohol, Faktor genetic status


merokok, kurang olahraga) Kista Ovarium menopause hipotiroid

Sel telur gagal


Esterogen meningkat berevolusi
Anestesi

Produksi hormone
Kurangnya informasi meningkat
Pre operasi Defisit
tentang penyakit pengetahuan
Pertumbuhan folikel
Pembesaran ovarium Komplikasi tidak teratur
kista Perdarahan kedalaman
kista Nyeri
perut Kegagalan sel telur
Menekan disekitar organ
mendadak matang
disekitar ovarium
Menstruasi
tidak teratur
Nyeri akut
Menekan kandung kemih
Menekan Terputusnya
anus kontuinitas jaringan
Post operasi Luka operasi
Gangguan miksi
Obstipasi Nyeri akut
Pengaruh anestesi Kerusakan integritas
Relaksasi otot polos kulit dan jairingan
Gangguan eliminasi urin lambung
Resiko infeksi
Peristaltik usus
Mual muntah
Konstipasi Absorbsa air di kolon
Intake nutrisi menurun Defisit nutrisi
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian dilakukan dengan mengumpulkan data dasar yang diperlukan untuk


mengevaluasi kondisi klien secara lengkap, akurat, dan relevan. Informasi yang
didapatkan harus akurat dari sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Data yang
dikaji meliputi data subyektif, obyektif (Handayani & Sri, 2017).

a. Identitas Klien
Identitas klien mencakup nama, usia (pada masalah disfungsi neurologis kebanyakan
terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, dan diagnosis medis.
- Nama : Sebagai identitas, untuk mengenal dan mengetahui pasien
danmenghindari kesalahan dalam memberi asuhan
- Umur/tgl lahir : Umur merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
kista ovarium dan kanker ovarium.Kista memang dapat terjadi pada semua usia
mulai dari bayi hingga menopause. Akan tetapi risiko meningkat ke kondisi
patologis pada usia pasca menopause (Kowalak, et al.,2011)
- Agama : Sebagai dasar untuk memberikan dukungan dan spiritual dan untuk
mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien.
- Pendidikan terakhir : Untuk menentukan metode yang paling tepat dalam
penyampaian informasi dan edukasi. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi
daya tangkap dan tanggap pasien.
- Pekerjaan : Untuk menggambarkan tingkat sosial ekonomi dan data pendukung
dalam menentukan pola komunikasi dan mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap
masalah pasien.
- Suku bangsa : Data ini berhubungan dengan sosial budaya yang dianut pasien.
- Alamat : Pengkajian data ini digali guna mengetahui tempat tinggal dan
lingkungan pasien dan mempermudah menghubungi pasien bila memiliki
kebutuhan asuhan paliatif.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien kista ovarium biasanya klien merasa nyeri pada daerah
perut dan terasa ada massa di daerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti- henti,
dan ekspresi rasa takut.
c. Riwayat Penyakit
Keluhan yang dapat terjadi pada kasus kista ovarium yaitu mual, merasa cepat
kenyang, sering kencing, nyeri perut satu sisi atau dua sisi, pembesaran rahim, sering
kencing, penurunan berat badan dalam waktu singkat, demam, berdebar, dan lemas
serta perdarahan di luar masa haid atau perdarahan yang tidak normal dari saluran
reproduksi (Anurogo, 2016 dalam Sasmita, 2020).
- Riwayat kesehatan sekarang
Adanya tanda-tanda yang mengarah ke kista dan kanker ovarium seperti mual
muntah, mudah kenyang, penurunan berat badan dalam waktu singkat,
pembesaran perut, dan nyeri perut serta perubahan pola
buang air kecil dan air besar.
- Riwayat penyakit dahulu
- Pengkajian riwayat penyakit dahulu dalam menggali permasalahan yang
mendukung masalah saat ini
- Riwayat obstetri dikaji untuk mengetahui kondisi obstetri ibu. faktor risiko yang
berkaitan dengan kista
dan kanker ovarium yaitu nulliparitas, penggunaan terapi hormonal, seperti
estrogen, adanya penyakit
inflamasi panggul (Nurmansya et al., 2019).
- Riwayat Menstruasi
Menarch:adanya kista ovarium dapat menyebabkan menarch terjadi lebih awal
dari normal karena kista dapat memproduksi hormon yang merangsang
menstruasi.
- HPHT, Siklus, dan durasi menstruasi: menentukan adanya gangguan siklus
menstruasi, kista ovarium dapat menyebabkan wanita mengalami amenore, siklus
memanjang atau durasi menstrasi yang lebih panjang.
- Riwayat Keluarga
Anamnesis akan adanya riwayat keluarga menderita kista Kista ovarium dan
kanker ovarium merupakan jenis penyakit keturunan. Adanya riwayat keluarga
yang pernah mengalami kanker ovarium menyebabkan
keturunannya memiliki risiko mengalami kista ovarium dan kanker ovarium
(Nurmansya et al., 2019)
- Pola fungsi kesehatan
Masalah psikososial dan budaya dalam memberikan asuhan yang mungkin dapat
menghambat atau sebaliknya mendukung asuhan kebidanan yang diberikan
- Pola fungsional
1) Pola Nutrisi
Pola makan sebelum dan setelah sakit mulai dari jenis dan komposisi.

2) Pola Eliminasi
Untuk mengetahui frekuensi miksi dan defekasi sebelum dan selama kista
ditemukan.
3) Pola Aktivitas
Kurang olahraga dapat menyebabkan kegemukan yang meningkatkan risiko
kanker.
4) Pola Istirahat
Biasanya pasien mengalami kesulitan dalam istirahat tidur karena proses penyakit
dan rencana
tindakan operasi, kekurangan tidur dapat menyebabkan meningkatkan risiko
mengalami
stress dan kanker.
5) Pola Hygiene
Penggunaan bedak tabur di daerah kelamin, pembalut wanita, kondom dan cara
penggunaan bedak yang dapat mengakibatkan bedak tabur masuk ke dalam
saluran reproduksi dapat meningkatkan risiko mengalami kanker ovarium.
terdapat penelitian yang menunjukan adanya risiko yang meningkat dan ada juga
yang sedikit meningkat. Penggunaan bedak harus digunakan secara hati-hati oleh
wanita dan hindari menggunakan pada daerah kelamin (American Cancer Society
Medical and Editorial Content Team, 2018).
6) Pola Seksual
Seksual menggunakan kondom yang dicampurndengan bedak tabur dapat
meningkatkan risiko mengalami masalah dalam alat genetalia luar dan dalam.
7) Kemampuan Koping Normal
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai
respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien
dalam keluarga serta masyarakat dan respons atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari- harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat (Juliana & Berutu,
2019)

2.2.2 Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik klien dengan gangguan secara umum biasanya menggunakan teknik
pengkajian per sistem, meliputi :B1 (Breathing), B2 (Bleeding), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5
(Bowel), B6 (Bone). Pengkajian keadaan pasien secara keseluruhan, hasil pengamatan yang
dilaporkan kriterianya baik atau lemah. Nyeri abdomen dapat menyebabkan ketidaknyaman pada
wanita sehingga menyebabkan penurunan keadaan umum, dalam melakukan pemeriksaan fisik
data diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik, psikologis, pemeriksaan khusus kebidanan dan
kandungan, dan pemeriksaan penunjang seperti hasil laboraturium, pemeriksaan radiodiagnostik
ataupun USG yang dilakukan sesuai berat masalah (Handayani & Sri, 2017)

- Pemeriksaan tanda tanda vital


Tanda vital yang dikaji meliputi tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu. Adanya
massa pada ovarium yang mengalami rupture dapat menyebabkan pasien
mengalami demam, nyeri, takipneu, dan hipotensi.
- Pemeriksaan Antropometri
Tinggi Badan dan Berat Badan untuk menilai IMT klien.
- Pemeriksaan Fisik
Wajah : Wajah pucat, konjungtiva mata pucat karena perdarahan peritoneal
Mulut : Kotor karena mual dan muntah
Abdomen : Tampak distensi abdomen, teraba adanya massa atau benjolan pada
adnexa kanan dan kiri, ada nyeri tekan di abdomen, uskultasi bising usus
Ekstremitas : Kuku, dan telapak tangan tampak pucat tanda klinis anemia karena
perdarahan intraperitoneal.
Genetalia : Dapat terjadi fluxus atau pengeluaran darah merah maupun darah
merah kecokelatan.
- Pemeriksaan Psikologi
Pemeriksaan kondisi psikologis klien saat mengalami kista ovarium jinak maupun
ganas.
- Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan untuk menegakkan diagnosis kista
ovarium baik jinak maupun ganas menurut Sa ada, (2021) yaitu:
1) USG
Data yang dikaji saat melakukan Ultrasonography (USG) yaitu letak dan posisi
kista, ukuran, jenis cairan yang ada di dalam lapisan. Pemeriksaan USG ini dapat
dilakukan melalui abdomen dan transvaginal untuk mendapatkan gambar yang
lebih jelas.
2) Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan darah lengkap yang dilakukan untuk
mengkaji :
a. Kondisi hematologi tubuh seperti kadar hemoglobin, Leukost, Trombosit,
Eritrosit, Hematokrit,
b. Faal hemostasis yaitu PTT, INR, dan APTT,
c. Kondisi Gula Darah
d. Kalium, natrium, dan clorida
e. Status imunologi serologi pada HbSAg
Pemeriksaan ini dilakukan untuk persiapan operasi apabila kondisi kista harus
dioparasi dengan syarat ukuran > 4 cm
3) Pemeriksaan darah yang lebih spesifik: hasil USG yang menunjukkan
komposisi massa padat yang lebih banyak daripada cairan merupakan indikasi
untuk melakukan pemeriksaan darah. Pemeriksaan darah yang dilakukan yaitu
cairan protein CA-125. Kadar (Cancer Antigen) CA-125 yang tinggi > 35 U/mL
tidak hanya dapat mengindikasi adanya kanker ovarium, tetapi juga
endometriosis, inflamasi panggul, atau fibrosis uterus.
4) Foto Thorak untuk melihat ukuran dan bentuk jantung, penampakan paru-oaru
kanan dan kiri, pattern bronchovascular, sinus phrenicoscostalis kanan dan kiri,
dana kondisi tulang pada thorak.
5) Laparoskopi untuk mendiagnosis kista ovarium.
2.2.3 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut

2. Resiko infeksi

3. Gangguan Eliminasi Urin

4. Defisit pengetahuan

5. Defisit nutrisi

6. Konstipasi

2.2.4 Rencana Asuhan Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


KEPERAWATAN & (SLKI) (SIKI)
DATA PENDUKUNG
1 Nyeri Akut (D.0077) Setelah di lakukan Observasi :
intervensi keperawatan  Identifikasi lokasi,
Mayor selama 3x24 jam, maka karakteristik, durasi,
Subjektif : diharapkan tingkat frekuensi, kualitas, interitas
 Mengeluh nyeri nyeri menurun dengan nyeri
Objektif : kriteria hasil :  Identifikasi skala nyeri
 Tampak  Identifikasi respons nyeri non
meringis  Keluhan nyeri verbal
 Bersikap (5)  Identifikasi factor yang
protektif (mis.  Meringis (5) memperberat dan
Waspada, posisi  Sikap protektif memperingan nyeri
menghindari (5)  Monitor keberhasilan terapi
nyeri)  Gelisah (5) komplementer yang sudah
 Gelisah  Kesulitan tidur diberikan
 Frekuensi nadi (5)  Monitor efek samping
meningkat  Menarik diri (5) penggunaan analgesic
 Sulit tidur  Berfokus pada
diri sendiri (5) Terapeutik :
Minor  Diaforesis (5)  Berikan Teknik
Objektif:  Perasaan depresi nonfarmakologis untuk
 Tekanan darah (tertekan) (5) mengurangi rasa nyeri (teknik
meningkat  Perasaan takut relaksasi nafas dalam,
 Pola napas mengalami distraksi)
berubah cenderung  Control lingkungan yang
 Nafsu makan berulang (5) memperberat rasa nyeri (mis.
berubah  Anoreksia (5) Suhu ruangan, pencahayaan,
 Proses berpikir  Perineum terasa kebisingan)
terganggu tertekan (5)  Fasilitasi istirahat dan tidur
 Menarik diri  Uterus teraba
 Berfokus pada membulat (5) Edukasi :
diri sendiri  Ketegangan otot  Anjurkan memonitor nyeri
diaforesis (5) secara mandiri

 Pupil dilatasi (5)  Ajarkan Teknik


nonfarmakologis untuk
 Muntah (5)
mengurangi rasa nyeri
Mual (5)

Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetic, jika
perlu

2 Gangguan eliminasi Setelah di lakukan Manajemen eliminasi urin


urin (D.0040) intervensi keperawatan (I.04152)
selama 3x24 jam, maka
Observasi :
Mayor : diharapkan eliminasi
Subjektif : urin membaik dengan  Identifikasi tanda dan gejala
 Desakan kriteria hasil : retensi atau inkontinensia urin
berkemih  Sensasi  Identifikasi factor yang
 Urine menetes berkemih (5) menyebabkan retensi atau

 Sering buang air


kecil Ket : inkontinensia urin
 Nocturia Menurun (1)  Monitor eliminasi urin
 Mengompol Cukup menurun (2) (mis.frekuensi, konsistensi,
 Enuresis Sedang (3) aroma, volume, dan warna)
Objektif : Cukup meningkat (4)
Terepeutik :
 Distensi Meningkat (5)
 Catat waktu-waktu dan
kandung kemih
 Desakan haluaran urine
 Berkemih tidak
berkemih  Batasi asupan cairan, jika
tuntas
(urgensi) (5) perlu
 Volume residu
 Distensi  Ambil sampel urin tengah
urine meningkat
kandung kemih (midstream) atau kultur
(5)
Edukasi :
 Berkemih tidak
tuntas (5)  Ajarkan tanda dan gejala
infeksi saluran kemih
 Volume residu
urin (5)  Ajarkan mengukur asupan
cairan dan haluaran urine
 Urin menetes
(5)  Ajarkan mengambil specimen
urine midstream
 Nokturia (5)
 Ajarkan mengenali tanda
 Mengompol (5)
berkemih dan waktu yang
 Enurasis (5)
tepat untuk berkemih
 Disuria (5)
 Ajarkan terapi modalitas
 Anuria (5)
penguatan otot-otot
Ket: punggul/berkemih
Meningkat (1)  Anjurkan minum yang cukup,
Cukup meningkat (2) jika tidak ada kontraindikasi
Sedang (3)  Anjurkan mengurangi minum
Cukup menurun (4) menjelang tidur
Menurun (5)
Kolaborasi :
 Frekuensi BAB
 Kolaborasi pemberian obat
(5)
supositoria uretra, jika perlu.
 Karakteristik
urin (5)

Ket:
Memburuk (1)
Cukup memburuk (2)
Sedang (3)
Cukup membaik (4)
Membaik (5)
3 Defisit nutrisi (D.0019) Setelah di lakukan Manajemen nutrisi (I.03119)
Mayor : intervensi keperawatan Observasi :
Objektif : selama 3x24 jam, maka  Identifikasi status nutrisi
 Berat bdan diharapkan status  Identifikasi alergi dan
menurun nutrisi membaik dengan intoleransi makanan
minimal 10% di kriteria hasil :  Identifikasi makanan yang
bawah rentang  Porsi makanan disukai
ideal yang di  Identifikasi kebutuhan kalori
Minor : habiskan (5) dan jenis nutrient
Subjektif :  Kekuuatan otot  Identifikasi perlunya
 Cepat kenyang pengunyah (5) pengguanan selang
setelah makan  Kekuatan otot nasogastrik
 Kram/nyeri menelan (5)  monitor asupan makanan
abdomen  Serum albumin  monitor berat badan
 Nafsu makan verbalisasi  monitor hasil pemeriksaan
menurun keinginan untuk laboratorium
Objektif : meningkatkan Terpeutik :
 Bising usus nutrisi (5)  Lakukan oral hygiene
hiperaktif  Pengetahuan sebelum makan, jika perlu
 Otot pengunyah tentang pilihan  Fasilitasi menentukan
lemah makanan yang pedoman diet (mis. Piramida
 Otot menelan sehat (5) makanan)
lemah  Pengetahuan  Sajikan makanan secara
 Membrane tentang pilihan menarik dan suhu yang sesuai
mukosa pucat minuman yang  Berikan makanan tinggi serat
 Sariawan sehat (5) untuk mecegah konstipasi
 Serum albumin  Penegtahuan  Berikan makanan tinggi kalori
turun tentang standar dan tinggi protein
 Rambut rontok asuapan nutrisi  Berikan suplemen makanan,
berlebihan yang tepat (5) jika perlu
 Diare  Penyiapan dan  Hentikan pemberian makanan
penyimpanan melalui selang nasogastric
makanan yang jika asuapan oral dapat di
aman (5) toleransi
 Penyiapan dan
penyimpanan Edukasi :
minuman yang  Anjurkan posisi duduk jika
aman (5) mampu
 Sikap terhadap  Anjurkan diet yang di
makanan/minum programkan
an sesuai
dengan tujuan Kolaborasi :
Kesehatan (5)  Kolaborasi pemberian
Ket : medikasi sebelum makan
Menurun (1) (mis. Pereda nyeri
Cukup menurun (2) antiemetic), jika perlu
Sedang (3)  Kolaborasi dengan ahli gizi
Cukup meningkat (4) untuk menentukan jumlah
Meningkat (5) kalori dan jenis nutrient yang
 Perasaan cepat di butuhkan, jika perlu.
kenyang (5)
 Nyeri abdomen
(5)
 Sariawan (5)
 Rambut rontok
(5)
 Diare (5)
Ket:
Meningkat (1)
Cukup meningkat (2)
Sedang (3)
Cukup menurun (4)
Menurun (5)

 Berat badan (5)


 Indeks massa
tubuh (5)
 Frekuensi
makan (5)
 Nafsu makan (5)
 Bising usus (5)
 Tebal lipatan
kulit trisep (5)
 Membrane
mukosa (5)

Ket:
Memburuk (1)
Cukup memburuk (2)
Sedang (3)
Cukup membaik (4)
Membaik (5)

2.2.5 Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah tindakan atau aktivitas spesifik yang dilaksanakan sesuai dengan intervensi
yang telah ditetapakan sebelumnya (Tim Pokja SIKI DPP, 2018). Implementasi terdiri dari
tindakan dan mendokumentasikan hasil. Terdapat berbagai Tindakan yang bisa dilakukan untuk
mengurangi rasa nyeri. Implementasi lebih ditujukkan pada upaya perawatan dalam
meningkatkan kenyamanan, upaya pemberian informasi yang akurat, upaya mempertahankan
kesejahteraan, upaya tindakan peredaan nyeri non farmakologis, dan pemberian terapi non-
farmakologis (Andarmoyo, 2013).

2.2.6 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang terjadi pada setiap langkah dari proses keperawatan dan
pada kesimpulan (Herdman, 2015). Evaluasi keperawatan adalah tahap terakhir dari proses
keperawatan. Evaluasi keperawatan ialah evaluasi yang dicatat disesuaikan dengan setiap
diagnosa keperawatan. Evaluasi keperawatan terdiri dari dua tingkat yaitu evaluasi sumatif dan
evaluasi formatif. Evaluasi sumatif yaitu evaluasi respon (jangka panjang) terhadap tujuan,
dengan kata lain, bagaimana penilaian terhadap perkembangan kemajuan ke arah tujuan atau
hasil akhir yang diharapkan. Evaluasi formatif atau disebut juga dengan evaluasi proses, yaitu
evaluasi terhadap respon yang segera timbul setelah intervensi keperawatan di lakukan. Format
evaluasi yang digunakan adalah SOAP. S: Subjective yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien,
O: Objective yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga, A: Analisys yaitu
kesimpulan dari objektif dan subjektif, P: Planning yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan
berdasarkan analisis (Dinarti, Aryani, Nurhaeni, Chairani, & Tutiany, 2013)
DAFTAR PUSTAKA

Brier, J., & lia dwi jayanti. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. P DENGAN
POST OPERASI KISTA OVARIUM DI RUANG BOUGENVILE 2 RSUP DR.
SARDJITO YOGYAKARTA. ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. P DENGAN POST
OPERASI KISTA OVARIUM DI RUANG BOUGENVILE 2 RSUP DR. SARDJITO
YOGYAKARTA, 21(1), 1–9.
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar diagnosis keperawatan indonesia: Definisi dan
indikator diagnortik. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar luaran keperawatan indonesia: Definisi dan kriteria
hasil keperawatan. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan indonesia: Definisi dan
tindakan keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai