Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KOLABORASI KESEHATAN

“Pengertian dan Model Kolaborasi”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

1. APRILIA TRISNAWATI
2. DESSUWATI
3. INDORA WATI
4. NELWAN
5. PIRDA MERIYANA
6. RIKA WULANDARI
7. SUTRI GIYANTI
8. YOGI ADRAMISA

PROGRAM STUDY KONVERSI KOTABUMI


FAKULTAS S1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas rahmat dan hidayah-NYA sehingga
proses penyusunan makalah ini “Pengertian dan Model Kolaborasi” dapat diselesaikan.

Makalah ini kami buat sebagai materi tambahan dalam penguasaan mata kuliah Keperawatan
Anak. Kami ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan kepada kami beserta teman-teman yang selalu memberi support dan
motivasi kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Kami
sangat sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu, kritik dan saran
dari pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah kami selanjutnya.

31 oktober 2021

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................i


KATA PENGANTAR ................................................................................................................ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan .........................................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................................................................3
2.1 Definisi Kolaborasi.....................................................................................................3
2.2 Model Kolaborasi........................................................................................................4
2.3 Komponen Kolaborasi................................................................................................8
BAB 3 PENUTUP .......................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................12
3.2 Saran ...........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang. Penanganan masalah
kesehatan pun tidak terlepas dari tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan berperan penting
dalam sistem pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, ahli gizi,
tenaga kefarmasian, dan tenaga kesehatan lainnya mempunyai tugas dan perannya masing-
asing dalam menangani masalah kesehatan. Namun demikian, tenaga kesehatan mempunyai
tujuan yang sama dalam penatalaksanaan kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan adanya
suatu kerjasama dan kolaborasi berbagai tenaga kesehatan tersebut sebagai sebuah tim
kesehatan agar penanganan masalah kesehatan pasien dapat berjalan secara efektif dan
berkualitas. Dengan kolaborasi dan kerjasama tersebut diharapkan pelayanan kesehatan
dapat berjalan dengan baik dan masalah kesehatan pasien juga bisa terselesaikan dengan
baik.Untuk itu, tim kesehatan perlu menjalin hubungan yang baik dan menyadari peran dan
tanggung jawabnya masing-masing.
Penatalaksanaan kesehatan oleh tim kesehatan ini tidak hanya berfokus pada pasien, namun
juga pada keluarga pasien bahkan komunitas masyarakat sehingga masing-masing profesi
kesehatan memiliki perannya yang kompleks dan tanggung jawab yang besar. Walaupun
demikian, setiap profesi tidaklah bekerja sendirian, tenaga kesehatan lainnya sebisa mungkin
saling membantu agar tercipta suatu pelayanan kesehatan yang baik

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Kolaborasi ?
2. Apa saja model Kolaborasi ?
3. Apa saja Komponen Kolaborasi ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan dalam makalah ini diantaranya adalah :
1. Mengetahui definisi kolaborasi dan kerjasama tim kesehatan.

1
2. Mengetahui Model Kolaborasi.
3. Mengetahui Kompenen Kolaborasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kolaborasi


Guna membentuk suatu team work atau kerjasama tim yang ideal, dibutuhkan kooperasi dan
kolaborasi. Kooperasi (kerjasama) berarti bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai
tujuan bersama (tetapi bukan tujuan yang semestinya). Contoh kerjasama yaitu, misalnya
Anda berkeluarga, lalu cara bekerja sama dengan istri Anda dengan meletakkan pakaian
kotor di mesin cuci, turut membantu mencuci piring, dan sebagainya.
Lalu, apa makna kolaborasi? Kolaborasi dalam bahasa inggris collaboration, berasal dari
kata collaborate yang berarti bekerja antara satu dengan yang lain, berkooperasi satu sama
lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, kolaborasi adalah suatu perbuatan
berupa kerjasama dengan teman, musuh dan sebagainya. Menurut Arthur T. Himmelman,
kolaborasi berupa pertukaran informasi, berbagi segala sumber pengetahuan untuk
meningkatkan kapasitas satu dengan yang lain demi tercapainya tujuan bersama.
Kolaborasi adalah kerjasama yang lebih terfokus pada tugas atau misi biasanya terjadi dalam
bisnis, perusahaan atau organisasi lainnya. Misalnya, untuk menampilkan suatu pentas seni
yang luar biasa perlu kolaborasi antara penari, penyanyi, pemusik, dsb. Kolaborasi adalah
proses yang membutuhkan hubungan dan interaksi antara profesional kesehatan terlepas dari
apakah atau tidak mereka menganggap diri mereka sebagai bagian dari tim .(kolaborasi
kesehatan)
Kesimpulannya kerja sama tim tercipta karena adanya kolaborasi dan kooperasi. Kerja sama
tim dapat menjadi salah satu bentuk kolaborasi, tetapi tidak semua kolaborasi dilakukan
dalam teams. Misalnya, dalam perawatan primer dokter keluarga, fisioterapis dan dokter gigi
dapat memberikan perawatan kepada individu namun mereka mungkin tidak melihat diri
mereka sebagai "tim" yang bekerja sama dengan pasien. Dengan kata lain, kerja sama tim
merupakan produk kolaborasi dan kolaborasi adalah proses interaksi dan hubungan antara
profesional kesehatan yang bekerja di lingkungan tim.
Dengan adanya kolaborasi, maka :
 adanya pengurangan pekerjaan yang sama atau overlap
 dapat menggunakan sumber daya yang terbatas dan memperluas peluang

3
 meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja
 legitimasi organisasi
 dapat menyelesaikan masalah sosial yang besar (kasus kejahatan) dan proyek-proyek
yang kompleks

2.2 Model Kolaborasi

A. Performance Measurement :
Menghitung dan mengidentifikasi keadaan serta memastikan kolaborasi tepat sasaran.
Misalnya : peningkatan kualitas, penurunan biaya pengeluaran.
Jenis ukuran (measurement) :
 Kualitas pelayanan dokter (Physician) meliputi proses pelayanan klinis sampai hasil
pelayanan.
 Kualitas pelayanan rumah sakit
 Kualitas perencanaan kesehatan
 Pengalaman pelayanan pasien (Pengalaman pasien selama mendapat pelayanan

4
kesehatan)
 Biaya pelayanan kesehatan (diperiksa apakah sudah efektif)
 Perbedaan kualitas pelayanan di seluruh tempat
 Meningkatkan kualitas pelayanan agar merata

B. Payment and Delivery System Reform :


 Sebagai makelar dalam pelaksaan pelayanan kesehatan untuk sistem pay-for-
performance.
 Memastikan tidak terjadi kekacauan dalam urusan keuangan

C. Healthcare system performance :


 Meningkatkan kualitas, efisiensi dan kepuasan pasien.
 Memberikan training kepada tenaga ahli kesehatan untuk memecahkan masalah yang
ada

D. Education and Engaging Patience :


 Pasien mengerti dan terlibat aktif dalam aktivitas yang mempengaruhi kesehatan
mereka
 Membantu pasien memilih pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kemampuan
pasien
 Mendukung pelayanan pasien yang lebih baik

5
Gambar di atas merupakan salah satu contoh konsep model kolaborasi penanganan kesehatan di
masa depan. Pada zaman dulu (sampai sekarang), metode atau model penanganan kesehatan
yang dilaksanakan adalah “The Industrial Way” (lihat gambar). Disana digambarkan pasien
masuk dan keluar dari industri kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

Sementara itu, di masa depan, digambarkan bahwa semua serba terbuka dan masyarakat atau
pasienlah yang menentukan sendiri pengobatan yang diinginkan. Yang dimaksudkan semua
serba terbuka adalah informasi mengenai masyarakat, bahkan seorang bayi yang baru lahir bisa
saja memiliki website sendiri, dengan tujuan agar dapat dengan mudah membagikan informasi
tentang riwayat hidupnya, yang nantinya bisa saja berguna bagi orang lain. Informasi – informasi
tersebut disebarkan melalui internet. Informasi – informasi tersebut dapat memperkaya
pengetahuan untuk tenaga kesehatan sendiri maupun orang lain.

Selain itu model kolaborasi penanganan kesehatan di masa depan, juga menawarkan konsep
penanganan kesehatan untuk pasien yang bertunangan (Engaged Patients). Dimana pada konsep
ini, kedua orang yang bertunangan dapat saling merawat satu sama lain, memiliki situs sendiri
untuk membagikan cerita dan hubungan mereka.

Di masa depan juga diperkirakan semua kegiatan pengobatan tidak diharuskan untuk bertatap
muka secara langsung. Pasien dapat mengakses situs seorang dokter, untuk membuat janji dan

6
berkonsultasi dengan dokter mengenai penyakitnya, dan untuk perawatannya, seorang tenaga
kesehatan dapat mem-follow up pasien melalui email, atau media elektronik. Hal ini
memungkinkan pengobatan dilakukan secara meluas, secara global, tanpa harus adanya suatu
gedung yang berguna sebagai wadah untuk mempertemukan pasien dengan tenaga kesehatan.

Dan yang terakhir, konsep kolaborasi penanganan kesehatan adalah Pre-Competitive Research,
dimana semua orang bisa berinovasi mengenai obat yang lebih baik untuk masyarakat. Semua
inovasi dapat dihubungkan secara global melalui internet. Tidak ada lagi pematenan formula
obat, semuanya dilakukan dengan tujuan membuat obat yang lebih baik. Dengan tidak adanya
pematenan formula suatu obat, diperkirakan proses penemuan obat baru yang lebih baik akan
lebih cepat, demi keuntungan semua orang, bukan salah satu pihak saja.

Dalam menjalankan suatu model kolaborasi, dibutuhkan 3 komponen yaitu : input (tugas, saran,
kritik, dan lain-lain), proses (support, leadership), dan output (peningkatan kualitas, penurunan
biaya, dan lain-lain). Model dari kolaborasi diharapkan untuk menghasilkan suatu keluaran /
output yang bermanfaat bagi pasien. Di Indonesia sendiri, model kolaborasi belum berjalan
dengan efektif. Hal ini tercermin dari kasus-kasus yang sering sekali terjadi di Indonesia.
Umumnya, kasus-kasus tersebut terjadi disebabkan oleh kurangnya tenaga kesehatan di setiap
instalasi kesehatan pada penjuru nusantara.

Dari contoh model yang telah dijelaskan, terlihat bagaimana baiknya keluaran yang dihasilkan
jika model kolaborasi dijalankan dengan baik. Keluaran yang dihasilkan adalah pasien mengerti
dan memilih perawatan mana yang dikehendaki oleh dirinya secara aktif. Namun, faktanya hal
tersebut belum berjalan di Indonesia. Biasanya, dokter yang menentukan perawatan yang akan
dijalani oleh pasien. Keluaran lain yang diharapkan dari model kolaborasi tersebut adalah
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan terhadap pasien.

Saat menjalankan sebuah model kolaborasi, diperlukan juga proses-proses yang mendukung.
Salah satu proses tersebut adalah pengembangan sistem pembayaran. Kualitas pelayanan yang
lebih baik tentunya membutuhkan pembayaran yang lebih tinggi. Namun, di Indonesia hal ini
masih belum berlaku. Bayaran yang tidak seimbang antar-elemen tenaga kesehatan merupakan
salah satu penyebab tidak maksimalnya kerja dari tenaga kesehatan tersebut. Hal ini juga
tercermin dalam JKN dimana terlihat bahwa dokter memiliki bayaran yang lebih tinggi

7
dibandingkan seorang apoteker. Selain itu, perlu juga diadakan publikasi dari kinerja kolaborasi
yang telah terjadi agar membuat pasien lebih yakin akan pelayanan yang diberikan terhadap
dirinya.

2.3 Komponen Kolaborasi


Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan kompak dalam
mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi yang efektif meliputi
kerjasama, asertifitas, tanggung jawab,komunikasi, otonomi dan koordinasi seperti skema di
bawah ini. Dasar-dasar kompetensi kolaborasi :
a. Komunikasi
b. Respek dan kepercayaan
c. Memberikan dan menerima feed back
d. Pengambilan keputusan
e. Manajemen konflik

Komunikasi merupakan pertukaran informasi sehingga dicapai ketepatan informasi, waktu


yang sesuai, dan kemurnian atau kejelasan dari informasi. Meningkatkan mutu komunikasi
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman antar individu/tim sehingga diperoleh
kerjasama dan kolaborasi yang baik.

Pada dasar kompetensi yang lain, kualitas respek dapat dilihat lebih ke arah honor dan harga
diri, sedangkan kepercayaan dapat dilihat pada mutu proses dan hasil. Respek dan
kepercayaan dapat disampaikan secara verbal maupu non verbal serta dapat dilihat dan
dirasakan dalam penerapannya sehari-hari. Feed back dipengaruhi oleh persepsi seseorang,
pola hubungan, harga diri, kepercayaan diri, kepercayaan, emosi, lingkungan serta waktu,
feed back juga dapat bersifat negatif maupun positif.

Elemen kepercayaan merupakan respon subyektif seseorang terhadap kehangatan,


keramahan, perilaku , dan lain-lain yang meningkatkan rasa ‘aman’ sesorang untuk
berbicara. Elemen ini penting ketika percakapan mengarah ke hal-hal yang bukan keahlian
farmasi. Penggunaan feedback dapat membantu kita untuk memastikan maksud dari pesan
yang disampaikan. Kita sebaiknya meminta lawan bicara untuk mengulang apa yang telah
dia pahami dari percakapan itu.

8
Persepsi tradisional dan alternatif dari kepemimpinan .

Pandangan tradisional Pandangan alternatif


Kepemimpinan berada pada individu Kepemimpinan adalah milik system sosial
Kepemimpinan berbasis hirarki , Kepemimpinan dapat terjadi dimana saja , ' di
terkait dengan posisi semua tingkatan

Kepemimpinan terjadi ketika pemimpin Kepemimpinan adalah proses kompleks


melakukan pengaruh timbal balik
hal yang dapat diikuti

Kepemimpinan adalah bentuk yang berbeda Perbedaan kepemimpinan / manajemen


dan tidak penting
lebih penting daripada manajemen
Pemimpin yang memiliki Siapapun bisa menjadi pemimpin
kualitas pribadi tertentu
Pemimpin dilahirkan Kepemimpinan dapat dipelajari
Pemimpin membuat perbedaan penting untuk Kepemimpinan adalah salah satu dari banyak
kinerja organisasi faktor
yang mempengaruhi prestasi
organisasi

Pemimpin kolaboratif mungkin perlu menggunakan otoritas pribadi dan kualitas daripada
kekuasaan posisi, terutama ketika bekerja di organisasi yang terdiri dari berbagai profesi
Keterampilan pribadi untuk kolaborasi

 Mampu untuk meminta maaf


 Menyeimbangkan kerendahan hati dengan mendapatkan kepercayaan dan kredibilitas
 Advokasi sudut pandang Anda tanpa merugikan perasaan kolaborator Anda.
 Menjadi jelas , menghindari ambiguitas dan duplikasi usaha
 Konflik ketika percakapan dan menjadi emosional kemudian membuat aman lagi untuk
melanjutkan dialog yang bermakna

9
 Aktif mendengarkan kolaborator Anda
 Menemukan kesamaan , mengajukan pertanyaan dan meminta contoh yang
menggambarkan apa yang dimaksud
 Mendefinisikan tujuan bersama yang akan mengilhami tindakan
 Menceritakan dan memunculkan cerita , percakapan , dialog dan ' polylogue '
 Mampu untuk mendapatkan sesuatu , sehingga Anda memiliki sesuatu untuk
menunjukkan kolaborasi Anda
 Networking , menjadi ' konektor ' , mengetahui orang dan sistem
 Menunjukkan bahwa Anda bersedia untuk belajar dan tidak tahu segalanya
 Mampu hidup dengan hasil yang mungkin tidak Anda antisipasi atau selama mereka
ingin meningkatkan perawatan pasien atau hasil
 Menjadi tangguh

Pemimpin Collaborative juga memimpin dengan contoh melalui menunjukkan komitmen


terhadap proses dan hasil kolaborasi dan mendukung orang lain dalam inisiatif kolaboratif,
perkembangan sistem atau peningkatan layanan. Pemimpin kolaboratif memastikan bahwa
semua orang yang terkena dampak keputusan (stakeholder) merupakan bagian dari proses
perubahan atau pengambilan keputusan.

Manajemen konflik merupakan suatu upaya untuk meminimalisir efek buruk yang terjadi
yang diakibatkan oleh adanya konflik. Menurut Stoner, ada tiga cara dalam mengelola
konflik, yang meliputi:

1. Merangsang konflik yang levelnya kecil pada unit yang prestasi kerjanya rendah. Yang
termasuk dalam cara ini adalah:
a. Meminta bantuan orang luar
b. Menyimpang dari peraturan
c. Meningkatkan kompetisi
d. Memilih manajer yang cocok
2. Menumpas konflik jika levelnya terlalu tinggi
3. Menyelesaikan konflik. Metode penyelesaian konflik yang disampaikan Stoner adalah:

10
a. Dominasi dan penguasaan. Hal ini dilakukan dengan cara paksaan, penghindaran dan
penentuan dengan syarat terbanyak
b. Kompromi
c. Pemecahan masalah secara menyeluruh
d. Perundingan, yaitu melakukan dialog terus menerus antar kelompok untuk menemkan
suatu penyelsaian maksium yang menguntungkan kedua belah pihak. Melalui
perundingan, dapat ditentukan penyelesaian yang paling memuaskan.

Gaya perundingan untuk mengelola konflik dapat dilakukan dengan cara:

 Pencairan, yaitu dengan melakukan dialog untuk mendapat suatu pengertian


 Keterbukaan
 Belajar empati
 Mencari tujuan bersama
 Mencari jalan alternatif
 Mempelajari dan memberi tanggapan terhadap alternatif yang ada
 Mencari penyelesaian berdasarkan alternatif yang ada
 Membuka jalan buntu dengan melibatkan pihak ketiga yang objektif dan
berpengalaman
 Mengikat diri pada penyelesaian
 Mengikat seluruh kelompok pada penyelesaian

Cara manajemen konflik yang lain dikemukakan oleh Theo Riyanto, yaitu dengan
melakukan tindakan preventif seperti:

1. Menghindari konflik
2. Mengaburkan konflik
3. Mengatasi konflik dengan cara:
a. Dengan kekuatan (win-lose solution)
b. Dengan perundingan

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kolaborasi tim kesehatan merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam menangani
masalah kesehatan. Tanpa adanya kolaborasi dari tim kesehatan, pengobatan tidak dapat
berjalan secara optimal. Dalam kolaborasi tim kesehatan, masing-masing tenaga kesehatan
mempunyai peran dan tanggung jawabnya masing-masing. Peran dan tanggung jawab
tersebut tidak hanya untuk satu individu saja, tapi juga keluarga dan masyarakat. Kesadaran
akan tujuan yang sama dalam penanganan kesehatan dan komunikasi yang baik mendukung
proses kolaborasi tim kesehatan yang tentunya akan berdampak baik dalam pelayanan
kesehatan bagi pasien. Pelaksanaan terapi yang baik bagi pasien tidak tergantung dari peran
tim kesehatan saja, dukungan dari orang-orang terdekat pasien seperti keluarga juga
berperan besar dalam penyembuhan penyakit pasien. Selain itu, tim kesehatan juga
mempunyai peran yang besar di masyarakat dalam menangani masalah kesehatan. Untuk
itulah, kolaborasi tim kesehatan yang baik dan efektif diperlukan.

3.2 Saran
Untuk mengupayakan pelayanan kesehatan yang optimal, tenaga kesehatan harus
berkolaborasi dan bekerjasama dengan baik dalam penatalaksanaan masalah kesehatan baik
di individu, keluarga dan anggota masyarakat. Untuk menghindari tumpang tindih tugas
masing-masing tenaga kesehatan, diperlukan adanya hubungan dan komunikasi yang baik
antar sesama tenaga kesehatan. Masing-masing tenaga kesehatan perlu menyadari kesamaan
tujuan dari peran medis yang mereka lakukan walaupun sangat jelas perbedaan tugas dan
tanggung jawab masing-masing. Sikap saling menghargai dan menghormati antar masing-
masing profesi kesehatan juga perlu diterapkan agar tercipta hubungan kolaborasi dan kerja
sama yang baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Black Well, Wiley. ABC Of Clinical Leadership. www.abcbookseries.coom


Riyanto, Theo, Martinus Th. 2008. Kelompok Kerja yang Efektif. Yogyakarta: Kanisius
Salas, Eduardo et.all.2007. Markers for Enhancing Team Cognition in Complex Environments:
The Power of Team Performance Diagnosis. Aviation, Space, and Environmental
Medicine
Sargeant,Joan et.all. 2008. Effective interprofessional team. Interscience, Journal of continuing
education in the health professions
Stoner, James A.F. 1986. Manajemen. Jakarta: Erlangga

http://dictionary.reference.com/browse/collaborate

http://www.businessdictionary.com/definition/collaboration.html#ixzz2tigecE3d

Canadian Medical Association. Putting patient first : Patient-centered collaborative care. A


discussion paper. 2009

Ontario. Guide to Collaborative Team Practice. 2005

University of Manitoba. Interprofessional practice education in clinical setting. Immersion


Learning Activities. 2011

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Sistem Rujukan Terstruktur dan Berjenjang dalam
Rangka Menyongsong Jaminan Kesehatan Nasional (Regionalisasi Sistem Rujukan)

Canadian Health Services Research Foundation web site www.chsrf.ca.


areafarmasi.blogspot.com/2013/04/filosofi-perawat

http://melaniezone.wordpress.com/2012/10/12/paradigma-keperawatan/

http://radencoddooth.blogspot.com/2011/05/kode-etik-keperawatan.html
http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/SJSN.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai