Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

PADA NY. MMK DENGAN DIAGNOSA MEDIS KISTA OVARIUM


DI POLI KIA RSUD MGR. GABRIEL MANEK, SVD ATAMBUA

OLEH:

MERLIN SUMIYATI DELLU

NIM: 2382015458

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS CITRA BANGSA KUPANG
2024
1.1 KONSEP TEORI
1.1.1 PENGERTIAN
Kista ovarium yaitu suatu pengumpulan cairan yang terjadi dalam ovarium atau indung
telur dan cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh selaput yang terbentuk dari lapisan terluar
indung telur atau ovarium (Roswati, 2022).
Kista ovarium merupakan kantung yang membesar dan tumbuh didalam ovarium (indung
telur). Pembesaran ovarium dapat bersifat fungsional ataupun disfungsional, berupa kistik serta
dapat bersifat neoplastik dan non neoplastik. Kista ovarium dapat berisi material cair ataupun
setengah cair dan bisa pula berisi bagian yang padat.(Cunti, 2017).

1.1.2 ETIOLOGI
Menurut (Roswati, 2022) penyebab dari kista ovarium belum diketahui secara pasti,
terdapat beberapa faktor pendukung antara lain :
1. Gangguan hormon
Kelebihan atau peningkatan hormon progesteron dan esterogen dapat memicu
terjadinya kista ovarium. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung hormon
esterogen dan progesteron yaitu pil kb atau iud (intrauterine device) dapat menurunkan
resiko terbentuknya kista ovarium.
2. Faktor genetic
Di dalam tubuh manusia terdapat gen pemicu kanker yaitu disebut dengan gen
protoonkogen. Protoonkogen dapat bereaksi akibat dari paparan karsinogen
(lingkungan, makanan, kimia), polusi dan paparan radiasi.
3. Pengobatan infertilitas
Pengobatan infertilitas dengan konsumsi obat kesuburan dilakukan induksi ovulasi
dengan gonadotropin. Gonadotropin yang terdiri dari fsh dan lh dapat menyebabkan
kista berkembang.
2. Hipotiroid
Hipotiroid merupakan kondisi menurunnya sekresi hormon tiroid yang dapat
menyebabkan kelenjar pituitari memproduksi tsh (thyroid stimulating hormone) lebih
banyak sehingga kadar TSH meningkat. TSH merupakan faktor yang memfasilitasi
perkembangan kista ovarium folikel.
3. Faktor usia
Kista ovarium jinak terjadi pada wanita kelompok usia reproduktif. Pada wanita yang
memasuki masa menopause (usia 50-70 tahun) lebih beresiko memiliki kista ovarium
ganas. Ketika wanita telah memasuki masa menopause, ovarium dapat menjadi tidak
aktif dan dapat menghasilkan kista akibat tingkat aktifitas wanita menopause yang
rendah.
4. Faktor lingkungan
Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak
memberikan andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, dan sosial ekonomi.
Perubahan gaya hidup juga mempengaruhi pola makan yaitu konsumsi tinggi lemak
dan rendah serat, merokok, konsumsi alkohol, zat tambahan pada makanan, terpapar
polusi asap rokok atau zat berbahaya lainnya, stress dan kurang aktivitas atau olahraga
memicu terjadinya suatu penyakit.

1.1.3 MANIFESTASI KLINIS


Gejala klinis kista ovarium yaitu distensi abdomen progresif, nyeri perut difus non spesifik,
perdarahan vagina, sembelit, cepat kenyang, muntah dan sering berkemih (Lathifatul & Suhartono,
2020).
Selain itu tanda dan gejala kista ovarium dapat berupa:
1. Perut terasa penuh, berat dan kembung
2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
3. Haid tidak teratur
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuh yang dapat menyebar punggung bawah
dan paha
5. Mual dan muntah atau pengerasan pada payudara mirip seperti pada saat hamil

1.1.4 KOMPLIKASI
Hal yang paling ditakutkan dari penyakit kista ovarium ialah berubah menjadi ganas dan
banyak terjadi komplikasi. Komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium menurut (Safitri,
2020) yaitu:
1. Perdarahan ke dalam kista
Perdarahan kista biasanya terjadi sedikit-sedikit dan berangsur menyebabkan
pembesaran pada kista dan menimbulkan gejala klinik yang minimal. Tetapi jika
perdarahan terjadi tiba-tiba dengan jumlah yang sangat banyak dapat menimbulkan
distensi cepat dan nyeri abdomen secara mendadak
2. Infeksi pada tumor
Infeksi tumor dapat terjadi apabila dekat tumor terdapat sumber kuman patogen,
seperti appendisitis, divertikulitis, atau salpingitis akuta.
3. Robek dinding kista (rupture)
Robek dinding kista terjadi pada putaran tangkai, tetapi dapat pula akibat jatuh,
trauma, atau saat berhubungan intim. Kista yang berisi cairan serus, rasa nyeri akibat
robekan dan iritasi peritonium akan segera berkurang. Tetapi, jika terjadi robekan
dinding kista disertai hemorargik akut, perdarahan akan terus berlangsung ke dalam
rongga peritonium dan menimbulkan nyeri terus menerus disertai tanda abdomen akut.
4. Perubahan keganasan
Perubahan keganasan dapat terjadi pada kista jinak. Setelah dilakukan operasi pada
tumor perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopik terhadap kemungkinan perubahan
keganasan. Adanya asites dicurigai tumor mengalami metastase memperkuat
diagnosis keganasan

1.1.5 PENCEGAHAN
Meski belum diketahui secara pasti penyebab munculnya kista, kista dapat dihindari
dengan penerapan pola hidup yang sehat dan berkualitas, antara lain:
1. Makan makanan yang bergizi, dan menghindari makanan yang mengandung bahan
karsinogenik dan makanan tinggi lemak.
2. Olahraga secara teratur
3. Tidak merokok
4. Tidak minum minuman yang mengandung alkohol
5. Deteksi dini apabila muncul keluhan yang serupa dengan tanda dan gejala kista
ovarium
DAFTAR PUSTAKA

lathifatul, A., & Suhartono. (2020). Sistem Prediksi Kista Ovarium Menggunakan Jaringan Syaraf
Tiruan Metode Learning Vector Quantization ( Lvq ). 7, 1–6.
Roswati, A. R. (2022). Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kista Ovarium Dengan
Masalah Nyeri Akut Post Operasi Menggunakan Intervensi Terapi Murottal Al-Quran Di
Rsud Labuang Baji Makassar.
Safitri, M. (2020). Komplikasi Pasca Persalinan Sectio Caesarea : Narrative Review.
1.2 RESUME HARI 1
Tanggal Pengkajian/Pukul : 17 Januari 2024/ 09.00 WITA
Diagnosa Medis : Kista Ovarium
Nama/Usia : Ny. MMK/ 41 Tahun
Pekerjaan : Guru
Alamat : Lurasik

Keluhan Utama: nyeri perut bagian bawah dan keputihan


Riwayat Penyakit Sekarang: Ny. MMK usia 41 tahun dengan diagnosa medis kista
ovarium datang ke poli KIA RSUD Mgr. Gabriel Manek, SVD Atambua dengan keluhan
nyeri perut bagian bawah dan keputihan. Saat pengkajian didapatkan hasil, usia menarche
17 tahun, lamanya 3 hari, mengganti pembaut 4-5 kali dalam sehari, dengan siklus 30 hari
dan teratur. Pasien mengatakan menggunakan alat kontrasepsi IUD sejak tahun 2019 dan
masih terpasang hingga saat ini. Dilakukan pengukuran tanda-tanda vital dan diperoleh
TD: 100/70 mmHg, N: 73 x/m, RR: 18 x/m, S: 36,5°C, SpO2: 99%, TB: 149,5 cm, BB:
69,4 kg. Pada pemeriksaan penunjang USG didapatkan hasil adanya kista ovarium dextra.
Pengkajian terkait pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari tidak ditemukan masalah. Pada
pola nutrisi pasien mengatakan nafsu makan baik dan dapat menghabiskan satu porsi
makan. Pada pola istirahat/tidur, personal hygiene, psikososial spiritual serta eliminasi
tidak ditemukan masalah.
Pada pemeriksaan fisik diperoleh data sebagai berikut:
1. Kepala : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, lapang pandang jelas,
wajah tidak sembab. Pada mulut ditemukan mukosa membran lembab, tidak ada
candidiasis, tidak ada stomatitis, tidak ada caries dan tidak ada pendarahan gusi.
2. Dada dan Aksila : mammae tidak ada kelainan, papila mammae menonjol, pola
napas teratur dan tidak ada penggunaan otot bantu napas.
3. Abdomen: tidak ada kelainan, tidak ada lesi, dan terdapat nyeri pada perut
P: nyeri akibat penyakit yang diderita
Q: nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk
R: perut bagian bawah
S: skala nyeri 2
T: nyeri hilang timbul
4. Vulva dan Perineum: terdapat keputihan, tidak ada edema dan varises
5. Anus: tidak ada hemoroid
6. Ekstremitas: tidak ada kekakuan sendi, pergerakan normal, tidak edema tungkai
Setelah dilakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik ditemukan masalah
keperawatan pada Ny. MMK yaitu nyeri akut.

1.2.1 ANALISA DATA


No Data Subjektif Data Objektif Etiologi Problem
1 Pasien mengeluh TD: 100/70 mmHg, N: 73 Agen pencedera Nyeri akut
nyeri perut bagian x/m, RR: 18 x/m, S: fisiologis
bawah, nyeri 36,5°C, SpO2: 99%, skala
dirasakan seperti nyeri 2
tertusuk-tusuk dan
hilang timbul

1.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d pasien mengeluh nyeri perut bagian
bawah, nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan hilang timbul, TD: 100/70
mmHg, N: 73 x/m, RR: 18 x/m, S: 36,5°C, SpO2: 99%, skala nyeri 2

1.2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.
pencedera fisiologis d.d keperawatan selama 1x2 jam 08238)
pasien mengeluh nyeri diharapkan Tingkat nyeri Observasi
perut bagian bawah, nyeri menurun. 1. Identifikasi lokasi,
dirasakan seperti Tingkat Nyeri (L.08066) karakteristik, durasi
tertusuk-tusuk dan hilang  Keluhan nyeri : 5 2. Identifikasi skala nyeri
timbul, TD: 100/70 Terapeutik
mmHg, N: 73 x/m, RR: 1. Berikan teknik
18 x/m, S: 36,5°C, SpO2: nonfarmakologis untuk
99%, skala nyeri 2 mengurangi rasa nyeri
Edukasi
1. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

1.2.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Hari Diagnosa Implementasi Evaluasi
Tanggal Keperawatan
Rabu, Nyeri akut b.d 09.30: 11.00:
17/01/20 agen pencedera Menanyakan lokasi, S: pasien mengatakan
24 fisiologis d.d karakteristik, durasi nyeri nyeri pada perut bagian
pasien yang dirasakan pasien bawah, nyeri terasa seperti
mengeluh nyeri 09.35: tertusuk-tusuk dan hilang
perut bagian Menanyakan skala nyeri timbul, pasien mengatakan
bawah, nyeri pada pasien dapat memahami teknik
dirasakan 09.40: relaksasi napas dalam
seperti tertusuk- Memberikan teknik yang diajarkan
tusuk dan hilang nonfarmakologis teknik O: skala nyeri 2, TD:
timbul, TD: relaksasi napas dalam pada 100/70 mmHg, N: 73 x/m,
100/70 mmHg, pasien utnuk mengurangi RR: 18 x/m, S: 36,5°C,
N: 73 x/m, RR: rasa nyeri SpO2: 99%, pasien dapat
18 x/m, S: 09.50: mempraktekkan secara
36,5°C, SpO2: Mengajarkan teknik mandiri teknik relaksasi
99%, skala nyeri relaksasi napas dalam pada napas dalam yang
2 pasien dengan meminta diajarkan
pasien untuk mencari A: nyeri akut belum
posisi yang nyaman, teratasi
melonggarkan pakian, P: intervensi 4 dilanjutkan
kemudian menarik napas secara mandiri oleh pasien
dalam menggunakan dirumah, pasien pulang
hidung dan tahan selama
tujuh hitungan, pada
hitungan kedelapan
hembuskan napas secara
perlahan melalui mulut
dengan mulut mencucu.
Ulangi beberapa kali
hingga pasien merasa lebih
nyaman. Kemudian
meminta pasien untuk
mengulanginya secara
mandiri
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
PADA KLIEN Ny. A.N DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST SC DAN MOW (OPERASI
WANITA) DI RUANG POLI KIA RSUD MGR. GABRIEL MANEK, SVD ATAMBUA

OLEH:

MERLIN SUMIYATI DELLU

NIM: 2382015458

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2024
A. Konsep Dasar Sectio Caesaria
1. Pengertian
Sectio caesaria adalah suatu tindakan pembedahan guna melahirkan anak melalui
insisi dinding perut abdomen dan uterus (Oxorn & Forte, 2016). Sedangkan menurut
Sarwono, (2018) Sectio Caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.
2. Tipe-tipe Sectio Caesaria
Menurut Oxorn & Forte, (2016) tipe-tipe Sectio Caesaria yaitu :
1) Segmen bawah : insisi melintang
2) Segmen bawah : insisi membujur
3) Sectio Caesaria secara klasik
4) Sectio Caesaria Extraperitoneal
5) Histerectomi Caesaria
3. Indikasi Sectio Caesaria
Menurut Hartati & Maryunani, (2015) indikasi persalinan Sectio Caesaria dibagi
menjadi :
1. Persalinan atas indikasi gawat ibu:
a. Proses persalinan normal yang lama atau kegagalan dalam proses
persalinan.
b. Kondisi panggul sempit.
c. Plasenta menutupi jalan lahir.
d. Komplikasi preeklampsia.
e. Ketuban Pecah Dini.
f. Bayi besar.
g. Kelainan letak
2. Persalinan atas indikasi gawat janin :
a. Tali pusat menumbung.
b. Infeksi intra partum.
c. Kehamilan kembar.
d. Kehamilan dengan kelainan kongenital.
e. Anomaly janin mislanya hidrosefalus.
4. Komplikasi
Komplikasi Sectio Caesaria menurut Oxorn & Forte, (2016) yaitu sebagai berikut:
1. Perdarahan yang terjadi karena adanya atonia uteri, pelebaran insisi uterus,
kesulitan mengeluarkan plasenta dan hematoma ligamentum latum.
2. Infeksi Sectio Caesaria
3. Berkurangnya vaskuler bagian atas uterus sehingga dapat menyebabkan
rupture uterus.
4. Ileus dan peritonitis.
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Abiee, (2017), pemeriksan penunjang yang dapat dilakukan untuk Sectio
Caesaria yaitu:
1. Laboratorium:
Hemoglobin atau hematokrit (HB/HT) , Leukosit (WBC) mengidentifikasi
adanya infeksi, Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah,
Urinalisis/kultur urine, Pemeriksaan elektrolit.
2. Pemeriksaan ECG.
3. Pemeriksaan USG
4. Amniosentetis terhadap maturitas pari janin sesuai indikasi
6. Penatalaksanaan
Menurut (Pratiwi, 2017), penatalaksanaan medis post Sectio Caesaria antara lain
sebagai berikut:
1. Pemberian cairan
2. Diet
3. Mobilisasi
4. Kateterisasi
5. Pemberian obat-obatan berupa antibiotik, analgetik, obat-obatan lain seperti
neurobian dan vitamin C.
6. Perawatan luka
7. Pemeriksaan tanda-tanda vital
8. Perawatan payudara
B. Konsep Dasar MOW
1. Pengertian MOW
MOW (Medis Operatif Wanita)/Tubektomi atau juga dapat disebut dengan
sterilisasi. MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan
kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel
telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki-laki sehingga tidak terjadi kehamilan, oleh
karena itu gairah seks wanita tidak akan turun (BKKBN, 2016). Metode Operasi Wanita
(MOW) atau sterilisasi pada wanita adalah salah satu metode kontrasepsi secara operatif
untuk mencegah kehamilan (Ramadhani, 2019).
2. Klasifikasi MOW
Menurut Handayani (2016), terdapat beberapa macam tindakan bedah/operasi
sterilisasi tuba yaitu:
a. Laparaskopi
b. Mikro-laparaskopi
c. Lapartomi (bersamaan dengan seksio cesarea (SC)
d. Mini-laparatomi (Operasi kecil)
e. Histereskopi (dengan memasang implan yang akan merangsang jaringan ikat,
sehingga salurang tuba akan terblokir)
f. Pendekatan/teknik melalui vagina (Sekarang tidak dipakai lagi karena tingginya
angka infeksi)
3. Keuntungan MOW
Menurut BKKBN (2016) keuntungan dari MOW antara lain:
a. Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi
b. Tidak mempengaruhi kehidupan suami istri
c. Tidak mempengaruhi ASI
d. Lebih aman (keluhan lebih sedikit), praktis (hanya memerlukan satu kali
tindakan), lebih efektif (tingkat kegagalan sangat kecil), lebih ekonomis.
4. Kerugian MOW
Kerugian dari kontrasepsi MOW (Medis Operasi Wanita) menurut Anggraini
(2018), adalah:
a. Harus dipertimbangkan sifat menetap metode kontrasepsi ini. (tidak dapat
dipulihkan kembali)
b. Klien dapat menyesal di kemudian hari.
c. Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anastesi umum).
d. Rasa sakit atau tidak nyaman dalam jangka pendek setelah tindakan.
e. Dilakukan oleh dokter terlatih (dibutuhkan doter spesialis genokologi untuk
proses laparoskopi).
f. Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS
5. Indikasi MOW
Indikasi kontrasepsi MOW (Medis Operasi Wanita) menurut Handayani (2016) ,
adalah:
a. Wanita pada usia >26 tahun.
b. Wanita dengan paritas (jumlah anak) minimal 2 dengan umur anak terkecil
> 2 tahun
c. Wanita yang yakin telah mempunyai besar keluarga yang dikehendaki.
d. Wanita yang pada kehamilannya akan menimbulkan resiko yang sangat serius.
e. Wanita pasca persalinan.
f. Wanita pasca keguguran.
g. Wanita yang paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.
6. Kontraindikasi MOW
Menurut Handayani (2016) Kontraindikasi pemakaian kontrasepsi MOW (Medis
Operasi Wanita) adalah:
a. Wanita yang hamil (sudah terditeksi atau dicurigai)
b. Wanita dengan perdarahan pervaginan yang belum jelas penyebabnya.
c. Wanita dengan infeksi sistemik atau pelvik yang akut.
d. Wanita yang tidak boleh menjalani proses pembedahan
e. Wanita yang kurang pasti mengenai fertilitas di masa depan.
f. Wanita yang belum memberikan persetujuan tertulis.
7. Waktu Dilakukan MOW
Waktu dilakukan operasi MOW (Medis Operasi Wanita) menurut Arum (2019),
yaitu:
a. Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien
tersebut tida hamil.
b. Hari ke-6 hingga hari ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi).
c. Pasca persalinan
d. Pasca keguguran
DAFTAR PUSTAKA
Ainuhikma, l. (2018). Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesarea Dengan
Fokus Studi Pengelolaan Nyeri Akut Di Rsud Djojonegoro Kabupaten Temanggung (Vol.
2, Issue 1) [Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang].

Ayu, Febriana Diah. 2018. Persalinan Pervaginam Dengan Bekas Sectio Caesarea.
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Anggraini, Yetti, dan Martini. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Rohima
Press

BKKBN. 2016. Pedoman Pelayanan Keluarga berencana Pasca Persalinan. Jakarta: BKKB

Fitria, R. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Post Operatif Sectio Caesarea
Dengan Indikasi Cephalo Pelvik Disproportion Diruang Rawat Inap Kebidanan Rumah
Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi (Vol. 2, Issue 1)

Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana.Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Kosasih, Cecep Eli, Solehati (2015), Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, Jakarta:
EGC

Mansjoer, A. 2017. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Mirzanti, Hanifah, Desy Kurniawati (2018), Obsgynacea, Yogyakarta: Tosca Enterprise


Mochtar (2015), Sinopsis Obstetri, Jakarta: EGC

Prawiroharjo, Sarwono (2014). Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka.

Sarwono (2018), Asuhan kebidanan Kehamilan, Jakarta : EGC


RESUME KEDUA
Tanggal Pengkajian/Pukul : 15 Januari 2024/ 11.00 WITA
Diagnosa Media : Post SC + MOW
Nama/Usia : Ny. A.N/ 40 Tahun
Pekerjaan : Guru
Alamat : Mangga Dua

Keluhan Utama: pasien datang untuk kontrol luka post operasi


Riwayat Penyakit Sekarang: Ny. A.N usia 40 tahun datang ke poli KIA RSUD Mgr.
Gabriel Manek, SVD Atambua pada tanggal 15 Januari 2024 jam 11.00 Wita. Pasien
datang untuk dilakukan perawatan luka post sc. Saat pengkajian, pasien mengatakan
merasa nyeri di luka bekas operasi, nyeri terasa saat hendak melakukan aktivitas, skala
nyeri 2 dari 10, nyeri ringan, dan nyeri hilang timbul. Dari pengkajian juga diperoleh data
menarche usia 12 tahun, siklus teratur (28 hari), lamanya 4 hari dan jumlah darah banyak.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit dalam keluarga dan tidak menggunakan
kontrasepsi apapun. Dilakukan pengukuran TTV ibu diperoleh TD: 122/80 mmHg, N:
77x/menit, RR: 18x/menit, S: 36,5 derajat celsius, BB: 67 kg, TB: 153 cm.
Pengkajian terkait pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari tidak ditemukan masalah pada
pola nutrisi, dimana pasien biasa makan 3 kali sehari, mampu menghabiskan porsi 1 piring
dengan jenis makanan seperti nasi, sayur, ikan, telur. Pada pola aktivitas atau istirahat,
personal hygiene, psikososial, dan spiritual, serta eliminasi tidak ditemukan masalah.
Pada pemeriksaan fisik diperoleh data:
1. Kepala-leher:
a. Kepala: simetris, tidak ada benjolan, tidak ada lesi.
b. Mata: simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil mengecil jika
terkena cahaya
c. Hidung: simetris, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, tidak ada perdarahan,dan
tanda infeksi
d. Mulut: mukosa bibir lembab, tidak ada lesi dan stomatitis
e. Telinga: simetris, tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada lsi
f. Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
2. Dada:
a. Jantung: tidak ada bunyi nafas tambahan
b. Paru: vesikuler dan tidak ada bunyi napas tambahan
c. Payudara: tampak membesar
3. Abdomen: Tidak ada lesi, tidak ada pembesaran ginjal, terdapat luka bekas insisi pada
perut bagian bawah, luka kering, tidak bernanah, pasien sedikit meringis saat ditekan
luka bagian bekas operasi
4. Vulva dan perineum: Tidak ada luka pada vulva, dan tidak ada pengeluaran cairan
pervaginam
5. Anus: Tidak ada hemoroid
6. Ekstremitas:

5 5
5 5
Keterangan: Pergerakan normal, tidak ada kekakuan sendi

ANALISA DATA

Hari/tanggal Data Etiologi Masalah


Keperawatan
Senin, 15/01/2024 Ds: Factor mekanis Gangguan integritas
Pasien mengatakan (section caesarea) kulit
merasa nyeri di luka
bekas operasi, nyeri
terasa saat hendak
melakukan aktivitas,
skala nyeri 2 dari 10,
nyeri ringan, dan
nyeri hilang timbul.
Do:
Terdapat luka bekas
operasi pada perut
bagian bawah, luka
tampak kering, dan
tidak bernanah, TD:
122/80 mmHg, N:
77x/menit, RR:
18x/menit, S: 36,5
derajat celsius, BB:
67 kg, TB: 153 cm.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan integritas kulit b.d factor mekanis (section caesarea) terdapat luka bekas operasi pada
perut bagian bawah, luka tampak kering, dan tidak bernanah, TD: 122/80 mmHg, N: 77x/menit,
RR: 18x/menit, S: 36,5°C, pasien mengatakan merasa nyeri di luka bekas operasi, nyeri terasa saat
hendak melakukan aktivitas, skala nyeri 2 dari 10, nyeri ringan, dan nyeri hilang timbul.

INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1. Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan Perawatan luka (I. 14564)
b.d factor mekanis (section asuhan keperawatan Observasi
caesarea) terdapat luka selama 1x20 menit 1. Monitor karakteristik
bekas operasi pada perut diharapkan gangguan luka
bagian bawah, luka tampak integritas kulit/jaringan 2. Monitor tanda-tanda
kering, dan tidak bernanah, membaik. infeksi
TD: 122/80 mmHg, N: Penyembuhan Luka Terapeutik
77x/menit, RR: 18x/menit, (L.14130) 1. Lepaskan balutan dan
S: 36,5°C, pasien 1. Penyatuan kulit plester secara perlahan
mengatakan merasa nyeri (5) 2. Bersihkan dengan
di luka bekas operasi, nyeri 2. Penyatuan tepi cairan NaCl
terasa saat hendak luka (5) 3. Pertahankan teknik
melakukan aktivitas, skala Keterangan steril saat melakukan
nyeri 2 dari 10, nyeri 1: menurun perawatan luka
ringan, dan nyeri hilang 2: cukup menurun Edukasi
timbul. 3: sedang 1. Anjurkan
4: cukup meningkat mengkonsumsi
5: meningkat makanan tinggi kalori
1. Nyeri (5) dan protein
2. Peradangan luka
(5)
Keterangan:
1: meningkat
2: cukup meningkat
3: sedang
4: cukup menurun
5: menurun

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Diagnosa Hari/Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi


Keperawatan
1 Senin, 15 11.05: 11.20:
januari 2024 Memonitor tanda-tanda infeksi S: pasien mengatakan
dengan menanyakan apakah daerah nyeri pada daerah luka
luka terasa panas, nyeri, teraba operasi, luka tidak
bengkak dan terlihat kemerahan terasa panas, tidak ada
11.10: bengkak, tidak terlihat
Melakukan perawatan luka dengan kemerahan pada
mempertahankan tindakan steril daerah sekitar luka
11.15: O: terdapat luka bekas
Menganjurkan mengkonsumsi operasi yang tertutup
makanan tinggi protein dan kalori kasa bersih
seperti telur dan daging A: gangguan
integritas kulit teratasi
P: intervensi
dihentikan

Anda mungkin juga menyukai