Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONSEP DASAR KEPERAWATAN(KDK)


TENTANG TEORI INTER DISIPLIN

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Rogayah, S.Kep

DISUSUN OLEH

Wildan Firdaus
Meidita Ginting

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DR.SISMADI JAKARTA


JL WARAKAS RAYA NO.5B TANJUNG PRIOK JAKARTA UTARA
TAHUN AJARAN 2018/2019
Kata Pengantar

Alhamdulillahi Robbil ‘Alami, Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam. Atas
segala karunia nikmat-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Makalah yang berjudul “Teori Inter Disiplin” disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas
mata pelajaran KDK yang di bimbing oleh Ibu Ns. Rogayah, S.Kep
Meski telah disusun secara maksimal, namun penulis sebagai manusia biasa menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian.
Demikian apa yang bisa kami sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari karya
ini.

Jakarta, 30 November 2018

Wildan Firdaus
DAFTAR ISI

COVER ...............................................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 1

1.3 Tujuan ..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Inter Disiplin ......................................................................... 2

2.2 Kolaborasi .............................................................................................. 2

2.3 Proses Kolaborasi ................................................................................... 4

2.4 Elmen Kunci Efektifitas Kolaborasi ........................................................ 5

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 8
3.2 Kritik & Saran ........................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering di gunakan untuk menggambarkan suatu
hubungan kerja sama yang di lakukan pihak tertentu. Sekian banyak pengertian di kemukakan
dengan sudut pandang beragam namun di dasari prinsip yang sama yaitu mengenai kebersamaan,
kerjasama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan tanggung gugat.
Dalam hal medis, kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat merencanakan
praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup
praktek mereka berbagai nilai-nilai dan saling megakui dan menghargai terhadap setiap orang
yang berkontribusi untuk memeberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga dan
masyarakat (American Medical Assosiation(AMA), 1994).
Intinya kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan
yang di rencanakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Bekerja
bersama dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari kolaborasi yang kita gunakan untuk
menggambarkan hubungan perawat dengan ahli medis lainnya.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana Pelayanan Dan Kolaborasi Interdisiplin Dalam Keperawatan Jiwa?

1.3. Tujuan Penulisan


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan IBD.

1
BAB II
Pembahasan

2.1. Inter Disiplin

Interdisiplin merupakan suatu kegiatan yang didasarkan pada sejumlah dimensi kunci,
termasuk didalamanya adalah: tujuan yang jelas, identitas bersama, komitmen bersama, peran
yang jelas dari masing-masing profesi, saling ketergantungan, dan integrasi satu sama lain.
Interdisiplin adalah unsur penting untuk mengurangi duplikasi usaha, meningkatkan koordinasi,
meningkatkan keselamatan dan, oleh karena itu, memberikan perawatan berkualitas tinggi.
Organisasi kesehatan menyadari tentang pentingnya memiliki informasi dan keterampilan
banyak disiplin dalam rangka mengembangkan solusi yang dapat dipertanggung jawabkan dalam
memberikan perawatan yang komprehensif kepada individu dan keluarga.
Diungkapkan oleh Firth-Cozens (1998) berpendapat bahwa: Kerja tim dipandang sebagai
cara umtuk mengatasi potensi fragmentasi perawatan, sebuah sarana untuk memperluas
keterampilan; merupakan bagian penting yang perlu dipertimbangkan menghadapi kompleksitas
perawatan modern; dan cara untuk meningkatkan kualitas bagi pasien. Pelayanan Kesehatan
Nasional Manajemen Eksekutif (1993) di inggris menyatakan: Hasil terbaik dan biaya paling
efektif untuk pasien dan klien dicapai ketika profesional bekerja sama, dan menghasilkan inovasi
untuk memastikan kemajuan dalam praktek dan pelayanan.

2.2. Kolaborasi

Kolaborasi Adalah Bentuk ‘longgar’ dari team kerja interprofessional. Ini berbeda dari kerja
team dalam hal identitas bersama dan integrasi individu yang kurang di anggap penting. Namun,
ini mirip dengan kerjasama team dalam hal pembagian akuntabilitas bersama antara individu,
saling ketergantungan antara individu, kejelasan peran/tujuan dan tugas team, namun secara
general kolaborasi di gunakan pada seting di mana hanya memiliki sedikit kondisi unpredictable,
urgency dan kompleksitas. Contoh jenis pekerjaan dapat di temukan dalam perawatan primer dan
umum (Delva at al.,2008).

2
Pemahaman mengenai prinsip kolaborasi dapat menjadi kurang berdasar jika hanya di pandang
dari hasilnya saja. Pembahasan mengenai proses kolaborasi itu terjadi justru menjadi point
penting yang harus di sikapi. Bagaimana mansing-masing profesi memandang arti kolaborasi
harus di fahami oleh kedua belah pihak sehingga dapat di peroleh persepsi yang sama.
Seorang dokter saat menghadapi pasien pada umumnya berfikir, “apa diagnosa pasien ini dan
perawatan apa yang di butuhkannya?” pola pemikiran seperti ini sudah terbentuk sejak awal
proses pendidikannya. Sulit di jelaskan secara tepat bagaimana pembentukan pola berfikir seperti
itu apalagi kurikulum kedokteran terus berkembang. Mereka juga di perkenalkan dengan
lingkungan klinis di bina dalam masalah etika, penycatatan riwayat medis, pemeriksaan fisik
serta hubungan dokter dan pasien. Mahasiswa kedokteran pra-klinis sering terlibat langsung
dalam aspek psikososial perawatan pasien melalui kegiatan tertentu seperti gabungan bimbingan
– pasien. Selama periode tersebut hamper tidak ada kontak formal dengan para perawat, pekerja
social atau profesional kesehatan lain. Sebagai praktisi memang mereka berbagi lingkungan kerja
dengan para perawat tetapi mereka tidak di didik untuk menanggapinya sebagai
rekanan/sejawat/kolega(siegler dan uhitney,2000).
Dilain pihak seorang perawat akan berfikir “apa masalah pasien ini?,bagaimana pasien
menanganinya?.bantuan apa yang di butuhkannya?,dan apa yang dapat di berikan kepada
pasien?.” Perawat di didik untuk mampu menilai status kesehatan pasien, merencanakan
interfensi, melaksanakan rencana, mengevaluasi hasil dan menilai kembali sesuai kebutuhan.
Para pendidik menyebutnya sebagai proses keperawatan. Inilah yang di jadikan dasar
argumentasi bahwa profesi keperawatan di dasari oleh di siplin ilmu yang membantu individu
sakit atau sehat dalam menjalankan kegiatan yang mendukung kesehatan atau pemulihan
sehingga pasien bias mandiri.
Sejak awal perawat di didik mengenal perannya dan berintraksi dengan pasien. Praktek
keperawatan menggabungkan teori dan penelitian keperawatan dalam praktek rumah sakit dan
praktek pelayanan kesehatan masyarakat. Para pelajar bekerja di unit perawatan pasien berasama
staf perawatan untuk belajar merawat, menjalankan prosedur dan menginternalisasi peran.
Kolaborasi merupaka proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan yang di
rencanakan yang di sengaja, dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien.
Kadang kala itu terjadi dalam hubungan yang lama antara tenaga profesional kesehatan (lidenke
dan sieckert, 2005).

3
Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik bekerja dengan
dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup praktek profesional keperawatan,
dengan pengawasan dan super visi pemberi petunjuk pengembangan kerja sama atau mekanisme
yang di tentukan oleh peraturan suatu Negara di mana pelayanan di berikan. Perawat dan dokter
merencanakan dan mempraktekan bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam
batas-batas lingkup praktek dengan berbagai nilai-nilai dan pengetahuan serta resfect terhadap
orang lain yang berkontribusi terhadap perawatan individu, keluarga dan masyarakat.

2.3. Proses Kolaborasi

Sifat interaksi antara perawat dan dokter menentukan kualitas praktik kolaborasi. ANA
(1980) menjabarkan kolaborasi sebagai “hubungan rekanan sejati, dimana masing-masingpihak
menghargai kekuasaan pihak lain, dengan mengenal dan menerima lingkup kegiatan dan
tanggung jawab masing-masing yang terpisah maupun bersama, saling melindungi kepentingan
masing-masing dan adanya tujuan bersama yang di ketahui kedua pihak.”. dari penjabaran sifat
kolaborasi dapat di simpulkan bahwa kolaborasi dapat di analisis melalui tiga buah indicator:
- Kontrol kekuasaan
Berbagi kekuasaan atau control bersama dapat terbina apabila baik dokter maupun
perawat terdapat kesempatan sama untuk mendiskusikan pasien tertentu. Beberapa
peneliti telah mengembangkan instrument penelitian untuk mengukur kontrol kekuasaan
pada interaksi perawat-dokter.
- Lingkungan praktik
Lingkungan praktik menunjukan kegiatan dan tanggung jawab masing-masing pihak.
Meskipun perawat dan dokter memiliki bidang praktik yang terpisah sesuai dengan
peraturan praktik perawat dan dokter, tapi ada tugas-tugas tertentu yang di bina bersama.
- Kepentingan bersama
Peneliti yang menganalisa kepentingan bersama sebagai indicator kolaborasi antara
perawat dan dokter seringkali menanggapi dari sudut pandang perilaku organisasi. Para
teoris ini menjabarkan kepentingan bersama secara operasional menggunakan istilah
tingkat ketegasan masing-masing (usaha untuk memuaskan diri sendiri) dan factor
kerjasama (lain). Thomas dan kliman (1974) telah merancang model untuk mengukur
pola management penanganan konflik : (1) bersaing, (2) berkolaborasi, (3) berkompromi,
(4) menghindar, (5) mengakomodasi.

4
Tujuan management penyembuhan sifatnya lebih terorientasi kepada pasien dan dapat membantu
menentukan bidang tanggung jawab yang erat kaitannya dengan prognosis pasien. Ada tujuan
yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab perawat, ada yang di anggap sebagai tanggung jawab
sepenuhnya dari dokter, ada pula tujuan yang merupakan tanggung jawab bersama antara
perawat dan dokter.

2.4 Elmen kunci efektifitas kolaborasi

Kerjasama, menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk memeriksa beberapa
alternative pendapat dan perubahan kepercayaan. Asertifitas penting ketika individu dalam tim
mendukung pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa pendapat
benar-benar di dengar dan konsesus untuk di capai. Tanggung jawab, mendukung suatu
keputusan yang di peroleh dari hasil konsesus dan harus terlibat dalam pelaksanaannya.
Komunikasi artinya bahwa setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi informasi penting
mengenai perawatan pasien dan issu yang relevan untuk membuat keputusan klinis. Otonomi
mencakup kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya. Kordinasi adalah efisiensi
organisasi yang di butuhkan dalam perawatan pasien, mengurangi duplikasi dan menjamin orang
yang berkualifikasi dalam menyelesaikan permasalahan. Kolaborasi di dasarkan pada konsep
tujuan umum, kontribusi praktisi profesional, kolegalitas, komunikasi dan praktek yang di
fokuskan kepada pasien.
Kolegalitas menekannkan pada saling menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-
masalah dalam team dari pada menyalahkan seseorang atau menghindari tanggung jawab.
Hensen menyarankan konsep dengan arti yang sama: mutualitas dimana dia mengartikan sebagai
suatu hubungan yang memfasilitasi suatu proses dinamis antara orang-orang ditandai oleh
keinginan maju untuk mencapai tujuan dan kepuasan setiap anggota.
Kepercayaan adalah konsep umum untuk semua elmen kolaborasi tanpa rasa percaya, kerjasama
tidak akan ada, asertif menjadi ancaman, menghindar dari tanggung jawab, terganggunya
komunikasi. Otonomi akan ditekan dan koordinasi tidak akan terjadi.

5
kunci kolaborasi dalam kerjasama team multidisiplin dapat di gunakan untuk mencapai tujuan
kolaborasi team yaitu:
- Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian unik
profesional.
- Produktifitas maksimal serta efektifitas danefesiensi sumber daya
- Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas
- Meningkatnya kohesifitas antar profesional
- kejelasan peran dalam berintraksi antar profesional, menumbuhkan komunikasi, kolegalitas,
dan menghargai dan memahami orang lain.
Kolaborasi menyatakan bahwa anggota team kesehatan harus bekerja dengan kompak dalam
mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi inter disiplin meliputi kerjasama,
asertifitas, tanggung jawab, komunikasi, kewenangan dan kordinasi.

Kolaborasi dapat berjalan dengan baik jika:


-semua profesi mempunyai visi dan misi yang sama.
-masing masing profesi mengetahui batas batas dari pekerjaannya.
-anggota profesi dapat bertukar informasi dengan baik.
-masing masing profesi mengakui keahlian dari profesi lain yang tergabung dalam team.

Manfaat kolaborasi inter disiplin dalam pelayanan keperawatan jiwa kolaborasi di dasarkan
pada konsep tujuan umum, kontribusi praktisi profesional, kolegalitas, komunikasi dan praktek
yang di fokuskan kepada pasien. Kolegalitas menekannkan pada saling menghargai dan
pendekatan profesional untuk masalah-masalh dalam team dari pada menyalahkan seseorang
atau menghindari tanggung jawab.

6
Beberapa tujuan kolaborasi inter disiplin dalam pelayanan keperawatan jiwa antara lain:
- Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian unik
profesional untuk pasien sakit jiwa.
- Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efisiensi sumber daya.
- Peningkatnya perofesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas.
- Meningkatnya kohesifitas antar profesional.
- Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional.
- Menumbuhkan komunikasi, menghargai argume dan memahami orang lain.

Hambatan dalam melakukan kolaborasi interdisiplin dalam keperawatan jiwa. Kolaborasi


interdisiplin tidak selalu bisa di kembangkan dengan mudah. Ada banyak hambatan antara
anggota interdisiplin meliputi:
-ketidak sesuaian pendidikan dan latihan anggota team.
-struktur organisasi yang konvesional.
-konflik peran dan tujuan.
-kompetisi interpersonal.
-status dan kekuasaan, dan individu itu sendiri.

7
BAB III
Penutup

3.1. Kesimpulan

Untuk mencapai pelayanan perawatan pasien sakit jiwa yang efektiv maka keluarga, perawat,
dokter dan team kesehatan lainnya harus berkolaborasi satu dengan yang lainnya. Jika ada
kelompok yang dapat menyatakan lebih berkuasa di atas yang lainnya. Masing-masing profesi
memiliki kompetensi profesional yang berbeda sehingga ketika di gabungkan dapat menjadi
kekuatan untuk mencapai tujuan yang di harapkan. Kolaborasi yang efektiv antara anggota team
kesehatan memfasilitasi terselenggaranya pelayanan keperawatan jiwa yang berkualitas.
Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisa di kembangkan dengan mudah dalam keperawatan
jiwa. Ada banyak hambatan antara anggota inter disiplin, meliputi ketidak sesuaian pendidikan
dan latihan anggota team, struktur organisasi yang konvesional, konflik peran dan tujuan,
kompetisi interpersonal, status dan kekuasaan, dan individu itu sendiri.

3.2. Kritik Dan Saran

Demikian isi makalah ini, kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan banyak kekurangan baik dari segi bentuk maupun materi yang kami uraikan. Oleh
karna itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk
perbaikan makalah selanjutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Nursechandrakicot.blogspot.com
Perawatnunung.blogspot.com
Berger, J. Karen and Williams. 1999
Dochterman , Joanne McCloskey PhD, 2001
Sitorus, Ratna S.Kp. 2006
Siegler , Alih bahasa , 2000

Anda mungkin juga menyukai