Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KOLABORASI TIM DAN SISTEM RUJUKAN

DISUSUN OLEH

1. Ani Kurniawati (21390003)


2. Astri Indriyani (21390009)
3. Dewi Miranda Saputri (21390011)
4. Mariana Raeni (21390029)
5. Yulia Dwi Untari (21390060)

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami.

Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Lampung, 1 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
Cover………………………….………………………………………………………i

Kata Pengantar…………………………….………………………………………….ii

Daftar isi…………………………………….………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang………………………………………………………………..……….1

Rumusan Masalah……………………………………………………………..………1

Tujuan………………………………………………………………………….……...2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kerja Tim (teamwork)…………………………………………………3

2.2 Komponen yang Dibutuhkan untuk Tercapainya Kerjasama Tim yang Efektif…..4

2.3 Pengertian Kolaborasi Tim Kesehatan……………………………………………..4

2.4 Model – model/ Jenis Kolaborasi tim Kesehatan…………………………………..5

2.5 Prinsip-prinsip Kolaborasi Tim Kesehatan………………………………………...6

2.6 Pentingnya Kolaborasi Tim Kesehatan dan Patient Safety………………………..7

2.7 Manfaat Kolaborasi Tim Kesehatan………………………………………………8

2.8 Cara Membangun dan Mempertahankan Kolaborasi Tim Kesehatan yang Efekti..8

2.9 Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia…………………………………………9

2.10 Pengertian Rujukan dan Sistem Rujukan………………………………………..10

2.11 Tujuan Sistem Rujukan………………………………………………………….10

2.12 Jenis Rujukan…………………………………………………………………….11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………..13

3.2 Saran………………………………………………………………………………13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktik

profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan

kesehatan.

Layanan kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota

tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaaan atau sebagai salah satu dari sebuah

proses kegiatan pelayanan kesehatan.melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi lahir

dengan resiko tinggidan memberikan pertolongan pertama sesuai prioritas. Contoh

pelayanan kebidanan kolaborasi adalah ibu hamil yang di sertai komplikasi hipertensi.

Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang

diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga

yang berkualitas. Pelayanan kebidanan merupakan layanan yang diberikan oleh bidan

sesuia kewenangan yang diberikan dengan maksud meningkatkan kesehatan ibu dan

anak dalam rangka tercapainya keluarga yang berkualiatas, bahagia dan sejahtera. Pada

pelayanan kebidanan terdapat tiga macam pelayanan kebidanan yaitu pelayanan

kebidanan pelayanan bidan tugas mandiri, pelayanan kebidanan kolaborasi, dan

pelayanan kebidanan rujukan. Oleh karena itu, penulis membuat makalah dengan judul

“Kolaborasi Tim Dan Sistem Rujukan”.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa Pengertian Kolaborasi Tim dan Sistem Rujukan?


2. Apa Tujuan Kolaborasi Tim dan Rujukan?
3. Apa Model – model/ Jenis Kolaborasi tim Kesehatan?
4. Apa Prinsip-prinsip Kolaborasi Tim Kesehatan?

1.3 Tujuan makalah

1. Untuk mengetahui Pengertian Kolaborasi Tim dan Sistem Rujukan


2. Untuk mengetahuiTujuan Kolaborasi Tim dan Sistem Rujukan
3. Untuk mengetahui Model – model/ Jenis Kolaborasi tim Kesehatan
4. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip Kolaborasi Tim Kesehatan
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kerja Tim (teamwork)

Tim menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu perkumpulan dari
beberapa orang yang membentuk suatu kelompok. Sebuah literatur organisasi
mendefinisikan sebuah tim merupakan kumpulan individu yang saling ketergantungan
pada tugas, tujuan, setelan, campuran profesi di tim (Canadian Health Services Research
Foundation., 2006). Dalam suatu tim, terdapat suatu hubungan kerjasama dari masing-
masing anggota dan memiliki tanggung jawab untuk mencapai suatu keberhasilan atau
suatu tujuan yang telah diciptakan dan disetujui bersama.

Kolaborasi adalah suatu inisiasi atau kegiatan yang bertujuan untuk memperkuat
hubungan antar pekerja yang memiliki profesi berbeda yang saling bekerja sama dalam
kemitraan yang ditandai dengan adanya tujuan yang hendak dicapai bersama;
pengakuan dan penghormatan terhadap kekuatan dan perbedaan masing-masing; adil
dan efektif dalam pengambilan keputusan; terjalinnya komunikasi yang jelas dan
teratur.Berdasarkan kamus Heritage Amerika (2000), kolaborasi adalah bekerja bersama
khususnya dalam usaha penggambungkan pemikiran.

Kerjasama Tim (teamwork) adalah interaksi atau hubungan dari dua atau lebih
profesional kesehatan yang bekerja saling bergantung untuk memberikan perawatan
untuk pasien (Canadian Health Services Research Foundation, 2006). Tujuan dari
kerjasama ini untuk memberikan perawatan kepada pasien, berbagi informasi untuk
mengambil keputusan bersama, dan mengetahui waktu yang optimal untuk melakukan
kerjasama dalam perawatan pasienKerjasama Tim (teamwork) adalah interaksi atau
hubungan dari dua atau lebih profesional kesehatan yang bekerja saling bergantung
untuk memberikan perawatan untuk pasien (Canadian Health Services Research
Foundation, 2006). Tujuan dari kerjasama ini untuk memberikan perawatan kepada
pasien, berbagi informasi untuk mengambil keputusan bersama, dan mengetahui waktu
yang optimal untuk melakukan kerjasama dalam perawatan pasien.

2.2 Komponen yang Dibutuhkan untuk Tercapainya Suatu Kerjasama Tim yang Efektif

Menurut O’Daniel, komponen kerjasama tim yang efektif, yaitu komunikasi


terbuka, lingkungan yang leluasa, memiliki tujuan yang jelas, peran dan tugas yang jelas
bagi angota- anggota tim, saling menghormati, berbagi tanggung jawab demi
kesuksesan tim, keseimbangan patisipasi setiap anggota dalam mengemban tugas,
pengakuan dan pengolahan konflik, spesifikasi yang jelas mengenai wewenang dan
akuntabilitas, mengetahui secara jelas prosedur pengambilan keputusan, berkomunikasi
dan berbagi informasi secara teratur dan rutin, lingkungan yang mendukung (termasuk
akses ke sumber daya yang dibutuhkan), dan mekanisme untuk mengevaluasi hasil dan
menyesuaikan sesuai peraturan yang berlaku.

2.3 Pengertian Kolaborasi Tim Kesehatan

Kolaborasi tim kesehatan adalah hubungan kerja yang memiliki tanggung jawab
bersama dengan penyedia layanan kesehatan lain dalam pemberian (penyediaan) asuhan
pasien (ANA, 1992 dalam Kozier, Fundamental Keperawatan). Kolaborasi kesehatan
merupakan aktivitas yang bertujuan untuk memperkuat hubungan diantara profesi
kesehatan yang berbeda. Kolaborasi tim kesehatan terdiri dari berbagai profesi
kesehatan seperti dokter, bidan, perawat, psikiater, ahli gizi, farmasi, pendidik di bidang
kesehatan, dan pekerja sosial. Tujuan utama dari kolaborasi tim kesehatan adalah
memberikan pelayanan yang tepat, oleh tim kesehatan yang tepat, di waktu yang tepat,
serta di tempat yang tepat.

Elemen penting dalam kolaborasi tim kesehatan yaitu keterampilan komunikasi


yang efektif, saling menghargai, rasa percaya, dan proses pembuatan keputusan (Kozier,
2010). Konsep kolaborasi tim kesehatan itu sendiri merupakan konsep, hubungan
kerjasama yang kompleks dan membutuhkan pertukaran pengetahuan yang berorientasi
pada pelayanan kesehatan untuk pasien daan keluarga.
2.4 Model – model/ Jenis Kolaborasi tim kesehatan, diantaranya :

1. Fully Integrated Major


Bentuk kolaborasi yang setiap bagian dari tim memiliki tanggung jawab dan
kontribusi yang sama untuk tujuan yang sama.
2. Partially Integrated Major
Bentuk kolaborasi yang setiap anggota tim memiliki tanggung jawab yang
berbeda tetapi tetap memliki tujuan Bersama
3. Joint Program Office
Bentuk kolaborasi yang tidak memiliki tujuan bersama tetapi memiliki
hubungan pekerjaan yang menguntungkan bila dikerjakaan Bersama
4. Joint Partnership with affiliated Programming
Kerjasama untuk memberikan jasa dan umumnya tidak mencari keuntungan
antara satu dan laainnya.
5. Joint Partnership for Issue Advocacy
Bentuk kolaborasi yang memiliki misi jangka panjang tapi dengan tujuan jangka
pendek, namun tidak harus membentuk tim yang baru.

Menurut Family Health Teams (2005), terdapat 12 jenis kolaborasi tim, yaitu
perawatan reproduktif primer (misalnya, pre-natal, kebidanan, pasca persalinan, dan
perawatan bayi baru lahir); perawatan kesehatan mental primer, perawatan paliatif
primer; in-home/fasilitas penggunaan yang mendukung pelayanan; pelayanan
koordinasi/care navigation; pendidikan pasien dan pencegahan; pre-natal, kebidanan,
pasca melahirkan, dan perawatan bayi baru lahir; program penanganan penyakit kronis
– diabetes, penyakit jantung, obesitas, arthritis, asma, dan depresi; promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit; kesehatan ibu/anak; kesehatan kerja; kesehatan lansia;
pengobatan kecanduan; pelayanan rehabilitas; dan pengasuhan.

2.5 Prinsip-prinsip Kolaborasi Tim Kesehatan


1. Patient-centered Care
Prinsip ini lebih mengutamakan kepentingan dan kebutuhan pasien. Pasien
dan keluarganya merupakan pemberi keputusan dalam masalah kesehatan.
2. Recognition of patient-physician relationship
Kepercayaan dan berperilaku sesuai dengan kode etik daan menghargai satu
saama lain.
3. Physician as the clinical leader
Pemimpin yang baik dalam pengambilan keputusan terutama dalam kasus
yang bersifat daarurat.
4. Mutual respect and trust
Saling percaya dengan memahami pembagian tugas dan kompetensi masing
– masing

2.6 Pentingnya Kolaborasi Tim Kesehatan dan Patient Safety

Kolaborasi tim kesehatan sangatlah penting karena masing-masing tenaga


kesehatan memiliki pengetahuan, keterampilan, kemampuan, keahlian, dan pengalaman
yang berbeda. Dalam kolaborasi tim kesehatan, mempunyai tujuan yang sama yaitu
sebuah keselamatan untuk pasien. Selain itu, kolaborasi tim kesehatan ini dapat
meningkatkan performa di berbagai aspek yang berkaitan dengan sistem pelayanan
kesehatan. Semua tenaga kesehatan dituntut untuk memiliki kualifikasi baik pada
bidangnya masing-masing sehingga dapat mengurangi faktor kesalahan manusia dalam
memberikan pelayanan kesehatan.

Kolaborasi penting bagi terlaksananya patient safety, seperti:

1) Pelayanan Kesehatan Tidak Mungkin Dilakukan oleh 1 Tenaga Medis


2) Meningkatnya Kesadaran Pasien akan Kesehatan
3) Dapat Mengevaluasi Kesalahan yang Pernah Dilakukan agar Tidak Terulang
4) Dapat Meminimalisir Kesalahan
5) Pasien akan Dapat Berdiskusi dan Berkomunikasi dengan Baik untuk Dapat
Menyampaikan Keinginannya
2.7 Manfaat Kolaborasi Tim Kesehatan

1) Kemampuan dari pelayanan kesehatan yang berbeda dapat terintegrasikan


sehingga terbentuk tim yang fungsional
2) Kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah penawaran pelayanan meningkat
sehingga masyarakat mudah menjangkau pelayanan kesehatan
3) Bagi tim medis dapat saling berbagi pengetahuan dari profesi kesehatan lainnya
dan menciptakan kerjasama tim yang kompak
4) Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan manggabungkan
keahlian unik profesional
5) Memaksimalkan produktivitas serta efektivitas dan efisiensi sumber daya
6) Meningkatkan kepuasan profesionalisme, loyalitas, dan kepuasan kerja
7) Peningkatan akses ke berbagai pelayanan kesehatan
8) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan kesehatan
9) Memberikan kejelasan peran dalam berinteraksi antar tenaga kesehatan
profesional sehingga dapat saling menghormati dan bekerja sama
10) Untuk tim kesehatan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman

2.8 Cara Membangun dan Mempertahankan Kolaborasi Tim Kesehatan yang Efektif

Membangun dan mempertahankan kolaborasi tim kesehatan di tatanan


pelayanan home care sangat diperlukan agar dapat memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien dan keluarganya dengan optimal. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan
untuk membangun dan mempertahankan kolaborasi tim kesehatan yaitu :

1. Pastikan semua anggota tim dapat bertemu sebelum melakukan kunjungan


rumah
2. Pastikan semua tim kesehatan terlibat dalam setiap kegiatan
3. Saling mengenal antar anggota tim agar dapat berkontribusi dengan baik
4. Komunikasi harus terjalin dengan baik
5. Saling percaya, mendukung dan menghormati
6. Melakukan evaluasi secara berkala untuk memperbaiki pelayanan
7. Menghargai setiap pendapat dan anggota tim semua berkontribusi

2.9 Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia

Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia ialah suatu tatanan yang menghimpun


berbagai upaya bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan
kesejahteraan umum seperti yang dimaksud dalam pembukaan UUD 1945. Dalam
system pelayanan kesehatan dapat mencakup pelayanan dokter, pelayanan keperawatan
dan pelayanan kesehatan masyarakat.Dokter merupakan subsistem dari pelayanan
kesehatan.Subsistem pelayanan kesehatan tersebut memiliki tujuan masing-masing
dengan tidak meninggalkan tujuan umum dari pelayanan kesehatan.

Dalam pelayanan kesehatan terdapat tiga bentuk yaitu, primary health care,
(pelayanan kesehatan tingkat pertama), secondary health care (pelayanan kesehatan
tingkat kedua), dan tertiary health care (pelayanan kesehatan tingkat ketiga).

1. Primary Health Care/ PHC (Pelayanan kesehatan tingkat pertama)


Pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat dasar dan
dilakukan bersama masyarakat dan dimotori dokter, perawat profesional.
Pelayanan ini merupakan pelayanan yang diperlukan masyarakat pada saat
mereka mebutuhkan pelayanan buat keluarganya.
2. Secondary Health Care/ SHC (Pelayanan kesehatan tingkat kedua)
Pelayanan yang lebih bersifat spesialis dan bahkan kadang kala pelayanan
subspesialis, tetapi masih terbatas.Diperlukan untuk kelompok masyarakat
yang memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh
pelayanan kesehatan primer.Pelayanan kesehatan dilakukan oleh Dokter
Spesialis dan Dokter Subspesialis terbatas.
3. Tertiary Health Care/ THC (Pelayanan kesehatan tingkat ketiga)
Pelayanan Kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan subspesialis serta
subspesialis luas.Diperlukan untuk kelompok masyarakat atau pasien yang
sudah tidak oleh pelayanan kesehatan sekunder.Pelayanan kesehatan
dilakukan oleh Dokter Subspesialis dan Dokter

2.10 Pengertian Rujukan dan Sistem Rujukan

Pengertian Rujukan dan Sistem Rujukan Sistem rujukan merupakan suatu sistem
jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan
tanggung jawab secara timbal balik atas masalah yang timbul, baik secara vertikal
maupun horizontal ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan
tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. Diharapkan dengan adanya sistem rujukan
pasien dapat pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu
sehingga jiwanya dapat terselamatkan, selain itu dengan adanya sistem rujukan,
diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu.

Sistem rujukan di Indonesia dibedakan atas 2 jenis yaitu rujukan medis dan
rujukan kesehatan. Rujukan medis adalah upaya rujukan kesehatan yang dapat bersifat
vertikal, horizontal atau timbal balik yang terutama berkaitan dengan upaya
penyembuhan dan rehabilitasi serta upaya yang bertujuan mendukungnya. Rujukan
kesehatan adalah rujukan upaya kesehatan yang bersifat vertikal dan horisontal yang
terutama berkaitan dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta upaya yang
mendukungnya

2.11 Tujuan Sistem Rujukan

Tujuan Sistem Rujukan Tujuan rujukan adalah dihasilkannya pemerataan upaya


kesehatan dalam rangka penyelesaian masalah kesehatan secara berdaya dan berhasil
guna memajukan kesehatan bangsa. Tujuan sistem rujukan adalah Untuk meningkatkan
mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu. Tujuan sistem rujukan
agar pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan demikian dapat menurunkan
AKI dan AKB. Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung
kualitas pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara
berdaya guna.. Menghasilkan upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif
dan rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna. Dihasilkannya upaya kesehatan
masyarakat yang bersifat preveventif secara berhasil guna dan berdaya guna. Setiap
penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang sebaik-baiknya.

Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium


dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap fasilitasnya. Menjalin
pelimpahan pengetahuan dan keterampilan (transfer of knowledge and skill) melalui
pendidikan dan pelatihan antara pusat dan daerah. Menjalin kerja sama dengan cara
pengiriman penderita atau bahan laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit
yang lebih lengkap fasilitasnya Menjalin perubahan pengetahuan dan ketrampilan
(transfer of knowledge & skill) melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan
dan daerah perifer.

2.12 . Jenis Rujukan

Jenis Rujukan Rujukan dalam pelayanan merupakan kegiatan pengiriman orang


sakit dari unit kesehatan yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap berupa
rujukan kasus patologis termasuk didalamnya, pengiriman kasus masalah lainnya seperti
kasus yang memerlukan penanganan spesialis. Termasuk juga didalamnya pengiriman
bahan laboratorium. Jika penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai,
kembalikan dan kirimkan ke unit semula, jika perlu disertai dengan keterangan yang
lengkap (surat balasan). Rujukan informasi medis membahas secara lengkap data-data
medis penderita yang dikirim dan advis rehabilitas kepada unit yang mengirim.
Kemudian Bidan menjalin kerja sama dalam sistem pelaporan data-data parameter
pelayanan kebidanan, terutama mengenai kematian maternal dan pranatal. Hal ini sangat
berguna untuk memperoleh angka-angka secara regional dan nasional pemantauan
perkembangan maupun penelitian.

Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal dan
rujukan eksternal. Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit
pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas
pembantu) ke puskesmas induk. Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar
unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat
jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum
daerah). Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan medik dan
rujukan kesehatan. Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi
upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien
puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke
rumah sakit umum daerah. Jenis rujukan medik :

a) Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan,


tindakan operatif dan lain-lain.

b) Transfer of specimen. Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih


lengkap.

c) Transfer of knowledge/personel. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli


untuk meningkatkan mutu layanan pengobatan setempat. Pengiriman tenaga-tenaga ahli
ke daerah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan melalui ceramah,
konsultasi penderita, diskusi kasus dan demonstrasi operasi (transfer of knowledge).
Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah untuk menambah pengetahuan dan
keterampilan mereka ke rumah sakit yang lebih lengkap atau rumah sakit pendidikan,
juga dengan mengundang tenaga medis dalam kegiatan ilmiah yang diselenggarakan
tingkat provinsi atau institusi pendidikan (transfer of personel).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kolaborasi adalah suatu inisiasi atau kegiatan yang bertujuan untuk memperkuat
hubungan antar pekerja yang memiliki profesi berbeda yang saling bekerja sama dalam
kemitraan yang ditandai dengan adanya tujuan yang hendak dicapai bersama;
pengakuan dan penghormatan terhadap kekuatan dan perbedaan masing-masing; adil
dan efektif dalam pengambilan keputusan; terjalinnya komunikasi yang jelas dan
teratur.

3.2 Saran

Dengan adanya pembahasan tentang kolaborasi tim dan sistem rujukan,


diharapkan pembaca dapat memahami lebih lanjut tentang materi tersebut dan dapat
menambah wawasan serta mengaplikasikan nya dalam asuhan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, A. (2015). Hubungan karakteristik dan tingkat pengetahuan Perawat terhadap


pengelolaan keselamatan Pasien di rumah sakit. Jurnal Ilmiah WIDYA, 1(1), 97-99.

Ismainar, H. (2019). Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Yogyakarta: Deepublish

Lombogia, A., Rottie, J., & Karundeng, M. (2016). Hubungan Perilaku Dengan
Kemampuan Perawat Dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di
Ruang Akut Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado. Jurnal
Keperawatan, 4(2), 1-3.

Pagala, I., Shaluhiyah, Z., & Widjasena, B. (2017). Perilaku Kepatuhan Perawat
Melaksanakan SOP Terhadap Kejadian Keselamatan Pasien di Rumah Sakit X Kendari.
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 12(1), 138-141.

Peraturan Menteri Kesehatan RI. (2011). Keselamatan pasien Rumah Sakit. Jakarta:
Menteri Kesehatan.

Qomariah, S. N., & Lidiyah, U. A. (2015). Hubungan Faktor Komunikasi Dengan


Insiden Keselamatan Pasien (Correlation of Communication Factor with Patient Safety
Incident). Journals of Ners Community, 6(2), 166-170.

Sakinah, S., dkk. (2017). Analisis Sasaran Keselamatan Pasien Dilihat dari Aspek
Pelaksanaan Identifikasi Pasien dan Keamanan Obat di RS Kepresidenan RSPAD
GatotSubroto Jakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-journal), Vol 5, No4. Hal.145

Simamora, R. H. (2019). Buku Ajar: Pelaksanaan Identifikasi Pasien. Ponorogo Jawa


Timur: Uwais Inspirasi Indonesia.
Simamora, R. H. (2019) Documentation Of Patient Identification Into the Electronic
System to Improve the Quality Of Nursing Services. International Journal Of Scientific
& Technology Research, 8(9), 1884-1886.

Simamora, R. H. (2019). Pengaruh Penyuluhan Identifikasi Pasien dengan


Menggunakan Media Audiovisual terhadap Pengetahuan Pasien Rawat Inap. Jurnal
Keperawatan Silampari, 342-351.

Anda mungkin juga menyukai