Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

APLIKASI CARING DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DALAM PRAKTIK


KEPERAWATAN DAN INTERPROFESSIONAL EDUCATION DAN
INTERPROFESSIONAL COLLABORATION

Dosen Pengampu: Ns.Pawilliyah,S.Kep.MAN

Disusun Oleh

Kelompok 1:

1. Nur Afifah Rahmadiana (2226010076)


2. Gassa Leva Andreano (2226010078)
3. Hesti Yepita (2226010080)
4. Fitri Wulandari (2226010081)
5. Viona Amelia (2226010087)
6. Yumi Puspita Sari (2226010091)
7. Suci Rahmadani (2226010094)
8. Mifta Kurnia Maharani (2226010104)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)

Tri Mandiri Sakti (TMS) BENGKULU


Tahun Ajaran
2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan
karunianya kepada kita semua, sehingga berkat karunianya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “ Aplikasi Caring Dalam Kehidupan Sehari-Hari Dalam Praktik
Keperawatan Dan Interprofessional Education Dan Interprofessional Collanoration “

Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.Dalam penyusunan makalah ini, penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang lebih luas
bagi pembacanya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat kelebihan dan
kekurangannya sehingga kami mengharap kritik dan saran yang dapat memperbaiki untuk
penulisan makalah selanjutnya.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................3

BAB I (PENDAHULUAN).................................................................................................4

1.1 Latar Belakang...................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3 Tujuan................................................................................................................5

BAB II (PEMBAHASAN)..................................................................................................6

2.1 Aplikasi Caring dalam Kehidupan Sehari-hari..................................................6

2.2 Contoh Aplikasi Caring Dalam Kehidupan Sehari-hari Sebagai

Seorang Perawat di Rumah Sakit Maupun di Komunitas.......................................6

2.3 Interprofessional Education...............................................................................8

2.4 Interprofessional Collaboration (IPC)...............................................................10

BAB III (PENUTUP)..........................................................................................................15

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................15

3.2 Saran..............................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Caring dianggap oleh banyak perawat sebagai aspek penting dalam keperawatan.
Medeleine Leininger (1984) mengemukakan bahwa care merupakan inti dari keperawatan
dan karakteristik yang dominan, khusus, serta tidak terpisahkan dalam keperawatan.
Leininger mengatakan, tidak akan cure tanpa caring, tetapi dapat ada caring tanpa curing. Ia
menekankan bahwa human caring, meski merupakan sebuah fenomena yang universal,
memiliki ekspresi, proses, dan pola yang berbeda antar budaya.

Aplikasi caring menurut Jean Watson (1985 dalam Kozier,2010)meyakini praktik caring,
sebagai pusat keperawatan menggambarkan caring sebagai dasar sebuah kesatuan dan nilai
nilai kemanusiaan yang universal (kebaikan, kepedulian, dan cinta) terhadap diri sendiri dan
orang lain.

Tenaga Kesehatan merupakan tenaga profesional yang memiliki tingkat keahlian dan
pelayanan yang luas dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
yang berfokus pada kesehatan pasien.(Sternert, 2005 dalam Bennett, DKK 2011).tenaga
kesehatan memiliki tuntutan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu di era
global, tenaga kesehatan yang dimaksud adalah perawat, dokter, dokter gigi, bidan, apoteker,
dietisien, dan kesehatan masyarakat (sedyowinarso, DKK 2011).

Interprofessional education, (IPE) merupakan bagian integral dari pembelajaran


profesional kesehatan, yang berfokus pada belajar dengan, dari, dan tentang sesama tenaga
kesehatan untuk meningkatkan kerja sama dan meningkatkan kualitas pelayanan pada pasien.
peserta didik dari beberapa profesi kesehatan belajar bersama dalam meningkatkan pelayanan
kepada pasien secara bersama-sama (kolaborasi) dalam lingkungan interprofessional.

Model ini berfungsi untuk mempersiapkan tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain dan sistem kesehatan yang kompleks.
(Becker, DKK 2014).Sehingga, strategi pendidikan komunikasi melalui IPE antara perawat

4
dengan dokter atau tenaga kesehatan lainnya dapat membangun budaya komunikasi dan
kolaborasi yang efektif dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

Kolaborasi dan kerjasama tersebut diharapkan pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan
baik dan masalah kesehatan pasien juga bisa terselesaikan dengan baik. Untuk itu, tim
kesehatan perlu menjalin hubungan yang baik dan menyadari peran dan tanggung jawabnya
masing-masing. Penatalaksanaan kesehatan oleh tim kesehatan ini tidak hanya berfokus pada
pasien, namun juga pada keluarga pasien bahkan komunitas masyarakat sehingga masing-
masing profesi kesehatan memiliki perannya yang kompleks dan bertanggung jawab yang
besar. Walaupun demikian, setiap profesi tidaklah bekerja sendirian, tenaga kesehatan
lainnya sebisa mungkin saling membantu agar tercipta.

1.2 Rumusan Masalah

1. Aplikasi caring dalam kehidupan sehari-hari?


2. Contoh Aplikasi Caring Dalam Kehidupan Sehari-hari Sebagai Seorang Perawat di
Rumah Sakit Maupun di Komunitas?
3. Apa yang dimaksud dengan interprofessional education.?
4. Apa yang dimaksud dengan interprofessional Collaboration?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui aplikasi caring dalam kehidupan sehari hari.


2. Mengetahui contoh aplikasi caring sebagai seorang perawat di rumah sakit maupun
komunitas.  
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami gambaran pelaksanaan Interprofessional
Education.
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami gambaran pelaksanaan Interprofessional
Collaboration.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Aplikasi Caring dalam Kehidupan Sehari-hari

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan professional keperawatan


yang meliputi empat komponen yaitu : manusia , lingkungan dan perawat itu sendiri,
(Dwidiyanti,2007) yang mempunyai suatu paradigm atau model aplikasi caring. Menurut
Jean Watson (1985 dalam Kozier,2010) meyakini praktik caring,sebagai pusat keperawatan
menggambarkan caring sebagai dasar sebuah kesatuan dan nilai nilai kemanusiaan yang
universal (kebaikan, kepedulian dan, cinta terhadap diri sendiri dan orang lain) .

2.2Contoh Aplikasi Caring Dalam Kehidupan Sehari-hari Sebagai Seorang Perawat di


Rumah Sakit Maupun di Komunitas

A. Aplikasi Caring dalam Praktik Keperawatan di Rumah Sakit.

Salah satu defenisi menyatakan bahwa kualitas pelayanan kesehatan biasanya mengacu pada
kemampuan rumah sakit, memberi pelayanan yang sesuai dengan standar profesi kesehatan
dan dapat diterima oleh pasiennya.Mengapa demikian?Karena sikap terdiri dari berbagai
tingkatan yaitu menerima, merespons, menghargai dan, bertanggung jawab.

Contoh Kasus

Perawat masuk ke kamar klien, beri salam hangat kepada klien sambil menyentuh
pundak klien, lakukan kontak mata, duduk beberapa menit, dan tanyakan tentang apa yang
menjadi pikiran dan perhatian klien, dengarkan cerita klien, lihat cairan intravena yang
tergantung, kaji klien beberapa saat, dan kemudian periksa dan rangkuman tanda vital klien
dalam layar komputer sebelum meninggalkan ruangan.

Contoh di atas menunjukkan perilaku perawat yang lembut, sejalan dengan kontak mata,
keperdulian terhadap masalah klien, dan hubungan fisik mengekspresikan fokus pada
individu merupakan pendekatan yang nyaman.

B. Aplikasi Caring dalam Komunitas

6
Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama
deagan di bawah pemerintahan yang sama. Komunitas di pandang sebagai target pelayanan
kesehatan sehingga di perlukan suatu kerjasama yang melibatkan secara aktif masyarakat
untuk mencapai peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, untuk itu dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan yang di berikan perawat komunitas merupakan suatu upaya
esensial atau sangat di butuhkan oleh komunitas, perawat sebagai pemberi pelayanan
kesehatan dan dan klien sebagai penerima pelayanan kesehatan dapat membentuk kerja sama
dan untuk mendorong dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan
kesehatan.

Klien merupakan anggota tetap team kesehatan.Individu dalam komunitas bertanggung jawab
untuk kesehatan sendiri dan harus didorong serta di didik untuk berperan dalam layanan
kesehatan.Di dalam komunitas, perawat tidak bekerja sendiri tapi bekerja secara team.

Contoh Aplikasi Caring dalam Komunitas

 Penyuluhan terhadap masyrakat


 Mengadakan seminar seminar kesehatan,
 Melakukan pengabdian sepenuhnya kepada masyarakat,
 Mengadakan home visit yang membutuhkan pelayanan kesehatan,
 Memberikan motivasi kepada klien yang membutuhkan.

Contoh kasus

Keluarga tuan Dodi merupakan keluarga besar yang terdiri dari ayah, ibu, 2 anak dan
nenek. Nenek sering mengeluh pusing dan kaku di tengkuk.Jika mengeluh pusing nenek
hanya minum obat yang di beli di warung.Nenek dulu pernah periksa di puskesmas dan
didiagnosa hipertensi.Sekarang nenek jarang periksa ke puskesmas karena jarak puskesmas
dan rumah sangat jauh.Peran perawat disini adalah mengkaji data dari nenek dan
keluarganya. Setelah didiagnosa,kemudian memberi informasi tentang tindakan yang akan di
lakukan kepada nenek. Dan juga akan memberikan penyuluhan pendidikan kesehatan. Di
dalam penyuluhan itu perawat menganjurkan nenek dan keluarganya bahwa nenek tidak di
perbolehkan mengkonsumsi garam berlebihan, makanan berlemak, perbanyak makan
mentimun dan buah mengkudu.

7
Kasus tersebut termasuk tingkat kebutuhan yang di perlukan oleh klien yang memerlukannya
untuk di pelajari. Perilaku caring perawat yang di lakukan meliputi mengajarkan klien,
mengarahkan klien, mensuport klien,menyediakan linkungan untuk klien agar dapat tumbuh
dan berkembang.

2.3 Interprofessional Education

A. Pengertian Ipe

Interprofessional education (IPE) menurut WHO (2010), IPE merupakan suatu


proses yang dilakukan dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi
kesehatan yang memiliki Perbedaan latar belakang profesi dan melakukan
pembelajaran bersama dalam periode tertentu, adanya interaksi sebagai tujuan utama
IPE untuk berkolaborasi dengan jenis pelayanan meliputi formatif. Preventif,
kuratif.Rehabilitatif.

Pengertian IPE :

1. mendudukan secara bersama mahasiswa dari berbagai profesi kesehatan dalam satu
kelas yang sama.

2. mendatangkan pengajar dari berbagai profesi kesehatan untuk mengajar pada kelas
yang sama.

3. Memaparkan mahasiswa dari berbagai profesi pada pasien yang sama.

Pengembangan IPE di institusi pendidikan kesehatan tidak terlepas dari


konsep berubah. Perubahan merupakan suatu proses Dimana terjadinya peralihan atau
perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status bersifat dinamis. Perubahan dapat
mencapai keseimbangan personal, sosial maupun organisasi untuk dapat menerapkan
ide atau konsep terbaru dalam mencapai tujuan tertentu.

Centre for the Advancement of Interprofessional Education (CAIPE,2002)


menyebutkan, IPE terjadi ketika dua atau lebih profesi kesehatan belajar bersama,
belajar dari profesi kesehatan lain, dan mempelajari peran masing-masing profesi
kesehatan untuk meningkatkan kemampuan kolaborasi dan kualitas pelayanan
kesehatan. IPE adalah suatu pelaksanaan pembelajaran yang diikuti oleh dua atau

8
lebih profesi yang berbeda untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas pelayanan dan
pelakasanaanya dapat dilakukan dalam semua pembelajaran, baik itu tahap sarjana
maupun tahap pendidikan klinik untuk menciptakan tenaga kesehatan yang
profesional (Lee et al., 2009). IPE adalah metode pembelajaran yang interaktif,
berbasis kelompok, yang dilakukan dengan menciptakan suasana belajar
berkolaborasi untuk mewujudkan praktik yang berkolaborasi, dan juga untuk
menyampaikan pemahaman mengenai interpersonal, kelompok, organisasi dan
hubungan antar organisasi sebagai proses profesionalisasi (Clifton et al., 2006).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Broers (2009) praktek kolaborasi
antar profesi didefinisikan sebagai beragam profesi yang bekerja bersama sebagai
suatu tim yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesehatan pasien/klien dengan
saling mengerti 7 batasan yang ada pada masing-masing profesi kesehatan.
Interprofessional Collaboration (IPC) adalah proses dalam mengembangkan dan
mempertahankan hubungan kerja yang efektif antara pelajar, praktisi,pasien/ klien/
keluarga serta masyarakat untuk mengoptimalkan pelayanankesehatan.

B. Tujuan Interprofessional Education

Tujuan IPE adalah praktik kolaborasi antar profesi, dimana melibatkan


berbagai profesi dalam pembelajaran tentang bagaimana bekerjasama dengan
memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk
berkolaborasi secara efektif (Sargeant, 2009). Implementasi IPE di bidang kesehatan
dilaksanakan kepada mahasiswa dengan tujuan untuk menanamkan kompetensi-
kompetensi IPE sejak dini dengan retensi bertahap, sehingga ketika mahasiswa berada
di lapangan diharapkan dapat mengutamakan keselamatan pasien dan peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan bersama profesi kesehatan yang lain (Buring et al.,
2009).

C. Manfaat Interprofessional Education

World Health Organization (2010) menyajikan hasil penelitian di 42 negara


tentang dampak dari penerapan praktek kolaborasi dalam dunia kesehatan
menunjukkan hasil bahwa praktek kolaborasi dapat meningkatkan keterjangkauan
serta koordinasi layanan kesehatan, penggunaan sumber daya klinis spesifik yang
sesuai, outcome kesehatan bagi penyakit kronis, dan pelayanan serta keselamatan
pasien. WHO (2010) juga menjelaskan praktek kolaborasi dapat menurunkan

9
komplikasi yang dialami pasien, jangka waktu rawat inap, ketegangan dan konflik di
antara pemberi layanan (caregivers), biaya rumah sakit, rata-rata clinical error,dan
rata-rata jumlah kematian pasien. Framework for Action on Interprofessional
Education & Collaborative Practice, WHO (2010) menjelaskan IPE berpotensi
menghasilkan berbagai manfaat dalam beberapa aspek yaitu kerjasama tim meliputi
mampu untuk menjadi pemimpin tim dan anggota tim, mengetahui hambatan untuk
kerjasama tim; peran dan tanggung jawab meliputi pemahaman peran sendiri,
tanggung jawab dan keahlian, dan orang-orang dari jenis petugas kesehatan lain;
komunikasi meliputi pengekspresikan pendapat seseorang kompeten untuk rekan,
mendengarkan anggota tim; belajar dan refleksi kritis meliputi cermin kritis pada
hubungan sendiri dalam tim, mentransfer IPE untuk pengaturan kerja; hubungan
dengan pasien, dan mengakui kebutuhan pasien meliputi bekerja sama dalam
kepentingan terbaik dari pasien, terlibat dengan pasien, keluarga mereka, penjaga dan
masyarakat sebagai mitra dalam manajemen perawatan; praktek etis meliputi
pemahaman pandangan stereotip dari petugas kesehatan lain yang dimiliki oleh diri
dan orang lain, mengakui bahwa setiap tenaga kesehatan memiliki pandangan yang
samasama sah dan penting. Proses IPE membentuk proses komunikasi, tukar pikiran,
proses belajar, sampai kemudian menemukan sesuatu yang bermanfaat antar para
pekerja profesi kesehatan yang berbeda dalam rangka penyelesaian suatu masalah
atau untuk peningkatan kualitas kesehatan (Thistlethwaite dan Moran,2010).

2.4 Interprofessional Collaboration (IPC)

A. Definisi interprofesional collaboration

The Canadian interprofessional health collaborative menyebutkan


interprofessional collaborative adalah kemitraan antara tim penyedia layanan
kesehatan dan klien dalam pendekatan kolaboratif dan terkoordinasi partisipatif untuk
pengambilan keputusan bersama seputar masalah kesehatan dan sosial. Praktik
interprofessional collaboration telah didefinisikan sebagai proses yang mencakup
komunikasi dan pengambilan keputusan memungkinkan pengaruh sinergis dari
pengetahuan dan keterampilan yang dikelompokkan.

Elemen praktik kolaboratif termasuk tanggung jawab, akuntabilitas,


koordinasi, komunikasi, kerjasama, otonomi, saling percaya dan saling menghormati.
Kemitraan inilah yang menciptakan tim interprofesional yang dirancang untuk bekerja

10
pada tujuan bersama untuk meningkatkan hasil pasien. interaksi kolaboratif
menunjukkan perpaduan budaya profesional Dan tercapai meskipun berbagai
keterampilan dan pengetahuan untuk meningkatkan kualitas perawatan pasien ada
karakteristik penting yang menentukan efektivitas tim, termasuk anggota yang melihat
peran mereka sebagai penting bagi tim komunikasi terbuka keberadaan otonomi, dan
kesetaraan sumber daya. penting untuk dicatat bahwa kolaboratif interprofessional
yang buruk dapat berdampak negatif pada kualitas perawatan pasien. dengan
demikian keterampilan dalam bekerja sebagai tim interprofessional diperoleh melalui
pendidikan interprofessional, penting untuk perawatan berkualitas tinggi.

Guna membentuk suatu team work atau kerjasama tim yang ideal dibutuhkan
kooperasi dan kolaborasi. Kooperasi (kerjasama) berarti bekerja sama dengan orang
lain untuk mencapai tujuan bersama (tetapi bukan tujuan yang semestinya) Contoh
kerjasama yaitu misalnya Anda berkeluarga lalu cara bekerja sama dengan istri Anda
dengan meletakkan pakaian kotor di mesin cuci turut membantu mencuci piring dan
sebagainya.

Lalu apa makna kolaborasi? Kolaborasi dalam bahasa inggris collaboration,


berasal dari kata collaborate yang berarti bekerja antara satu dengan yang lain,
berkooperasi satu sama lain. Menurut kamus besar bahasa indonesia online,
kolaborasi adalah suatu perbuatan berupa kerjasama dengan musuh, teman dan
sebagainya. Menurut Arthur T. Himmelman, kolaborasi berupa pertukaran informasi,
berbagai segala sumber pengetahuan untuk meningkatkan kapasitas satu dengan yang
lain demi tercapainya tujuan bersama.

kolaborasi adalah kerjasama yang lebih terfokus pada tugas atau misi biasa
terjadi dalam bisnis, perusahaan atau organisasi lainnya. Misalnya, untuk
menampilkan suatu pentas seni yang luar biasa perlu kolaborasi antara penari,
penyanyi, pemusik, dsb. Kolaborasi adalah proses yang membutuhkan hubungan dan
interaksi antara profesional kesehatan terlepas dari apakah atau tidak mereka
menganggap diri mereka sebagai bagian dari tim. (Kolaborasi kesehatan)

11
1. Tujuan IPC
IPE adalah praktik kolaborasi antar profesi, dimana melibatkan berbagai
profesi dalam pembelajaran tentang bagaimana bekerjasama dengan
memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk
berkolaborasi secara efektif (Sargeant, 2009). Implementasi IPE di bidang
kesehatan dilaksanakan kepada mahasiswa dengan tujuan untuk
menanamkan kompetensi-kompetensi IPE sejak dini dengan retensi
bertahap, sehingga ketika mahasiswa berada di lapangan diharapkan dapat
mengutamakan keselamatan pasien dan peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan bersama profesi kesehatan yang lain (Buring et al., 2009).

2. Manfaat Interprofessional Collaboration


World Health Organization (2010) menyajikan hasil penelitian di 42
negara tentang dampak dari penerapan praktek kolaborasi dalam dunia
kesehatan menunjukkan hasil bahwa praktek kolaborasi dapat
meningkatkan keterjangkauan serta koordinasi layanan kesehatan,
penggunaan sumber daya klinis spesifik yang sesuai, outcome kesehatan
bagi penyakit kronis, dan pelayanan serta keselamatan pasien. WHO
(2010) juga menjelaskan praktek kolaborasi dapat menurunkan komplikasi
yang 8 dialami pasien, jangka waktu rawat inap, ketegangan dan konflik di
antara pemberi layanan (caregivers), biaya rumah sakit, rata-rata clinical
error, dan rata-rata jumlah kematian pasien.

3. Kompetensi Interprofessional Collaboration


Barr (1998) menjabarkan kompetensi kolaborasi, yaitu:
1) memahami peran, tanggung jawab dan kompetensi profesi lain
dengan jelas,
2) bekerja dengan profesi lain untuk memecahkan konflik dalam
memutuskan perawatan dan pengobatan pasien,
3) bekerja dengan profesi lain untuk mengkaji, merencanakan, dan
memantau perawatan pasien,
4) menoleransi perbedaan, kesalahpahaman dan kekurangan profesi
lain,
5) memfasilitasi pertemuan interprofessional, dan

12
6) memasuki hubungan saling tergantung dengan profesi kesehatan
lain.

4. Kolaborasi Dalam Tim Kesehatan


1. Prinsip Kolaborasi dalam Tim Kesehatan
1) Tujuan bersama
2) Pengakuan dan penghormatan terhadap kekuatan masing-masing
dan perbedaan
3) Pengambilan keputusan yang adil dan efektif
4) Fokus pada pasien
5) Komunikasi yang jelas dan teratur
Prinsip di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Patien-centered Care
- Mengutamakan kepentingan dan kebutuhan pasien
- Pasien dan keluarga sebagai pemberian keputusan dalam masalah
kesehatannya
2. Mutual respect and trust
- Saling percaya dengan memahami pembagian tugas dan
kompetensinya masing
- Saling menghormati dan menghargai masing-masing profesi
3. Clear communication
- Komunikasi efektif antara tenaga kesehatan
- Rekam medis atau catatan lain yang ditulis dengan lengkap
4. Clarification of roles and scopes of practice
- Memahami lingkup kerja dan tanggung jawab masing-masing sebagai
tenaga kesehatan
- Lingkup pekerjaan dalam kolaborasi kesehatan dijelaskan dalam job
description dan kontrak pegawai
- Psien juga dilibatkan untuk memahami peranannya dalam
mewujudkan kesehatan
5. Clarification of accountability and responsibility - Bertanggung
jawab dengan perawatan terhadap pasien yang ditanganinya
6. Liability protection for all member of the team

13
- Setiap anggota tim kesehatan memiliki perlindungan atau jaminan
formal untuk mengakomodasi tugasnya
7. Sufficient human resources and infrastructure
- Mengefektif kerja dari tim kolaborasi kesehatan. Untuk itu,
pemerintah membantu menambah jumlah tenaga kesehatan
- Mengaplikasikan teknologi untuk membantu kolaborasi kesehatan
8. Sufficient payment and payment arragement
- Tim kolaborasi tidak mendasari pekerjaannya sebatas upah yang
diterimanya
- Pemerintah membantu secara finansial dan teknis dalam
mengembangkan kolaborasi
9. Supportive education system
- Pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan efektivitas kolaborasi
kesehatan.
10. Research and evaluation
- Evaluasi dengan melihat kenyatan lapangan dari kolaborasi kesehatan
memperbaiki standar kualitas yang ada.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Caring dianggap oleh banyak perawat sebagai aspek penting dalam keperawatan.
Medeleine Leininger (1984) mengemukakan bahwa care merupakan inti sari keperawatan dan
karakteristik yang dominan, khusus, serta tidak terpisahkan dalam keperawatan. Aplikasi
caring menurut Jean Watson (1985 dalam Kozier,2010)meyakini praktik caring, sebagai
pusat keperawatan menggambarkan caring sebagai dasar sebuah kesatuan dan nilai nilai
kemanusiaan yang universal (kebaikan, kepedulian dan, cinta terhadap diri sendiri dan orang
lain). Aplikasi caring dalam praktik keperawatan di Rumah sakit.Salah satu defenisi
menyatakan bahwa kualitas pelayanan kesehatan biasanya mengacu pada kemampuan rumah
sakit ,member pelayanan yang sesuai dengan standar profesi kesehatan dan dapat diterima
oleh pasiennya.

Mengapa demikian?Karena sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu menerima, merespons,
menghargai dan, bertanggung jawab. Contoh aplikasi caring dalam komunitas seperti:
Penyuluhan terhadap masyarakat, Mengadakan seminar seminar kesehatan, Melakukan
pengabdian sepenuhnya kepada masyarakat, Mengadakan home visit yang membutuhkan
pelayanan kesehatan. Memberikan motivasi kepada klien yang membutuhkan.

Interprofessional education merupakan pembelajaran yang efektif dalam


meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berkolborasi dan berkomunikasi secar efektif
dengan tenaga kesehatan yang lain dalam memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal.

Sedangkan, interprofessional collaboration merupakan salah satu hal yang sangat


diperlukan dalam menangani masalah kesehatan. Elemen praktik kolaboratif termasuk
tanggung jawab, akuntabilitas, koordinasi, komunikasi, kerjasama, otonomi, saling percaya
dan saling menghormati Tanpa adanya kolaborasi dari tim kesehatan, pengobatan tidak dapat
berjalan secara optimal. Dalam kolaborasi tim kesehatan, masing-masing tenaga kesehatan
mempunyai peran dan tanggung jawabnya masing-masing.

15
2.2 Saran

Dalam aplikasi caring dalam dikehidupan sehari hari di rumah sakit perawat harus
menunjukkan perilaku yang lembut, sejalan dengan kontak mata, keperdulian terhadap
masalah klien, dan hubungan fisik mengekspresikan fokus pada individu merupakan
pendekatan yang nyaman. Sedangkan dikomunitas perawat hendaknya bekerja sama dengan
tim komunitas seperti: Mengadakan seminar seminar kesehatan, Melakukan pengabdian
sepenuhnya kepada masyarakat, Mengadakan home visit yang membutuhkan pelayanan
kesehatan, Memberikan motivasi kepada klien yang membutuhkan.

Penulis berharap agar semua mahasiswa keperawatan dapat memahami dan


mendalami materi IPE supaya kolaborasi antara petugas kesehatan dapat berjalan lebih baik
untuk keselamatan pasien nantinya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Riyanto, Theo, Martinus Th. 2008. Kelompok kerja yang efektif. Yogyakarta: kanisius

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan : Konsep,Proses & Praktik. Jakarta :
EGChttps://www.scribd.com/document/346038443/Aplikasi-Caring-Dalam-Kehidupan-
Sehariusfinit-engky.blogspot.co.id https://imadeinbali.wordpress.com/2014/10/20/penerapan-
teori-self-care-pada-pasien-di-keluarga-atau-komunitas--2/

17

Anda mungkin juga menyukai