Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH

NABI DAN RASUL, QADA DAN QADAR,


SALAFIYAH DAN WAHABI, TAFSIR AHKAM MUAMALAH

Mata Kuliah : Fiqih Munakahat


Dosen Pengampu : Mubarik, S.HI., M.Sy

DISUSUN OLEH :

1. Agustina dwi safitri (221610283)


2. M abi burrahman (221610295)
3. Nur zannah (221610305)
4. Noprianto (221610340)
5. Saza padila (221610307)

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NUSANTARA BATANGHARI

FAKULTAS SYARI’AH PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan Rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini tentang “Nabi Dan Rasul, Qada Dan Qadar,
Salafiyah Dan Wahabi, Tafsir Ahkam Muamalah”. Dalam menyusun
Makalah ini, ada sedikit kesulitan dan hambatan yang kami alami, namun
berkat dukungan, dorongan dan semangat dari orang terdekat, sehingga kami
mampu menyelesaikannya.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir,
Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Wassalamu’allaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Muara Bulian, Desember 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ ii

Daftar Isi ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3

A. Nabi dan rasul........................................................................


a. Pengertian Nabi ....................................................................... 3
b. Tugas Nabi .............................................................................. 3
c. Pengertian Rasul ..................................................................... 3
d. Sifat-Sifat Rasul ...................................................................... 6
e. Tugas Rasul ............................................................................. 9
f. Perbedaan Nabi dan Rasul ...................................................... 9
g. Jumlah Nabi dan Rasul ........................................................... 10
h. Mukjizat Nabi dan Rasul ........................................................ 10
i. Perilaku yang mencerminkan iman kepada Nabi dan Rasul.... 12
j. Keutamaan Nabi dan Rasul ..................................................... 14
k. Urgensi Kenabian ................................................................... 14
B. Qada dan qadar.....................................................................
a. Pengertian Qada dan Qadar.....................................................
b. Qadha dan Qadar Menurut Jabbariya......................................
c. Qadha dan Qadar Menurut Qadariyah.....................................
d. Qadha dan Qadar Menurut Ahlus Sunnah ..............................
C. Salafiyah dan wahabi.............................................................
a. Pengertian Salafiyah dan Wahabi............................................
b. Sejarah munculnya Salafiyah dan Wahabi..............................
D. iddah........................................................................................
a. Pengertian dan Dasar Hukum Iddah........................................
b. Hak dan Kewajiban Wanita Iddah ..........................................
c. Hal yang dilarang pada masa Idda...........................................

ii
BAB III PENUTUP .................................................................................... 15

A. Kesimpulan ............................................................................. 15
B. Saran ....................................................................................... 15

Daftar Pustaka ............................................................................................. 16

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengenai Nabi dan Rasul merupakan orang pilihan Allah swt yang
menerima wahyu dari-Nya, Namun Pengertian Nabi dan rasul dimasyarakat
sering dianggap sama apalagi oleh kaum awam.Padahal nabi dan rasul jelas
memiliki perbedaan baik dari pengertian secara bahasanya maupun kepada siapa
wahyu diturunkan. Selain itu nabi dan rasul mempunyai tugas yang
berbeda.Namun perlu diketahui bahwa nabi itu belum tentu rasul namun seorang
rasul pasti nabi.Oleh karena itu, ada 25 Nabi dan Rasul itulah yang wajib kita
yakini.Mereka (25 Nabi dan Rasul) itu adalah Adam as, Idris as, Nuh,Hud as,
Sholeh as, Ibrahim as, Luth as, Ismail as, Ishaq as, Ya’kub AS, Yusuf as, Ayyub
as, Syu’aib as, Musa as, Harun as, Dzulkifli as, Dawud as, Sulaiman as, Ilyas as,
Ilyasa’ as, Yunus as, Zakariya as, Yahya as, Isa as, Muhammad saw.

Mengenai Iman kepada qada dan qadar bermanfaat bagi yang meyakininya.
Jika dianut dengan benar, iman kepada takdir dapat mengantarkan seseorang
kepada kebahagiaan dan kemakmuran. Allah SWT selalu menetapkan hal baik
kepada hamba-hamba-Nya. Biarpun seseorang mengalami musibah atau bencana,
peristiwa buruk itu dimaksukan sebagai ujian atau teguran kepadanya. Seseorang
yang mengimani qada dan qadar akan selalu berhusnuzan bahwa Allah SWT
adalah Zat yang Maha Pengasih dan Penyayang. Tak ada takdir yang ditetapkan
dengan maksud buruk Allah kepada seorang muslim.

Mengenai Ilmu kalam sebagaimana diketahui adalah ilmu yang membahas


ajaran-ajaran dasar dari suatu Agama. Di dalam ilmu kalam itu terdapat beberapa
bagian bahasan tentang perbandingan antara aliran-aliran serta ajaran-ajarannya.
Dari perbandingan antar aliran ini, kita dapat mengetahui, menelaah dan
membandingkan antar paham aliran satu dengan aliran yang lain. Sehingga kita
memahami maksud dari segala polemik yang ada. Dalam Agama Islam kita
semua mengetahui bahwa rukun iman ada enam yakni iman kepada Allah, iman

1
kepada malaikat- malaikat Allah, iman kepada kitab- kitab Allah, iman kepada
rasul-rasul Allah, iman kepada hari akhir dan iman kepada qadha’ dan qadar. Al-
ilah berasal dari bahasa Arab yang berarti Tuhan dalam bahasa Indonesia dan
God dalam bahasa Inggris. Pada dasarnya fitrah manusia telah mengakui tentang
adanya Tuhan, walaupun ia sendiri telah menyatakan diri sebagai seorang Atheis
ataupun Komunis.

Mengenai iddah, di dalam iddah terdapat Perkawinan adalah suatu cara


yang ditentukan Allah sebagai jalan manusia untuk melestarikan keturunannya,
setelah masing-masing pasangan siap melakukan perannya yang positif dalam
mewujudkan tujuan perkawinan.
Tuhan tidak ingin menjadikan manusia itu seperti makhluk lainnya, yang
hidup bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan antara jantan dan betina
secara anarki, dan tidak ada aturan. Demi menjaga kehormatan dan martabat
kemuliaan manusia, Allah menetapkan hukum sesuai dengan martabat manusia.
Sehingga hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat dan
berdasarkan saling ridha meridhai, dengan ijab kabul dan dengan dihadiri para
saksi yang menyaksikan kalau keduanya telah saling terikat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Nabi ?
2. Apa saja Tugas Nabi ?
3. Pengertian Rasul itu apa?
4. Sifat-Sifat Rasul seperti apa?
5. Apa Tugas Rasul ?
6. Bagaimana Perbedaan Nabi dan Rasul ?
7. Berapa Jumlah Nabi dan Rasul ?
8. Apa Mukjizat Nabi dan Rasul ?
9. Perilaku apa yang mencerminkan iman kepada Nabi dan Rasul?
10. Keutamaan Nabi dan Rasul !

2
11. Apa Pengertian Qada dan Qadar?
12. Arti Qadha dan Qadar Menurut Jabbariya?
13. Maksud Qadha dan Qadar Menurut Qadariyah?
14. Pengertian Qadha dan Qadar Menurut Ahlus Sunnah?
15. Pengertian Salafiyah dan Wahabi?
16. Sejarah munculnya Salafiyah dan Wahabi!
17. Pengertian dan Dasar Hukum Iddah!
18. Hak dan Kewajiban Wanita Iddah!
19. Apa Hal yang dilarang pada masa Iddah?

3
BAB II
PEMBAHASAN

NABI DAN RASUL

a. Pengertian Nabi
a) Secara etimologi
Nabi berasal dari kata na-ba yang artinya ditinggikan atau na-ba-a yang berarti
berita.sehingga di simpulkan bahwa nabi adalah seorang yang ditinggikan
derajatnya oleh Allah swt dengan memberinya berita ( wahyu ).
b) Secara terminologis
Nabi adalah seseorang/manusia biasa yang mendapatkan keistimewaan
dengan menerima wahyu dari Allah swt untuk dirinya sendiri.
Pengertian Korupsi
b. Tugas kenabian
a) Nabi menerima wahyu dari Allah SWT untuk dirinya sendiri dengan cara
mendapatkan wahyu melalui mimpi.
b) Menjelaskan makna nas diturunkan kepada umat
c) Menuntun umat kejalan kebaikan dan menghindari keburukkan
d) Penyampai syariat rabbani kepada manusia (Q.S 33:38)

c. Pengertian rasul

Rasul adalah seorang nabi yang menerima wahuyu dan wajib


menyampaikan wahyu yang dia terima ( tabligh ) kepada umatnya. Sehingga
dikatakan seorang rasul pasti nabi , namun tidak semua nabi itu rasul. Menurut
bahasa arab, rasul berasal dari kata irsal yang artinya adalah memberikan arahan
atau membimbing. Jadi rasul merupakan nabi yang diberikan wahyu oleh Allah
SWT kemudian diperintahkan oleh Allah untuk menyampaikan wahyu yang telah
diberikan kepada umat manusia.Rasul adalah orang yang mendapat wahyu dari
Allah tentang agama dan misinya. Rasul adalah seseorang dengan jenis kelamin
laki-laki yang mendapatkan wahyu dari Allah SWT dan memiliki kewajiban
untuk menyebar luaskan wahyu tersebut.

Rasul adalah seseorang yang menerima wahyu dari Allah untuk syari’at
dan ia diperintahkan untuk menyampaikan hal itu dan mempraktekkannya. Setiap
rasul harus menjadi nabi, tapi tidak setiap Nabi adalah utusan, dengan demikian,

4
jumlah nabi adalah jauh lebih banyak daripada jumlah rasul. Menurut Islam
jumlah Rasul hukum 312, menurut hadits yang telah disebutkan oleh Muhammad,
diriwayatkan oleh At-Turmudzi.

Menurut Al-Qur’an Allah telah mengutus banyak nabi kepada umat


manusia. Seorang rasul memiliki tingkat yang lebih tinggi menjadi pemimpin
ummat, sementara nabi tidak harus menjadi pemimpin. Di antara rasul yang
memiliki julukan Ulul Azmi adalah Nuh AS , Ibrahim AS, Musa AS, IsaA S dan,
Muhammad SAW. Mereka dikatakan memiliki tingkat tertinggi di antara para
rasul. Sebagian besar utusan yang dikirim oleh Allah kepada Bani Israel, dari
Musa, berakhir pada Isa, dan di antara ada seribu nabi:

a) Rasul menerima wahyu dari Allah SWT guna disampaikan kepada segenap
umatnya.
b) Diutus dengan membawa syariat yang baru.
c) Rasul diutus kepada kaum yang belum beriman (kafir).
d) Rasul yang pertama kali adalah Nuh ‘Alaihissalam.
e) Jumlah rasul lebih sedikit dibanding dengan nabi.
f) Setiap rasul adalah nabi.
g) Rasul dapat menerima wahu melalui mimpi maupun melalui malaikat dan ia
dapat melihat serta berkomunikasi secara langsung dengan malaikat.

Seluruh rasul yang diutus Allah selamatkan dari percobaan Mukjizat


dibagi menjadi 2 jenis, yaitu berisfat material dan immaterial. Adapun mukjizat
material diartikan sebagai mukjizat yang dapat disaksikan oleh para kaum tempat
Nabi dan Rasul menyampaikan risalah melalui indera mereka. Kemudian
mukjizat immaterial diartikan sebagai mukjizat yang tidak dapat disaksikan oleh
indera, namun dapat dirasakan menggunakan akal dan pikiran.

1) Nabi Nuh ‘alaihissalam

Nabi Nuh as adalah putra Nabi Idris as. Sepeninggal nabi Idris, kaumnya
banyak yang melakukan penyimpangan dan kembali menyembah berhala.
Sehingga Nabi Nuh harus mengatasi kaumnya yang menympang tersebut dengan
sabar dan telaten.

Diceritakan, bahwa Allah akan mengirimkan bencana besar kepada kaum


Nabi Nuh as. Bencana tersebut berupa banjir bandang yang akan
menenggelamkan seluruh kaumnya. Maka dari itu, Nabi Nuh as diperintahkan

5
untuk membuat sebuah kapal yang besar untuk menyelematkan kaumnya.Namun,
pembuatan kapal dan peringatan akan adanya bencana tersebut justru membuat
Nabi Nuh as diejek, dihina, dan ajakannya ditolak mentah-mentah oleh kaumnya,
termasuk putranya sendiri bernama Kan’an. Alhasil, Nabi Nuh as hanya bisa
menyelamatkan kaumnya yang masih beriman serta binatang-binatang dari
bencana banjir bandang. Kisah Nabi Nuh tersebut diabadikan dalam firman Tuhan
surat Al-‘Ankabut ayat 14:

١٤ ‫َو َلَقۡد َأۡر َس ۡل َنا ُنوًحا ِإَلٰى َقۡو ِم ِهۦ َفَلِبَث ِفيِهۡم َأۡل َف َس َنٍة ِإاَّل َخۡم ِس يَن َعاٗم ا َفَأَخ َذ ُهُم ٱلُّطوَفاُن َو ُهۡم َٰظ ِلُم وَن‬

“ Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada Kaumnya, maka ia tinggal
di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa
banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.”

2) Nabi Ibrahim ‘alaihissalam

Nabi Ibrahim hidup pada zaman kekuasaan Raja Namrud, di mana saat itu
banyak masyarakat yang masih menyembah berhala. Salah satu cara yang
dilakukan Nabi Ibrahim untuk mencegah masyarakat agar tidak menyembah
berhala ialah menghancurkan berhala-berhala tersebut.

Terang saja hal ini membuat Raja Namrud marah dan memberi hukuman
kepada Nabi Ibrahim dengan cara dibakar. Namun atas kehendak Allah Swt, Nabi
Ibrahim dapat selamat dari panas api membakarnya. Sebagaimana dalam salah
satu surah Al Qu’ran :

‫ ُقۡل َن ا َٰي َن اُر ُك وِني َب ۡر ٗد ا‬٦٨ ‫َق اُلوْا َح ِّر ُق وُه َو ٱنُص ُر ٓو ْا َء اِلَهَتُك ۡم ِإن ُك نُتۡم َٰف ِع ِليَن‬
٧٠ ‫ َو َأَر اُدوْا ِبِهۦ َك ۡي ٗد ا َفَجَع ۡل َٰن ُهُم ٱَأۡلۡخ َس ِريَن‬٦٩ ‫َو َس َٰل ًم ا َع َلٰٓى ِإۡب َٰر ِهيَم‬

Mereka berkata: “Bakarlah dia dan bantulah ilah-ilah kamu, jika kamu
benar-benar hendak bertindak. Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah,
dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim. Mereka hendak berbuat makar

6
terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan itu mereka orang-orang yang
paling merugi.” (QS. Al- Anbiya’ ayat 68-70).

3) Nabi Musa ‘alaihissalam

Nabi Musa lahir saat masa kekuasaan Raja Fir’aun. Saat itu Raja Fir’aun
memerintahkan untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang baru dilahirkan
karena ditakutkan akan menghancurkan kepemimpinannya. Saat itulah Nabi Musa
dilahirkan. Ibundanya, Yukabad mendapatkan mimpi untuk menghayutkan bayi
laki-lakinya di sungai Nil. Lantas bayi tersebut ditemukan oleh istri Raja Fir’aun,
Asyiyah.

Ia memohon kepada Raja Fir’aun supaya dierbolehkan merawat bayi


tersebut dan mengangkatnya sebagai putranya. Saat menginjak dewasa, Nabi
Musa mulai menunjukkan pemberontakan terhadap kesewenangan Raja Fir’aun
yang kejam.

Kisah paling fenomenal, saat dikejar bala tantara Raja Fir’aun, Nabi Musa
memukul tongkatnya di sungai Nil sehingga membelah sungai menjadi jalan raya
untuk menyeberangi sungai yang dalam itu. Namun saat Nabi Musa sudah tiba di
daratan, ia memukulkan kembali tongkatnya dan bersatulah sungai yang
membelah tadi hingga menenggelamkan bala tantara Fir’aun yang masih berada
di tengah sungai Nil.

4) Nabi Isa ‘alaihissalam

Nabi Isa as adalah putra Maryam. Melalui perantara malaikat Jibril, Nabi
Isa menerima wahyu berupa kitab suci Injil untuk menyampaikan ajaran sebagai
penyempurna kitab sebelumnya. Nabi Isa bisa meniupkan roh kepada burung dari

7
tanah liat, menyembuhkan penyakit parah, serta membuat orang buta kembali
melihat.

Mukjizat Nabi Isa salah satunya adalah dapat menyembuhkan orang-orang


buta, menghidupkan orang-orang yang meninggal dunia. Selain memiliki
mukjizat yang bersifat material, Nabi Isa juga memiliki mukjizat immaterial
berupa kitab Injil.

5) Nabi Muhammad Saw.

Nabi Muhammad Saw adalah rasul penutup para nabi dan menerima
wahyu berupa kitab suci AL-Qur’an sebagai penyempurna kitab-kitab
sebelumnya dan juga sebagai pedoman bagi umat Islam di seluruh dunia
sepanjang waktu.

Salah satu muk’jizat Nabi Muhammad yang dapat membelah bulan


menjadi dua. Peristiwa ini terjadi pada saat penduduk Mekkah meminta agar
Rasulullah membuktikan kenabiannya. Pasalnya, pada zaman itu orang-orang
kafir tidak memercayai bahwa Muhammad SAW merupakan salah seorang nabi
utusan Allah SWT.

Dari Anas, ia berkata : “Penduduk Makkah meminta nabi agar


menunjukkan suatu bukti kenabian pada mereka, maka Nabi Muhammad
menunjukkan terbelahnya bulan”. (HR Bukhari)

Tak hanya itu, Nabi Muhammad SAW juga dapat mengeluarkan air di
sela-sela jari tanganya dan tentunya kitab suci Al-Qur’an yang hingga kini masih
dirasakan umat islam.

d. Sifat-Sifat Rasul dan Nabi

1. Sifat Wajib

a) As-Siddiq ( benar atau jujur )

8
Seorang rasul sudah selalu jujur dan tidak pernah berbohong kepada
orang lain.Contohnya Nabi Ibrahim A.S. yang mengatakan kepada ayahnya
bahwa menyembah berhala termasuk perbuatan yang salah.Peristiwa tersebut
dijelaskan dalam Q.S. Maryam 19 : 41 :

٤١ ‫َو ٱۡذ ُكۡر ِفي ٱۡل ِكَٰت ِب ِإۡب َٰر ِهيَۚم ِإَّن ۥُه َك اَن ِص ِّد يٗق ا َّنِبًّيا‬

Artinya: Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam kitab (al-


Qur’an), sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan
seorang nabi. (QS. Maryam: 41)

b) Al-Amanah ( dapat dipercaya )

Semua perkataan rasul sudah pasti dapat dipercaya.Seperti pada


peristiwa yang dijelaskan dalam Q.S Asy-Syu’ara ayat 106-107.

‫ن‬ٞ‫ ِإِّني َلُك ۡم َر ُس وٌل َأِم ي‬١٠٦ ‫ِإۡذ َق اَل َلُهۡم َأُخ وُهۡم ُن وٌح َأاَل َتَّتُق وَن‬
١٠٧

Artinya :Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka, “Mengapa


kamu tidak bertakwa?Sesungguhnya aku ini seorang rasul kepercayaan (yang
diutus) kepadamu. (QS. asy-Syu’ara: 106- 107)

c) At-Tabligh (menyampaikan wahyu)

Sifat yang ketiga adalah menyampaikan, menyampaikan yang


dimakhsud adalah menyampaikan berita / wahyu dari Allah swt kepada
umatnya dengan tidak ada yang disembunyikan . Seperti halnya Nabi
Muhammad S.A.W. yang menyampaikan semua ayat- ayat Al-Qur’an kepada
umatnya dan tidak ada satupun yang disembunyikan. Seperti yang telah
diriwayatkan dalam hadits bahwasanya sayyidina Ali berkata :

“Demi Zat yang membelah biji dan melepas napas, tiada yang disembunyikan
kecuali pemahaman seseorang terhadap al-Qur’an.”

9
d) Al-Fatanah ( kecerdasan )

Nabi dan Rasul diberi kecerdasan oleh Allah SWT agar mereka
mampu memerangi kaum yang gak ada dijalan Allah SWT dan mengajaknya
buat ada dijalan yang benar/sesat.

2. Sifat Mustahil

a) Al Kizzib (bohong atau dusta)

Tidak mungkin seorang rasul mengatakan sebuah kebohongan atau


dusta, semua yang dikatakan-Nya benar adanya melalui wahyu.Seperti yang
telah dijelaskan dalam Q.S. An-Najm ayat 2-4 :

٤ ‫ي ُيوَح ٰى‬ٞ ‫ ِإۡن ُهَو ِإاَّل َو ۡح‬٣ ‫ َو َم ا َينِط ُق َع ِن ٱۡل َهَو ٰٓى‬٢ ‫َم ا َض َّل َص اِح ُبُك ۡم َو َم ا َغ َو ٰى‬

Artinya :“kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan
tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya)”. (QS. an-Najm: 2-4)

b) Al-Khianat (berkhianat)

Semua yang diamanatkan kepada Rasul akan disampaikan dan


dilaksanakan sehingga tidak mungkin Rasul khianat. Seperti pada Q.S. Al-
An’am ayat 106 :

١٠٦ ‫ٱَّتِبۡع َم ٓا ُأوِح َي ِإَلۡي َك ِم ن َّرِّبَۖك ٓاَل ِإَٰل َه ِإاَّل ُهَۖو َو َأۡع ِر ۡض َع ِن ٱۡل ُم ۡش ِرِكيَن‬

Artinya :“Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu; tidak
ada Tuhan selain Dia; dan berpalinglah dari orang-orang musyrik”. (Q.S. al-
An’am : 106)

c) Al-Kitman (menyembunyikan)

10
Semua rasul tidak mungkin memiliki sifat kitman atau. Setiap wahyu
yang diberikan kepada rasul akan disampaikan seluruhnya kepada umatnya.
Hal tersebut telah dijelaskan dalam Q.S. Al-An’am ayat 50:

‫ُق ۡل َه ۡل َيۡس َتِو ي‬ ‫ُقل ٓاَّل َأُقوُل َلُك ۡم ِع نِد ي َخ َزٓاِئُن ٱِهَّلل َو ٓاَل َأۡع َلُم ٱۡل َغ ۡي َب َو ٓاَل َأُقوُل َلُك ۡم ِإِّني َم َلٌۖك ِإۡن َأَّتِبُع ِإاَّل َم ا ُي وَح ٰٓى ِإَلَّۚي‬
٥٠ ‫َأَفاَل َتَتَفَّك ُروَن‬ ‫ٱَأۡلۡع ٰى َو ٱۡل َبِص يُۚر‬
‫َم‬

Artinya :“Katakanlah (Muhammad), Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa


perbendaharaan Allah ada padaku, dan aku tidak mengetahui yang gaib dan
aku tidak (pula) mengatakan kepadamu bahwa aku malaika”.

d) Al-Baladah (bodoh)

Rasul adalah orang pilihan yang pastinya telah diberi kecerdasan,


Semua rasul pilihan Allah tidak mungkin bodoh.Meskipun pada awalnya
Rasulullah S.A.W. tidak dapat membaca dan menulis, tetapi beliau sangat
pandai dalam berdakwah dan menyampaikan wahyu.

e. Tugas Rasul

a) Mengajak manusia beribadah kepada Allah, beriman kepada-Nya, serta


meninggalkan sesembahan selain-Nya.

b) Menyampaikan syari’at Allah kepada manusia dan menjelaskan agama yang


diturunkan kepada manusia

c) Membawa kabar gembira

d) Menjadi saksi sampainya hujjah kepada manusia

e) Mengajak amar ma’ruf nahi mungkar

f. Perbedaan Nabi dan Rasul

11
a) Nabi menerima wahyu dari Allah Swt untuk dirinya sendiri. Sementara Rasul
menerima wahyu dari Allah Swt untuk dirinya dan wajib disampaikan kepada
umatnya.

b) Nabi diutus kepada kaum yang sudah beriman, sementara itu Rasul diutus kepada
kaum yang belum beriman.

c) Jumlah Nabi sangat banyak, yaitu menurut salah satu pendapat mengatakan
sekitar 124.000 orang. Sedangkan jumlah Rasul lebih sedikit, yaitu menurut salah
satu pendapat ada 312 orang. Namun yang wajib diyakini ada 25 Rasul yang
tercantum di dalam Alquran.

d) Nabi belum tentu Rasul, namun semua Rasul sudah pasti seorang Nabi.

e) Nabi mendapat wahyu hanya melalui mimpi Sedangkan Rasul menerima wahyu
melalui mimpi, melalui malaikat, serta dapat melihat dan berkomunikasi secara
langsung dengan malaikat penyampai wahyu.

f) Nabi dan Rasul yang ke-enam adalah beberapa Nabi dibunuh di tangan kaumnya
sendiri. Sedangkan Rasul diselamatkan oleh Allah dari berbagai macam
pembunuhan yang dilancarkan oleh kaumnya.

g) Nabi dan Rasul dilihat dari keteguhan hati diluar batas kewajaran manusia. Sebab
Rasul memiliki ketabahan yang luar biasa, khusunya lima Nabi dan Rasul yang
tergolong dalam kelompok Ulul Azmi, yaitu para rasul yang memiliki ketabahan
hati yang luar biasa, kesabaran tak terbatas, meski ujian dan cobaan datang dari
Allah Swt, namun tetap teguh menyampaikan ajaran kepada umatnya.

g. Jumlah Nabi dan Rasul yang Wajib diketahui

Ada yang menyebutkan jumlah Nabi mencapai 124 ribu orang sedangkan
jumlah Rasul sebanyak 313 orang, sebagaimana yang di riwayatkan oleh Ibnu
Mardawiyah dari Abu Dzar ra.

12
Sementara itu, Syaikh Al-Bajuri berpendapat jumlah Nabi dan rasul itu
tidak terbatas. ''Pendapat yang shahih (benar) mengenai para Nabi dan Rasul
adalah tidak membatasi jumlah dengan hitungan tertentu.Karena hal itu bisa
menetapkan kenabian pada seorang yang realitasnya bukan Nabi atau sebaliknya
menabikan kenabian pada seorang padahal realitasnya dia benar-benar Nabi.''

keterangan Bajuri ini, kata pengarang Kitab ini bersumber pada Al-Quran
surah An-Nisa ayat 164. ''Dan (Kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sungguh
telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu dan para Rasul yang tidak
Kami kisahkan tentang mereka kepadamu.''

h. Mukjizat Yang Pernah Terjadi Kepada Nabi dan Rasul

Mukjizat merupakan kejadian luar biasa atau kelebihan di luar akal


manusia yang tidak dimiliki oleh siapapun, dan hanya diberikan oleh Allah
kepada para nabi dan rasul-Nya.

Mukjizat biasanya berisi tentang penunjukan hal-hal yang sedang menjadi


kebiasaan pada zaman diturunkannya mukjizat tersebut. Seperti contoh, pada
zaman Musa, kebiasaan umat yang sedang terjadi adalah ilmu sihir maka
dengan mukjizat tongkat Musa bisa berubah menjadi ular dan mengalahkan
ilmu sihir orang lain yang ada di sekitarnya.Selain itu pada zaman Isa adalah ilmu
kedokteran dan pengobatan, maka pada saat itu mukjizat Isa adalah bisa
menghidupkan orang yang sudah meninggal yang merupakan puncak dari ilmu
pengobatan.

Demikian juga pada zaman Nabi Muhammad adalah ilmu sastra.


Maka disaat itulah diturunkan Al-Qur'an sebagai mukjizat Muhammad. Nabi yang
pada saat itu tidak bisa membaca dan menulis tetapi bisa menunjukkan al-Qur’an
yang diyakini oleh umat Muslim, memiliki nilai sastra tinggi, tidak hanya dari
cara pemilihan kata-kata tetapi juga kedalaman makna yang terkandung di
dalamnya sehingga al-Qur’an dapat terus digunakan sebagai rujukan hukum yang

13
tertinggi sejak zaman masa hidup nabi sampai nanti di akhir zaman.Mu’jizat nabi
dan rasul yang umum diketahui dikalangan masyarakat adalah sebagai berikut :

a) Nuh membuat bahtera di padang pasir, ketika Tuhan hendak menenggelamkan


kaumnya.

b) Shaleh berupa unta betina yang tidak boleh disembelih, sebagai hujjah atas
kaumnya.

c) Ibrahim tidak hangus dibakar, karena api yang membakarnya berubah menjadi
dingin.

d) Daud memiliki suara merdu sehingga makhluk lain pun ikut bertasbih
bersamanya, sanggup berbicara dengan burung, dan berhasil mengalahkan
Jalut seorang prajurit raksasa dari negeri Filistin, sanggup melunakkan besi
dengan tangan kosong.

e) Yusuf memiliki ketampanan luar biasa dan mampu mentakwilkan mimpi-


mimpi.

f) Yunus bisa hidup di dalam perut ikan nun selama tiga hari

g) Sulaiman sanggup berbicara dalam bahasa hewan, menguasai bangsa jin,


mampu menundukkan angin, memiliki permadani yang terbuat dari sutera
hijau dengan benang emas dengan ukuran 60 mil panjang dan 60 mil lebar.

h) Musa berupa tongkat, tangan, belalang, kutu, katak, darah, to pan, laut, dan
peristiwa-peristiwa di Bukit Thur.

i) Isa berupa kemampuan menyembuhkan orang buta, menyembuhkan


penderita kusta dan menghidupkan orang mati.

j) Muhammad berupa Isra dan Mi'raj, membelah bulan untuk membuktikan


kenabiannya terhadap orang Yahudi, bertasbihnya kerikil di tangannya,
batang kurma yang menangis, pemberitaan Muhammad tentang peristiwa-

14
peristiwa masa depan ataupun masa lampau, tetapi mukjizat yang terbesar
adalah Al-Qur’an.

i. Jenis Mukjizat Para Nabi dan Rasul

a) Berdasarkan bentuk : Ilmu, seperti pemberitahuan tentang hal-hal ghaib yang


sudah terjadi ataupun yang akan terjadi, umpamanya pengabaran Isa kepada
kaumnya tentang apa yang mereka makan dan apa yang mereka simpan di
rumah-rumah mereka. Sebagaimana pengabaran Muhammad tentang fitnah-
fitnah atau tanda-tanda hari kiamat yang bakal terjadi, sebagaimana banyak
dijelaskan dalam hadits-hadits.

b) Kemampuan dan kekuatan, seperti mengubah tongkat menjadi ular besar,


yakni mukjizat Nabi Musa yang diutus kepada Firaun dan kaumnya.Selain itu
penyembuhan penyakit kulit, buta, serta menghidupkan orang-orang yang
sudah mati, yang kesemuanya adalah mukjizat Nabi Isa. Juga terbelahnya
bulan menjadi dua yang merupakan salah satu mikjizat Nabi Muhammad.

c) Kecukupan, misalnya perlindungan bagi Muhammad dari orang-orang yang


menginginkan kejahatan kepadanya. Hal ini sering terjadi, ketika di Makah
sewaktu malam hijrah, ketika di dalam gua, lalu dalam perjalanan ke Madinah
ketika bertemu dengan Suraqah bin Malik, lalu di Madinah ketika orang-orang
Yahudi ingin menculiknya dan lain-lain.

Para nabi memiliki mukjizat yang berbeda sesuai dengan kondisi


masyaraktnya.Musa, karena masyarakatnya sangat ahli dalam ilmu sihir, maka
mukjizatnya ialah kemampuan mengubah tongkat menjadi ular besar, yang
mampu menelan semua ular yang dimunculkan para penyihir Fir’aun.Isa, karena
masyarakatnya ahli di bidang pengobatan, mukjizatnya ialah kemampuan
menyembuhkan orang buta sehingga mampu melihat kembali.

Sedangkan Muhammad, karena masyarakatnya ahli dalam bidang sastra,


maka mukjizatnya ialah Al-Qur’an, yang melebihi sastra Arab gubahan para

15
sastrawan yang dianggap tidak ada yang mampu menyaingi Al-Qur’an ketika itu.
Bagaimana canggihnya kemampuan sastrawan Arab, namun mereka tidak mampu
(tidak berdaya) menyamai Al-Qur’an.

j. Perilaku Yang Mencerminkan Iman Kepada Nabi dan Rasul

Iman berarti percaya dengan sepenuh hati yang dibuktikan melalui lisan
dan perbuatan.Seperti yang kita ketahui, rukun iman ada 6 yaitu beriman kepada
Allah, beriman kepada malaikat Allah, beriman kepada kitab Allah, beriman
kepada Rasul, beriman kepada hari akhir dan beriman kepada qada dan qadar.
Masing-masing harus dicerminkan dalam perilaku sehari-hari.Berikut adalah
sikap dan perilaku beriman kepada nabi dan rasul.

1) Meyakini Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Seseorang yang beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala di dalam


hatinya, maka ia akan selalu berhati-hati dalam berucap dan bertingkah laku.
Dimanapun dan kapanpun ia berada, ia akan selalu ingat akan kewajiban dan
larangan-Nya.Karena ia tahu bahwa dimanapun ada yang mengawasinya.

Allah menciptakan semua makhluk yang ada di alam semesta ini termasuk
manusia, Allah mengutus Nabi dan Rasul sebagai pembawa kabar gembira dan
peringatan. Oleh karena itu, kita harus mengikuti ajaran Rasul untuk beriman
hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Dari Abu ‘Amr—ada yang menyebut pula Abu ‘Amrah— Sufyan bin
‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku berkata: Wahai Rasulullah
katakanlah kepadaku suatu perkataan dalam Islam yang aku tidak perlu
bertanya tentangnya kepada seorang pun selainmu.” Beliau bersabda,

16
“Katakanlah: aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah.” (HR.
Muslim, no. 38)

2) Beriman Kepada Rasul Allah

Allah menurunkan kitab Al-Qur’an melalui Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wa sallam sebagai petunjuk dan pedoman bagi seluruh umat manusia.Dalam
Al Qur’an terdapat berbagai ilmu Islam yang bermanfaat untuk bekal hidup di
dunia dan akhirat.

Seperti ilmu tauhid Islam, aqidah, akhlak dan tarikh. Beriman kepada Al
Qur’an berarti menjadikannya panduan dalam beribadah kepada Allah subhanahu
wa ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,

‫د َو َم َٰن ِف ُع‬ٞ‫س َش ِد ي‬ٞ ‫َلَقۡد َأۡر َس ۡل َنا ُرُس َلَنا ِبٱۡل َبِّيَٰن ِت َو َأنَز ۡل َنا َم َع ُهُم ٱۡل ِكَٰت َب َو ٱۡل ِم يَز اَن ِلَيُقوَم ٱلَّناُس ِبٱۡل ِقۡس ِۖط َو َأنَز ۡل َن ا ٱۡل َحِد يَد ِفي…ِه َب ۡأ‬
٢٥ ‫ز‬ٞ‫ِللَّناِس َو ِلَيۡع َلَم ٱُهَّلل َم ن َينُصُر ۥُه َو ُرُس َل ۥُه ِبٱۡل َغ ۡي ِۚب ِإَّن ٱَهَّلل َقِو ٌّي َع ِز ي‬

“Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa


bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan
neraca ( keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.Dan Kami
ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai
manfaat bagi manusia, (supaya mereka menggunakan besi itu) dan agar Allah
mengetahui siapa yang menolong (agama)- Nya dan Rasul-rasul-Nya padahal
Allah tidak dilihatnya.Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.” (Al-
Hadiid : 25).

k. Keutamaan Nabi dan Rasul

Rasul memiliki tugas sebagai utusan Allah Swt untuk memberikan petunjuk
kepada umat manusia menjadi lebih baik. Mengingat tugas Rasul yang sangat
berat tersebut, Rasul Allah tentu harus memiliki keutamaan berupa sifat-sifat yang
wajib ada pada diri mereka.

l. Urgensi Kenabian

17
Ketika membahas kenabian ada beberapa pertanyaan yang muncul, yang paling
sering terjadi adalah mengapa harus ada nabi? Mengapa harus ada rasul? Untuk
menjawabnya kita melakukan 2 pendekatan :

a) Pendekataan doctrinal

Pendekatan ini dilihat dari doktrin atau bias disebut dengan firman
yaitu dengan cara noformatif.Nabi diciptakan sebagai cahaya penerang bagi
umat menuju jalan kebenaran, menghindari konflik dan perselisihan serta
memperbaiki akhlak moral umat manusia.

b) Pendekatan social historis

Nabi diutus oleh Allah swt dilihat dari konteks social masyarakat saat
itu, seperti nabi Muhammad saw diutus pada umat yang dilanda krisis moral
dan agama secara fundamental ditandai dengan adanya penindasa dan
perbudakan di kalangan masyarakat.Krisis moral menghancurkan kehidupan
manusia di berbagai aspek baik ekonomi,social,maupun budaya.Oleh karena
itu diutus nabi untuk menyempurnakan akhlak dan budi pekerti dikalangan
masyarakat.

18
QADHA DAN QADAR

a. Pengertian Qada dan Qadar

Qada dapat dipahami sebagai putusan Allah pada azali atau mengenai
suatu hal yang akan menjadi apa kelak. Sedangkan qadar merupakan realisasi
Allah atas qadha terhadap diri manusia sesuai kehendak-Nya. Menurut bahasa
“Qada’” berasal dari kata Qadha–Yaqdhii yang berarti memutuskan suatu perkara
dengan ucapan atau perbuatan. Adapun dalam al-qur’an secara bahasa qadha
memiliki pengertian sebagai berikut :

 Qada’ berarti hukum atau keputusan (Q.S. An-Nisa’ ayat 65)


 Qada’ berarti mewujudkan atau menjadikan (Q.S. Fussilat ayat 12)
 Qada’ berarti kehendak (Q.S. Ali Imran ayat 47)
 Qada’ berarti perintah (Q.S. al-Isra’ ayat 23)

Sedangkan menurut bahasa kata “Qadar” berasal dari lafaz Qadara–


Yaqdiru yang berarti kuasa mengerjakan sesuatu. Dalam al-qur’an secara bahasa
qadar memiliki arti sebagai berikut :

 Qadar berarti mengatur atau menentukan sesuatu menurut batas-batasnya


(Q.S. Fussilat ayat 10)

19
 Qadar berarti ukuran (Q.S. ar-Ra’du ayat 17)
 Qadar berarti kekuasaan atau kemampuan (Q.S. al-Baqarah ayat 236)
 Qadar berarti ketentuan atau kepastian (Q.S. al-Mursalat ayat 23)
 Qadar berarti perwujudan kehendak Allah SWT., terhadap semua makhluk-
Nya dalam bentuk-bentuk batasan tertentu (Q.S. al-Qomar ayat 49)

Dalam Al-Qur'an, perintah beriman kepada qada dan qadar terdapat pada
surat Al Qamar ayat 49, yang berbunyi:

‫ٍَر َد قُِبهٰن َْقلَخ ٍءَيْش َّلُك َّاِنا‬

Artinya: "Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran."Selain


itu, terdapat juga pada surat Al-Ahzab ayat 36.

‫لَّض ْ َد َقف َهلْو ُس َر ََو هّٰللا ِص ْع َّيْن َۗو ْم َْم اْنُِم ةَرَيِخ ْال ُم َُهلَنْو ُك َّيَْنااًر َْم آُٗهلْو ُس َر َُو هّٰللا ىََضق َاِذ اَةٍنِم ْؤ ُم ََلَّو ٍنِم ْؤ ُمِلنَاَك ا َو ۗا نْي ُّم ًللًَٰض‬
‫َم ًِب‬ ‫َم ِه ِر‬

Artinya: "Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan


perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan
mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh,
dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata."

Qada dan qadar sering disebut memiliki arti yang sama, padahal keduanya
berbeda. Hal tersebut dikarenakan bentuk kata dan pelafalan yang mirip antara
keduanya. Secara bahasa, qada memiliki arti ketentuan. Sedangkan secara istilah,
qada berarti ketentuan Allah SWT yang sifatnya umum dan azali serta berlaku
terhadap semua makhluk.

Dikutip dari buku Aqidah Akhlaq yang disusun oleh Taofik Yusmansyah,
ketentuan yang bersifat umum maksudnya hukum-hukum umum seperti
keberhasilan dan kegagalan. Hukum umum kegagalan mengatakan bahwa
kegagalan terjadi akibat kemalasan. Sebaliknya, hukum umum keberhasilan
terjadi karena orang tersebut rajin belajar. Orang yang malas belajar dipastikan

20
tidak dapat meraih keberhasilan. Sedangkan makna azali mengandung pengertian
hukum atau ketentuan telah ada sejak dahulu, bahkan sebelum manusia ada di
muka bumi. Hukum hukum tersebut tertulis di lauh al mahfuz.

Terkait dengan qadar, secara bahasa artinya ketetapan atau ukuran. Secara
istilah qadar berarti perwujudan atau ketentuan hukum Allah atas semua makhluk
yang ia ciptakan jika syaratnya terpenuhi. Qadar memiliki sifat yang lebih
spesifik ketimbang qada. Maksudnya, terjadinya qadar dapat didasarkan pada
ikhtiar dan doa seseorang. Qadar sama artinya dengan takdir. Takdir sendiri
terbagi menjadi dua, yaitu takdir mubram dan takdir muallaq. Takdir mubram
merupakan takdir dan ketetapan Allah SWT yang tidak dapat diubah oleh siapa
pun. Sebagai contoh setiap makhluk pasti akan mengalami mati, ketetapan itu
termasuk takdir mubram.

Takdir muallaq adalah takdir yang masih bisa diubah melalui usaha atau
ikhtiar manusia itu sendiri. Contoh dari takdir muallaq yaitu seseorang yang
dilahirkan dari keluarga yang kurang mampu namun ingin mengenyam
pendidikan tinggi. Menyadari semua itu, orang tersebut berusaha keras untuk
mengejar cita-citanya dan akhirnya ia dapat melanjutkan pendidikannya ke
perguruan tinggi. Cita-citanya tercapai dan akhirnya ia dapat hidup dengan layak.

b. Qadha dan Qadar Menurut Jabbariya

Jabariyah adalah sebuah paham dan kelompok menyimpang (bid’ah) di dalam


akidah

yang muncul pada abad akhir ke-2 Hijriah di Khurasan, Iran. Atau pada masa
generasi sahabat dan tabi’in. Kata Jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti
memaksa dan mengharuskan melakukan sesuatu. Dalam bahasa Inggris, Jabariyah
disebut fatalism atau predestination yaitu paham yang menyebutkan bahwa
perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh Tuhan.

21
Golongan Qadariyah dan Mu’tazilah berpendapat, bahwa manusia adalah
Mukhayyar, yaitu mempunyai kebebasan untuk memilih dan menentukan
perbuatannya sendiri tanpa campur tangan dari Allah swt. Pendapat golongan
Qadariyah dan Mu’tazilah didasarkan pada firman Allah swt. dalam (Q.S. ar-Ra’d
[13] : 11)

Menurut faham ini, manusia tidak hanya bagaikan wayang, yang


digerakkan oleh dalang, tapi manusia tidak mempunyai bagian sama sekali dalam
mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Sementara nasib mereka diakhirat
ditentukan oleh Tuhan secara mutlak. Aliran ini cenderung mengikuti aliran
tradisional yakni aliran ilmu kalam yang kurang menghargai kebebasan manusia,
serta kurang melakukan pendekatan logika nalar dalam pemikiran kalam mereka.

c. Qadha dan Qadar Menurut Qadariyah

Qadariyah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata qadara yang artinya
kemampuan dan kekuatan. Dalam bahasa Inggris free will yaitu kemauan bebas.
Adapun menurut pengertian Istilah, Qadariyah dalah suatu paham yang percaya
bahwa segala tindakan manusia tidak dipaksakan oleh Allah SWT tetapi manusia
memiliki kemampuan (qadar) untuk berusaha sendiri. Itulah sebabnya akhirnya
golongan ini disebut dengan “Qadariyah”.

Aliran ini lahir dilatar belakangi oleh kegiatan politik pada masa
Mu’awiyab bin Abu Sufyan, dari Daulah Bani Umayyah. Menurut aliran
qadariyah, mereka beranggapan bahwa manusia diberi Allah daya dan kekuatan
untuk melakukan suatu perbuatan. Manusia juga di beri kebebasan untuk memilih
antara melakukan sesuatu kebaikan dan keburukan, dan mereka harus
mempertanggung jawabkan semua perbuatannya kelak di hari akhir.

22
Paham ini merasuk ke pemikiran dunia Islam yang menyebabkan
banyaknya orang yang terselewengkan, hanyut oleh pikiran melayang yang
akhirnya jatuh ke jurang kesesatan, bahkan pemikiran ini telah mengganggu
persatuan umat. Nama lain Qadariyah adalah Muktazilah yakni golongan yang
bergerak dalam tiga fungsi, yaitu agama, filsafat dan politik. Akan tetapi kata
penamaan Qadariyah lebih identik dengan kelompok yang bertikai dalam masalah
takdir dan perbuatan manusia.

Golongan Jabariyah berpendapat bahwa, manusia adalah musayyar, yaitu


tidak mempunyai kekuasaan untuk mewujudkan keinginannya. Golongan ii
berpendapat , bahwa manusia terpaksa dalam melakukan perbuatannya atau
disebut majbur. Pendapat ii didasarkan pada firman Allah swt. dalam (Q.S. al-
Anfal [8] : 17)

Pada intinya pemikiran-penikiran antara Qadariyah, khususnya pada aspek


pemikiran mereka tentang perbuatan manusia, dan kekuasaan mutlak Tuhan.
Yakni bahwa manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan kehendak serta
perbuatannya, namun mereka harus mempertanggung jawabkan semua
perbuatannya di hadapan Tuhan.

d. Qadha dan Qadar Menurut Ahlus Sunnah


Golongan ini menggabungkan pendapat Jabariyah,Qadariyah, dan
Mu’tazilah. Ahlussunah wal Jamaah berpendapat bahwa segala sesuatu yang
terjadi pada manusia memang telah ditentukan oleh Allah swt. tetapi manusia
juga memilki peran dalam mewujudkan perbuatannya, karena Alah memberikan
kasab pada mereka.
Menurut Ahlussunah wal Jamaah, yang disebut kasab adalah perbuatn
manusia dengan kehendak Allah berjalan beriringan. Diantaranya adalah madzhab
dan paham ahli sunnah wa al-jamaah yang muncul untuk menolak pendapat-
pendapat Jabariyah dan Qadariyah. Ahli sunnah ini dipelopori oleh Abul Hasan

23
Al Asy’ari dari Basrah Irak dan Mansur Al Maturidy dari Maturid, Uzbekistan.
Untuk membahas tentang Ahli sunnah akan dijelaskan pada bahasan yang lain.
Berikut pendapat Ahli sunnah tentang perbuatan manusia dan qadha/qadar.

Ahli sunnah mengatakan bahwa perbuatan hamba seluruhnya berdasarkan iradah


dan masyi-ah Allah (keinginan dan kehendakNya). Dalil yang dipakai untuk ini
adalah:
‫ تٖا وٰم َس عۡب َس َّنُهٰىََض َقف‬١٢
Maka Dia menjadikannya tujuh langit. (TQS. Fushshilat [41]: 12)
‫ َك ُّبَر ٰى ََضقو‬٢٣۞َ
Dan Tuhanmu telah memerintahkan. (TQS. al-Isra [17]: 23)

Yang dimaksud dengan qadla ialah al-maqdli (yang ditetapkan/dipenuhi).


KetetapanNya
merupakan ungkapan atas perbuatan serta bertambahnya ketentuan-ketentuan
Allah.
a. Perbuatan hamba/manusia dengan takdir Allah adalah pembatasan setiap
makhluk sesuai dengan batasannya.
b. Allah SWT adalah Pencipta segala sesuatu sedangkan hamba adalah orang
yang mengerjakan (kasb). Jadi, perbuatan dikuasai oleh Allah SWT dari sisi
penciptaan, dan dikuasai oleh hamba/manusia dari sisi pelaksanaan.
Penggabungan ini disebut kasb.
Apabila kita meneliti masalah qadha dan qadar, akan kita dapati bahwa
ketelitian pembahasannya menuntut kita untuk mengetahui terlebih dahulu
dasar pembahasan masalah ini. Ternyata, inti masalahnya bukan menyangkut
perbuatan manusia, dilihat dari apakah diciptakan Allah atau oleh dirinya
sendiri.

24
SALAFIYAH DAN WAHABI
1. Pengertian Salafiyah dan Wahabi

Salafiyah (bahasa Arab: ‫)ةيفلسال‬, juga disebut Salafi dan Salafisme, adalah gerakan
reformasi di dalam Islam Sunni. Nama ini diambil dari anjuran untuk kembali ke
pemahaman leluhur (salaf), tiga generasi awal Muslim yang mengetahui ajaran Islam
yang murni tanpa adanya tambahan dan pengurangan. Kata salafiyah, menurut
Esposito, diturunkan dari akar kata salaf yang berarti ‘’mendahului’’.

Alquran menggunakan kata salaf untuk merujuk masa lalu, dalam surah Al-Maidah
[5] ayat 95 dan Al-Nafal [8] ayat 38.‘’Dalam leksikon Arab, salaf adalah leluhur yang
saleh.

Sedangkan Wahabi atau Wahabisme adalah suatu ajaran yang dibawa oleh
Muhammad bin Abdul Wahab sebagai bentuk reformasi ajaran Islam di Arab Saudi.
Adapun inti dari ajarannya adalah mengembalikan ajaran Islam hanya pada Alquran
dan hadis.

25
2. Sejarah munculnya Salahfiyah dan Wahabi a. Salafiyah

Setelah wafatnya Khalifah Usman bin Affan pada 35 H/656 M, konflik di kalangan
umat Islam mulai menajam. Kontrovesi terkait berbagai topik, seperti iman, status
orang berdosa, sifat tindakan manusia, kebebasan dan tekad, serta keimaman telah
melahirkan beragam aliran teologi, seperti Qadiriyah, Jabariyah, Shifatiyah,
Khawarij, dan Muktazilah.Munculnya beragam mazhab teologi itu pun memantik
perseteruan di antara para pengikutnya. Kondisi itu mengundang keprihatinan Ahmad
Ibnu Hanbal, pendiri mazhab keempat Sunni, Sehingga, Ibnu Hanbal didapuk sebagai
juru bicara salafiyah klasik. Ia menginginkan agar umat Muslim segera kembali
kepada ajaran Islam yang murni dan sederhana berdasarkan Alquran, Sunah, dan
hadis para salaf. Istilah Salafi, menurut sebagain kalangan, pertama kali muncul
dalam kitab Al-Ansaab karya Abu Saad Abd al-Kareem al-Sama'ni, yang meninggal
pada 562 H/1166 M.

{1}

Seiring bergilirnya waktu, pendekatan Salafiyah mulai berevolusi dalam menangani


berbagai masalah yang dihadapi umat Islam.

26
Gerakan Salafiyah lalu dihidupkan lagi oleh Ibnu Taimiyah, ulama dan pemikir
Muslim yang hidup di antara abad ke-13 dan ke-14 M.

Ajaran Islam menyebar ke seluruh penjuru dunia. Kaum Muslim pun dihadapkan
pada situasi dan tantangan intelektual baru yang beragam. Tentu saja, tantangan itu
harus segera direspons dengan solusi yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Ajaran Islam menyebar ke seluruh penjuru dunia. Kaum Muslim pun dihadapkan
pada situasi dan tantangan intelektual baru yang beragam. Tentu saja, tantangan itu
harus segera direspons dengan solusi yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Selain menggunakan Alquran, umat Islam juga menggunakan pemikiran rasional
untuk menjelaskan konsep dan doktrin Islam.

Dunia Islam mengalami kemunduran dalam berbagai bidang, baik pemikiran


keagamaan, politik, sosial, maupun moral. Kezaliman merajarela, penguasa tak
berdaya, dan para ulama tak bias berijtihad secara murni lagi. Saat itu, umat Islam
berada dalam zaman Taklid. Masa Taklid disebut para sejarawan dan pemikir Islam
sebagai masa kemunduran. Pada pertengahan abad ke-13 M itu, masyarakat Muslim
banyak yang menjadi penyembah kuburan, nabi, ulama, dan tokoh-tokoh tarekat.
Mereka berharap berkat anbia (para nabi) dan aulia (para wali). Kaum Muslimin pada
era kemunduran itu cenderung meninggalkan Alquran dan Sunah Rasulullah SAW.
Masyarakat Islam pada waktu itu terjebak pada perbuatan syirik dan bidah dan lebih
percaya pada khurafat (menyeleweng dari akidah Islam) dan takhayul. Kondisi itulah
yang membuat Ibnu Taimiyah tergerak untuk menghidupkan gerakan Salafiyah. Ibnu
Taimiyah berpendapat, tiga generasi awal Islam, yaitu Rasulullah Muhammad SAW
dan Sahabat Nabi, kemudian Tabi'in yaitu generasi yang mengenal langsung para
Sahabat Nabi, dan Tabi'ut tabi'in yaitu generasi yang mengenal langsung para Tabi'in
adalah contoh terbaik untuk kehidupan Islam. Ketiga generasi kaum Muslimin itu
biasa disebut sebagai kaum Salaf.

27
Doktrin yang menonjol dari gerakan Salafiyah yang dihidupkan Ibnu Taimiyah antara
lain: pintu ijitihad selalu terbuka sepanjang masa; taklid atau ikut-ikutan tanpa
mengetahui sumbernya diharamkan; diperluka kehati-hatian dalam berijtihad dan
berfatwa; perdebatan teologis (kalamiah), seperti Muktazilah, Jahamiyah dan lainnya
dihindarkan; ayat Alquran dan hadis yang mutasyabihat (tak jelas menunjuk pada satu
arti) tak ditafsirkan dan tidak ditakwilkan.

{2}

Gerakan Salafiyah juga dikenal sebagai gerakan Tajdid (pembaharuan). Ada pula
yang menyebutnya, gerakan Islah (perbaikan) dan gerakan Reformasi. Tak heran, jika
Ibnu Taimiyah ditabalkan sebagai Bapak Tajdid, Bapak Islah, Bapak Reformasi, serta
bapak Pembaharuan dalam Islam.

Gerakan Salafiyah juga dikenal sebagai gerakan Tajdid (pembaharuan). Ada pula
yang menyebutnya, gerakan Islah (perbaikan) dan gerakan Reformasi. Tak heran, jika
Ibnu Taimiyah ditabalkan sebagai Bapak Tajdid, Bapak Islah, Bapak Reformasi, serta
bapak Pembaharuan dalam Islam. Sejak saat itu, gerakan Salafiyah mulai menyebar
ke berbagai penjuru dunia. Di era pramodern, yakni abad ke-18 M, gerakan Salafiyah
kembali dihidupkan Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1792) lewat Wahhabiyah.
Gerakan itu lahir sebagai sebuah upaya untuk mereformasi umat yang sedang
mengalami kehancuran, baik secara moral dan sosial. Gerakan serupa juga turut
mempengaruhi lahirnya Sanusiyah dan Mahdiyah. Bahkan, di luar Arab muncul
gerakan Usuman Dan Fodio (1754-1817) di Nigeria. Selain itu, ada pula gerakan
Ahmad Sirhindi (1564-1624), dan Sayyid Ahmed Barelwi (1786-1831) di Anak

28
Benua India. Mereka menggelorakan persatuan Islam, pemurnian agama, serta
reformasi moral dan sosial.

b. Wahabi

Wahabi adalah sebuah aliran pemikiran yang muncul pada awal abad ke-7 H. Yang
dicetuskan oleh Ahmad bin Taimiyah. Lahir di Harran, Syiria, di tengah keluarga
berilmu yang bermadzhab Hanbali. Ayahnya adalah seorang yang berperawakan
tenang. Beliau dihormati oleh para ulama Syam dan para pejabat pemerintah sehingga
mereka mempercayakan beberapa jabatan ilmiah kepadanya untuk membantunya.
Pada masa mudanya dalam risalahnya yang bernama (Aqidah hammawiyah), sebagai
jawaban atas pertanyaan masyarakat Ham (Suriah) dalam menafsirkan ayat (Ar-
rahmanala al-Arsy istawaa) artinya: “Tuhan yang Maha Pemurah, yang bersemayam
di atas Arsy” di mana ia mengatakan bahwa Allah SWT bersemayam di atas kursi di
langit dan bersandar padanya.

Nama aliran/sekte Wahabi (dibangun sekitar abad ke-18) ini diambil dari nama
pendirinya, Muhammad bin Abdul Wahab Ibnu Sulaiman an-Najdi. Ia lahir pada
tahun 1115 H. / 1703 M. dan wafat pada tahun 1206 H. / 1792 M. Dia dilahirkan di
Uyainah, yaitu sebuah desa dekat Najed, Saudi Arabia wilayah sebelah timur.

{3}

Dia tumbuh dan dibesarkan dalam kalangan keluarga terpelajar. Ayahnya adalah
seorang tokoh agama di lingkungannya. Sedangkan kakak laki-lakinya adalah
seorang qadhi (mufti besar), sumber rujukan di mana masyarakat Najd menanyakan
segala sesuatu masalah yang bersangkutan dengan agama.

29
Ia juga mengaku sebagai salah satu penerus ajaran Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim
al-Jauziah. Pengikut akidah Dia sekarang dikenal dengan sebutan golongan Wahabi
atau juga disebut Salafi. Gagasan utama Muhammad bin Abdul Wahab adalah bahwa
umat Islam telah melakukan kesalahan dengan menyimpang dari jalan Islam yang
lurus, dan hanya dengan kembali pada satu-satunya agama yang benar mereka akan
diterima dan mendapat ridha dari Allah SWT. Dengan mengusung semangat puritan,
Muhammad bin Abdul Wahab hendak membebaskan Islam dari segala aspek yang
dianggapnya melenceng dan diyakininya telah menggerogoti agama Islam itu sendiri
dengan praktik-praktik yang dinilainya sebagai inovasi lahirnya tradisi-tradisi baru
dalam Islam.

Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan sunni pengikut madzhab
Hanbali, bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah seorang sunni yang baik,
begitu pula guru-gurunya. Namun sejak semula ayah dan guru-gurunya mempunyai
firasat yang kurang baik tentang dia bahwa dia akan sesat dan menyebarkan
kesesatan. Bahkan mereka menyuruh orang-orang untuk berhati-hati terhadapnya.
Ternyata tidak berselang lama firasat itu benar. Setelah hal itu terbukti ayahnya pun
menentang dan memberi peringatan khusus padanya. Bahkan kakak kandungnya,
Sulaiman bin Abdul Wahab, ulama besar dari madzhab Hanbali, menulis buku
bantahan kepadanya dengan judul As-Sawa’iqul Ilahiyah Fir Raddi Alal Wahabiyah.

Tidak ketinggalan pula salah satu gurunya di Madinah, Syekh Muhammad bin
Sulaiman AI-Kurdi as-Syafi’i, menulis surat berisi nasihat: “Wahai Ibn Abdil Wahab,
aku menasihatimu karena Allah, tahanlah lisanmu dari mengkafirkan kaum muslimin,
jika kau dengar seseorang meyakini bahwa orang yang ditawassuli bisa memberi
manfaat tanpa kehendak Allah, maka ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya
bahwa selain Allah tidak bisa memberi manfaat maupun mudharat,

30
{4}

kalau dia menentang bolehlah dia kau anggap kafir, tapi tidak mungkin kau
mengkafirkan As-Sawadul A’zham (kelompok mayoritas) di antara kaum muslimin,
karena Engkau menjauh dari kelompok terbesar, orang yang menjauh dari kelompok
terbesar lebih dekat dengan kekafiran, sebab dia tidak mengikuti jalan Muslimin”.

Sebagaimana diketahui bahwa madzhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah sampai hari ini
adalah kelompok terbesar. Allah SWT. berfirman: “Dan barang siapa yang
menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya,

dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu (Allah biarkan mereka bergelimang

dalam kesesatan) dan kami masukkan ia ke dalam jahannam, dan jahannam itu
seburuk-buruk tempat kembali.” (QS: An-Nisaa :115).

Wahabi mengubah strategi dakwahnya dengan berganti nama menjadi Salafi


dikarenakan mengalami banyak kegagalan dan merasa tersudut-kan dengan sebutan
nama Wahabi yang dinisbatkan kepada tokoh perintisnya, yakni Muhammad Ibnu
Abdul Wahab. Untuk menarik simpati umat Islam, Wahabi kemudian mengusung
platform dakwah yang menurut mereka sangat terpuji dan merasa paling benar.
Sungguh Nabi SAW. telah memberitakan akan datangnya Paham Wahabi ini dalam
beberapa hadits, ini merupakan tanda kenabian Beliau dalam memberitakan sesuatu
yang belum terjadi. Seluruh hadits-hadits ini adalah shahih, sebagaimana terdapat
dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim dan lainnya, di antaranya:

31
“Fitnah itu datangnya dari sana, fitnah itu datangnya dari arah sana,” sambil
menunjuk ke arah timur (Najed). (HR. Muslim dalam Kitabul Fitan).

“Di akhir zaman nanti akan keluar segolongan kaum yang muda usianya, bodoh cara
berfikirnya, mereka berbicara dengan sabda Rasulullah, namun iman mereka tidak
sampai melewati kerongkongan. Mereka keluar dari agama Islam seperti anak panah
tembus keluar dari (badan) binatang buruannya. Apabila Kamu bertemu dengan
mereka maka bunuhlah mereka, karena membunuh mereka mendapat pahala di sisi
Allah pada hari kiamat.”(HR. Bukhari, Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad, Nasa’I, dan
lainnya).

{5}

“Akan datang di akhir zaman suatu kaum yang muda usianya , bodoh cara
berpikirnya dan berbicara dengan sabda Rasulullah. Mereka keluar dari Islam seperti
anak panah tembus keluar dari badan binatang buruannya. Iman mereka tidak sampai
melewati tenggorokannya. Maka apabila kamu bertemu dengan mereka bunuhlah,
karena membunuh mereka mendapat pahala di sisi Allah pada hari kiamat.” (HR.
Bukhari, Muslim dan lainnya).

Dokterin – dokterin ajaran Wahabi

Ada beberapa isu yang selalu ditekankan sebagai ajarannya yang membedakan
dengan ajaran dengan aliran Islam yang lain meliputi masalah
tsuhid,tawassul,ziarahkubur,takfir, bid’ah,khurafat, ijtihad, dan taqlid.

32
Tauhid merupakan tema pokok dalam doktrin Wahabi.

Untuk istilah tauhid rububiyah dan uluhiyah mereka jadikan kaidah untuk
mengkafirkan kaum muslimin yang melakukan tawassul dan tabarruk. Karena kaum
muslimin yang melakukan tawassul dan tabarruk mereka anggap telah menyembah
selain Allah dan ini berarti telah menyalahi yang mereka sebut sebagai tauhid
uluhiyah. Bahkan mereka berani mengatakan bahwa Abu Jahal, Abu Lahab dan kaum
musyrikin lainnya beriman kepada Allah dan ber tauhid rububiyah. Mereka sama
sekali tidak menyekutukan Allah dalam hal ini

. Lebih parah lagi mereka mengatakan bahwa Abu Jahal dan Abu Lahab Tauhid-nya
lebih banyak dan keimanannya lebih murni dibandingkan dengan kaum muslimin
yang bertawassul dengan para auliya’ dan shalihin dan memohon syafa’at kepada
Allah sebab mereka. (Lihat kitab Kaifa Nafhamu al Tauhid karangan Muhammad
Ahmad Basyamil, hal: 16). Bukankah ini pengkafiran terhadap kaum muslimin secara
membabi buta? Bukankah mayoritas kaum muslimin mulai dari zaman Nabi, sahabat,
dan salaf yang saleh sampai sekarang melakukan tawassul dan tabarruk?

Adapun istilah Tauhid al-Asma wa al-Sifat mereka jadikan kaidah untuk


mengkafirkan kaum muslimin yang melakukan ta’wil terhadap ayat-ayat
mutasyabihat. Mereka menganggap bahwa kaum muslimin yang melakukan ta’wil
telah melakukan ta’thil (penolakan) terhadap sifat-sifat Allah. Sementara kita tahu
bahwa barang siapa yang melakukan ta’thil berarti kafir. Jadi menurut mereka barang
siapa yang men-ta’wil ayat-ayat sifat berarti kafir.Wahabi menolak keras adanya
tawassul, menurut pendapatnya, ibadah harus merujuk ucapan dan tindakan secara
lahir dan batin yang dikehendaki dan diperintahkan Allah SWT.

{6}

33
Bahwa meminta perlindungan kepada pohon, batu, dan semacamnya adalah syirik.
Dengan kata lain, tidak ada batuan, perlindungan, atau pun tempat perlindungan
kecuali Allah SWT. Perantara oleh pihak lain tidak dilakukan kecuali seizin Allah
SWT, atas orang yang diminta menjadi perantara, seorang yang benar-benar
mengetahui Allah SWT. Kebiasaan mencari perantara dari kebiasaan orang suci
(wali) yang telah meninggal adalah dilarang seperti halnya kesetiaan yang berlebihan
tatkala mengunjungi makamnya. Memohon nabi menjadi penghubung kepada Allah
SWT juga tidak dapat diterima, sebab nabi tidak bisa memberi petunjuk kepada
orang-orang yang dia inginkan untuk memeluk islam tanpa kehendak-Nya dia pun
tidak di perbolehkan meminta ampun bagi mereka yang syirik.

3. Perkembangan dan Tokoh – tokoh a. Salafiyah

1. Imam Ahmad bin Hanbal

Ia adalah seorang ulama dan intelektual Muslim terpenting dalam sejarah peradaban
Islam. Umat Islam di Indonesia biasa menyebutnya Imam Hambali. Sosok ahli fikih
pendiri Mazhab Hambali itu begitu populer dan legendaris. Namun, ulama yang hafal
satu juta hadis dan selalu tampil bersahaja itu tak pernah ingin apalagi merasa dirinya
terkenal.

2. Ahmad bin Hanbal

dikenal sebagai ulama yang berotak brilian. Kecerdasannya diakui para ulama besar
di zamannya. Penulis sederet kitab penting bagi umat Islam itu juga dikenal sebagai

34
seorang ulama yang berilmu tinggi, saleh, dan berakhlak mulia. Kemuliaan yang ada
dalam diri Imam Ahmad bin Hanbal telah membuat guru-gurunya kagum dan bangga.

3. Imam Syafi'i

menjuluki muridnya itu sebagai imam dalam delapan bidang. Imam dalam hadis,
Imam dalam fikih, Imam dalam bahasa, Imam dalam Alquran, Imam dalam
kefakiran, Imam dalam kezuhudan, Imam dalam wara', dan Imam dalam sunah. Ia
terlahir di Merv, Asia Tengah (sekarang Turkmenistan), pada 20 Rabiul Awal tahun
164 H. Ia tutup usia di baghdad pada 12 Rabi'ul Awal tahun 241 H, di usianya yang
ke-77.

{7}

4. Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah adalah ulama dan pemikir Islam yang disegani karena ketokohan dan
keluasan ilmunya. Ia telah menulis ribuan buku. Ia dijuluki beragam gelar, seperti
Syaikhul Islam, Imam, Qudwah, 'Alim, Zahid, Da'i, dan lain sebagainya. Ia bernama
lengkap Ahmad bin Abdis Salam bin Abdillah bin Al-Khidir bin Muhammad bin
Taimiyah An-Numairy al-Harrany al-Dimasyqy. Terlahir di Harran, sebuah kota
induk di Jazirah Arabia yang terletak di antara sungai Dajalah (Tigris) dan Efrat, pada
Senin, 12 Rabi'ul Awal 661 H (1263 M). Ketika masih berusia belasan tahun, Ibnu
Taimiyah sudah hafal Alquran dan mempelajari sejumlah bidang ilmu pengetahuan di
Kota Damsyik kepada para ulama-ulama terkenal di zamannya. Dia kemudian
menjadi Bapak Pembaharuan Islam lewat gerakan Salafiyah yang dikembangkannya.

5. Ibnu Qayyim Al-Jauziya

35
Nama lengkapnya Muhammad bin Abi Bakar bin Ayub bin Sa'ad Zur'i ad-Damsyiq.
Ulama besar ini lebih dikenal dengan sebutan Ibnul Qayyim al-Jauziyah. Ia adalah
seorang ulama, ahli tafsir, penghafal Alquran, ahli nahwu, usul fikih, ilmu kalam, dan
juga seorang mujtahid (ahli fikih) kenamaan. Tak cuma itu, Ibnul Qayyim al-Jauziyah
dikenal pula sebagai seorang cendekiawan Muslim dan ahli fikih kenamaan dalam
mazhab Hanbali yang hidup pada abad ke-13 Masehi. Ulama yang bergelar Abu
Abdullah Syamsuddin ini dilahirkan di Damaskus, Suriah pada 691 H/1292 M, dan
wafat pada 751 H/1352 M. Ia merupakan murid Ibnu Taimiyah yang sangat fanatik.

6. Jamaluddin Al-Afgani

Nama lengkapnya adalah Jamaluddin al-Afgani as-Sayid Muhammad bin Shafdar al-
Husain. ia lebih dikenal dengan Jamaluddin al-Afgani. Dunia Islam mengenalnya
sebagai seorang pemikir Islam, aktivis politik, dan jurnalis terkenal. Kebencian al-
Afgani terhadap kolonialisme menjadikannya perumus dan agitator paham serta
gerakan nasionalisme dan pan-Islamisme yang gigih, baik melalui pidatonya maupun
tulisan-tulisannya. Di tengah kemunduran kaum Muslimin, al-Afgani menjadi
seorang tokoh yang amat mempengaruhi perkembangan pemikiran dan aksi-aksi
sosial pada abad ke-19 dan ke-20. Ia dilahirkan di Desa Asadabad, Distrik Konar,
Afganistan pada tahun 1838, al-Afgani masih memiliki ikatan darah dengan cucu
Rasulullah SAW, Husain bin Ali bin Abi Thalib. Pada tahun 1879, al-Afgani
membentuk partai politik dengan nama Hizb al-Watani (Partai Kebangsaan).

{8}

7. Muhammad Abduh

Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abduh bin Hasan Khairullah. Ia Dilahirkan
di desa Mahallat Nashr di Kabupaten al-Buhairah, Mesir pada 1849 M dan wafat
pada 1905 M. Pendidikan pertama yang ditekuni Muhammmad Abduh adalah belajar

36
Alquran. Pada usia 12 tahun, ia telah hafal kitab suci Alquran. Ketika menjadi
mahasiswa di Al Azhar, pada tahun 1869 Abduh bertemu dengan seorang ulama'
besar sekaligus pembaharu dalam dunia Islam, Jamaluddin Al Afghani, dalam sebuah
diskusi. Sejak saat itulah Abduh tertarik kepada pemikiran Jamaluddin Al Afghani
dan banyak belajar darinya. Al-Afghani banyak mempengaruhi pemikiran
Muhammad Abduh.

8. Rasyid Ridha

Ia bernama lengkap Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Syamsuddin bin
Baha'uddin Al-Qalmuni Al-Husaini. Namun, dunia Islam lebih mengenalnya dengan
nama Muhammad Rasyid Ridha. Ia lahir di daerah Qalamun (sebuah desa yang tidak
jauh dari Kota Tripoli, Lebanon) pada 27 Jumadil Awal 1282 H bertepatan dengan
tahun 1865 M. Selain menekuni pelajaran di sekolah tempat ia menimba ilmu, Rasyid
Ridha juga rajin mengikuti beberapa perkembangan dunia Islam melalui surat kabar
Al-'Urwah Al-Wusqo (sebuah surat kabar berbahasa Arab yang dikelola oleh
Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh, dan diterbitkan selama masa
pengasingan mereka di Paris). Melalui surat kabar ini, Rasyid Ridha mengenal
gagasan dua tokoh pembaru yang sangat dikaguminya, yaitu Jamaluddin Al-Afghani,
seorang pemimpin pembaru dari Afghanistan, dan Muhammad Abduh, seorang
pembaru dari Mesir. Ide-ide brilian yang dipublikasikan itu begitu berkesan dalam
dirinya dan menimbulkan keinginan kuat untuk bergabung dan berguru pada kedua
tokoh itu.

9. Sir Sayid Ahmad Khan

Sir Sayid Ahmad Khan dikenal sebagai seorang tokoh pembaru di kalangan umat
Islam India pada abad ke-19. Dia dilahirkan di India pada 1817. Nenek moyangnya

37
berasal dari Semenanjung Arab yang kemudian hijrah ke Herat, Persia (Iran), karena
tekanan politik pada zaman dinasti Bani Umayyah.

{9}

b. Wahabi

1. Muhammad bin Abdul Wahhab (1115 H – 1206 H/1701 – 1793 M) Jabatan


penting di Kerajaan Arab Saudi Pendiri dan pelopor gerakan Wahabi/Salafi. Mufti
Kerajaan Arab Saudi.

2. Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (1330 H – 1420 H / 1910 M – 1999 M)
Jabatan penting di Kerajaan Arab Saudi Qadhi (Hakim) di daerah al-Kharaj semenjak
tahun 1357-1371 H Tahun 1390 H – 1395 H Rektor Universitas Islam Madinah.
Tahun 1414 H Mufti Umum Kerajaan.

3. Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin (1347 H – 1421 H) Al Utsaimin adalah


pakar fiqih-nya kalangan Wahabi Salafi.

Banyak persoalan hukum baru yang difatwakan olehnya. Jabatan penting di Kerajaan
Arab Saudi: Imam masjid jami’ Al-Kabir Unaizaih.

4. Muhammad Nashiruddin Al-Albani (1333 H – 1420 H/1914 M – 1999 M)


Jabatan penting di Kerajaan Arab Saudi Tahun 1381 – 1383 H : Dosen Hadits
Universitas Islam Madinah

38
5. Shaleh bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan (1345 H) Jabatan penting di
Kerajaan Arab Saudi: Dosen Institut Pendidikan Riyadh

6. Abdullah bin Abdurrahman bin Jibrin 1933 -2009 M / 1353 – 1430 H.


Jabatan penting di Kerajaan Arab Saudi Asisten Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Anggota tetap majlis riset dan fatwa Arab Saudi

4. Paham / keyakinan

Kemunculan paham Salafiyah - pemurnian agama mengikuti tradisi generasi awal


Islam - pada abad ke-4 H di sisi lain sebagai sebuah bentuk pemahaman yang
merespons pengukuhan rasionalitas akal yang pasti (qath’i) dari golongan Mu’tazilah.
Dan juga sebagai lawan dari pemikiran yang berorientasi pada penghayatan super
emosional berlebihan dari golongan sufisme. Istilah Salafiyah digunakan oleh para
pengikut Hambaliyah. Orientasi pemikiran Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M)
sendiri berpegang teguh kembali ke al-Quran dan Sunah dengan metode pemahaman
para sahabat Nabi secara harfiah. Demikian juga Ibnu Taimiyah (1263-1328 M) yang
gigih memperjuangkan Salafiyah yang ketat dan tidak kompromistis.

{10}

Paham itulah yang akhirnya melahirkan Salafiyah-Wahhabiyah kontemporer. Paham


ini cenderung tidak luwes (kaku) di era modern dengan paham Islam yang radikal,
keras, dan bahkan ekstrem.

Imam Hambali merupakan seorang ahli Hadis terkemuka yang dalam Ahlussunnah
Wal Jamaah dikenal kenamaan dari keempat mazhab—Imam Maliki, Imam Hanafi,
Imam Syafi’i, Imam Hambali—dari segi penguasaan ilmu fiqih (hukum Islam). Imam
Hambali memang terkenal lebih ketat dalam metode penggunaan qiyas (analogi

39
pemikiran) apalagi yang tidak didasari oleh teks al-Quran maupun Hadis. Namun,
Imam Hambali tidak menolak penggunaan akal (ra’yu) jika dalam kondisi darurat
yang tentu saja bersandar pada nash ataupun Hadis mursal yang sedikit dha’if.
Sementara Ibnu Taimiyah memiliki pemahaman tidak memperbolehkan berziarah
dengan niatan meminta perlindungan atau keberkahan dari Allah SWT. melalui
perantara orang-orang saleh di alam kubur.

Meski Ibnu Taimiyah juga menghukumi sunah berziarah dengan catatan hanya
sebatas mendoakan, mengenang jasa-jasanya, dan meneladaninya. Selain itu, Ibnu
Taimiyah juga tidak menyangsikan orang-orang tasawuf kasyaf yang dianugerahi
oleh Allah SWT. kelebihan-kelebihan tertentu (waliyullah), yang dikeramatkan oleh
mayoritas golongan tarekat dan sufisme. Sementara Salafi-Wahabi yang berlindung
di balik dua mazhab tersebut—Imam Hambali dan Ibnu Taimiyah—sedikit banyak
menyimpang dari pemahaman komprehensif aslinya.

Orientasi paham Salafi lebih dari mengembalikan dan merampingkan agama, tidak
macam-macam, dan berpegang teguh kepada al-Quran dan Hadis sepanjang
penafsiran para Sahabat Nabi. Dengan kata lain, paham Salafi ini lebih menyakralkan
dan mengutamakan wahyu. Namun demikian, terdapat banyak kelemahan yang
menonjol dari paham Salafi. Orientasinya yang berlebihan pada masa lampau, yakni
pada generasi Islam pertama dan kedua sebagai pusat idola mereka, sedangkan
peradaban manusia telah berubah dan maju pesat. Tanpa cepat menyesuaikan diri
mengejar ilmu dan teknologi umat Islam akan tertinggal jauh dan menjadi umat
pinggiran (Prof. Dr. Simuh, Pergolakan Pemikiran dalam Islam: 2019: 164). Maka
realitas yang kita lihat sekarang ini, banyak pengikut Salafi bereaksi lebih preskriptif
dan konservatif yang pada akhirnya berimbas pada minimnya mujtahid yang
berijtihad lebih realistis dalam perkembangan di zaman modern. Oleh karena itu,
perlu adanya budaya kritis transformatif dalam budaya pemikiran ilmiah yang lebih
terbuka sesuai dengan tuntutan zaman. Sebab, kebenaran agama bersifat universal.
Dengan kekuatan logika akal pikiran,

40
{11}

pengertian agama yang dapat melampaui zaman. Dengan begitu, perlu adanya
keselarasan antara tekstualis agama yang Salafi dengan ilmu rasionalitas teknologi
kekinian.

Lalu bagaimana dengan paham dan gerakan Salafi-Wahabi yang gemar mengafirkan
sesama Muslim? Sebenarnya paham atau gerakan Wahabisme ini dinisbatkan kepada
Muhammad bin Abdul Wahhab (1703-1787 M), yang mereka sendiri menyebutnya
sebagai Salafiyah atau mengikuti generasi awal Islam— merujuk kepada para
sahabat, tabi’in (pengikut sahabat), dan tabi’ut tabi’in (pengikut tabi’in)—yang
senyatanya mereka sama sekali tidak mengikuti tradisi salaf. Mereka terjatuh pada
paham mujassimah-musyabahah dalam pemahaman teks-teks mutasyabihat yang
dikaitkan dengan sifat-sifat Allah. Sementara itu, dalam praktiknya, mereka justru
menyerupai kaum Khawarij yang menganggap kafir kaum Muslim di luar mereka
dengan alasan melawan kaum bid’ah dan syirik. Mereka turut andil besar dalam
mengilhami praktik-praktik dan model gerakan Islam garis keras, termasuk di
Indonesia (Nur Khalik Ridwan, Sejarah Lengkap Wahhabi: Perjalanan Panjang
Sejarah, Doktrin, dan Pergulatannya, 2020: 20-21).

Persekutuhan Muhammad bin Abdul Wahhab dengan Muhammad bin Su’ud dalam
membangun kerajaan feodal Arab Saudi, melahirkan sekte Islam kontemporer—
Salafiyah-Wahhabiyah atau Wahabisme—yang senyatanya dalam segi akidah telah
bergeser dari ajaran Ibnu Taimiyah. Lebih lagi mereka mengaku sebagai penganut
mazhab Hambali. Bagi paham Salafi-Wahabi ini, tidak cukup memurnikan ibadah
dengan mengembalikannya kepada al-Quran dan Sunah seperti yang disampaikan
Ibnu Taimiyah, akan tetapi juga pelbagai tradisi yang dianggap menyimpang seperti
TBC (takhayul, bid’ah, churafat) dianggap musyrik. Bahkan tradisi lain pun harus

41
disesuaikan dengan ajaran Islam secara keras, sempit, dan ketat—seperti merokok
haram, produk kafir haram, dan seterusnya— pengharaman yang digolongkan sebagai
kafir atau sudah murtad. Sikap seperti ini tentu saja lebih menyerupai paham
Khawarij yang cenderung mengafirkan orang-orang yang berdosa.

Salafi-Wahabi memiliki varian yang berbeda. Ada yang tergolong lembut, semi-
keras, keras, hingga ekstrem. Tidak hanya sebatas seruan, yang berbahaya adalah
sebuah gerakan yang didasari oleh paham Salafi-Wahabi ekstrem. Bagi Salafi-
Wahabi yang ekstremis, mengangkat senjata dan memerangi paham lain yang mereka
anggap sebagai perang lawan bid’ah, hukumnya wajib bagi setiap Muslim. Dengan
demikian,

{12}

Salafi-Wahabi tidak hanya melahirkan sebuah pemikiran radikal dalam pembinaan


umat, tapi juga mewujud menjadi sebuah gerakan yang dilandasi oleh semangat jihad
dalam rangka memperoleh kekuasaan wilayah sektoral dan politik. Dalam konteks
sejarah, kolaborasi Muhammad bin Abdul Wahhab dengan raja Su’ud berhasil
mengusir dominasi Turki Utsmani dari Semenanjung Arab dengan patronasi
pemahaman fanatisme Salafi-Wahabi dengan apa yang disebut sebagai perang suci.
Lalu bagaimana Salafi-Wahabi menyikapi para raja dan pangeran di kerajaan feodal
petrodollar dengan penuh kemewahan dan keduniawian? Apakah mereka juga
tergolong bid’ah? Tampaknya mereka hanya menutupi itu semua dengan berselimut
di balik pemahaman murni Islam. Maka tidak aneh jika Salafi-Wahabi tidak banyak
mengembangkan dan melahirkan para pemikir Islam. Padahal, kekayaan Arab Saudi
yang dihasilkan oleh minyak dengan kemewahan yang melimpah ruah, akan tetapi
minim sumbangsih bagi kemajuan Islam secara global. Masyarakatnya pun tetap
kaku, keras, dan terbelakang. Hal itu dibuktikan saat Perang Teluk di mana tentara
Irak berhasil menduduki Kuwait pada Tahun 1990. Kerajaan mewah dan megah

42
dengan dominasi Salafi-Wahabi yang puritan ini langsung panik, takut, dan lantang
meminta pertolongan asing Barat (Amerika dan sekutu) untuk melindungi negaranya.

Jadi Salafi-Wahabi merupakan sekte yang tidak dinamis dan tidak luwes dalam
memahami Islam secara universalitas kemajuan global dunia. Padahal yang perlu
dipahami umat Islam sekarang ini adalah cukup dengan bersikap lebih fleksibel dan
elastis sehingga kita dapat merebut kembali ilmu pengetahuan, ekonomi, dan
teknologi dari Barat. Kita banyak tertinggal dari bangsa Barat, baik dalam aspek
politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Aspek politik lebih menekankan untuk bersikap
musyawarah, transparansi, dan penegakkan supremasi hukum yang berkeadilan.
Aspek sosial merupakan hal yang fundamen dalam Islam seperti mencintai orang-
orang yang penuh kekurangan, fakir-miskin, janda, anak yatim, dan seterusnya.
Aspek sosial juga lebih menekankan pada pembelaan terhadap kaum lemah
(mustadh’afin) yang tidak hanya orang-orang beriman kepada Allah saja, melainkan
semua orang. Baik komunitas agama lain yang tertindas, sesama Islam, atau orang
yang tidak beragama sekalipun dalam ketertindasan. Di hadapan Allah semua
sederajat kecuali imannya yang membedakan. Di hadapan negara, semua setara
sehingga siapapun yang dilemahkan posisi dan dijatuhkan martabatnya, maka Islam
harus menjadi garda terdepan dalam aspek humanisme-sosial.

{13}

Demikian juga pada aspek ekonomi sebagai solusi atas kelemahan dari dua poros
dunia, yakni ekonomi kapitalisme maupun ekonomi sosialisme. Kelebihan ekonomi
dalam prinsip Islam adalah adanya kebebasan yang teratur serta tanggung jawab
sosial yang lebih besar. Dan tentu saja budaya yang menjadi bagian penopang
peradaban dan kejayaan Islam. Karena itu, paham Salafi-Wahabi yang cenderung
menolak keragaman menjadi masalah yang cukup krusial dalam tubuh Islam.

43
IDDAH
Pengertian dan Dasar Hukum Iddah
Iddah adalah bahasa arab yang berasal dari akar kata adda – yu’addu – ‘idatan dan
jamaknya adalah ‘idad yang secara artikata etimologi berarti bahasa menghitung atau
hitungan. Kata ini di gunakan untuk maksud iddah karena dalam masa itu si
perempuan yang ber-iddah menunggu berlalunya waktu.
Dalam kitab fiqih ditemukan definisi yang pendek dan sederhana diantaranya adalah
masa tunggu yang di lalui oleh seorang wanita.
Prof. Dr. Wahbah Az-zuhaili secara etimologi iddah dengan mengkasrahkan huruf
‘ain dan jama’nya adalah ‘idad. Makna secara bahasa adalah hitungan, di ambil dari
kalimat al-‘adad karna biasanya mencakup hitungan bulan.
Menurut istilah para ulama, masa ‘iddah ialah sebutan atau nama suatu masa di mana
seorang wanita menanti atau menangguhkan perkawinan setelah ia ditinggalkan mati
oleh suaminya atau setelah diceraikan baik dengan menunggu kelahiran bayinya, atau
berakhirnya beberapa quru’, atau berakhirnya beberapa bulan yang sudah ditentukan.

44
Dasar hukum iddah
Yang menjalani Iddah adalah perempuan yang bercerai dari suaminyabukan laki-laki
atau suaminya. Perempuan yang bercerai dari suaminya dalambentuk apapun, cerai
hidup atau mati, sedang hamil atau tidak, masih berhaid atautidak wajib menjalani
masa Iddah

Dalam surat Al-Baqarah:228


    
  “Wanita-wanita yang
ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga
kali quru ́”
Masa Iddah dalam pasal 153 KHI mempunyai beberapa macam yangdiklasifikasikan
menjadi tiga macam , yaitu :
1. Putus perkawinan karena ditinggal mati suaminya. Apabila perempuan putus
karena kematian, waktu tunggu ditetapkan 130 hari, hal ini diatur dalam pasal 39 ayat
1 huruf (a) PP nomor 9 tahun 1975 dan pasal 153 kompilasi hukum Islam (KHI). Dan
ketetapan ini berlaku bagi istri yang ditinggal mati suaminya dalam keadaan tidak
hamil. Lain halnya dengan istri yang ditinggal mati suaminya dalam keadaan hamil,
maka waktu tunggunya sampai dia melahirkan.
Sedangkan dalam Undang-undang nomor 1 tahun 1974 pasal 11 dijelaskan bahwa :
1) Bagi seorang wanita yang putus perkawinannya berlaku jangka waktu
tunggu.
2) Tenggang waktu jangka waktu tunggu tersebut ayat (1) akan diatur dalam
peraturan pemerintah lebih lanjut.

2. Putus perkawinan karena perceraian.


Seorang istri yang diceraikan oleh suaminya, maka memungkinkan mempunyai
beberpa waktu tunggu, yaitu :
a. Dalam keadaan hamil.

45
Apabila seorang istri diceraikan oleh suaminyadalam keadaan hamil, maka Iddahnya
sampai dia melahirkan kandungannya.
b. Dalam keadaan tidak hamil.
Apabila seorang istri diceraikan oleh suaminya sebelum terjadi hubungan kelamin
(qabla dukhul), maka tidak berlaku baginya masa Iddah. Sedangkan apabila seorang
istri diceraikan oleh suaminya setelah hubungan kelamin (ba’da dukhul), maka bagi
istri yang masihdatang bulan (haid), waktu tunggunya berlaku ketentuan tiga kali suci
sekurang-kurangnya 90 hari, sama seperti istri yang tidak haid dan istri yang pernah
haid namun ketika menjalani masa Iddah dia tidak haid karena menyusui, maka
Iddahnya tiga kali suci. Namun dalam keadaan yang disebut pada ayat 5 pasal 153
KHI bukan karena menyusui, maka masa Iddahnya selama satu tahun akan tetapi bila
dalam waktu satu tahun dimaksud ia berhais kembali, maka Iddahnya tiga kali suci.

3. Putus perkawinan karena khulu’, fasakhdan li’an.


Masa Iddah bagi janda yang putus ikatan perkawinannya karena khulu’ (cerai gugat
atas tebusan atau iwad dari istri), fasakh (putus ikatan perkawinan karena salah satu
diantara suami istri murtad atau sebab lain yang seharusnya ia tidak dibenarkan untuk
menikah), atau li’an maka waktu tunggu berlaku seperti Iddah talak.

4. Istri di talak raj’i kemudian ditingal mati suaminya pada masa Iddah.
Apabila seorang istri bertalak raj’i kemudian dalam menjalani masa Iddah
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 2 huruf b, ayat 5 dan ayat 6 pasal 153
kompilasi hukum Islam (KHI) ditinggal mati oleh suaminya, maka Iddahnya beubah
menjadi empat bulan sepuluh hari atau 130 hari yang mulai perhitungannya pada saat
matinya si manatan suami.
Karakteristik masa Iddah tersebut merupakan ketentuan hukum memngenai tenggang
waktu hitungan masa Iddah dalam hukum perkawinan Islam.

2. Hak dan Kewajiban Wanita Iddah

46
a. Tidak Boleh Dipinang oleh Lelaki Lain secara Terang Terangan maupun
Sindiran

Meminang mantan istri orang lain yang sedang dalam masa iddah, baik karena
kematian suaminya maupun karena talak baik ba’in maupun raj’i hukumnya haram.
Jika perempuan yang sedang iddah karena talak raj’i maka ia haram di pinang, baik
dengan cara tashrih (kalimat pinangan yang terang- terangan) maupun dengan ta’ridh
(sindiran) karena masih ada ikatan dengan mantan suaminya, dan suaminya itu masih
berhak untuk merujuk kembali sewaktu-waktu ia suka .
Sedangkan meminang wanita yang dalam iddah karena talak ba’in haram jika di
pinang secara tashrih (kalimat terang-terangan) melainkan di pinang dengan cara
ta’ridh (kalimat sindiran). Hal tersebut juga berlaku pada wanita yang dalam iddah
karna kematian suaminya, pinangan dapat di lakukan dengan cara ta’ridh (kalimat
sindiran), dengan alasan untuk menjaga agar wanita tersebut tidak terganggu dan
tercemar oleh para tetangganya dan serta menjaga perasaan anggota keluarga si mati
dan para ahli warisnya.
c. Wanita iddah mempunyai hak untuk tinggal di rumah suaminya selama ia
dalam menjalani masa iddah
d. suaminya wajib menyediakan seluruh nafkah yang di butuhkan oleh wanita
tersebut (keadaan hamil)

3. Hal hal yang Dilarang dalam Masa Iddah


Wanita dalam masa iddah di larang untuk memakai wangi-wangian ataupun berhias
dan berdandan, hal tersebut beralasan supaya tidak menarik perhatian laki-laki lain
untuk meminangnya, tercantum pada hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh
imam Al-Bukhari dan Muslim dari Ummu salamah.
Istri yang di tinggal mati suaminya harus menunjukan rasa berkabung, tidak
mengenakan perhiasan dan wangi-wangian selama dalam iddah yaitu empat bulan
sepuluh hari. Tidak mengenakan perhiasan dan wangi-wangian juga di wajibkan
terhadap perempuan yang menjalani iddah talak bain, dengan maksud agar jangan

47
seperti orang yang menanti pinangan laki-laki lain. Bagi perempuan yang menjalani
iddah talak raj’i, di utamakan berhias di muka bekas suami dengan tujuan agar ia
dapat menarik bekas suami untuk merujuknya..
meminang wanita yang dalam iddah karena talak ba’in haram jika di pinang secara
tashrih (kalimat terang-terangan) melainkan di pinang dengan cara ta’ridh (kalimat
sindiran). Hal tersebut juga berlaku pada wanita yang dalam iddah karna kematian
suaminya, pinangan dapat di lakukan dengan cara ta’ridh (kalimat sindiran), dengan
alasan untuk menjaga agar wanita tersebut tidak terganggu dan tercemar oleh para
tetangganya dan serta menjaga perasaan anggota keluarga si mati dan para ahli
warisnya.

48

Anda mungkin juga menyukai