Disusun oleh :
Dwi Wirawaty
P27906120008
2. Etiologi
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon
pada hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (Setyorini, 2014). Salah satu
pemicu kista ovarium adalah faktor hormonal. Penyebab terjadinya kista
ovarium ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berhubungan.
Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kista ovarium
adalah sebagai berikut:
a. Faktor Umur
Kista sering tejadi pada wanita usia subur atau usia reproduksi,
keganasan kista ovarium bisa terjadi pada usia sebelum menarche dan
usia di atas 45 tahun (Manuaba, 2009). Menurut penelitian Azhar
(2014), kista ovarium di Peshawar, Pakistan, penderita kista ovarium
paling banyak terjadi pada wanita umur 21- 30 tahun (46,0 %)
b. Faktor Genetik
Riwayat keluarga merupakan faktor penting dalam
memasukkan apakah seseorang wanita memiliki risiko terkena kista
ovarium. Resiko wanita terkena kista ovarium adalah sebesar 1,6%.
Apabila wanita tersebut memiliki seorang anggota keluarga yang
mengindap kista, risikonya akan meningkat menjadi 4% sampai 5%
(Rasjidi, 2009). Dalam tubuh kista ada terdapat gen-gen yang
berpotensi memicu kanker yaitu protoonkogen. Karena faktor pemicu
seperti pola hidup yang kurang sehat, protoonkogen bisa berubah
menjadi onkogen yaitu gen yang dapat memicu timbulnya sel kanker.
c. Faktor Reproduksi
Universitas Sumatera Utara 19 Riwayat reproduksi terdahulu
serta durasi dan jarak reproduksi memiliki dampak terbesar pada
penyakit kista ovarium, paritas (ketidaksuburan) yang rendah dan
infertilitas, serta menarche dini dan menopause terlambat
meningkatkan resiko untuk berkembang menjadi kista ovarium
(Rasjidi, 2009). Kista ovarium sering terjadi pada wanita dimasa
reproduksi, menstruasi di usia dini (menarche dini) yaitu usia 11 tahun
atau lebih muda (< 12 tahun) merupakan faktor risiko berkembangnya
kista ovarium, karena faktor asupan gizi yang jauh lebih baik , rata-
rata anak perempuan mulai memperoleh haid pada usia 10-11 tahun.
Siklus haid yang tidak teratur juga merupakan faktor risiko terjadinya
kista ovarium (Manuaba, 2010).
Pada wanita usia subur dan sudah menikah serta memiliki anak,
biasanya mereka menggunakan alat kontrasepsi hormonal merupakan
faktor resiko kista ovarium, yaitu pada wanita yang menggunakan alat
kontrasepsi hormonal implant, akan tetapi pada wanita yang
menggunakan alat kontrasepsi hormonal berupa pil cenderung
mengurangi resiko untuk terkena kista ovarium (Henderson, 20015).
d. Faktor Hormonal
Kista ovarium dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormon
estrogen dan progesteron, misalnya akibat penggunaan obat-obatan
yang merangsang ovulasi dan obat pelangsing tubuh yang bersifat
diuretik. Kista fungsional dapat terbentuk karena stimulasi hormon
gonadotropin atau sensitivitas terhadap hormon gonadotropin yang
berlebihan. Hormon gonadotropin termasuk FSH (Folikel Stimulating)
dan HCG (Human Chorionik Gonadotropin). Individu yang
mengalami kelebihan hormon estrogen atau progesteron akan memicu
terjadinya penyakit kista (Kurniawati, dkk. 2009).
e. Faktor Lingkungan
Faktor penyebab terjadinya kista antara lain adanya
penyumbatan pada saluran yang berisi cairan karena adanya infeksi
bakteri dan virus, adanya zat dioksin dari asap pabrik dan pembakaran
gas bermotor yang dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia, dan
kemudian akan membantu tumbuhnya kista, Faktor makanan ; lemak
berlebih atau lemak yang tidak sehat yang mengakibatkan zat-zat
lemak tidak dapat dipecah dalam proses metabolisme sehingga akan
meningkatkan resiko tumbuhnya kista, dan faktor genetik (Andang,
2013).
3. Manifestasi Klinik
a. Gejala Kista Secara Umum
Menurut Yatim Faisal, (2005) gejala kista secara umum, antara lain :
1) Rasa nyeri di rongga panggul disertai rasa gatal.
2) Rasa nyeri sewaktu bersetubuh atau nyeri rongga panggul kalau
tubuh bergerak.
3) Rasa nyeri saat siklus menstruasi selesai, pendarahan menstruasi
tidak seperti biasa. Mungkin perdarahan lebih lama, lebih pendek
atau tidak keluar darah menstruasi pada siklus biasa, atau siklus
menstruasi tidak teratur.
4) Perut membesar.
4. Patofisiologi
Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis,
ovarium, dan endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel
ovarium terjadi akibat rangsangan dari kelenjar hipofisis. Rangsangan
yang terus menerus datang dan ditangkap panca indra dapat diteruskan ke
hipofisis anterior melalui aliran portal hipothalamohipofisial. Setelah
sampai di hipofisis anterior, GnRH akan mengikat sel genadotropin dan
merangsang pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH
(LutheinizingHormone), dimana FSH dan LH menghasilkan hormon
estrogen dan progesteron (Nurarif, 2013). Ovarium dapat berfungsi
menghasilkan estrogen dan progesteron yang normal.
Hal tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan
pembentukan salah satu hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium.
Ovarium tidak akan berfungsi dengan secara normal jika tubuh wanita
tidak menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang tepat. Fungsi
ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal
mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur. Dimana,
kegagalan tersebut terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium dan
hal tersebut dapat mengakibatkan terbentuknya kista di dalam ovarium,
serta menyebabkan infertilitas pada seorang wanita (Manuaba, 2010).
5. Pathways
6. Komplikasi
Torsi kista ovarium biasanya terjadi saat hamil atau pascapartum.
Keluhannya nyeri perut mendadak, mual dan muntah, torsi menahun tidak
dirasakan karena perlahan-lahan sehingga tidak banyak menimbulkan
rasa nyeri abdomen, timbulnya torsi karena ada tumor dalam perut. Terapi
yang dilakukan adalah tindakan laparotomi.
a. Perdarahan dapat terjadi trauma abdomen, langsung pada kistanya.
Keluhan seperti trauma diikuti rasa nyeri mendadak. Perdarahan
menimbulkan pembesaran kista dan memerlukan tindakan laparotomi.
Tidak ada patokan mengenai ukuran besar kista yang berpotensi
pecah. Ada kista yang berukuran 5 cm sudah pecah, namun ada pula
yang sampai berukuran 20 cm belum pecah. Pecahnya kista
menyebabkan pembuluh darah robek dan menimbulkan terjadinya
perdarahan.
b. Infeksi kista ovarium
Infeksi pada kista terjadi akibat infeksi asenden dari serviks, tuba
dan menuju lokus ovulasi, sampai abses. Keluhan infeksi kista ovarii
yaitu badan panas, nyeri pada abdomen, perut terasa tegang,
diperlukan pemeriksaan laparotomi dan laboratorium untuk
mengetahui adanya infeksi pada kista.
c. Ruptura kapsul kista
Ruptur kapsul kista terjadi karena akibat dari perdarahan
mendadak, infeksi kista dengan pembentukan abses membesar
ruptura. Diperlukan tindakan laparotomi untuk mengetahui terjadinya
ruptura kapsul kista.
d. Degenerasi ganas
Degenerasi ganas berlangsung pelan “ silent killer” . Terdiagnosa
setelah stadium lanjut, diagnosa dini karsinoma ovarium
menggunakan pemeriksaan tumor marker CA 125 untuk mengetahui
terjadinya degenerasi ganas (Manuaba, 2010).
7. Pemeriksaan Penunjang
Kista ovarium dapat dilakukan pemeriksan lanjut yang dapat dilaksanakan
dengan :
a. Laparoskopi : pemeriksaan ini Sangat berguna untuk mengetahui
apakah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk
menentukan sifat-sifat tumor itu.
b. Ultrasonografi : dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan
batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau
kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat
dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan
yang tidak.
c. Foto rontgen : pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks. Universitas Sumatera Utara 24
d. CA-125 : memeriksa kadar protein di dalam darah yang disebut
CA-125. Kadar CA-125 juga meningkat pada perempuan subur,
meskipun tidak ada proses keganasan. Tahap pemeriksaan CA-125
biasanya dilakukan pada perempuan yang berisiko terjadi proses
keganasan, kadar normal CA-125 (0-35 u/ml).
e. Parasentensis pungsi asites : berguna untuk menentukan sebab
asites. Perlu diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat
mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista
tertusuk (Wiknjosastro,2008).
8. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan kista ovarium dibagi atas dua metode:
1) Terapi Hormonal Pengobatan dengan pemberian pil KB (gabungan
estrogen- progresteron) boleh ditambahkan obat anti androgen
progesteron cyproteron asetat yang akan mengurangi ukuran besar
kista. Untuk kemandulan dan tidak terjadinya ovulasi, diberikan
klomiphen sitrat. Juga bisa dilakukan pengobatan fisik pada ovarium,
misalnya melakukan diatermi dengan sinar laser.
2) Terapi Pembedahan /Operasi Pengobatan dengan tindakan operasi
kista ovarium perlu mempertimbangkan beberapa kondisi antara lain,
umur penderita, ukuran kista, dan keluhan. Apabila kista kecil atau
besarnya kurang dari 5 cm dan pada pemeriksaan Ultrasonografi tidak
terlihat tanda-tanda proses keganasan, biasanya dilakukan operasi
dengan laparoskopi dengan cara, alat laparoskopi dimasukkan ke
dalam rongga panggul dengan melakukan sayatan kecil pada dinding
perut. Universitas Sumatera Utara 25 Apabila kista ukurannya besar,
biasanya dilakukan pengangkatan kista dengan laparatomi. Teknik ini
dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara laparatomi, kista bisa
diperiksa apakah sudah mengalami proses keganasan atau tidak. Bila
sudah dalam proses keganasan, dilakukan operasi sekalian
mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar dan
kelenjar limpe (Yatim, 2005).
B. Konsep Asuhan Keperawatan Neoplasma Ovarium Kistik
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagai permasalahan yang ada.
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah suatu proses pengkajian dengan
mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien secara
sitematis dan terus-menerus. Data yang dibutuhkan mencakup
antara lain:
1) Identitas
Nama pasien, nama panggilan, umur, riwayat perkawinan, jenis
kelamin, pendidikan, tanggal MRS, No. Rekam Medis,
diagnosa medis, alamat.
2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : nyeri di sekitar area jahitan.
b. Riwayat Kesehatan sekarang: mengeluhkan ada atau tidaknya
gangguan ketidaknyamanan.
c. Riwayat Kesehatan dahulu : pernahkah menderita penyakit
seperti yang diderita sekarang, pernahkah dilakukan operasi.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga: adakah anggota keluarga yang
menderita tumor atau kanker terutama pada organ reproduksi.
e. Riwayat obsetrikus, meliputi:
1. Menstruasi : menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan
bau.
2. Riwayat perkawinan : berapa kali menikah, usia
pernikahan
3. Riwayat persalinan
4. Riwayat KB
3) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum:
b. Tanda vital:
Tekanan Darah : Normal, jika tidak ada riwayat
hipertensi
Nadi : Meningkat (Normal 80-100x/menit)
RR : Meningkat (Normal 16-24x/menit)
Suhu : Biasanya normal (36,5-37,5) kecuali
jika ada inflamasi
Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
1. Kepala
Inspeksi: kepala simetris, rambut tersebar merata berwarna
hitam kaji uban), distribusi normal, kaji kerontokan rambut
jika sudah dilakukan kemoterapi Palpasi: tidak ada nyeri
tekan, tidak terdapat lesi, tidak ada perdarahan, tidak ada
lesi.
2. Mata
Inspeksi: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil
isokor, refleks pipil terhadap cahaya (+/+), kondisi bersih,
bulu mata rata dan hitam Palpasi: tidak ditemukan nyeri
tekan, tidak teraba benjolan abnormal
3. Telinga
Inspeksi: telinga simetris, lubang telinga bersih tidak ada
serumen, tidak ada kelainan bentuk.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan
abnormal
4. Hidung
Inspeksi: hidung simetris, hidung terlihat bersih, terpasang
alat bantu pernafasan
5. Mulut
Inspeksi: mukosa bibir lembab, mulut bersih, lidah
berwarna merah, gigi bersih tidak ada karies gigi
6. Leher
Kaji adanya pembengkakan kelenjar limfe, pembesaran vena
jugularis
7. Thorak
Tidak ada pergerakan otot diafragma, gerakan dada simetris
8. Paru-paru
Biasanya pasien merasakan sesak karena kista menekan
organ disekitarnya.
9. Jantung
• Inspeksi
ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi
Ictus cordis teraba
• Perkusi
Pekak
• Auskultasi
Bunyi jantung S1 dan S2 normal
10. Payudara/mamae
Simetris kiri dan kanan, areola mamae hiperpigmentasi,
papilla mamae
Kolaborasi
- Kolaborasi - Mempercepat
pemberian penyembuhan luka
antibiotik, jika perlu
4. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencana tindakan disusun dan ditunjukkan pada perawat untuk
membuat klien dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh
karena itu rencan tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien. Tujuan dari pelaksaan adalah membantu klien
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan pemulihan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan yang sudah
berasil di capai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk
memonitor yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa data,
perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Evaluasi adalah tahap
akhir dari proses keperawatan yang menyediakan nilai informasi
mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan
merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria
hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.T
DENGAN DIAGNOSA NEOPLASMA OVARIUM KISTIK (NOK)
MALIGNA
DI PAVILIUN ASTER BAWAH RSU KABUPATEN TANGERANG
No.Reg : 00268137
Tanggal Masuk RS : 16 November 2020
Nama Pengkaji : Dwi Wirawaty
NIM : P27906120008
Hari/Tanggal : Selasa, 17 November 2020
Pengkajian
Waktu Pengkajian : 18.00 WIB
Tempat Pengkajian : Pavilliun Aster Bawah
A. Pengkajian
1. Identitas Klien :
BIODATA ISTRI SUAMI
Nama Ny.T Tn. B
Umur 46 tahun 50 tahun
Suku bangsa Sunda Sunda
Agama Islam Islam
Pendidikan SD SD
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Buruh
Golongan darah O B
No. Medrec 00268137 -
Diagnosa Medis Neoplasma Ovarium Kistik Maligna -
Alamat rumah Kp. Sadang, Ds. Barengkok Kp. Sadang, Ds. Barengkok
No.Telp/Hp 083898551122 083898551122
Status Perkawinan Menikah Menikah
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri pada bagian perut, nyeri dirasakan hilang
timbul, nyeri seperti menjalar dari perut kearah punggung, skala
nyeri 6.
b. Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Klien datang ke poliklinik RSU Kabupaten Tangerang pada tanggal
16 November 2020, sebelumnya klien mengatakan bahwa
sebelumnya sudah melakukan pemeriksaan di bidan setempat yang
berada di dekat rumah klien, namun bidan setempat mengatakan
untuk klien mendatangi puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Setelahnya klien melakukan pemeriksaan di Puskesmas, karena
keterbatasan alat klien kemudian di rujuk ke RSUD Dr. Dradjat.
Kemudian dari RSUD Dr. Dradjat kerena keterbatasan alat, klien di
rujuk ke RSU Kabupaten Tangerang untuk melakukan pemeriksaan
lebih lanjut. Klien mengeluh nyeri pada bagian perut, di perutnya
klien merasa seperti ada yang berjalan pada perutnya ± 1 bulan
SMRS, serta klien mengeluh perutnya yang semakin membesar sejak
± 15 hari SMRS dan merasa sesak.
c. Riwayat kesehatan dahulu/ penyakit dahulu
1) Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan di keluarganya maupun suaminya tidak
memiliki penyakit keturunan di keluarganya baik hipertensi
maupun diabetes mellitus.
2) Riwayat penyakit menular
Klien mengatakan di keluarganya maupun suaminya tidak
memiliki riwayat penyakit menular TBC, Hepatitis maupun
HIV/AIDS.
3) Riwayat social ekonomi
Status perkawinan : Menikah
Umur istri waktu menikah : 19 tahun, lamanya pernikahan 27
tahun
Umur suami waktu menikah : 23 tahun, lamanya pernikahan 27
tahun
Untuk istri pernikahan ke : 1 (satu)
Kehidupat seksual : Tidak teratur
Frekuensi : tidak terkaji
4) Riwayat menstruasi
Menarche pada usia : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 5 – 6 hari
Dismenorchea : Ya, keram pada abdomen
Keputihan : Tidak
Warna : Tidak
Gatal : Tidak
Berbau : Tidak
Dysparenia : Tidak
Perdarahan Kontak : Tidak
5) Riwayat KB Terakhir
Jenis kontrasepsi : Suntik 3 bulan
Lamanya : 4 tahun
Alasan dilepas :-
Dukungan keluarga : Tn.B sebagai suami dan anaknya
Pengambilan keputusan dalam keluarga yaitu Tn. B sebagai
kepala keluarga
d. Riwayat Persalinan dan Nifas yang lalu
KEHAMILAN PERSALINAN NIFAS
Umur Tgl. Jenis Keadaan
No JK Penolong BB PB Penyulit Perdarahan Laktasi
kehamilan Persalinan Persalinan bayi
1 37 minggu 18-09-1990 L Paraji Normal 2700 52 Sehat - 200 cc Lancar
2 36 minggu 28-12-1993 P Paraji Normal 3000 49 Sehat - 250 cc Lancar
3 38 minggu 13-08-1996 P Paraji Normal 2900 51 Sehat - 200 cc Lancar
4 37 minggu 23-07-2001 L Paraji Normal 2600 48 Sehat - 250 cc Lancar
5 36 minggu 18-03-2005 L Paraji Normal 2800 49 Sehat - 200 cc Lancar
f. Hidung
Tampak bersih, tidak ada polip.
g. Mulut
Mukosa bibir tampak lembab dan pucat, tidak ada stomatitis, jumlah
gigi 30, terdapat karies gigi.
h. Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid maupun kelenjar getah
bening serta pergerakan leher simetris.
i. Dada
Dada simetris, bunyi paru reguler, tidak ada retraksi dada, bunyi
jantung normal, bentuk payudara simetris, tidak ada pembengkakan
payudara, puting susu terlihat menonjol, warna aerola coklate
kehitaman.
j. Abdomen
Perut tampak buncit, perut teraba keras, lingkar perut 100 cm,
terdapat nyeri tekan pada abdomen, terdapat spider veins, terdapat
shifting dulness, perkusi pekak, terdapat bising usus, bising usus 11
x/menit.
k. Ekstermitas Atas
Bentuk simetris, tidak ada edema, terdapat reflek bisep dan trisep,
kuku jari bersih, kekuatan otot kanan dan kiri 5/5, terdapat infus
IVFD di tangan kiri RL 500cc/8jam.
l. Ekstermitas Bawah
Bentuk simetris, terdapat pitting edema, terdapat reflek patella, kuku
jari bersih, kekuatan otot kanan dan kiri 4/5.
m. Pemeriksaan Genetalia
Tidak terkaji.
5. Data Psikologis
a. Status emosi
Klien mengatakan merasa sedih karena dirawat dirumah sakit.
b. Pola koping
Klien mengatakan jika terjadi suatu masalah yang menganggu
pikirannya, klien membicarakan masalahnya dengan suami agar
masalah yang tidak terpecahkan mendapatkan jalan keluar.
c. Pola komunikasi
Komunikasi yang digunakan sehari-hari oleh klien dan keluarga
menggunakan bahasa sunda.
d. Konsep diri
Klien mengatakan bahwa dirinya seorang perempuan, dimana pada
keadaan seperti ini klien merasa tidak malu.
e. Peran diri
Selama dirawat di rumah sakit klien mengatakan tidak dapat
menjalankan perannya sebagai istri yang sehari-hari mendampingi
suaminya serta menjadi seorang ibu yang baik untuk anak-anaknya.
f. Identitas diri
Klien merupakan seorang istri dan ibu untuk 4 anaknya. Klien
sehari-hari menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga.
6. Data Sosial
Klien mengatakan dalam kegiatan sehari-hari biasanya bergaul dan
berkumpul dengan tetangga. Klien juga mengikuti pengajian ibu-ibu
yang dilaksanakan di lingkungan dekat rumahnya.
7. Data Spiritual
a. Kegiatan dalam melaksanakan ibadah
Sebelumnya klien biasanya sholat lima waktu dan mengaji.
b. Kegiatan ibadah selama dalam perawatan
Klien mengatakan karena dalam keadaan sakit, klien hanya berdoa
dan bersholawat.
Nilai
Jenis pemeriksaan Satuan Hasil Keterangan Hasil
Normal
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11,7-15,5 g/dl 7,7
Lekosit 3,60-11,00 x103/ul 10,98
Hematokrit 35-47 % 22
Trombosit 140-440 x103/ul 559
FUNGSI GINJAL
Ureum 0-50 mg/dl 35
Creatinin 0,0 – 1,1 mg/dl 0.8
IMUNO-SEROLOGI
HEPATITIS
HbsAg (Rapid) Non Reaktif Non Reaktif
Anti-HIV (Screening) Non Reaktif Non Reaktif
Nilai
Jenis pemeriksaan Satuan Hasil Keterangan Hasil
Normal
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11,7-15,5 g/dl 9,6
Lekosit 3,60-11,00 x103/ul 10,13
Hematokrit 35-47 % 27
Trombosit 140-440 x103/ul 517
9. Data Therapi
Hari Jenis Terapi Dosis Golongan & Fungsi
/Tanggal Kandungan
Jumat, 20 Cairan IV :
November Cefotaxime 2 x 1 gr Antibiotik Membunuh bakteri
2020 sefalosporin penyebab infeksi
Defisit Nutrisi
3. Diagnosa Keperawatan
a. D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Neoplasma
Ovarium Kistik maligna) di tandai dengan Pasien mengatakan nyeri pada
bagian perut, nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri seperti menjalar dari
perut kearah punggung
b. D0019 Defisit nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
ditandai dengan Pasien mengatakan nafsu makan menurun dan makanan
masuk sedikit karena perut terasa begah, BB sebelum sakit 50 kg, BB
setelah mengetahui penyakitnya 42 kg
4. Intervensi Keperawatan
I.03123
“Pemantauan
Nutrisi”
Terapeutik - Mengetahui peningkatan BB
- Timbang berat badan - Mengetahui BB kembali stabil
- Dokumentasi keperawatan
- Hitung perubahan berat badan
- Dokumentasikan hasil pemantauan
5. Implementasi Keperawatan
Hari Ke- 1 (Rabu, 18 November 2020)
Dengan Hasil :
- Pasien hanya menghabiskan 5 sendok
makan dari diit yang diberikan
- BB sebelum sakit 50 kg, BB setelah
mengetahui penyakitnya 42 kg
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Dengan Hasil :
Pasien makan dengan posisi duduk
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik),
Dengan Hasil :
Pemberian obat Asamefenamat 3x500mg
“Pemantauan
Nutrisi”
Terapeutik
- Timbang berat badan
- Hitung perubahan berat badan
Dengan Hasil :
BB sekarang : 42 kg
BB sebelum sakit : 50 kg
Dengan Hasil :
- Pasien tidak ada riwayat alergi obat
- TTV :
TD : 96/80
N : 80x/menit
S : 36,4 0C
RR : 20x/ menit
- Keluraga pasien dapat memahami informasi
yang di berikan tentang efek samping obat
- Pemberian analgetik
Cefotaxime 2x1gr (IV)
ketorolac 3x30ml (IV)
asamefenamat 3x500 mg (ORAL)
VIP albumin 2x 30mg (ORAL)
DWI
19 09.30 ”Manajemen Nutrisi” 2 DWI
November
Observasi
2020
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
Dengan Hasil :
- Pasien hanya menghabiskan 6 sendok
makan dari diit yang diberikan
- BB sebelum sakit 50 kg, BB setelah
mengetahui penyakitnya 42 kg
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Dengan Hasil :
Pasien makan dengan posisi duduk
“Pemantauan
Nutrisi”
Terapeutik
- Timbang berat badan
- Hitung perubahan berat badan
Dengan Hasil :
BB sekarang : 42 kg
BB sebelum sakit : 50 kg
Dengan Hasil :
- Pasien hanya menghabiskan ½ porsi
makan dari diit yang diberikan
- BB sebelum sakit 50 kg, BB setelah
mengetahui penyakitnya 42 kg
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Dengan Hasil :
Pasien makan dengan posisi duduk
“Pemantauan
Nutrisi”
Terapeutik
- Timbang berat badan
- Hitung perubahan berat badan
Dengan Hasil :
BB sekarang : 42 kg
BB sebelum sakit : 50 kg
21 1 S:
Novembe Pasien mengatakan nyeri berkurang setelah
r 2020 diberikan obat. Tetapi masih nyeri bila saat di
tekan dibagian perut
12.00
WIB O:
- Pasien sudah dapat beraktifitas
- Pasien tampak masih meringis
memegangi perut bagian bawah
- TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/ menit
S : 36,2 0C
RR : 20x/menit DWI
A:
Masalah Teratasi Sebagian
P:
Intervensi Dihentikan (PASIEN PULANG)
R/ Operasi Dijadwalkan Kembali di Poli
Klinik
21 2 S:
Novembe Pasien mengatakan sudah enak makan dan
r 2020 makan habis ½ porsi, tetapi masih sedikit DWI
begah ketika makan terlalu banyak
12.00
WIB O:
- Pasien tampak menghabiskan makanan ½
porsi
- BB sekarang : 42 sebelumnya 50kg
- TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/ menit
S : 36,2 0C
RR : 20x/menit
A: DWI
Masalah Teratasi Sebagian
P:
Intervensi Dihentikan (PASIEN PULANG)
R/ Operasi Dijadwalkan Kembali di Poli
Klinik