Anda di halaman 1dari 11

PELAYANAN DAN KOLABORASI INTERDISIPLIN DALAM KESEHATAN DAN

KEPERAWATAN JIWA

Disusun Oleh:

Nadja lessy
Nurul Inaya Patty
Monica metanleru
Sami Wilfret Huunala
Polin Laisina
Prisilia Orno
Valentin korputty
Simon Obet Mirulewan
Wanda A Laumaly

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PASAPUA AMBON

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat,danhidayah -Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang

“PELAYANAN DAN KOLABORASI INTERDISIPLIN DALAM KESEHATAN


DANKEPERAWATAN JIWA” Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tanganterbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaikimakalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………I

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..II

BAB l PENDAHULUAN…………………………………………………………………...1

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………….1
C. Tujuan penulis………………………………………………………………………….1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………..2

BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………………………….3

A. Pengertian …………………………………………………………………………3
B. Elemen…………………………….………………………………………………..3
C. Manfaat Kolaborasi …………………………….…………………………………4
D. Hambatan …………………………………………………………………….…..4
E. Piramida ……………………………………………………………………..…….5
F. Jenjang ……………………………………………………………………….…...5

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………………6

A. KESIMPULAN ……………………………………………………………………..6
B. SARAN………………………………………………………………………………6

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan


suatuhubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian banyak
pengertiandikemukakan dengan sudut pandang beragam namun didasari prinsip yang sama
yaitumengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab
dantanggung gugat.

Dalam hal medis, kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat merencanakan
dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan-
batasanlingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan
menghargaiterhadap setiap orang yang berkontribusi untuk memberikan pelayanan
keperawatankepada individu, keluarga dan masyarakat (American MedicalAssosiation
(AMA), 1994).

Intinya kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing


pengetahuanyang direncanakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien.
Bekerja bersama dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari kolaborasi yang kita gunakan
untuk menggambarkan hubungan perawat dengan ahli medis lainnya.

Berdasarkan uraian diatas kami sangat tertarik untuk memperjelas materi tentang
pelayanan dan kolaborasi interdisiplin dalam keperawatan jiwa

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pelayanan dan kolaborasi interdisiplin dalam keperawatan jiwa?

C. Tujuan penulis

Untuk mendeskripsikan bagaimana pelayanan dan kolaborasi interdisiplin dalamkeperawatan


jiwa
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-
negaramaju, meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan
yangmenyebabkan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat
menimbulkanketidakmampuan individu dalam berperilaku yang dapat menghambat
pembangunan karenatidak produktif. Menurut penelitian (HAWARI 2010)

Pelayanan kesehatan jiwa yang kompherensif yaitu pelayanan yang difokuskan pada
pelayanan kesehatan jiwa primer, sekunder, dan tersier. Dan pelayanan kesehatan jiwa
yangholistik yaitu pelayanan yang difokuskan pada aspek bio-psiko-sosio-kultural dan
spritualdengan perawatan mandiri individu dan keluarga. Pelayanan kesehatan berperan
pentinguntuk menjalankan konsep kesehatan jiwa masyarakat. yang bertujuan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien dalam memelihara kesehatan jiwa

Pelayanan dan kolaborasi interdisiplin keperawatan jiwa merupakan pelayanan


kesehatanyang dilakukan oleh sekelompok tim kesehatan professional (perawat, dokter, tim
kesehatanlainnya maupun pasien dan keluarga pasien sakit jiwa) yang medis, dorongan moral
dankepedulian khususnya kepada pasien sakit jiwa. Pelayanan akan berfungsi baik jika
terjadiadanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik
kepada pasien sakit jiwa. Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat, sokter,
fisioterapi, pekerja social, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi
interdisiplinhendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggumgjawab dan saling
menghargaiantar sesame anggota tim. (stikesypib, 2019)
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pelayanan dan Kolaborasi Interdisiplin Keperawatan Jiwa

Pelayanan dan kolaborasi interdisiplin keperawatan jiwa merupakan pelayanan


kesehatanyang dilakukan oleh sekolompok tim kesehatan profesional (perawat, dokter, tim
kesehatanlainnya maupun pasien dan keluarga pasien sakit jiwa) yang mempunyai hubungan
yang jelas, dengan tujuan menentukan diagnosa, tindakan-tindakan medis, dorongan moral
dankepedulian khususnya kepada pasien sakit jiwa. Pelayanan akan berfungsi baik jika
terjadiadanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik
kepada pasien sakit jiwa. Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter,
fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi
interdisiplinhendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling
menghargaiantar sesama anggota tim

Secara integral, pasien adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam
pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi
efektif.Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika pasien
sebagai pusat anggota tim. Karena dalam hal ini pasien sakit jiwa tidak dapat berpikir dengan
nalar dan pikiran yang rasional, maka keluarga pasienlah yang dapat dijadikan pusat dari
anggotatim. Disana anggota tim dapat berkolaborasi dalam menentukan tindakan-tindakan
yang telahditentukan. Apabila pasien sakit jiwa tidak memiliki keluarga terdekat, maka
disinilah peran perawat dibutuhkan sebagai pusat anggota tim. Karena perawatlah yang
paling sering berkomunikasi dan kontak langsung dengan pasien sakit jiwa. Perawat berada
disamping pasien selam 24 jam sehingga perawatlah yang mengetahui semua masalah pasien
dan banyak kesempatan untuk memberikan pelayanan yang baik dengan tim yang baik.

Perawat adalah anggota membawa persfektif yang unik dalam interdisiplin tim.
Perawatmemfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari
praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien
dan pemberi pelayanan kesehatan.

Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah


penyakit. Padasituasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian obat
dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lainnya sebagaimana
membuatreferal pemberian pengobatan.

B. Elemen Penting Dalam Mencapai Kolaborasi Interdisiplin Efektif

Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan kompak dalam
mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi interdisiplin yang efektif
meliputi kerjasama, asertifitas, tanggung jawab, komunikasi, kewenangan dan
kordinasiseperti skema di bawah ini.
a. Kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk memeriksa
beberapa alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan.
b. Ketegasan penting ketika individu dalam tim mendukung pendapat mereka
dengankeyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa pendapatnya benar-benar
didengar dankonsensus untuk dicapai.
c. Tanggung jawab artinya mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari
hasilkonsensus dan harus terlibat dalam pelaksanaannya.
d. Komunikasi artinya bahwa setiap anggota bertanggung jawab untuk
membagiinformasi penting mengenai perawatan pasien sakit jiwa dan issu yang
relevan untuk membuat keputusan klinis.
e. Pemberian pertolongan artinya masing-masing anggota dapat memberikan tindakan
pertolongan namun tetap mengacu pada aturan-aturan yang telah disepakati.
f. Kewenangan mencakup kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya.
g. Kordinasi adalah efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan pasien sakit
jiwa, mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi
dalammenyelesaikan permasalahan.
h. Tujuan umum artinya setiap argumen atau tindakan yang dilakukan memiliki
tujuanuntuk kesehatan pasien sakit jiwa

Kolaborasi dapat berjalan dengan baik jika :

a. Semua profesi mempunyai visi dan misi yang sama


b. Masing-masing profesi mengetahui batas-batas dari pekerjaannya
c. Anggota profesi dapat bertukar informasi dengan baik
d. Masing-masing profesi mengakui keahlian dari profesi lain yang tergabungdalam tim.
C. Manfaat Kolaborasi Interdisiplin Dalam Pelayanan Keperawatan Jiwa
Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi praktisi
profesional,kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan kepada pasien. Kolegalitas
menekankan pada saling menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-masalah
dalam tim dari pada menyalahkan seseorang atau atau menghindari tangung jawab.
Beberapa tujuan kolaborasi interdisiplin dalam pelayanan keperawatan jiwa antara
lain
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan
keahlianunik profesional untuk pasien sakit jiwa
b. Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya
c. Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas
d. Meningkatnya kohesifitas antar profesional
e. Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional
f. Menumbuhkan komunikasi, menghargai argumen dan memahami orang lain.
D. Hambatan Dalam Melakukan Kolaborasi Interdisiplin dalam Keperawatan Jiwa
Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisa dikembangkan dengan mudah. Ada banyak
hambatan antara anggota interdisiplin, meliputi :
Ketidaksesuaian pendidikan dan latihan anggota tim
a. Struktur organisasi yang konvensional
b. Konflik peran dan tujuan
c. Kompetisi interpersonal
d. Status dan kekuasaan, dan individu itu sendiri
E. Piramida Pelayanan Kesehatan Jiwa
a. Sepanjang hidup
b. Sepanjang rentang sehat-sakit
c. Pada setiap konteks keberadaan ( di rumah, di sekolah, di tempat kerja, dirumah
sakit atau dimana saja )

F. Jenjang Pelayanan Kesehatan Jiwa

Perawatan mandiri individu dan keluarga

Kebutuhan pelayan jiwa terbesar qadalah kebutuhan kesehatan jiwa yang dipenuhi olehmasing-
masing individu dan keluarga. Masyarakat baik individu maupun keluargadiharapkan dapat secara
mandiri memelihara kesehatan jiwanya. Pada tingkat ini sangatmungkin untuk memberdayakan
keluarga dengan melibatkan mereka dalam memiliharakesehatan anggota keluarganya.

Dukungan dari sector formal dan informal diluar sector kesehatanApabila masalah kesehatan jiwa
yang dialami individu tidak mampu diatasi secara mandiriditingkat individu dan keluarga maka upaya
solusi tingkat berikutnya adalah leader formaldan informal yang ada di masyarakat mereka menjadi
tempat rujukan. Tokoh masyarakat,kelompok formal dan informal di luar tatanan pelayanan kesehatan
merupakan target pelayanan kesehatan jiwa.kelompok yang dimaksud adalah TOMA (tokoh agama,
tokohwanita, kepala desa/lurah, RT, RW ).
Pelayanan kesehatan jiwa melalui pelan kesehatan dasar Puskesmas memiliki kesehatan jiwa untuk
rawat jalan dan kunjungan ke masyarakat sesuaiwilayah kerja masyarakat. Tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan jiwaadalah perawat yang telah dilatih CMHN atau perawat plus
CMHN dan dokter yang telahdilatih kesehatan jiwa(dokter plus kesehatan jiwa) yang bekerja secara
team yang disebutteam kesehatan jiwa puskesmas.

Pelayanan kesehatan jiwa di RSU atau RSUD

Tim kesehatan yang terdiri dari psikiater, psikolog klinik, perawat jiwa CMHN dan psikolog(yang
telah mendapat pelatihan jiwa) Diharapkan tingkta kabupaten atau kota menyediakan pelayanan rawat
jalan dan rawat inap bagi pasien gangguan jiwa dengan jumlah tempat tidur terbatas sesuai
kemampuan.

Pelayanan kesehatan jiwa di RSJ

RSJ merupakan pelayanan spesialis jiwa yang difokuskan pada pasien gangguan jiwa yangtidak
berhasil dirawat di keluarga/puskesmas/RSU. Sistem rujukan dari RSU dan rujukankembali dari
masyarakat yaitu puskesmas harus jelas agar kesinambungan pelayanan dikeluarga dapat berjalan.
Pasien yang telah selesai dirawat di RSJ dirujuk kembali ke puskesmas. Penanggungjawaban
pelayanan kesehatan jiwa masyarakat (puskesmas) bertanggungjawab terhadap lanjutan asuhaan di
keluarga.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Untuk mencapai pelayanan perawatan pasien sakit jiwa yang efektif maka
keluarga, perawat,dokter dan tim kesehatan lainnya harus berkolaborasi satu dengan
yang lainnya. Tidak adakelompok yang dapat menyatakan lebih berkuasa diatas yang
lainnya. Masing-masing profesimemiliki kompetensi profesional yang berbeda
sehingga ketika digabungkan dapat menjadikekuatan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Kolaborasi yang efektif antara anggota timkesehatan memfasilitasi

terselenggaranya pelayanan keperawatan jiwa yang berkualitas.


Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisa dikembangkan dengan mudah dalam
keperawatan jiwa. Ada banyak hambatan antara anggota interdisiplin, meliputi
ketidaksesuaian pendidikandan latihan anggota tim, struktur organisasi yg
konvensional, konflik peran dan tujuan,kompetisi interpersonal, status dan kekuasaan,
dan individu itu sendiri

B. SARAN
Demikian isi makalah ini, kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari katasempurna dan banyak kekurangan baik dari segi bentuk maupun materi
yang kami uraikan.Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Berger, J. Karen and Williams. 1999. Fundamental Of Nursing; Collaboratingfor


OptimalHealth, SecondEditions. Apleton andLange. Prenticehall. USA

Dochterman , Joanne McCloskeyPhD, RN, FAAN. 2001 CurrentIssue in Nursing.6th


Editian . MosbyInc.USA

Sitorus, Ratna, DR, S.Kp, M.App.Sc. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional
diRumah Sakit : Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan
diRuang Rawat. EGC. Jakarta

Siegler, Eugenia L, MD and Whitney Fay W, PhD, RN., FAAN , alih bahasa
IndratySecillia,2000. Kolaborasi Perawat-Dokter ; Perawatan Orang Dewasa dan Lansia,
EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai