Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HUKUM – HUKUM SEPUTAR KELAHIRAN

Disusun Oleh :
1. Anatasya Lestari
2. Yayuk Paramita Sani
3. Yumi Puspita Sari

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES )
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dan
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah “Agama”, dengan judul: “Hukum – Hukum
Seputar Kelahiran”.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta musukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan agama.

Bengkulu, 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 2
1.3 Tujuan...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Mati Karena Melahirkan Adalah Syahid................................. 3
2.2 Bersyukur Atas Kelahiran....................................................... 4
2.3 Anak Sebagai Penyambut Orang Tua Disurga....................... 5
2.4 Hukum-Hukum Terkait Kelahiran.......................................... 6
2.5 Definisi Dan Hukum Akikah.................................................. 8
2.6 Waktu Pelaksanaan Akikah................................................... 8
2.7 Hewan Akikah........................................................................ 8
2.8 Hewan Akikah Yang Berhak Menerima Daging Akikah....... 9
2.9 Amalan Sunnah Saat Akikah................................................ 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................ 11

3.2 Saran........................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelahiran anak adalah sebuah anugerah yang diberikan Allah subhanahu wa taala
terhadap setiap manusia, kelahiran menjadi suatu bentuk kuasa ilahi dalam menciptakan
masyarakat baru yang memiliki peran penting nantinya didalam kehidupan masyarakat.
Setiap kelahiran anak dalam masyarakat memiliki arti penting bagi kehidupan masyarakat
tersebut, sebab kelahiran adalah bentuk perpanjangan generasi antara satu manusia dengan
manusia baru lainya. Disetiap masyarakat kelahiran juga memiliki makna dalam yang dapat
menimbulkan beberapa tradisi dalam masyarakat itu sendiri. Banyak tradisi yang tercipta dari
proses kelahiran tersebut, bahkan sebelum kelahiran proses tradisi sudah berjalan seperti
tradisi sewaktu,tradisi ketika kelahiran yaitu akikah. Akikah merupakan salah satu upaya
untuk menebus anak yang tergadai dan Akikah merupakan realisasi rasa syukur kita atas
anugrah, sekaligus menghidupkan sunnah rasul SAW yang merupakan, perbuatan terpuji.
Mengingat saat sunnah tersebut mulai jarang di laksanakan oleh muslimin. Tak lupa dengan
adanya akikah itu kita dapat berbagi dengan sahabat ,kerabat serta sodara kita. Banyak hal
yang bisa di manfaatkan dari aqiqah ini tanpa kita sadari, dengan adanya akikah pun kita bisa
saling silahturahmi kepada tetangga yang dekat dengan cara itulah keharmonisan sesama
umat terjalin dengan baik.Pada kata Akikah merupakan artinya sama dengan dzabihah, yaitu
binatang yang disembelih. Akan tetapi, dalam istilah ‘akikah itu yang dimaksud adalah
Kambing atau Biri-biri jantan atau betina yang disembelih berhubung dengan adanya anak
yang baru dilahirkan. Bila anak itu laki-laki, maka, aqiqah-nya dua ekor kambing yang sama
mukaafiataani dan bila anak itu perempuan aqiqah-nya satu ekor kambing. Kambing tersebut
disembelih
pada hari ketujuh. Kemudian, daging aqiqah itu disedekahkan kepada fakir
miskin sebagaimana halnya daging kurban.
Akikah biasanya dilakukan pada hari ke-7, ke-14, atau ke-21 setelah kelahiran seorang anak.
Bagi anak laki-laki, untuk melaksanakan akikah wajib memotong dua ekor kambing
sementara anak perempuan satu ekor kambing saja. Akikah berarti menyembelih kambing
pada hari ketujuh kelahiran seseorang anak. Menurut bahasa, akikah berarti pemotongan.
Hukumnya sunah muakadah bagi mereka yang mampu.
1.2 Rumusan Masalah

1
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, menghadirkan permasalahan pokok yang akan
dianalisis. Untuk memudahkan proses analisis penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan kelahiran dan akikah?
2. Siapa yang berhak menerima daging?
3. Kapan waktu pelaksanaan akikah?
4. Apa definisi dan hukum akikah?

1.3 Tujuan Masalah


Berdasarkan adanya tujuan masalah sebagai berikut :
1. Mengetahui yang dimaksud dengan kelahiran dan akikah
2. Mengetahui yang berhak menerima daging
3. Mengetahui waktu pelaksanaan akikah
4. Mengetahui definisi dan hukum akikah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Mati Karena Melahirkan Adalah Syahid


Mati Karena Melahirkan Adalah Syahid menjadi ibu merupakan sebuah karunia dan
juga kesempurnaan bagi seorang wanita terlebih lagi tidak semua wanita mampu dan diberi
kepercayaan untuk mengemban amanah ini.Bukan hanya pengorbanan kecil yang harus di
lakukan, saat persalinan sang ibu harus berjuang untuk melahirkan buah hatinya kedunia
sebagai proses penciptaan manusia. Tidak main main, sebab dalam proses ini taruhannya
adalah nyawa. Sehingga kemudian beberapa wanita kurang beruntung harus kehilangan
nyawa mereka saat berusaha melahirkan sang buah hati tercinta. Rasullullah SAW dalam
beberapa hadistnya menegaskan bahwa akan ada pahala yang berlimpah bagi mereka wanita
yang hamil kemudian melahirkan namun meninggal dunia sebagaimana keutamaan doa
seorang ibu. Mereka akan disejajarkan dengan para pejuang yang meninggal syahid di medan
perang, berikut uraian hadistnya.

1. Hadist Dari ‘Abdullah bin Busr radhiyallahu anhu


Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ْ ‫ْالقَتِي ُل فِى َسبِي ِل هَّللا ِ َش ِهي ٌد َو ْال َم‬
ِ ِ‫طعُونُ َش ِهي ٌد َو ْال َم ْبطُونُ َش ِهي ٌد َو َم ْن َماتَ فِى َسب‬
‫يل هَّللا ِ فَهُ َو َش ِهي ٌد‬

“Orang yang terbunuh di jalan Allah (fii sabilillah) adalah syahid; orang yang mati karena
wabah adalah syahid; orang yang mati karena penyakit perut adalah syahid; dan wanita yang
mati karena melahirkan adalah syahid.” (HR. Ahmad, 2: 522. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dan
‘Adil Mursyid menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim).

2. Hadis dari Jabir bin Atik


Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjenguk Abdullah bin
Tsabit, ketika itu beliau sedang pingsan karena sakit. Di tengah-tengah itu, ada orang yang
menyinggung masalah mati syahid. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa
yang kalian anggap sebagai mati syahid?”

3
Merekapun menjawab, ‘Orang yang mati di jalan Allah.’ Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam memberikan pengarahan,
ِ ‫احبُ ْال َح ِر‬
‫ق‬aa‫ي‬ ِ ‫ص‬َ ‫ َو‬،‫ َو ْال َم ْبطُونُ َش ِهي ٌد‬،‫ب َش ِهي ٌد‬ ِ ‫ت ْال َج ْن‬
ِ ‫احبُ َذا‬
ِ ‫ص‬ َ ‫ َو‬،‫ق َش ِهي ٌد‬
ُ ‫َر‬ ْ ‫ ْال َم‬:ِ ‫ال َّشهَا َدةُ َس ْب ٌع ِس َوى ْالقَ ْت ِل فِي َسبِي ِل هَّللا‬
ِ ‫ َو ْالغ‬،‫طعُونُ َش ِهي ٌد‬
ُ ‫ َو ْال َمرْ َأةُ تَ ُم‬،‫وت تَحْ تَ ْالهَ ْد ِم َش ِهي ٌد‬
‫وت بِ ُج ْم ٍع َش ِهي ٌد‬ ُ ‫ َوالَّ ِذي يَ ُم‬،‫َش ِهي ٌد‬

“Mati syahid ada 7 selain yang terbunuh di jalan Allah: Orang yang mati karena thaun,
syahid. Orang yang mati tenggelam, syahid. Orang yang mati karena ada luka parah di dalam
perutnya, syahid. Orang yang mati sakit perut, syahid. Orang yang mati terbakar, syahid.
Orang yang mati karena tertimpa benda keras, syahid. Dan wanita yang mati, sementara ada
janin dalam kandungannya.” (HR. Abu Daud 3111 dan dishahihkan al-Albani).
Hadist-hadist diatas menegaskan bahwa seorang wanita yang meninggal saat
melahirkan, kematiannya akan dianggap sebagai mati syahid. Sebab ia telah berjuan dengan
sekuat tenaga untuk bisa melahirkan sang buah hati tercinta ke dunia ini. Hal ini tentu
menjadi sebuah keistimewaan tersendiri bagi kaum wanita terutama yang sedang
mengandung. Agar tidak takut dan menikmati segala proses kehamilan dan melahirkan
dengan senang hati. Sebab segala sesuatu yang sudah menjadi ketentuan hanya Allah SWT
yang mengetahuinya, kita sebagai manusia hanya bisa berikhtiar dan memohon untuk selalu
mendapatkan perlindunganNya.

2.2 Bersyukur Atas Kelahiran


Bersyukur Atas Kelahiran kehadiran buah hati dalam sebuah pernikahan menjadi hal yang
diimpikan oleh setiap pasangan. Kelahirannya menjadi sumber kebahagiaan bagi orang
tuanya. Anak menjadi tumpuan harapan dan doa orang tua agar tumbuh menjadi pribadi yang
shaleh dan shalehah.
Ada beberapa sunnah yang sangat dianjurkan dilakukan oleh Rasulullah SAW saat
menyambut kehadiran anak. Di antaranya memberikan kabar gembira terkait kelahiran
tersebut. Allah berfirman, "Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedangkan ia
tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (ia berkata): 'Sesungguhnya Allah
menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya'."
Salah satu bentuk dari rasa syukur juga tanggung jawab dalam membesarkan anak adalah
dengan menyiapkan dan memberi nama yang terbaik bagi buah hati. Orang tua hendaknya
memberikan nama yang baik yang menjadi doa dan identitas bagi si anak hingga ia dewasa.
Penting bagi orang tua untuk memberikan nama dengan memperhatikan makna yang ada.
Dari Abu Dawud, ia berkata bahwa Rasululullah SAW bersabda, "Sesungguhnya kalian akan

4
dipanggil pada hari kiamat dengan menggunakan nama-nama kalian dan dengan nama-nama
bapak kalian, maka baguskanlah nama-nama kalian."
Selanjutnya melaksanakan aqiqah dan mencukur rambut bayi. Penyembelihan aqiqah
diyariatkan sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Nabi
SAW bersabda, "Setiap anak yang baru lahir tergadai dengan aqiqahnya, (sampai)
disembelihkan (aqiqah) itu untuknya pada hari ketujuh, dicukur rambutnya dan diberi nama."
Waktu pelaksanaan aqiqah yang paling utama adalah pada hari ketujuh, empat belas, dan dua
puluh satu dari hari kelahirannya. Jika lebih dari itu, maka tidak termasuk sisi keutaman
namun tidak masalah.

2.3 Anak Sebagai Penyambut Orang Tua Disurga


Anak Sebagai Penyambut Orang Tua Disurga anak lahir dalam keadaan beriman kepada
Allah. Sebelum ditiupkan ke dalam rahim, ruh sudah disumpah oleh Allah yang diabadikan
dalam Al Qur’an Surat Al A’raf ayat 172, “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”, Anak dilahirkan dalam keadaan fitrah/suci (Orang
tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani, Majusi).
Maka sebagai Orang tua perlu mempertahankan atau menjaga fitrah anak sebagaimana ia
dilahirkan, suci dan beriman kepada Allah. Perlu diingat, anak dapat menjadi penolong bagi
Orang tua atau sebaliknya dapat menjadi penghalang Orang tua masuk Surga.

Di dalam Al Qur’an tentang bagaimana posisi anak di antaranya:


1. Sebagai penyejuk mata (Qurrata A’yun) (QS. Al Furqan : 74)
2. Sebagai perhiasan dunia (Ziinatu Hayat, QS. Al Kahfi : 46)
3. Sebagai ujian dan fitnah (QS. At Taghabun : 15 dan Al Anfal : 28)
4. Sebagai musuh (QS. Taghabun : 14)

Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah bersabda: “Apabila manusia itu meninggal
dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat atau anak sholeh yang mendoakan kepadanya.” (HR. Muslim). Diantara tanda

5
sholehnya seorang anak adalah mau mendoakan orang tuanya, dan berharap kedua orang
tuanya mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan dunia juga akhirat.

2.4 Hukum-Hukum Terkait Kelahiran


Hukum-Hukum Terkait Kelahiran di antara keutamaan syariat Islam terutama bagi umat
Islamnya sendiri, ialah bahwa syariat Islam telah menjelaskan tentang seluk beluk hukum dan
dasar-dasar pendidikan yang berkaitan dengan anak. Dengan demikian seorang pendidik akan
dapat melaksanakan kewajiban terhadap anak secara jelas.

Berikut hukum-hukum penting yang wajib dilaksanakan oleh para pendidik pada masa
kelahiran:

1. Memberikan Ucapan Selamat dan Rasa Turut Gembira Ketika Seseorang Melahirkan
Dianjurkan kepada setiap muslim untuk segera memberikan ucapan selamat kepada sesama
muslim yang melahirkan seorang anak. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat ikatan
persaudaraan dan kecintaan antar keluarga muslim.
Allah Subhanahu Wa ta’ala berfirman tentang kisah Ibrahim ‘Alaihis Salam: “Dan
sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan
membawa kabar gembira, mereka mengucapkan, ‘Selamat.’ Ibrahim menjawab,
‘Selamatlah,’ maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang
dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim
memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata,
‘Janganlah kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada
Luth.’ Dan istrinya berdiri (di sampingnya) lalu ia tersenyum, maka kami sampaikan
kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan sesudah Ishak (lahir pula) Ya’qub).”
(QS. Huud: 69-71).
2. Mengumandangkan Azan dan Ikamat Saat Kelahiran Anak
Di antara hukum yang telah disyariatkan Islam untuk anak yang baru dilahirkan adalah
mengumandangkan azan di telinga kanan dan ikamat di telinga kirinya. Hal itu dilakukan
ketika anak baru dilahirkan.
Baihaqi dan Ibnu Sunni meriwayatkan dari Al Hasan bin Ali dari Nabi Sholallahu ‘alaihi
wassalam:

6
“Siapa yang baru mendapatkan bayi, kemudian ia mengumandangkan azan pada telinga
kanannya dan ikamat pada telinga kirinya maka anak yang baru lahir itu tidak akan terkena
bahaya Ummush Shibyan.”

Adapun hikmah dari azan dan ikamat di sini, menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah di dalam
kitabnya, Tuhfatul Maudud, agar suara yang kali pertama diterima pendengaran manusia
adalah kalimat-kalimat seruan Yang Maha Tinggi yang mengandung kebesaran Tuhan, juga
syahadat sebagai kalimat pertama-tama masuk Islam. Hal itu adalah merupakan talqin
(pengajaran) baginya tentang syariat Islam ketika anak baru memasuki dunia, sebagaimana
halnya kalimat tauhid di-talqin-kan kepadanya ketika ia meninggal dunia. Dan tidak mustahil
bila pengaruh azan itu akan meresap di dalam hatinya, walaupun ia tidak merasa.

3.Menggosok Langit-Langit Mulut Anak Setelah Dilahirkan (Tahnik)

Di antara hukum yang disyariatkan Islam bagi anak yang baru dilahirkan adalah anjuran
untuk menggosok langit-langit (mulut bagian atas) anak sesaat setelah dilahirkan.Yang
dimaksud dengan menggosok langit-langit adalah mengunyah kurma dan menggosokkannya
ke langit-langit mulut anak yang baru dilahirkan.
Hal itu dilakukan dengan menaruh sebagian kurma yang telah dikunyah di atas jari dan
memasukkan jari itu ke dalam mulut anak, kemudian menggerak-gerakkannya ke kanan dan
ke kiri dengan gerakan yang lembut, hingga merata. Jika kurma itu sulit didapat, maka
penggosok itu dapat dilakukan dengan bahan yang manis lainnya, seperti saripati gula yang
dicampur dengan air bunga. Hal itu dilakukan untuk mempraktikkan sunah dan mengikuti
apa yang telah dikerjakan Nabi Sholallahu ‘alaihi wassalam.

4. Mencukur Rambut Kepala Anak

Di antara hukum yang disyariatkan Islam untuk anak yang baru dilahirkan adalah sunah
mencukur rambut kepala pada hari ketujuh dari kelahirannya, dan menyedekahkan uang
perak kepada orang-orang fakir yang berhak seberat timbangan rambutnya.
Hal ini mempunyai dua hikmah. Pertama, berupa kesehatan, di mana mencukur rambut anak
akan mempertebal daya tahan tubuh anak, membuka selaput kulit kepala, dan mempertajam
indra penglihatan, penciuman dan pendengaran.[8] Kedua, berupa kemaslahatan sosial, di

7
mana bersedekah dengan perak sebanyak berat timbangan rambut anak merupakan salah satu
sumber lain bagi jaminan sosial.

Di dalam Al Muwaththa’, Imam Malik meriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad, dari
bapaknya, bahwa ia berkata:
“Fatimah radiyallahu ‘anha telah menimbang rambut kepala Hasan, Husain, Zainab, dan
Ummu Kultsum. Seberat timbangan rambut itulah ia menyedekahkan perak.”

Ibnu Ishak telah meriwayatkan dari Abdullah bin Bakar, dari Muhammad bin Ali bin Al
Husain radiyallahu ‘anhu:
“Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassalam telah mengadakan akikah dengan seekor kambing
untuk Al Hasan. Beliau bersabda, ‘Hai Fatimah, cukurlah rambut kepalanya dan
bersedekahlah dengan perak sesuai dengan berat rambutnya.’ Kemudian Fatimah
menimbangnya dan mencapai satu dirham atau sebagian dirham.”

Di dalam masalah mencukur ini, terdapat perbedaan pendapat tentang masalah menjambul.
Artinya, mencukur sebagian rambut anak dan menyisakan sebagian lainnya.

Jambul yang dimaksud dalam larangan ini ada empat macam:


1. Beberapa bagian kepalanya dicukur tidak merata (tampak bergaris-garis).
2. Bagian tengahnya dicukur dan bagian tepinya dibiarkan.
3. Bagian tepinya dicukur dan bagian tengahnya dibiarkan.
4. Bagian depannya dicukur dan bagian belakangnya dibiarkan.

2.5 Definisi Dan Hukum Akikah

Definisi akikah dan hukum akikah adalah akikah berarti menyembelih kambing pada hari
ketujuh kelahiran seseorang anak. Menurut bahasa, akikah berarti pemotongan. Hukumnya
sunah muakadah bagi mereka yang mampu.

2.6 Waktu Pelaksanaan Akikah


Waktu Pelaksanaan Akikah akikah biasanya dilakukan pada hari ke-7, ke-14, atau ke-21
setelah kelahiran seorang anak. Bagi anak laki-laki, untuk melaksanakan aqiqah wajib
memotong dua ekor kambing sementara anak perempuan satu ekor kambing saja.
8
2.7 Hewan Akikah
Hewan Akikah dari hadits ini diketahui bahwa aqiqah itu dilaksanakan sebagai tanda
syukur dan berbagi kebahagiaan atas kelahiran seorang anak. Aqiqah dilaksanakan pada hari
ketujuh setelah kelahirannya. Dan menurut para ulama, jika tidak bisa dilakukan pada hari
tersebut, maka boleh dilakukan pada hari-hari lain yang longgar. Lantas hewan apakah yang
lebih utama untuk dijadikan aqiqah? Mayoritas ulama sepakat bahwa hewan yang
diperbolehkan untuk aqiqah antara lain unta, sapi, dan kambing. Namun demikian, para
ulama saling berselisih pendapat mengenai hewan mana yang lebih utama untuk aqiqah.Imam
Rasjidi dalam buku Panduan Kehamilan Muslimah menjabarkan mengenai perbedaan
pendapat ulama mengenai keutamaan tiga hewan tersebut. Imam Malik berpendapat, hewan
yang lebih utama untuk aqiqah adalah domba karena dagingnya lebih bagus dan lebih lezat.
Setelah itu kedudukan keutaamannya adalah sapi kemudian unta. Sedangkan menurut Imam
Syafii dan Imam Ahmad, di antara tiga hewan itu yang lebih utama untuk aqiqah adalah unta,
sapi, dan terakhir adalah kambing.Dari perbedaan pendapat itu, dapat dikompromikan bahwa
jenis hewan yang disembelih disesuaikan dengan kondisi ekonomi orang yang hendak
beraqiqah. Asalkan syarat-syarat hewan aqiqahnya terpenuhi.Antara lain, tidak juling, tidak
pincang, tidak berpenyakit, tidak gila, tidak kurus, tidak pecah tanduknya, tidak berkudis, dan
hewan tidak terpotong telinga dan pahanya. Karena akikah merupakan salah satu bentuk
ibadah yang ditekankan sehingga hewan yang disembelih haruslah memilih kriteria yang
bagus.

2.8 Hewan Akikah Yang Berhak Menerima Daging Akikah


Hewan Akikah Yang Berhak Menerima Daging Akikah adalah hewan dengan spesifikasi
seperti hewan kurban, namun tujuan yang berbeda. Adapun aqiqah ini pasa hukum
pembagian dagingnya cukup berbeda dengan kurban.
Lalu, orang yang layak menerima daging aqiqah? Seperti halnya orang yang melakukan
kurban, mempersembahkan utamanya dilimpahkan pada para fakir miskin dan mustahiq.
Anak-anak yatim dan dhuafa juga merupakan orang yang berhak menerima daging aqiqah.
Jadi, karena itulah saat ini banyak keluarga yang merayakan aqiqahnya di panti asuhan atau
panti jompo. Karena tentunya pembagian daging aqiqah memang menjadi tepat sasaran.
Selain orang yang memiliki kekurangan atau kaum dhuafa, tetangga dari keluarga yang
menyelenggarakan prosesi aqiqah juga menjadi pihak yang berhak menerima daging aqiqah.

9
Inilah sebabnya, banyak orang yang mengadakan pengajian, doa bersama atau sekadar
membagi-bagikan nasi kotak yang berisi olahan daging aqiqah di tetangga di sekitar rumah.

2.9 Amalan Sunnah Saat Akikah


Amalan Sunnah Saat Akikah yaitu :
1. Memasak Daging Sembelihan Aqiqah dalam Keadaan Matang

Dalam kitab “Tuhfathul Maudud” hal. 43-44, Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata,
“Memasak daging aqiqah termasuk sunnah. Yang demikian itu, karena jika dagingnya sudah
dimasak maka orang-orang miskin dan tetangga (yang mendapat bagian) tidak merasa repot
lagi. Dan ini akan menambah kebaikan dan rasa syukur terhadap nikmat tersebut.
Pada saat akan membeli kambing untuk aqiqah, perhatikanlah syarat kambing untuk aqiqah
menurut Islam. Jangan sampai karena tergiur dengan harga murah lantas Anda mau saja
membeli kambing yang tidak layak untuk aqiqah! Hal itu bukan hanya merugikan orang lain,
tetapi juga Anda sendiri.
Pada saat akan membeli kambing untuk aqiqah, perhatikanlah syarat kambing untuk aqiqah
menurut Islam. Jangan sampai karena tergiur dengan harga murah lantas Anda mau saja
membeli kambing yang tidak layak untuk aqiqah! Hal itu bukan hanya merugikan orang lain,
tetapi juga Anda sendiri.

2. Jumlah Kambing untuk Aqiqah

Dalam hadits, Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam menerangkan bahwa jumlah kambing
untuk aqiqah anak laki-laki sebanyak 2 ekor, sedangkan untuk anak perempuan cukup 1 ekor
saja.

Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah menerangkan, “Hadits-hadits ini (semacam hadits


Ummu Kurz, -pen) menjadi argumen yang kuat bagi jumhur (mayoritas) ulama dalam
membedakan akikah untuk anak laki-laki dan anak perempuan. Namun Imam Malik
berpendapat bahwa akikah pada keduanya itu sama, Imam Malik beralasan dengan hadits

10
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakikahi Al Hasan dan Al Husain masing-
masing dengan satu ekor kambing.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kehadiran buah hati dalam sebuah pernikahan menjadi hal yang diimpikan oleh setiap
pasangan. Kelahirannya menjadi sumber kebahagiaan bagi orang tuanya. Anak menjadi
tumpuan harapan dan doa orang tua agar tumbuh menjadi pribadi yang shaleh dan shalehah.
Akikah untuk bayi yang baru lahir hukumnya sunnah muakkadah. Akikah merupakan salah
satu upaya untuk menebus anak yang tergadai dan Akikah merupakan realisasi rasa syukur
kita atas anugrah, sekaligus menghidupkan sunnah rasul SAW yang merupakan, perbuatan
terpuji. Mengingat saat sunnah tersebut mulai jarang di laksanakan oleh muslimin. Tak lupa
dengan adanya akikah itu kita dapat berbagi dengan sahabat ,kerabat serta sodara kita.

3.2 Saran
Segala sesuatu yang berkaitan dengan ibadah bersifat tauqifi,artinya sudah menjadi
ketetapan,tidak bisa dirubah,dikurangi, ataupun ditambahkan. Akan tetapi boleh purifikasi,
artinya pemurniaan terhadap ibadah menuju ibadah yang sesuai ketentuan-ketentuan Allah
dan Rasul-Nya.

11
DAFTAR PUSTAKA
https://www.insanpermata.sch.id/2013/06/04/hukum-hukum-yang-secara-umum-
berkaitan-dengan-kelahiran-anak/
https://kuncikebaikan.com/hukum-hukum-yang-berkaitan-dengan-kelahiran-bayi/
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-wanita-meninggal-saat-
melahirkan#:~:text=Hadist%20Dari%20'Abdullah%20bin%20Busr%20radhiyallahu
%20anhu&te
https://www.gramedia.com/literasi/hukum-aqiqah/#:~:text=Secara%20bahasa%2C
%20aqiqah%20memiliki%20arti,hari%20ketujuh%20setelah%20bayi%20dilahirkan.

12
13

Anda mungkin juga menyukai