Anda di halaman 1dari 9

ANALISA PERAN PERAWAT DALAM KOLABORASI INTERPROFESIONAL

OLEH :

Diana Andria

181111006

UNIVERSITAS CITRA BANGSA


PROGAM STUDI NERS
KUPANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
banyak nikmatnya kepada kami. Sehingga kami mampu menyelesaikan Analisa dengan mata
kuliah keperawatan jiwa 1 yang membahas tentang “Peran Perawat Dalam 6 Elemen Dalam
Kolaborasi Interpersonal”. Analisa ini kami buat dalam rangka memenuhi salah tugas yang
diberikan oleh dosen matakulia keperawatan jiwa 1.
 Penyusunan analisa ini tidak berniat untuk mengubah materi yang sudah tersusun.
Namun, hanya lebih pendekatan pada studi dan pemahaman terhadap keperawatan sebagai suatu
profesi.
Kami menyadari bahwa analisa ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan analisa ini.
Semoga analisa ini dapat memberikan pengetahuan bagi kita semua untuk pengembangan
ilmu pengetahuan.

Kupang, April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...........................................................................................……..i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Tujuan Umum……….......................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………….3

2.1. Kolaborasi…………………………………………………………3

BAB III PENUTUP………………………………………………………………….5

KESIMPULAN……………………………………………………………………….5
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...6
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara
maju, meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan
kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan
individu dalam berperilaku yang dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak
produktif
Kesehatan jwa merupakan bagian dari kesehatan jiwa menyeluruh, bukan sekedar terbatas
dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia, sehat, serta mampu
menangani tantangan hidup. Secaramedis, kesehatan jiwa diterjemahkan sebagai suatu kondisi
yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari
seseorang. Perkembangan tersebut berjalan selaras dengan keadaan orang lain
Himpitan hidup yang semakin berat dialami hamper oleh semua kalangan masyarakat
sehingga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan jiwa.
Pelayanan kesehatan jiwa yang komperehensif yaitu pelayanan yang difokuskan pada
pelayan kesehatan jiwa primer, sekunder dan tersier. Dan pelayanan kesehatan jiwa yang holistic
yaitu pelayanan yang difokuskan pada aspek bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual dengan
perawatan mandiri individu dan keluarga.
Pelayanan kesehatan berperan penting untuk menjalankan konsep kesehatan jiwa masyarakat.
Yang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien dalam memelihara
kesehatan jiwannya
Menurut keputusan menteri kesehatan republic Indonesia No. 220/MENKES/SK/1992
tentang pedoman umum tim pembina, pengarah, pelaksana kesehatan jiwa masyarakat.
Kesehatan jiwa masyarakat (community mental health) merupakan suatu orientasi kesehatan jiwa
yang dilaksanakan di masyarakat. Kesehatan jiwa masyarakat ini dititik beratkan pada upaya
promotive dan preventif tanpa melakukan upaya kuratif dan rehabilitative.
Selama ini ada keselahan dalam menerapkan pelayanan kesehatan jiwa, diaman pelayanan
kesehatan jiwa hanya berbasis dirumah akit, sehingga orang yang datang hanya yang mengalami
gangguan jiwa berat, setelah sembuh mereka pulang dan akan datang lagi jika terserang lagi.
WHO menyarankan ahar penanganan kesehatan jiwa lebih ditekankan atau berbasis pada
masyarakat 9community based), sehingga masayarakat diharapkan mampu menangani kasus
gangguan jiwa yang ringan, dan hanya yang berat dilayani oleh ruamh sakit jiwa.

1.2 Tujuan Umum


1) Mengetahui Peran Perawat Dalam Kolaborasi Interprofesional
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kolaborasi

Kolaborasi perawat dan dokter dipandang sebagai faktor penting dalam pemberian
asuhan keperawatan yang berkualitas (Nelson, King & Brodine, 2008). Kolaborasi dapat berjalan
baik jika setiap anggota saling memahami peran dan tanggung jawab masingmasing profesi
memiliki tujuan yang sama, mengakui keahlian masingmasing profesi, saling bertukar informasi
dengan terbuka, memiliki kemampuan untuk mengelola dan melaksanakan tugas baik secara
individu maupun bersama kelompok. Terwujudnya suatu kolaborasi tergantung pada beberapa
kriteria, yaitu adanya saling percaya dan menghormati, saling memahami dan menerima
keilmuan masingmasing, memiliki citra diri positif, memiliki kematangan professional yang
setara yang timbul dari pendidikan dan pengalaman, mengakui sebagai mitra kerja bukan
bawahan, keinginan untuk bernegoisasi. Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi
suatu pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator.
Kolaborasi tidak dapat didefinisikan atau dijelaskan dengan mudah. Kolaborasi adalah dimana
dokter dan perawat merencanakan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling
ketergantungan dalam batasanbatasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan
saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk merawat
individu, keluarga dan masyarakat. Praktik kolaboratif menekankan tanggung jawab bersama
dalam manajemen perawatan pasien, dengan proses embuatan keputusan bilateral didasarkan
pada pendidikan dan kemampuan praktisi (Shortridge, 1986 dalam Paryanto, 2006). Pelaksanaan
kolaborasi tidak hanya bermanfaat bagi pasien tetapi juga akan memberikan kepuasan kepada
tenaga kesehatan karena kolaborasi akan meningkatkan dan mengoptimalkan peran serta aktif
antara perawat dan dokter dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan dan perawatan
berfokus pada kebutuhan pasien secara komprehensif dengan memperhatikan kontribusi masing-
masing (Herbert, 2005 & Ushiro, 2009).

Kerjasama interprofesi dokter dan perawat yang efektif memerlukan adanya pemahaman
yang benar tentang kolaborasi interprofesi dan penguasaan kompetensi adalah inti praktek
kolaborasi. Elemen dalam koloaborasi efektif meliputi saling menghargai, komunikasi, assertive,
tanggung jawab, kerjasama, tanggung jawab dan otonomi, Melalui kolaborasi efektif perawat-
dokter dalam tim,adanya pengetahuan dan skill atau keahlian dari dokter dan perawat akan saling
melengkapi. Pasien akan mendapat keuntungan dari koordinasi yang lebih baik melalui
kolaborasi interprofesi. Kerja sama tim dalam kolaborasi adalah proses yang dinamis yang
melibatkan dua atau lebih profesi kesehatan yang masing-masing memiliki pengetahuan dan
keahlian yang berbeda, membuat penilaian dan perencanaan bersama, serta mengevaluasi
bersama perawatan yang diberikan kepada pasien. Hal tersebut dapat dicapai melalui kolaborasi
yang independen, komunikasi yang terbuka, dan berbagi dalam pengambilan keputusan
(Xyrinchis& Ream, 2008 : WHO, 2010) . Pendekatan kolaborasi yang masih berkembang saat
ini yaitu interprofessional collaboration (IPC) sebagai wadah dalam upaya mewujudkan praktik
kolaborasi yang efektif antar profesi. Terkait hal itu maka perlu diadakannya praktik kolaborasi
sejak dini dengan melalui proses pembelajaran yaitu dengan melatih mahasiswa Pendidikan
kesehatan. Sebuah grand design tentang pembentukan karakter kolaborasi dalam praktik sebuah
bentuk pendidikan yaitu interprofessional education (IPE) (WHO, 2010, Department of Human
Resources for Health).IPC merupakan wadah kolaborasi efektif untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan kepada pasien yang didalamnya terdapat profesi tenaga kesehatan meliputi dokter,
perawat, farmasi, ahli gizi, dan fisioterapi (Health Professional Education Quality (HPEQ),
2011). Hambatan dalam kolaborasi antar petugas kesehatan terutama antara dokter dan perawat
menjadi penyebab kejadian yang akan menimbulkan kerugian dan bahaya, bahkan dapat
mengancam jiwa pasien. Hambatan dalam kolaborasi dapat menjadi penyebab utama terjadinya
medical error, nursing error atau kejadian tidak diharapkan (KTD).
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan


pelayanan kepada pasien atau klien dalam melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan
kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing
bertanggung jawab pada pekerjaannya. Kolaborasi dapat berjalan baik jika setiap anggota saling
memahami peran dan tanggung jawab masing-masing profesi memiliki tujuan yang sama,
mengakui keahlian masingmasing profesi, saling bertukar informasi dengan terbuka, memiliki
kemampuan untuk mengelola dan melaksanakan tugas baik secara individu maupun bersama
kelompok. Terwujudnya suatu kolaborasi tergantung pada beberapa kriteria, yaitu adanya saling
percaya dan menghormati, saling memahami dan menerima keilmuan masingmasing, memiliki
citra diri positif, memiliki kematangan professional yang setara yang timbul dari pendidikan dan
pengalaman, mengakui sebagai mitra kerja bukan bawahan, keinginan untuk bernegoisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Titania Lisamanda Echa, PENTINGNYA KOLABORASI ANTAR TENAGA KESEHATAN DALAM MENERAPKAN
KESELAMATAN PASIEN, https://osf.io/9ebtq/download/?format=pdf

Anda mungkin juga menyukai