Anda di halaman 1dari 23

KERJASAMA PUSKESMAS

Disusun Oleh:

Astri Resa Wijayanti 18010

Dwi Ayu Septiani 18012

Dita Yuliyanti 18013

Risanti Handayani 180

Reza Septian Alfarizi 180

POLITEKNIK HANG TUAH JAKARTA PRODI D-III


KEPERAWATAN
Jl. Bendungan Hilir No.17 Jakarta Pusat
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Sholawat serta salam selalu
tercurahkan kepada junjungan kita rasullulah SAW. Berkat limpahan dan rahmatnya,
kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini untuk memenuhi tugas individu
makalah perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas) dan berkat rahmat serta
kenyataan sehingga makalah tentang “Kerjasama Puskesmas” ini dapat kami
selesaikan dalam penulisan  makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa
yang sederhana, singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca. kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat kekurangan
dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini. Maka kami berharap adanya masukan
dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang.

Akhirnya kami berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk meningkatkan


profesionalisme keperawatan dan kami mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca. Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan dari bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terimakasih kepada:

1. Ns. Rita Wismajuani, S.KM, S.Kep, M.Ap. Direktur Politeknik Hang Tuah
Jakarta.
2. Kolonel Laut (K) Drg. Sugeng Wimarno, Sp. Perio,. Wadir I Politeknik Hang
Tuah Jakarta
3. Drs. Fakhren Kasim, Apt. M. H. Kes,. Wadir II Politeknik Hang Tuah Jakarta
4. Ns. Sugeng Haryono, M.Kep. Wadir III Politeknik Hang Tuah Jakarta.
5. Ns. Tri Purnamawati, S.Kep, M.Kep, Sp.An . Kaprodi Politeknik Hang Tuah
Jakarta
6. Ns. Eny Susyanti, S.Kep, M.Kep. Koordinator sekaligus Pembimbing Mata
Ajar Perkesmas
7. Rekan-rekan yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Semoga dengan makalah ini bisa sedikit membantu mempelajari masalah
keperawatan. Bila ada kekurangan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 22 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kerjasama adalah pengelompokan yang terjadi di antara makhluk-makhluk
hidup yang kita kenal. Kerja sama atau belajar bersama adalah proses beregu
(berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling
mengandalkan untuk mencapai suatu hasil mufakat. Ruang kelas suatu tempat
yang sangat baik untuk membangun kemampuan kelompok (tim), yang
dibutuhkan kemudian di dalam kehidupan. (Lewis Thomas dan Elaine B.
Johnson, 2014).
Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai
pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat
dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu
wilayah tertentu (Azwar, 2010).
Kerjasama Puskesmas adalah kesepakatan para pihak untuk melakukan
Kerjasama dalam penyediaan layanan kesehatan bagi masyarakat dengan
syarat dan ketentuan yang dibuat oleh kedua belah pihak yang bertujuan untuk
mengikat para pihak dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat.
Menurut The American Public Health Association, perawat kesehatan
masyarakat adalah praktek dari promosi dan perlindungan populasi dengan
menggunakan pengetahuan keperawatan, ilmu sosial dan kesehatan
masyarakat.
Perawat professional baik dalam lingkungan perawatan kesehatan institusional
maupun komunitas mengembang tiga peran yaitu peran pelaksana, peran
kepemimpinan dan peran peneliti. Peran perawat terintegrasi dan melekat
pada tanggung jawabnya dalam memberikan layanan asuhan keperawatan
baik di tatanan pelayanan rumah sakit maupun di puskesmas.
Peran perawat puskesmas disusun secara spesifik untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang
sehat maupun sakit atau yang mempunyai masalah kesehatan/keperawatan
apakah itu dirumah, sekolah, panti dan sebagainya sesuai kebutuhannya.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i mengetahui tentang Kerjasama Puskesmas
2. Tujuan Khusus
a) Agar mahasiswa/i mengetahui pengertian Kemitraan
b) Agar mahasiswa/i mengetahui prinsip Kemitraan
c) Agar mahasiswa/i mengetahui ruang lingkup Kemitraan
d) Agar mahasiswa/i mengetahui factor pendukung Kemitraan
e) Agar mahasiswa/I mengetahui konflik dalam Kemitraan
f) Agar mahasiswa/i mengetahui indicator keberhasilan Kemitraan
g) Agar mahasiswa/i mengetahui kemitraan kesehatan lintas sector dan
lintas program

C. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini dengan metode deskriptif dengan dengan
menggunakan literasi perpustakaan,internet dan jurnal.

D. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan (latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan,
sistematika penulisan)
BAB II : Pembahasan (pengertian kemitraan, prinsip kemitraan, ruang lingkup
kemitraan, factor pendukung kemitraan, konflik dalam kemitraan, indicator
keberhasilan kemitraan, dan kemitraan kesehatan lintas sector dan lintas
program)
BAB III : Penutup (kesimpulan dan saran)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Kerja sama lintas program merupakan kerja sama yang dilakukan antara
beberapa program dalam bidang yang sama untuk mencapai tujuan yang
sama. Kerja sama lintas program yang diterapkan dipuskesmas berarti
melibatkan beberapa program terkait yang ada di puskesmas. Tujuan khusus
kerja sama lintas program adalah untuk menggalang kerja sama dalam tim dan
selanjutnya menggalang kerja sama lintas sektoral. (WHO, 1998)
Kerja sama lintas sector melibatkan dinas dan orang-orang diluar sector
kesehatan yang merupakan usaha bersama mempengaruhi factor yang secara
langsung atau tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Kerja sama tidak
hanya dalam proposal pengesahan, tetapi juga ikut serta mendefinisikan
masalah, prioritas kebutuhan, pengumpulan, dan interpretasi informasi serta
mengevaluasi. Lintas sector kesehatan merupakan hubungan yang dikenali
antara bagian atau bagian-bagian dari sector yang berbeda, dibentuk untuk
mengambil tindakan pada suatu masalah agar hasil yang tercapai dengan cara
yang lebih efektif, berkelanjutan atau efisien disbanding sector kesehatan
bertindak sendiri. Prinsip kerja sama lintas sector melalui pertalian dengan
program didalam dan diluar sector kesehatan untuk mencapai kesadaran yang
lebih besar terhadap konsekuensi kesehatan dari keputusan kebijakan dan
praktek organisasi sector-sektor yang berbeda. (WHO, 1998)
untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan diperlukan
kerja sama lintas sector yang mantap. Demikian pula optimalisasi
pembangunan berwawasan kesehatan yang mendukung tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan, menuntut adanya penggalangan kemitraan lintas
sector dan segenap potensi. Kebijakan dan pelaksanaan pembangunan sector
lain perlu memperhatikan dampak dan mendukung keberhasilan program
kesehatan. Untuk itu upaya sosialisasi masalah-masalah dan upaya
pembangunan kesehatan kepada sector lain perlu dilakukan secara intensif dan
berkesinambungan. Kerja sama lintas sector harus dilakukan sejak
perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian, sampai pada
pengawasan dan penilaiannya. (Renstra Depkes 2005-2009)
terdapat factor-faktor yang mempengaruhi kerja sama lintas sector
penanggulangan yang meliputi anggaran, peraturan, komunikasi, komitmen,
peran, dan tanggung jawab. Masalah anggaran sering membuat beberapa
institusi membentuk kerja sama. Pengendalian melalui manajemen lingkungan
memerlukan kejelasan yang efektif antara sector klinis, kesehatan lingkungan,
perencanaan pemukiman, institusi akademis, dan masyarakat setempat.
(Renstra Depkes, 2005-2009)
komitmen memerlukan pembagian visi dan tujuan serta penetapan
kepercayaan yang lebih tinggi dan tanggung jawab timbal balik untuk tujuan
bersama. Peran dan tanggung jawab menunjuk masalah siapa yang akan
melakukan keseluruhan kerja sama. Semua kerja sama memerlukan struktur
dan proses untuk memperjelas tanggung jawab dan bagaimana tanggung
jawab tersebut dikerjakan. (Renstra Depkes, 2005-2009)

B. Kemitraan
1. Pengertian Kemitraan
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan gotong royong atau kerja
sama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok.
Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu,
kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu
tugas atau tujuan tertentu. (Notoadmodjo, 2010)
Ada berbagai pengertian kemitraan secara umum, yaitu : (Promkes
Depkes RI)
a. Kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi minimal antara
dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak merupakan “mitra”
atau “partner”
b. Kemitraan adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk
kebersamaan yang saling menguntungkan dan saling mendidik secara
sukarela untuk mencapai kepentingan bersama.
c. Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai komponen baik sector,
kelompok masyarakat, lembaga pemerintah atau non-pemerintah untuk
bekerja sama mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan,
prinsip, dan peran masing-masing.

Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau


organisasi untuk bekerja sama mencapai tujuan, mengambil dan
melaksanakan serta membagi tugas, menanggung bersama baik yang
berupa resiko maupun keuntungan, meninjau ulang hubungan masing-
masing secara teratur dan memperbaiki kembali kesepakatan bila
diperlukan. (Ditjen P2L dan PM, 2011)

2. Prinsip Kemitraan
Terdapat 3 prinsip kunci yang perlu dipahami dalam membangun suatu
kemitraan oleh masing-masing anggota kemitraan, yaitu : (Ditjen P2L dan
PM, 2011)
a. Prinsip Kesetaraan (Equity)
Individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin
kemitraan harus merasa sama atau sejajar kedudukannya dengan yang
lain dalam mencapai tujuan yang disepakati.
b. Prinsip Keterbukaan
Keterbukaan terhadap kekurangan atau kelemahan masing-masing
anggota serta berbagai sumber daya yang dimiliki. Semua itu harus
diketahui oleh anggota lain. Keterbukaan ada sejak awal dijalinnya
kemitraan sampai berakhirnya kegiatan.
Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan saling melengkapi
dan saling membantu diantara golongan (mitra).
c. Prinsip Azas Manfaat Bersama (mutual benefit)
Individu, organisasi atau institusi yang telah menjalin kemitraan
memperoleh manfaat dari kemitraan yang terjalin sesuai dengan
kontribusi.
3. Ruang Lingkup dan Jenis Kemitraan
Ruang lingkup kemitraan secara umum meliputi pemerintah, dunia usaha,
LSM/ORMAS, serta kelompok professional. Departemen Kesehatan RI
secara lengkap menggambarkan ruang lingkup kemitraan dengan diagram
sebagai berikut: (Notoadmojo, 2012)

DUNIA USAHA

PEMERINTAH

SEKTOR P P
P P

SEKTOR SEKTOR
Keterangan :
LSM / ORMAS PROFESIONAL
: Saling Bekerjasama

Sektor : Sektor – sektor dalam Pemerintah

P : Program – program dalam sector

(Notoatmodjo, 2011)

Ada empat jenis atau tipe kemitraan, yaitu :

a. Potential Partnership
Pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu sama lain tetapi
belum bekerja bersama secara lebih dekat.
b. Nascent Partnership
Pada kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi efisiensi kemitraan
tidak maksimal.
c. Complementary Partnership
Pada kemitraan ini, partner/mitra mendapat keuntungan dan pertambahan
pengaruh melalui perhatian yang besar pada ruang lingkup aktivitas yang
tetap dan relative terbatas seperti program delivery dan resource mobilization.
d. Synergistic Partnership
Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh dengan
masalah pengembangan sistematik melalui penambahan ruang lingkup
aktivitas baru seperti advokasi dan penelitian. Bentuk-bentuk/tipe kemitraan
menurut Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI yaitu terdiri dari
aliansi, koalisi, jejaring, konsorsium, kooperasi dan sponsorship. Bentuk-
bentuk kemitraan tersebut dapat tertuang dalam :
- SK bersama
- MOU
- Pokja
- Forum komunikasi
- Kontrak kerja atau perjanjian kerja.
4. Factor Pendukung Kemitraan
Dalam peningkatan dampak kemitraan agar lebih baik dipengaruhi oleh
factor personal, adanya hambatan dar personal, factor kekuasaan, factor
organisasional, hambatan dalam pengorganisasian, dan factor lainnya.
Factor-faktor tersebut akan mempengaruhi kepuasan dan peningkatan
keefektifan komitmen serta keberhasilan aktivitas atau kegiatan. (Ansori,
2012).
5. Konflik dalam Kemitraan
Wujudnya bias berupa ketidak-setujuan kecil sampai ke perkelahian
(Purnama, 2011). Konflik dalam organisasi biasanya terbentuk dari
rangkaian konflik-konflik sebelumnya. Konflik kecil yang muncul dan
diabaikan oleh manajemen merupakan potensi munculnya konflik yang
lebih besar dan melibatkan kelompok-kelompok dalam organisasi. Factor-
faktor yang bias mendorong konflik adalah : (Dafi, 2010)
a. Perubahan lingkungan eksternal
b. Perubahan ukuran perusahaan sebagai akibat tuntutan persaingan
c. Perkembangan teknologi
d. Pencapaian tujuan organisasi, dan
e. Struktur organisasi
6. Indicator Keberhasilan Kemitraan
Untuk dapat mengetahui keberhasilan pengembangan kemitraan
diperlukan adanya indicator yang dapat diukur. Dalam penentuan indicator
sebaiknya dipahami prinsip-prinsip indicator yaitu : spesifik, dapat diukur,
dapat dicapai, realistis dan tepat waktu. Sedangkan pengembangan
indicator melalui pendekatan manajemen program yaitu : (Kuswidanti,
2014)

input proses output outcome

Terbentuk Indikator
Mitra Pertemuan,
1. yang
Indicator Inputlokakarya,
terlibat seminar, input dapat diukur dari tiga indicator, yaitu :
Tolak ukur keberhasilan
SDM kesepakatan
a. Terbentuknya tim wadah atau secretariat yang ditandai dengan
adanya kesepakatan bersama dalam kemitraan
b. Adanya sumber dana/biaya yang memang diperuntukkan bagi
pengembangan kemitraan
c. Adanya dokumen perencanaan yang telah disepakati oleh institusi
terkait.
Hasil evaluasi terhadap input dinilai berhasil apabila ketiga tolak
ukur tersebut terbukti ada.
2. Indicator Proses
Tolak ukur keberhasilan proses dapat diukur dari indicator sebagai
frekuensi dan kualitas pertemuan tim atau secretariat sesuai
kebutuhan. Hasil evaluasi terhadap proses nilai berhasil, apabila tolak
ukur tersebut terbukti adanya yang dilengkapi dengan agenda
pertemuan, daftar hadir dan notulen hasil pertemuan.
3. Indicator Output
Tolak ukur keberhasilan output dapat diukur dari indicator sebagai
berikut : jumlah kegiatan yang dikerjakan oleh institusi terkait sesuai
dengan kesepakatan peran masing-masing institusi. Hasil evaluasi
terhadap output dinilai berhasil, apabila tolak ukur tersebut diatas
terbukti ada.
4. Indicator Outcome
Tolak ukur keberhasilan outcome adalah menurunnya angka kesakitan
dan kematian karena panyakit.
7. Kemitraan Kesehatan Lintas Sektor dan Organisasi
Landasan hokum pelaksanaan kemitraan kesehatan adalah Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1992 pasal 5, pasal 8, pasal 65, pasal 71, dan
pasal 72. Berikut ini penjelasannya :

Pasal Uraian
5 Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
perseorangan, keluarga, dan lingkungannya.
8 Pemerintah bertugas menggerakkan peran serta masyarakat
dalam penyelenggaraan dan pembiayaan kesehatan, dengan
memperhatikan fungsi social sehingga pelayanan kesehatan
bagi masyarakat yang kurang mampu tetap terjamin.
65 1) Penyelenggaraan upaya kesehatan dibiayai oleh
pemerintah dan atau masyarakat
2) Pemerintah membantu upaya kesehatan yang
diselenggarakan oleh masyarakat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
terutama upaya kesehatan bagi masyarakat rentan.
71 1) Masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan
serta dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
beserta sumber dayanya.
2) Pemerintah membina, mendorong, dan
menggerakkan swadaya masyarakat yang bergerak
dibidang kesehatan agar dapat lebih berdayaguna
dan berhasilguna.
3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara peran serta
masyarakat di bidang kesehatan ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
72 1) Peran serta masyarakat untuk memberikan
pertimbangan dalam ikut menentukan kebijaksanaan
pemerintah pada penyelenggaraan kesehatan dapat
dilakukan melalui Badan Pertimbangan Kesehatan
Nasional, yang beranggotakan tokoh masyarakat
dan pakar lainnya.
2) Ketentuan mengenai pembentukan, tugas pokok,
fungsi, dan tata kerja Badan Pertimbangan
Kesehatan Nasional ditetapkan dengan Keputusan
Presiden.

Kemitraan dalam upaya kesehatan (partnership for healt) adalah kebersamaan dari
sejumlah pelaku untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu meningkatkan kesehatan
masyarakat yang didasarkan atas kesepakatan tentang peranan dan prinsip masing-
masing pihak. (WHO, 1998).

Setiap kemitraan dalam upaya kesehatan perlu menerapkan prinsip-prinsip sebagai


berikut : (Kuswidanti, 2011)

1. Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi masing-masing (struktur)


2. Saling memahami kemampuan masing-masing (capacity)
3. Saling menghubungi dan berkomunikasi (linkage)
4. Saling mendekati (proximity)
5. Saling sedia membantu dan dibantu (opennse)
6. Saling mendorong (xinergy)
7. Saling menghargai (reward)

Sifat kemitraan, yaitu : (Kuswidanti, 2011)

1. Incidental : sifat kerja sesuai dengan kebutuhan sesaat, misalnya Safari KB


(manunggal-KB-kes)
2. Jangka pendek : pelaksanaan proyek dalam kurun waktu tertentu, screening
anak sekolah (juli-agustus)
3. Jangka panjang : pelaksanaan program tertentu misalnya imunisasi, posyandu,
pemberantasan TB Paru, PJB.
Dalam pengembangan kemitraan di bidang kesehatan terdapat 3 institusi kunci
organisasi atau unsur pokok yang terlibat didalamnya, yaitu : (Notoadmodjo,
2011)

1. Unsur pemerintah, yang terdiri dari berbagai sector pemerintah yang terkait
dengan kesehatan, antara lain : kesehatan sebagai sector kunci, pendidikan,
pertanian, kehutanan, lingkungan hidup, industry dan perdagangan, agama
dan sebagainya.
2. Unsur swasta atau dunia usaha (private sector) atau kalangan bisnis, yaitu dari
kalangan pengusaha, industriawan, dan para pemimpin berbagai perusahaan.
3. Unsur organisasi non-pemerintah atau non-government organization (NGO).
Meliputi dua unsur penting yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan
Organisasi Masyarakat (ORMAS) termasuk yayasan dibidang kesehatan.

Pengembangan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri atas 3 tahap yaitu
tahap pertama adalah kemitraan lintas program dilingkungan sector kesehatan sendiri,
tahap kedua kemitraan lintas sector di lingkungan institusi pemerintah dan yang tahap
ketiga adalah membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas sector
(Promkes Depkes RI).

Lintas sector melibatkan dinas dan orang-orang diluar sector kesehatan merupakan
usaha bersama mempengaruhi factor yang secara langsung atau tidak langsung
terhadap kesehatan manusia. Kerjasama tidak hanya dalam proposal pengesahan,
tetapi juga ikut serta dalam mendefinisikan masalah, prioritas kebutuhan,
pengumpulan dan interpretasi informasi, serta mengevaluasi. Lintas sector kesehatan
merupakan hubungan yang dikenali antara bagian atau bagian-bagian dari sector-
sektor berbeda, dibentuk untuk mengambil tindakan pada suatu masalah agar hasil
atau hasil antara kesehatan tercapai dengan cara yang lebih efektif, berkelanjutan atau
efisien disbanding sector kesehatan bertindak sendiri. (WHO, 1998)

Untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan, diperlukan kerja


sama lintas sector yang mantap. Demikian pula optimalisasi pembangunan
berwawasan kesehatan yang mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan,
menuntut adanya penggalangan kemitraan lintas sector dan segenap potensi bangsa.
Kebijakan dan pelaksanaan pembangunan sector lain perlu memperhatikan dampak
dan mendukung keberhasilan pembangunan pembangunan kesehatan. Untuk itu
upaya sosialisasi masalah-masalah dan upaya pembangunan kesehatan kepada sector
lain perlu dilakukan secara intensif dan berkesinambungan. Kerjasama lintas sector
harus dilakukan sejak perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian,
sampai pada pengawasan dan penilaiannya. (Renstra Depkes, 2005-2009.

Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang optimal,
penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika
mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu
diperhatikan, yaitu : (Kepmenkes, 2014)

a. Keterpaduan Lintas Program


Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan
berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab puskesmas. Contoh
keterpaduan lintas program antara lain :
1. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) : keterpaduan KIA dengan
P2M, gizi, promosi kesehatan, pengobatan.
2. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS) : keterpaduan kesehatan lingkungan
dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan
reproduksi remaja dan kesehatan jiwa.
3. Puskesmas keliling : keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi,
promosi kesehatan, kesehatan gigi
4. Posyandu : keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M, kesehatan jiwa,
promosi kesehatan.
b. Keterpaduan Lintas Sektor
Keterpaduan lintas sector adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya
puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari
sector terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan
dunia usaha.
Contoh keterpaduan lintas sector antara lain:
1. Upaya Kesehatan Sekolah : keterpaduan sector kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama
2. Upaya promosi kesehatan : keterpaduan sector kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian.

Dipuskesmas Andalas, untuk menyukseskan program basic six maupun program


tambahan, dilakukan kerja sama antara lintas program (kerja sama dengan program
puskesmas lainnya) dan lintas sector (kerja sama dengan berbagai dinas terkait, aparat
pemerintah setempat, serta perusahaan-perusahaan swasta).

1. Gizi
Bentuk kerja sama pada program gizi antara lain :
a. Lintas program, yaitu : KIA ibu dan anak, Promkes
b. Lintas sector, yaitu :
1) Dinas pertanian : untuk stok pangan
2) Dinas pendidikan : untuk meningkatkan pengetahuan melalui sekolah-
sekolah
3) Departemen Agama : penyuluhan
4) Perusahaan : PT Nestle dalam menyediakan PMT untuk anak kurang
gizi
2. KB dan KIA Ibu
Bentuk kerja sama pada program KIA ibu antara lain :
a. Lintas program, yaitu : deteksi bumil, bulin, bufas dengan komplikasi
bekerja sama dengan promkes dan gizi.
b. Lintas sector, yaitu :
1) BKKBN : dalam penyediaan alat KB
2) PKK
3. KIA anak
Bentuk kerja sama pada program KIA anak antara lain :
a. Lintas program, yaitu : kesling, gizi
b. Lintas sector, yaitu :
1) Lurah/camat setempat : untuk menggiatkan warga mengikuti posyandu
2) PKK
3) Dinas Pendidikan
4. P2M (Pemberantasan Penyakit Menular)
Kerja sama yang dilakukan antara lain, yaitu :
a. Lintas program
1) Kerjasama Lintas Program antara Kesling dan Sanitasi
Memberi arahan bahwa H-2 sebelum fogging PSN harus dilaksanakan
ditempat umum dan industri. Pemeriksaan sanitasi tempat wisata,
hotel, sanitasi industry termasuk sanitadi rumah tangga dan
pemantauan jentik. Dan memberikan bubuk. Abete masing-masing 2
bungkus kepada pemilik rumah atau sejumlah bak/penampungan air
yang ada dirumah warga.
2) Kerjasama Lintas Program antara Promkes dan Surveilance
Penyuluhan kepada masyarakat mengenai PHBS yang didalamnya ada
indicator kebersihan lingkungan rumah termasuk bebas jentik. Dan
diadakannya pertemuan, monitoring, dan evaluasi ke lapangan dari
tingkat kota sampai kelurahan dalam program PHBS.
3) Kerjasama Lintas Program antara Promkes dan P2M DBD
PSN anak sekolah dan pertemuan koordinasi, inspeksi bersama ke
sekolah.
b. Lintas Sektor
1) Camat
 Mengkoordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut kegiatan P2
DBD
 Memberikan dukungan dalam upaya meningkatkan puskesmas
2) Lurah
 Memberikan dukungan kebijakan, sarana dan dana untuk
penyelenggaraan program P2 dbd
 Mengkoordinasikan penggerakan masyaralat untuk dapat ikut
dalam penyuluhan tentang program DBD
 Menindaklanjuti hasil kegiatan program P2 DBD
3) Dinas Kesehatan
 Membantu pemenuhan pelayanan sarana dan prasarana kesehatan
(pengadaan Abate)
 Bimbingan tenaga teknis kesehatan dengan rutin
4) Dinas Pendidikan, mengintegrasikan pendidikan anak sekolah dengan
kegiatan P2 DBD sehingga pelaksanaan program berjalan dengan baik
5) PKK
 Berperan aktif dalam penyelenggaraan program P2 DBD
 Penggerakkan peran serta masyarakat dalam kegiatan P2 DBD
 Penyuluhan didalam maupun diluar gedung
6) Swasta atau Dunia Usaha
 Memberikan dukungan sarana dan dana untuk pelaksanaan
kegiatan program P2 DBD
 Berperan aktif sebagai sukarelawan dalam pelaksanaan program
P2 DBD
5. Balai Pengobatan (Penyakit Tidak Menular)
Kerja sama yang dilakukan adalah :
a. Lintas program, yaitu gizi, laboratorium, promkes, surveilans
b. Lintas sector, yaitu camat, lurah, PKK
6. Program Lainnya
a. Penanggulangan dan Pencegahan Kasus Flu Burung
Bekerja sama dengan Dinas Peternakan, ketika ada ditemuka suspek flu
burung Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan langsung turun ke
lapangan. Tenaga Kesehatan langsung menanggulangi penderita,
sedangkan Dinas Peternakan mengamati dan menangani ungags yang sakit
dan mati yang dicurigai terkena flu burung.
b. Penanggulangan dan Pencegahan Kasus Rabies
Puskesmas bekerjasama dengan Dinas Peternakan, jika ada kasus
masyarakat yang digigit anjing maka masyarakat langsung melapor ke
ouskesmas. Kemudian diberikan vaksin rabies jika memenuhi syarat-
syarat yang berlaku. Selanjutnya puskesmas melapor ke Dinas Peternakan
dan dari laporan kasus Dinas Peternakan yang memberikan vaksin kepada
hewan, dan untuk pemberantasan hewan yang dicurigai rabies bekerja
sama dengan tenaga kesehatan.
c. Imunisasi
Puskesmas bekerja sama dengan Departemen Agama khusus untuk calon
pengantin, dengan persyaratan surat nikah tidak ada jika catin belum
imunisasi.
Untuk jamaah haji, data peserta haji dari Departemen Agama selanjurnya
imunisasi diberikan kepada calon jamaah haji, selain imunisasi
pemeriksaan kesehatan secara rutin dilakukan 6-8minggu sebelum
keberangkatan haji.
Untuk imunisasi anak sekolah bekerja sama denganDinas Pendidikan
dengan program yang bernama BIAS untuk program ini sudah berjalan di
wilayah kerja Andalas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan gotong royong atau
kerja sama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun
kelompok (Notoadmodjo, 2010).
Kerja sama lintas program merupakan kerja sama yang dilakukan
antara beberapa program dalam bidang yang sama untuk mencapai
tujuan yang sama. Kerja sama lintas program yang diterapkan
dipuskesmas berarti melibatkan beberapa program terkait yang ada di
puskesmas. Tujuan khusus kerja sama lintas program adalah untuk
menggalang kerja sama dalam tim dan selanjutnya menggalang kerja
sama lintas sektoral.
Kerja sama lintas sector melibatkan dinas dan orang-orang diluar
sector kesehatan yang merupakan usaha bersama mempengaruhi factor
yang secara langsung atau tidak langsung terhadap kesehatan manusia.
Kerja sama tidak hanya dalam proposal pengesahan, tetapi juga ikut
serta mendefinisikan masalah, prioritas kebutuhan, pengumpulan, dan
interpretasi informasi serta mengevaluasi. Lintas sector kesehatan
merupakan hubungan yang dikenali antara bagian atau bagian-bagian
dari sector yang berbeda.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa
dalam memberikan pelayanan keperawatan dan dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
2. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan sehingga dapat
memaksimalkan kita untuk memberikan health education dalam
kerja sama puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai