Mata Kuliah:
“Materi pembelajaran Fiqih MA/SMA”
Nama:
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha penyayang,segala puji dan
syukur bagi Allah Tuhan semesta alam atas segala rahmat dan hidayah serta rezeki
yang diberikan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Materi
pembelajaran Fiqih MA/SMA yang berjudul “QURBAN DAN AQIQAH”
Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat
nanti.
Demikian kata pengantar ini kami buat. Kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah, mohon kritik dan saran untuk perbaikan
dikemudian hari. Dan semoga makalah yang kami buat ini bisa bermanfaat bagi
seluruh pembacanya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................... II
DAFTAR ISI ................................................................................................... III
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibadah Qurban adalah ibadah yang di perintah kan oleh Allah SWT
karena berqurban adalah salah satu bentuk pernyataan rasa sukur kita
atas nikmat yang telah di berikan . Jadi, bagi orang yangt mampu,
maka di wajibkan untuk berqurban .
Disamping itu ibadah qurban merupakan ungkapan rasa
persaudaraan antara saudara kita yang mampu dengan saudara kita
yang mampu secara ekonomi, untuk saling berbagi rezeki .
Menumbuhkan sifat untuk saling berkorban untuk orang lain . Saling
tolong menolong untuk mempererat tali persatuan antara umat
manusia , khususnya umat islam .
Ibadah qurban hanya di batasi 4 hari yaitu pada hari Raya Idul Adha
pada tanggal 10 dzulhijjah dan Hari Tasyrik yaitu tanggal 11, 12 ,
dan 13 dzulhijjah . Daripada itu ibadah qurban juga mempunyai
banyak sekali hikmah diantaranya dapat merajut jalinan kebahagiaan
kepada fakir dan miskin , dengan membagikan daging qurban,
menyadarkan manusia bahwa hidup ini penuh pengorbanan ,
Memupuk solidaritas terhadap sesama manusia dan masih banyak
lagi .
Ibadah aqiqah adalah penyembelihan hewan pada hari ke 7 , dan 14
. Aqiqah juga dapat di laksanakan pada saat anak itu dewasa .
Menyembelih hewan aqiqah hukumnya sunnah muakkad . Pada
jaman Nabi Muhammad SAW , yang pertama kali di akikah kan
adalah 2 orang saudara kembarnya yaitu Hasan dan Husein, yang
tidak lain adalah cucu dari Nabi Muhammad SAW .
1
B. Rumusan masalah
1. Apakah pengertian qurban dan aqiqah ?
2. Apakah hukum qurban dan aqiqah ?
3. Apa saja ketentuan penyembelijan qurban dan aqiqah ?
4. Apa saja hikmah dari qurban dan aqiqah ?
5. Apa saja syarat-syarat qurban dan aqiqah ?
6. Bagaimana cara penyembelihan qurban dan aqiqah ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian qurban dan aqiqah .
2. mengetahui hukum qurban dan aqiqah .
3. mengetahui ketentuan penyembelijan qurban dan aqiqah.
4. mengetahui hikmah dari qurban dan aqiqah .
5. mengetahui syarat-syarat qurban dan aqiqah .
6. mengerti cara penyembelihan qurban dan aqiqah .
7. unstuck menyelesaikan tugas dari mata kuliah Materi pembelajaran
FIQIH MA/SMA.
2
BAB II
PEMBAHAS
A. Pengertian Qurban
Menurut bahasa, kata kurban berasal dari kata qaraba yang berarti
mendekatkan diri. Kurban berarti pendekatan diri atau mendekatkan
diri. Istilah lain yang biasa di gunakan adalah nahr (sembelihan), dan
udliyyah (sembelihan atau hewan sembelihan). Sedangkan dalam
pengertian syariat, kurban ialah menyembelih binatang ternak yang
memenuhi syarat tertentu yang dilakukan pada Hari Raya (selepas salat
hari raya idul adha) dan hari-hari tasyrik yaitu, 11, 12, dan 13 Zulhijjah
semata-mata untuk beribadah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
Kurban dilaksanakan atas dasar ketakwaan dan keasabaran dalam
melaksanakan perintah Allah swt. dan rasul-Nya.
Kurban adalah menyembelih hewan dengan niat beribadah untuk
mendekatkan diri kepada Allah Swt. dengan syarat-syarat dan waktu
tertentu.
1. Hukum Kurban
3
makruh untuk orang yang sebenarnya mampu tetapi tidak ingin
melaksanakan ibadah qurban tersebut.
• Madzhab Maliki
Madzhab Maliki juga memiliki pendapat yang serupa dengan
madzhab Syafi’i yakni ibadah qurban hukumnya adalah sunnah
muakkad yakni sunnah yang diutamakan akan tetapi hukumnya
bisa berubah menjadi makruh untuk orang yang sebenarnya
mampu akan tetapi tidak melakukan ibadah qurban tersebut.
• Madzhab Hanafi
Madzhab Hanafi berpendapat jika hukum qurban dalam Islam
adalah wajib untuk dilakukan sekali dalam setiap tahunnya.
Pendapat ini mempunyai dasar hukum yang sangat jelas yakni
berdasarkan firman Allah SWT. Namun, meski pun begitu,
masih juga ada beberapa ulama dari madzhab Hanafi yang tidak
sama pendapatnya dan menyatakan jika hukumnya adalah
sunnah muakkad.
• Madzhab Hambali
Madzhab Hambali juga memberi pernyataan jika qurban dalam
Islam hukumnya adalah wajib, akan tetapi hukum ini masih bisa
berubah menjadi sunnah apabila dilakukan oleh seseorang yang
kurang mampu.
Akan tetapi, ulama dari semua madzhab juga sepakat jika hukum qurban
dalam Islam akan menjadi wajib apabila sudah bernazar sehingga wajib
dilakukan dengan baik dalam keadaan mempunyai atau tidak
mempunyai uang karena sudah bernazar.
4
yang artinya :"Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang
banyak. 2. Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah
(sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).
2) Surah Al-Hajj: 37
b. Hadits
1) Hadits dari Anas bin Malik
“Nabi biasanya berkurban dengan dua ekor kambing kibas putih
yang bagus dan bertanduk. Beliau menyebut nama Allah dan
bertakbir, dan beliau meletakkan kakinya di samping binatang
itu.” Dalam suatu lafadz: “Beliau meyembelih dengan tangan
beliau sendiri.” Dalam suatu lafadz: “Dua ekor kambing
gemuk.” Menurut Abu Awanah: “Dua ekor kambing yang
mahal.” Dengan menggunakan huruf tsa, bukan siin. Dalam
lafadz Muslim: “Beliau membaca Bismillahi wallahuakbar.”
“Siapa yang mendapati dirinya dalam kedaan lapang, lalu ia
tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat salah Ied
kami.” (HR. Ahmad dan Ibn Majah)
5
2) Hadits dari Zaid ibn Arqam
Ia berkata atau mereka berkata: “Wahai Rasulullah SAW,
apakah kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Kurban adalah
sunahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab:
“Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan kurban itu?”
Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya dalah satu
kebaikan.” Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?”
Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu
kebaikan.” (HR. Ahmad dan ibn Majah)
“Jika masuk tanggal 10 Dzulhijjah dan ada salah seorang di
antara kalian yang ingin berkurban, maka hendaklah ia tidak
cukur atau memotong kukunya.” (HR. Muslim)
3. Ketentuan Penyembelihan Hewan Qurban
a. Jenis dan Persyaratan Hewan Kurban
Hewan kurban hanya boleh dari kalangan bahiimatul al-an’aam
yaitu hewan yang diternakkan untuk diperah susunya dan
dikonsumsi dagingnya yaitu, onta, sapi, kerbau, domba atau
kambing. Hewan kurban yang di pilih adalah yang paling baik,
gemuk, sehat, dan tidak cacat, seperti pincang, atau matanya buta,
badannya tidak kurus kering, tidak sedang hamil atau habis
melahirkan anak, dan kuping/daun telinga tidak terpotong.
6
mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata
terhadapnya.” (QS. Al-Baqarah [2]:267)
Berdasarkan firman Allah di atas, dapat kita pahami bahwa hewan
yang cacat tidak boleh dipakai untuk berkurban. Bahkan, Nabi
secara tegas menyatakan 4 cacat hewan yang tidak boleh digunakan
untuk kurban:
Dari al-Bara bin Azib ia berkata: “Nabi saw. berdiri di antara kami
dan bersabda: “Empat macam yang tidak boleh dipakai
(digunakan) kurban; buta sebelah yang nyata butanya dan yang
sakit nyata sakitnya dan yang pincang nyata pincangnya serta yang
tua yang tidak mempunyai sumsum.” (HR. Ahmad)
Jika hewan yang sudah kita niatkan untuk berkurban, tetapi
mengalami kecelakaan sehingga hewan itu cacat maka hewan itu
boleh dipakai berkurban. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi saw.
Dari Abi Hasin bahwa Ibnu Zubair bahwa ia diberi hadiah unta
yang buta sebelah, maka ia berkata: Jika cacat tersebut terjadi
setelah anda membelinya maka lanjutkan untuk menyembelihnya,
dan jika cacat tersebut terjadi sebelum anda membelinya maka
gantilah dengan hewan lain”. (HR. al-Baihaqiy)
Selain persyaratan tersebut kita juga harus memperhatikan usia dan
keberlakuannya:
Tabel Hewan dan Ketentuan Kurban
No Jenis Hewan Umur Hewan Berlaku Untuk
1 Unta 5 tahun ke atas 10 orang
2 Sapi 2 tahun ke atas 7 orang
3 Kambing 1 tahun ke atas 1 orang
4 Domba 1 tahun ke atas 1 orang
a. Waktu dan Tempat Penyembelihan Hewan Kurban
1) Waktu yang sah untuk menyembelih hewan kurban adalah
- Pada hari raya idul adha, yaitu tanggal 10 Dzulhijjah
setelah shalat idul Adha.
7
Ketentuan ini berdasarkan riwayat dari Al-Barra’ bin
‘Asib ra., ia berkata:
Rasulullah saw. berkhutbah kepada kami pada yaumun
nahr (hari raya kurban) setelah salat, beliau bersabda :
“Barangsiapa yang salat seumpama kami salat dan
menyembelih seumpama kami menyembelih (yaitu
setelah salat), maka sungguh ia telah benar, dan
barangsiapa yang menyembelih sebelum salat maka itu
daging kambing biasa, dan tidak ada kurban ntuknya”.
(HR. al-Bukhari).
- Pada hari Tasyrik, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 bulan
Dzulhijjah.
Hal ini berdasarkan sabda firman Allah Swt:
8
4. Sunnah Sewaktu Menyembelih Hewan Kurban
9
dan lebih baik lagi, dengan syarat ia harus mengambil berkah,
seperti makan hatinya atau lainnya. Rasul saw. bersabda:
Dari Salamah Ibn al-Akwa’ berkata: Nabi saw. bersabda barang
siapa di antara kamu sekalian berkurban maka janganlah
menyimpan sesuatu pun (dari daging kurban) setelah tiga hari.
Kemudian pada tahun berikutnya para sahabat bertanya: Wahai
Rasulullah apakah kami melakukan seperti tahun lalu? Rasulullah
bersabda, ”Makanlah (dari kurban mu), dan berilah orang-orang,
dan simpanlah, sesungguhnya pada tahun yang lalu itu orang-orang
mendapat kesusahan, maka aku ingin kamu menolong mereka”.
(Muttafaq ‘Alah).
d. Penyembelih hewan kurban atau pengurus kurban boleh saja
menerima daging kurban sebagai, tetapi bukan upah sebagai upah
menyembeli atau mengurus. Dalam suatu hadits riwayat Ali bin Abu
Thalib yang berbunyi:
Dari Ali r.a. berkata, “Rasulullah saw. menyuruhku untuk
menangani unta kurban dan membagikan kulit dan penutup
tubuhnya (kain yang dipakaikan pada hewan kurban), serta
melarangku memberikan kepada si penjagal sesuatu dari padanya.
Beliau berkata “kita memberi dia upah dari kita sendiri”. (HR.
Muttafaq ’alaih).
e. Demikian pula dilarang menjual daging kurban, sebagaimana
dengan sabda Nabi saw:
Janganlah engkau menjual daging denda haji dan kurban.
Makanlah dan sedekhakanlah serta ambillah manfaat dari kulitnya.
Janganlah engkau menjualnya (HR. Ahmad).
10
samii’ul ‘aliim.” (Ya Tuhan kami, terimalah kiranya kurban kami
ini, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui).
b. Penyembelih meletakkan kakinya yang sebelah di atas leher hewan,
agar hewan itu tidak menggerak-gerakkan kepalanya atau meronta.
c. Penyembelih melakukan penyembelihan, sambil membaca :
“Bismillaahi Allaahu akbar.” (Dengan nama Allah, Allah Maha
Besar). Dapat pula ditambah bacaan salawat atas Nabi saw. Para
penonton pun dapat turut memeriahkan dengan gema takbir “Allahu
akbar!”
d. Kemudian penyembelih membaca doa kabul (doa supaya kurban
diterima Allah) yaitu : “Allahumma minka wa ilayka. Allahumma
taqabbal min …” (sebut nama orang yang berkurban). (Ya Allah, ini
adalah dari-Mu dan akan kembali kepadaMu. Ya Allah, terimalah
dari)
6. Fungsi Kurban
Fungsi Kurban antara lain :
a. Pengamalan dan pelaksanaan perintah Allah swt.
b. Mendidik jiwa kearah taqwa dan mendekatkan diri kepada Alah swt.
c. Mengikis sifat tamak dan mewujudkan sifat murah hati mau
membelanjakan hartanya dijalan Allah swt.
d. Menjalinkan hubungan kasih sayang sesama manusia terutama
antara golongan berada dengan golongan yang kurang bernasib baik.
e. Sebagai mediator untuk persahabatan dan wujud kesetiakawanan
sosial.
f. Ikut meningkatkan gizi masyarakat.
11
A. AQIQAH
1. Pengertian Aqiqah
12
Disyariatkan akikah lebih merupakan perwujudan dari rasa syukur akan
kehadiran seorang anak. Sejauh ini dapat ditelusuri, bahwa yang
pertama dilaksanakan akikah adalah dua orang saudara kembar, cucu
Nabi Muhammad saw. dari perkawinan Fatimah dengan Ali bin Abi
Thalib, yang bernama Hasan dan Husein.
Kalau kita telusuri lebih jauh ternyata akikah ini juga disyariatkan pada
umatumat terdahulu. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah,
bahwa Nabi saw. Bersabda, yang artinya :
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Nabi saw. bersabda,
“Sesungguhnya orangorang Yahudi mengakikah anak-anak laki-laki
tetapi tidak mengakikahi anakanak perempuan. Akikahilah anak laki-
laki dua ekor kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing.”
(HR. Baihaqi).
2. Hukum Aqiqah
Hukum aqiqah menurut Jumhur atau kebanyakan ulama
berpendapat bahwa aqiqah itu hukumnya antara sunnah dan wajib
dengan alasan berhubungan langsung dengan sembelih merupakan hal
penting. Selama seseorang mampu melaksanakan aqiqah, maka harus
segera dilaksanakan pada hari ke-7.
3. Dalil
a. Dari Salman bin ‘Amir Ad-Dhabiy
Dari Salman bin ‘Amir Ad-Dhabiy berkata jika Rasulullah bersabda,
“Aqiqah dilaksanakan karena kelahiran bayi, maka sembelihlah
hewan dan hilangkanlah semua gangguan darinya.” [Shahih Hadits
Riwayat Bukhari (5472), untuk lebih lengkapnya lihat Fathul Bari
(9/590-592), dan Irwaul Ghalil (1171), Syaikh Albani].
b. Dari Samurah bin Jundab
Dari Samurah bin Jundab berkata jika Rasulullah bersabda, “Semua
anak bayi tergadaikan dengan aqiqahnya yang pada hari
ketujuhnya di sembelih hewan (kambing), diberi nama dan dicukur
rambutnya.” [Shahih, Hadits Riwayat Abu Dawud 2838, Tirmidzi
13
1552, Nasa’I 7/166, Ibnu Majah 3165, Ahmad 5/7-8, 17-18, 22, Ad
Darimi 2/81, dan lain-lainnya].
c. Dari Aisyah Ra
Aisyah berkata jika Rasulullah bersabda, “Bayi laki-laki diaqiqahi
dengan dua kambing yang sama dan bayi perempuan satu
kambing.” [Shahih, Hadits Riwayat Ahmad (2/31, 158, 251),
Tirmidzi (1513), Ibnu Majah (3163), dengan sanad hasan].
4. Ketentuan-Ketentuan Berkaitan dengan Aqiqah
14
Diakikahkan untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang sepadan
(umurnya) dan untuk anak perempuan seekor kambing. Disebutkan
dalam sabda Rasulullah saw. Yang artinya :
Dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw. memerintahkan mereka
agar berakikah dua ekor kambing yang sepadan (umur dan
besarnya) untuk bayi laki-laki dan seekor kambing untuk bayi
perempuan. (Hadits shahih riwayat Tirmidzi.)
d. Pemanfaatan Daging Aqiqah
Hendaknya daging akikah tersebut dibagi menjadi tiga bagian: satu
bagian untuk keluarga, satu bagian untuk disedekahkan kepada fakir
miskin, dan satu bagian untuk dibagi-bagikan kepada para tetangga.
Berkata Ibnu Hazm; “Dikonsumsi, dibagikan, dan disedekahkan,
semua ini hukumnya sunah, bukan wajib.”
Daging akikah sama dengan daging kurban tidak boleh dijual
walaupun kulitnya. Di sunahkan daging akikah dimasak terlebih
dahulu sebelum dibagikan, atau mengundang langsung untuk datang
menyantap daging yang sudah dimasak. Orang yang melaksanakan
akikah boleh memakan dan menyimpan sedikit dari daging tersebut,
kecuali akikah karena nazar.
15
Dari Muhammad bin Ali bin al-Husain berkata: “Fatimah Binti
Rasulullah SAW (setelah melahirkan hasan da husain) mencukur
rambut Hasan dan Husain kemudian ia bersedekah dengan perak
seberat timbangan rambutnya.” (HR. Imam Malik dan Imam
Ahmad).
c. Men-tahnik-nya, (yaitu mengunyah kurma sampai lembut lalu
meletakkanya pada rongga mulut bagian atas si bayi seraya
mengoles-ngolesnya), berdasarkan hadis al-Bukhari dan Muslim,
dan sebaiknya yang melakukan adalah orang yang saleh.
d. Mengolesi kepala si bayi dengan minyak wangi sebagai pengganti
apa yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyah yang mengolesi
kepala si bayi dengan darah hewan akikah. Kebiasaan mereka ini
tidaklah benar, sehingga syariat Islam meluruskannya dengan cara
mengoleskannya minyak wangi di kepalanya.
16
g. Akikah memperkuat ukhuwah (persaudaraan) di antara masyarakat
terutama antara yang kaya dengan yang fakir.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
18
B. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20