Anda di halaman 1dari 20

BAB II

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kolaborasi atau kerjasama antar profesi kesehatan adalah hal

yang berpengaruh dalam mengoptimalkan pelayanan kesehatan pada

pasien (Liaw et al., 2014). Hubungan kolaborasi dalam pelayanan

kesehatan melibatkan sejumlah tenaga profesi kesehatan dan

tentunya dalam melakukan kolaborasi tersebut terdapat perbedaan

pendapat antar tenaga kesehatan.

Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan bentuk

pelayanan yang diberikan kepada klien dari suatu tim pelayanan

kesehatan. Tim pelayanan kesehatan yaitu sekelompok professional

yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan keahlian

berbeda. Tim akan berjalan dengan baik bila setiap anggota tim

memberikan kontribusi yang baik sesuai dengan keyakinan profesi dan

standar yang ditetapkan (Faizin & Winarsih, 2008).


Kolaborasi dalam hubungan kerja antara tenaga kesehatan

merupakan memberikan pelayanan kepada pasien atau klien dengan

melakukan diskusi tentang diagnosa, meakukan kerja sama dalam

asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-

masing bertanggung jawab pada pekerjaannya. Apapun bentuk dan

tempatnya kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide

yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator

Daripada itu kemampuan kolaborasi secara interprofesi

(interprofessional teamwork) tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan

harus dicari dan dilatih yang dapat dimulai dari tahap perkuliahan

sehingga mahasiswa mempunyai bekal pengetahuan dan pengalaman

mengenai cara berkolaborasi dengan profesi lain dalam tim yang 2

baik sebelum terjun ke dunia kerja yang sesungguhnya (Liston et al.,

2013).

Daripada itu kemampuan kolaborasi secara interprofesi

(interprofessional teamwork) tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan

harus dicari dan dilatih yang dapat dimulai dari tahap perkuliahan
sehingga mahasiswa mempunyai bekal pengetahuan dan pengalaman

mengenai cara berkolaborasi dengan profesi lain dalam tim yang 2

baik sebelum terjun ke dunia kerja yang sesungguhnya (Liston et al.,

2013).

Selain itu Mahasiswa dapat terlatih dalam berkolaborasi dan

berkomunikasi antar tim, sehingga siap untuk mengabdikan diri

sebagai tenaga medis yang professional bagi masyarakat.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan rumusan masalah pada makala ini yaitu:

1. Pngertian kolaborasi

2. Manfaat kolaborasi

3. Unsur-unsur kolaborasi

4. Jenis Kolaborasi

5. Faktor-faktor Kolaborasi

6. Hambatan Berkolaborasi
C. Tujuan

Tujuan pada makalah ini yaitu:

1. Untuk mngetahui Pngertian kolaborasi

2. Untuk mngetahui manfaat kolaborasi

3. Untuk mngetahui unsur-unsur kolaborasi

4. Untuk mngetahui jenis kolaborasi

5. Untuk mngetahui factor-faktor kolaborasi

6. Untuk mngetahui hambatan kolaborasi


BAB II

Pembahasan

A. Pengertian kolaborasi

Kolaborasi adalah hubungan timbal balik dimana pemberi

pelayanan memegang tanggung jawab paling besar untuk

perawatan pasien dalam kerangka kerja bidang respektif mereka.

Praktik keperawatan kolaboratif menekankan tanggung jawab

bersama dalam manajemen perawatan pasien, dengan proses

pembuatan keputusan bilateral didasarkan pada masing-masing

pendidikan dan kemampuan praktisi (Siegler & Whitney, 2000).

Baily & Synder, (1995) menyatakan kolaborasi sebagai

hubungan kemitraan yang bergantung satu sama lain dan

memerlukan perawat, dokter dengan profesi lain untuk melengkapi

satu sama lain ahli-ahli berperan secara hirarki (Kemenkes RI,

2012).

Kolaborasi adalah suatu hubungan yang kolegial dengan

pemberi perawatan kesehatan lain dalam pemberian perawatan


pasien. Praktik kolaboratif membutuhkan atau dapat mencakup

diskusi diagnosis pasien dan kerjasama dalam penatalaksanaan

dan pemberian perawatan (Blais, 2006).

B. Manfaat Kolaboras

Kolaborasi dilakukan dengan beberapa alasan sebagai

manfaat dari kolaborasi yaitu antara lain:

1. Sebagai pendekatan dalam pemberian asuhan keperawatan

klien, dengan tujuan memberikan kualitas pelayanan yang

terbaik bagi klien.

2. Sebagai penyelesaian konflik untuk menemukan

penyelesaian masalah atau isu

3. Memberikan model yang baik riset kesehatan.

pada kolaborasi interprofessional pada perawat di Yunani,

menunjukkan hasil bahwa pentingnya dilakukan kolaborasi.

Fenomena yang dipaparkan pada penelitian ini dimana perawat

mengalami ketegangan antara dokter dan perawat yang

merupakan faktor yang signifikan stress perawat ditempat kerja.


Lingkungan yang tegang dan perilaku yang kasar secara verbal

menjadikan status kerja dan kondisi kerja yang buruk ditempat

kerja. Selain itu, tujuan dari kolaborasi pada pelayanan kesehatan

ini, untuk perawatan pasien yang lebih baik akan berisiko

tinggiuntuk kesalahan dalam penyediaan pelayanan. Fenomena

tersebut menarik minat peneliti sehingga penelitian ini dilakukan

yang menunjukkan hasil bahwa kolaborasi di rumah sakit di Yunani

sebagai tempat penelitian sangat tidak efektif dimana dokter

melihat kolaborasi sebagai kegiatan yang melibatkan antar profesi

bukan interprofesional.

C. Unsur-unsur kolaborasi

Dari pengertian-pengertian kolaborasi di atas maka dapat

dikatakan unsur-unsur kolaborasi adalah :

1. Adanya kerjasama antara dua orang atau lebih

2. Adanya tujuan tertentu

3. Adanya karya bersama


Menurut Suaraatr (2008:2), unsur-unsur yang ada pada kolaborasi

adalah:

1. Keyakinan orang, artinya bagaimana anda dapat

mempengaruhi orang, kalau tidak ada keyakinan orang

manfaat yang akan ditarik dari visi anda untuk mewujudkan

kerjasama. Oleh karena itu harus ditumbuhkan prinsip

kolaborasi kedalam sikap dan perilaku.

2. Lakukan Assesmen, artinya setelah timbulnya keyakinan

orang akan pentingnya kolaborasi, maka perlu diikuti

adanya satu pengawasan secara berkeinambungan untuk

mengadakan penilaian apakah penerimaannya karena

keterpaksaan atau datang dari dalam diri yang

bersangkutan untuk melakukan kolaborasi sebagai suatu

kebutuhan.

3. Budaya organisasi, artinya semua anggota dalam

organisasi memenuhi norma, nilai, wewenang dan ganjar

yang telah disepakati bersama dalam bersikap dan


berperilaku karena dengan budaya itulah dapat menuntun

kita melaksanakan kolaborasi sebagai keyakinan dan

kebutuhan.

4. Reaktif Adaptif, artinya setiap individu, kelompok dan

organisasi harus mampu menggerakkan dalam tindakan

pada saat yang mana dapat melaksanakan pikiran yang

reaktif dan atau adaptif. Ukurannya dikaitkan dengan waktu

dan tingkat masalah yang diha-dapi, oleh karena itu dengan

kolaborasi yang ditopang oleh keyakinan, kebutuhan dan

budaya akan dapat memusatkan bertindak kapan reaktif

dan atau adaptif.

5. Sistem intergrasi, artinya setiap individu, kelompok dan

organisasi mampu bergerak dalam satu tindakan

berdasarkan unsur keyakinan, kebutuhan, budaya, tindakan

kedalam satu sistem yang dapat menyatukan pengga-

bungan unsur yang ada agar pelaksanaan kolaborasi

menjadi satu kesatuan yang bulat.


Setiap unsur yang telah dikemukakan memiliki keterkaitan

satu dengan yang lain. Kolaborasi akan dilakukan antara pihak

yang satu dengan pihak yang lain, untuk keseimbangan perilaku

individu, kelompok dan organisasi harus dapat diwujudkan untuk

memecahkan semua

D. Jenis Kolaborasi

Secara umum jenis kolaborasi yang terjadi di kalangan

ilmuan terdiri dari berbagai jenis. Menurut Subramanyan (1983:30)

jenis kolaborasi terdiri atas:

1. Kolaborasi dosen-mahasiswa Kolaborasi semacam ini sering

dijumpai di perguruan tinggi. Pada kolaborasi semacam ini

seorang dosen memberikan arahan, gagasan, petunjuk,

ataupun biaya penelitian, dan mahasiswa yang melakukannya.

Oleh karena itu, nama penulis yang tercantum dilaporan

penelitian tersebut adalah nama dosen yang bersangkutan.

Kondisi ini jelas sangat memungkinkan nama seorang dosen


dapat muncul pada waktu yang bersamaan dangan kolaborator

lain.

2. Kolaborasi sesama rekan Kolaborasi ini jelas dilaksanakan di

lembaga penelitian. Dalam hal ini, penelitian dilakukan oleh

sekelompok peneliti, masing-masing anggota memberikan

sumbangan sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang

dimiliki dalam berbagai aspek penelitian.

3. Kolaborasi penyelia (supervisor) – asisten Kolaborasi ini sering

dilakukan antara peneliti senior dengan peneliti yunior

(asistennya). Kasus paling umum pada kolaborasi ini biasanya

dilakukan oleh peneliti di laboratorium. Pada penelitian di

laboratorium biasanya seorang peneliti dibantu oleh laboran

atau teknisi.

4. Kolaborasi peneliti-konsultan Kolaborasi jenis ini banyak

dilakukan pada proyek penelitian berskala besar. Tim peneliti

pada proyek ini menggunakan jasa atau lembaga atau


perusahaan lain sebagai konsultan dalam rangka pengumpulan,

pengolahan dan analisis data.

5. Kolaborasi antar lembaga Kolaborasi jenis ini dilakukan oleh

peneliti dan teknisi dari berbagai lembaga penelitian yang

bekerjasama dalam proyek bersama, dengan menggunakan

peralatan khusus yang dimiliki lembaga lain.

6. Kolaborasi Internasional Kolaborasi jenis ini melibatkan

beberapa negara atau antara peneliti/ilmuan dari beberapa

negara yang berkaitan dengan penelitian.

Sedangkan dalam Australian Goverment (2002:4) beberapa

jenis kolaborasi antara lain adalah:

1. Kerjasama lokasi (co-location), formasi berkelompok, jaringan

kerjasama nasional dan internasional, pertukaran infrastruktur,

kerjasama investasi dalam infrastruktur dan penelitian

2. Akses yang cepat dan fleksibel untuk ide-ide dan teknologi

baru, peningkatan penyediaan pembiayaan, peningkatan


kualitas pendapatan yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang

singkat.

3. Sinergy intelektual, pertukaran visi yang strategis, pertukaran

etos kerjasama, memperjelas objek umum, keahlian khusus dan

kemampuan pelengkap, kesempatan pelatihan dan kerjasama

supervisi.

Setiap pihak yang berkolaborasi pasti hanya ingin

berkolaborasi dengan pihak yang dapat memberikan kontribusi

yang menguntungkan baik dalam hal intelektual maupun fisik.

Karena ketika suatu pihak tidak mampu memberikan kontribusinya

dalam penelitian yang sedang dilakukan, maka tidak ada

untungnya suatu pihak berkolaborasi dengan pihak lainnya yang

dianggap mampu memberikan kontribusi yang menguntungkan

terhadap hasil penelitian.

Dari pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa, apapun

bentuk kolaborasi yang dilakukan oleh peneliti atau pengarang,

tujuannya adalah untuk menghasilkan karya bersama. Setiap


kolaborasi dilakukan karena adanya hasil yang saling

menguntungkan diantara pihak yang berkolaborasi.

E. Faktor-faktor Kolaborasi

Kolaborasi memiliki beberapa variasi bentuk yang disusun

dari penawaran nasihat dan wawasan, pengetahuan umum kepada

partisipan yang aktif dalam penelitian tertentu. Kontribusi pada

kolaborasi ini juga dapat berubah-ubah levelnya mulai dari yang

sangat substansial sampai pada yang paling tidak berarti. Seorang

peneliti kadang tidak terlihat sebagai seorang kolaborator dan

berperan sebagai partner dari seorang penulis yang bertindak

sebagai penyedia peralatan.

Katz (1997:5), menyatakan ada beberapa faktor yang mendorong

terjadinya kolaborasi:

1. Mengubah pola atau tingkat pembiayaan

2. Keinginan peneliti untuk meningkatkan popularitas ilmiah dan

penghargaan
3. Meningkatkan tuntutan akan rasionalisasi pada tenaga manusia

secara ilmiah

4. Syarat-syarat dalam pemakaian peralatan yang lebih kompleks

5. Meningkatkan spesialisasi dalam ilmu pengetahuan

6. Peningkatan disiplin ilmiah yang berarti bahwa seseorang

peneliti membutuhkan pengetahuan yang lebih dan lebih lagi

supaya dapat membuat kemajuan yang signifikan, sebuah

tuntutan yang hanya sering dijumpai dengan menyatukan

pengetahuan seseorang dengan yang lainnya

7. Menumbuhkan profesionalisasi dalam ilmu penngetahuan,

faktor yang mungkin lebih penting pada tahun yang lalu

dibandingkan sekarang

8. Kebutuhan untuk mencapai pengalaman atau untuk meneliti

magang para peneliti dengan cara yang paling efektif dan

memungkinkan untuk dilakukan

9. Meningkatkan keinginan untuk menghasilkan fertilisasi silang

dengan disiplin
10. Kebutuhan untuk bekerja dalam kedekatan fisik dengan yang

lain supaya memperoleh keuntungan dan keahlian dan

pengetahuan terpendam yang mereka miliki

Sedangkan menurut Czajkowski (2008:1) bahwa ada enam

faktor kolaborasi dalam literatur ilmiah:

1. Kepercayaan dan kecocokan antar rekan kerja

2. Tujuan umum dan khusus

3. Pengaruh yang sama dan kerjasama pembuatan keputusan

4. Peraturan dan tanggung jawab yang jelas

5. Komunikasi yang terbuka dan sering

6. Sumber daya manusia dan keuangan yang cukup

F. Hambatan Berkolaborasi

Suatu kegiatan kolaborasi tidak selamanya berjalan dengan

sukses. Dalam kegiatan kolaborasi sering muncul hambatan yang

sering terjadi dalam kegiatan berkolaborasi, antara lain:

1. Organisasional, budaya dan nilai dalam sebuah organisasi

dapat mendatangkan rintangan bagi kolaborasi. Contohnya,


kolaborasi antara peneliti bisa tidak didukung oleh sebuah

organisasi khusus atau manajemennya.

2. rganisasional, budaya dan nilai dalam sebuah organisasi dapat

mendatangkan rintangan bagi kolaborasi. Contohnya,

kolaborasi antara peneliti bisa tidak didukung oleh sebuah

organisasi khusus atau manajemennya.

3. areer-Related (berhubungan dengan karir/riwayat kerja), Panitia

mencatat praktek promosi atau pemajuan muncul untuk

mengkontribusikan menjadi sebuah proyek kolaboratif yang

dapat dinilai. Contohnya, keinginan peneliti secara individual

untuk mendapatkan hasil penelitian bisa didesak oleh

kebutuhan organisasi untuk melindungi hasil iklan yang

potensial.

4. Geografikal, submissions (submisi) mengidentifikasikan lokasi

dan jalan masuk yang terbatas bagi infrastruktur, fasilitas dan

mekanisme komunikasi sebagai rintangan yang jelas bagi

kolabrasi, walaupun e-mail telah dinyatakan sebagai sumber


pengaruh yang positif. Contohnya, peneliti di lokasi pedalaman

dan regional sering mengalai kesulitan dalam mengakses

infrastruktur, fasilitas atau bekerja dengan kolaborator akibat

jarak dan biaya untuk bergabung. Submisi juga menyebutkan

keterbatasan dalam mengakses teknologi komunikasi pada

kecepatan tinggi untuk ditransfer data dan tetle serta

komunikasi lewat video.


BAB III

KESIMPULAN

A. Kempulan

Berdasarkan kesimpulan di atas dapat dinyatakan bahwa,

apapun bentuk kolaborasi yang dilakukan oleh peneliti atau

pengarang, tujuannya adalah untuk menghasilkan karya bersama.

Setiap kolaborasi dilakukan karena adanya hasil yang saling

menguntungkan diantara pihak yang berkolaborasi.


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Studi
Kolaborasi” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada bidang studi Manajemen Laboratorium. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimana mendiagnosis penyakit
menggunakan teknik hibridisasi southern bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Mistabaid,S.ST selaku dosen
bidang studi Manajemen Laboratorium  yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

KENDARI,8 JANUARI 2021

PENULIS

Anda mungkin juga menyukai