Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekolompok profesional
yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbedakeahlian. Tim akan
berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggotatim dalam memberikan
pelayanan kesehatan terbaik. Anggota tim kesehatanmeliputi : pasien, perawat,
dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi,manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim
kolaborasi hendaknya memilikikomunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan
saling menghargai antar sesama anggota tim.Proses sinergi dan pemahaman antar
profesi dapat dibangun sejak calon-calon tenga professional ini duduk dibangku
kuliah. Melakukan aktifitas bersama untuk menyelesaikan suatu masalah yang dapat
dilihat dari berbagaimacam perspektif profesi akan meningkatkan kesadaran diri
tentangketerbatasan profesi, meningkatkan pemahaman arti pentingya kerja tim
profesi dan pada akhirnya memunculkan perasaan penghargaan antar anggotatim
kesehatan. Saat ini peraturan yang jelas tertulis hanyalah rumah sakit pendidikan
untuk dokter dan dokter gigi, sementara profesi lain tidak diatur.Pertanyaanya adalah,
apakah akan tercipta generasi dokter yang baik jikatenaga kesehatan lain di dalam
rumah sakit tidak diatur untuk menciptakansistem pelayanan kesehatan rumah sakit
yang lebih baik, Siapakah yang bisadijadikan contoh peran kolaborasi professional
dalam melayani pasien, Biladokter memiliki keunggulan dalam menegakan diagnosa
penyakit, bukankahfarmasi lebih tahu tentang pilihan obat yang paling tepat,
Bukankah perawatyang lebih tahu tentang respon akibat penyakit dan pengobatanya.
Sebagai seorang kolaborator, perawat melakukan kolaborasi denganklien, pper
group serta tenaga kesehatan lain. Kolaborasi yang dilakukandalam praktek di
lapangan sangat penting untuk memperbaiki. Agar perawatdapat berperan secara
optimal dalam hubungan kolaborasi tersebut, perawat perlu menyadari
akuntabilitasnya dalam pemberian asuhan keperawatan danmeningkatkan otonominya
dalam praktik keperawatan. Faktor pendidikanmerupakan unsur utama yang
mempengaruhi kemampuan seorang profesionaluntuk mengerti hakikat kolaborasi
yang berkaitan dengan perannya masing-masing, kontribusi spesifik setisp profesi,
dan pentingnya kerja sama. Setiapanggota tim harus menyadari sistem pemberian
1
asuhan kesehatan yang berpusat pada kebutuhan kesehatan klien, bukan pada
kelompok pemberiasuhan kesehatan. Kesadaran ini sangat dipengaruhi oleh
pemahaman setiapanggota terhadap nilai-nilai profesional. yaitu melakukan sharing
perencanaan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, membuat tujuan dan
tanggung jawab, melakukan kerja sama dan koordinasi dengan komunikasi
terbuka.Dilain pihak seorang perawat akan berfikir; apa masalah pasien
ini,Bagaimana pasien menanganinya,, bantuan apa yang dibutuhkannya, Dan apa
yang dapat diberikan kepada pasien?. Perawat dididik untuk mampu menilaistatus
kesehatan pasien, merencanakan intervensi, melaksanakan rencana,mengevaluasi
hasil dan menilai kembali sesuai kebutuhan. Para pendidik menyebutnya sebagai
proses keperawatan. Inilah yang dijadikan dasar argumentasi bahwa profesi
keperawatan didasari oleh disiplin ilmu yangmembantu individu sakit atau sehat
dalam menjalankan kegiatan yangmendukung kesehatan atau pemulihan sehingga
pasien bisa mandiri.Perbedaan antara dokter dan perawat dalam upaya kolaboratif
terlihatcukup mencolok. Dokter dapat menentukan atau memandang kolaborasi dalam
perspektif yang berbeda dari perawat. Mungkin dokter berpikir bahwakerjasama
tersirat dalam tindak lanjut sehubungan dengan mengikuti perintah /instruksi dari
pada saling partisipasi dalam pengambilan keputusan.Meskipun komunikasi
merupakan komponen yang diperlukan, itu saja tidak cukup untuk memungkinkan
kolaborasi terjadi. Gaya maupun cara berkomunikasi juga berpengaruh terhadap
efektivitas komunikasi. Pelaksanaaninstruksi dokter oleh perawat dipandang sebagai
kolaborasi oleh dokter sedangkan perawat merasa mereka sedang diperintahkan untuk
melakukansesuatu. Kemungkinan kedua adalah bahwa perawat tidak merasa
nyaman“menantang” dokter dengan memberikan sudut pandang yang berbeda..
Atau,mungkin input yang perawat berikan tidak dihargai atau ditindak
lanjuti,sehingga interaksi tersebut tidak dirasakan oleh perawat sebagai kolaborasi

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Tim, Kolaborasi, dan Kerjasama Tim?
2. Apa saja komponen yang dibutuhkan untuk tercapainya suatu kerjasama tim yang
Efektif?
3. Apa yang dimaksud Kolaborasi Tim Kesehatan?
4. Apa saja model-model/ Jenis Kolaborasi Tim Kesehatan?
5. Bagaimana proses joint Partnership for Issue Advocacy?
2
6. Bagaimana prinsip-prinsip Kolaborasi Tim Kesehatan?
7. Mengapa Kolaborasi Tim Kesehatan dan Patient Safety sangat penting?
8. Apa saja manfaat Kolaborasi Tim Kesehatan?
9. Bagaimana Cara Membangun dan Mempertahankan Kolaborasi Tim Kesehatan
yang Efektif

C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian dari Tim, Kolaborasi, dan Kerjasama
Tim.
2. Agar mahasiswa mengetahui apa saja komponen yang dibutuhkan untuk
tercapainya suatu kerjasama tim yang Efektif.
3. Agar mahasiswa mengetahui pengertian Kolaborasi Tim Kesehatan.
4. Agar mahasiswa mengetahui apa saja model-model/ Jenis Kolaborasi Tim
Kesehatan.
5. Agar mahasiswa mengetahui proses joint Partnership for Issue Advocacy.
6. Agar mahasiswa mengetahui prinsip-prinsip Kolaborasi Tim Kesehatan
7. Agar mahasiswa mengetahui pentingnya Kolaborasi Tim Kesehatan dan Patient
Safety
8. Agar mahasiswa mengetahui manfaat kolaborasi tim kesehatan.
9. Agar mahasiswa mengetahui Cara Membangun dan Mempertahankan Kolaborasi
Tim Kesehatan yang Efektif.

BAB II
TINJAUAN TEORI

3
A. Pengertian Kolaborasi, dan Kerjasama Tim

Kolaborasi adalah suatu inisiasi atau kegiatan yang bertujuan untuk


memperkuat hubungan antar pekerja yang memiliki profesi berbeda yang saling
bekerja sama dalam kemitraan yang ditandai dengan adanya tujuan yang hendak
dicapai bersama; pengakuan dan penghormatan terhadap kekuatan dan perbedaan
masing-masing; adil dan efektif dalam pengambilan keputusan; terjalinnya
komunikasi yang jelas dan teratur. Berdasarkan kamus Heritage Amerika (2000),
kolaborasi adalah bekerja bersama khususnya dalam usaha penggambungkan
pemikiran.

Kerjasama Tim adalah interaksi atau hubungan dari dua atau lebih profesional
kesehatan yang bekerja saling bergantung untuk memberikan perawatan untuk
pasien (Canadian Health Services Research Foundation, 2006). Tujuan dari
kerjasama ini untuk memberikan perawatan kepada pasien, berbagi informasi
untuk mengambil keputusan bersama, dan mengetahui waktu yang optimal untuk
melakukan kerjasama dalam perawatan pasien.

B. Komponen yang Dibutuhkan untuk Tercapainya Suatu Kerjasama Tim yang


Efektif

Menurut O’Daniel, komponen kerjasama tim yang efektif, yaitu komunikasi


terbuka, lingkungan yang leluasa, memiliki tujuan yang jelas, peran dan tugas
yang jelas bagi angota-anggota tim, saling menghormati, berbagi tanggung jawab
demi kesuksesan tim, keseimbangan patisipasi setiap anggota dalam mengemban
tugas, pengakuan dan pengolahan konflik, spesifikasi yang jelas mengenai
wewenang dan akuntabilitas, mengetahui secara jelas prosedur pengambilan
keputusan, berkomunikasi dan berbagi informasi secara teratur dan rutin,
lingkungan yang mendukung (termasuk akses ke sumber daya yang dibutuhkan),
dan mekanisme untuk mengevaluasi hasil dan menyesuaikan sesuai peraturan
yang berlaku.

C. Pengertian Kolaborasi Tim Kesehatan

4
Kolaborasi tim kesehatan adalah hubungan kerja yang memiliki tanggung
jawab bersama dengan penyedia layanan kesehatan lain dalam pemberian
(penyediaan) asuhan pasien (ANA, 1992 dalam Kozier, Fundamental
Keperawatan). Kolaborasi kesehatan merupakan aktivitas yang bertujuan untuk
memperkuat hubungan diantara profesi kesehatan yang berbeda.  Kolaborasi tim
kesehatan terdiri dari berbagai profesi kesehatan seperti dokter, perawat, psikiater,
ahli gizi, farmasi, pendidik di bidang kesehatan, dan pekerja sosial. Tujuan utama
dari kolaborasi tim kesehatan adalah memberikan pelayanan yang tepat, oleh tim
kesehatan yang tepat, di waktu yang tepat, serta di tempat yang tepat.

Elemen penting dalam kolaborasi tim kesehatan yaitu keterampilan


komunikasi yang efektif, saling menghargai, rasa percaya, dan proses pembuatan
keputusan (Kozier, 2010). Konsep kolaborasi tim kesehatan itu sendiri merupakan
konsep hubungan kerjasama yang kompleks dan membutuhkan pertukaran
pengetahuan yang berorientasi pada pelayanan kesehatan untuk pasien.

D. Model-model/ Jenis Kolaborasi Tim Kesehatan

Berikut merupakan bentuk/jenis kolaborasi tim kesehatan, diantaranya:

A. Fully Integrated Major


Bentuk kolaborasi yang setiap bagian dari tim memiliki tanggung jawab
dan kontribusi yang sama untuk tujuan yang sama.
B. Partially Integrated Major
Bentuk kolaborasi yang setiap anggota dari tim memiliki tanggung jawab
yang berbeda tetapi tetap memiliki tujuan bersama
C. Joint Program Office
Bentuk kolaborasi yang tidak memiliki tujuan bersama tetapi memiliki
hubungan pekerjaan yang menguntungkan bila dikerjakan bersama.
D. Joint Partnership with Affiliated Programming
Kerja sama untuk memberikan jasa dan umumnya tidak mencari
keuntungan antara satu dan lainnya.

E. Joint Partnership for Issue Advocacy

5
Bentuk kolaborasi yang memiliki misi jangka panjang tapi dengan tujuan
jangka pendek, namun tidak harus membentuk tim yang baru.

Menurut Family Health Teams (2005), terdapat 12 jenis kolaborasi tim, yaitu
perawatan reproduktif primer (misalnya, pre-natal, kebidanan, pasca persalinan, dan
perawatan bayi baru lahir); perawatan kesehatan mental primer, perawatan paliatif
primer; in-home/fasilitas penggunaan yang mendukung pelayanan; pelayanan
koordinasi/care navigation; pendidikan pasien dan pencegahan; pre-natal, kebidanan,
pasca melahirkan, dan perawatan bayi baru lahir; program penanganan penyakit
kronis – diabetes, penyakit jantung, obesitas, arthritis, asma, dan depresi; promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit; kesehatan ibu/anak; kesehatan kerja; kesehatan
lansia; pengobatan kecanduan; pelayanan rehabilitas; dan pengasuhan.

F. Prinsip-prinsip Kolaborasi Tim Kesehatan


1. Patient-centered Care
Prinsip ini lebih mengutamakan kepentingan dan kebutuhan pasien.
Pasien dan keluarga merupakan pemberi keputusan dalam masalah
kesehatannya.
2. Recognition of patient-physician relationship
Kepercayaan dan berperilaku sesuai dengan kode etik dan
menghargai satu sama lain.
3. Physician as the clinical leader
Pemimpin yang baik dalam pengambilan keputusan terutama
dalam kasus yang bersifat darurat.
4. Mutual respect and trust
Saling percaya dengan memahami pembagian tugas dan
kompetensinya masing-masing.

G. Pentingnya Kolaborasi Tim Kesehatan dan Patient Safety

Kolaborasi tim kesehatan sangatlah penting karena masing-masing tenaga


kesehatan memiliki pengetahuan, keterampilan, kemampuan, keahlian, dan
pengalaman yang berbeda. Dalam kolaborasi tim kesehatan, mempunyai
tujuan yang sama yaitu sebuah keselamatan untuk pasien. Selain itu,
kolaborasi tim kesehatan ini dapat meningkatkan performa di berbagai aspek

6
yang berkaitan dengan sistem pelayanan kesehatan. Semua tenaga kesehatan
dituntut untuk memiliki kualifikasi baik pada bidangnya masing-masing
sehingga dapat mengurangi faktor kesalahan manusia dalam memberikan
pelayanan kesehatan.

Kolaborasi penting bagi terlaksananya patient safety, seperti:

1. Pelayanan Kesehatan Tidak Mungkin Dilakukan oleh 1 Tenaga


Medis
2. Meningkatnya Kesadaran Pasien akan Kesehatan
3. Dapat Mengevaluasi Kesalahan yang Pernah Dilakukan agar Tidak
Terulang
4.  Dapat Meminimalisir Kesalahan
5. Pasien akan Dapat Berdiskusi dan Berkomunikasi dengan Baik
untuk Dapat Menyampaikan Keinginannya

H. Manfaat Kolaborasi Tim Kesehatan


1. Kemampuan dari pelayanan kesehatan yang berbeda dapat
terintegrasikan sehingga terbentuk tim yang fungsional
2. Kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah penawaran pelayanan
meningkat sehingga masyarakat mudah menjangkau pelayanan
kesehatan
3. Bagi tim medis dapat saling berbagi pengetahuan dari profesi
kesehatan lainnya dan menciptakan kerjasama tim yang kompak
4. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan
manggabungkan keahlian unik profesional
5. Memaksimalkan produktivitas serta efektivitas dan efisiensi
sumber daya
6. Meningkatkan kepuasan profesionalisme, loyalitas, dan kepuasan
kerja
7. Peningkatan akses ke berbagai pelayanan kesehatan
8. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan kesehatan
9. Memberikan kejelasan peran dalam berinteraksi antar tenaga
kesehatan profesional sehingga dapat saling menghormati dan
bekerja sama
7
10. Untuk tim kesehatan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman

I. Cara Membangun dan Mempertahankan Kolaborasi Tim Kesehatan yang


Efektif

Membangun dan mempertahankan kolaborasi tim kesehatan sangat


diperlukan agar dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dengan
optimal. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membangun dan
mempertahankan kolaborasi tim kesehatan yaitu :

1. Pastikan semua anggota tim dapat bertemu secara berkala untuk


mendiskusikan agenda kedepan.
2. Pastikan semua tim kesehatan terlibat dalam setiap rencana.
3. Saling mengenal antar anggota tim agar dapat berkontribusi dengan
baik.
4. Komunikasi harus terjalin dengan baik dan rutin dilakukan.
5. Saling percaya, mendukung, dan menghormati.
6. Melakukan evaluasi secara berkala untuk memperbaiki keadaan
dimasa yang akan datang.
7. Menghargai setiap pendapat dan kontribusi semua anggota tim.

BAB III
KASUS

8
“ Kasus Materi Kerjasama Tim dan Kolaborasi Antar Profesi “

Tn A, usia 30 tahun, sudah berkeluarga sejak 6 tahun yang lalu, istri bernama Ny C,
usia 28 tahun. Keluarga memiliki dua anak, anak laki-laki bernama Ax, usia 5 tahun dan yang
perempuan bernama Ay, usia 3 tahun. Sementara Ny C dalam kondisi hamil 4 bulan, istri
tidak bekerja (sebagai ibu rumah tangga)

Tn A bekerja sebagai karyawan swasta dengan penghasilan Rp. 1.300.000,-per bulan.


Ax saat ini sekolah TK kelas nol besar. Anak kedua berat badannya 11 kg. Tn A menderita
batuk-batuk , juga perokok sejak usia 17 tahun. Rumah berukuran 36 meter persegi, dengan
kondisi rumah kotor, di dalam rumah gelap, dan ventilasi tidak lancar. Sekelompok
mahasiswa (Keperawatan, Kebidanan, Gizi, Kesling dan Keperawatan Gigi) , yang sedang
praktik terpadu di masyarakat. Diarahkan oleh Puskesmas untuk melakukan pembinaan
terhadap keluarga Tn A.

Pertanyaan :

a. Bagaimana cara kelompok dalam menerapkan IPE pada kasus diatas dengan
mempertimbangkan nilai/etik, peran dan tanggung jawab, komunikasi, serta
kerjasama antar profesi kesehatan dengan melibatkan lintas sektor
b. Lakukan role play untuk kasus ini, agar tergambarkan kolaborasi antar profesi
kesehatan dengan lintas sektor, dalam kerangka IPE

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

9
a. Cara yang dapat dilakukan dalam penerapan IPE pada kasus diatas yaitu
tentunya dengan mengedepankan peran dan tanggung jawab dari masing-masing
profesi. Setiap profesi tentunya memiliki peran dan tanggung jawab misalkan
pada mahasiswa keperawatan, perawat dapat memberikan asuhan kepada
keluarga mengenai cara pencegahan dan penularan mengenai batuk yang dialami
Tn A contohnya dengan cara memberikan masker gratis, bisa juga dengan minum
air hangat untuk meredakan batuk dll. Mahasiswa gizi dapat berkalaborasi dengan
mahasiswa kebidanan untuk memberikan penyuluhan tentang gizi seimbang dan
gizi pada Ny C yang harus dipenuhi selama kehamilan. Mahasiswa kesling juga
berperan penting dalam kesehatan lingkungan, dimana dikatakan lingkungan
keluarga pada kasus diatas kotor, di dalam rumah gelap, dan ventilasi tidak
lancar, mahasiswa kesling dapat memberikan penyuluhan mengenai pengaruh
lingkungan terhadap kesehatan, mahasiwa juga dapat melakukan pemeriksaan
jentik dan memberikan bubuk abate. Mahasiswa keperawatan gigi disini dapat
memberikan promosi tentang kesehatan gigi dengan cara mengajarkan cara gosok
gigi yang benar khususnya pada anak-anak Tn A dan Ny C.
Mahasiswa kebidanan sebagai calon bidan harus menerapkan empat peran
bidan yaitu sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti. Pada kasus diatas
peran bidan yaitu sebagai pelaksana dimana kita melakukan tugas mandiri
(independen) yaitu dengan menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan (askeb) yang diberikan. Ny C pada kasus diatas dalam kondisi hamil 4
bulan, mahasiswa kebidanan dapat memberikan asuhan kebidanan fisiologis
kepada ibu hamil. Tentunya dalam penerapan IPE kita haruslah melakukan
komunikasi dengan baik kepada keluarga tersebut agar mereka trust dengan kita,
sehingga dapat tercapainya asuhan yang menyeluruh, selain komunikasi,
pelaksanaan asuhan dari masing-masing profesi kesehatan juga harus sesuai
dengan nilai/etik dari masing-masing profesi sesuai dengan kewenangan masing-
masing. Melakukan kerjasama antar profesi dan lintas sektor juga sangat
mendasari tercapainya asuhan yang berkesinambungan.

b. Pada kasus diatas, kita sebagai mahasiswa KKN harus berkordinasi dengan
kepala desa mengenai kasus tersebut, dimana Tn A menderita batuk yang
berkepanjangan dan memiliki riwayat perokok sejak berumur 17 tahun, sementara
Ny C sedang hamil 4 bulan, kebiasaan Tn A ini dikhawatirkan dapat
10
mempengaruhi kesehatan Ny C dan janin yang dikandungnya, maka dari itu kita
perlu memberitahu kepala desa agar dapat melakukan pendekatan pada keluarga
tersebut, sehingga menghindari kejadian luar biasa di desa tersebut.

Kita juga dapat melakukan koordinasi dengan pihak puskesmas untuk


melakukan kunjungan serta pendekatan kepada keluarga tersebut, seperti bidan
puskesmas melakukan kunjungan ibu hamil dan mempromosikan cara
pencegahan agar tidak tertular paparan asap rokok dan batuk, serta menjelaskan
efek yang dapat terjadi pada janinnya. Selain itu, jumantik dan petugas
kesehatan lingkungan yang berada di puskesmas juga dapat berperan pada
bidangnya, kemudian dokter puskesmas juga melakukan kunjungan untuk
mendorong Tn A agar mau memeriksakan dirinya.

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

11
Setiap profesi tenaga kesehatan memiliki keunggulan yang tidak
bisadigantikan oleh profesi lain. Namun dalam beberapa area, setiap
profesimemiliki kemiripan dan kedekatan hubungan yang luar biasa yang
seringdikenal sebagai area abu-abu atau gray area. Pada wilayah ini setiap
profesimerasa memiliki kemampuan dan hak untuk menjalankan praktek
profesionalnya. Sehingga area abu menjadi daerah yang ‘diperebutkan’.
Paradigma perebutan wilayah seperti ini harus dirubah menjadi paradigma
baru yang lebih konstruktif, yaitu menjadikan daerah abu-abu menjadi area of
common interest. Area yang menjadi perhatian bersama para profesi karena
besarnya magnitude area itu dan resiko dampak yang juga luar biasa
sehinggaharus ditangani bersama. Area ini bila tidak ditangani dapat
menimbulkan potensi bahaya penyakit dan bahaya social yang sangat besar
bagi masyarakat.

B. Saran

Adapun saran dalam laporan akhir ini yaitu agar mahasiswa lebih
memahami mengenai bagaimana kerjasama tim dan kolaborsi antar profesi
dan nantinya saat KKN agar bisa mengimplementasikannya.

12

Anda mungkin juga menyukai