Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, penyusun bisa menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik. Makalah
yang membahas "Kolaborasi" ini disusun dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah Manajemen
Keperawatan. Penyusun berharap informasi-informasi yang terdapat dalam makalah ini dapat berguna
bagi pembaca. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan maka
penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata maupun informasi yang kurang berkenan di hati
pembaca. Untuk itu, penyusun memohon saran dan kritik yang membangun dari para pembaca. Terima
kasih.

Tahuna , 31 Oktober 2023

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang. Penanganan masalah kesehatan pun
tidak terlepas dari tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan berperan penting dalam sistem pelayanan
kesehatan. Tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, ahli gizi, tenaga kefarmasian, dan tenaga
kesehatan lainnya mempunyai tugas dan perannya masing-asing dalam menangani masalah kesehatan.
Namun demikian, tenaga kesehatan mempunyai tujuan yang sama dalam penatalaksanaan kesehatan.
Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu kerjasama dan kolaborasi berbagai tenaga kesehatan tersebut
sebagai sebuah tim kesehatan agar penanganan masalah kesehatan pasien dapat berjalan secara efektif
dan berkualitas. Dengan kolaborasi dan kerjasama tersebut diharapkan pelayanan kesehatan dapat
berjalan dengan baik dan masalah kesehatan pasien juga bisa terselesaikan dengan baik. Untuk itu, tim
kesehatan perlu menjalin hubungan yang baik dan menyadari peran dan tanggung jawabnya masing-
masing.

Penatalaksanaan kesehatan oleh tim kesehatan ini tidak hanya berfokus pada pasien, namun juga pada
keluarga pasien bahkan komunitas masyarakat sehingga masing-masing profesi kesehatan memiliki
perannya yang kompleks dan tanggung jawab yang besar. Walaupun demikian. setiap profesi tidaklah
bekerja sendirian, tenaga kesehatan lainnya sebisa mungkin saling membantu agar tercipta suatu
pelayanan kesehatan yang baik

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan


BAB II

ISI

A. Definisi Kolaborasi

Guna membentuk suatu team work atau kerjasama tim yang ideal, dibutuhkan kooperasi dan
kolaborasi. Kooperasi (kerjasama) berarti bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan
bersama (tetapi bukan tujuan yang semestinya). Contoh kerjasama yaitu, misalnya Anda berkeluarga,
lalu cara bekerja sama dengan istri Anda dengan meletakkan pakaian kotor di mesin cuci, turut
membantu mencuci piring, dan sebagainya.

Lalu, ара makna kolaborasi? Kolaborasi dalam bahasa inggris collaboration, berasal dari kata collaborate
yang berarti bekerja antara satu dengan yang lain, berkooperasi satu sama lain. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia Online, kolaborasi adalah suatu perbuatan berupa kerjasama dengan teman, musuh
dan sebagainya. Menurut Arthur T. Himmelman, kolaborasi berupa pertukaran informasi, berbagi segala
sumber pengetahuan untuk meningkatkan kapasitas satu dengan yang lain demi tercapainya tujuan
bersama

Kolaborasi adalah kerjasama yang lebih terfokus pada tugas atau misi biasanya terjadi dalam bisnis,
perusahaan atau organisasi lainnya. Misalnya, untuk menampilkan suatu pentas seni yang luar biasa
perlu kolaborasi antara penari, penyanyi, pemusik, dsb. Kolaborasi adalah proses yang membutuhkan
hubungan dan interaksi antara profesional kesehatan terlepas dari apakah atau tidak mereka
menganggap diri mereka sebagai bagian dari tim (kolaborasi kesehatan)

Kesimpulannya kerja sama tim tercipta karena adanya kolaborasi dan kooperasi. Kerja sama tim dapat
menjadi salah satu bentuk kolaborasi, tetapi tidak semua kolaborasi dilakukan dalam teams. Misalnya,
dalam perawatan primer dokter keluarga, fisioterapis dan dokter gigi dapat memberikan perawatan
kepada individu namun mereka mungkin tidak melihat diri mereka sebagai "tim" yang bekerja sama
dengan pasien. Dengan kata lain, kerja sama tim merupakan produk kolaborasi dan kolaborasi adalah
proses interaksi dan hubungan antara profesional kesehatan yang bekerja di lingkungan tim...

Dengan adanya kolaborasi, maka :

- adanya pengurangan pekerjaan yang sama atau overlap

- dapat menggunakan sumber daya yang terbatas dan memperluas peluang


- meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja

- legitimasi organisasi

- dapat menyelesaikan masalah sosial yang besar (kasus kejahatan) dan proyek-proyek yang kompleks

B. Model Kolaborasi

Performance Measurement:

Menghitung dan mengidentifikasi keadaan serta memastikan kolaborasi tepat sasaran. Misalnya:
peningkatan kualitas, penurunan biaya pengeluaran.

Jenis ukuran (measurement):

•Kualitas pelayanan dokter (Physician) meliputi proses pelayanan klinis sampai hasil pelayanan.

• Kualitas pelayanan rumah sakit Kualitas perencanaan kesehatan

• Pengalaman pelayanan pasien (Pengalaman pasien selama mendapat pelayanan kesehatan)

• Biaya pelayanan kesehatan (diperiksa apakah sudah efektif)

• Perbedaan kualitas pelayanan di seluruh tempat

•Meningkatkan kualitas pelayanan agar merata

Payment and Delivery System Reform:

• Sebagai makelar dalam pelaksaan pelayanan kesehatan untuk sistem pay-for- performance.

• Memastikan tidak terjadi kekacauan dalam urusan keuangan

Healthcare system performance:

•Meningkatkan kualitas, efisiensi dan kepuasan pasien.

• Memberikan training kepada tenaga ahli kesehatan untuk memecahkan masalah yang ada.

Education and Engaging Patience :

• Pasien mengerti dan terlibat aktif dalam aktivitas yang mempengaruhi kesehatan mereka
• Membantu pasien memilih pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kemampuan pasien

• Mendukung pelayanan pasien yang lebih baik

Dalam menjalankan suatu model kolaborasi, dibutuhkan 3 komponen yaitu: input (tugas, saran, kritik,
dan lain-lain), proses (support, leadership), dan output (peningkatan kualitas, penurunan biaya, dan lain-
lain). Model dari kolaborasi diharapkan untuk menghasilkan suatu keluaran / output yang bermanfaat
bagi pasien. Di Indonesia sendiri, model kolaborasi belum berjalan dengan efektif. Hal ini tercermin dari
kasus-kasus yang sering sekali terjadi di Indonesia. Umumnya, kasus-kasus tersebut terjadi disebabkan
oleh kurangnya tenaga kesehatan di setiap instalasi kesehatan pada penjuru nusantara.

Dari contoh model yang telah dijelaskan, terlihat bagaimana baiknya keluaran yang dihasilkan jika model
kolaborasi dijalankan dengan baik. Keluaran yang dihasilkan adalah pasien mengerti dan memilih
perawatan mana yang dikehendaki oleh dirinya secara aktif. Namun. faktanya hal tersebut belum
berjalan di Indonesia. Biasanya, dokter yang menentukan perawatan yang akan dijalani oleh pasien.
Keluaran lain yang diharapkan dari model kolaborasi tersebut adalah peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan terhadap pasien.

Saat menjalankan sebuah model kolaborasi, diperlukan juga proses-proses yang mendukung. Salah satu
proses tersebut adalah pengembangan sistem pembayaran. Kualitas pelayanan yang lebih baik tentunya
membutuhkan pembayaran yang lebih tinggi. Namun, di Indonesia hal ini masih belum berlaku. Bayaran
yang tidak seimbang antar-elemen tenaga kesehatan merupakan salah satu penyebab tidak
maksimalnya kerja dari tenaga kesehatan tersebut. Hal ini juga tercermin dalam JKN dimana terlihat
bahwa dokter memiliki bayaran yang lebih tinggi dibandingkan seorang apoteker. Selain itu, perlu juga
diadakan publikasi dari kinerja kolaborasi yang telah terjadi agar membuat pasien lebih yakin akan
pelayanan yang diberikan terhadap dirinya.

C. Komponen Kolaborasi

Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan kompak dalam mencapai
tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi yang efektif meliputi kerjasama, asertifitas, tanggung
jawab,komunikasi, otonomi dan koordinasi seperti skema di bawah ini. Dasar-dasar kompetensi
koaborasi :

a.Komunikasi

b.Respek dan kepercayaan-

c. Memberikan dan menerima feed back

d. Pengambilan keputusan
e. Manajemen konflik

Komunikasi merupakan pertukaran informasi sehingga dicapai ketepatan informasi, waktu yang sesuai,
dan kemurnian atau kejelasan dari informasi. Meningkatkan mutu komunikasi diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman antar individu tim sehingga diperoleh kerjasama dan kolaborasi yang baik.

Pada dasar kompetensi yang lain, kualitas respek dapat dilihat lebih ke arah honor dan harga diri,
sedangkan kepercayaan dapat dilihat pada mutu proses dan hasil. Respek dan kepercayaan dapat
disampaikan secara verbal maupu non verbal serta dapat dilihat dan dirasakan dalam penerapannya
sehari-hari. Feed back dipengaruhi oleh persepsi seseorang, pola hubungan, harga diri, kepercayaan diri,
kepercayaan, emosi, lingkungan serta waktu, feed back juga dapat bersifat negatif maupun positif.

Elemen kepercayaan merupakan respon subyektif seseorang terhadap kehangatan, keramahan,


perilaku, dan lain-lain yang meningkatkan rasa aman sesorang untuk berbicara. Elemen ini penting
ketika percakapan mengarah ke hal-hal yang bukan keahlian farmasi.Penggunaan feedback dapat
membantu kita untuk memastikan maksud dari pesan yang disampaikan. Kita sebaiknya meminta lawan
bicara untuk mengulang apa yang telah dia pahami dari percakapan itu.

Pemimpin kolaboratif mungkin perlu menggunakan otoritas pribadi dan kualitas daripada kekuasaan
posisi, terutama ketika bekerja di organisasi yang terdiri dari berbagai profesi.

Keterampilan pribadi untuk kolaborasi :

•Mampu untuk meminta maaf

•Menyeimbangkan kerendahan hati dengan mendapatkan kepercayaan dan kredibilitas• Advokasi sudut
pandang Anda tanpa merugikan perasaan kolaborator Anda.

• Menjadi jelas, menghindari ambiguitas dan duplikasi usaha

• Konflik ketika percakapan dan menjadi emosional kemudian membuat aman lagi untuk melanjutkan
dialog yang bermakna

•Aktif mendengarkan kolaborator Anda

•Menemukan kesamaan, mengajukan pertanyaan dan meminta contoh yang menggambarkan apa yang
dimaksud

• Mendefinisikan tujuan bersama yang akan mengilhami tindakan

• Menceritakan dan memunculkan cerita, percakapan, dialog dan polylogue


• Mampu untuk mendapatkan sesuatu, sehingga Anda memiliki sesuatu untuk menunjukkan kolaborasi
Anda

• Networking. menjadi konektor, mengetahui orang dan sistem

• Menunjukkan bahwa Anda bersedia untuk belajar dan tidak tahu segalanya

• Mampu hidup dengan hasil yang mungkin tidak Anda antisipasi atau selama mereka ingin
meningkatkan perawatan pasien atau hasil

• Menjadi tangguh

Pemimpin Collaborative juga memimpin dengan contoh melalui menunjukkan komitmen terhadap
proses dan hasil kolaborasi dan mendukung orang lain dalam inisiatif kolaboratif, perkembangan sistem
atau peningkatan layanan. Pemimpin kolaboratif memastikan bahwa semua orang yang terkena dampak
keputusan (stakeholder) merupakan bagian dari proses perubahan atau pengambilan keputusan.

Manajemen konflik merupakan suatu upaya untuk meminimalisir efek buruk yang terjadi yang
diakibatkan oleh adanya konflik. Menurut Stoner, ada tiga cara dalam mengelola konflik. yang meliputi:

1. Merangsang konflik yang levelnya kecil pada unit yang prestasi kerjanya rendah. Yang termasuk dalam
cara ini adalah:

a. Meminta bantuan orang luar

b. Menyimpang dari peraturan

c. Meningkatkan kompetisi

d. Memilih manajer yang cocok

2. Menumpas konflik jika levelnya terlalu tinggi

3. Menyelesaikan konflik. Metode penyelesaian konflik yang disampaikan Stoner adalah:

a. Dominasi dan penguasaan. Hal ini dilakukan dengan cara paksaan, penghindaran dan penentuan
dengan syara terbanyak

b. Kompromi

e. Pemecahan masalah secara menyeluruh


d. Perundingan, yaitu melakukan dialog terus menerus antar kelompok untuk menemkan suatu
penyelsaian maksium yang menguntungkan kedua belah pihak. Melalui perundingan, dapat ditentukan
penyelesaian yang paling memuaskan.

Gaya perundingan untuk mengelola konflik dapat dilakukan dengan cara:

i. Pencairan, yaitu dengan melakukan dialog untuk mendapat suatu pengertian

ii. Keterbukaan

iii. Belajar empati

iv. Mencari tujuan bersama

v. Mencari jalan alternatif

vi. Mempelajari dan memberi tanggapan terhadap alternatif yang ada

vii. Mencari penyelesaian berdasarkan alternatif yang ada

vii Membuka jalan buntu dengan melibatkan pihak ketiga yang objektif dan berpengalaman

ix. Mengikat diri pada penyelesaian

x. Mengikat seluruh kelompok pada penyelesaian

Cara manajemen konflik yang lain dikemukakan oleh Theo Riyanto, yaitu dengan melakukan tindakan
preventif seperti:

1. Menghindari konflik

2. Mengaburkan konflik

3 . Mengatasi konflik dengan cara:

a. Dengan kekuatan (win-lose solution)

b. Dengan perundingan

2.2 KOLABORASI DALAM TIM KESEHATAN

A. Prinsip Kolaborasi dalam Tim Kesehatan


1. Tujuan bersama

2. Pengakuan dan penghormatan terhadap kekuatan masing-masing dan perbedaan

3. Pengambilan keputusan yang adil dan efektif

4. Fokus pada pasien

5. Komunikasi yang jelas dan teratur

B.Prinsip di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Patient-centered Care

•Mengutamakan kepentingan dan kebutuhan pasien

•Pasien dan keluarganya sebagai pemberi keputusan dalam masalah kesehatannya

2. Mutual respect and trust

•Saling percaya dengan memahami pembagian tugas dan kompetensinya masing- masing

•Saling menghormati dan menghargai masing-masing profesi

3. Clear communication

•Komunikasi efektif antara tenaga kesehatan

•Rekam medis atau catatan lain yang ditulis dengan lengkap

4. Clarification of roles and scopes of practice

•Memahami lingkup kerja dan tanggung jawab masing-masing sebagai tenaga kesehatan

Lingkup pekerjaan dalam kolaborasi kesehatan dijelaskan dalam job description dan kontrak
pegawai,Pasien juga dilibatkan untuk memahami peranannya dalam mewujudkan kesehatan

5. Clarification of accountability and responsibility

Bertanggungjawab dengan perawatan terhadap pasien yang ditanganinya

6. Liability protection for all members of the team

Setiap anggota tim kesehatan memiliki perlindungan atau jaminan formal untuk mengakomodasi
tugasnya
7. Sufficient human resources and infrastructure

•Mengefektifkan kerja dari tim kolaborasi kesehatan. Untuk itu, pemerintah membantu menambah
jumlah tenaga kesehatan

•Mengaplikasikan teknologi untuk membatu kolaborasi kesehatan

8. Sufficient payment and payment arrangement

•Tim kolaborasi tidak mendasari pekerjaannya sebatas upah yang diterimanya

• Pemerintah membatu secara finasial dan tekns dalam mengembangkan kolaborasi

9. Supportive education system

Pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan efektivitas kolaborasi kesehatan

10. Research and evaluation

Evaluasi dengan melihat kenyataan lapangan dari kolaborasi kesehatan untuk memperbaiki standar
kualitas yang ada

C. Tujuan Kolaborasi Tim Kesehatan

• untuk meningkatkan kualitas dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien.

•untuk meminimalisir masalah masalah yang berkenaan dengan kebutuhan kesehatan pasien

• untuk meningkatkan pemahaman kontribusi setiap anggota tim kesehatan sehingga masing-masing
anggota tim kesehatan dapat berkontribusi sesuai dengan profesi masing- masing.

•menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, menghargai dan memahami orang lain khususnya antar
anggota tim kesehatan.

D.Manfaat Kolaborasi Tim Kesehatan

Manfaat bagi pasien :

• Dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan adanya koordinasi antar profesional
kesehatan dalam memberikan pelayanan, khususnya ketika menghadapi masalah yang kompleks.

• Mengintegrasi pelayanan kesehatan untuk masalah dan kebutuhan kesehatan yang lebih luas yang
lebih luas.
• Memberikan keleluasaan bagi pasien untuk menjadi partner dalam pelayanan keschatan

•Dapat melayani pasien dari berbagai latar belakang budaya.

•Waktu yang diperlukan lebih efisien.

Manfaat bagi anggota tim kesehatan:

• Meningkatnya kepuasan profesional dengan adanya kerjasama tim kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.

•Memfasilitasi perubahan perhatian kegawatan dan perawatanberkala untuk mencegah


perawatan/pelayanan yang berlarut-larut.

• Mendorong anggota tim kesehatan untuk berinovasi.

•Mendorong tenaga kesehatan untuk berperan secara individual sesuai dengan keahlianya

Manfaat bagi edukator dan mahasiswa:

•Memberikan pengetahuan mengenai peran berbagai profesi kesehatan.

•Membantu mengembangkan apresiasi dan pemahaman terhadap profesi sejawat lainya.

•Memberikan contoh strategi untuk praktek pelayanan kesehatan dimasa yang akan datang dengan
adanya pembelajaran mengenai bagaimana kolaborasi tim kesehatan.

• Meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam proses pembelajaran.

Manfaat bagi sistem pelayanan kesehatan:

•Memberikan pelayanan yang lebih efisien.

• Memaksimalkan fasilitas yang ada untuk menunjang pelayan kesehatan yang berkualitas.

•Menurunkan resiko pelayanan yang kurang tepat.

• Dapat terfasilitasinya usaha peningkatan kualitas pelayanan secara kontinu atau berkelanjutan.

D. Cara Membangun dan Mempertahankan Kolaborasi Kesehatan


Tim kesehatan merupakan konstruksi dinamis dengan pengalaman anggota yang berbeda-beda sesuai
dengan profesinya. Dalam kolaborasi tim kesehatan, dapat diibaratkan ada dua gaya yang berpengaruh
yaitu gaya sentripetal dan gaya sentrifugal. Gaya sentripetal membangun terjadinya kesatuan dan
mempertahankannya. Gaya sentrifugal berusaha memecah-belah kolaborasi.

Gaya sentrifugal

Tantangan dalam berkolaborasi yang sering dijumpai yaitu pengalaman personal yang berbeda,
komitmen profesi, terjadinya rivalitas yang tidak sehat, serta sulitnya menemukan waktu diantara
kesibukan masing-masing.

Gaya sentripetal

Mengatasi tantangan diatas, perlu dikembangkan tiga hal berikut:

1. Building shared situational awareness of the context.

Mengembangkan kebiasaan untuk berbagi pandangan mengenai suatu keadaan yang terjadi. Pandangan
seringkali berdasar dari pengalaman masing-masing anggota tim Keragaman pemikiran yang ada akan
memperkaya wawasan tim. Secara konkret dilakukan dengan dialog secara terbuka (tidak kaku) dan
aktif, penuh empati dan respek.

Pada awalnya pandangan/asumsi anggota tim berbeda-beda dan mungkin tidak cocok. Selanjutnya
melalui proses "storming", terjadilah dinamika dimana pada akhirnya akan terbentuk keputusan
kelompok yang lebih baik daripada pemikiran individual.

2. Refreshing and updating the team's understanding of the (changing) conted with new information

Secara aktif memperbaharui ilmu pengetahuan tim dengan perkembangan terbaru sebagai persiapan
akan hal-hal yang mungkin akan dihadapi tim. Hal ini dapat membantu memberikan terobosan (cara
haru) penyelesaian situasi.

3. Deepening each team member's capacity for heedful interrelating, that is, for acting with each other's
(and the team's) perspective in mind.

Melakukan segala tindakan dengan penuh pertimbangan apa dampaknya bagi orang Jain. Kebiasaan "itu
bukan bagian pekerjaan saya" tidak dapat dipelihara sebagai tim.
Kolaborasi tim kesehatan dapat dibangun diatas kontribusi setiap anggota tim. Kesadaran untuk berbagi
pandangan dan membentuk keputusan kelompok pada akhirnya pasti lebih baik dibandingkan
keputusan masing-masing individu. Mempetahankan terjadinya kolaborasi dilakukan dengan menjaga
komunikasi yang aktif, kritis tapi tetap terbuka, serta penuh empati.

BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kolaborasi tim kesehatan merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam menangani masalah
kesehatan. Tanpa adanya kolaborasi dari tim kesehatan, pengobatan tidak dapat berjalan secara
optimal. Dalam kolaborasi tim kesehatan, masing-masing tenaga kesehatan mempunyai peran dan
tanggung jawabnya masing-masing. Peran dan tanggung jawab tersebut tidak hanya untuk satu individu
saja, tapi juga keluarga dan masyarakat. Kesadaran akan tujuan yang sama dalam penanganan
kesehatan dan komunikasi yang baik mendukung proses kolaborasi tim kesehatan yang tentunya akan
berdampak baik dalam pelayanan kesehatan bagi pasien. Pelaksanaan terapi yang baik bagi pasien tidak
tergantung dari peran tim kesehatan saja, dukungan dari orang-orang terdekat pasien seperti keluarga
juga berperan besar dalam penyembuhan penyakit pasien. Selain itu, tim kesehatan juga mempunyai
peran yang besar di masyarakat dalam menangani masalah kesehatan. Untuk itulah, kolaborasi tim
kesehatan yang baik dan efektif diperlukan.

4.2 Saran

Untuk mengupayakan pelayanan kesehatan yang optimal, tenaga kesehatan harus berkolaborasi dan
bekerjasama dengan baik dalam penatalaksanaan masalah kesehatan baik di individu, keluarga dan
anggota masyarakat. Untuk menghindari tumpang tindih tugas masing-masing tenaga kesehatan,
diperlukan adanya hubungan dan komunikasi yang baik antar sesama tenaga kesehatan. Masing-masing
tenaga kesehatan perlu menyadari kesamaan tujuan dari peran medis yang mereka lakukan walaupun
sangat jelas perbedaan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Sikap saling menghargai dan
menghormati antar masing- masing profesi kesehatan juga perlu diterapkan agar tercipta hubungan
kolaborasi dan kerja sama yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Black Well, Wiley. ABC Of Clinical Leadership. www.abcbookseries.coom

Riyanto, Theo. Martinus Th. 2008. Kelompok Kerja yang Efektif Yogyakarta: Kanisius

Salas, Eduardo et.all.2007. Markers for Enhancing Team Cognition in Complex Environments The Power
of Team Performance Diagnosis. Aviation, Space, and Environmental Medicine
Sargeant Joan et.all. 2008. Effective interprofessional team. Interscience, Journal of continuing
education in the health professions

Stoner, James A.F. 1986. Manajemen. Jakarta: Erlangga

Ontario. Guide to Collaborative Team Practice, 2005

Anda mungkin juga menyukai