Anda di halaman 1dari 158

MATERI BBQ

BUKU PANDUAN UNTUK BBQ

UKM ISLAM AL-KINDI POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG

NAMA TUTOR : ............................................................................................


JUDUL

MATERI BBQ

DITERBITKAN OLEH

Departemen Al-Quran dan Hadits

UKM Islam Al-Kindi Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang 2022

INFORMASI HUBUNGI

Rizki Hanafi Munazir/Kharisa Megarini

Jl. Soekarno-Hatta No.1 Bandar Lampung

Telp.

Email :

Cetakan Pertama :

25 Dzulhijah 1443 H – Juli 2022


KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum warohmatullahi wabarokatuh


Segala puji hanya milik Allah SWT, Sholawat dan salam untuk Rasulullah SAW
beserta keluarga, sahabat dan para pengikutNya hingga yaumil qiyamah, Aamiin...
Buku Panduan Belajar Baca Qur’an (BBQ) ini disusun untuk memandu
mahaiswa baru agar dapat membaca Al-qur’an dengan benar, baik dari segi
mahrojul huruf maupun tajwidnya. Disamping itu buku ini juga berisi bimbingan
ibadah khususnya sholat, baik sholat fardu maupun sholat-sholat sunah.
Buku ini juga memandu mahasiswa dalam memahami Aqidah yang benar
terutama memahami dengan sebaiknya tentang rukun iman yaitu iman kepada
Allah, malaikat, kitab-kitab Allah, para Nabi dan Rosul, hari akhir dan takdir.
Kemudian dilanjutkan bagaimana cara berakhlak mulia sebagaimana yang
dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Untuk menambah pengetahuan keismalam disajikan juga dalam buku ini sejarah
para sahabat dalam menegakkan agama Allah. Di bagian akhir agar buku panduan
ini tidak monoton disajikan materi life skill tentang public speaking dengan
harapan mahasiwa baru dapat mengembangkan potensi dirinya
Saya berharap mahasiswa baru dapat memahami buku panduan ini dengan baik,
tentu bimbingan dari kakak tingkat selaku tutor BBQ sangat diperlukan.
BBQ termasuk kedalam SKKM (satuan kredit kegiatan mahasiswa), diwajibkan
bagi mahasiswa baru khususnya mahasiswa muslim, dan merupakan syarat
kelulusan mata kuliah Agama Islam. Di akhir kegiatan BBQ, mahasiswa baru
akan mendapatkan sertifikat BBQ, dimana sertifikat ini dapat menjadi sertifikat
pendamping ijazah (SPI).
Demikian pengantar dari saya, semoga para mahasiswa baru dapat mengikuti
kegiatan BBQ dari awal sampai akhir tanpa ada halangan.
Wassalamu alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Bandar Lampung 18 Juli 2022/ 18 Dzulhijjah 1443H


Dosen Agama Islam
H. Agus Mukhandar, M.Pd.I
ُ‫ﺴﻼَ ُم َﻋﻠَ ْﯿ ُﻜ ْﻢ وَ رَ ﺣْ َﻤﺔُ ﷲِ وَ ﺑَﺮَ ﻛَﺎﺗُﮫ‬
‫اﻟ ﱠ‬

Alhamdulilahi rabbil ‘alamin,


Was sholatu wassalamu ‘ala,
Asyrofil ambiyaa iwal mursalin,
Sayyidina wa maulana Muhammadin,
Wa ‘alaa ‘alihi wa shohbihi ajmain.
Ama ba’du.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan juga kesehatan
kepada kita semua, sehingga dapat terselenggaranya Belajar Baca Qur’an (BBQ)
Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang 2022. Tak lupa sholawat serta salam semoga
selalu kita haturkan untuk baginda Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬yang telah membawa kita
dari Zaman Jahiliyah ke zaman terang benderang seperti sekarang ini, yang
InsyaAllah kita nantikan syafa’atnya di Yaumil Akhir kelak.

Saya selaku Ketua Umum UKM Islam Al-Kindi mengucapkan Selamat Datang
kepada seluruh mahasiswa baru Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Tanjungkarang, semoga perjalanan baru ini dapat menjadi amal sholeh di sisi
Allah SWT. Semoga BBQ Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang 2022 dapat
terlaksana dengan baik.

Sekilas mengenai BBQ 2022, yaitu merupakan suatu kegiatan yang


diselenggarakan oleh UKM Islam Al-Kindi Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang
diperuntukkan kepada mahasiswa baru sebagai wadah untuk mempelajari dan
memperdalam ilmu agama, khususnya Al-Quran. Tema yang kami angkat untuk
BBQ tahun ini adalah “Peran Generasi Muda Muslim Dalam Memajukan
Peradaban Bangsa”.
Kegiatan ini bertujuan untuk dapat meningkatkan ilmu pengetahuan tentang
membaca Al-Qur’an dan meningkatkan wawasan keislaman terhadap mahasiswa
baru sebelum nantinya mereka akan mengabdi kepada masyarakat, serta
diharapkan dapat terus mengimplementasikan nilai-nilai keislaman dalam
kehidupan sehari-hari.
Akhirul kalam
Subhaanaka Allahumma wabihamdika asyhadu an laa-ilaaha illa Anta
astaghfiruka wa-atubu ilaik.

ُ‫ﺴﻼَ ُم َﻋﻠَ ْﯿ ُﻜ ْﻢ وَ رَ ﺣْ َﻤﺔُ ﷲِ وَ ﺑَﺮَ ﻛَﺎﺗُﮫ‬


‫وَ اﻟ ﱠ‬
PENDAHULUAN

Apa itu iman? Sejak kecil, kita tidak asing dengan kata ini. Kita diajarkan untuk
meyakini sesuatu yang dirumusakn dalam enam rukun iman. Kita diminta
menghafal bahkan tanpa diberi tahu apa tujuan kita menghafal. Apa akibatnya? Ia
hanya semata menjadi ucapan lisan yang mungkin terlupakan saat kita beranjak
dewasa.

Berbicara tentang iman, artinya ia tidak hanya tentang keyakinan namun juga
aplikasi dalam amal nyata. Bukan sekedar ucapan manis namun bagaimana
manifestasi makna dari ucapan tersebut dalam segala gerak dan tingkah laku kita
sebagai seorang muslim. Mengimani sesuatu artinya kita memiliki hubungan yang
sangat dalam dengan sesuatu yang kita imani tersebut.

Iman kepada Allah, malaikatNya, RasulNya, kitabNya, hari akhir, juga qadha dan
qadar, yang kita kenal sebagai rukun iman, adalah sebuah satu kesatuan yang
menjadi acuan kita dalam memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu. Rukun iman bisa menjadi motivasi dalam beramal baik, juga sebagai
benteng dari melakukan amalan buruk. Demikian Allah begitu indah merancang,
dan Rasul demikian teguh menjadi suri tauladan agar kita sebagai muslim tidak
hanya sekedar hidup sebagai manusia, namun menjadi hambaNya yang mampu
menjalankan tugas untuk apa diciptakan.

Islam hadir bukan untuk menyulitkan. Islam hadir untuk memudahkan karena ia
adalah agama yang diciptakan Allah sesuai dengan fitrah manusia. Maka, jika
seorang muslim merasa kesulitan dengan agamanya sendiri, ia perlu memeriksa
kembali bagaimana ia memaknai keimanan.

Raulullah sebagai sebaik-baik manusia, menjadi utusanNya dalam mengenalkan


Islam. Perjuangannya membebaskan manusia yang terjebak dalam kejahiliahan
menjadikan manusia memasuki babak baru kehidupan yang terang benderang.
Islam membuat peradaban baru yang memanusiakan manusia. Membebaskan dari
penyembahan terhadap selainNya menuju Allah ‘azza wa jalla.

Sedangkan Al Qur’an menjadi sebaik-baik pedoman. Ianya bukan sekedar kitab


suci yang dibaca, atau bahkan mungkin menjadi pajangan di rumah. Namun ialah
petunjuk dalam menjalankan amanah sebagai hamba juga khalifah di muka bumi.
Mukjizat terbesar Rasulullah yang terus Allah jaga orisinalitasnya hingga akhir
zaman. Maka, apa alasan kita untuk tidak mempelajarinya?

Sudah sepatutnya kita sebagai generasi muslim bangga dengan keislaman kita.
Kita bangga sebagai hambaNya, bangga menjadi umat Rasulullah Saw, dan
bangga memiliki Al Qur’an. Di tengah problematika umat muslim yang
menjadikan Islam sekedar identitas, mari berproses untuk menjadikan Islam
sebagai way of life (jalan hidup). Menghadirkan Islam dalam setiap lini
kehidupan. Karena untuk itu kita dicipta, demikian ajaran Rasulullah sang penebar
cahaya, juga untuk itu kelak kita ditanya.

Bandar Lampung, Juli 2022

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iv
PENDAHULUAN vii
DAFTAR ISI ix
IMAN KEPADA ALLAH 1
A. Tauhid Rububiyah……………………..…………………………..... 1
B. Tauhid Uluhiyah…………………………………………………….. 2
C. Tauhid Asma Wassifat……………………………………………… 4
IMAN KEPADA MALAIKAT 6
A. Pengertian Iman Kepada Malaikat Allah…………...…………….... 7
B. Nama Malaikat dan Tugasnya............................................................. 7
C. Hikmah Mengimani Para Malaikat Dalam Kehidupan....................... 12
IMAN KEPADA NABI DAN RASUL 14
A. Kebutuhan Manusia Terhadap Nabi dan Rasul................................... 14
B. Iman Kepada Nabi dan Rasul Allah.................................................... 15
C. Perbedaam Nabi dan Rasul.................................................................. 16
D. Kewajiban Kita Terhadap Rasulullah Muhammad SAW................... 17
E. Hasil Mengikuti Rasulullah Muhammad SAW................................... 19
F. Kebutuhan Manusia pada Kitab-kitab Allah....................................... 20
G. Cara Beriman Pada Kitab-kitab........................................................... 22
H. Keistimewaan Al Quran Dari Kitab Yang Sebelumnya...................... 24
IMAN KEPADA QADA DAN QADAR 26
A. Pengertian Qada dan Qadar................................................................. 26
B. Ciri-Ciri Orang Yang Beriman Kepada Qada Dan Qadar.................. 27
C. Hubungan Qada Dan Qadar................................................................ 27
D. Jenis-jenis Takdir................................................................................ 28
E. Fungsi Iman Kepada Qada Dan Qadar................................................ 28
F. Contoh Perilaku Qada Dan Qadar....................................................... 29
IMAN KEPADA HARI AKHIR 30
A. Dalil .................................................................................................... 30
B. Nikmat Dan Siksa Kubur.................................................................... 32

ix
C. Tanda-Tanda Kiamat........................................................................... 33
D. Permulaan Hari Kiamat....................................................................... 40
E. Kebangkitan (Ba’ts)............................................................................ 41
F. Penghimpunan (Al Hasyr)................................................................... 41
G. Balasan Amal...................................................................................... 43
H. Dihadapkan Kepada Allah Dan Perhitungan (Al ‘Ardh Wal Hisab).. 44
I. Kolam (Haudh)................................................................................... 46
J. Timbangan (Mizan)............................................................................. 46
K. Jalan (Ash Shirath) 47
I. Surga Dan Neraka............................................................................... 47
SHOLAT WAJIB, GERHANA DAN JENAZAH 49
A. Definisi Dan Urgensi Sholat................................................................ 49
B. Syarat Sholat........................................................................................ 54
C. Syarat Wajib Sholat............................................................................. 55
D. Rukun Sholat....................................................................................... 56
THAHARAH 61
A. Thaharah Hakiki (Najis)...................................................................... 61
B. Thaharah Hukmi (Hadats).................................................................. 61
C. Macam-Macam Najis.......................................................................... 62
D. Macam-Macam Hadats....................................................................... 65
E. Wudhu ................................................................................................ 65
F. Mandi Janabah..................................................................................... 67
G. Tayammum ......................................................................................... 69
AKHLAK DAN UKHWAH ISLAMIYAH 73
A. Adab Menjaga Lisan Sesama Muslim................................................. 73
B. Adab Berbicara Kepada Orang Tua dan Orang Yang Lebih Tua....... 76
C. Adab Berbicara Kepada Teman Sebaya.............................................. 79
D. Ukhwah Islamiyah.............................................................................. 82
E. Manfaat Terjalinnya Ukhwah Islamiyah............................................. 85
F. Empat Asas Ukhuwah dalam Islam.................................................... 86
ADAB SEORANG MUSLIM 88
A. Akhlak dan Kepribadian Rasulullah.................................................... 88

x
B. Sepuluh Pribadi Muslim...................................................................... 94
C. Adab Membaca Al-Quran................................................................... 97
D. Adab Menuntut Ilmu........................................................................... 98
E. Doa Sehari-hari.................................................................................... 101
MENGENAL LEBIH DEKAT SAHABAT & SHAHABIYAH 106
A. Ali Bin Abi Thalib............................................................................... 106
B. Umar Bin Abdul Aziz.......................................................................... 110
C. Muhammad Al Fatih........................................................................... 117
D. 'Aisyah ra............................................................................................. 120
E. Siti Walidah/Nyai Ahmad Dahlan....................................................... 129
F. Cut Nyak Dien..................................................................................... 132
LIFE SKILL (KOMUNIKASI DAN PUBLIC SPEAKING) 138
A. Tips Lancar Public Speaking untuk Pemula........................................ 138
B. Kembangkan Potensi, Tingkatkan Percaya Diri.................................. 139
DAFTAR PUSTAKA 145
LAMPIRAN

xi
IMAN KEPADA ALLAH SWT.
Indikator Capaian:
1. Mahasiswa mengimani dan memahami bahwa Allah Tuhan Yang Esa, dan
tiada illah yang berhak disembah selain Allah SWT.
2. Mahasiswa memahami cara Tauhidullah
3. Mahasiswa mengetahui nama-nama dan sifat Allah
Tema Pembahasan:
1. Tauhid Rububiyah
2. Tauhid Uluhiyah
3. Tauhid Asma wassifat
- Macam-macam nama Allah
- Jumlah dan nama-nama Allah
- Dalil-dalil tauhidullah Asma wassifat
Pembahasan :
Iman kepada Allah SWT artinya meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah
adalah Rabb (Pemelihara, Pengatur), Pemilik dan Pencipta segala sesuatu. Hanya
Dialah yang berhak untuk diesakan dengan ibadah berupa shalat, puasa, doa,
harap, takut, kerendahan, dan ketundukan. Dia memiliki segala sifat
kesempurnaan dan suci dari segala sifat kekurangan.
Makna mengesakan (mentauhidkan) Allah adalah meyakini bahwa hanya Allah
sendiri yang mempunyai rububiyyah, uluhiyyah, dan sifat-sifat kesempurnaan
serta nama nama kemuliaan. Maka tidaklah seseorang disebut beriman kepada
Allah hingga ia meyakini bahwa Allah adalah Rabb segala sesuatu dan tiada Rabb
selain Dia, bahwa Dia adalah Illah segala sesuatu dan tiada illah selain Dia, dan
bahwa Dialah Yang Sempurna dalam sifat dan nama-Nya, dan tiada yang
sempurna selain Dia. Iman kepada Allah mencakup pengesaan Allah SWT dalam
tiga hal: rububiyyah, ululiyyah, dan al-asma wash-shifat.

A. Tauhid Rububiyah
Makna tauhid rububiyyah secara garis besar adalah meyakini dengan mantap
bahwa Allah adalah Rabb segala sesuatu dan tiada Rabb selain Dia. Rabb menurut
bahasa bermakna: pemilik yang mengatur (al maalikul-mudabbir). Dan

1
rububiyyah (kepemilikan, kepengaturan) Allah atas makhluk-Nya bermakna
ketunggalan Allah dalam menciptakan, memiliki, dan mengatur urusan-urusan
makhluknya. Jadi, tauhid rububiyyah adalah mengakui bahwa hanya Allah SWT
Pencipta, Pemilik, yang menghidupkan dan mematikan makhluk, Dialah Pemberi
manfaat dan bahaya, yang mengabulkan doa mereka dalam keadaan terhimpit,
yang berkuasa atas mereka, yang memberi dan menahan. Kepunyaan Dialah
segala makhluk dan segala urusan. Sebagaimana firman-Nya:
"Ingatlah, hanya milik Dialah segala penciptaan den segala urusan. Maha Suci
Allah Rabb sekalian alam." (QS Al-A'raf: 54)
"Segala puji bagi Allah Rabb sekalian alam." (QS Al-Fatihah: 2)
“Milik Allahlah segala puji. Rabb langit dan Rabb bumi. Rabb sekalian alam”
(QS Al-Jatsiyah: 36)
Tauhid rububiyah merupakan pondasi sebelum tauhid uluhiyah, dan asma
wassifat. Sebab Pencipta, Pemilik, dan Pengatur adalah satu-satunya yang layak
untuk dituju dengan ibadah, kekhusyukan, dzikir, doa, harap, takut, dan lain-lain.
Seluruh bentuk ibadah tidaklah sah dipersembahkan selain kepada Dzat Yang
memiliki penciptaan dan segala urusan.
"Ingatlah, segala ciptaan dan segala urusan hanya milik Allah Maha Suci
Allah, Rabb semesta alam Berdoalah kepada Rabb kamu dengan rendah hati dan
dengan suara lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas." (QS Al-A'raf: 54-55)
"Wahai manusia, beribadahlah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu
dan orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. Dialah yang telah
menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap. Dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia mengeluarkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu
mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahui." (QS Al-
Baqarah: 21-22)

B. Tauhid Uluhiyah
Makna tauhid uluhiyah secara umum ialah meyakini dengan mantap bahwa Allah
SWT adalah Ilah yang benar, dan tidak ada Ilah selain Dia, serta mengesakan-Nya

2
dalam bentuk beribadah (pengabdian). Kata Ilah = ma’luh = ma’bud (yaitu; yang
diibadahi, yang menjadi tujuan dalam beribadah). Dan al-ibadah bermakna
tunduk, merendah dan patuh. Sebagian ulama mendefinisikan ibadah sebagai
puncak kecintaan yang disertai puncak ketundukan. Tauhid uluhiyyah dibangun di
atas pemurnian ibadah hanya kepada Allah SWT, baik ibadah yang bersifat
bathini (hati) maupun yang bersifat lahiriah (perbuatan). Untuk menegakkan
tauhid uluhiyyah inilah salah satu alahasan manusia diciptakan, sebagai mana
firman-Nya:
"Dan tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepada-
Ku." (QS Adz-Dzariyat: 56)
“Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan
laksanakanlah salat untuk mengingat Aku.” (QS. Thaha: 14)
Ibnu Taimiyyah mengatakan, "Tauhid uluhiyyah adalah batas pemisah antara
orang yang bertauhid dengan orang yang musyrik. Atas dasar tauhid itu pula
pahala dan siksa diberikan di dunia dan akhirat. Jadi siapa yang tidak memiliki
tauhid uluhiyyah ini maka dia termasuk orang musyrik.
Tauhid uluhiyyah menuntut kita untuk berorientasi hanya kepada Allah dengan
segala bentuk dan jenis ibadah. Ia juga menuntut kita untuk membersihkan hati
kita dari orientasi apapun selain itu. Hal itu harus diwujudkan antara lain dengan:
1. Memurnikan cinta kepada Allah dengan sebenar-benarnya cinta.
Janganlah seorang manusia membuat tandingan bagi Allah dalam hal cinta, yakni
dengan mencintainya seperti mencintai Allah, apalagi mencintainya melebihi cinta
kepada Allah. Manusia memang mempunyai fitrah mencintai diri sendiri, orang
tua, anak, tanah air, dan harta. Memurnikan ibadah kepada Allah tidak berarti
membunuh fitrah tersebut. Yang diminta dari seorang mukmin hanyalah
menjadikan kecintaan kepada apa pun di dunia ini berada di bawah kecintaan
kepada Allah. Sehingga jika terjadi benturan antara keduanya, seorang muslim
akan mengor bankan apapun untuk mewujudkan cintanya kepada Allah. Allah
berkata dalam Firman-Nya:
"Katakanlah, 'Jika bapak-bapak, anak-anak, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan
kehancurannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih

3
kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) jihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.' Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik." (QS At-Taubah: 24).
2. Menjadikan Allah sebagai satu-satunya yang dituju dalam berdoa, tawakkal,
berharap (raja’), karena hanya Allah saja yang dapat mengabulkannya.
3. Menjadikan hanya Allah saja yang ditakuti
4. Menjadikan hanya Allah semata yang dituju dengan segala bentuk ibadah
badaniah (sholat, ruku’, sujud, puasa,dll), dan ibadah qauliyyah (ucapan; dzikir,
istighfar, dll).

C. Tauhid Asma Wassifat


Makna tauhidul-asma wash-stifat (mengesakan Allah dalam hal nama-nama dan
sifat-sifat-Nya) adalah meyakini secara mantap bahwa Allah SWT menyandang
seluruh sifat kesempurnaan dan suci dari segala sifat kekurangan, dan bahwa Dia
berbeda dengan seluruh makhluk-Nya.
Hal itu dilakukan dengan cara menetapkan (mengakui) nama nama dan sifat-sifat
Allah yang Dia sandangkan sendiri atau disandangkan oleh Rasulullah SAW,
dengan tidak melakukan tahrif (pengubahan) lafazh atau maknanya, tidak ta'thil
(pengabaian) yakni menyangkal seluruh atau sebagian nama dari sifat itu, tidak
takyif (pengadaptasian) dengan menentukan esensi dan kondisinya, dan tidak pula
tasybih (penyerupaan) dengan sifat-sifat makhluk. Harus meyakini bahwa Allah
Maha Suci dari kemiripan dengan makhluk dalam segala sifat-sifat-Nya,
didasarkan pada firman Allah SWT:
"Tidak ada yang sama dengan-Nya sesuatu apa pun." (QS Asy-Syura: 11).
"Dan tidak ada seorang pun yang setera dengan-Nya." (QS Al Ikhlash: 4)
"Maka janganlah kalian membuat perumpamaan-perumpamaan bagi Allah." (QS
An-Nahl: 74)
1. Macam-macam sifat Allah SWT.
Sifat-sifat Allah yang disebutkan dalam Al Quran dan Sunnah ada dua macam:
shifatun dzatiyyah (sifat dzatiyyah) dan shifatu fi'lin (sifat fi'il).31 Sifat dzatiyyah
adalah sifat yang tidak dapat dilepaskan dari Allah SWT seperti ilmu, hidup,
kuasa, mendengar, melihat, berbicara, memiliki, agung, besar, tinggi, kaya, dan

4
kasih sayang. Patokannya adalah seluruh sifat yang tidak mungkin terpisah dari
Allah SWT. Sedangkan sifat fi'il adalah sifat yang terkait dengan kehendak dan
kekuasaan Allah. Seperti bersemayam, turun, datang, kagum, tertawa, ridha, cinta,
benci, murka, gembira, marah, dan makar.
2. Jumlah dan nama- nama Allah
Asmaul husna adalah nama-nama Allah yang diinformasikan oleh Allah dalam
Al-quran maupun oleh Rasulullah SAW dalam sunnahnya. Nama-nama Allah
yang disebutkan dalam nash berjumlah Sembilan puluh Sembilan nama. Abu
Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nan.a, yakni seratus
kurang satu. Barang siapa menghitungnya maka dia masuk surga. Sesungguhnya
Allah itu witir dan mencintai yang witir." (Muttafaquh 'alaih)
Jadi pengertian 'menghitung' nama-nama Allah yang disebutkan dalam hadits tadi
adalah mengenalnya, menghafalnya, memahaminya, memperhatikannya dengan
seksama, memelihara ketentuan ketantuannya dalam berinteraksi dengan Allah
melalui nama-nama itu, dan berdo'a dengan menggunakannya. Sehingga makna
hadits itu adalah: barang siapa menghafalnya sembari merenungkan dan
mengambil 'ibrah dari maknanya, melaksanakan segala tuntutannya, dan
mensucikan Pemiliknya, maka ia akan masuk surga.

5
IMAN KEPADA MALAIKAT
Indikator capaian :
1. Mahasiswa dapat mengimani para malaikat, dapat menghafal nama nama
mailaikat dan tugas tugas para malaikat
Tema :
1. Pengertian malaikat secara syariat dan bahasa
2. Dalil tugas malaikat
3. Tugas tugas malaikat
4. Hikmah mengimani malaikat

Pembahasan
Dalam agama Islam, malaikat adalah makhluk ciptaan Tuhan yang nyata.
Malaikat sendiri tidak bisa terlihat dengan kasat mata manusia. Malaikat bukanlah
objek yang harus disembah atau didoakan. Malaikat tunduk kepada Tuhan dan
menjalankan perintahnya. malaikat harus diimani keberadaannya, harus dipercaya.
Mengimani keberadaan malaikat ada di rukun iman yang kedua. Malaikat
memiliki peran seperti memuji Allah SWT dan menjalankan hukum alam.
malaikat sering digambarkan sebagai makhluk indah yang bersayap. Iman kepada
malaikat terdapat dalam:
‘’Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari
tuhannya demikian juga orang-orang yang beriman semuanya beriman kepada
Allah SWT, malaika- malaikatnya , kitab-kitabnya dan rasul-rasulnya’’( Q.S. Al
baqarah:285)
“Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-
Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa yang ingkar kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari
kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh.” (Q.S.An
nisa:136)

6
A. Pengertian Iman Kepada Malaikat Allah
Iman artinya percaya, Beriman kepada Malaikat Allah artinya percaya bahwa
malaikat benar” mahluk Allah yang diciptakan dari Nur, dan tidak memiliki
sahwat, sehingga selalu taat pada perintah Allah.Malaikat berasal dari bahasa
Arab ‘malak’ yang memiliki arti pembawa pesan, bentuk jamaknya adalah
‘malaikah’. Malaikat diyakini sebagai makhluk surgawi, diciptakan dari cahaya
oleh Allah SWT. Hal ini disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
muslim:
ٍ‫ﺖ اﻟﻤَﻠٰ ﺌِ َﻜﺔُ ﻣِ ﻦْ ﻧُﻮْ رِ وَ ُﺧﻠِﻖَ ا ْﻟﺠَﺎنﱡ ﻣِ ﻦْ ﻣَﺎرِ جِ ﻣِ ﻦْ ﻧَﺎر‬
ِ َ‫ﺳﻠﱠﻢ ُﺧ ِﻠﻘ‬
َ َ‫ﺻ ﱠﻞ ﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ و‬
َ ِ‫ﺸﺔَ ﻗَﺎﻟَﺖْ ﻗَﺎ َل رَ ﺳُﻮْ ُل ﷲ‬
َ ِ‫ﻋَﻦْ ﻋَﺎﺋ‬
‫ﺻﻒَ ﻟَ ُﻜ ْﻢ‬
ِ ُ‫وَ ُﺧﻠِﻖَ ٰادَ َم ﻣِ ﻤﱠﺎ و‬
Artinya: “Malaikat diciptakan dari cahaya dan Jin diciptakan dari campuran api,
dan adam diciptakan dari tanah.” (HR. Muslim:5314)

Malaikat memiliki peran seperti memuji Allah SWT dan menjalankan hukum
alam. Islam bahkan tidak memiliki representasi grafik atau simbolik dari malaikat.
Namun demikian, malaikat sering digambarkan sebagai makhluk indah yang
bersayap. Malaikat membentuk hierarki dan tatanan kosmik yang berbeda.
Malaikat tidak makan atau minum, tidak memiliki amarah, dan tidak pernah lelah.
ٌ‫َﻒ إِﻧﱠﺎ أ ُرْ ِﺳ ْﻠﻨَﺎ إِﻟَﻰ ﻗَﻮْ مِ ﻟُﻮطٍ وَ ا ْﻣﺮَ أَﺗُﮫُ ﻗَﺎﺋِ َﻤﺔ‬
ْ ‫َﺼ ُﻞ إِﻟَ ْﯿ ِﮫ ﻧَﻜِﺮَ ُھ ْﻢ وَ أَوْ ﺟَﺲَ ﻣِ ْﻨ ُﮭ ْﻢ ﺧِ ﯿﻔَﺔً ﻗَﺎﻟُﻮا َﻻ ﺗَﺨ‬
ِ ‫ﻓَﻠَﻤﱠﺎ رَ أَى أَ ْﯾ ِﺪﯾَ ُﮭ ْﻢ َﻻ ﺗ‬
ْ‫ﻓَﻀَﺤِ ﻜَﺖ‬
Artinya: Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim
memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut terhadap mereka.
Malaikat itu berkata, “Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-
malaikat) yang diutus kepada kaum Lut.” Dan istrinya berdiri (di balik tirai), lalu
dia tersenyum (Q.S.Surat Hud: 70-71)

B. Nama Malaikat dan Tugasnya


1. Malaikat Jibril Tugasnya Menyampaikan Wahyu
Jibril adalah malaikat yang bertugas untuk menyampaikan wahyu dari Allah
SWT. Jibril adalah malaikat yang bertanggung jawab untuk Mengungkapkan Al-
Quran kepada Nabi Muhammad SAW ayat demi ayat. Malaikat Jibril adalah
malaikat yang berkomunikasi dengan semua nabi dan juga turun dengan berkah

7
Allah SWT pada malam Laylatul Qadr atau malam seribu bulan. Malaikat Jibril
juga diakui sebagai pejuang yang luar biasa di dalam agama Islam. Malaikat Jibril
diyakini sebagai pemimpin pasukan malaikat ke dalam Perang Badar. Malaikat
Jibril mengikuti peperangan diterangkan dalam sebuah hadits yang diriwaytkan
oleh Ibnu Hisyam bahwa Rasulullah berseru kepadanya
“Bergembiralah wahai Abu Bakar karena pertolongan Allah telah datang.
Malaikat Jibril telah meraih tali kekang kudanya, kemudian menghelanya ke arah
kepulan debu (medan peperangan).”
Allah berfirman :
َ‫ْﻢ ﺗَ ْﺸﻜُﺮُ وْ ن‬
Artinya: ‘’Sungguh Allah telah menolong kalian dalam peperangan
Badar’’(Q.S.Ali Imran: 123)

‫ﺰَ ِﻟﯿ ۗ َْﻦ‬


Artinya: (Ingatlah) ketika kamu mengatakan kepada orang-orang mukmin,
“Apakah tidak cukup bagi kalian Allah membantu kalian dengan tiga ribu
malaikat yang diturunkan (dari langit)?” (Q.S.At Taubah:27)

‫اِذْ ﺗَ ْﺴﺘَ ِﻐ ْﯿﺜ ُﻮْ نَ رَ ﺑﱠ ُﻜ ْﻢ ﻓَﺎ ْﺳﺘَﺠَﺎبَ َﻟ ُﻜ ْﻢ اَﻧِّ ْﻲ ﻣُﻤِ ﺪﱡ‬


Artinya: “Ingatlah, ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu
diperkenankan-Nya bagimu, ‘SesungguhnyaAku akan mendatangkan bala
bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut,” (Q.S.Al-
Anfal :9).

2. Malaikat Mikail Tugasnya Membagi Rizki


Malaikat Mikail adalah malaikat yang bertanggung jawab untuk mengarahkan
hujan, makanan tanaman dan rezeki dengan kehendak Allah SWT. Beberapa
ulama juga sepakat bahwa malaikat Mikail juga memiliki tanggung jawab atas
malaikat yang membawa hukum alam. Malaikat Mikail termasuk dari empat
malaikat utama Allah. Hal ini disebutkan dalam sebuah hadits, dari Alqamah bin
Martsad, dari Abdurrahman bin Sabith, beliau mengatakan,

8
: ٌ‫ﯾُﺪَﺑِّﺮُ اﻷُﻣُﻮرَ أَرْ ﺑَﻌَﺔ‬
‫ وَ إِﺳْﺮَ اﻓِﯿ ُﻞ‬، ‫ت ﯾَ ْﻘﺒِﺾُ اﻷ َرْ وَ ا َح‬
ِ ْ‫ وَ َﻣﻠَﻚُ ا ْﻟﻤَﻮ‬، ‫ت‬
ِ ‫ وَ ﻣِ ﯿﻜَﺎﺋِﯿ ُﻞ َﻋﻠَﻰ ا ْﻟﻘَﻄْﺮِ وَ اﻟﻨﱠﺒَﺎ‬، ‫اﻟﺮﯾﺢِ وَ ا ْﻟ ُﺠﻨُﻮ ِد‬
ّ ِ ‫ﻓَﺠِ ﺒْﺮِ ﯾ ُﻞ َﻋﻠَﻰ‬
‫ﯾُﺒَ ِﻠّﻐُ ُﮭ ْﻢ ﻣَﺎ ﯾُﺆْ ﻣَﺮُ ونَ ﺑِﮫ‬
Ada 4 malaikat yang mengatur urusan: Jibril, Mikail, Israfil dan Malaikat maut –
semoga shalawat dan salam tercurah untuk nabi kita dan mereka. Jibril mengatur
angin dan pasukan, Mikail mengatur hujan dan pepohonan, malaikat maut yang
mencabut nyawa, dan Israfil menyampaikan kepada mereka apa yang
diperintahkan kepada mereka. (HR. Abu Syaikh al-Ashbahani dalam al-Adzamah,
no. 294. Hadis ini adalah hadis Maqthu’, karena Abdurrahman bin Sabith adalah
seorang tabi’in).
Di dalam sebuah hadits juga pernah disebutkan bahwa malaikat Mikail tidak
pernah tersenyum setelah malaikat Mikail melihat bagaimana neraka diciptakan,
hal ini disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad. Hadits tersebut
diriwayatkan oleh Anas bin malik, Nabi Muhammad SAW bertanya kepada
malaikat Jibril ‘mengapa aku tidak pernah melihat malaikat Mikail tersenyum?
lalu malaikat Jibril menjawab, ‘Mikail tidak pernah lagi tersenyum semenjak
neraka diciptakan.”

3. Malaikat Isrofil Tugasnya Meniup Sangkakala


Malaikat Isrofil adalah malaikat yang meniup sangkakala di akhir zaman.
Malaikat Israfil bertanggung jawab untuk menandai datangnya hari kiamat dengan
meniup terompetnya.
Allah berfirman :
‫ﺷﻲْءٍ ﻧﱡﻜ ۙ ٍُﺮ‬
َ ‫ع اﻟﺪﱠاعِ اِﻟٰ ﻰ‬
ُ ْ‫ﻓَﺘَﻮَ ﱠل َﻋ ْﻨ ُﮭ ْﻢ ۘ ﯾَﻮْ َم ﯾَﺪ‬
Artinya :Maka berpalinglah kamu dari mereka, Ingatlah hari ketika seorang
penyeru atau malaikat menyeru kepada sesuatu yang tidak menyenangkan di hari
pembalasan.” ( Q.S .AL-Qamar : 6)

4. Malaikat Izroil Tugasnya Mencabut Nyawa


Malaikat Izroil memiliki tugas dalam mencabut nyawa dari tubuh manusia dan
ia akan membawa orang-orang yang beriman ke surga dan orang kafir ke neraka.
Malaikat Izrail mencabut nyawa manusia dibantu oleh bawahannya

9
Allah berfirman :
َ‫ي وُ ِ ّﻛ َﻞ ﺑِ ُﻜ ْﻢ ﺛ ُ ﱠﻢ اِﻟٰ ﻰ رَ ﺑِّ ُﻜ ْﻢ ﺗ ُﺮْ َﺟﻌُﻮْ ن‬
ْ ‫ت اﻟﱠ ِﺬ‬
ِ ْ‫ﻗُﻞْ ﯾَﺘَﻮَ ﻓﱣﯨ ُﻜ ْﻢ ﱠﻣﻠَﻚُ ا ْﻟﻤَﻮ‬
Artinya: “Malaikat maut yang diserah untuk (mencabut nyawa)mu akan
mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan”.
(Q.S. As-Sajdah:11)
‫ﺳﻠُﻨَﺎ‬
ُ ُ‫ٰﺘ ِۗﺐ َﺣﺘﱣٓﻰ اِذَا َﺟ ۤﺎ َءﺗْ ُﮭ ْﻢ ر‬ َ‫ﻓ‬
َ‫ﺷ ِﮭﺪُوْ ا ﻋ َٰﻠٓﻰ اَ ْﻧﻔُ ِﺴ ِﮭ ْﻢ اَﻧﱠ ُﮭ ْﻢ ﻛَﺎﻧُﻮْ ا ﻛٰ ﻔِﺮِ ﯾْﻦ‬
َ َ‫ﺿﻠﱡﻮْ ا َﻋﻨﱠﺎ و‬
َ ‫ﻮْ ا‬
Artinya: “Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat
dusta terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Orang-orang itu akan
memperoleh bahagian yang telah ditentukan untuknya dalam Kitab (Lauh
Mahfuzh); hingga bila datang kepada mereka utusan-utusan Kami (malaikat)
untuk mengambil nyawanya, (di waktu itu) utusan Kami bertanya: “Di mana
(berhala-berhala) yang biasa kamu sembah selain Allah?” Orang-orang musyrik
itu menjawab: “Berhala-berhala itu semuanya telah lenyap dari kami,” dan
mereka mengakui terhadap diri mereka bahwa mereka adalah orang-orang yang
kafir.” (Q.S. Al-Araf :37)

5. Malaikat Roqib dan Atid Tugasnya Mencatat Perbuatan Manusia


Malaikat Raqib dan Atid adalah malaikat yang memiliki tugas dalam mencatat
perbuatan baik dan burukAllah berfirman :
١٨) ٌ‫ﻆ ﻣِ ﻦْ ﻗَﻮْ ٍل إِﻻ ﻟَﺪَ ْﯾ ِﮫ رَ ﻗِﯿﺐٌ َﻋﺘِﯿﺪ‬
ُ ‫( ﻣَﺎ ﯾَ ْﻠ ِﻔ‬١٧) ٌ‫ﺸﻤَﺎ ِل ﻗَﻌِﯿﺪ‬
ّ ِ ‫إِذْ ﯾَﺘَﻠَﻘﱠﻰ ا ْﻟ ُﻤﺘَﻠَ ِّﻘﯿَﺎنِ ﻋَﻦِ ا ْﻟﯿَﻤِ ﯿﻦِ وَ ﻋَﻦِ اﻟ‬
Artinya: “(Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya), yang satu
duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. Tidak ada suatu kata yang
diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap
(mencatat).” (Q.S. Qaf : 17-18)
‫وَ ُﻛ ﱠﻞ‬
‫اِﻗْﺮَ أْ ِﻛﺘَﺎﺑ ۗ ََﻚ ﻛَﻔٰ ﻰ ِﺑﻨَ ْﻔﺴِﻚَ ا ْﻟﯿَﻮْ َم َﻋﻠَﯿْﻚَ َﺣ ِﺴ ْﯿﺒً ۗﺎ‬

Artinya:“Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya


(sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada
hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. “Bacalah kitabmu, cukuplah
dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu“(Q,S,Al-Isra ayat
13: 14).

10
6. Malaikat Munkar dan Nakir Tugasnya Menanya Dialam Kubur
Malaikat Munkar dan Nakir adalah malaikat yang bertugas untuk menanyakan
manusia di alam kubur.
Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila mayit telah
dikubur atau jika salah seorang kalian dikubur maka ada dua malaikat yang
mendatanginya yang keduanya hitam kebiruan, diberi nama Munkar dan yang
lainnya bernama Nakir.” (HR At-Tirmidzi)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Apabila mayat atau salah seorang dari kalian sudah dikuburkan, maka ia akan
didatangi oleh dua malaikat hitam dan biru, salah satunya Munkar dan yang lain
Nakir, keduanya berkata: Apa pendapatmu tentang orang ini (Nabi
Muhammad)?, maka ia menjawab sebagaimana ketika di dunia: Abdullah dan
Rasul-Nya, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah,
dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Keduanya berkata:
Kami telah mengetahui bahwa kamu dahulu telah mengatakan itu. Kemudian
kuburannya diperluas 70 x 70 hasta, dan diberi penerangan, dan dikatakan:
Tidurlah. Dia menjawab: “Aku mau pulang ke rumah untuk memberitahu
keluargaku”.
Keduanya berkata: “Tidurlah, sebagaimana tidurnya pengantin baru, tidak ada
yang dapat membangunkannya kecuali orang yang paling dicintainya, sampai
Allah membangkitkannya dari tempat tidurnya tersebut”.

7. Malaikat Malik Dan Ridwan Tugasnya Menjaga Neraka


Malaikat Ridwan memiliki tugas untuk menjaga pintu surga. Sedangkan malaikat
Malik memiliki tugas untuk menjaga pintu neraka
Allah berfirman:
َ‫ْﺾ َﻋﻠَ ْﯿﻨَﺎ رَ ﺑ ۗ َﱡﻚ ﻗَﺎ َل اِﻧﱠ ُﻜ ْﻢ ﱣﻣ ِﻜﺜ ُﻮْ ن‬
ِ ‫وَ ﻧَﺎدَوْ ا ﯾٰ ﻤٰ ﻠِﻚُ ِﻟﯿَﻘ‬
َ‫َﻖ ﻛٰ ﺮِ ھُﻮْ ن‬
ِ ّ ‫َﻖ وَ ﻟٰ ﻜِﻦﱠ اَ ْﻛﺜَﺮَ ُﻛ ْﻢ ِﻟ ْﻠﺤ‬
ِ ّ ‫ﻟَﻘَﺪْ ﺟِ ﺌْﻨٰ ُﻜ ْﻢ ﺑِﺎ ْﻟﺤ‬

11
Artinya: “Dan mereka berseru, “Wahai (Malaikat) Malik! Biarlah Tuhanmu
mematikan kami saja.” Dia menjawab, sungguh, kamu akan tetap tinggal (di
neraka ini). Sungguh, Kami telah datang membawa kebenaran kepada kamu tetapi
kebanyakan di antara kamu benci pada kebenaran itu(Q.S. Az-Zukhruf : 77 – 78)

‫وَ ِﺳﯿْﻖَ اﻟﱠ ِﺬﯾْﻦَ اﺗﱠﻘَﻮْ ا رَ ﺑﱠ ُﮭ ْﻢ اِﻟَﻰ ا ْﻟ َﺠﻨﱠ ِﺔ زُ َﻣﺮً ا ۗ َﺣﺘ ﱣ ٓﻰ اِذَا َﺟ ۤﺎءُوْ ھَﺎ وَ ﻓُﺘِﺤَﺖْ اَﺑْﻮَ اﺑُﮭَﺎ وَ ﻗَﺎ َل ﻟَ ُﮭ ْﻢ ﺧَﺰَ ﻧَﺘُﮭَﺎ ﺳَﻠٰ ٌﻢ‬
َ‫َﻋﻠَ ْﯿ ُﻜ ْﻢ طِ ْﺒﺘ ُ ْﻢ ﻓَﺎدْ ُﺧﻠُﻮْ ھَﺎ ﺧٰ ِﻠ ِﺪﯾْﻦ‬
Artinya: “Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya diantar ke dalam
surga secara berombongan. Sehingga apabila mereka sampai kepadanya (surga)
dan pintu-pintunya telah dibukakan, penjaga-penjaganya berkata kepada mereka,
“Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masuklah,
kamu kekal di dalamnya.” (Q.S.Az-Zumar :73)

C. Hikmah Mengimani Para Malaikat Dalam Kehidupan


1. Merupakan salah satu bentuk dari ketakwaan manusia kepada Allah SWT
2. Memperkuat keimanan kepada Allah SWT.
3. kerap akan selalu mendoakan dan selalu memaafkan untuk orang lain.
4. Orang yang beriman kepada malaikat senantiasa dijauhkan untuk berbuat
dosa.
5. Senantiasa bersyukur kepada Allah SWT, bersyukur karena menyadari bahwa
Allah sudah menciptakan malaikat untuk membantu segala kehidupan
manusia.
6. Menubuhkan perasaan senang untuk beramal soleh.
7. Merasa takut jika telah melakukan perbuatan maksiat atau akan berbuat
maksiat, karenadirinya yakin bahwa segala perbuatan tidak akan terlepas dari
pengawasan malaikat.
8. Orang yang beriman kepada malaikat akan senantiasa bertakwa kepada Allah
SWT, dan berlomba-lomba dalam melakukan hal baik.
9. Senantiasa untuk selalu berfikir dan berhati-hati dalam setiap melakukan
sesuatu, karena perbuatan baik atau buruk akan selalu diminta
pertanggungjawabannya di akhirat.
10. Yakin bahwa pertolongan Allah SWT adalah hal yang nyata.

12
11. Senantiasa untuk bersikap jujur, amanah dan berbuat kebaikan.
12. Iman di dalam diri akan jauh lebih kuat dan jauh lebih yakin kepada Allah
SWT.
13. Orang yang mempercayai malaikat memiliki keimanan yang sempurna.
14. Menumbuhkan rasa untuk selalu mengagungkan nama Allah SWT, karena
dengan kuasa Allah SWT telah menciptakan malaikat, makhluk yang
istimewa di mata Allah.
15. Menghindarkan manusia jika ingin berbuat buruk atau perbuatan tercela.
16. Menambah kesadaran bahwa alam wujud yang tidak bisa dijangkau oleh
panca indera manusia benar adanya.
17. Menambah semangat dalam beribadah dan selalu ikhlas dalam melakukan
ibadah walaupun tidak ada orang yang melihat, namun yakin bahwa Allah
dan malaikatnya bisa menyaksikan perbuatan tersebut.

13
IMAN KEPADA NABI DAN RASUL

Indikator capaian :
1. Mahasiswa mengimani para Nabi, Rasul dan Kitab-Kitab Allah
2. Mahasiswa memahami kewajibannya kepada Rasulullah Muhammad SAW.
3. Mahasiswa memahami keistimewaan Al Quran.
Tema :
1. Kebutuhan Manusia pada Nabi dan Rasul
2. Perbedaan Rasul dan Nabi
3. Beriman pada Rasulullah Muhammad SAW
4. Kewajiban kita kepada Rasulullah Muhammad SAW.
5. Hasil mengikuti Rasullullah Muhammad SAW
6. Kebutuhan Manusia pada Kitab - Kitab Allah.
7. Cara beriman pada kitab kitab.
Pembahasan :
A. Kebutuhan Manusia Terhadap Nabi dan Rasul
Allah telah menciptakan manusia di atas fitrahnya. Hal ini termaktub dalam
kitab suci-Nya dan disabdakan oleh Rasul-Nya.
“..[tetaplah atas] fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu.” (ar-Ruum: 30)
“Sesungguhnya setiap anak dilahirkan dengan fitrah. Kedua orang tuanyalah
yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau majusi.” (HR Muslim)

Maksudnya adalah bahwa Allah menciptakan manusia dalam kondisi fitrah


dengan sifat-sifat dan karakteristik dasar yang asli. Secara fitri manusia telah
memiliki kesadaran tentang adanya Rabb yang telah menciptakan dirinya dan
alam semesta hanya kita dapatkan pada wahyu karena keberadaan manusia
sebelum lahir ke dunia adalah masalah ghaib. Padahal hanya Allah lah yang
mengetahui keghaiban. Al-Qur’an menginformasikan bahwa Allah telah
mengambil sumpah adak-anak Adam saat mereka masih berada di “tulang sulbi
ayah” mereka.

14
“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Benar [Engkau Tuhan
kami], kami menjadi saksi.” (al-A’raaf: 172)
Hal yang demikian ini Allah lakukan agar kelak nanti di hari kemudian mereka
tidak memungkiri. Sampai saat ini tidak ada manusia yang mengklaim telah
menciptakan alam semesta. Sebenarnya semua manusia mengakui bahwa
Tuhannya yang telah menciptakan alam raya ini. Bahkan termasuk kaum atheis
pun tidak dapat membuktikan bahwa alam ini terjadi tanpa Pencipta pertama yang
telah menciptakan sebab-sebab dan mengatur akibat-akibat.
Secara fitri manusia juga menginginkan kehidupan yang teratur, selaras dan
harmonis. Manusia pasti tidak menginginkan kerusakan, kesemrawutan, dan
kekacauan. Manusia ingin hidup tenang, dan damai dalam naungan kasih sayang
dan cinta kasih. Manusia tidak ingin hidup dengan kondisi jiwa terancam. Namun
setan selalu berusaha menimbulkan kekacauan dan keributan di antara manusia
sehingga mereka pun bermusuhan dan saling bunih.

Fitrah yang suci itu apabila terawat dengan baik dan mendapatkan bimbingan
yang benar maka akan melahirkan kebaikan bagi diri manusia dan alam semesta.
Namun adakalanya setan menculik mereka sehingga mereka pun berbuat
kemusyrikan , menghalalkan hal-hal yang Allah haramkan, dan mengharamkan
hal-hal yang Allah halalkan. Untuk merawat fitrah, melawan nafsu, dan
memerangi setan itu manusia membutuhkan petunjuk dan bimbingan Allah. Akan
tetapi Allah Yang Maha Ghaib tidak dapat ditemuinya secara langsung bahkan ia
sendiri tak kuasa untuk berhadapan langsung dengan-Nya. Karena itulah Allah
mengutus para utusan berupa malaikat dan manusia pilihan untuk memberi
petunjuk dan bimbingan kepada manusia bagaimana mengenal penciptanya dan
bagaimana menjalani kehidupan ini dengan baik.

B. Iman Kepada Nabi dan Rasul Allah


Beriman kepada rasul-rasul-Nya adalah rukun iman yang keempat, yaitu
memercayai bahwa Allah SWT., telah mengutus para rasul-Nya untuk membawa
syi’ar agama atau membimbing umat manusia kepada jalan yang benar dan diridai

15
Allah. Jumlah rasul tidak diketahui secara pasti, Hanya Allah SWT., yang lebih
mengetahuinya.
Dari sekian banyak jumlah rasul dan nabi tersebut, hanya 25 orang yang
disebutkan dalam Al-Qur’an, sehingga para rasul dan nabi yang wajib kita ketahui
hanya 25 orang. Di antara kedua puluh lima rasul tersebut, ada 5 orang yang
disebut Ulul Azmi, yang artinya rasul-rasul yang mempunyai keteguhan hati yang
tak pernah goyah dan mempunyai ketabahan yang luar biasa, kesabaran yang tak
ada batasnya yaitu Nabi Nuh a.s., Nabi Ibrahim a.s., Nabi Musa a.s., Nabi Isa a.s.
dan Nabi Muhammad SAW.

C. Perbedaan Nabi dan Rasul


Menurut Imam Baidhawi, dalam menafsirkan firman Allah :
“dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang Rasulpun dan tidak
(pula) seorang Nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan,(
QS Al-Hajj[22];52).

Rasul adalah orang yang diutus oleh Allah SWT.dengan syari’at yang baru untuk
menyeru manusia kepadaNya. Sedangkan nabi adalah orang yang diutus
Allah SWT.untuk menyampaikan syari’at yang sebelumnya. Jadi Rasul adalah
orang yang di perintahkan oleh Allah untuk menyampaikan syari’atnya sendiri
sedangkan Nabi adalah orang yang di perintahkan oleh Allah untuk
menyampaikan syari’at yang telah ada dan di wahyukan kepada rasul
sebelumnya. Sebagai contoh bahwa nabi Musa adalah nabi sekaligus rasul.
Tetapi nabi Harun hanyalah nabi, sebab ia tidak diberikan syari’at yang baru.
Tugas seorang Rasul :
1. Mengajak manusia untuk beribadah kepada Allah, Dzat yang Maha Esa lagi
Maha perkasa. Ini merupakan tugas pokok sebagaimana ditegaskan dalam Al-
Qur’an yaitu dalam Q.S. Al-Anbiya’ (21): 25.
2. Menyampaikan perintah dan larangan Allah. Ditegaskan dalam Al-Qur’an
yaitu dalam Q.S. Al-Ahzab (33): 39.
3. Memberikan petunjuk pada jalan yang benar kepada manusia. Ditegaskan
dalam Al-Qur’an yaitu dalam Q.S. Al-Ahzab (33): 45-46.

16
4. Menjadi panutan bagi setiap manusia. Ditegaskan oleh Allah dalam Q.S. Al-
Ahzab (33): 21.
5. Memberi peringatan tentang adanya hari kebangkitan, dan tentang siksa yang
berat sesudah mati.
6. Mengalihkan perhatian manusia dari kehidupan yang fana pada kehidupan
yang kekal. Ditegaskan oleh Allah dalam Q.S. Al-Ankabut (29): 64.
7. Supaya tidak ada lagi alasan bagi manusia kelak dihadapan Allah. Ditegaskan
oleh Allah dalam Q.S An Nisa (4) :165.

D. Kewajiban Kita Terhadap Rasulullah Muhammad SAW.


Orang yang bersyahadat rasul mengakui bahwa Muhammad bin Abdullah adalah
nabi dan utusan Allah. Persaksian ini menuntut komitmen darinya. Sebagai
konsekuensi atas persaksiannya itu adalah :
1. Membenarkan apa yang disampaikannya
Apa yang dikatakannya bukan berdasarkan nafsu melainkan wahyu Allah.
Seorang muslim yang baik [seperti misalnya Abu Bakar ra,] selalu
membenarkannya. Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj tatkala kebanyakan orang
mendustakannya, Abu Bakar ra. mengatakan: “Kalaupun dia mengatakan yang
lebih dari itu, aku tetap mempercayainya.” Maka Rasul pun menjulukinya
sebagai ash-Shiddiq.
2. Menaati apa yang diperintahkannya
Apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya dikerjakan sebatas
kemampuan karena Allah tidak membebani seseorang melebihi kemampuannya.
Artinya, kita harus berusaha maksimal untuk meramal yang hasilnya terserah
urusan Allah.
3. Menjauhi apa yang dilarang-Nya
Larangan agama harus ditinggalkan sama sekali. Bahkan secara preventif harus
dijauhi agar tidak terlibat kemaksiatan dan terjerumus dalam dosa.
4. Tidak beribadah kecuali dengan apa yang disyariatkannya
Sesungguhnya semua peribadatan itu haram, kecuali yang sudah ada
syariatnya. Sedangkan hal-hal yang mubah dapat ditingkatkan sehingga
bernilai ibadah manakala didasarkan pada niat ikhlas lillaahi ta’ala.

17
Penjabaran kewajiban seorang mukmin kepada Rasulullah SAW. adalah:
1. Mengimaninya
Banyak ayat yang menyebut iman kepada Allah dan Rasul secara bersamaan.
Ini artinya bahwa Iman kepada Rasul tidak dapat dipisahkan dengan iman
kepada Allah. Keislaman seseorang dianggap batal bila hanya iman kepada
Allah akan tetapi tidak iman kepada Rasul, dan disebut inkaru sunnah.
2. Mencintainya
Iman seseorang dianggap sempurna bila ia telah mencintai Allah dan Rasul-
Nya lebih besar dibanding cintanya kepada orang lain bahkan dirinya sendiri.
3. Mengagungkannya
Jasa dan pengorbanannya untuk umat ini berikut sifat-sifat kesempurnaan yang
Allah berikan kepadanya membuatnya layak untuk diagungkan. Namun
pengagungan ini tidak boleh melampaui batas karena Islam melarang kultus.
4. Membelanya
Membelanya adalah kewajiban mukmin, caranya dengan ittiba’ kehidupannya,
maka pasti Allah akan memberi penghargaan atasnya.
5. Mencintai mereka yang mencintainya
Mereka cinta karena Allah dan Rasul-Nya, mereka bertemu dan berpisah
karena dorongan cinta tersebut. Mereka bagaikan tubuh yang satu, bila ada
yang sakit, semua merasakan demam dan tidak bisa tidur
6. Menghidupkan sunnahnya
Bukan hanya sunnah dalam ibadah khusus, bahkan termasuk aktivitas sehari-
hari yang kecil dan sederhana. Bila aktivitas tersebut dimaksudkan
untuk ittiba’ rasul, maka pasti bernilai ibadah.
7. Memperbanyak shalawat kepadanya
Satu shalawat nabi yang diucapkan seorang muslim akan dibalas dengan
sepuluh kali doa Rasul untuknya.
8. Mengikuti manhaj-nya
Manhaj yang dimaksud tidak lain adalah sistem Islam yang mengatur segala
aspek kehidupan manusia.

18
9. Mewarisirisalahnya
Dengan menjaga, membela, dan memperjuangkan dalam gerak dakwah dan
jihad.

E. Hasil Mengikuti Rasulullah Muhammad SAW.


Hal Hal yang kita akan dapatkan sebagai
1. Kebaikan Dunia:
a. Kecintaan Allah. Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai Allah.
Kalau Allah sudah mencintai, semua hamba-hamba-Nya pasti akan
mencintainya.
b. Rahmat Allah. “Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami limpahkan kepadanya keberkahan dari langit dan bumi.” (al-
A’raaf: 96)
c. Petunjuk Allah
Orang yang beriman dan beramal shalih akan mendapat petunjuk dan petunjuk
tambahan sehingga kehidupannya lebih baik.
d. Kemuliaan
Kemuliaan adalah milik Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman.
Orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.
e. Kemenangan
Allah telah menjamin dalam kitab suci-Nya bahwa tentara-Nya adalah yang
akan menang. Sebab orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah
sedangkan orang-orang kafir berberpang di jalan thaghut.
2. Kebaikan Akhirat :
a. Syafaat
Syafaat dalam bahasa dunia adalah semacam katebelece atau rekomendasi.
Karena itu tidak ada yang dapat memberi syafaat di hadapan Allah kecuali
orang yang diizinkan-Nya. hanya Nabi Muhammad SAW. yang diberi izin
untuk memberi syafaat kubra di akhirat nanti.
b. Keceriaan wajah
Orang yang tidak mengindahkan batas-batas Allah di dunia terlihat muram
karena wajahnya mereka menunjukkan tidak adanya harapan. Sebaliknya

19
orang-orang yang beriman dan beramal shalih tampak ceria karena Allah
memberi jaminan kehidupan mulia setelah kematiannya. Bekas-bekas wudlu
dan amal shalih mereka di dunia akan memancarkan cahaya yang menerangi.
c. Berdampingan dengan Rasul
Mereka yang menaati Allah dan Rasul-Nya akan bersama para Nabi, para
shiddiqiin, para syuhada, dan orang-orang shalih. Mereka adalah teman yang
sebaik-baiknya.
d. Bersama dengan orang pilihan
Allah memilih di antara para hamba-hamba-Nya orang-orang yang terbaik.
Mereka itu adalah para nabi, para shiddiqiin, para syuhada, dan orang-orang
shalih [lihat an-Nisaa’: 69)
e. Keberuntungan.
Dibandingkan nikmat yang telah Allah berikan, amal manusia –betapapun
banyaknya- tidak ada artinya sama sekali. Manusia tidak dapat menghitung
nikmat itu sementara amalnya dapat dihitung. Meskipun demikian Allah tidak
akan pernah dhalim sedikitpun. Betapapun kecil amalnya, akan dibalas dengan
berlipat-lipat. Karena itu sesungguhnya merupakan keberuntungan besar
apabila amal tidak seberapa yang ia kerjakan di dunia akan mendapat balasan
yang lebih besar bahkan abadi.

F. Kebutuhan Manusia pada Kitab - Kitab Allah.


Beriman kepada kitab-kitab Allah SWT., berarti kita wajib beritikad atau
mempunyai keyakinan bahwa Allah SWT., mempunyai beberapa kitab yang telah
diturunkan kepada Nabi-Nya. Kitab-kitab yang telah diturunkan Allah kepada
para nabi dan rasul-Nya yang wajib diketahui oleh umat Islam, adalah:
1. Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa a.s. pada kira-kira abad ke-12 SM.
Intisari dari pokok pokok kitab taurat asli adalah Keharusan mengakui keesaan
Allah, Larangan menyembah patung dan berhala karena Allah tidak dapat
diserupakan dengan makhlukmakhluk-Nya, baik yang ada dilangit, bumi
maupun air, Larangan menyebut Tuhan Allah SWT., dengan siasia,
Memuliakan hari Sabtu, Menghormati ayah-ibu, Larangan membunuh sesama
manusia, Larangan berbuat zina, Larangan mencuri, Larangan menjadi saksi

20
palsu, Larangan keinginan memiliki atau menguasai hak orang lain. Namun
kitab Taurat yang sekarang beredar dikalangan bangsa Yahudi tidak murni lagi,
dan bayak perubahan
2. Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud a.s. pada kira-kira abad ke 10 SM.
Kitab Zabur berisi mazmur (nyanyian pujian kepada Allah yang melukiskan
tentang nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada Nabi Daud dan tentang
syariat dan hukum Nabi Daud mengikuti apa yang dibawa oleh Nabi Musa
dalam kitab Taurat.
3. Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa a.s. didaerah Yerusalem. Kitab Injil
yang asli memuat keterangan-keterangan yang benar dan nyata, yaitu perintah-
perintah Allah SWT., kepada umat manusia untuk memahasucikan Allah serta
melarang menyekutukan-Nya dengan benda atau makhluk lainnya. Disamping
itu, dimuat, keteranganketerangan bahwa diakhir zaman akan datang seorang
nabi terakhir (Nabi Muhammad). Adapun Injil yang sekarang beredar, didunia
hanyalah karangan-karangan manusia. Injil ini dikenal dengan injil Matius,
Injil Markus, Injil Lukas, dan Injil Yohanes. Dalam keempat Injil tersebut
banyak sekali terdapat perbedaan pendapat, dan saling bertentangan satu sama
lainnya. Menurut para ahli, Injil tersebut memuat tulisan dan catatan tentang
kehidupan Nabi Isa a.s. dan kepercayaan yang ada di dalamnya merupakan
hasil pemikiran Paulus dan bukan pendapat orang-orang Hawari
(pengikutpengikut Nabi Isa).
4. Kitab Al-Qur’and iturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., didaerah Mekah
dan di Madinah. Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada
Nabi Muhammad SAW., untuk disampaikan kepada umat manusia diseluruh
dunia. Sementara itu, bila kita yakini bahwa Nabi Muhammad adalah Rasul
terakhir, Al-Qur’an harus diakui pula sebagai kitab suci terakhir yang
diturunkan Allah kepada umat manusia. Kandungan pokok Al-Qur’an menurut
ulama AlAzhar, Prof. Mahmud Syaltut, adalah:
a. Akidah
b. Akhlak,
c. Dorongan atau bimbingan akan hikmahhikmah alami
d. Kisah-kisah umat terdahulu,

21
e. Janji baik serta ancaman buruk yang datang dari Allah
f. Hukum-hukum ibadah dan muamalah.

Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi secara berangsurangsur selama 23 tahun, yang


terbagi dalam dua periode: Periode Mekah, yakni ayat-ayat dan surat-surat yang
diturunkan di Mekah yang lazimnya berisi akidah, dan dinamakan surat
Makiyyah, dan Periode Madinah, yakni ayat-ayat dan surat-surat yang diturunkan
di Madinah yang lazimnya berisi syari’at sehubungan sosial (mu’amalah) dan
pembinaan masyarakat Islam, yang kemudian dikenal sebagai surat Madaniyyah.

Kitab Kitab asli yang Allah turunkan kepada nabi dan Rasulnya merupakan
Wahyu untuk dijadikan sebagai pegangan dan pedoman hidup manusia. Kitab-
kitab tersebut tak lain berisi tentang Keharusan mengakui keesaan Allah
(Syahadat Tauhid) dan hukum-hukum yang berlaku untuk umat manusia.

G. Cara Beriman pada Kitab-kitab


Kalau terhadap Kitab Suci sebelumnya seorang muslim hanyalah mempunyai
kewajiban mempelajari, mengamalkan, dan mendakwahkan kandungannya karena
Kitab-Kitab Suci tersebut berlaku untuk umat dan masa tertentu yang telah
berakhir dengan kedatangan Kitab Suci yang terakhir yaitu Al-Qur’an. Jika ada
hal-hal yang sama yang masih berlaku dan diamalkan, itu hanyalah semata-mata
diperintahkan oleh Al-Qur’an bukan karena ada pada Kitab Suci sebelumnya.
Sedangkan iman kepada Al-Qur’an membawa konsekuensi yang lebih luas seperti
1. Akrab dengan al-Qur’an
Seseorang dikatakan akrab dengan al-Qur’an apabila ia melakukan interaksi
yang intens dengannnya. Hal itu dilakukan dengan cara mempelajari dan
mengajarkan kepada orang lain.
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan
mengajarkannya.” (HR Bukhari)

22
Yang ia pelajari dan ajarkan itu meliputi.
a. Bacaannya.
Membaca al-Qur’an dengan baik sesuai dengan makhraj – tajwidnya merupakan
indikasi keimanan seseorang. Untuk itu seorang mukmin harus mempelajari dan
mengajarkannya kepada orang lain dengan baik.
b. Pemahamannya.
Hal ini dilakukan dengan mempelajari dan mengajarkan maknanya secara baik,
karena sebagian ayat-ayatnya harus dipahami secara kontekstual. Pemahaman
kontekstual harus didasarkan pada apa yang dipahami oleh para salafushalih
melalui riwayat-riwayat yang shahih. Pemahaman kontekstual dapat juga dengan
penalaran akal, asal tidak menyimpang dari riwayat, karena Nabi SAW. dan para
shahabatnya tentu lebih memahaminya. Merekalah yang mengalami masa
turunnya wahyu itu.
c. Penerapannya.
Apa yang telah dipahami hendaklah diterapkan dalam kehidupan. Di samping itu,
ia mempelopori penerapannya dalam kehidupan dan mengajak orang lain untuk
melakukan hal yang sama.
d. Penghafalan dan penjagaannya.
Ia menghafal al-Qur’an dan mengajarkan hafalan al-Qur’an kepada orang lain. Di
samping itu ia senantiasa menjaga hafalannya supaya tidak rusak, mengalami
perubahan atau hilang.

2. Mendidik diri dengannya


Al-Qur’an memuat nilai-nilai dan ajaran yang ideal, sementara manusia dan
kehidupan di sekitarnya terkadang jauh dari nilai-nilai al-Qur’an. Dalam kondisi
ini, ia berusaha untuk mendidik diri supaya sifat-sifat dan karakternya sesuai
dengan al-Qur’an. Bila berhasil, ia akan menjadi orang yang berkepribadian khas
karena al-Qur’an dengan shibghah mewarnai seluruh dirinya secara utuh.

3. Tunduk menerima hukum-hukumnya.


Al-Qur’an sebagai hukum dan perundang-undangan tidak cukup dibaca dan
dikaji. Al-Qur’an harus dipatuhi dengan segala ketundukan dan lapang dada

23
karena hukum-hukum yang ada di dalamnya dibuat oleh Allah SWT. Yang
Mahamengetahui lagi Mahabijaksana. Penolakan dan pembangkangan terhadap
al-Qur’an merupakan kebodohan yang hanya akan menyebabkan kerusakan dan
kehancuran.

4. Mengajak [menyeru] orang kepadanya


Karena ia yakin bahwa al-Qur’an adalah kebenaran hakiki yang menentramkan,
maka ia pun mengajak orang lain kepadanya dengan cinta dan penuh tanggung
jawab. Disamping itu karena sebagian nilai dan hukum-hukumnya hanya dapat
ditegakkan bersama dengan orang lain dalam wadah jamaatul muslimin yang
solid.

5. Menegakkannya di bumi
Nilai dan hukum-hukum yang menyangkut kehidupan pribadi ditegakkan dalam
dirinya sebagai individu. Dalam konteks kehidupan sosial politik ia ditegakkan
bersama dengan kaum mukminin lainnya dalam wadah jamaah yang solid,
tentunya dalam institusi sosial politik dan kenegaraan.

H. Keistimewaan Al Quran Dari Kitab Yang Sebelumnya


1. Terpelihara dari tahrif (Perubahan) dan tabdil (penggantian)
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran dan sesungguhnya kami
benar benar memeliaranya”. (Al hijr:9)
Tidak seperti kitab kitab samawi lainnya seperti Taurat dan Injil yang telah
banyak dirubah oleh pemeluknya.
2. Mudah untuk Dihafal
“Dan sesungguhnya telah kami mudahkan al-Quran untuk pelajaran. (Al
Qamar:32)
3. Merupakan mu’jizat dan tidak ada seorangpun yang mamupu membuat yang
semisalnya.
“Dan kamu meragukan (Al-Quran) yang Kami turunkan kepada hamba kami
(Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong
penolongmu selain Allah jika kamu orang orang yang benar. Jika kamu tidak

24
mampu dan (pasti) tidak akan mampu, maka takutlah kamu akan api neraka yang
bahan bakarnya manusia dan batu yang di sediakan bagi orang
orang kafir”. (Al-Baqarah : 23-24)
4. Akan memintakan syafa’at (Kepada Allah) bagi oirang yang membacanya
“Bacalah Al-Quran, Karna sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat memohon
syafa’at bagi oirang yang membacanya” ( HR. Muslim)
5. Membaca Al Quran merupakan perdagangan yang tidak pernah merugi
“Orang yang mahir membaca Alquran maka ia akan bersama para malaikat yang
mulia lagi sangat kuat. Sedangkan orang yang membaca Alquran dengan tertatih-
tatih dan bacaan itu terasa sulit baginya maka dia mendapat dua pahala.” (HR.
Muslim No.1862)

Alquran memuliakan siapapun yang memuliakannya. Tidak ada yang rugi dalam
berinteraksi dengan Alquran. Setiap huruf yang dibacanya bernilai pahala serta
dilipatgandakan pahalanya. Bahkan terbata-bata dalam membaca pun tetap
diberikan pahala, terlebih jika mahir membaca Alquran.
Maksud mahir dalam hadits ini adalah hafal sebagaimana dalam riwayat al-
Bukhari No.4937, “Permisalan orang yang membaca al-Quran dan dia hafal.”

Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah menjelaskan dalam kitab Fathul


Bari bahwa maksud orang yang mahir membaca Alquran adalah orang yang
bacaan dan hafalannya bagus. Tidak terbata-bata. Dikarenakan Allah
Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā memudahkan baginya sebagaimana Allah
Allah Subḥānahu Wa Ta’ālā mudahkan bagi malaikat, maka baginya pula
persamaan hafalan dan kedudukan.”

25
IMAN KEPADA QADA DAN QADAR

Indikator capaian :
1. Mahasiswa mengetahui pengertian qada dan qadar
2. Mahasiswa memahami ciri beriman kepada qada dan qadar
3. Mahasiswa memahami fungsi beriman kepada qada dan qadar
4. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis takdir Allah
Tema :
1. Pengertian qada dan qadar
2. Ciri orang yang beriman kepada qada dan qadar
3. Hubungan qada dan qadar
4. Jenis-jenis takdir
5. Fungsi iman kepada qada dan qadar
6. Contoh perilaku qada dan qadar
Pembahasan :
Iman kepada qada dan qadar termasuk rukun Iman yang ke- enam dan harus
diyakini kebenarannya oleh setiap muslimin dan muslimat. Iman kepada qada dan
qadar dalam kehidupan sehari-hari lebih popular dengan sebutan takdir. Iman
kepada qada dan qadar artinya percaya dan yakin bahwasahnya Allah SWT
memiliki kehendak, keputusan dan ketetapan atas semuanya makhlukNya
termasuk segala sesuatu meliputi semua kejadian yang menimpa seluruh makhluk
hidup, termasuk manusia dan benda-benda yang ada di alam semesta. Kejadian itu
bisa berupa hidup atau mati, baik atau buruk, kemunculan atau kemusnahan.
Sedangkan menurut bahasa pengertian qada dan qadar adalah sebagai berikut :

A. Pengertian Qada Dan Qadar


1. Arti Qada
Qada berarti hukum atau keputusan terdapat ( Q.S. Surat An- Nisa’ ayat 65 )
Qada berarti mewujudkan atau menjadikan ( Q.S. Surat Fussilat ayat 12 )
Qada berarti kehendak ( Q.S. Surat Ali Imron ayat 47 )
Qada berarti perintah ( Q.S. Surat Al- Isra’ ayat 23)
Qadar berarti mengatur atau menentukan sesuatu menurut batas-batasnya (Q.S.

26
SuratFussilat ayat 10)
Qadar berarti ukuran ( Q.S. Surat Ar- Ra’du ayat 17 )
Qadar berarti kekuasaan atau kemampuan ( Q.S. Surat Al- Baqarah ayat 236 )
Qadar berarti ketentuan atau kepastian ( Q.S. Al- Mursalat ayat 23 )
Qadar berarti perwujudan kehendak Allah SWT terhadap semua makhlukNya
dalam bentuk-bentuk batasan tertentu ( Q.S. Al- Qomar ayat 49)

B. Ciri-Ciri Orang Yang Beriman Kepada Qada Dan Qadar


Seorang muslim yang percaya akan adanya ketentuan Allah SWT pastinya
memiliki tingkat ketaatan yang tinggi. Karena ketentuan Allah SWT menyangkut
hidup di dunia dan di akherat. Adapun ciri- ciri orang yang beriman kepada qada
dan qadarnya Allah SWT adalah :
1. Mentaati perintah Allah SWT dan menjauhi serta meninggalkan segala larangan
Allah SWT
2. Berusaha dan bekerja secara maksimal
3. Tawakkal kepada Allah SWT secara menyeluruh dan berdoa
4. Mengisi kehidupan di dunia dengan hal-hal positif untuk mencapai kebahagiaan
hidup di akhirat
5. Memperhatikan dan merenungkan kekuasaan dan kebesaran Allah SWT
6. Bersabar dalam menghadapi cobaan

C. Hubungan Qada Dan Qadar


Qada dan qadar merupakan satu kesatuan. qada merupakan ketentuan, kehendak
dan kemauan allah SWT. Sedangkan qadar merupakan perwujudan dari kehendak
Allah SWT. qada bersifat qodim (lebih dahulu ada), sedangkan qadar bersifat
hudus (baru). Seorang ahli bahasa al- qur’an, imam ar- raqib mengatakan bahwa
allah SWT menakdirkan segala sesuatu dengan dua macam cara yaitu :
“memberikan qudrah atau kekuatan dan membuat ukuran serta cara-cara tertentu”.
Qada dan qadar biasa dikenal dengan sebutan taqdir Allah SWT

27
D. Jenis -Jenis Takdir
1. Taqdir Muallaq
Yaitu qada dan qadarnya allah yang masih digantungkan pada usaha atau ikhtiar
manusia. Suatu contoh seseorang ingin kaya, pintar, sehat dan lain lain ini harus
melalui proses usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Sesuatu yang tidak mungkin
semuanya itu diperoleh tanpa adanya ikhtiar. Sebagaimana Firman Allah SWT
berikut :
“Dan Bahwasannya Seseorang Itu Tidak Memperoleh Selain Apa Yang
Diusahakan. Dan Bahwasannya Usahanya itu kelak akan diperlihatkan
kepadanya, kemudian akan diberi balasan yang paling sempurna”. (QS. An-
Najm : 53/39-40)

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan (nasib) suatu bangsa


sehingga bangsa itu mau mengubah keadaan (nasib) yang ada pada mereka
sendiri”. (QS. Ar- Ra’du : 13/11)

2. Taqdir mubrom
Yaitu qada dan qadarnya Allah SWT yang sudah tidak dapat diubah lagi oleh
manusia, walau ada ikhtiar dan tawakkal. Sebagaimana firman Allah SWT :
“Dan tiap-tiap umat memiliki. Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak
dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat pula memajukannya”.
(QS. Surat Al- A’raf : 7/34)
Semua yang kamu lakukan selanjutnya harus dipasrahkan kepada Allah SWT,
karena Allah SWT adalah zat yang mengatur dan menentukan segala sesuatunya.
Sebagaimana firman Allah SWT :
“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar
orang yang beriman”. (QS. Al- Maidah : 5/23)
E. Fungsi Iman Kepada Qada Dan Qadar

1. Mendekatkan diri kepada Allah SWT ( Q.S. Al Hadid ayat 22 )


2. Mendidik manusia untuk senantiasa berusaha / ikhtiar ( Q.S. Ar Ra’du ayat 11
dan An Najm ayat39 – 42 )
3. Mendidik manusia untuk senantiasa sabar dan tawakal ( Q.S. Al Baqarah ayat

28
155 – 156 dan AliImran ayat 159 )
4. Mendidik manusia untuk tidak besikap sombong /takabur ( Q.S. Lukman ayat
18 )
F. Contoh Perilaku Qada Dan Qadar

1. Haris adalah seorang murid yang cerdas. Ia jarang belajar dalam jangka waktu
yang lama. Ia belajar hanya beberapa menit sebelum waktu ulangan dimulai.
Ketika menerima hasil ulangannya ia mendapatkan nilai yang memuaskan.
2. Ketika kelas X SMA Zahid adalah siswa yang berprestasi biasa saja. Namun
berkat ketekunannya ia mampu mengejar ketertinggalan dari teman-temannya.
Akhirnya pada waktu ujian akhir sekolah ia mampu menjadi yang terbaik.
3. Zidane berusia 13 tahun. Sekarang ia duduk di kelas VII. Kehidupan zidane
masih panjang berdasarkan usia hidup rata-rata penduduk Indonesia yaitu
sekitar 64 tahun. Menginjak usia yang ke 15, ia menderita sakit keras. Berbagai
model pengobatan telah dijalaninya. Namun akhirnya ia meninggal dunia.

Tambahan
Dalam kehdupan kita pernah mendengar istilah Sunnatullah. Sunnatullah berarti
ketentuan-ketentuan atau hukum Allah SWT yang berlaku atas segenap alam dan
berjalan secara tetap dan teratur.Contohnya adalah api yang sifatnya panas dan
membakar, air yang sifatnya membasahi dan mencari tempat yang rendah. Sifat
seperti itu tetap dimanapun dan kapanpun. Sunnatullah terdiri dari dua macam
yaitu :

1. Sunnatullah Qouliyah adalah Sunnatullah yang berupa wahyu tertulis yaitu Al-
Qur’an
2. Sunnatullah Kauniyah adalah Sunnatullah yang tidak tertulis dan berupa
kejadian atau fenomena alam. Contoh api itu panas dan membakar, matahari
terbit dari timur dan terbenam di sebelah barat dan pergantian siang dan malam.
Wallahua’lam

29
IMAN KEPADA HARI AKHIR
Indikator Capaian:
1. Mahasiswa mengimani dan memahami bahwa Allah Tuhan yg Esa, dan tiada
illah yang berhak disembah selain Allah SWT.
2. Mahasiswa memahami cara Tauhidullah
3. Mahasiswa mengetahui nama-nama dan sifat Allah
Tema Pembahasan:
1. Tauhid Rububiyah
2. Tauhid Uluhiyah
3. Tauhid Asma wassifat
- Macam-macam nama Allah
- Jumlah dan nama-nama Allah
- Dalil-dalil tauhidullah Asma wassifat
Pembahasan
Secara garis besar, makna iman kepada hari akhir adalah mengimani segala yang
Allah informasikan dalam kitabNya dan segala yang Rasulullah SAW jelaskan
mengenai apa-apa yang terjadi setelah kematian berupa fitnah kubur, siksa kubur,
nikmat kubur, kebangkitan, penghimpunan, lembaran-lembaran catatan amal,
perhitungan, timbangan, danau, jalan, syafa’at, surga, neraka, dan apa yang Allah
sediakan untuk penghuni surga dan penghuni neraka.
A. Dalil
Dalil iman kepada hari akhir adalah kitabullah, sunah Rasulullah SAW, akal, dan
fitrah yang lurus. Setiap Rasul yang diutus Allah pasti memberi kabar gembira
dan ancaman kepada kaumnya mengenai hari akhir ini.
Nabi Nuh berkata kepada kaumnya
“Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya kemudian Dia
mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya
pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya.” (QS Nuh: 17-18)
Al Qur’an pun memuat perkataan Nabi Ibrahim
“Dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat.”
(QS Asy Syu’ara: 82)

30
Allah SWT juga berfirman kepada Nabi Musa as
“Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang. Aku merahasiakan (waktunya) agar
supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.” (QS Thaha: 15-
16)

Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk bersumpah dalam


menegaskan terjadinya kiamat itu di banyak tempat di Al Qur’an. Di antaranya
dalam ayat:
“Orang-orang yang kafir mengatakan, mereka sekali-kali tidak akan
dibangkitkan. Katakanlah: “Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu
akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.” (QS At Thaghabun: 7)

Orang-orang yang menolak adanya hari akhir itu hanya akan membangkitkan
keragu-raguan. Misalnya mereka menganggap mustahil manusia hidup kembali
setelah mati.
“Mereka berkata, tidak ada (kehidupan) selain kehidupan kita di dunia. Di sana
kita hidup dan mati, dan tidak ada yang mebinasakan kita selain waktu. Padahal
mereka tidak punya pengetahuan tentang itu. Mereka hanya berpraduga.” (QS Al
Jatsiyah: 24)

Allah telah menjawab segala keraguan itu dalam ayat-ayat Al Qur’an. Allah juga
menjelaskan, mengimani bahwa manusia akan dihidupkan kembali tidaklah
bertentangan dengan akal. Jika manusia mau berpikir bahwa bagaimana ia tercipta
padahal sebelumnya tidak ada, maka tentu sangat mudah bagi Allah
menghidupkan kembali.
Firman Allah Ta’ala
“Katakanlah, Allah yang akan menghidupkan kalian kemudian mematikan,
kemudian mengumpulkan kalian sampai hari kiamat, tidak ada keraguan
padanya. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (QS Al
Jatsiyah: 26)

31
B. Nikmat Dan Siksa Kubur
Kita wajib mengimani berita yang disampaikan Rasulullah SAW tentang fitnah
(ujian) kubur dan pertanyaan dua malaikat terhadap manusia, tentang Tuhan,
agama, dan nabi-Nya.
Sabda Rasulullah SAW
“Tidak sesuatu pun yang belum pernah kulihat melainkan pasti kulihat saat aku
berdiri sekarang ini, bahkan surga dan neraka. Aku diberi (informasi melalui)
wahyu bahwa kalian akan diuji di kubur kalian seperti atau hampir sama dengan
ujian Al Masih dan Dajjal. Kalian akan ditanya, “Apa yang kamu tahu tentang
orang ini?” Orang mukmin atau orang yang yakin akan menjawab, “Dia adalah
Muhammad utusan Allah, datang dengan membawa kebenaran dan petunjuk.
Kami lalu memenuhi (pangilan)-nya dan mengikutinya. Dia adalah Muhammad --
- tiga kali.” Maka dikatakan kepadanya, “Tidurlah dengan tentram. Kami sudah
tahu bahwa kamu merasa yakin dengannya.” Adapun orang munafik atau orang
yang ragu-ragu akan mengatakan, “Aku tidak tahu. AKu hanya mendengar orang
mengatakan sesuatu lalu aku ikut mengatakannya.” (Diriwayatkan Bukhari dan
Muslim dari Asma ra)

“Sesungguhnya seorang hamba, jika diletakkan di dalam kuburnya dan para


pengantarnya pulang, dan dia mendengar suara terompah mereka, akan datang
kepadanya dua malaikat. Mereka menyuruhnya duduk seraya mengatakan, “Apa
yang kau katakana tentang orang ini?” Orang mukmin mengatakan, “Aku
bersaksi bahwa dia adalah hamba Allah dan utusanNya.” Kemudian dikatakan
kepadanya, “Lihatlah tempat dudukmu di neraka telah Allah gantikan dengan
tempat duduk di surge.” Dan orang itu melihat kedua tempat itu. Qatadah
mengatakan, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa bagi orang (yang beriman) itu
kuburnya diluaskan tujuh puluh hasta dan dipenuhi dengan hijau-hijauan hingga
hari kebangkitan. Adapun orang munafik dan kafir, maka dikatakan kepadanya,
“Apa yang kau katakan tentang orang ini?” Ia menjawab, “Aku tidak tahu. Aku
hanya mengatakan apa yang dikatakan orang-orang.” Maka dikatakan
kepadanya, “Kamu tidak tahu dan kamu tidak membaca.” Lalu ia dipukul dengan
palu besi dengan pukulan yang membuatnya menjerit, yang jeritanya dapat

32
didengar oleh apa-apa yang ada di sekitarnya kecuali jin dan manusia.” (Riwayat
Bukhari dan Muslim)

Kita wajib mengimani bahwa setelah fitnah kubur itu ada siksa dan nikmat kubur,
sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. Firman Allah SWT.
“Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir’aun
beserta kaumnya dikepung oleh azab yang sangat buruk. Kepada mereka
ditampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat.
(Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam
azab yang sangat keras.” (QS. Ghafir: 45-46)
Dalam ayat ini Allah mengancam keluarga Fir’aun dengan dua macam siksaan.
Siksa kedua ditambahkan pada siksa pertama. Siksa kedua terjadi setelah kiamat,
maka siksa pertama terjadi antara kematian dan kebangkitan. Itulah siksa kubur.

C. Tanda-Tanda Kiamat
Kita wajib mengimani bahwa kiamat pasti terjadi dan tidak diragukan lagi.
Sedangkan kapan terjadinya tidak ada yang tahu selain Allah SWT. Allah
merahasiakan kepada semua manusia, termasuk kepada para nabi dan rasul.
Meskipun demikian, kita wajib mengimani tanda-tandanya yang dijelaskan
Rasulullah SAW. Beliau menjelaskan beberapa tanda kiamat sughra (kecil).
Tentang kiamat sughra, terdapat banyak hadits shahih.
Sabda Rasulullah SAW
“Diutusnya aku dengan datangnya hari kiamat bagaikan ini (sambil beliau
mengisyaratkan dengan ini telunjuk dan jari tengah).” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits Jibril, ia bertanya kepada Rasulullah SAW tentang hari kiamat.
Rasulullah SAW menjawab:
“Yang ditanya tidaklah lebih tahu dari yang bertanya.” Jibril mengatakan,
“Kalau begitu beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya.” Rasulullah SAW
mengatakan, “Jika budak wanita melahirkan tuannya dan engkau melihat orang-
orang yang tak beralas kaki, telanjang, melarat, dan penggembala kambing
bermegah-megahan membuat bangunan.” (Muttafaq ‘alaih)

33
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda
“Tidak akan terjadi kiamat hingga dua kelompok besar saling bunuh. Jumlah yag
terbunuh di antara mereka banyak sekali padahal seruan mereka sama. Muncul
Dajjal-Dajjal pendusta sekitar tiga puluh orang, semuanya mendakwakan diri
sebagai utusan Allah. Ilmu dicabut, banyak terjadi gempa, waktu menjadi sempit,
muncul fitnah-fitnah, banyak terjadi pembunuhan, harta melimpah ruah, hingga
pemilik harta merasa bingung siapa yang akan menerima sedekahnya. Dan ketika
harta itu ditawarkan maka orang yang ditawari mengatakan, aku tidak butuh itu.
Manusia bermegah-megahan dengan bangunan, jika seseorang melewati kuburan
orang tertentu mengatakan, duhai alangkah inginnya aku menempati posisinya,
dan hingga matahari terbit dari tempat ia terbenam (barat). Jika matahari itu
terbit dan manusia melihatnya, mereka semua beriman. Itulah saat dimana
keimanan seseorang tidak berguna bila sebelumnya tidak beriman dan tidak
melakukan kebaikan dalam imannya. Dan kiamat akan terjadi sementara dua
orang laki-laki telah menggelar pakaian mereka (untuk dijual) namun mereka
tidak sempat bertransaksi dan tidak sempat melipat kembali pakaian itu. Kiamat
akan terjadi sedangkan seseorang pulang dengan membawa susunya namun tidak
sempat mencicipinya. Kiamat akan terjadi sedangkan seseorang tengah
memperbaiki kolamnya dan tidak sempat mengairinya, dan kiamat akan terjadi
sementara seseornag tengah menyuapkan makanan ke mulutnya namun tidak
sempat ia memakannya.” (HR Bukhari)

Dari Anas bin Malik ra bahwa Rasulullah SAW bersabda


“Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat adalah dicabutnya ilmu, munculnya
kebodohan, merajalelanya zina, khamr (menjadi biasa) diminum, jumlah wanita
menjadi lebih banyak dan jumlah laki-laki menjadi kecil hingga lima puluh
wanita berbanding satu orang laki-laki.”

Dari Abu Hurairah ra, bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW
“Kapan terjadi kiamat?” Rasulullah SAW menjawab, “Jika amanah disia-siakan
maka tunggulah kehancuran. “Ia bertanya, “Bagaimana menyia-nyiakan amanah

34
itu? Beliau menjawab, “Jika suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya
maka tunggulah saat kehancuran.” (HR Bukhari)

Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda


“Tidak akan terjadi kiamat hingga orang-orang muslim memerangi Yahudi. Maka
orang muslim itu membunuh Yahudi hingga si Yahudi itu bersembunyi di balik
batu dan pohon. Lalu batu atau pohon itu mengatakan, “Hai Muslim, hai hamba
Allah, ini Yahudi di belakangku, kemarilah bunuh dia.” Kecuali pohon gharqad,
karena ia termasuk pohon Yahudi.” (HR Bukhari dan Muslim)

Adapun tanda-tanda kiamat kubra (besar), sepuluh diantaramya telah disebutkan


dalam beberapa hadits-hadits shahih. Seperti hadits Hudzaifah bin Usaid Al
Ghifari yang mengatakan:
“Nabi SAW datang kepada kami, sementara kami tengah berbincang-bincang.
Beliau bertanya, “Apa yang kalian perbincangkan?” Mereka menjawab, “Kami
sedang membicarakan masalah hari kiamat.” Rasulullah SAW berkata,
“Sesungguhnya kiamat tidak akan terjadi hingga kalian sebelumnya melihat
sepuluh tanda.” Lalu beliau menyebut asap, Dajjal, binatang, terbitnya matahari
dari barat, turunnya ‘Isa bin Maryam, Ya’juj, Ma’juj, dan terjadi tiga kegelapan:
kegelapan di timur, kegelapan di barat, dan kegelapan di jazirah Arab. Dan akhir
dari semua itu adalah keluarnya api dari Yaman yang menggiring manusia ke
tempat perhimpunannya.” (HR Muslim)
1. Terbitnya matahari dari barat
Tanda ini merupakan awal perubahan yang Allah berlakukan pada sistem alam
semesta.
Abdullah bin ‘Amr bin Ash ra telah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW
bersabda:
“Sesungguhnya tanda (kiamat) yang pertama keluar adalah terbitnya matahari
dari barat dan keluarnya binatang kepada manusia di waktu pagi. (Tanda
manapun) yang datang lebih dulu maka yang belakangan itu datang tidak jauh
dari yang pertama.” (HR Muslim dan Abu Dawud)

35
Jika tanda itu datang, maka semua manusia beriman. Namun saat itu iman sudah
tidak berguna lagi jika sebelumnya ia tidak beriman.
Allah SWT berfirman:
“Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada
mereka (umtuk mencabut mereka), atau kedatangan Tuhanmu atau kedatangan
sebagian tanda-tanda Tuhanmu. Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda
Tuhanmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang
belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam
imannya. Katakanlah: “Tunggulah olehmu sesungguhnya kamipun (menunggu)
pula.” (QS Al An’am: 158)
2. Munculnya binatang
“Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis
binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa
sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.” (QS An
Naml: 82)
3. Munculnya Dajjal
Dajjal adalah pendusta yang sangat menutupi kebenaran. Secara lughawi, ad-dajl
artinya menutupi. Dajjal mendakwakan diri sebagai Tuhan. Ia berusaha
memalingkan manusia dari agamanya dengan kejadian-kejadian luar biasa yang ia
demonstrasikan, dengan seijin Allah SWT. Sebagian manusia tergoda, sedangkan
orang-orang yang beriman hatinya diteguhkan oleh Allah SWT.
Hadits Rasulullah SAW
“Abdullah bin ‘Umar ra mengatakan: “Rasulullah SAW berdiri di hadapan
orang-orang, lalu memuji Allah sebagaimana layaknya, kemudian ia menyebut-
nyebut Dajjal seraya mengatakan, ‘Sesungguhnya aku ingin mengingatkan kalian
tentang Dajjal, dan tidak ada seorang nabi pun melainkan pasti ia mengingatkan
kaumnya tentang itu. Tapi aku akan mengatakan apa yang tidak dikatakan oleh
nabi manapun kepada kaumnya: bahwa Dajjal itu picak (bermata satu) dan
bahwa Allah tidaklah picak.” (HR Bukhari dan Muslim)

36
Hudzaifah bin Yaman meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Saya lebih tahu tentang apa yang ada pada Dajjal daripada dia sendiri. Dia
mempunyai dua sungai yang mengalir. Yang satu dilihat mata sebagai air putih
dan yang lainnya dilihat mata sebagai api yang bergelora. Jika seseorang
diantara kamu melihatnya maka datangilah sungai yang tampaknya api, lalu ia
harus memejamkan mata dan menundukkan kepalanya, lalu minum darinya,
sesungguhnya itu adalah air yang dingin. Sesungguhnya Dajjal itu salah satu
matanya tertutup dengan kulit tebal, di depannya tertulis kata ‘kafir’ yang dapat
dibaca oleh setiap mukmin baik ia bisa menulis atau tidak.” (HR Muslim)

Hadits-hadits yang disebutkan oleh Imam Muslim dan lainnya tentang kisah
Dajjal merupakan hujjah (argumen) bahwa sosoknya benar-benar ada, yang
dengannya Allah hendak menguji hambaNya. Allah mampu membuatnya mampu
melakukan beberapa hal yang merupakan kekuasaan Allah, seperti menghidupkan
orang mati yang ia bunuh, memunculkan keindahan dan kesuburan dunia,
memunculkan taman, api, dan dua sungai.
Dajjal tidak mendakwakan diri sebagai nabi, melainkan sebagai Tuhan. Padahal
dalam waktu bersamaan pengakuannya itu ditumbangkan oleh realitas dirinya,
oleh bukti-bukti bahwa ia baru (sebelumnya tidak ada dan ini bertentangan dengan
sifat Tuhan yaitu qadim), bentuknya yang tidak sempurna, dan tidak mampu
menghilangkan picak dari wajahnya dan tidak mampu menghilangkan saksi
kekafiran yang tertulis di dahinya. Karenanya, dengan tanda-tanda ini orang-
orang tidak akan tertipu, kecuali orang-orang yang benar-benar melarat dan ingin
menutupi kesengsaraan atau karena ingin mengamankan diri dan takut akan segala
ulahnya.

Dari Nawas bin Sam’an:


“Rasulullah SAW menerangkan Dajjal pada suatu pagi dengan cara
merendahkan dan meninggikan hingga kami menduga bahwa Dajjal itu berada di
dekat kebun kurma di Madinah. Ketika kami menemui beliau, beliau menjelaskan
kepada kami. Beliau mengatakan, “Apa keperluan kalian?” Kami menjawab, “Ya
Rasulullah, engkau telah menjelaskan Dajjal pada suatu pagi dengan cara

37
merendahkan dan meninggikan hingga kami mengira bahwa ia berada di kebun
dekat kurma Madinah.” Rasulullah mengatakan, “Dajjal adalah hal yang paling
aku cemaskan atas kalian. Jika ia muncul dan aku masih bersama kalian maka
akulah yang akan menjadi penjaga kalian darinya. Dan jika aku tiada maka
setiap orang menjaga dirinya masing-masing. Dan Allah akan menjaga setiap
muslim. Dajjal adalah pemuda dengan rambut yang sangat keriting, matanya
redup. Aku menyerupakannya dengan ‘Abdul ‘Uzza bin Qathn. Maka barang
siapa di antara kalian bertemu dengannya hendaklah ia membaca awal-awal
surat Al Kahfi. Ia akan keluar di antara Syam dan Irak. Ia akan berjalan ke kana
dan kiri. Wahai para hamba Allah, teguhkanlah diri kalian.” Kami mengatakan,
“Berapa lama ia hidup di bumi?” Rasulullah SAW menjawab, “Empat puluh
hari. Satu hari bagaikan satu tahun, satu hari bagaikan satu bulan, dan satu hari
bagaikan satu pecan, dan hari-hari lainnya bagaikan hari-hari kalian ini.” Kami
bertanya, “Ya Rasulullah, hari yang bagaikan satu tahun itu, apakah kami cukup
melakukan shalat untuk satu hari?” Rasulullah menjawab, “Tidak, hitunglah
dengan perhitungan setahun.” Kami mengatakan, “Ya Rasulullah, secepat apa
Dajjal itu di bumi?” Rasulullah SAW menjawab, “Secepat hujan yang disapu
angin. Ia dating kepada suatu kaum lalu menyeru kepada mereka dan mereka
mengimani dan mengikutinya. Laluia memerintahkan langitagar menurunkan
hujan, maka hujan pun turun mengguyur bumi dan pepohonan pun tumbuh.
Ternak-ternak mereka berangkat ke bukit-bukit penggembalaan dan air susunya
menjadi berlimpah ruah, serta perutmya penuh makanan melebihi biasanya.
Kemudian ia mendatangi satu kaum lalu menyeru mereka tapi mereka
menolaknya, lalu ia pergi meniggalkan mereka. Lalu mereka diperdayakan,
harta-harta mereka menjadi hilang. Lalu si Dajjal melewati rumah yang hancur
seraya mengatakan, ‘Keluarkanlah harta simpananmu.’ Maka harta-harta karun
itu mengikutinya bagaikan kerumunan lebah. Kemudian ia memanggil seorang
lelaki muda belia lalu ia tebas dengan pedang hingga terbelah dua, lalu Dajjal
memanggil orang idan orang itu dating menghadapnya sambil tertawa. Pada saat
itu, Allah SWT menutus Al Masih bin Maryam lalu ia turun di menara putih di
sebelah timur Damaskus, mengenakan dua potong baju yang dicelup (berwarna),
meletakkan kedua telapak tangannya pada sayap-sayap dua malaikat. Jika ia

38
menundukkan kepalanya meneteslah air dan apabila ia mengangkatnya
berjatuhanlah darinya mutiara-mutiara. Maka tidak seorang kafir pun yang
mencium wangi tubuhnya kecuali pasti mati. Maka Al Masih itu mencari Dajjal
dan menemukannya di pintu yang sempit lalu ia membunuhnya..”
4. Turunnya Nabi ‘Isa as
Sunnah telah menunjukkan dan umat telah sepakat bahwa Nabi ‘Isa as akan turun
di akhir zaman, menjelang kiamat, selagi ada Dajjal. Beliau membunuhnya, lalu
memberlakukan dan menghidupkan hukum-hukum Islam yang ditinggalkan
manusia. Karenanya setiap muslim wajib meyakini bahwa ‘Isa bin Maryam
tidaklah dibunuh Yahudi, melainkan diangkat oleh Allah ke sisiNya.
Allah SWT berfirman:
“Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih,
‘Isa putra Maryam, Rasul Allah”. Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak
(pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan
dengan ‘Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham
tentang (pembunuhan) ‘Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang
dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang soapa yang dibunuh itu,
kecuali mengikuti prasangka belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang
mereka bunuh adalah ‘Isa.” (QS An Nisa: 157-159)

Dari Abu Hurairah ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:


“Demi Dzat yang diriku ada di tanganNya, hapir tiba masanya dimana ‘Isa bin
Maryam turun dengan membawa hukum yang adil, lalu ia menghancurkan salib,
membunuh babi, menghapuskan pajak, melimpahruahkan harta hingga tidak ada
seoragpun yang mau menerimanya. Hingga satu kali sujud lebih baik dari dunia
dengan segala isinya.” (Muttafaq ‘alaih)
5. Munculnya Ya’juj dan Ma’juj
Allah SWT berfirman:
“Kemudian dia menempuh satu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila dia telah
sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu
suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata: “Hai
Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat

39
kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran
kepadamu, supaya kamu membuat dinding di antara kami dan mereka?”
Dzulqarnain berkata: “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku
terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia
dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka, berilah
aku potongan-potongan besi.” Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan
kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain: Tiuplah (api itu)”. Hingga
apabila besi itu telah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: “Berilah aku
tembaga (yang menddih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu.” Maka mereka
tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melubanginya. Dzulqarnain
berkata: “Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang
janji Tuhanku, Dia aka menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu
adalah benar.” (QS Al Kahfi: 92-98)
“Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun
dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan
janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-
orang yang kafir. (Mereka berkata): “Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya
kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang
zalim.” (QS Al Anbiya: 96-97)

Sabda Rasulullah SAW


“Dan Allah akan membangkitkan Ya’juj dan Ma’juj dan mereka turun dengan
cepat dari setiap tempat yang tinggi. Lalu barisan paling depan dari mereka
lewat ke sebuah danau lalu meminum air yang ada di dalamnya. Dan bagian
belakang mereka lewat kemudian mengatakan, “Dulunya di danau ini penuh
dengan air’.” (HR Muslim)

D. Permulaan Hari Kiamat


Allah SWT berfirman:
“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi
kecuali siapa saja yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiuplah sangkakala itu
sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu putusan masing-masing.”

40
Kita wajib mengimani segala yang terjadi di hari terakhir dari kehidupan dunia
dan permulaan yaumil akhir, sebagaimana yang Allah informasikan dalam Al
Qur’an.

“Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan,dan


apabila lautan dijadikan meluap, dan apabila kuburan-kuburan dibongkar,maka)
setiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang
dilalaikan(nya).” (QS Al Infithar: 1-5)

“Barangsiapa yang ingin merasakan hari kiamat seperti menyaksikannya dengan


mata kepala sendiri, hendaklah ia membaca “idza syamsu kuwirat (At Takwir) ,
idza syamaaunfatarat (Al Infithar), dan idza syamaaunsyaqat (Al Insyiqaq)”. (HR
At-Tirmidzi)

E. Kebangkitan (Ba’ts)
Kita juga mengimani bahwa setelah itu Allah SWT memerintahkan tiupan yang
kedua, lalu orang-orang yang sudah mati kembali hidup. Inilah hari kebangkitan,
yaitu hari dikembalikannya manusia dengan ruh dan jasad seperti keadaannya
sewaktu di dunia. Kemudian Allah mengeluarkan manusia dari kubur dalam
keadaan hidup.
Rasulullah SAW bersabda:
“Akan mati manusia saat (datang waktunya untuk) dimatikan. Maka akulah yang
pertama kali bangkit. Ternyata Nabi Musa sedang memegang ‘arasy. Aku tidak
tahu apakah dia termasuk orang yang dimatikan.” (HR Bukhari)

F. Penghimpunan (Al Hasyr)


Allah SWT berfirman:
“(Ingatlah) hari (ketika) KAmi mengumpulkan orang-orang yang taqa kepada
Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat, dan Kami akan
menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahannam dalam keadaan
dahaga.” (QS Maryam: 85-86)

41
Penghimpunan adalah penggiringan semua manusia ke mauqif, yakni tempat
mereka berdiri sambil menunggu keputusan yang pasti tentang nasib masing-
masing.
Rasulullah SAW bersabda:
“Manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan telanjang kaki,
tanpa busana, dan tidak dikhitan.” Aku bertanya, “Ya Rasulullah, sebagian
mereka memandang kepada sebagian yang lain?” Rasulullah SAW menjawab,
“Wahai ‘Aisyah, perkara saat itu amat dashyat sehingga tidak akan sebagian
mereka memandang sebagian lain.” (Muttafaq ‘alaih)

Ibnu ‘Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW berkhutbah seraya


mengatakan:
“Wahai segenap manusia, sesungguhnya kalian akan dibangkitkan (untuk
menghadap) kepada Allah dalam keadaan tanpa alas kaki, tanpa busana, dan
tanpa dikhitan.” Kemudian beliau membacakan ayat, “Sebagaimana Kami
ciptakan pertama kali, Kami kembalikan seperti itu. Itu merupakan janji atas
Kami dan Kami pasti melaksanakannya.” Lalu beliau berkata lagi, “Ketahuilah
bahwa orang pertama diberi pakaian pada hari kiamat adalah Nabi Ibrahim.
Ketahuilah, akan dihadirkan orang-orang lelaki dari umatku kemudian mereka
dibawa ke sebelah kiri, lalu aku katakana, ‘Wahai Tuhanku, itu adalah umatku.’
Lalu dijawab, ‘Sesungguhnya Engkau tidak tahu bid’ah yang mereka lakukan
setelah engkau tiada.’ Maka aku pun mengatakan seperti yang dikatakan hamba
yang saleh (‘Isa as): ‘Dan dulu aku menjadi saksi atas mereka selama aku ada
bersama mereka. Tapi ketika Engkau wafatkan aku maka Engkaulah yang
mengawasi mereka.’ Lalu dikatakan, ‘Sesungguhnya mereka murtad semenjak
engkau meninggalkan mereka’.” (HR Bukhari)

Di tempat berdiri itu, manusia ditimpa kesulitan yang dahsyat. Sabda Rasulullah
SAW:
“Matahari didekatkan kepada manusia pada hari kiamat hingga berjarak satu
mil. Maka manusia terendam keringat sesuai dengan kadar amalnya masing-
masing. Ada orang yang keringatnya mencapai mata kakinya. Ada orang yang

42
keringatnya mencapai lututnya. Ada orang yang keringatnya mencapai
pinggangnya, dan ada pula orang yang keringatnya menjadi seperti tali kekang
(pada kuda) mencapai mulutnya.” (HR Muslim)

Pada saat itu ada orang-orang yang memperoleh perlindungan Allah SWT.
“Ada tujuh (kelompok) manusia yang Allah lindungi dalam naunganNya, pada
hari tiada naungan selain naunganNya (hari kiamat): pemimpin yang adil,
pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, seorang laki-laki yang hatinya
terpaut ke masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka bersatu
karena Allah dan berpisah karena Allah pula, seorang laki-laki yang dirayu oleh
wanita yang punya kedudukan dan harta lalu mengatakan (untuk menolaknya)
‘Aku takut kepada Allah’, dan seseorang yang memberikan sedekah lalu ia
sembunyikan hingga tangan kanannya tidak mengetahui apa yang diinfakkan
tangan kirinya, dan seseorang yang mengingat (berdzikir kepada) Allah lalu
mengalirlah air matanya.” (HR Bukhari, Muslim, dan lain-lain)

Ketika keadaan menjadi semakin dahsyat dan kesulitan menjadi besar, mereka
meminta syafa’at kepada Allah melalui para Rasul dan nabi. Mereka ingin para
rasul dan nabi itu menyelamatkan mereka dan mempercepat turunnya putusan.
Setiap rasul mengalihkan permohonan syafa’at itu kepada rasul yang datang
sesudahnya, sampai mereka mendatangi Nabi Muhammad SAW. Lalu beliau
memberi syafa’at kepada mereka dan Allah menerima syafa’at beliau, dan
manusia pun kembali ke tempat semula untuk menerima keputusan.

G. Balasan Amal
Allah SWT berfirman:
“Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut
semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah lah Yang Benar, lagi yang
menjelaskan (segala sesuatu) menurut hakikat yang sebenarnya.” (QS An Nur:
25)

43
“Barang siapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka baginya (pahala)
yang lebih baik daripada kebaikannya itu, dan barang siapa yang datang dengan
(membawa) kejahatan, maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang
yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan yang dahulu
mereka kerjakan.” (QS Al Qashash: 84)
Sabda Rasulullah SAW dalam hadits qudsi
“Wahai hamba-hambaKu, itu tidak lain adalah amal-amal kalian yang Aku hitung
untuk kalian, lalu Aku penuhi untuk kalian (pahalanya). Maka barang siapa
mendapatakan kebaikan hendaklah ia memuji Allah. Dan barang siapa
mendapatkan selain itu, maka janganlah ia mencela selain dirinya sendiri.” (HR
Muslim)

H. Dihadapkan Kepada Allah Dan Perhitungan (Al ‘Ardh Wal Hisab)


Firman Allah SWT
“Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya
kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada kali yang
pertama; bahkan kamu mengatakan bahwa Kami sekali-kali tidak akan
menetapkan bagi kamu waktu (memenuhi) perjanjian.” (QS Al Kahfi: 48)

Setiap muslim wajib mengimani bahwa setiap manusia akan dihadapkan langsung
kepada Rabbnya. Allah akan menangani langsung penghitungan (amal) tanpa
perantara.
‘Aisyah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak ada seorang pun yang dihisab pada hari kiamat melainkan pasti celaka.”
Aku bertanya, “Bukankah Allah telah berfirman, ‘Adapun orang yang diberi
kitabnya dengan tangan kanannya maka ia akan dihisab dengan hisab yang
ringan’?” Rasulullah SAW menjawab, “Itu adalah al ‘ardh. Dan tidak seorang
pun yang didebat saat hisab pada hari kiamat melainkan pasti disiksa.” (HR
Bukhari)

Golongan yang selamat adalah orang yang diberi buku catatan amal dengan
tangan kanannya. Allah akan menghapus dosa-dosanya, tidak akan didebat dalam

44
hisab, lalu dimasukkan ke surga tanpa disiksa di neraka. Adapun orang yang
banyak dosanya dan diberi kitab di belakang punggungnya, maka orang itu akan
didebat dalam hisab dan akan ditanya tentang segala perbuatannya.
Manusia saat itu akan menerima dan membaca lembaran-lembaran amalnya.
Lembaran ini adalah buku yang ditulis malaikat tentang segala perbuatan manusia
di dunia. Hisab adalah diberdirikannya manusia oleh Allah sebelum berangkat ke
mahsyar (tempat perhimpunan) untuk diperlihatkan kepada mereka segala amal.
Kondisi manusia berbeda-beda dalam hisab. Ada yang hisabnya ringan. Inilah
rahmat Allah kepada para hambaNya yang beriman. Allah hanya memberitahu
dosa-dosanya, namun tidak Dia perlihatkan kepada manusia lain. Allah berbicara
berdua dengan hambaNya yang mukmin. Kemudian Allah memaafkannya dan
disuruhNya masuk ke surga.
Ada pula yang memperoleh kehormatan dari Allah SWT dengan dikecualikannya
mereka dari hisab.
Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Akan masuk surga tujuh puluh ribu orang dari umatku tanpa hisab.” (HR
Muslim)

Ada pula yang didebat dalam hisab, yakni ditanyai tentang hal-hal detail dan
diminta mengemukakan alasan dan hujjah. Namun tidak satupun alasan dan
hujjah mereka yang diterima, maka ia celaka bersama orang-orang yang celaka.
Allah SWT berfirman
“Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke dalam neraka, lalu
mereka dikumpulkan (semuanya). Sehingga apabila mereka sampai ke neraka,
pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka atas
apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka,
"Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” Kulit mereka menjawab, "Allah
yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami
pandai (pula) berkata, dan Dialah yang menciptakan kamu pada yang pertama
kali dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” Kamu sekali-kali tidak dapat
bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan, dan kulitmu terhadapmu,

45
bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang
kamu kerjakan.” (QS Fushshilat: 19-22)

I. Kolam (Haudh)
Rasulullah SAW bersabda:
“Aku adalah orang pertama yang mendatangi kolam. Barang siapa yang
mendatanginya pasti ia minum darinya, dan barang siapa yang minum maka ia
tidak akan pernah dahaga selamanya. Dan akan datang kepadaku kaum-kaum
yang aku kenal dan mereka mengenalku. Tapi dihalangi antara aku dengan
mereka. Lalu aku katakan, mereka adalah umatku. Lalu dijawab, ‘Sesungguhnya
engkau tidak tahu apa yang mereka lakukan sepeninggalmu.’ Maka aku katakan,
menjauhlah, menjauhlah bagi orang yang mengubah (agama) sepeninggalku.”
(HR Muslim)
Kolam tersebut adalah kolam besar, tempat air yang mulia yang mengalir dari
sungai Kautsar di surga. ‘Abdullah bin ‘Amer ra meriwayatkan bahwa Rasulullah
SAW bersabda:
“Kolamku seluas perjalanan satu bulan, airnya lebih putih dari susu, baunya
lebih harum dari kesturi, dan bejana-bejananya bagaikan bintang-bintang di
langit. Barang siapa yang minum darinya maka ia tidak akan merasa dahaga
untuk selamanya.” (Muttafaq ‘alaih)

J. Timbangan (Mizan)
Firman Allah SWT
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah
dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji
SAWipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai
pembuat perhitungan.” (QS Al Anbiya: 47)

Penimbangan amal dilakukan setelah penghitungan (hisab), umtuk penghitungan


dalam membalas amal. Tetapi penimbangan tidak berlaku bagi para nabi dan
orang-orang yang dikecualikan oleh Allah SWT.

46
K. Jalan (Ash Shirath)
Setelah penghitungan dan penimbangan amal, manusia akan berbalik dari mauqif
untuk berjalan di atas jembatan yang terentang di atas neraka jahanam. Itulah ash
shirath. Melintasi jembatan ini berlaku untuk semua manusia tanpa kecuali. Siapa
yang istiqamah di jalan Allah, maka ia akan istiqamah pula di atas jembatan itu.
Allah akan menyelamatkan orang-orang beriman dan membiarkan orang-orang
zalim berlutut di dalamnya. Kemudian ketika orang-orang mukmin melintasi
jembatan, mereka akan berhenti di atas jembatan antara surga dan neraka. Di sana,
sebagian orang menuntut balas orang lain. Jika sudah bersih, maka diizinkanlah
mereka masuk surga.

L. Surga Dan Neraka


Allah SWT berfrman
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” (QS At Tahrim: 6)
Rasulullah SAW bersabda:
“Sungguh, penduduk neraka yang paling ringan siksanya, adalah seseorang yang
memakai dua sandal dari neraka sementara otaknya mendidih disebabkan
panasnya.” (HR Muslim)

Mengenai surga, banyak ayat yang menerangkan dalam Al Qur’an


“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman,
(yaitu) di dalam taman-taman dan mata-air-mata-air; mereka memakai sutera
yang halus dan sutera yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan, demikianlah. Dan
Kami berikan kepada mereka bidadari. Di dalamnya mereka meminta segala
macam buah-buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran), mereka tidak
akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia. Dan Allah memelihara
mereka dari azab neraka, sebagai karunia dari Tuhanmu. Yang demikian itu
adalah keberuntungan yang besar.” (QS Ad Dukhan: 51-57)

47
“Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat
yang tiada jauh (dari mereka). Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada
setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua
peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha
Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang
bertaubat, masukilah surga itu dengan aman, itulah hari kekekalan. Mereka di
dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada
tambahannya.” (QS Qaf: 31-35)

Kita juga mengimani bahwa terjadi dialog antara penghuni neraka dan surga.
“Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada penghuni-penghuni neraka
(dengan mengatakan): “Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah
memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah
kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu
menjanjikannya (kepadamu)?” Mereka (penduduk neraka) menjawab: “Betul”.
Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan
itu: “Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim, (yakni) orang-
orang yang menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan
agar jalan itu menjadi bengkok, dan mereka kafir kepada kehidupan akhirat.”
(QS Al A’raf: 44-45)

48
SHOLAT WAJIB, GERHANA, DAN JENAZAH

Indikator capaian :
1. Mahasiswa mengetahui definisi dan urgensi sholat wajib, gerhana, dan jenazah
2. Mahasiswa dapat melaksanakan sholat wajib, gerhana, dan jenazah
3. Mahasiswa mengetahui syarat sahnya sholat wajib, gerhana, dan jenazah
Tema :
1. Definisi dan urgensi sholat wajib, gerhana, dan jenazah
2. Syarat sahnya sholat wajib, gerhana, dan jenazah
3. Rukun sholat wajib, gerhana, dan jenazah
Pembahasan :
A. Definisi Dan Urgensi Shalat
1. Sholat Wajib
Sebuah ibadah yang dapat dikatakan sebagai pilar agama, barang siapa yang
mengabaikannya maka berarti menghancurkan agamanya. Dalil tentang wajibnya
shalat sangat banyak dan ini sekaligus menunjukkan posisinya dalam bangunan
islam. (QS. Thaahaa:14 & Q.S Annisa: 103) Ibadah shalat menduduki posisi yang
lebih istimewa dibanding semua ibadah, baik yang sunnah maupun yang wajib,
karena beberapa hal berikut :

a. Cara perintah shalat diwahyukan, berbeda dengan ibadah yang lain. Shalat
turun dengan dititahkan langsung oleh Allah SWT kepada Rasulullah
Muhammad SAW diperistiwa mi'raj Nabi kelangit teratas terus dilanjutkan ke
sidratul muntaha, sementara ibadah yang lain seperti puasa di bulan Ramadhan
dan ibadah haji, Allah perintahkan melalui wahyu Alqur'an sebagai mana
perintah–perintah ibadah yang lain.

b. Ibadah shalat adalah ibadah yang dilakukan dengan melibatkan seluruh anggota
badan. Ada gerakan anggota tubuh ada ucapan lisan bahkan dituntut hadirnya
hati secara khusyuk. Pada ucapan pun terdapat ragam bacaannya, ada bacaan
ayat alqur'an, bacaan do'a, bacaan istighfar, tasbih, tahmid dan lain – lain.
Hadirnya hati dalam shalat juga dituntut agar mushalli mampu menghayati apa
yang dibaca. Minimalnya konsentrasi bahwa ia ketika mengerjakan shalat
sedang “menghadap” Allah SWT. maka ibadah yang melibatkan unsur secara

49
ketat, dengan frekuensi waktu yangberulang setiap hari.

c. Ibadah inilah yang secara eksplisit disebut sebagai pembatas antara keimanan
dan kekufuran. Artinya shalat menjadi barometer pokok keimanan seseorang.
Bahwa dalam shalat ada sebuah gerakan yang ketika dalam posisiitu seorang
hamba dikatakan sebagi keadaan sedekat – dekatnya hamba kepada Allah
SWT. “Sesungguhnya sedekat-dekat hamba kepada Allah SWT adalah ketikaia
tengah bersujud, maka perbanyaklah doa ketika itu” (HR. Muslim)

Demikianlah kedudukan shalat dalam syariat islam. Dengan shalatlah seorang


hamba dapat mengekspresikan ketundukannya kepada Allah SWT. Ia menjadi
simbol keataatan seorang hamba bahkan simbol kedekatanya dengan Allah SWT.
Urgensi Sholat Wajib :
1. Shalat menyucikan jiwa manusia Muslim Shalat dapat mensucikan jiwa dari
berbagai kotoran hati. Kotoran hati banyak macamnya. Utamanya adalah
kotoran dalam bentuk maksiat seperti hasad, dengki, benci, keras hati, takabbur,
egoismedan lain-lain. “ Sesungguhnya shalat itu ibarat sungai yang berada
disamping pintu rumah seseorang yang airnya banyak dan bening dan
penghuninya setiap hari mandi lima kali. Apakah kalian melihat kotoran
semisal?”(HR.Ahmad)

2. Shalat mengingatkan hamba kepada Allah SWT Hubungan hati bisa


dikukuhkan dengan penyebutan lisan yang berulang-ulang. Jika hati dan lisan
secara serentak menyebutkan nama Allah dan itu dilakukann berulang – ulang
maka kedekatan akan semakin kuat. Mengapa seseorang diharapkan selalu
ingat kepada Allah? Karena dengan hati yang selalu ingat kepada Allah itu
maka seseorang akan mendapatkan ketenangan batin. (Ar ra'd :28)

3. Shalat mencegah manusia dari perbuatan keji dan Mungkar (Al Ankabut: 45).
Dengan melaksankan shalat secara khusuk dan sesuai syarat rukunnya maka
keimanan seseorang akan menjadi hidup. Iman yang hidup akan membimbing
seorang kepada jaln yang benar dan diridhoi oleh Allah SWT. Dengan iman
yang hidup pula seseorang dapat terjaga hati dan jiwanya hingga ia tidak mudah
tergelincir dalam perbuatan maksiat. Rasulullah SAW bersabda : Tidaklah
sesorang pezina itu berzina dalam keadaan beriman, tidaklah seorang peminum

50
itu minum dalam keadaan beriman, tidaklah seorang itu mencuri dalam keadaan
beriman (HR. Bukhori).

4. Shalat Menstabilkan Jiwa manusia yang beriman Manusia diciptakan Allah


SWT memiliki beberapa watak dasar negative salah satunya adalah merasa
puas dengan keadaan. Namun ketika tertimpa banyak musibah banyak sekali
yang dikeluhkan. Shalat adalah salah satu sarana untuk membuat seseorang bisa
menghargai nikmat lalu mensyukurinya sesuai kehendak sang pemberi.
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia
ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat
kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap
mengerjakan shalatnya”(Al maarij:19-23). Ayat ini menegaskan bahwa shalat
itu dapat menjadikan jiwa seseorang stabil, menjauhkan dari sifat kikir dan
berpikir positif pada setiap keadaan yang dialami. Dengan demikian akan
membuatnya banyak bersyukur dan menjauhkan diri dari mengeluh atas apa
yang dialami.

2. Sholat Gerhana

Sholat gerhana adalah sholat sunnah muakkadah yang ditetapkan dalam syariat
Islam sebagaimana para ulama telah menyepakatinya.Dalilnya adalah firman Allah
SWT. :
‫اﻟﱠﺬِي‬ ‫ْﺲ وَ َﻻ ِﻟ ْﻠﻘَﻤَﺮِ وَ ا ْﺳ ُﺠﺪُوا‬
ِ ‫ﺸﻤ‬ ‫وَ ﻣِ ﻦْ آﯾَﺎﺗِ ِﮫ اﻟﻠﱠ ْﯿ ُﻞ وَ اﻟﻨﱠﮭَﺎرُ وَ اﻟ ﱠ‬
‫ﺸﻤْﺲُ وَ ا ْﻟﻘَﻤَﺮُ َﻻ ﺗَ ْﺴ ُﺠﺪُوا ﻟِﻠ ﱠ‬
َ‫َﺧﻠَﻘَﮭُﻦﱠ إِنْ ُﻛ ْﻨﺘ ُ ْﻢ إِﯾﱠﺎهُ ﺗَ ْﻌﺒُﺪُون‬
“Dan dari sebagian tanda-tanda-Nya adalah adanya malam dan siang serta
adanya matahari dan bulan. Janganla kamu sujud kepada matahari atau bulan
tetapi sujudlah kepada Allah Yang Menciptakan keduanya. “ (QS. Fushshilat: 37)
Maksud dari perintah Allah SWT untuk bersujud kepada Yang Menciptakan
matahari dan bulan adalah perintah untuk mengerjakan shalat gerhana matahari
dan gerhana bulan.Selain itu juga Rasulullah SAW bersabda:
‫ ﻓَﺎدْﻋُﻮا‬،‫ ﻓَﺈِذَا رَ أَ ْﯾﺘُﻤُﻮ ُھﻤَﺎ‬،ِ‫ت أَ َﺣ ٍﺪ وَ ﻻَ ِﻟ َﺤﯿَﺎﺗِﮫ‬
ِ ْ‫ﻻَ ﯾَ ْﻨ َﻜ ِﺴﻔَﺎنِ ِﻟﻤَﻮ‬ ‫ت‬
ِ ‫ﺸﻤْﺲَ وَ اﻟﻘَﻤَﺮَ آﯾَﺘَﺎنِ ﻣِ ﻦْ آﯾَﺎ‬
‫إِنﱠ اﻟ ﱠ‬
‫ﻲ‬
َ ‫ﺻﻠﱡﻮا َﺣﺘﱠﻰ ﯾَ ْﻨ َﺠ ِﻠ‬
َ َ‫و‬
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah sebuah tanda dari tanda-
tanda kebesaran Allah SWT. Keduanya tidak menjadi gerhana disebabkan

51
kematian seseorang atau kelahirannya. Bila kalian mendapati gerhana, maka
lakukanlah shalat dan berdoalah hingga selesai fenomena itu.” (HR. Bukhari no.
1043, Muslim no. 915)
Matahari dan bulan merupakan dua makhluk Allah SWT yang sangat akrab dalam
pandangan. Peredaran dan silih bergantinya yang sangat teratur merupakan
ketetapan aturan Penguasa Jagad Semesta ini. Maka semua yang menakjubkan dan
luar biasa pada matahari dan bulan, pada dasarnya menunjukkan keagungan,
kebesaran serta kesempurnaan Penciptanya. Oleh karena itu, Allah SWT
membantah fenomena penyembahan terhadap matahari dan bulan sebagaimana
dijelaskan dalam firman-Nya:
”Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan
bulan. Janganlah kaliann sujud (menyembah) matahari maupun bulan, tapi
bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika memang kalian beribadah
hanya kepada-Nya.”(Fushshilat: 37)
Baginda Nabi SAW. mengajarkan kepada kita tuntunan syariat yang mulia ketika
terjadi gerhana matahari maupun gerhana bulan, antara lain yaitu:
 Menghadirkan rasa takut kepada Allah saat terjadinya gerhana bulan dan
matahari. Baik karena peristiwa tersebut mengingatkan kita akan tanda-
tanda kejadian hari kiamat, atau karena takut azab Allah diturunkan akibat
dosa-dosa yang dilakukan.
 Mengingat apa yang pernah disaksikan Nabi SAW dalam shalat Kusuf.
Diriwayatkan bahwa dalam shalat kusuf, Rasulullah SAW diperlihatkan oleh
Allah surga dan neraka. Bahkan beliau ingin mengambil setangkai dahan dari
surga untuk diperlihatkan kepada mereka. Beliau juga diperlihatkan berbagai
bentuk azab yang ditimpakan kepada ahli neraka. Karena itu, dalam salah satu
khutbahnya selesai shalat gerhana, beliau bersabda:
"Wahai umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui apa yang aku
ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis." (Muttafa
alaih)
 Menyeru dengan panggilan "Asshalaatu Jaami'ah". Maksudnya adalah
panggilan untuk melakukan shalat secara berjamaah. Aisyah meriwayatkan

52
bahwa saat terjadi gerhana, Rasulullah SAW memerintahkan untuk menyerukan
"Ashshalaatu Jaami'ah" (HR. Abu Daud dan Nasa'i).
 Tidak ada azan dan iqamah bagi shalat gerhana. Karena azan dan iqamah hanya
berlaku pada shalat fardhu yang lima.
 Disunahkan mengeraskan bacaan surat, baik shalatnya dilakukan pada siang
atau malam hari. Hal tersebut dilakukan Rasulullah SAW dalam shalat gerhana
(Muttafaq alaih).
 Shalat gerhana sunah dilakukan di masjid secara berjamaah. Rasulullah SAW
selalu melaksanakannya di masjid sebagaimana disebutkan dalam beberapa
riwayat. Akan tetapi boleh juga dilakukan seorang diri. (Lihat: Al-Mughni, Ibnu
Qudamah, 3/323)
 Wanita boleh ikut shalat berjamaah di belakang barisan laki-laki. Diriwayatkan
bahwa Aisyah dan Asma ikut shalat gerhana bersama Rasulullah SAW. (HR.
Bukhari).
 Disunahkan memanjangkan bacaan surat. Diriwayatkan bahwa Rasulullah
SAW dalam shalat gerhana memanjangkan bacaannya. (Muttafaq alaih).
Namun hendaknya tetap mempertimbangkan kemampuan dan kondisi jamaah.
 Disunahkan menyampaikan khutbah setelah selesai shalat, berdasarkan
perbuatan Nabi SAW bahwa beliau setelah selesai shalat naik ke mimbar dan
menyampaikan khutbah (HR. Nasa'i). Sejumlah ulama menguatkan bahwa
khutbah yang disampaikan hanya sekali saja, tidak dua kali seperti shalat Jumat.
Sebagian ulama menganggap tidak ada sunah khutbah selesai shalat. Akan
tetapi petunjuk hadits lebih menguatkan disunahkannya khutbah setelah shalat
gerhana.
 Dianjurkan memperbanyak istighfar, berzikir dan berdoa, bertakbir,
memedekakan budak, shalat serta berlindung kepada Allah dari azab neraka dan
azab kubur.

3. Sholat Jenazah

Sholat jenazah (Arab: , Sholatu janazah) adalah jenis sholat yang


dilakukan untuk jenazah muslim. Setiap muslim yang meninggal baik laki-
laki maupun perempuan wajib disalati oleh muslim yang masih hidup dengan

53
status hukum fardu kifayah. Nabi Muhammad tidak pernah mau menyalatkan
jenazah yang meninggal masih memiliki utang dan mati karena bunuh diri, tetapi
wajib disholatkan oleh umatnya atau masyarakat umum.

Sholat jenazah adalah ibadah yang dilakukan ketika ada seorang Muslim yang
meninggal dunia. Sholat ini hukumnya fardhu kifayah artinya wajib dikerjakan.
Namun jika sudah ada yang mengerjakannya, maka kewajiban umat Muslim
lainnya menjadi gugur.
B. Syarat Sholat
Syarat sholat adalah segala sesuatu yang harus dilakukan sebelum seseorang
menunaikan sholat. Dan jika ada salah satu di antaranya tidak terpenuhi maka
batal shalatnya. Syarat shalat itu mencakup;

 Mengetahui telah datang waktu, meskipun cukup dengan asumsi terkuat.


Firman Allah: Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman. ( An Nisa: 103)

 Suci badan. Seperti dalam sabda Nabi: “berwudhu dan basuhah kemaluanmu
(dari madzi) HR Al Bukhari. Bersih pakaian, firman Allah: “Dan pakaianmu
bersihkanlah”, (Al Muddatstsir : 4.) Bersih tempat, seperti dalam perintah Nabi
untuk mengguyur bekas kencing orang badui yang kencing di masjid.

 Bersih dari hadats kecil dan besar, dengan mandi dan wudhu. Seperti dalam
firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan
siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata
kaki, dan jika kamu junub Makamandilah” (QS. Al-Maidah: 6)

 Menutup aurat, seperti dalam firman Allah : “Hai anak Adam, pakailah
pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid”. (QS. Al A'raf: 31) Dan
yang dimaksud dengan zienah adalah penutup aurat, dan yang dimaksud dengan
masjid adalah shalat. Aurat laki-laki antara pusar dan lutut, dan uarat wanita
seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan.

 Menghadap kiblat langsung bagi yang dapat melihatnya langsung. Menghadap


arahnya bagi yang tidak dapat melihat langsung. Dan wajib berusaha bagi orang

54
yang sedang kebingungan arah kiblat. Namun ketika ketahuan salah setelah
shalat tidak wajib mengulangnya dan jika mengetahui kesalahan itu saat shalat,
harus segera merubah dan menyempurnakannya. Kewajiban menghadap kiblat
ini gugur bagi orang yang terpaksa, sakit, ketakutan, shalat sunnah di atas
kendaraan. Rasulullah SAW shalat menghadap ke mana saja, dengan
menundukkan kepalanya. Tetapi tidak dalam shalat wajib. (HR Al Bukhari).

C. Syarat Wajib Sholat

Meskipun shalat tidak diwajibkan kecuali kepada muslim yang berakal, dan
baligh, hanya saja ia dianjurkan untuk diperintahkan kepada anak-anak yang sudah
berumur tujuh tahun dan dipukul, jika tidak mengerjakannya setelah berusia
sepuluh tahun, agar menjadi kebiasaannya. Seperti dalam hadits: “Perintahkan
anakmu shalat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah ia jika berusia sepuluh
tahun, pisahkan tempat tidur mereka”. (HR Ahmad, Ab Daud, dan Al Hakim)
yang mengatakan hadits ini shahih sesuai dengan persyaratan imam Muslim.

D. Rukun Shalat

1. Sholat Wajib

Rukun shalat juga disebut dengan fara'idhushshalat adalah amal perbuatan yang
dilakukan selama dalam shalat, jika salah satunya ditinggalkan maka batal
shalatnya. Rukun shalat itu mencakup :

1) Niat, yaitu berniat melaksanakan shalat yang dimaksud. Niat adanya di hati.
Oleh sebab itu tidak disyaratkan melafalkannya, dan tidak ada teks niat yang
diajarkan oleh Rasulullah SAW
2) Takbiratul Ihram; yaitu takbir tanda masuk amaliah shalat. Lafalnya : “Allahu
Akbar”. Sepertiyang dikatakan oleh Rasulullah SAW. “Kunci pembuka shalat
adalah bersuci, mulainya adalah takbir dan selesainya dengan bersalam”. (HR
Al Khamsah, kecuali An Nasa'iy) dishahihkan oleh At Tirmidzi dan Al Hakim.
3) Berdiri; bagi orang yang mampu berdiri dalam shalat fardhu. Sabda Nabi:
“Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu maka dengan duduk, jika tidak
mampu maka dengan berbaring. (HR. Al Bukhari). Sedangkan untuk shalat
sunnah maka diperbolehkan dengan duduk meskipun mampu berdiri; hanya

55
nilai shalat duduk itu setengah shalat berdiri. (HR Al Bukhari dan Muslim).
4) Membaca surah Al Fatihah setiap rakaat fardhu maupun sunnah. Sabda Nabi:
“Tidak sah shalatorang yang tidak membaca Al Fatihah”. (HR Al-Jama'ah).
5) Ruku'; yaitu membungkukkan badan sehingga tangan mampu menyentuh lutut,
dengan thuma'ninah. Sabda Nabi : “Lalu ruku'lah sehingga kamu tenang ruku' ”.
Muttafaq alaih.
6) Bangun ruku' dan berdiri tegak. Sabda Nabi : “Kemudian bangunlah sehingga
kamu berdiri tegak”. Muttafaq alaih.
7) Dua kali sujud setiap rakaatnya dengan thuma'ninah. “Lalu sujudlah sehingga
benar-benar sujud dengan thuma'ninah”. Muttafaq alaih. Kesempurnaan sujud
dengan tujuh anggota badan yaitu: wajah, dua telapak tangan, dua lutut, dan
dua ujung kaki. (HR Abu Daud dan At Tirmidzi).
8) Duduk akhir dan membaca tasyahhud : “Bershalawat kepada Nabi Muhammad
SAW setelah tasyahhud, menurut madzhab Syafi'i.
9) Salam, seperti dalam hadits Nabi : “Kunci pembuka shalat adalah bersuci,
mulainya adalah takbir dan selesainya dengan bersalam”. (HR Al Khamsah,
kecuali An Nasa'iy dishahihkan oleh At Tirmidzi dan Al Hakim). Sebagaimana
telah disebutkan dari Rasulullah SAW yang salam sekali, dan dua kali dalam
beberapa hadits.
10) Tartib, berurutan sesuai yang disebutkan di atas.

56
2. Sholat Gerhana
1) Berniat di dalam hati
2) Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa
3) Membaca do’a iftitah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah
dan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil
dijaherkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam
hadits Aisyah: “Nabi SAW. menjaharkan (mengeraskan) bacaannya ketika
shalat gerhana.”(HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901)
4) Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya
5) Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan
‘SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMD‘;
6) Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca
surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat
dari yang pertama;
7) Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari
ruku’ sebelumnya;
8) Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal);
9) Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara
dua sujud kemudian sujud kembali;
10) Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua
sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih
singkat dari sebelumnya;
11) Salam;
12) Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang
berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah, dan
membebaskan budak.

57
3. Sholat Jenazah
1) Niat
Niat untuk Jenazah Laki-laki
‫ت ﻓَﺮْ ضَ ِﻛﻔَﺎﯾَ ِﺔ اِﻣَﺎﻣًﺎ‬
ٍ ‫ﺖ اَرْ ﺑَ َﻊ ﺗَ ْﻜﺒِﺮَ ا‬
ِ ِّ‫ﺻ ِﻠّﻰ َﻋﻠَﻰ َھﺬَاا ْﻟ َﻤﯿ‬
َ ُ ‫|ا‬
Usholli 'ala hadzal mayyiti arba'a takbirotin fardho kifayatin imaman/ma'muman
lillahi ta'ala.
"Saya niat salat atas jenazah ini empat kali takbir fardu kifayah, sebagai
imam/makmum hanya karena Allah Ta'ala."
Niat untuk Jenazah Perempuan
‫ت ﻓَﺮْ ضَ ِﻛﻔَﺎﯾَ ِﺔ اِﻣَﺎﻣًﺎ‬
ٍ ‫ﺻ ِﻠّﻰ َﻋﻠَﻰ َھ ِﺬ ِه ا ْﻟ َﻤﯿِّﺘَ ِﺔ اَرْ ﺑَ َﻊ ﺗَ ْﻜﺒِﺮَ ا‬
َ ُ ‫|ا‬
Usholli 'ala hadzahihil mayyitati arba'a takbirotin fardho kifayatin
imaman/ma'muman lillahi ta'ala
"Saya niat salat atas jenazah perempuan ini empat kali takbir fardu kifayah,
sebagai imam/makmum hanya karena Allah Ta'ala."
2) Takbir pertama membaca Surat Al Fatihah
3) Takbir kedua membaca sholawat Nabi
‫ﺻ‬
َ ‫ﺳﯿِّ ِﺪﻧَﺎ ُﻣ َﺤﻤﱠﺪاﻟﻠﱠ ُﮭ ﱠﻢ‬
َ ‫ وَ َﻋﻠَﻰ آ ِل‬،ٍ‫ﺳﯿِّ ِﺪﻧَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ‬
َ ‫ِّﻞ َﻋﻠَﻰ‬

58
،ٍ‫ﺳﯿِّ ِﺪﻧَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ‬
َ ‫ وَ ﺑَﺎرِ كْ َﻋﻠَﻰ‬،ٌ‫ إِﻧﱠﻚَ ﺣَﻤِ ﯿﺪٌ ﻣَﺠِ ﯿﺪ‬،َ‫ وَ َﻋﻠَﻰ آ ِل إِﺑْﺮَ اھِﯿﻢ‬،َ‫ﺻﻠﱠﯿْﺖَ َﻋﻠَﻰ إِﺑْﺮَ اھِﯿﻢ‬
َ ‫ﺳﯿِّ ِﺪﻧَﺎ َﻛﻤَﺎ‬
َ ‫وَ َﻋﻠَﻰ آ ِل‬
‫ﺳﯿِّ ِﺪﻧَﺎ‬
َ ‫ َﻛﻤَﺎ ﺑَﺎرَ ﻛْﺖَ َﻋﻠَﻰ‬،ٍ‫ ﻓِﻲ ا ْﻟﻌَﺎﻟَﻤِ ﯿﻦَ إِﻧﱠﻚَ ﺣَﻤِ ﯿﺪٌ ﻣَﺠِ ﯿﺪٌ◌ٍ ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪ‬،َ‫ﺳﯿِّ ِﺪﻧَﺎ إِﺑْﺮَ اھِﯿﻢ‬
َ ‫ وَ َﻋﻠَﻰ آ ِل‬،َ‫إِﺑْﺮَ اھِﯿﻢ‬

Artinya :

Ya Allah, berilah shalawat atas Nabi Muhammad. Ya Allah, limpahkanlah


rahmat kepada Nabi Muhammad. Ya Allah, limpahilah rahmat atas keluarga
Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau beri rahmat kepada Nabi Ibrahim
dan keluarganya, dan limpahkanlah berkah atas Nabi Muhammad beserta
keluarganya, sebagaimana Engkau telah beri berkah kepada Nabi Ibrahim dan
keluarganya, Bahwasanya Engkau Tuhan yang sangat terpuji lagi sangat mulia
di seluruh alam.

4) Takbir ketiga membaca doa untuk jenazah


Doa untuk jenazah laki-laki:
ِ‫ﺳ ْﻊ ُﻣﺪْ َﺧﻠَﮫُ وَ ا ْﻏ ِﺴ ْﻠﮫُ ﺑِﺎ ْﻟﻤَﺎء‬
ّ ِ َ‫وَ اﻟﺜﱠ ْﻠﺞِ وَ ا ْﻟﺒَﺮَ ِد وَ ﻧَ ِﻘّ ِﮫ ﻣِ ﻦْ اﻟﻠﱠ ُﮭ ﱠﻢ ا ْﻏﻔِﺮْ ﻟَﮫُ وَ ارْ َﺣ ْﻤﮫُ وَ ﻋَﺎﻓِ ِﮫ وَ اﻋْﻒُ َﻋ ْﻨﮫُ وَ أَﻛْﺮِ ْم ﻧُﺰُ ﻟَﮫُ وَ و‬
‫َﺾ ﻣِ ﻦْ اﻟﺪﱠﻧَﺴِﻮَ أَ ْﺑ ِﺪ ْﻟﮫُ دَارً ا َﺧﯿْﺮً ا‬
َ ‫ﻣِ ﻦْ دَارِ ِه وَ أَھ ًْﻼ َﺧﯿْﺮً ا ﻣِ ﻦْ أَ ْھ ِﻠ ِﮫ وَ أَدْﺧِ ْﻠﮫُ ا ْﻟ َﺠﻨﱠﺔَ ا ْﻟ َﺨﻄَﺎﯾَﺎ َﻛﻤَﺎ ﻧَ ﱠﻘﯿْﺖَ اﻟﺜﱠﻮْ بَ ْاﻷ َ ْﺑﯿ‬
ِ‫وَ ﻧَ ِ ّﺠ ِﮫ ﻣِ ﻦْ اﻟﻨﱠﺎر‬
Artinya:
Ya Allah, ampunilah dia (laki-laki) berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah
dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di
tempat yang mulia (surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju
dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau
membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari
rumahnya di dunia, berilah keluarga (atau istri di surga) yang lebih baik
daripada istrinya di dunia, dan masukkan dia ke surga, jagalah dia dari siksa
kubur dan neraka.
Dhamir "hu" yang terdapat dalam doa jenazah di atas, diubahnya menjadi
dhamir"ha" jika mayit yang hendak disalati adalah perempuan.

5) Takbir keempat membaca doa untuk keluarga yang ditinggalkan jenazah


ُ‫ﻟﻠّ ٰـ ُﮭ ﱠﻢ ﻻَ ﺗَﺤْ ﺮِ ْﻣﻨَﺎ أَﺟْ ﺮَ هُ وَ ﻻَ ﺗَ ْﻔ ِﺘﻨﱠﺎ ﺑَ ْﻌﺪَهُ وَ ا ْﻏﻔِﺮْ ﻟَﻨَﺎ وَ ﻟَﮫ‬.

Allahumma laa tahrimna ajrahu wa laa taftinna ba'dahuu waghfir lanaa wa


lahuu.

59
Artinya:

Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah
(cobaan) bagi kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.

6) Terakhir mengucapkan salam dalam posisi berdiri

60
THAHARAH
Indikator capaian :
1. Mahasiswa mampu mengetahui macam macam hadas dan najis
2. Mahasiswa mampu menerapkan cara C46 mandi junub, dan tayamum.
Tema :
1. Thaharah Hakiki (Najis)
2. Thaharah Hukmi (Hadats)
3. Macam-Macam Najis
4. Macam-Macam Hadats
5. Wudhu
6. Mandi Janabah
7. Tayamum
Pembahasan :
“Sesungguhnya Allah suka orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang
yang mensucikan diri” (Al-Baqarah : 222). Thaharah di bagi menjadi 2 :
A. Thaharah Hakiki (Najis)
Thaharah secara hakiki maksudnya adalah hal-hal yang terkait dengan kebersihan
badan, pakain dan tempat shalat dari najis. Boleh dikatakan bahwa thaharah hakiki
adalah terbebasnya seseorang dari najis. Seorang yang shalat dengan memakai
pakaian yang ada noda darah atau air kencing, tidak sah shalatnya. Karena dia
tidak terbebas dari ketidaksucian secara hakiki. Thaharah hakiki bisa didapat
dengan menghilangkan najis yang menempel, baik pada badan, pakaian atau
tempat untuk melakukan ibadah ritual. Caranya bermacam-macam tergantung
level kenajisannya. Bila najis itu ringan, cukup dengan memercikkan air saja,
maka najis itu dianggap telah lenyap. Bila najis itu berat, harus dicuci dengan air 7
kali dan salah satunya dengan tanah. Bila najis itu pertengahan, disucikan dengan
cara mencucinya dengan air biasa, hingga hilang warna, bau dan rasa najisnya.
B. Thaharah Hukmi (Hadats)
Sedangkan thaharah hukmi maksudnya adalah sucinya kita dari hadats, baik
hadats kecil maupun hadats besar (kondisi janabah). Thaharah secara hukmi tidak
terlihat kotornya secara fisik. Bahkan boleh jadi secara fisik tidak ada kotoran
pada diri kita. Namun tidak adanya kotoran yang menempel pada diri kita, belum

61
tentu dipandang bersih secara hukum. Bersih secara hukum adalah kesucian
secara ritual. Seorang yang tertidur batal wudhu'-nya, boleh jadi secara fisik tidak
ada kotoran yang menimpanya. Namun dia wajib berthaharah ulang dengan cara
berwudhu' bila ingin melakukan ibadah ritual tertentu seperti shalat, thawaf dan
lainnya.
Demikian pula dengan orang yang keluar mani. Meski dia telah mencuci maninya
dengan bersih, lalu mengganti bajunya dengan yang baru, dia tetap belum
dikatakan suci dari hadats besar hingga selesai dari mandi janabah. Jadi thaharah
hukmi adalah kesucian secara ritual, dimana secara fisik memang tidak ada
kotoran yang menempel, namun seolah-olah dirinya tidak suci untuk melakukan
ritual ibadah. Thaharah hukmi didapat dengan cara berwudhu' atau mandi
janabah.

C. Macam-Macam Najis
An-Najasah dalam bahasa Indonesia sering dimaknai dengan najis. Meski pun
secara bahasa Arab tidak identik maknanya. Najis sendiri dalam bahasa Arab ada
dua penyebutannya. Pertama : Najas ( ‫ ) ﻧَﺠَﺲ‬maknanya adalah benda yang
hukumnya najis. Kedua : Najis ( ‫ ) ﻧَﺠِ ﺲ‬maknanya adalah sifat najisnya. An-
Najasah (najis) itu lawan dari thaharah yang maknanya kesucian.
Pembagian najis oleh mazhab Asy-Syafi'i dibedakan berdasarkan tingkat kesulitan
dalam mensucikan atau menghilangkannya.
1. Najis Ringan
Najis ringan sering juga diistilahkan dengan mukhaffafah ( ‫) ﻣﺨﻔّﻔﺔ‬. Disebut ringan,
karena cara mensucikannya sangat ringan, yaitu tidak perlu najis itu sampai
hilang. Cukup dilakukan ritual sederhana sekali, yaitu dengan memercikkannya
dengan air, dan tiba-tiba benda najis itu berubah menjadi suci. Satu-satunya najis
ini adalah air kencing bayi lakilaki yang belum makan apa pun kecuali air susu
ibu. Bila bayi itu perempuan, maka air kencingnya tidak termasuk ke dalam najis
ringan, tetapi tetap dianggap najis seperti umumnya. Demikian juga bila bayi laki-
laki itu sudah pernah mengkonsumsi makanan yang selain susu ibu, seperti susu
kaleng buatan pabrik, maka air kencingnya sudah tidak lagi bisa dikatakan najis
ringan. Semua ini tidak ada alasan ilmiyahnya, karena semata-mata ketentuan

62
ritual dari Allah SWT. Allah SWT sebagai Tuhan, maunya disembah dengan cara
itu. Dasarnya adalah hadits berikut ini :
Dari As-Sam'i radhiyallahu anhu berkata bahwa Nabi SAW bersabda,"Air
kencing bayi perempuan harus dicuci sedangkan air kencing bayi laki-laki cukup
dipercikkan air saja. (HR. Abu Daud, An-Nasai dan Al-Hakim)

2. Najis Pertengahan
Najis yang pertengahan sering disebut dengan mutawassithah ( ). Disebut
pertengahan lantaran posisinya yang ditengah-tengah antara najis ringan dan najis
berat.Untuk mensucikan najis ini cukup dihilangkan secara fisik 'ain najisnya,
hingga 3 indikatornya sudah tidak ada lagi. Ketiga indikator itu adalah :warna (
), rasa ( ) dan aroma.
Semua najis yang tidak termasuk ke dalam najis yang berat atau ringan, berarti
secara otomatis termasuk ke dalam najis pertengahan ini.

3. Najis Berat
Najis berat sering diistilahkan sebagai najis mughalladzhah ( ‫) ﻈَﺔ ُﻣﻐَﻠﱠ‬. Disebut najis
yang berat karena tidak bisa suci begitu saja dengan mencuci dan
menghilangkannya secara fisik, tetapi harus dilakukan praktek ritual tertentu.
Ritualnya adalah mencuci dengan air sebanyak tujuh kali dan salah satunya
dengan tanah. Pencucian 7 kali ini semata-mata hanya ritual. Demikian juga
penggunaan tanah, sama sekali tidak dikaitkan dengan manfaatnya.Penggunaan
tanah itu tidak diniatkan misalnya untuk membunuh bakteri, virus atau racun
tertentu yang terkandung pada najis itu. Tetapi semata-mata hanya ritual dimana
Allah SWT ingin disembah dengan cara itu. Maka penggunaan tanah tidak bisa
diganti dengan sabun, deterjen, pemutih, pewangi atau bubuk-bubuk kimawi
lainnya yang didesain mengandung zat ini dan itu. Dasar dari semua ini adalah
hadits Rasulullah SAW :
“sucinya wadah air kalian yang diminum anjing adalah dengan mencucinya tujuh
kali, salah satunya dengan air.” (HR. Muslim)
Dalam mazhab Asy-Syafi'i, najis berat hanya dua saja, yaitu anjing dan babi.

63
Kenajisan Dari Tubuh Manusia
 Darah
Darah manusia itu najis hukumnya, yaitu darah yang mengalir keluar dalam
jumlah yang besar dari dalam tubuh.
 Muntah
Asy-Syafi'iyah dan Al-Hanbilah mengatakan bahwa ketiga benda ini adalah
benda-benda yang najis. Dasarnya karena muntah adalah makanan yang telah
berubah di dalam perut menjadi sesuatu yang kotor dan rusak. Al-Hanafiyah
mengatakan bahwa muntah itu najis manakala memenuhi mulut dalam jumlah
yang besar. Sedangkan bila tidak seperti itu hukumnya tetap tidak najis. Al-
Malikiyah mengatakan bahwa muntah itu najis bila telah berubah dari
makanan menjadi sesuatu yang lain.
 Nanah
Nanah adalah najis dan bila seseorang terkena nanah, harus dicuci bekas
nanahnya sebelum boleh untuk melakukan ibadah yang mensyaratkan
kesucian (wudhu` atau mandi).
 Jenazah Manusia
Dalam pandangan jumhur ulama selain Al-Hanafiyah bahwa jenazah muslim
atau kafir hukumnya suci. Sedangkan dalam pandangan Al-Hanafiyah, Ibnu
Sya'ban, Ibnu Abil Hakam dan Iyadh, jenazah manusia muslim itu najis,
karena itu disyariatkan pemandian jenazah untuk mensucikannya. Sedangkan
jenazah orang kafir tetap najis dan tidak bisa disucikan dengan
memandikannya
 Hewan Yang Masih Hidup
Babi (Khinzir)
Al-Hanafiyah, Asy-Syafi'iyah dan Al-Hanabilah sepakat mengatakan bahwa
babi yang masih hidup itu najis pada keseluruhan tubuhnya.
Anjing
Para ulama mengatakan bahwa seluruh tubuh anjing merupakan hewan najis
berat (mughallazhah).Namun ada juga pendapat sebagian ulama yang lain
mengatakan bahwa najis anjing itu hanya air liurnya dan mulutnya saja

64
D. Macam-Macam Hadats
1. Hadats Kecil
Antara lain buang angin, buang air kecil, buang air besar menyentuh kemaluan,
bersentuhan oleh yang bukan mahromnya cara mensucikannya dengan berwudhu.
2. Hadats Besar
Jima' atau berhubungan suami istri, keluar air mani, haid, nifas cara mensucikanya
dengn mandi janabah.

E. Wudhu
Kata wudhu' ( ‫ ) اﻟﻮُ ﺿﻮء‬dalam bahasa Arab berasal dari kata al-wadha'ah ( ‫) اﻟﻮَ ﺿَﺎءَة‬
yang bermakna alhasan( ), yaitu kebaikan. Dan juga sekaligus bermakna
an-andzafah ( ), yaitu kebersihan. Hukum wudhu` bisa wajib dan bisa
sunnah, tergantung konteks untuk apa kita berwudhu`.
1. Fardhu / Wajib
Hukum wudhu` menjadi fardhu atau wajib manakala seseorang akan melakukan
hal-hal berikut ini :
a. Melakukan Shalat
Untuk melakukan shalat diwajibkan berwudhu',baik untuk shalat wajib maupun
shalat sunnah. Termasuk juga di dalamnya sujud tilawah.
b. Menyentuh Mushaf
Jumhur ulama umumnya menyatakan bahwa diharamkan menyentuh mushaf Al-
Quran bila seseorang dalam keadaan hadats kecil, atau dalam kata lain bila tidak
punya wudhu'.
Al-Malikiyah dan Asy-Syafi'iyah mengatakan bahwa haram bagi orang yang
dalamkeadaan hadats kecil untuk menyentuh mushaf meski pun dengan alas atau
batang lidi.Sedangkan Al-Hanafiyah meski mengharamkan sentuhan langsung,
namun bila dengan menggunakan alas atau batang lidi, hukumnya boleh.
Syaratnya, alas atau batang lidi itu suci tidak mengandung najis.
c. Tawaf di Seputar Ka`bah
Jumhur ulama mengatakan bahwa hukumberwudhu` untuk tawaf di ka`bah adalah
fardhu. Kecuali Al-Hanafiyah.

65
2. Sunnah
Sedangkan yang bersifat sunnah adalah bila akan mengerjakan hal-hal berikut ini :
a. Mengulangi wudhu` untuk tiap shalat
b. Menyentuh Kitab-kitab Syar`iyah
Seperti kitab tafsir, hadits, aqidah, fiqih dan lainnya
c. Ketika Marah
d. Ketika membaca Al-Quran
e. Ketika melantunkan Azan dan Iqomat
f. Dzikir
g. Khutbah
h. Ziarah ke makam Nabi SAW

“Dari Humran bahwa Utsman radhiyallahu ‘anhu meminta seember air, kemudian
beliau mencuci kedua tapak tangannya tiga kali, kemudian berkumur,
memasukkan air ke hidung dan mengeluarkannya. Kemudian beliau membasuh
wajarnya tiga kali, membasuh tanggan kanannya hingga siku tiga kali, kemudian
membasuh tanggan kirinya hingga siku tiga kali, kemudian beliau mengusap
kepalanya, kemudian beliau membasuh kaki kanannya hingga mata kaki tiga kali,
begitu juga yang kiri. Kemudian beliau berkata,”Aku telah melihat Rasulullah
SAW berwudhu seperti wudhuku ini. (HR. Bukhari dan Muslim)
Rukun wudhu antara lain :
 Niat Dalam Hati
 Membasuh Wajah hingga batas rambut
 Membasuh Kedua Tanggan hingga Siku
 Mengusap Kepala
 Mencuci Kaki Hingga Mata Kaki
 Tatib
Mensucikan anggota wudhu secara berurutan mulai dari yang awal hingga yang
akhir.
 Al-Muwalat

66
Maksud al-muwalat adalah tidak adanya jeda yang lama ketika berpindah dari
membasuh satu anggota wudhu` ke anggota wudhu` yang lainnya. Ukurannya
menurut para ulama selama belum sampai mengering air wudhu`nya itu.

F. Mandi Janabah
Mandi dalam bahasa Arab disebut dengan istilah al-ghusl ( ). Kata ini
memiliki makna yaitu menuangkan air ke seluruh tubuh. Sedangkan secara
istilah, para ulama menyebutkan definisinya yaitu Memakai air yang suci pada
seluruh badan dengan tata cara Adapun kata Janabah dalam bahasa Arab
bermakna jauh dan lawan dari dekat Sedangkan secara istilah fiqih, kata janabah
ini menurut Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berarti :
Janabah secara syar'i dikaitkan dengan seseorang yang keluar mani atau
melakukan hubungan suami istri, disebut bahwa seseorang itu junub karena dia
menjauhi shalat, masjid dan membaca Al-Quran serta dijauhkan atas hal-hal
tersebut Mandi Janabah sering juga disebut dengan istilah 'mandi wajib'. Mandi
ini merupakan tatacara ritual yang bersifat ta`abbudi dan bertujuan
menghilangkan hadats besar.
1. Hal-hal Yang Mewajibkan Mandi Janabah
Tiga hal di antaranya dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan. Tiga lagi sisanya
hanya terjadi pada perempuan.
a. Keluar Mani Keluarnya air mani menyebabkan seseorang mendapat janabah,
baik dengan cara sengaja
b. Bertemunya Dua Kemaluan istilah ini disebutkan dengan maksud persetubuhan
(jima').
c. Haidh atau menstruasi adalah kejadian alamiyah yang wajar terjadi pada
seorang wanita dan bersifat rutin bulanan.
d. Nifas, darah yang keluar dari kemaluan seorang wanita setelah melahirkan.
e. Melahirkan Seorang wanita yang melahirkan anak, meski anak itu dalam
keadaan mati, maka wajib atasnya untuk melakukan mandi janabah. Bahkan
meski saat melahirkan itu tidak ada darah yang keluar.

67
2. Rukun Mandi Janabah
Untuk melakukan mandi janabah, maka ada dua hal yang harus dikerjakan karena
merupakan rukun/pokok:
a. Niat
Boleh diucapkan atau tidak yang paling utama dalam hati
b. Menghilangkan Najis
Menghilangkan najis dari badan sesungguhnya merupakan syarat sah mandi
janabah. Dengan demikian, bila seorang akan mandi janabah,disyaratkan
sebelumnya untuk memastikan tidak ada lagi najis yang masih menempel di
badannya. Caranya bisa dengan mencucinya atau dengan mandi biasa dengan
sabun atau pembersih lainnya. Adapun bila najisnya tergolong najis berat, maka
wajib mensucikannya dulu dengan air tujuh kali dan salah satunya dengan tanah.
Untuk itu sangat dianjurkan sebelum mandi janabah dilakukan, mandi terlebih
dahulu seperti biasa, dengan sabun dan lain-lainnya, agar dipastikan semua najis
dan kotoran telah hilang. itu barulah mandi janabah hanya dengan air saja.
c. Meratakan Air
Seluruh badan harus rata mendapatkan air, baik kulit maupun rambut. Baik
akarnya atau pun yang terjuntai.
3. Sunnah Mandi Janabah
Rasulullah SAW telah memberikan contoh hidup bagaimana sebuah ritual mandi
janabah pernah beliau lakukan, lewat laporan dari istri beliau, ibunda mukminin,
Aisyah radhiyallahu ta'ala anha.
“Aisyah RA berkata,`Ketika mandi janabah, Nabi SAW memulainya dengan
mencuci kedua tangannya, kemudian ia menumpahkan air dari tangan kanannya
ke tangan kiri lalu ia mencuci kemaluannya kemudia berwudku seperti wudhu`
orang shalat. Kemudian beliau mengambil air lalu memasukan jari-jari
tangannya ke sela-sela rambutnya, dan apabila ia yakin semua kulit kepalanya
telah basah beliau menyirami kepalnya 3 kali, kemudia beliau membersihkan
seluruh tubhnya dengan air kemudia diakhir beliau mencuci kakinya (HR
Bukhari/248 dan Muslim/316)

68
Dari ’Aisyah radliyallahu anha dia berkata, ”Jika Rasulullah SAW mandi karena
janabah, maka beliau mencuci kedua tangan, kemudian wudlu’ sebagaimana
wudlu beliau untuk sholat, kemudian beliau menyela-nyela rambutnya dengan
kedua tangan beliau, hingga ketika beliau menduga air sudah sampai ke akarakar
rambut, beliau mengguyurnya dengan air tiga kali, kemudian membasuh seluruh
tubuhnya”. ’Aisyah berkata, ”Aku pernah mandi bersama Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam dari satu bejana, kami mencibuk dari bejana itu
semuanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
a. Mencuci Kedua Tangan
Pertama sekali yang harus dilakukan ketika mandi janabah adalah mencuci kedua
tangan. Mencuci kedua tangan ini bisa dengan tanah atau sabun, lalu dibilas
sebelum dimasukkan ke wajan tempat air.
b. Mencuci Dua Kemaluan
Caranya dengan menumpahkan air dari tangan kanan ke tangan kiri dan dengan
tangan kiri itulah kemaluan dan dubur dicuci dan dibersihkan.
c. Membersihkan Najis
Selain dua kemaluan, juga disunnahkan terlebih dahulu untuk membersihkan
semua najis yang sekiranya masih melekat di badan.
d. Berwudhu
Setelah semua suci dan bersih dari najis, maka disunnahkan untuk berwudhu
sebagaimana wudhu' untuk shalat. Jumhur ulama mengatakan bahwa disunnahkan
untuk mengakhirkan mencuci kedua kaki. Maksudnya, wudhu' itu tidak pakai cuci
kaki, cuci kakinya nanti setelah mandi janabah usai.
e. Sela-sela Rambut
Di antara yang dianjurkan juga adalah memasukan jari-jari tangan yang basah
dengan air ke sela-sela rambut, sampai ia yakin bahwa kulit kepalanya telah
menjadi basah

G. Tayammum
Secara bahasa, tayammum itu maknanya adalah nmb al-qashdu, yaitu
bermaksud. Sedangkan secara syar`i maknanya adalah bermaksud kepada tanah
atau penggunaan tanah untuk bersuci dari hadats kecil maupun hadats besar.

69
1. Hal-hal Yang Membolehkan Tayammum
a. Tidak Adanya Air
Dalam kondisi tidak ada air untuk berwudhu`atau mandi, seseorang bisa
melakukan tayammum dengan tanah. Namun ketiadaan air itu harus dipastikan
terlebih dahulu dengan cara mengusahakannya.
b. Sakit
Kondisi yang lainnya yang membolehkan seseorang bertayammum sebagai
penggati wudhu` adalah bila seseorang terkena penyakit yang membuatnya tidak
boleh terkena air. Baik sakit dalam bentuk luka atau pun jenis penyakit lainnya.
c. Air Tidak Terjangkau
Kondisi ini sebenarnya bukan tidak ada air. Air ada tapi tidak bisa dijangkau.
Meskipun ada air, namun bila untuk mendapatkannya ada resiko lain yang
menghalangi, maka itupun termasuk yang membolehkan tayammum. Misalnya
takut bila dia pergi mendapatkan air, takut barang-barangnya hilang, atau beresiko
nyawa bila mendapatkannya. Seperti air di dalam jurang yang dalam yang untuk
mendapatkannya harus turun tebing yang terjal dan beresiko pada nyawanya.
d. Air Tidak Cukup
Kondisi ini juga tidak mutlak ketiadaan air. Air sebenarnya ada namun jumlahnya
tidak mencukupi. Sebab ada kepentingan lain yang jauh lebih harus didahulukan
ketimbang untuk wudhu`. Misalnya untuk menyambung hidup dari kehausan yang
sangat. Bahkan para ulama mengatakan meski untuk memberi minum seekor
anjing yang kehausan, maka harus didahulukan memberi minum anjing dan tidak
perlu berwudhu` dengan air. Sebagai gantinya, bisa melakukan tayammum dengan
tanah.
e. Habisnya Waktu
Dalam kondisi ini, air ada dalam jumlah yang cukup dan bisa terjangkau. Namun
masalahnya adalah waktu shalat sudah hampir habis. Bila diusahakan untuk
mendaptkan air, diperkirakan akan kehilangan waktu shalat. Maka saat itu demi
mengejar waktu shalat, bolehlah bertayammum dengan tanah.

70
2. Tanah Yang Bisa Dipakai Tayammum
Dibolehkan bertayammum dengan menggunakan tanah yang suci dari najis. Dan
semua tanah pada dasarnya suci. Tanah itu bukan benda najis dan tidak akan
berubah menjadi najis kecuali nyata-nyata terkena atau tercampur benda najis.
permukaan bumi, baik tanah atau sejenisnya.
Para ulama mengatakan bahwa apa pun yang menjadi permukaan tanah, baik itu
tanah merah, tanah liat, padang pasir, bebatuan, aspal, semen dan segalanya,
termasuk dalam kategori tanah yang suci.
Tidak boleh digunakan adalah tanah yang tidak suci. Misalnya, tanah yang
mengandung najis bekas kubangan dan tempat penampungan kotoran manusia
atau hewan.
a. Cara Tayammum
Ada dua versi tata cara tayammum yang berbeda di tengah para ulama. Perbedaan
itu terkait denganjumlah tepukan, apakah sekali tepukan atau dua kali. Dan juga
perbedaan dalam menetapkan batasan tangan yang harus diusap. Perbedaan ini
didasarkan pada ta'arudh al-atsar (perbedaan nash) dan juga perbedaan dalam
menggunakan qiyas.
 Cara Pertama
Al-Hanafiyah dan Asy-Syafi'iyah dalam qaul jadidnya mengatakan bahwa
tayammum itu terdiri dari dua tepukan. Tepukan pertama untuk wajah dan
tepukan kedua untuk kedua tangan hingga siku. Dari Abi Umamah dan Ibni Umar
radhiyallahuanhuma bahwa Nabi SAW bersabda,"Tayammum itu terdiri dari dua
tepukan. Tepukan pada wajah dan tepukan pada kedua tangan hingga siku. (HR.
Ahmad dan Abu Daud)
Meski ada yang mengatakan hadits ini dhaif, namun bahwa siku itu juga harus
terkena tayammum, tidak semata-mata didasarkan pada hadits ini saja. Dalil
lainnya adalah karena tayammum itu pengganti wudhu. Ketika membasuh tangan
dalam wudhu diharuskan sampai ke siku, maka ketika menepuk tangan di saat
tayammum, siku pun harus ikut juga.
 Cara Kedua
Menurut Al-Malikiyah dan Al-Hanabilah, termasuk juga penapat Asy-syafi'iyah
dalam qaul qadimnya, tayammum itu hanya terdiri dari satu tepukan saja, yang

71
dengan satu tepukan itu diusapkan ke wajah langsung ke tangan hingga kedua
pergelangan, tidak sampai ke siku. tentang tayammum,"Stu kali tepukan di wajah
dan kedua tangan. (HR. Ahmad dan Ashabus-sittah)
3. Batalnya Tayammum
a. Segala Yang Membatalkan Wudhu`
Segala yang membatalkan wudhu` sudah tentu membatalkan tayammum. Sebab
tayammum adalah pengganti dari wudhu`. Maka segala yang membatalkan
wudhu, secara otomatis menjadi hal yang juga membatalkan tayammum. Di
antaranya terkena najis, keluarnya sesuatu lewat kemaluan, tidur, hilang akal,
menyentuh kemaluan dan sentukan kulit lain jenis yang bukan mahram dalam
pendapat Asy-Syafi'iyah.
b. Ditemukannya Air
Bila ditemukan air, maka tayammum secara otomatis menjadi gugur. Yang harus
dilakukan adalah berwudhu dengan air yang baru saja ditemukan. Yang jadi
masalah bila seseorang bertayammum lalu shalat dan telah selesai dari shalatnya,
tiba-tiba dia mendapatkan air dan waktu shalat masih ada. Apa yang harus
dilakukannya ? Para ulama mengatakan bahwa tayammum dan shalatnya itu
sudah syah dan tidak perlu untuk mengulangi shalat yang telah dilaksanakan.
Sebab tayammumnya pada saat itu memang benar, lantaran memang saat itu dia
tidak menemukan air. Sehingga bertayammumnya sah. Dan shalatnya pun sah
karena dengan bersuci tayammum. Apapun bahwa setelah itu dia menemukan air,
kewajibannya untuk shalat sudah gugur. Namun bila dia tetap ingin mengulangi
shalatnya, dibenarkan juga. Sebab tidak ada larangan untuk melakukannya. Dan
kedua kasus itu pernah terjadi bersamaan pada masa Rasulullah SAW.
c. Hilangnya Penghalang
Bila halangan untuk mendapatkan air sudah tidak ada, maka batallah tayammum

72
AKHLAK DAN UKHWAH ISLAMIYAH

Indikator capaian :
1. Mahasiswa dapat menjaga adab dan bertutur kata yang baik terhadap sesama
muslim (orang tua, orang yang lebih tua dan teman sebaya)
2. Mahasiswa dapat menjalin persaudaraan yang dilandasi keimanan dan
ketakwaan kepada Allah dan Rasul
Tema :
1. Menjaga adab dan lisan sesama muslim (orang tua, orang yang lebih tua dan
teman sebaya)
2. Mengenal 4 filar ukhwah islamiyah ( Ta’aruf, Tafahum, Ta’awun dan Takaful )

Pembahasan :
Akhlak yang baik akan mengeluarkan bahasa yang baik. Karena itu, hendaknya
menggunakan tata krama dan tutur kata yang baik pula. Jangan sampai bahasa
lisan yang disampaikan menyakiti orang lain, ketus, nyelekit dan menimbulkan
permusuhan. Contoh terbaik adalah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Perkataan beliau begitu lembut dan santun. Sehingga masing-masing lawan
bicaranya merasa dia yang paling dimuliakan Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam. laki laki ataupun perempuan harus meneladani perilaku yang dicontohkan
Rasulullah. Karena itu, ada beberapa adab yang perlu diperhatikan dalam
berbicara lisan
A. Adab Menjaga Lisan Sesama Muslim
1. Jangan terlalu banyak bicara yang tidak bermanfaat.
Hendaknya ucapan yang disampaikan menjadi perkataan yang ringkas, jelas yang
tidak bertele-tele yang dengannya akan memperpanjang pembicaraan .
Allah Ta’ala berfirman:
‫ﻻ ﺧﯿﺮ ﻓﻲ ﻛﺜﯿﺮ ﻣﻦ ﻧﺠﻮاھﻢ إﻻ ﻣﻦ أﻣﺮ ﺑﺼﺪﻗﺔ أو ﻣﻌﺮوف أو إﺻﻼح ﺑﯿﻦ اﻟﻨﺎس‬
Artinya : “Dan tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka,
kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah,
atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia“.(QS An
nisa:114)

73
Harus hati-hati dalam berbicara. Berusahalah mengontrol lidah hanya untuk
mengucapkan perkataan yang bernilai positif dan tidak menyinggung atau
menyakiti. Berbicaralah dengan hati-hati, jangan sampai lepas kendali.
Hendaknya kita pun senantiasa mengingat akan satu firman Allah Ta'ala yang
artinya:
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat
pengawas yang selalu hadir,” (QS. Qaaf : 18)
2. Satu ciri orang yang beriman kepada Allah.
Sekiranya tidak mampu untuk berbicara yang baik, atau merasa bibir ini gatal
manakala mendengar orang bergosip, maka sebaiknya menjauhlah dari hal-hal
tersebut. Jangan turut mendengarkan, yang akan memancing untuk turut serta.
Rasulullah SAW bersabda:“ Siapa yang beriman Kepada Allah dan hari akhir
maka hendaklah ia mengatakan yang baik atau diam,” (HR Bukhari dan Muslim)
3. Tidak mencela
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Bukanlah seorang mukmin
tidak suka mencela, melaknat dan berkata-kata keji,” (HR. Tirmidzi dengan sanad
shahih). Dengan kata lain, hadits di atas mengatakan bahwa orang-orang yang
beriman adalah orang-orang yang selalu berbicara dalam kebaikan.
Alah Ta’ala berfirman: (QS.Al-Hujurat:11)
ً ‫ﯾﺎ أﯾﮭﺎ اﻟﺬﯾﻦ آﻣﻨﻮا ﻻ ﯾﺴﺨﺮ ﻗﻮم ﻣﻦ ﻗﻮم ﻋﺴﻰ أن ﯾﻜﻮﻧﻮا ﺧﯿﺮاً ﻣﻨﮭﻢ وﻻ ﻧﺴﺎء ﻣﻦ ﻧﺴﺎء ﻋﺴﻰ أن ﯾﻜﻦ ﺧﯿﺮا‬
‫ﻣﻨﮭﻦ‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari
mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan
lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.”
4. Menghindari dusta “Tanda-tanda munafik itu ada 3, jika ia bicara
berdusta, jika ia berjanji mengingkari dan jika diberi amanah ia
khianat,” (HR. Bukhari).
Ingatlah, bahwa Rasulullah SAW telah memberikan jaminan surga bagi mereka
yang senantiasa menghindari dusta. Hal ini tertuang dalam salah satu hadistnya
yang artinya: “Aku jamin rumah didasar surga bagi yang menghindari berdebat
sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah ditengah surga bagi yang menghindari

74
dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di puncak surga bagi yang
baik akhlaqnya,” (HR. Abu Daud).
5. Menghindari ghibah
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Ghibah ialah engkau
menceritakan saudaramu tentang sesuatu yang ia benci.” Si penanya kembali
bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu bila apa yang
diceritakan itu benar ada padanya ?” Rasulullah SAW menjawab, “Kalau memang
benar ada padanya, itu ghibah namanya. Jika tidak benar, berarti engkau telah
berbuat buhtan (mengada-ada).” (HR. Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, dan
Ahmad). Dalam hadis yang lain, Rasulullah SAW juga berkata, “Janganlah kalian
saling mendengki, dan janganlah kalian saling membenci, dan janganlah kalian
saling berkata-kata keji, dan janganlah kalian saling menghindari, dan janganlah
kalian saling meng-ghibbah satu dengan yang lain, dan jadilah hamba-hamba
Allah yang bersaudara,” (HR. Muttafaq ‘alaih).
6. Tidak memonopoli pembicaraan Memotong pembicaraan orang lain di
saat berbicara bisa membuat orang tersinggung
Selain itu, dengan memotong pembicaraan orang lain, apa yang disampaikan
orang lain belum tentu tersampaikan dengan baik apa yang dimaksud. Berilah
kesempatan lawan bicara anda untuk menyelesaikan pembicaraan yang ingin dia
sampaikan. Memonopoli pembicaraan berarti ingin menguasai pembicaraan tanpa
memperdulikan orang lain. Secara alami, pembicaraan akan didominasi oleh satu
orang jika memang apa yang disampaikannya berbobot dan ia punya kompeten,
keahlian terhadap topik yang sedang dibicarakan. Jika anda tidak kompeten
terhadap apa yang dibicarakan, jangan berusaha untuk mendominasi pembicaraan.
Hal ini akan membuat psikologi komunikasi anda menjadi buruk.
7. Menjauhi debat kusir Menjauhi Debat Kusir.
Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapatkan hidayah untuk mereka, melainkan
karena terlalu banyak berdebat,” (HR Ahmad dan Tirmidzi). Dalam hadis lain
disebutkan sabda Nabi SAW: “Aku jamin rumah di dasar surga bagi yang
menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah di tengah surga
bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di
puncak surga bagi yang baik akhlaqnya.,” (HR Abu Daud).

75
8. Mengagumi diri sendiri
Jauhilah sifat merasa kagum dengan diri sendiri, sok fasih dan terlalu
memaksakan diri dalam bertutur kata, sebab ini merupakan sifat yang sangat
dibenci Rasulullah Shallallahu Alaihi wa aalihi wa sallam, dimana Beliau
bersabda:
‫ﻲ وأﺑﻌﺪﻛﻢ ﻣﻨﻲ ﻣﺠﻠﺴﺎ ً ﯾﻮم اﻟﻘﯿﺎﻣﺔ اﻟﺜﺮﺛﺎرون واﻟﻤﺘﺸﺪﻗﻮن واﻟﻤﺘﻔﯿﮭﻘﻮن‬
ّ ‫وإن أﺑﻐﻀﻜﻢ إﻟ‬
“Sesungguhnya orang yang paling aku benci diantara kalian dan yang paling jauh
majelisnya dariku pada hari kiamat : orang yang berlebihan dalam berbicara, sok
fasih dengan ucapannya dan merasa ta’ajjub terhadap ucapannya.”
(HR.Tirmidzi,Ibnu Hibban dan yang lainnya dari hadits Abu Tsa’labah Al-
Khusyani)
9. Menjaga suara Muslimah harus menjaga suara yang dikeluarkannya.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam juga telah bersabda : “Wanita itu adalah
aurat, apabila ia keluar rumah maka syaitan menghias-hiasinya (membuat indah
dalam pandangan laki-laki sehingga ia terfitnah),” (HR. At Tirmidzi) Karena itu,
sebagai muslimah harus menjaga suara saat berbicara dalam batas kewajaran
bukan sengaja dibikin mendesah-desah, mendayu-dayu, atau merayu.

B. Adab Berbicara Kepada Orang Tua dan Orang Yang Lebih Tua
1. Tidak memandang dengan tatapan tajam
Sebagai seorang yang jauh lebih muda, kita dianjurkan untuk tidak memandang
orang yang lebih tua dengan tatapan yang tajam dan tidak menyenangkan. Berikan
tatapan yang lembut dan hangat ketika berhadapan dengan orang tua.
2. Tidak mendahulukan bicara
Adab selanjutnya adalah berbicara dengan mendahulukan yang lebih tua. Biarkan
mereka yang lebih tua untuk berbicara terlebih dahulu untuk menyenangkan hati
mereka.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,
‫ﻰ‬
َ ‫ ﻓَﺄ َرَ دْتُ أَنْ أَﻗُﻮ َل ِھ‬. « ِ‫ﺷﺠَﺮَ ةً َﻣﺜَﻠُﮭَﺎ َﻛ َﻤﺜَ ِﻞ ا ْﻟ ُﻤ ْﺴﻠِﻢ‬
َ ِ‫ﺸﺠَﺮ‬
‫ﻰ ﺑِ ُﺠﻤﱠﺎرٍ ﻓَﻘَﺎ َل » إِنﱠ ﻣِ ﻦَ اﻟ ﱠ‬
َ ِ‫ﻰ – ﷺ – ﻓَﺄُﺗ‬
ِّ ِ‫ُﻛﻨﱠﺎ ِﻋ ْﻨﺪَ اﻟﻨﱠﺒ‬
ُ‫ﻰ اﻟﻨﱠﺨْ ﻠَﺔ‬
َ ‫ﻰ – ﷺ – » ِھ‬
‫ ﻗَﺎ َل اﻟﻨﱠﺒِ ﱡ‬، ‫ﺴﻜَﺖﱡ‬
َ َ‫ﺻﻐَﺮُ ا ْﻟﻘَﻮْ مِ ﻓ‬
ْ َ ‫ ﻓَﺈِذَا أَﻧَﺎ أ‬، ُ‫اﻟﻨﱠﺨْ ﻠَﺔ‬
“Dulu kami berada di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian
didatangkanlah bagian dalam pohon kurma. Lalu beliau mengatakan,

76
“Sesungguhnya di antara pohon adalah pohon yang menjadi permisalan bagi
seorang muslim.” Aku (Ibnu ‘Umar) sebenarnya ingin mengatakan bahwa itu
adalah pohon kurma. Namun, karena masih kecil, aku lantas diam. Lalu
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Itu adalah pohon kurma.” (HR.
Bukhari no. 72 dan Muslim no. 2811)
3. Berbicara dengan nada yang lembut
Sebagai orang yang lebih muda, hendaknya kita berbicara dengan nada yang
lembut dan penuh sopan santun. Jangan pernah berbicaralah dengan nada yang
tinggi apalagi membentak pada orang tua.
Dari Al Musawwir bin Makhramah radhiallahu’anhu tentang sahabat Rasulullah
terhadap Rasul ketika berbicara,
‫ وﻣﺎ ﯾُﺤِ ﺪﱡون إﻟﯿﮫ اﻟﻨﻈﺮَ ؛ ﺗﻌﻈﯿﻤًﺎ ﻟﮫ‬، ‫وإذا ﺗ َﻜﻠﱠ َﻢ َﺧﻔَﻀُﻮا أﺻﻮاﺗَﮭﻢ ﻋﻨﺪَه‬
“jika para sahabat berbicara dengan Rasulullah, mereka merendahkan suara
mereka dan mereka tidak memandang tajam sebagai bentuk pengagungan
terhadap Rasulullah” (HR. Al Bukhari 2731).
4. Tidak duduk di depan orang tua saat mereka berdiri
Jika orang tua sedang berdiri, maka hendaknya kita ikut berdiri dan tidak duduk di
hadapannya. Hal ini dimaksudkan untuk menyelisihi kebiasaan orang kafir yang
justru duduk saat orang tua berdiri sehingga dianggap tidak sopan dalam Islam.
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengaduh (karena sakit), ketika itu
kami shalat bermakmum di belakang beliau, sedangkan beliau dalam keadaan
duduk, dan Abu Bakar memperdengarkan takbirnya kepada orang-orang. Lalu
beliau menoleh kepada kami, maka beliau melihat kami shalat dalam keadaan
berdiri. Lalu beliau memberi isyarat kepada kami untuk duduk, lalu kami shalat
dengan mengikuti shalatnya dalam keadaan duduk. Ketika beliau mengucapkan
salam, maka beliau bersabda, ‘kalian baru saja hampir melakukan perbuatan
kaum Persia dan Romawi, mereka berdiri di hadapan raja mereka, sedangkan
mereka dalam keadaan duduk, maka janganlah kalian melakukannya.
Berimamlah dengan imam kalian. Jika dia shalat dalam keadaan berdiri, maka
shalatlah kalian dalam keadaan berdiri, dan jika dia shalat dalam keadaan
duduk, maka kalian shalatlah dalam keadaan duduk” (HR. Muslim, no. 413).

77
5. Selalu mendahulukan orang tua
Sebagaimana yang pernah diceritakan oleh Rasulullah SAW mengenai tiga orang
pemuda yang terjebak di dalam gua. Salah satunya pun berdoa kepada Allah
dimana dalam doa tersebut menunjukkan bahwa ia selalu mendahulukan untuk
memberi susu kepada orang tuanya sebelum memberikannya pada anak-anaknya
sendiri. (HR. Bukhari no. 5974 dan Muslim no. 2743)
6. Meminta maaf
Sebagai seorang anak, hendaknya kita selalu memintaaf kepada orang tua jika kita
telah berbuat salah. Sebagaimana yang dicontohkan oleh saudara Yusuf as yang
mana mereka meminta maaf kepada orang tua mereka ketika berbuat salah,
َ‫ﯾَﺎ أَﺑَﺎﻧَﺎ ا ْﺳﺘَ ْﻐﻔِﺮْ ﻟَﻨَﺎ ذُﻧُﻮ َﺑﻨَﺎ إِﻧﱠﺎ ُﻛﻨﱠﺎ َﺧﺎطِ ﺌِﯿﻦ‬
“Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami,
sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)“. (QS. Yusuf
[12] : 97)
7. Selalu berkata baik
Meskipun orang tua mencela atau berkata buruk pada kita, hendaknya kita selalu
membalas dengan perkataan yang baik. Sebagaimana telah diperintahkan oleh
Allah SWT,
‫ُف‬
ٍ ّ ‫ﻓ ََﻼ ﺗَﻘُﻞْ ﻟَ ُﮭﻤَﺎ أ‬
“Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”.”
(QS. Al Isro’ [17] : 23)
Ibnu Katsir mengatakan, “Janganlah engkau memperdengarkan pada keduanya
kata-kata yang buruk. Bahkan jangan pula mendengarkan kepada mereka kata ‘uf’
(menggerutu) padahal kata tersebut adalah sepaling rendah dari kata-kata yang
jelek.”
8. Menafkahi orang tua
Jika orang tua meminta sesuatu kepada kita dan tidak bertentangan dengan Islam,
maka berikanlah. Jangan pernah takut untuk kehabisan harta karena itu merupakan
salah satu adab dan jalan berbakti kepada orang tua. Dari Jabir bin Abdillah,
bahwa seorang berkata,

78
Wahai Rasulullah sesungguhnya aku mempunyai harta dan anak, sedangkan
bapakku ingin menghabiskan hartaku Maka beliau bersabda, “Engkau dan
hartamu adalah milik bapakmu”. (H.R.Ibnu Majah)
9. Selalu mendoakan
Sebagai seorang anak hendaknya kita selalu mendoakan orang tua sebagaimana
yang telah diajarkan Allah melalui Al Qur’an,
ُ‫وَ ﻣَﺎ ﻛَﺎنَ ا ْﺳﺘِ ْﻐﻔَﺎرُ إِﺑْﺮَ اھِﯿ َﻢ ِﻷَﺑِﯿ ِﮫ إ ﱠِﻻ ﻋَﻦْ ﻣَﻮْ ِﻋﺪَةٍ وَ َﻋﺪَھَﺎ إِﯾﱠﺎهُ ﻓَﻠَﻤﱠﺎ ﺗَﺒَﯿﱠﻦَ ﻟَﮫُ أَﻧﱠﮫُ َﻋﺪ‬
‫َﺣﻠِﯿ ٌﻢ‬
“Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain
hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu.
Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka
Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang
sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (QS. At Taubah [9] : 114)
10. Menjaga Silaturahmi
Meskipun kita telah dewasa dan memiliki keluarga, namun sebagai seorang anak,
kita wajib untuk menyambung silaturahmi dengan orang tua. Dari Asma’ binti
Abu Bakar berkata,
“Ibuku pernah datang kepadaku dalam keadaan musyrik di masa Quraisy ketika
Beliau mengadakan perjanjian (damai) dengan mereka, lalu aku meminta fatwa
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, aku berkata, “Wahai
Rasulullah, ibuku datang kepadaku karena berharap (bertemu) denganku.
Bolehkah aku sambung (hubungan) dengan ibuku?” Beliau menjawab, “Ya.
Sambunglah (hubungan) dengan ibumu.” (HR. Muslim)

C. Adab Berbicara Kepada Teman Sebaya


1. Rukun yang berarti Damai atau tentram. Dengan rukun antar sesama teman
pastilah tercipta suatu persatuan dan kesatuan. Jika tidak rukun masih ada
perpecahan atau permusuhan. Karena Allah menciptakan manusia dengan
berbagai jenis suku bangsa untuk saling mengenal. Itu diharuskan untuk
mempererat tali persaudaraan dan silaturahmi.

79
Allah berfirman :
"Dan bertakwalah engkau kepada Allah yang dengan mempergunakan nama-
Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan
silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (QS
An-Nisa:1).
2. Tolong Menolong
"Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran."

3. Saling Mencintai
Dalam riwayat hadits Bukhari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,
yang bunyinya: "Tidak sempurna iman seseorang sehingga ia mencintai
saudaranya melebihi mencintai dirinya sendiri." Untuk itu sesama Muslim
bagaikan saudara kandung, bagaikan tubuh, jika satu tubuh sakit maka seluruh
tubuh akan merasakan sakit

4. Suka Memberikan Salam kepada Teman


Dalam Islam kita wajib untuk memberikan Ucapan salam antar sesama muslim.
Itu adalah ada pergaulan yang dianjurkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
bersabda, yang artinya: "Demi Tuhan yang jiwaku berada di jalan ke tangan-Nya,
Kamu tidak akan masuk surga sehingga kamu beriman, serta kamu tidak dianggap
beriman sehingga kamu mencintai. Maukah engkau aku tunjukkan sesuatu yang
apabila engkau mengerjakan dengan sungguh-sungguh engkau akan berkasih-
kasihan? Maka mereka menjawab: "Mau, Ya Rasulullah." Sabda Rasulullah:
"Ucapkanlah salam di antara sesama kamu."

5. Tidak memotong pembicaraan


Ketika teman sedang berbicara, maka janganlah kamu memotong pembicaraan
mereka. Memotong pembicaraan seseorang merupakan perbuatan yang tidak
sopan dan tidak menghargai orang lain.

80
Rasulullah bersabda, “Jika engkau mengatakan ‘diamlah’ kepada orang-orang
ketika mereka sedang berbicara, sungguh engkau mencela dirimu sendiri.” (HR.
Ahmad 2/318, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 1/328)

6. Menghindari Debat
Untuk menjaga pertemanan yang baik, maka sudah sebaiknya kita menghindari
debat. Bahkan meskip[un kita tahu bahwa kita berada di pihak yang benar, namun
hendaknya kita menghindarinya.
Nabi Sulaiman ‘alaihis sallam berkata kepada anaknya,
‫ ﯾَﺎ‬،‫ إِﯾﱠﺎكَ ﺑُﻨَﻲﱠ‬،َ‫ ﻧَ ْﻔﻌَﮫُ ﺈِنﱠ ﻓَ وَ اﻟْﻤِ ﺮَ اء‬،ٌ‫اﻹﺧْ ﻮَ انِ ﺑَﯿْﻦَ ا ْﻟﻌَﺪَاوَ ةَ ﯾُﮭِﯿ ُﺞ وَ ھُﻮَ ﻗَﻠِﯿﻞ‬
ِْ
“Wahai anakku, tinggalkanlah mira’ (jidal, mendebat karena ragu-ragu dan
menentang) itu, karena manfaatnya sedikit. Dan ia membangkitkan permusuhan di
antara orang-orang yang bersaudara.” (Syu’abul Iman: 8076 Al-Baihaqi)

7. Menjaga Rahasia
Dalam pertemanan, jika terdapat sebuah rahasia yang disampaikan maka
hendaklah disimpan rapat-rapat. Sebagaimana yang telah dicontohkan para
sahabat.
Dari Tsabit, dari Anas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata :
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangiku dan di waktu itu aku
sedang bermain-main dengan beberapa orang anak. Beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam mengucapkan salam kepada kami, kemudian menyuruhku untuk sesuatu
keperluannya. Oleh sebab itu aku terlambat mendatangi ibuku. Selanjutnya
setelah aku datang, ibu lalu bertanya, ‘Apakah yang menahanmu?’” Aku pun
berkata, “Aku diperintah oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk
sesuatu keperluannya.” Ibu bertanya, “Apakah hajatnya itu?” Aku menjawab,
“Itu adalah rahasia.” Ibu berkata, “Kalau begitu jangan sekali-kali engkau
memberitahukan rahasia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut kepada
siapapun juga.” Anas berkata, “Demi Allah, andaikata rahasia itu pernah aku
beritahukan kepada seseorang, sesungguhnya aku akan memberitahukan hal itu
kepadamu pula, wahai Tsabit.” (HR. Muslim, diriwayatkan pula oleh Al Bukhari
dengan ringkas)

81
8. Berpakaian yang baik
Sebagaimana Allah telah mewajibkan kita untuk selalu menjaga aurat dalam
Firman-Nya: “Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka !” Yang demikian itu supaya mereka lebih
mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allâh adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang” ( Q.S al ahzab:59)

D. Ukhwah Islamiyah
1. Pengertian Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah Islamiyah adalah upaya menumbuhkembangkan persaudaraan dengan
berlandaskan kepada kesamaan Aqidah atau agama. Karena itu, bentuk
persaudaraan ini tidak dibatasi oleh wilayah kebangsaan atau ras. Seluruh umat
Islam di seluruh dunia adalah saudara. Tata hubungan dalam Ukhuwah Islamiyah
menyangkut seluruh aspek kehidupan masyarakat. Sedangkan puncak dari
Ukhuwah Islamiyah adalah tumbuhnya persaudaraan hakiki yang stabil dan
sepanjang masa.
Ukhuwah Islamiyah adalah ikatan jiwa yang melahirkan perasaan kasih sayang,
cinta dan penghormatan yang mendalam terhadap setiap orang, di mana
keterpautan jiwaitu diterapkan oleh ikatan Aqidah Islam, iman dan Taqwa.
Persaudaraan yang terus ini akan melahirkan rasa kasih sayang yang mendalam
pada jiwa setiap muslim dan mendatangkan dampak positif seperti saling
menolong, mengutamakan orang lain, ramah, dan mudah untuk saling
memaafkan.
Sebaliknya, dengan Ukhuwah juga akan terhindari dari hal-hal yang merugikan
dengan menjauhi setiap hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi orang lain,
baik yang berkaitan dengan jiwa, harta, kehormatan, atau hal-hal yang merusak
harkat dan martabat mereka.

2. Dalil-Dalil Ukhuwah Islamiyah


Sesungguhnya Islam telah menghimbau kepada umatnya untuk senantiasa
menjaga Ukhuwah Islamiyah karena pada hakikatnya kaum mukmin itu

82
bersaudara, mereka bagaikan susunan bangunan yang kokoh yang saling
menguatkan satu dengan yang lain.
Allah berfirman,
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara, sebab itu demikianlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah
supaya kamu mendapatkan rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10)

Rasulullah SAW. pernah bersabda,


“Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya adalah laksana bangunan yang
saling menguatkan bagian satu dengan bagian yang lainnya.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Kaum mukminin itu seperti anggota tubuh, jika salah satu anggota tubuh tersebut
merasa sakit, maka bagian tubuh yang lain juga akan merasakan sakitnya.
Nabi SAW. pernah bersabda,
“Perumpamaan kaum mukmin dalam kasih sayang dan belas kasih serta cinta
adalah seperti satu tubuh. Jika satu bagian anggota tubuh sakit, maka akan
terasa sakit seluruh tubuh dengan tidak bisa tidur dan rasa demam.” (HR.
Bukhari dan muslim)
Kaum mukminin itu seperti anggota tubuh, jika salah satu anggota tubuh tersebut
merasa sakit, maka bagian tubuh yang lain juga akan merasakan sakitnya.

Nabi SAW. pernah bersabda,


“Perumpamaan kaum mukmin dalam kasih sayang dan belas kasih serta cinta
adalah seperti satu tubuh. Jika satu bagian anggota tubuh sakit, maka akan
terasa sakit seluruh tubuh dengan tidak bisa tidur dan rasa demam.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

3. Syarat-Syarat Ukhuwah Islamiyah


Dalam menegakkan Ukhuwah, hendaknya kita juga memperhatikan beberapa
syarat berikut:
a. Hendaknya Ukhuwah tersebut diiringi dengan bimbingan Islam yang benar;

83
b. Hendaknya Ukhuwah itu dijalankan sesuai dengan bimbingan Islam yang
benar;
c. Hendaknya Ukhuwah tersebut dilandasi oleh keikhlasan karena Allah dan
dibangun di atas Al-Qur’an dan Sunah Rasulullah SAW.
d. Contoh-Contoh Ukhuwah Islamiyah

Berikut beberapa kiat, amalan atau kegiatan yang sangat baik untuk dilakukan
demi menunjang terbentuknya Ukhuwah Islamiyah:
1) Menegakkan shalat lima waktu
Ketika kaum muslimin bertemu sebanyak 5 kali sehari semalam ( salat
berjamaah), mereka akan saling mengenal sehingga hati mereka akan saling
terpaut dan mendatangkan rasa cinta, kesatuan hati, dan hilangnya putus
hubungan di antara mereka.
2) Menebarkan salam dan tidak saling acuh
Sebagaimana sabda Nabi yang telah kami paparkan di atas, bahwa salah satu
perbuatan yang akan membuat kita saling mencintai adalah saling
menyebarkan salam. Dan sebaliknya, Islam melarang umatnya untuk saling
melakukan perbuatan acuh dan memutuskan hubungan dengan saudaranya
sendiri (saudara seiman). (HR. Bukhari dan Muslim)
3) Mengamalkan hadis tentang hak seorang muslin terhadap muslim yang lain
Rasulullah SAW. pernah bersabda, “Hak seorang muslim terhadap Muslim
lainnya ada 6. yaitu apabila engkau bertemu dengannya, maka ucapkanlah
salam. Apabila dia mengundangmu, maka penuhilah undangannya. Apabila
dia meminta nasihat kepadamu, maka nasihatilah dia. Apabila dia bersin lalu
mengucapkan Alhamdulillah, maka Doakanlah dia (dengan mengucapkan
yarhamukallah). Apabila dia Sakit, jenguklah dia, dan apabila dia meninggal,
maka iringilah jenazahnya.” (HR. Muslim)

84
4) Saling menolong
Sebagai sesama muslim sudah sepantasnya kita saling tolong-menolong.
Hendaknya kita saling membantu dan meringankan beban yang sedang mengimpit
saudara kita. Sebab, hal ini akan melahirkan rasa belas kasih dan akan
memperkuat perasaan simpati dan empati kita.
5) Saling memaafkan
Memaafkan merupakan langkah paling benar dalam menyelesaikan suatu masalah
atau pertikaian. Dengan memaafkan, setiap permasalahan akan menjadi reda dan
mudah untuk diselesaikan.
6) Menjauhi perbuatan maksiat
Maksiat merupakan salah satu penyebab permusuhan di antara manusia, seperti
minum minuman keras dan judi yang telah dilarang Allah dalam firman-Nya QS.
Al-Maidah ayat 91.
7) Saling mendoakan dalam kebaikan
Nabi SAW. pernah bersabda, “Jika seseorang mendoakan saudaranya tanpa
sepengetahuannya, maka malaikat pun akan mengatakan, ‘(Semoga) engkau
mendapatkan sebagaimana yang engkau doakan kepada saudaramu.’” (HR.
Muslim)

E. Manfaat Terjalinnya Ukhuwah Islamiyah


1. Mendapatkan rasa manis dan lezatnya iman
Rasulullah SAW. pernah bersabda. Tiga perkara yang barangsiapa
mendapatkannya, maka dia akan merasakan manisnya Iman. Pertama, dia
mencintai Allah dan rasulnya melebihi dari pada kecintaan kepada selain
keduanya. Kedua, dia mencintai saudaranya, dan dia tidaklah mencintainya
melainkan karena Allah. Ketiga, dia membenci untuk kembali kepada kekufuran
sebagaimana dia membenci untuk dilemparkan ke dalam api neraka. (HR. Bukhari
dan Muslim)

85
2. Allah akan melindunginya
Aku akan melindunginya dan menaunginya dari penggalian kemeriahan pada hari
kiamat kelak. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis tentang 7
golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari yang tidak ada
naungan kecuali naungannya di antaranya adalah dua orang yang” saling
mencintai” karena Allah.
Dalam Hadis Qudsi, Nabi SAW. pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah
berfirman pada hari kiamat, ‘Dimanakah orang-orang yang mencintai karena
kemuliaan-Ku? Pada hari ini aku akan menaungi mereka pada suatu hari yang
tidak ada naungan kecuali naungan-Ku.’”(HR. Muslim)
3. Diantarkan di surga
Mencintai karena Allah akan mendatangkan iman yang kemudian akan
mengantarkannya ke dalam surga.
Nabi pernah bersabda, “Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman.
Dan kalian belum dikatakan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah
aku tunjukkan kepada kalian suatu perbuatan yang jika kalian lakukan akan
membuat kalian saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian.” (HR.
Muslim)\
4. Melahirkan akhlak yang mulia
Ukhuwah juga akan melahirkan Akhlak Yang Mulia, di antaranya adalah sikap
ramah, cinta kasih, peduli terhadap kebutuhan saudaranya seiman dan sekaligus
membantu mereka sehingga terwujudlah kehidupan yang aman, tenteram, dan
harmonis tanpa adanya saling permusuhan dan kebencian.
5. Memperkokoh kekuatan kaum muslimin
Manfaat yang terakhir adalah ukhuwah akan memperkokoh kekuatan kaum
muslimin sehingga akan terwujudlah kejayaan Islam dan kaum muslimin.

F. Empat Asas Ukhuwah dalam Islam


1. Taaruf
Asas ini mengandung makna saling mengenal. Namun, tidak hanya terbatas pada
hal yang bersifat fisik atau identitas ringkas. Namun, mengenal lebih dalam lagi

86
seperti, latar belakang pendidikan, budaya. keagamaan, pemikiran, ide-ide, cita-
cita serta masalah kehidupan.
2. Tafahum
Artinya saling memahami kelebihan dan kekurangan atau pun kekuatan dan
kelemahan masing-masing. Bila ini tercapai, segala macam bentuk
kesalahpahaman dapat dihindari.
3. Ta'awun
Asas ta'awun berarti saling tolong menolong. Konsepnya bisa berupa yang kuat
menolong yang lemah atau yang dirasa mampu agar menolong yang kekurangan.
Melalui asas ini kerja sama akan tercipta dengan baik dan saling menguntungkan
sesuai fungsi dan kemampuan masing-masing.
4. Takaful
Kekhawatiran serta kecemasan Asas yang terakhir adalah saling memberikan
jaminan. Artinya sesama umat muslim harus saling memberikan rasa aman dan
terhindar dari. Jaminan ini mirip dengan asas sebelumnya, misalnya ada jaminan
dari sesama saudara muslim untuk memberi pertolongan saat menghadapi
masalah

87
ADAB SEORANG MUSLIM
Indikator Capaian :
1. Mahasiswa mengimani dan memahami urgensi akhlaqul karimah, dan
menjadikan Rasulullah SAW sebagai suri tauladan
2. Mahasiswa menerapkan 10 Pribadi muslim
3. Mahasiswa menerapkan adab-adab dalam kehidupan sehari-hari
4. Mahasiswa menghafal dan melazimkan Doa dalam kehidupan sehari-hari
Tema :
1. Akhlak dan kepribadian Rasulullah
2. 10 pribadi muslim
3. Adab membaca AlQuran
4. Adab menuntut ilmu
5. Doa makan, doa tidur, doa masuk kamar mandi, doa untuk orang tua, doa
bepergian
Pembahasan
A. Akhlak dan Kepribadian Rasulullah
Sejak usia kanak-kanak hingga dewasa beliau sungguh-sungguh manusia ideal.
Proses pertumbungan beliau selalu memperoleh perlindungan Allah, serta
diselamatkan dari perbuatan salah, agar kelak dapat melaksanakan tugas yang
telah diberikannya kepada beliau. Beliau tumbuh dan dibesarkan di lingkungan
masyarakat jahiliyah, yang semua masyarakatnya menyembah berhala dan patung
serta membanggakan nenek moyang. Namun beliau sama sekali tidak terpengaruh
oleh lingkungannya, dan tidak juga menirunya. Itu disebabkan karena adanya
pertolongan dari Allah SWT, sehingga beliau tumbuh dengan akhlak yang mulia.
Allah mengaruniai beliau akal cerdas agar dapat menyelamatkan diri dari
kemungkinan terperosok kedalam perbuatan salah seperti yang dialami oleh
orang-orang disekitarnya.
Allah SWT melimpahkan keistimewaan kepada beliau berupa perangaimulia dan
akhlak luhur. .beliau dilindungi dan dijaga oleh Allah SWT. Allah memperkuat
kedudukan beliau dalam menunaikan tugas risalah dengan kemampuan
meyakinkan, kesanggupan berbahasa yang amat tinggi, kuat logikanya dan teguh

88
dasar argumentasinya. Allah memerintahkan umat manusia supaya taat kepada
beliau, karena taat kepada beliau berarti taat kepada Allah.
"Barang siapa yang menaati Rasul, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan
barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka kami tidak mengutusmu
untuk menjadi pemelihara bagi mereka". (QS. An-Nisa: 80).
Sifat Rasulullah yang dikisahkan dalam Al-Quran diantaranya adalah :
 Sifat sidiq (benar); "Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad)
dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa"). (Q.S.
Az Zumar:33)
 Tabligh (menyampaikan); "Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan
dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu
berarti) Kamu tidak menyampaikan amanatNya" (Q.S. al-Maidah; 67).
Seorang Rasulullah diperintahkan untuk menyampaikan semua wahyu
yang diterima dari Allah walaupun ia harus menghadapi halangan dan
rintangan yang berat. Rasulullah SAW harus menyampaikan seluruh
ajaran Allah SWT. sekalipun mengakibatkan jiwanya terancam. Salah satu
rahasia Islam tersebar dengan cepat ke seluruh pelosok tempat dan
bagaimana pula dengan cepatnya perubahan-perubahan di tengah
masyarakat. Dan jumlah bilangan pengikut Islam semakin hari semakin
ramai dan semakin banyak yang menyokongnya. Jawabannya adalah sifat
tabligh yang dimiliki oleh Rasulullah SAW dan pengikutnya.
 Amanah (Dapat dipercaya); "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh
kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar
lagi Maha Melihat". (Q.S; 4, 58). Amanah secara umum berarti
bertanggungjawab terhadap apa yang dibawanya, menepati janji,
melaksanakan perintah, menunaikan keadilan, memberikan hukum yang
sesuai dan dapat menjalankan sesuatu yang disepakatinya. Seorang Rasul
harus dapat dipercaya untuk menyampaikan seluruh pesan yang
diperintahkan oleh Allah SWT persis seperti yang dikehendaki-Nya, tanpa

89
ditambahi atau dikurangi sedikit pun. Hal ini dimaksudkan tidak lain agar
umat manusia memahami dengan saksama wahyu yang diturunkan melalui
RasulNya tersebut. Pada dasarnya, modal utama hubungan antar personal
adalah kepercayaan.
 Fathanah (Cerdas/bijaksana); Seorang Rasul bersifat cerdik dan bijaksana
karena dengan kedua sifat tersebutlah ia dapat memimpin dan
membimbing umat dengan baik. Fathanah juga diartikan sebagai bijaksana
dalam semua sikap, perkataan, dan perbuatannya. Kecerdasan Rasulullah
dapat dilihat bagaimana Rasul menyusun dakwah dan strategi-strategi
seperti berperang, berdakwah ke tempat lain dan sebagainya.

Beliau adalah manusia teladan yang paling sempurna. Beliau mempunyai


kepribadian yang sangat kuat dan menarik serta memiliki kesabaran yang tiada
bandingnya. Demikian pula kebenaran tutur katanya serta kejujuran ucapan dan
perbuatannya. Setiap orang yang mengenal beliau mengakui keagungan jiwanya,
kejernihan tabiatnya, kebersihan hatinya keluhuran budi pekertinya, kecerdasan
akal pikirannya, keunggulan inisiatifnya, ketajaman pandangannya, kekuatan
kemauannya, kemantapan tekadnya, kelembutan sikapnya, keteguhan berpegang
kepada kebenaran, dan kegigihan menegakkan keadilan. Seperti dalam firman
Allah QS Al-Ahzab (21) :
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah".

Cara Bicara Rasulullah


Imam Hasan berkata, "Ceritakan kepadaku cara bicaranya." Hind bin Abi Halah
berkata, "Ia selalu tampak sendu, selalu merenung dalam, Ia banyak diamnya. Ia
tidak pernah berbicara yang tidak perlu. Ia memulai dan menutup pembicaraannya
dengan sangat fasih. Pembicaraannya singkat dan padat, tanpa kelebihan kata-kata
dan tidak kekurangan perincian yang diperlukan. Ia berbicara lembut, tidak pernah
kasar atau menyakitkan. la selalu menganggap besar anugerah Tuhan. Ia tidak
pernah mengeluhkannya. Ia juga tidak pernah mengecam atau memuji berlebih-

90
lebihan apapun yang ia makan. Dunia dan apapun yang ada padanya tidak pernah
membuatnya marah. Tetapi, jika hak seseorang dirampas, ia akan sangat murka
menghalanginya sampai ia mengembalikan hak itu kepada pemiliknya. Ketika
menunjuk sesuatu, ia menunjuk dengan seluruh tangannya.

Akhlak Rasulullah Ketika Masuk Rumah


Imam Husain berkata, "Aku bertanya kepada ayahku tentang perilaku Nabi ketika
ia memasuki rumahnya. Ayahku berkata, Ia masuk rumah kapan saja ia inginkan.
Bila berada di rumah, ia membagi waktunya menjadi tiga bagian; sebagian untuk
Allah, sebagian untuk keluarganya, sebagian lagi untuk dirinya. Kemudian ia
membagi waktunya sendiri antara dirinya dan orang lain; satu bagian khusus
untuk sahabatnya dan bagian lainnya untuk umum. Ia tidak menyisakan waktunya
untuk kepentingan dirinya. Termasuk kebiasaannya pada bagian yang ia lakukan
untuk orang lain ialah mendahulukan atau menghormati orang-orang yang mulia
dan ia menggolongkan manusia berdasarkan keutamaannya dalam agama. Di
antara sahabatnya, ada yang mengajukan satu keperluan, dua keperluan, atau
banyak keperluan lain. Ia menyibukkan dirinya dengan keperluan mereka. Jadi, ia
menyibukkan dirinya untuk melayani mereka dan menyibukkan mereka dengan
sesuatu yang baik bagi mereka.

Akhlak Rasulullah di Luar Rumah


Aku bertanya kepadanya tentang tingkah laku Nabi yang mulia di luar rumahnya.
Ia menjawab, “Nabi itu pendiam sampai ia merasa perlu untuk bicara. la sangat
ramah kepada setiap orang. Ia tidak pernah mengucilkan seorang pun dalam
pergaulannya. Ia menghormati orang yang terhormat pada setiap kaum dan
memerintahkan mereka untuk menjaganya kaumnya. la selalu berhati-hati,
menghindari perilaku yang tidak sopan atau menunjukkkan wajah yang tidak
ramah kepada mereka. la suka menanyakan keadaan sahabat-sahabatnya dan
keadaan orang-orang di sekitar mereka, misalnya keluarganya atau tetangganya. Ia
menunjukkan yang baik itu baik dan memperkuatnya. Ia menunjukkan yang jelek
itu jelek dan melemahkannya. la selalu memilih yang tengah-tengah dalam segala
urusannya. Ia tidak pernah lupa memperhatikan orang lain karena ia takut mereka

91
alpa atau berpaling dari jalan kebenaran. Ia tidak pernah ragu-ragu dalam
kebenaran dan tidak pernah melanggar batas-batasnya. Orang-orang yang paling
dekat dengannya adalah orang-orang yang paling baik. Orang yang paling baik,
dalam pandangannya adalah orang-orang yang paling tulus menyayangi kaum
muslimin seluruhnya. Orang yang paling tingi kedudukannya disisinya adalah
orang yang paling banyak memperhatikan dan membantu orang lain.

Cara Duduk Rasulullah


Imam Husain berkata, "Kemudian aku bertanya kepadanya tentang cara
Rasulullah duduk. Ia menjawab, 'Rasulullah tidak pernah duduk atau berdiri tanpa
mengingat Allah. Ia tidak pernah memesan tempat hanya untuk dirinya dan
melarang orang lain duduk di situ. Ketika datang di tempat pertemuan, ia duduk
dimana saja tempat tersedia. Ia juga menganjurkan orang lain untuk berbuat yang
sama. Ia memberikan tempat duduk dengan cara yang sama sehingga tidak ada
orang yang merasa bahwa orang lain lebih mulia ketimbang dia. Ketika seseorang
duduk di hadapannya, ia akan tetap duduk dengan sabar sampai orang itu berdiri
atau meninggalkannya. Jika orang meminta sesuatu kepadanya, ia akan
memberikan tepat apa yang orang itu minta. Jika tidak sanggup memenuhinya, ia
akan mengucapkan kata-kata yang membahagiakan orang itu. Semua orang
senang pada akhlaknya sehingga ia seperti ayah bagi mereka dan semua ia
perlakukan dengan sama. Majelisnya adalah majelis kesabaran, kehormatan,
kejujuran dan kepercayaan. Tidak ada suara keras didalamnya dan tidak ada
tuduhan tuduhan yang buruk. Tidak ada kesalahan orang yang diulangi lagi di luar
majlis. Mereka yang berkumpul dalam pertemuan memperlakukan sesamanya
dengan baik dan saling terikat satu sama lain dala kesalehan. Memiliki sifat
rendah hati, sangat menghormati yang tua dan penyayang kepada yang muda,
dermawan kepada fakir, dan ramah kepada pendatang dari luar.

Cara Rasulullah Bergaul Dengan Sahabatnya


Aku bertanya kepadanya bagaimana Rasulullah bergaul dengan sahabat-
sahabatnya. Ia menjawab, 'Rasulullah ceria, selalu lembut hati, dan ramah. Ia tidak
kasar dan tidak berhati keras. Ia tidak suka membentak-bentak. Ia tidak pernah

92
berkata kotor, tidak suka mencari-cari kesalahan orang, juga tidak suka memuji-
muji berlebihan. Ia mengabaikan apa yang tidak disukainya dalam perilaku orang
begitu rupa sehingga orang tidak tersinggung dan tidak putus asa. Ia menjaga
dirinya untuk tidak melakukan tiga hal: bertengkar, banyak omong, dan berbicara
yang tidak ada manfaatnya. Ia juga menghindari tiga hal dalam hubungannya
dengan orang lain: mengecam orang, mempermalukan orang, dan mengungkit-
ungkit kesalahan orang. Ia tidak pernah berkata kecuali kalau ia berharap
memperoleh anugerah Tuhan. Bila ia berbicara, pendengarnya menundukkan
kepalanya, seakan-akan burung bertengger di atas kepalanya. Baru kalau ia diam,
pendengarnya berbicara. Mereka tidak pernah berdebat di hadapannya. Jika salah
seorang di antara mereka berbicara, yang lain mendengarkannya sampai ja selesai.
Mereka bergiliran untuk berbicara di hadapannya. la tertawa jika sahabatnya
tertawa; ia juga terkagum-kagum jika sahabatnya terpesona la sangat penyabar
kalau ada orang baru bertanya atau berkata yang tidak sopan, walaupun sahabat-
sahabatnya keberatan. Ia biasanya berkata, Jika kamu melihat orang yang
memerlukan pertolongan, bantulah ia." Ia tidak menerima pujian kecuali dari
orang yang tulus. Ia tidak pernah menyela pembicaraan orang kecuali kalau orang
itu melampaui batas. la menghentikan pembicaraannya atau berdiri
meninggalkannya.

Diamnya Rasulullah karena empat hal: karena kesabaran, kehati-hatian,


pertimbangan, dan perenungan. Berkaitan dengan pertimbangan, ia lakukan untuk
melihat dan mendengarkan orang secara sama. Berkaitan dengan perenungan, ia
lakukan untuk memilah yang tersisa (bermanfaat) dan yang binasa (yang tidak
bermanfaat). la gabungkan kesabaran dengan lapang-dada. Tidak ada yang
membuatnya marah sampai kehilangan kendali diri.

Beliau berhati hati dalam empat hal, yaitu: Dalam melakukan perbuatan baik
sehingga orang dapat menirunya; Dalam meninggalkan keburukan sehingga orang
berhenti melakukannya; Dalam mengambil keputusan yang memperbaiki
ummatnya; Dalam melakukan sesuatu yang mendatangkan kebaikan dunia dan
akhirat.

93
Akhlak kita terhadap Rasulullah: Taat, menghidupkan sunnah, membaca shalawat
dan salam, mencintai keluarga nabi, berziarah ke makam rasulullah, menjadikan
rasulullah sebagai suri tauladan dalam seluruh aspek kehidupan.

B. Sepuluh Pribadi Muslim


1. Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih)
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
(syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka
mendapat petunjuk." (QS. Al-An'am : 82 ).
2. Shahihul Ibadah (ibadah yang benar)
Artinya benar ibadahnya sesuai dengan cara yang telah Allah dan Rasul-Nya
perintahkan.
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasulullah, dan
janganlah kamu membatalkan (merusak pahala) amal-amalmu." ( Q.S
Muhammad: 33).
3. Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh)
Akhlak yang mulia atau akhlak yang kokoh merupakan sikap dan prilaku yang
harus dimiliki oleh setiap Muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah SWT
maupun dengan makhluk Allah yg lain. Mulia/kokoh akhlaknya sehingga dapat
menunjukkan sebuah kepribadian yang menawan dan dapat meyakinkan kepada
semua orang bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Seorang Muslim yang
memiliki karakter seperti ini akan berusaha menjaga hubungannya dengan Allah,
selalu memuliakan orang tua, menghormati orang lain, menghargai sesama, dan
menjaga hubungan dengan makhluk Allah yg lain. Ia akan menghindari sikap
sombong, riya, hasud, iri hati karena semua itu akan merusak akhlaknya.
4. Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani)
Kekuatan jasmani/ fisik yang kuat merupakan salah satu sisi pribadi pemuda
muslim yang harus ada. Untuk itu ia selalu berusaha menjaga kesehatan fisiknya,
karena apabila fisik kuat, kita akan mampu melaksanakan ajaran Islam secara
optimal. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang
harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat.

94
"Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin
yang lemah... "(H.R Muslim dari Abu Hurairah).
5. Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam berfikir)
Dengan luasnya wawasan berfikir menjadikan dia mampu menangkap berbagai
informasi serta perkembangan yang terjadi disekitarnya. Dengan pemikiran dan
pengetahuan yang luas kita dapat mengatur strategi yang cerdas untuk kemajuan
islam. Untuk menambah ilmu dan wawasan berfikir tentunya seorang
muslim/muslimah harus selalu berusaha menyediakan waktu untuk belajar disela-
sela kesibukannya. Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita
lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktifitas berpikir. Karenanya seorang
muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas.
“samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”‘,
sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.
(QS Az-Zumar:9).
6. Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu)
Mujahadatun Linafsihi adalah usaha atau perjuangan yang dilakukan dengan
bersunguh-sungguh untuk melawan hawa nafsu. Hawa nafsu hanya cenderung
untuk melakukan kejahatan dan menjauhi kebaikan. Setiap manusia pada dasarnya
memiliki kecenderungan untuk berbuat baik ataupun buruk. Untuk itu diperlukan
kesungguhan dlm diri seseorang agar ia cenderung untuk berbuat baik dan
melaksanakannya sesuai dg ajaran Islam.
"Orang kuat adalah orang yang dapat mengalahkan nafsunya dan beramal untuk
bekal sesudah mati, sedangkan orang lemah adalah orang yang selalu
memperturutkan hawa nafsunya serta mengharapkan berbagai (karunia) Allah
secara berangan angan belaka." (HR.At-Tirmidzi).
7. Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu)
Waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah
SWT banyak bersumpah di dalam Al Qur’an dengan menyebut nama waktu
seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya.
Seorang muslim selalu berusaha mengelola waktunya dengan baik, sehingga
waktunya selalu terisi dengan amalan yang produktif. Ingat, sesungguhnya kita
sangat terikat waktu. Sifat waktu itu dinamis, berjalan terus dan tidak dapat

95
diulang kembali. Oleh karena itu setiap Muslim amat dituntut untuk pandai
mengelola waktunya dg baik sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yg
efektif, tak ada yang sia-sia.
8. Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam suatu urusan)
Suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan,
profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguh-sungguh, bersemangat ,
berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang
mesti mendapat perhatian serius dalam penunaian tugas-tugas. Tertata dalam
urusannya sehingga menjadikan kehidupannya teratur dalam segala hal yang
menjadi tanggungjawab dan amanahnya. Berusaha menyelesaikan masalahnya
dengan baik dan dengan cara yang baik. Terarah dan teratur dapat membuat
seseorang mampu mengorganisir seluruh kegiatannya dg efektif dan efisien
sehingga waktu yang digunakannya pun tidak akan sia-sia.
9. Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri)
Seorang Muslim diupayakan untuk bisa mandiri secara financial dan tidak
tergantung kepada orang lain. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang
telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena
pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya bahkan
memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq,
shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah
mencari nafkah amat banyak di dalam Al Qur’an maupun hadits dan hal itu
memiliki keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian
inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik.
Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah SWT. Rezeki
yang telah Allah sediakan harus diambil dan untuk mengambilnya diperlukan skill
atau ketrampilan.
10. Nafi’un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain)
Setiap muslim itu harus selalu berfikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya
semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik dalam
masyarakatnya. "Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi
orang lain." (H.R Muslim).

96
C. Adab Membaca Alquran
Seorang pembaca Al-Quran hendaknya membaca dengan ikhlas, menghadirkan
perasaan bahwa ia sedang bermunajat kepada Allah SWT. Hendaknya membaca
Al-Quran dengan kondisi seakan-akan ia melihat Allah, apabila tidak melihat
Allah, maka sesungguhnya allah melihatnya.
1. Menjaga kebersihan mulut
2. Dalam kondisi suci saat membaca Al-Quran
3. Membaca Al-Quran di tempat yang bersih dan baik. Ulama menganjurkan
membaca Al-Quran di masjid. Sebab, masjid menyatukan antara
kebersihan dan kemuliaan tempat, serta memunculkan keutamaan lain
yaitu i’tikaf.
4. Membaca Al-Quran dengan posisi duduk menghadap kiblat. Sebaik-baik
majelis adalah yang menghadap kiblat. Selain itu, hendaknya duduk
dengan kkhusyuk, tenang (sakinah), dan berwibawa (waqar), sembari
menundukkan kepala.
5. Ketika ingin membaca Al-Quran hendaklah ber-ta’awudz
“Apalbila engkau (Muhammad) membaca Al-Quran, mohon lah
perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” (An-Nahl: 98).

“Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk”

“Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar lagi Maha


Mengetahui dari godaan setan yang terkutuk.”
6. Membaca basmalah disetiap awal surah, kecuali surah At-Taubah.
Menurut ijma’ (mayoritas) ulama, apabila ia membaca basmalah disetiap
awal surah kecuali surah At-Taubah dan mengkhatamkannya, berarti ia
telah benar-benar mengkhatamkan Al-Quran, atau mengkhatamkan surah.
7. Khusyuk dan tadabbur ketika membaca Al-Quran
8. Dianjurkan mengulang-ngulang ayat tertentu untuk direnungi. Rasulullah
SAW. pernah shalat malam dengan membaca satu ayat yang belliau ulang-
ulang hingga subuh. Ayat tersebut adalah QS. Al-Maidah: 118. “Jika

97
engkau menyiksa mereka maka sesungguhnya mereka adalah hamba-
hamba-Mu”
9. Membaca Al-Quran dengan tartil. “Bacalah Al-Quran itu dengan tartil”
(QS. Al-Muzammil:4) Tartil maksudnya adalah jelas huruf per hurufnya.
Orag yang membaca Al-Quran juga dilarang untuk terlalu cepat dalam
membaca Al-Quran.
10. Memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan dan azab
Dianjurkan bagi orang yang membaca Al-Quran apabila membaca ayat
tentang rahmat, dianjurkan untuk memohon karunia Allah, dan ketika
membaca ayat tentang azab, memohon perlindungan dari keburukan azab.
11. Menjaga kehormatan Al-Quran
Diantara menjaga kehormatan Al-Quran adalah mengindari tertawa, ramai,
dan berbincang-bincang di sela-sela membaca Al-Quran.
“dan apabila dibacakan Al-Quran maka dengarkanlah dan diamlah, agar
kamu mendapat rahmat” (QS. Al-A’raf: 204)
12. Membaca Al-Quran sesuai tertib urutan surah-surah dalam Al-Quran
13. Membaca Al-Quran dari mushaf (lebih utama)
14. Membaguskan suara ketika membaca Al-Quran
15. Memperhatikan adab-adab waqaf (bacaan berhenti) dan ibtida’ (bbacaan
memulai) ketika membaca Al-Quran
D. Adab Menuntut Ilmu
1. Meluruskan niat
“Sesungguhnya amal-amal itu tergantung niatnya.”(HR. Bukhori dan Muslim)
Seyogyanya penuntut ilmu memperhatikan niat, sebab, ia telah mempelajari ilmu
dengan susah payah, maka jangan sampai ia palingkan semua itu hanya untuk
kepentingan dunia (yang hina, sedikit, dan fana).
2. Memilih ilmu, guru dan kesabaran dalam belajar
Seyogyanya seorang penuntut ilmu memilih yang terbaik dari setiap ilmu. Ia harus
memilih ilmu yang ia butuhkan dalam urusan agamanya pada saat itu, kemudian
ilmu yang ia butuhkan pada masa yang akan datang.
Dalam perihal memilih guru, pikir-pikirlah memilih guru dan jangan lupa minta
pertimbangan supaya kamu tidak akan meninggalkannya, tidak berpaling darinya,

98
dan kamu tetap di sisinya, sehingga belajarmu diberkahi, dan kamu banyak
mengambil manfaat dari ilmumu.
Ketahuilah bahwa kesabaran dan keteguhan adalah pondasi besar dalam segala
urusan, tetapi sangatlah langka pada diri seseorang. Maka dari itu , seorang
penuntut ilmu harus betah dan sabar terhadap gurunya dan dalam mempelajari
kitab, supaya ia tidak meninggalkan gurunya. Selain itu, ia mesti betah dan sabar
mempelajari satu bidang ilmu tertentu, tidak sibuk dengan bidang ilmu lainnya,
sampai ia menguasai betul bidang ilmu yang pertama. Seorang pelajar juga harus
bisa menahan keinginan dan hawa nafsunya.
3. Takzim terhadap ilmu dan ahli ilmu
Seorang penuntut ilmu tidak akan memperoleh ilmu, dan tidak dapat mengambil
manfaat dari ilmu itu, kecuali dengan menakzimkan ilmu dan para ahlinya; juga
memuliakan dan menghormati para ustadz. Dikatakan: Seseorang tidak akan
sampai pada suatu tujuan kecuali dengan penghormatan; dan tidak akan terjatuh
kecuali dengan meninggalkan penghormatan. Dikatakan: Penghormatan itu lebih
utama daripada ketaatan Tidakkah Anda melihat bahwa seseorang tidak kafir
hanya dengan kemaksiatan, dan dapat kafir dengan meninggalkan penghormatan?
Salah satu cara menghormati seorang alim adalah tidak berjalan di depannya,
tidak menduduki tempat duduknya, tidak memulai pembicaraan di hadapannya
kecuali atas izinnya, tidak banyak berbicara di hadapannya, tidak bertanya tentang
sesuatu saat sedang bosan, memperhatikan waktu, dan tidak mengetuk pintunya
tetapi sabar menantinya hingga ia keluar. Kesimpulannya: Seorang penuntut ilmu
harus mencari rida gurunya, menjauhi kemurkaannya, melaksanakan perintahnya
selama bukan maksiat karena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam rangka
bermaksiat kepada Al-Khaliq (Pencipta)! Hal tersebut selaras dengan sabda Nabi:
"Sesungguhnya seburuk-buruk manusia adalah yang membuang agamanya demi
mengincar dunia orang lain, dan dengan bermaksiat kepada sang Pencipta."
Di antara bentuk penghormatan kepada seorang guru adalah menghormati anak-
anaknya dan siapa saja yang memiliki hubungan dengannya.
4. Giat, rajin, dan semangat
“Wahai Yahya! Ambillah (pelajari Kitab (taurat) itu dengan sungguh-sungguh.”
(QS. Maryam:12)

99
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, Kai akan
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS. Al-Ankabut:69)
Seorang ulama mengatakan:
“Siapa yang mencari sesuatu dengan bersungguh-sungguh pastilah ia
mendapatkannya. Siapa yang mengetuk pintu berulang-ulang kali, pasti akan
memasukinya.” dan “Hidupnya hati adalah dengan ilmu maka carilah. Dan
matinya hati adalah dengan kebodohan, maka jauihilah.”
5. Memulai belajar, ukuran, dan urutannya
Seorang pelajar memulai belajar dari materi yang mudah dipahami. Seharusnya
pelajar membuat catatan sendiri mengenai pelajaran-pelajaran yang sudah
diajarkan, setelah dihafal dan diulang-ulang karena cara itu akan sangat
bermanfaat. selain itu, seorang pelajar jangan sampai menulis sesuatu yang tidak
ia pahami, karena hal ini akan melemahkan karakter, menghilangkan kecerdasan,
dan membuang-buang waktu. Seorang pelajar harus bersungguh-sungguh
memahami pelajaran dari sang guru, yakni dengan cara merenungkan,
memikirkan, dan sering mengulang-ulangnya.
Hilal Bin Yasar Ra. berkata “Kulihat Rasulullah SAW. mengemukakan sepatah
ilmu dan hikmah kepada sahabat beliau, lalu aku berkata ‘Ya Rasulullah,
ulangilah untukku apa yang telah disampaikan kepada mereka!’ Beliau
(Rasulullah) bertanya kepadaku ‘Apakah engkau membawa tinta?’ Aku menjawab
‘tidak’, lalu beliau bersabda ‘Wahai Hilal, janganlah engkau berpisah dari tinta,
karena kebaikan itu ada padanya dan pemiliknya hingga hari kiamat’.”
Al Hasan Bin Ziyad Ra. mengatakan “Waktu terbaik untuk belajar adalah pada
masa remaja, waktu sahur (fajr) dan waktu di antara maghrib dan isya.
6. Bertawakal
“Siapa yang mempelajari agama Allah, maka Allah akan mencukupi
keinginannya dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka”
(HR. Abu Hanifah)
Penuntut ilmu tidak akan lepas dari kesusahan, karena menuntut ilmu merupakan
perkara yang agung, dan menurut sebagian besar ulama menuntut ilmu lebih
mulia dari berperang. dan besar kecilnya pahala tolabul ‘ilmi berbanding lurus
dengan keletihan dann keleahan yang dirasakan. Masa belajar itu tak terhingga,

100
siapa yang mampu bersabar dalam menghadapi segala kesulitan menuntut ilmu,
maka akan mendapatkan kelezatan yang melebihi segala kelezatan yang ada di
dunia.
Orang yang berilmu hendaknya memiliki rasa kasih sayang terhadap sesama, suka
memberi nasihat dan tidak mendengki. (QS. Al-’Ashr:1-3)
ِ‫اﻟﺮﱠ ﺣْ ﻤٰ ﻦِ اﻟﺮﱠ ﺣِ ﯿْﻢ‬
‫وَ اﻟۡ ﻌَﺼۡ ۙ ِﺮ‬
Demi masa
‫اِنﱠ ۡاﻻِﻧۡ ﺴَﺎنَ ﻟَﻔِﻰۡ ﺧُﺴۡ ۙ ٍﺮ‬
.Sungguh, manusia berada dalam kerugian
ِ‫َﻖ ۙ وَ ﺗَﻮَ اﺻ َۡﻮا ﺑِﺎﻟﺼﱠﺒۡ ﺮ‬
ِ ّ ‫ﺖ وَ ﺗَﻮَ اﺻ َۡﻮا ﺑِﺎﻟۡ ﺤ‬
ِ ٰ‫ﺼﻠِﺤ‬
‫ا ﱠِﻻ اﻟﱠﺬِﯾۡ ﻦَ ٰا َﻣﻨ ُۡﻮا وَ ﻋَﻤِ ﻠُﻮا اﻟ ﱣ‬
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling
menasihati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran
E. Doa Sehari-hari
Doa selayak mengetuk pintu langit. apabila terus diketuk dengan doa lirih seorang
hamba, maka pintu langit pun terbuka untuk menghadap kehadirat Allah,
terdengar oleh-Nya, dan diselesaikan oleh-Nya ketika Ia Mendengar doa itu.
Doa merupakan senjata yang tak berperisai besi, tapi sejatinya ia terkadang lebih
dahsyat kekuatannya daripada tombak hingga peluru. Karena doa mampu
mengubah segala hal yang mustahil untuk mustajabah. Sesuatu yang jauh menjadi
dekat. Sesuatu yang tak mungkin menjadi mungkin, karena sebuah doa.
“Tidaklah seorang muslim berdoa kepada Allah dengan sebuah doa, melainkan
pasti Allah memberikannya kepadanya, atau Allah menghindarkannya dari
kejelekan yang sebanding dengan doanya, selama ia tidak mendoakan dosa atau
memutuskan silaturahim.” Lalu seorang berkata, “ kalau begitu kita akan
memperbanyak doa.” Beliau bersabda, “Allah lebih banyak memberi (dari apa
yang kalian minta).” (HR. At-Thirmidzi)

Doa adalah bagian dari ibadah, kata Rasulullah SAW konsekuensinya, berarti
dalam berdoa kita harus sesuai prosedur tetap (sunah dan syariat) yang diajarkan
oleh Rasulullah. Karena apabila doa tak sesuai dengan syariatnya doa dan pinta
tidak akan naik ke langit.

101
Doa itu bukan hanya karena kita memiliki permintaan kepada Allah, tapi doa lebih
dari sekedar urusan meminta. Karena sadar atau tidak,beraoa banyak hidup kita
dipenuhi permintaan yang telah dipenuhi oleh Allah SWT, walaupun kita belum
sempat memintanya dalam doa.
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika berdoa:
a. Ikhlas berdoa hanya kepada Allah, dengan tujuan mendekatkan kepada-Nya.
b. Memuji Allah.
“Allah mempunyai Asmaul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan
menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang
dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama Nya. Nanti mereka akan mendapat
balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Araf: 180).
Memulai bedoa dengan lafadz basmalah
c. Bersholawat kepada nabi-Nya.
“Sesungguhnya doa akan terhenti diantara langit dan bumi, ia tidak akan naik
sehingga kamu bersholawat kepada nabi mu.” (HR. At-Tirmidzi)
Ibnu Qayyim berkata ada tiga tingkatan dalam bersholawat saat doa: pertama,
bersholawat sebelum memanjatkan doa setelah memuji Allah. Kedua, bersholawat
di awal pertengah, dan akhir doa. Ketiga, bersholawat di awal dan di akhir, lalu
menjadikan hajat yang diminta diperetengahan dioa.
d. Bertaubat sebelum meminta
Dosa itu menghalangi doa. Sehingga ketika hendak bertaubat dari dosa sekat
penghalang harus dihilangkan terlebih dahulu.
e. Sepenuh keyakinan hati
“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah
bahwa Allah tidak mengabulka doa dari hati yang lalai.” (HR At-Tirmidzi)
f. Jangan terburu-buru
g. Merengeklah (mengulang terus menerus) serta tanpa berhenti untuk meminta
h. Memilih waktu yang mustajab
i. Memilih tempat dan kondisi terbaik
j. Dengan suara lirih, bukan dengan volume suara yang tinggi
k. Mengangkat tangan serta menghadap kiblat

102
Ibnu Abbas mengatakan, bahwa Nabi SAW ketika berdoa, beliau menggabungkan
kedua telapak tangannya dan mengangkatnya setinggi wajahnya (wajah
menghadap telapak tangan) (HR. At-Thabrabi)

1. Doa Makan
“Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia menyebut
nama Allah Ta’ala. Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah Ta’ala di awal,
hendaklah ia mengucapkan: “Bismillaahi awwalahu wa aakhirohu (dengan nama
Allah pada awal dan akhirnya)”. (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi)
“Jika salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya dia makan dengan
tangan kanannya. Jika minum, maka hendaknya juga minum dengan tangan
kanannya, karena setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan
kirinya pula” (HR. Muslim ).

Makan dengan tangan kanan di sini dihukumi wajib. Walaupun perkara tersebut
bukan perkara non ibadah (tapi perkara adab), namun ada indikasi dalam hadits
tersebut bahwa makan atau minum dengan tangan kiri adalah cara setan ketika
makan. Sedangkan kita sendiri dilarang mengikuti jejak setan karena dia adalah
musuh kita. Jika itu musuh, maka tidak boleh dijadikan teladan.

2. Doa Tidur
"Apabila nabi shallallahu 'alaihi wasallam hendak tidur, beliau mengucapkan doa:
'Bismika allahumma amuutu wa ahya (Dengan nama-Mu, Ya Allah aku mati dan

103
aku hidup).' Dan apabila bangun tidur, Beliau mengucapkan:
"Alhamdulillahilladzii ahyaana ba'da maa amatana wailaihi nusyur (Segala puji
bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-
Nya lah tempat kembali)." (HR. Bukhari )

3. Doa masuk dan keluar kamar mandi


"Anas bin Malik Ra. Menuturkan “jika Rasulullah SAW hendak masuk WC,
beliau berdo’a, "Allahumma inni a’udzu bika minal khubutsi wal khabaits.” (Ya
Allah, aku berlindung kepadamu dari setan laki- dan setan perempuan." (HR.
Bukhari).
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa setelah beliau keluar kamar mandi beliau
ucapkan “ghufronaka” (Ya Allah, aku memohon ampun pada-Mu).” (HR. Abu
Daud no. 30, At Tirmidzi no. 7, Ibnu Majah no. 300, Ad Darimi no. 680).

4. Doa untuk orang tua


Doa kedua orang tua menjadi wujud berbakti pada orangtua. Memuliakan
orangtua merupakan salah satu perintah dalam Islam. Allah begitu memberkahi
orang yang mendoakan orangtuanya dan melaknat orang yang durhaka pada
orangtua.
Surat Ibrahim ayat 41:
‫ي وَ ِﻟ ْﻠﻤُﺆْ ﻣِ ﻨِﯿْﻦَ ﯾَﻮْ َم ﯾَﻘُﻮْ ُم اﻟْﺤِ ﺴَﺎب‬
‫◌ُ رَ ﺑﱠﻨَﺎ ا ْﻏﻔِﺮْ ِﻟ ْﻲ وَ ﻟِﻮَ ا ِﻟﺪَ ﱠ‬
Artinya: “Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan semua
orang yang beriman pada hari diadakan perhitungan (hari Kiamat).”
ً‫ﺻﻐِﯿﺮا‬
َ ‫ي وَ ارْ َﺣ ْﻤ ُﮭﻤَﺎ َﻛ َﻤﺎ رَ ﺑﱠﯿَﺎﻧِﻲ‬
‫رﱠ بّ ِ ا ْﻏﻔِﺮْ ﻟِﻲ وَ ﻟِﻮَ ا ِﻟﺪَ ﱠ‬
Artinya: “Ya Allah, ampunilah dosa ku dan dosa kedua orang tua ku. Kasihanilah
keduanya sebagaimana mereka mengasihi aku sewaktu masih kecil.”

5. Doa Bepergian
"Jika seseorang keluar rumah, lalu dia mengucapkan “Bismillahi tawakkaltu
‘alallah, laa hawla wa laa quwwata illa billah” (Dengan nama Allah, aku
bertawakal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya), maka
dikatakan ketika itu: “Engkau akan diberi petunjuk, dicukupkan dan dijaga”.

104
Setan pun akan menyingkir darinya. Setan yang lain akan mengatakan:
“Bagaimana mungkin engkau bisa mengganggu seseorang yang telah
mendapatkan petunjuk, kecukupan dan penjagaan?!" (HR. Abu Daud dan
Tirmidzi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

6. Doa Naik kendaraan darat


َ‫ﺳﺨﱠﺮَ ﻟَﻨَﺎ َھﺬَا وَ ﻣَﺎ ُﻛﻨﱠﺎ ﻟَﮫُ ُﻣﻘْﺮِ ﻧِﯿﻦَ وَ إِﻧﱠﺎ إِﻟَﻰ رَ ﺑِّﻨَﺎ ﻟَ ُﻤ ْﻨﻘَ ِﻠﺒُﻮن‬
َ ‫ﺳ ْﺒﺤَﺎنَ اﻟﱠﺬِى‬
ُ
Artinya: "Maha suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami.
Padahal, kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Sungguh, kami akan
kembali kepada Tuhan kami."

7. Naik kendaraan laut/udara


‫ﺑِﺴْﻢِ ﷲِ ﻣَﺠْ ﺮَ ھَﺎ وَ ﻣُﺮْ َﺳﮭَﺂاِنﱠ رَ ﺑِّ ْﻰ ﻟَﻐَﻔُﻮْ رٌ رﱠ ﺣِ ْﯿ ٌﻢ‬
“Dengan nama Allah yang menjalankan kendaraan ini untuk berlayar dan
berlabuh, sesungguhnya Ia merupakan Tuhanku, dan Ia benar-benar Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”

105
MENGENAL LEBIH DEKAT SAHABAT & SHAHABIYAH

Indikator capaian :
1. Mahasiswa menjadikan para sahabat/shahabiyah (pemuda) dan orang-orang
Sholih sebagai contoh
Tema :
1. Ali bin Abi Thalib
2. Umar bin Abdul Aziz
3. Muhammad Al Fatih
4. 'Aisyah ra
5. Siti Walidah/Nyai Ahmad Dahlan
6. Cut Nyak Dien
Pembahasan :
A. Ali Bin Abi Thalib
1. Anak Dan Cucu Seorang Tokoh
Di hari-hari pertama dakwah Nabi SAW, suatu kerika Abu Thalib melihat
anaknya, Ali, shalat dengan sembunyi-sembunyi di belakang Rasulullah SAW.
Itulah pertama kalinya ia mengetahui bahwa putranya yang masih di bawah umur
telah mengikuti ajaran Muhammad. Dan anak kecil itu tidak gentar ketika
diketahui olah ayahnya.
Seusai shalat, Ali segera menemui ayahnya. Dengan hati mantap tanpa kerugian
sedikit pun ia berkata, “Ayah, saya telah beriman kepada Allah, kepada RasulNya,
dan membenarkan apa yang dibawa oleh Muhammad, serta telah pula
mengikutinya.”
Mendengar ucapan putranya itu, dengan lembut Abu Thalib menjawab, “Anakku,
karena yang diserukannya itu tiada lain dari kebaikan semata, maka teruskanlah
mengikutinya.”
Seandainya manusia lain yang membawa agama ini bukan Muhammad, sikap dan
pertolongan Abu Thalib tidak akan berbeda sama sekali terhadapnya. Abu Thalib
adalah orang yang paling tahu terhadap diri Rasulullah. Dia adalah pamannya,
pelindungnya, dan juga merupakan orang yang membesarkannya.

106
Ali bin Abi Thalib melihat bagaimana loyalitas ayahnya terhadap kebenaran. Ia
juga mewarisi loyalitas semacam itu dari kakeknya, Abdul Muthalib. Dan
sebelumnya juga dari kakeknya Hasyim, yakni mengenai apa-apa yang mereka
anggap benar.

Lalu semakin sempurnalah kehidupannya manakala ia berada di rumah Nabi


SAW di usianya yang ke enam tahun. Dia menjadi orang kedua yang menerima
dakwah Rasulullah SAW setelah Khadijah. Usianya masih sepuluh tahun kala itu.
Dengan demikian, ia adalah muslim pertama dari kalangan laki-laki.
Ali bin Abi Thalib menjalani kehidupan remajanya di bawah cahaya Al Qur’an.
Ialah anak didik wahyu. Sepanjang tahun-tahun pertama turunnya wahyu, pemuda
ini selalu bersama Rasulullah SAW.
2. Gerbang Ilmu
Pada suatu ketika Rasulullah SAW bersabda:
‫ﻲ ﺑَﺎﺑُﮭَﺎ‬
‫أَﻧَﺎ َﻣﺪِﯾﻨَﺔُ ا ْﻟ ِﻌﻠْﻢِ وَ َﻋ ِﻠ ﱞ‬
“Saya adalah kotanya ilmu, dan Ali adalah pintu gerbangnya”
Mendengar sabda Rasulullah SAW. seperti itu, orang-orang Khawarij tidak setuju
dan berusaha membuktikan dengan mencoba memberikan pertanyaan-pertanyaan
kepada Sayyidina Ali ra.
Kemudian orang Khawarij tersebut mengumpulkan 10 kelompok kaum Khawarij
dan tiap kelompok diwakili satu orang sebagai penanya.
Pertanyaan kesepuluh orang Khawarij tersebut sama, yaitu : “Hai Ali, manakah
yang lebih utama, ilmu atau harta?”
Ali mampu menjawab sepuluh pertanyaan sama dari sepuluh orang dengan
sepuluh jawaban yang berbeda. Tentang manakah yang lebih utama antara ilmu
dengan harta. Ali menjawab ilmu lebih utama.
Kesepuluh pertanyaan yang sama dari sepuluh orang Khawarij tersebut dijawab
oleh Ali dengan jawaban yang berbeda-beda, yaitu :
Pertama, ilmu adalah warisan para nabi dan rasul, sedangkan harta adalah warisan
Qarun, Fir’aun, Namrud dan lain-lainnya;
Kedua, ilmu akan menjaga diri kita, sementara harta malah sebaliknya, malahan
kita yang harus menjaganya;

107
Ketiga, orang yang memiliki banyak harta akan memiliki banyak musuh.
Sedangkan orang yang kaya ilmu akan banyak orang yang menyayangi serta
menghormatinya;
Keempat, harta jika sering kita gunakan akan semakin berkurang. Berbeda dengan
ilmu, semakin sering digunakan, maka akan semakin bertambah;
Kelima, pemilik harta biasanya akan ada seseorang yang menyebutnya pelit,
sedangkan pemilik ilmu akan dihargai dan disegani;
Keenam, pemilik harta akan selalu menjaganya dari kejahatan, baik maling,
rampok maupun yang lain. Sedangkan ilmu tak perlu susah payah menjaganya,
karena ia lah yang akan menjaga kita;
Ketujuh, pemilik ilmu akan diberi syafa’at oleh Allah SWT di hari kiamat kelak,
sementara pemilik harta, setiap harta yang digunakan akan dihisab oleh Allah
kelak di yaumul hisab;
Kedelapan, harta pada saatnya akan habis, sedangkan ilmu malah sebaliknya, ilmu
akan abadi;
Kesembilan, seseorang yang banyak harta akan dijunjung tinggi hanya karena
hartanya. Sedangkan orang yang berilmu akan dijunjung tinggi karena ilmu dan
intelektualnya;
Kesepuluh, harta sering kali membuat kita tidak tenang, bahkan dengan kata lain
harta dapat mengeraskan hati kita. Tetapi, ilmu sebaliknya, dia akan menyinari
hati hingga hati kita menjadi terang dan tentram.
“Andaikata engkau datangkan semua orang untuk bertanya, insya Allah akan aku
jawab dengan jawaban yang berbeda-beda pula, selagi aku masih hidup,” jelas Ali
kepada kaum Khawarij.
3. Ksatria Dan Lelaki
Suatu hari, ketika Rasulullah SAW berada di Madinah turun wahyu kepada beliau.
Rasulullah SAW segera membacakannya kepada para sahabatnya.
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu
berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia
tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan
memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS Ali ‘Imran: 144)

108
Para sahabat bereaksi hebat. Hati mereka terguncang, bahkan sebagian mereka
kemudian menerka-nerka bahwa ayat ini mengabarkan akan wafatnya nabi
mereka. Namun Ali bin Abi Thalib berseru ketika mendengar ayat ini:
“Demi Allah, kami tidak akan kembali ke belakang (murtad) setelah Allah
menunjuki kami. Jika beliau sampai meninggal atau terbunuh, maka saya akan
berperang di atas apa yang Rasulullah telah berperang di atasnya, sampai saya
mati.”
Ali bin Abi Thalib memiliki watak dan sifat-sifat kstaria dalam dirinya. Sifat
ksatria ini tidak pernah lepas dari Ali bin Abi Thalib sepanjang hidupnya, baik
dari sisi kelelakiannya maupun dalam dirinya sebagai muslim.
4. Menggantikan Rasulullah
Pada peristiwa hijrah Rasulullah SAW dan Abu Bakar ke Yastrib (Madinah),
dibuatlah sebuah siasat bahwa harus ada seseorang yang menggantikan posisi
beliau Ali bin Abi Thalib menggantikan posisi Nabi SAW di rumahnya dengan
menampakkan gerak gerik kepada kaum Quraisy yang tengah mengepung rumah
beliau, agar mereka mengira bahwa Rasulullah SAW masih di rumah. Dengan
demikian dapat mengecoh kepergian Rasulullah SAW saat meloloskan diri. Pada
saat itu sebagian besar kaum muslimin sudah hijrah dan hanya beberapa yang
tinggal, termasuk Rasulullah dan beberapa sahabat saja.
Dengan siasat ini rasulullah dan Abu Bakar terlepas dari kepungan bahaya dan
dapat menempuh jarak yang cukup jauh. Sehingga kaum Quraisy kebingungan
dan berpencar kian kemari dalam memburu dan mengikuti jejak mereka.

Lalu apa yang akan menimpa Ali bin Abi Thalib sebagai pengganti Rasulullah
SAW di rumahnya guna mengecoh musuh? Apa yang terjadi apabila orang kafir
Quraisy menyadari bahwa mereka tertipu dan mendapati orang yang salah? Sudah
jelas, orang tersebut akan dibunuh sebagai bentuk penebusan atas rasa kecewa
mereka. Dan pastilah pembunuhan itu merupakan penyiksaan yang bengis dan
sadis. Tidak ada sahabat yang membersamainya, ia melewati semuanya sendirian.
Kewajiban Ali bin Abi Thalib bukan “sekedar” menggantikan posisi Rasulullah
SAW, namun juga berarti resiko menjadi tumbal.

109
Ali ra telah menerima penyerhan semua harta kekayaan dan nama pemiliknya dari
Rasulullah SAW. Ia berkewajiban mengunjungi rumah meresa satu persatu dn
menemui mereka orang perorang untuk menyampaikan amanat itu kepada yang
berhak menerimanya. Ksatria ini berhasil menjalankan tugasnya dengan baik.
Allah SWT menjaga dirinya dan tepatlah janji yang diberikan Rasulullah
kepadanya ketika mereka berdua hendak berpisah, “Mereka tidak akan mampu
melakukan sesuatu yang tidak berkenan di hatimu.”

Setelah tiga hari di Mekkah, Ali menyusul Rasulullah dan para sahabatnya yang
lain untuk hijrah. Ia pun mengarungi padang pasir, menyusuri jalan yang yang
dilalui kaum Quraisy yang mengejar Rasulullah SAW dan Abu Bakar seorang
diri. Setelah lewat bebrapa hai dan malam, ia bertemu dengan Rasulullah SAW di
Kuba, di sebuah rumah yang telah disiapkan untuk beliau.
5. Khalifah Dan Suri Tauladan
Setelah Ali memperoleh kemenangan dalam Perang Jamal, ia mengetahui ada dua
pendukung utamanya yang sering mencaci Mu’awiyah dan melaknat orang-orang
Syam. Ai mengutus seseorang untuk melarang keduanya agar jangan lagi mencaci
maki dan melaknat Mu’awiyah.
Kedua perwira itu pun menemui Ali seraya bertanya, “Wahai Amirul Mukminin,
bukankah kita berada di pihak yang benar, sedangkan mereka berada di pihak
yang salah?”
“Benar, demi Dzat Pemelihara Ka’bah.”
“Tapi mengapa anda melarang kami mencaci dan melaknat mereka?”
“Saya takut kalian nanti akan menjadi tukang caci dan tukang laknat orang. Oleh
sebab itu, katakana saja begini, ‘Ya Allah, peliharalah darah kami dan darah
mereka. Tunjukilah mereka dari kesesatan supaya menyadari mana yang benar
dan mana yang salah, sehingga kembalilah mereka yang durhaka kepada
kebenaran.”

B. Umar bin Abdul Aziz


Ayahnya adalah Abdul-Aziz bin Marwan, gubernur Mesir dan saudara kandung
yang lebih muda dari Khalifah Abdul-Malik. Ibunya adalah Ummu Asim binti

110
Asim. Umar adalah cicit dari Khulafaur Rasyidin kedua Umar bin
Khattab, dimana umat Muslim menghormatinya sebagai salah seorang Kenalan
Nabi yang sangat dekat.
1. Silsilah
Umar dilahirkan sekitar tahun 682. Beberapa tradisi menyatakan ia dilahirkan di
Madinah, sedangkan lainnya mengklaim ia lahir di Mesir. Umar dibesarkan
di Madinah, di bawah asuhan Ibnu Umar, salah seorang
periwayat hadis terbanyak.

2. Kisah Umar bin Khattab bersesuaian dengan kelahiran Umar II


Menurut tradisi Muslim Sunni, silsilah keturunan Umar dengan Umar bin
Khattab terkait dengan suatu kejadian terkenal yang terjadi pada masa
kekuasaan Umar bin Khattab.
"Khalifah Umar sangat terkenal dengan aktivitas yang dipekerjakannya beronda
pada malam hari di sekitar daerah kekuasaannya. Pada suatu malam ia mendengar
diskusi seorang anak perempuan dan ibunya, seorang penjual susu yang miskin.
Kata ibu “Wahai anakku, segeralah kita tambah cairan dalam susu ini supaya
terlihat banyak sebelum terbit matahari”
Anaknya menjawab “Kita tidak boleh berbuat seperti itu ibu, Amirul Mukminin
melarang kita berbuat begini”
Si ibu masih mendesak “Tidak mengapa, Amirul Mukminin tidak akan tahu”.
Balas si anak “Jika Amirul Mukminin tidak tahu, tetapi Tuhan Amirul Mukminin
tahu”.
Umar yang mendengar kesudahan menangis. Betapa agungnya hati anak gadis itu.
Ketika pulang ke rumah, Umar bin Khattab menyuruh anak lelakinya, Asim
menikahi gadis itu.
Kata Umar, "Semoga lahir dari keturunan gadis ini bakal pemimpin Islam yang
hebat kelak yang akan memimpin orang-orang Arab dan Ajam”.
Asim yang taat tanpa banyak tanya segera menikahi gadis miskin tersebut.
Pernikahan ini melahirkan anak perempuan bernama Laila yang lebih dikenal
dengan sebutan Ummu Asim. Ketika matang Ummu Asim menikah dengan
Abdul-Aziz bin Marwan yang melahirkan Umar bin Abdul-Aziz.

111
3. Kehidupan awal
a. (682 – 715)
Umar dibesarkan di Madinah, di bawah asuhan Ibnu Umar, salah seorang
periwayat hadis terbanyak. Ia tinggal di sana mencapai kematiannya
ayahnya, dimana kesudahan ia dipanggil ke Damaskus oleh Abdul-Malik dan
menikah dengan anak perempuannya Fatimah. Ayah mertuanya kesudahan segera
meninggal dan ia diangkatkan pada tahun 706 sebagai gubernur Madinah oleh
khalifah Al-Walid I
b. 715 – 715: era Al-Walid I
Tidak seperti sebagaian akbar penguasa pada saat itu, Umar membentuk suatu
dewan yang kesudahan bersama-sama dengannya menjalankan pemerintahan
provinsi. Masa di Madinah itu menjadi masa yang jauh berbeda dengan
pemerintahan sebelumnya, dimana keluhan-keluhan resmi ke Damaskus susut dan
dapat dihabiskan di Madinah, sebagai tambahan banyak orang yang berimigrasi
ke Madinah dari Iraq, mencari perlindungan dari gubernur mereka yang kejam,
Al-Hajjaj bin Yusuf. Hal tersebut menyebabkan kemarahan Al-Hajjaj, dan ia
menekan al-Walid I untuk melepas Umar. al-Walid I tunduk kepada tekanan Al-
Hajjaj dan melepas Umar dari letaknya. Tetapi semenjak itu, Umar sudah
memiliki reputasi yang tinggi di Kekhalifahan Islam pada masa itu.
Pada era Al-Walid I ini juga tercatat tentang keputusan khalifah yang
kontroversial untuk memperluas area di sekitar masjid Nabawi sehingga rumah
Rasulullah turut direnovasi. Umar membacakan keputusan ini di depan
masyarakat Madinah termasuk ulama mereka, Said Al Musayyib sehingga banyak
dari mereka yang mencucurkan cairan mata. Bertutur Said Al
Musayyib: "Sungguh diri sendiri berkeinginan supaya rumah Rasulullah tetap
dibiarkan seperti apa benarnya sehingga generasi Islam yang akan datang dapat
mengetahui bagaimana sesungguhnya atur metode hidup ia yang sederhana"[2]
c. 715 – 717: era Sulaiman
Umar tetap tinggal di Madinah selama masa sisa pemerintahan al-Walid I dan
kesudahan dilanjutkan oleh saudara al-Walid, Sulaiman. Sulaiman, yang juga
merupakan sepupu Umar selalu mengagumi Umar, dan menolak untuk menunjuk

112
saudara kandung dan anaknya sendiri pada saat pemilihan khalifah dan menunjuk
Umar.
4. Kedekatan Umar dengan Sulaiman
Sulaiman bin Abdul-Malik merupakan sepupu langsung dengan Umar. Mereka
berdua sangat akrab dan selalu bersama. Pada masa pemerintahan Sulaiman bin
Abdul-Malik, dunia dinaungi pemerintahan Islam. Kekuasaan Bani
Umayyah sangat kukuh dan stabil.
Suatu hari, Sulaiman mengajak Umar ke markas pasukan Bani Umayyah.
Sulaiman berdiskusi kepada Umar "Apakah yang kau lihat wahai Umar bin
Abdul-Aziz?" dengan niat supaya dapat membakar semangat Umar ketika melihat
daya pasukan yang telah dilatih.
Namun jawab Umar, "Diri sendiri masih lihat dunia itu masih makan selang satu
dengan yang lain, dan engkau adalah orang yang sangat bertanggung jawab dan
akan ditanyakan oleh Allah mengenainya".
Khalifah Sulaiman bertutur lagi "Engkau tidak kagumkah dengan kehebatan
pemerintahan kita ini?"
Balas Umar lagi, "Bahkan yang sangat hebat dan mengagumkan adalah orang
yang mengenali Allah kesudahan mendurhakai-Nya, mengenali setan kesudahan
mengikutinya, mengenali dunia kesudahan condong kepada dunia".
Jika Khalifah Sulaiman adalah pemimpin biasa, sudah barang tentu akan marah
dengan kata-kata Umar bin Abdul-Aziz, namun ia menerima dengan hati
membuka bahkan kagum dengan kata-kata itu.
5. Menjadi Khalifah
Umar menjadi khalifah menggantikan Sulaiman yang wafat pada tahun 716. Ia di
bai'at sebagai khalifah pada hari Jumat setelah salat Jumat. Hari itu juga setelah
ashar, rakyat dapat langsung merasakan perubahan kebijakan khalifah baru ini.
Khalifah Umar, masih satu nasab dengan Khalifah kedua, Umar bin Khattab dari
garis ibu.
Zaman pemerintahannya sukses memulihkan keadaan negaranya dan
mengkondisikan negaranya seperti saat 4 khalifah pertama (Khulafaur Rasyidin)
memerintah. Kebijakannya dan kesederhanaan hidupnya pun tak kalah dengan 4
khalifah pertama itu. Gajinya selama menjadi khalifah hanya 2 dirham

113
perhari atau 60 dirham perbulan. Sebab itu banyak berbakat sejarah menjuluki ia
dengan Khulafaur Rasyidin ke-5. Khalifah Umar ini hanya memerintah selama
tiga tahun kurang sedikit. Menurut riwayat, ia meninggal sebab dibunuh (diracun)
oleh pembantunya.
6. Sebelum menjabat
Menjelang wafatnya Sulaiman, penasihat kerajaan bernama Raja’ bin Haiwah
menasihati ia, "Wahai Amirul Mukminin, selang perkara yang menyebabkan
engkau dilindungi di dalam kubur dan menerima syafaat dari Allah di kehidupan
setealh didunia kelak adalah apabila engkau tinggalkan untuk orang Islam
khalifah yang benar, maka siapakah pilihanmu?". Jawab Khalifah Sulaiman, "Diri
sendiri melihat Umar Ibn Abdul Aziz".
Surat wasiat diarahkan supaya ditulis nama Umar bin Abdul-Aziz sebagai penerus
kekhalifahan, tetapi dirahasiakan darai kalangan menteri dan keluarga. Sebelum
wafatnya Sulaiman, ia memerintahkan supaya para menteri dan para gubernur
berbai’ah dengan nama bakal khalifah yang tercantum dalam surat wasiat tersebut.
7. Naiknya Umar sebagai Amirul Mukminin
Seluruh umat Islam berkumpul di dalam masjid dalam keadaan meminta
keterangan ke mana-mana, siapa khalifah mereka yang baru. Raja’ Ibn Haiwah
mengumumkan, "Bangunlah wahai Umar bin Abdul-Aziz, sesungguhnya nama
engkaulah yang tertulis dalam surat ini".
Umar bin Abdul-Aziz bentuk seraya bertutur, "Wahai manusia, sesungguhnya
letak ini diberikan kepadaku tanpa bermusyawarah dahulu denganku dan tanpa
pernah diri sendiri menantinya, sesungguhnya diri sendiri mencabut bai’ah yang
benar dileher kamu dan pilihlah siapa yang kalian kehendaki".
Umat tetap menghendaki Umar sebagai khalifah dan Umar menerima dengan hati
yang berat, hati yang takut kepada Allah dan tangisan. Segala keistimewaan
sebagai khalifah ditampik dan Umar pulang ke rumah.
Ketika pulang ke rumah, Umar berfikir tentang tugas baru untuk memerintah
seluruh daerah Islam yang luas dalam kelelahan setelah mengurus jenazah
Khalifah Sulaiman bin Abdul-Malik. Ia berniat untuk tidur.

114
Pada saat itulah anaknya yang berusia 15 tahun, Abdul-Malik masuk melihat
ayahnya dan bertutur, "Apakah yang masih engkau lakukan wahai Amirul
Mukminin?".
Umar menjawab, "Wahai anakku, ayahmu letih mengurusi jenazah bapak
saudaramu dan ayahmu tidak pernah merasakan keletihan seperti ini".
"Sah apa engkau akan buat wahai ayah?", Tanya anaknya akan tahu.
Umar membalas, "Ayah akan tidur sebentar hingga masuk waktu zuhur,
kesudahan ayah akan keluar untuk salat bersama rakyat".
Apa pula kata anaknya apabila mengetahui ayahnya Amirul Mukminin yang baru
“Ayah, siapa pula yang menjamin ayah masih hidup sehingga waktu zuhur nanti
sedangkan sekarang adalah tanggungjawab Amirul Mukminin mengembalikan
hak-hak orang yang dizalimi” Umar ibn Abdul Aziz terus terbangun dan
membatalkan niat untuk tidur, ia memanggil anaknya mendekati ia, mengucup
kedua belah mata anaknya sambil bertutur “Segala puji untuk Allah yang
mengeluarkan dari keturunanku, orang yang menolong diri sendiri di atas
agamaku”
8. Pemerintahan Umar bin Abdul-Aziz
Hari kedua dilantik menjadi khalifah, ia menyampaikan khutbah umum. Dihujung
khutbahnya, ia bertutur “Wahai manusia, tiada nabi selepas Muhammad SAW dan
tiada kitab selepas al-Quran, diri sendiri bukan penentu hukum malah diri sendiri
pelaksana hukum Allah, diri sendiri bukan berbakat bid’ah malah diri sendiri
seorang yang mengikut sunnah, diri sendiri bukan orang yang sangat baik
dikalangan kamu sedangkan diri sendiri cuma orang yang sangat berat
tanggungannya dikalangan kamu, diri sendiri mengucapkan ucapan ini sedangkan
diri sendiri tahu diri sendiri adalah orang yang sangat banyak dosa di sisi Allah”
Ia kesudahan duduk dan menangis "Alangkah akbarnya ujian Allah kepadaku"
sambung Umar Ibn Abdul Aziz.
Ia pulang ke rumah dan menangis sehingga ditegur isteri “Apa yang Amirul
Mukminin tangiskan?” Ia mejawab “Wahai isteriku, diri sendiri telah diuji oleh
Allah dengan jawatan ini dan diri sendiri masih teringat kepada orang-orang yang
miskin, ibu-ibu yang janda, anaknya ramai, rezekinya sedikit, diri sendiri teringat
orang-orang dalam tawanan, para fuqara’ kaum muslimin. Diri sendiri tahu

115
mereka semua ini akan mendakwaku di kehidupan setealh didunia kelak dan diri
sendiri bertanya-tanya diri sendiri tidak dapat jawab hujjah-hujjah mereka sebagai
khalifah kerana diri sendiri tahu, yang menjadi pembela di pihak mereka adalah
Rasulullah SAW’’ Isterinya juga turut mengalir cairan mata.
Umar Ibn Abdul Aziz mula memeritah pada usia 36 tahun sepanjang tempoh 2
tahun 5 bulan 5 hari. Pemerintahan ia sangat menakjubkan. Pada waktu inilah
diistilahkan tiada siapa pun umat Islam yang layak menerima zakat sehingga harta
zakat yang menggunung itu terpaksa diiklankan kepada sesiapa yang tiada
pembiayaan untuk bernikah dan juga hal-hal lain.
9. Surat dari Raja Sriwijaya
Tercatat Raja Sriwijaya pernah dua kali mengirimkan surat kepada khalifah Bani
Umayyah. Yang pertama dikirim kepada Muawiyah I, dan yang ke-2 kepada
Umar bin Abdul-Aziz. Surat kedua didokumentasikan oleh Abd Rabbih (860-940)
dalam karyanya Al-Iqdul Farid. Potongan surat tersebut berbunyi:
Dari Rajadiraja...; yang adalah keturunan seribu raja ..... .... kepada Raja Arab
yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan yang lain dengan Tuhan. Aku telah
mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak
begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan; dan aku akan Anda
mengirimkan kepada aku seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada aku,
dan menjelaskan kepada aku hukum-hukumnya.
10. Hari-hari terakhir Umar bin Abdul-Aziz
Umar bin Abdul-Aziz wafat dikarenakan oleh sakit dampak diracun oleh
pembantunya. Umat Islam datang berziarah melihat kedhaifan hidup khalifah
sehingga ditegur oleh menteri kepada isterinya, "Gantilah baju khalifah itu",
dibalas isterinya, "Itu saja pakaian yang khalifah miliki".
Apabila ia ditanya “Wahai Amirul Mukminin, tidakkah engkau bersedia
mewasiatkan sesuatu kepada anak-anakmu?”
Umar Abdul Aziz menjawab: "Apa yang akan kuwasiatkan? Diri sendiri tidak
memiliki apa-apa"
"Mengapa engkau tinggalkan anak-anakmu dalam keadaan tidak memiliki?"
"Jika anak-anakku orang soleh, Allah lah yang menguruskan orang-orang soleh.
Jika mereka orang-orang yang tidak soleh, diri sendiri tidak bersedia

116
meninggalkan hartaku di tangan orang yang mendurhakai Allah lalu
menggunakan hartaku untuk mendurhakai Allah"
Pada waktu lain, Umar bin Abdul-Aziz memanggil semua anaknya dan berkata:
"Wahai anak-anakku, sesungguhnya ayahmu telah diberi dua pilihan, pertama :
menjadikan kamu semua kaya dan ayah masuk ke dalam neraka, kedua: kamu
miskin seperti sekarang dan ayah masuk ke dalam surga (kerana tidak
menggunakan uang rakyat). Sesungguhnya wahai anak-anakku, diri sendiri telah
memilih surga." (beliau tidak berkata : diri sendiri telah memilih kamu susah)
Anak-anaknya ditinggalkan tidak berharta dibandingkan anak-anak gubernur lain
yang kaya. Setelah kejatuhan Bani Umayyah dan masa-masa setelahnya,
keturunan Umar bin Abdul-Aziz adalah golongan yang kaya berkat doa dan
tawakkal Umar bin Abdul-Aziz.

C. Muhammad Al-Fath (Sultan Mahmed II)


1. Kelahiran dan Masa Muda
Muhammad al-Fatih atau biasa disebut Sultan Mehmed II dilahirkan pada 27
Rajab 835 H/30 Maret 1432 M di Kota Erdine, ibu kota Daulah Utsmaniyah saat
itu. Ia adalah putra dari Sultan Murad II yang merupakan raja keenam Daulah
Utsmaniyah.
Ayah Muhammad Al Fatih yang bernama Sultan Murad II memiliki kesungguhan
yang luar biasa terhadap pendidikan Muhammad Al-Fatih. Ia menempa putranya
agar kelak menjadi seorang pemimpin yang baik dan tangguh.
Perhatian tersebut terlihat dari Muhammad Al-Fatih kecil yang telah
menyelesaikan hafalan Alquran 30 juz, mempelajari hadis-hadis, memahami ilmu
fikih, belajar matematika, ilmu falak, dan strategi perang. Selain itu, Muhammad
juga mempelajari berbagai bahasa, seperti: bahasa Arab, Persia, Latin, dan
Yunani. Tidak heran, pada usia 21 tahun Muhammad sangat lancar berbahasa
Arab, Turki, Persia, Ibrani, Latin, dan Yunani, luar biasa!
Muhammad al-Fatih adalah pejuang dan juga seorang raja atau sultan Kerajaan
Utsmani yang paling terkenal. Ia merupakan sultan ketujuh dalam sejarah Bani
Utsmaniah.

117
Al-Fatih adalah gelar yang senantiasa melekat pada namanya karena dialah yang
mengakhiri atau menaklukkan Kerajaan Romawi Timur yang telah berkuasa
selama 11 abad.
Walaupun usianya baru seumur jagung, sang ayah, Sultan Murad II, mengamanati
Sultan Muhammad memimpin suatu daerah dengan bimbingan para ulama. Hal
itu dilakukan sang ayah agar anaknya cepat menyadari bahwa dia memiliki
tanggung jawab yang besar di kemudian hari. Bimbingan para ulama diharapkan
menjadi kompas yang mengarahkan pemikiran anaknya agar sejalan dengan
pemahaman Islam yang benar.
2. Menjadi Penguasa Utsmani
Sultan Muhammad II diangkat menjadi Khalifah Utsmaniyah pada tanggal 5
Muharam 855 H bersamaan dengan 7 Febuari 1451 M. Program besar yang
langsung ia canangkan ketika menjabat sebagai khalifah adalah menaklukkan
Konstantinopel.
Langkah pertama yang Sultan Muhammad lakukan untuk mewujudkan cita-
citanya adalah melakukan kebijakan militer dan politik luar negeri yang strategis.
Ia memperbarui perjanjian dan kesepakatan yang telah terjalin dengan negara-
negara tetangga dan sekutu-sekutu militernya. Pengaturan ulang perjanjian
tersebut bertujuan menghilangkan pengaruh Kerajaan Bizantium Romawi di
wilayah-wilayah tetangga Utsmaniah baik secara politis maupun militer.
3. Konstantinopel
Konstantinopel, kota yang didirikan Kaisar Romawi Konstantinus Agung pada
330 M, merupakan salah satu kota termasyur di dunia saat itu. Di dunia Kristen,
Konstantinopel menjadi yang maju dalam segi kebudayaan dan kesejahteraan,
terutama pada masa Wangsa Komnenos.
Sebelas abad berikutnya, berbagai upaya penaklukan Konstantinopel dilakukan
oleh banyak pihak. Para pemimpin Muslim dari generasi ke generasi, diawali
Mu’awiyah bin Abi Sufyan, juga termasuk mereka yang berusaha menaklukan
Konstantinopel, meskipun semua upaya itu gagal.
Meski begitu, sebelum tahun 1453, hanya satu kali kota ini berhasil diduduki,
yakni pada masa Perang Salib Keempat. Pasukan Salib menduduki

118
Konstantinopel dan mendirikan Kekaisaran Latin (Romawi Timur Katolik) pada
1204.
Pada masa kekuasaan Kekaisaran Latin, Konstantinopel mengalami kemunduran
dalam berbagai segi. Sepertiga penduduk menjadi tuna wisma. Para pejabat,
bangSAWan, dan pemuka agama tinggi diasingkan. Segala kerusuhan ini
menjadikan populasi Konstantinopel berkurang drastis. Timah dan perunggu dari
berbagai bangunan diambil dan dijual untuk membiayai pertahanan negara.
Hagia Sophia yang awalnya merupakan Basilika Kristen Ortodoks diubah menjadi
Basilika Katolik sampai akhir masa kekuasaan pihak Katolik di Konstantinopel.
Pihak Nicea mengakhiri kekuasaan Kekaisaran Latin Katolik dengan merebut
kembali Konstantinopel, memulihkan kekuasaan Kekaisaran Romawi Timur
Ortodoks pada 1261, tetapi pemerintahan di Trebizond dan Epirus masih terus
berlanjut secara mandiri sebagai negara berdaulat.
Meski pemerintahan Romawi Timur Ortodoks telah dipulihkan, negara telah
kehilangan banyak sumber daya dan ekonominya dan berjuang untuk bertahan.
Kaisar Mikhael VIII Palaiologos berhasil memulihkan sebagian keadaan
Konstantinopel dan di masa kekuasaannya, penduduk Konstantinopel yang
awalnya tinggal sekitar 35.000 jiwa naik dua kali lipat. Namun keadaan negara
jatuh dalam kekacauan saat terjadi perang saudara sepeninggal Kaisar Andronikos
III Palaiologos, Serbia menduduki sebagian wilayah kekaisaran, begitu juga
Utsmani yang menguasai sebagian besar Balkan setelah Pertempuran Kosovo.
4. Menaklukkan Bizantium
Sultan Muhammad II juga menyiapkan lebih dari 4 juta prajurit yang akan
mengepung Konstantinopel dari darat. Pada saat mengepung benteng Bizantium
banyak pasukan Utsmani yang gugur karena kuatnya pertahanan benteng tersebut.
Pengepungan yang berlangsung tidak kurang dari 50 hari itu, benar-benar menguji
kesabaran pasukan Utsmani, menguras tenaga, pikiran, dan perbekalan mereka.
Pertahanan yang tangguh dari kerajaan besar Romawi ini terlihat sejak mula.
Sebelum musuh mencapai benteng mereka, Bizantium telah memagari laut
mereka dengan rantai yang membentang di semenanjung Tanduk Emas. Tidak
mungkin bisa menyentuh benteng Bizantium kecuali dengan melintasi rantai
tersebut.

119
Akhirnya Sultan Muhammad menemukan ide yang ia anggap merupakan satu-
satunya cara agar bisa melewati pagar tersebut. Ide ini mirip dengan yang
dilakukan oleh para pangeran Kiev yang menyerang Bizantium di abad ke-10,
para pangeran Kiev menarik kapalnya keluar Selat Bosporus, mengelilingi Galata,
dan meluncurkannya kembali di Tanduk Emas, akan tetapi pasukan mereka tetap
dikalahkan oleh orang-orang Bizantium Romawi. Sultan Muhammad
melakukannya dengan cara yang lebih cerdik lagi, ia menggandeng 70 kapalnya
melintasi Galata ke muara setelah meminyaki batang-batang kayu. Hal itu
dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, tidak sampai satu malam.
Di pagi hari, Bizantium kaget bukan kepalang, mereka sama sekali tidak mengira
Sultan Muhammad dan pasukannya menyeberangkan kapal-kapal mereka lewat
jalur darat. 70 kapal laut diseberangkan lewat jalur darat yang masih ditumbuhi
pohon-pohon besar, menebangi pohon-pohonnya dan menyeberangkan kapal-
kapal dalam waktu satu malam adalah suatu kemustahilan menurut mereka, akan
tetapi itulah yang terjadi.

D. ‘Aisyah Ra
1. Keutamaan Dan Kedudukan ‘Aisyah Ra
Imam Adz Dzahabi berkata, “’Aisyah putrid pemimpin terbesar orang-orang yang
shidiq dan khalifah Rasulullah SAW. Al Qurasyiyyah, At Taimiyah, An
Nabawiyah, ibunda orang-orang yang beriman (ummul mukminin) dan istri Nabi

120
SAW. Dia adalah wanita yang paling luas ilmu dan pemahamannya di antar
seluruh wanita umat ini.”

‘Aisyah berkulit putih bersih dan parasnya sangat cantik sehingga dijuluki Al
Humaira’. Nabi SAW tidak pernah menikah dengan seorang gadis selain ‘Aisyah
dan tidak ada wanita yang lebih dicintai oleh beliau darinya, serta tidak ada wanita
di umat ini (bahkan seluruh wanita di dunia ini) yang lebih tinggi ilmunya dari
‘Aisyah.
Beliau adalah salah satu ummul mukminin, istri manusia agung Rasulullah SAW.
Ayahnya adalah sahabat terbaik Rasulullah yaitu Abu Bakar Ash Shidiq. Ibunya,
Ummu Ruman binti ‘Amir merupakan salah satu sahabat terkemuka yang banyak
berjasa pada Islam. ‘Aisyah terlahir dalam kondisi islami, dimana kedua orang
tuanya sudah beriman kepada Allah SWT.
‘Aisyah ra berkata, “Ketika aku mulai mengerti, kudapati ayah dan ibuku telah
memeluk agama ini.”
Dengan demikian, ‘Aisyah tumbuh di bawah asuhan orang tua yang mulia.
Bahkan ia kemudian tahu bahwa diriya menjadi putrid manusia paling baik setelah
Rasulullah SAW.
2. Kisah Pernikahan Yang Penuh Berkah
Keputusan Nabi SAW menikah dengan ‘Aisyah ra berdasarkan petunjuk wahyu.
Rasulullah SAW pernah melihatnya dalam mimpi selama tiga malam. Dalam
mimpinya, Jibril datang dengan membawa gambar ‘Aisyah seraya berkata, “Ini
adalah istrimu di duia dan akhirat.”
‘Aisyah menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Aku bermimpi selama tiga malam. Malaikat datang kepadaku dengan membawa
gambarmu dalam sepotong kain sutera seraya berkata, ‘Inilah istrimu.’ Lalu, aku
buka kain penutup wajahmu, ternyata itu adalah gambarmu. Saat itu aku
bergumam, jika ini kehendak Allah, maka pasti terlaksana.” (Muttafaq ‘alaih)
Abu Bakar menikahkan putrinya dengan Rasulullah SAW saat ‘Aisyah berusia 6
tahun. Imam Adz Dzahabi berkata, “Rasulullah SAW menikah dengan ‘Aisyah
setelah Khadijah ra wafat. Beliau menikah dengan ‘Aisyah dan Saudah dalam
waktu bersamaan, namun serumah dengan Saudah lebih dulu selama tiga tahun,

121
kemudian baru serumah dengan ‘Aisyah pada bulan Syawwal setelah peristiwa
Perang Badar.”
Kaum muslimin kembali dari Perang Badar dengan membawa kemenangan besar
atas petolongan Allah SWT. Setelah Ramadhan berlalu, tibalah bulan Syawwal,
saat itu Nabi SAW mulai serumah dengan ‘Aisyah. Pada saat hari yang
berbahagia itu, para sahabat berkumpul di rumah Abu Bakar ra dengan wajah
berseri dan perasaan gembira.
‘Aisyah ra menuturkan:
“Rasululullah menikahiku (akad) saat aku berusia 6 tahun. Saat tiba di Madinah,
kami tinggal di perkampungan bani Al Harits bin Khazraj. Aku sempat sakit
demam hingga rambutku rusak. Ketika rambutku mulai tumbuh kembali, ibuku,
Ummu Ruman menemuiku. Saat itu, aku sedang bermain dengan anak-anak
sebayaku di atas kayu. Ibuku memanggil dan aku lansgung menemuinya. Aku
tidak tahu maksudnya memanggilku. Ibu langsung mengepit tanganku. Dan
membawaku pulang ke ruamh. Sampai depan pintu rumah, napasku masih
tersengal-sengal. Aku dibiarkan beristirahat sejenak hingga napasku normal
kembali. Kemudian, ibu mengambil air untuk membersihkan muka dan kepalaku
lalu membawaku masuk ke rumah. Ternyata di dalam rumah telah berkumpul
sejumlah wanita Anshar yang segera menyambutku, ‘Semoga kebaikan dan
keberkahan mnyertaimu.’ Ibu menyerahkanku kepada mereka untuk dirias.
Sampai saat itu aku belum sadar apa yang sebenarnya sedang terjadi hingga
ketika tiba waktu dhuha aku dikejutkan dengan kedatangan Rasulullah SAW.
Melihat kedatangan beliau, manita-wanita Anshar pergi dan membiarkan aku
bersama beliau. Saat itu aku berusia 9 tahun.” (Muttafaq ‘alaih)

Kebahagiaan senantiasa menyelimuti keluarga Rasulullah SAW meskipun


kehidupannya sederhana dan serba terbatas. Tidak jarang, selama berhari-hari
bahkan berminggu-minggu, dapur rumah beliau tidak mengepulkan asap, karena
mereka hanya dapat makan Al Aswadaan, yakni kurma dan air. Mereka hidup
bahagia, karena hati mereka selalu berinteraksi dengan Allah.

122
Kondisi inilah yang menjadikan Ummul Mukminin ‘Aisyah ra sebagai wanita
terkemuka dengan segudang keistimewaan. Wanita terkemuka dalam
kedermawanan, kezuhudan, dan sifat yang mulia.
3. Wanita Yang Masih Terlalu Muda
Nabi SAW sangat memahami dan memaklumi keadaan ‘Aisyah dengan usianya
yang terbilang sangat muda. Di samping usaha beliau untuk emndidiknya dengan
ilmu, hikmah dan akhlak, beliau tidak melarangnya untuk melakukan hal-hal yang
pantas dilakukan oleh anak-anak sebayanya. Rasulullah SAW membiarkannya
bermain dengan mainan-mainannya. Bahkan tidak jarang beliau memanggil
teman-teman sebaya ‘Aisyah ra untuk bermain dengannya agar ia merasa senang
dan bahagia.
‘Aisyah ra berkata
“Aku mendapati Nabi SAW melindungi tubuhku dengan kainnya agar aku dpat
melihat orang-orang Habasyah yang sedang bermain di dalam masjid hingga aku
merasa bosan. Maklumlah keadaan wanita yang usianya masih terlalu muda dan
senang bermain.” (Muttafaq ‘alaih)
‘Aisyah ra menceritakan bahwa ia pernah bermian dengan anak-anak perempuan
sebynya di depn Rasulullah SAW.
“Teman-teman perempuan sepermainanku suka datang ke rumah. Awalnya
mereka sangat segan bertemu dengan Rasulullah SAW, tetapi beliau malah
menyuruh mereka untuk berkumpul di sekitarku.” (Muttafaq ‘alaih)

Dalam kisah lain, ‘Aisyah ra menuturkan


“Saat itu Rasulullah SAW pulang dari Perang Tabuk atau Khaibar. Rak yang ada
di kamarku tertutup kain, tiba-tiba angin bertiup sehingga ujung kain penutup rak
terbuka dan terlihatlah boneka-boneka kecil berbentuk anak perempuan milik
‘Aisyah. Rasulullah SAW bertanya, ‘Apa ini wahai ‘Aisyah?’ ‘Aisyah ra
menjawab, ‘Itu anak-anak perempuanku.’ Rasulullah SAW melihat seekor kuda
memiliki dua sayap yang terselip di antara boneka-boneka tersebut, maka beliau
bertanya lagi, ‘Apa yang terselip di tengah-tengah boneka itu?’ ‘Aisyah ra
menjawab, ‘Kuda.’ Beliau melanjutkan, ‘Lantas, apa ini yang menempel di
punggungnya?’ ‘Aisyah menjawab, ‘Sayap.’ Beliau bertanya lagi, ‘Apakah ada

123
kuda yang tidak memiliki dua sayap?’ ‘Aisyah ra menjawab, ‘Apakah engkau
tidak pernah mendengar bahwa Sulaiman punya seekor kuda yang memiliki
banyak sayap?’ Mendengar jawaban itu, Rasulullah SAW tersenyum lebar
sehingga gigi taringnya terlihat dengan jelas.” (HR Abu Dawud dan Nasa’i)
Lebih jauh dari itu, Rasulullah SAW menunjukkan kerendahan hati dan kesabaran
yang sangat tinggi. Rasulullah SAW pernah mengajak ‘Aisyah ra lomba lari untuk
membuktikan kepadanya bahwa beliau tidak menjauhkannya dari kasih sayang,
kelembutan, dan perhatian.

‘Aisyah ra menuturkan
“Aku menemani perjalanan Rasulullah SAW. Saat itu aku masih kecil dan tubuhku
masih ramping (tidak gemuk). Tiba-tiba Rasulullah SAW berkatya kepada para
sahabat di sekitarnya, ‘Majulah, majulah.’ Mereka pun berjalan lebih cepat dan
maju. Kemudian, beliau berkata kepadaku, ‘Hai ‘Aisyah, ayo kita lomba lari.’
Kami pun berlomba, dan aku berhasil mendahului beliau. Cukup lama beliau
tidak mengungkit-ungkit kejadian itu hingga suatu masa ketka tubuhku mulai
gemuk dan aku tidak ingat lagi dengannya. Saat itu, aku mendampingi beliau lagi
dalam sebuah perjalanan. Tiba-tiba beliau berkata kepada para sahabat di
sekitarnya, ‘Majulah.’ Mereka pun maju. Kemudian, beliau berkata kepadaku,
‘Hai ‘Aisyah, ayo kita lomba lari.’ Kami pun berlomba, tapi kali ini beliau
berhasil mendahuluiku. Beliau tampak tersenyum, lalu berkata, ‘Sekarang kita
seri, kemenanganku saat ini membalas kekalahanku dulu.’” (HR Ahmad)
Selain kemuliaan sifatnya, ‘Aisyah ra juga memiliki sifat-sifat manusiawi seperti
marah ataupun cemburu. Beberapa kisah kecemburuan beliau ditulis dalam
beberapa riwayat.
Bukhari meriwayatkan dari Anas ra bahwa pada suatu ketika Nabi SAW sedang
berada di rumah salah seorang istrinya. Salah satu istrinya yang lain mengirim
makanan dalam nampan. Tiba-tiba istri Rasulullah SAW sedang berada dekat
beliau memukul tangan pelayan yang membawa nampan, hingga nampan tersebut
jatuh dan pecah. Rasulullah SAW mengumpulkan pecahan nampan tersebut,
kemudian mengumpulkan makanan yang tercecer seraya bersabda, “Ibu kalian
sedang cemburu.” Rasulullah SAW menahan pelayan beberapa saat, lalu

124
mengambil nampan baru dari rumah istrinya yang sedang bersama beliau dan
menyerahkannya kepada pelayan dengan pesan agar diberikan kepada istri beliau
yang mengirim makanan dan nampannya pecah, sementara nampan yang pecah
tetap disimpan di situ.” (HR Bukhari)

‘Aisyah ra berkata
“Aku tidak pernah cemburu kepada istri-istri Nabi SAW sebesar kecemburuanku
kepada Khadijah. Padahal, aku tidak pernah melihatnya. Maslahnya, Rasulullah
SAW selalu menyebut-nyebutnya, bahkan apabila beliau menyembelih kambing,
maka beliau memotong-motongnya menjadi beberapa bagian, lalu
membagikannya kepada teman-teman wanita Khadijah. Aku (‘Aisyah) pernah
mengomentarinya, ‘Seperti tidak ada wanita lain di dunia ini selain Khadijah?’
Beliau menjawab, ‘Sesungguhnya Khadijah adalah begini, begini, dan aku
mendapat keturunan darinya.” (Muttafaq ‘alaih)

Masih banyak kisah bagaimana sifat manusiawi ‘Aisyah sebagai seorang istri,
terlebih dengan usia beliau yang masih muda. Namun itu sama sekali tidak
mengurangi kedudukan dan kemuliaan beliau baik sebagai istri Rasulullah
maupun sebagai wanita yang sholihah.
4. Keistimewaan ‘Aisyah Ra
a. Zuhud.
‘Aisyah ra dibesarkan di lingkungan keluarga Abu Bakar ra. Di sinilah ia belajar
kezuhudan dari sang ayah yang mengorbankan seluruh hartanya di jalan Allah.
Setelah menikah dengan Rasulullah, ‘Aisyah ra mencapai derajat kezuhudan yang
sangat tinggi karena beliau menyaksikan langsung sisi kezuhudan yang sangat
tinggi pada Rasulullah SAW.
‘Aisyah ra berkata:
“Rasulullah SAW meninggal dunia tanpa meninggalkan sedikitpun makanan di
rumahku, kecuali sedikit gandum yang tersimpan di atas rak. Aku terus makan
darinya dalam waktu yang cukup lama (tidak habis-habis), hingga akhirnya aku
timbang dan barulah habis.” (Muttafaq ‘alaih)

125
‘Aisyah meriwayatkan:
“Keluarga Muhammad SAW tidak pernah kenyang dengan roti gandum selama
dua hari berturut-turut sampai beliau meninggal dunia.” (HR Muslim)
b. Dermawan
‘Urwah pernah menggambarkan gaya hidup ‘Aisyah ra bahwa ia pernah
membagi-bagikan 70.000 dirham (uang perak), padahal pada saat yang sama ia
menambal jahitan pakaiannya.”
‘Urwah berkata, “’Aisyah ra tidak pernah menyimpan rejeki yang diterimanya
untuk dirinya. Semuanya dishadaqahkan kepada orang lain.”
c. Ahli Puasa
‘Urwah menuturkan bahwa ‘Aisyah ra selalu berpuasa. Al Qasim menyatakan
bahwa ‘Aisyah berpuasa sepanjang masa. Kecuali pada hari-hari yang dilarang
berpuasa, seperti hari saya, hari tasyrik, dan ketika sedang haid.
d. Ahli Ibadah
Dalam riwayat lain ‘Urwah menyatakan:
“Setiap hari aku memulai kegiatanku dengan mengunjungi ‘Aisayh ra untuk
mengucapkan salam kepadanya. Pada suatu hari, aku pergi ke rumahnya, ternyata
dia sedang shalat dan berdo’a. Ia membaca firman Allah SWT
“Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab
neraka.” (QS AthThur: 27)
Aisyah terus berdo’a dan menangis sambil mengulang-ulang bacaan ayat itu. Aku
tetap berdiri hingga merasa bosan, sehingga aku mampir dulu ke pasar untuk
membeli keperluanku dan kembali lagi ke rumahnya. Akan tetapi, termyata
‘Aisyah masih berdiri seperti tadi. Ia masih sholat dan menangis.”
e. Ikut Serta ke Medan Jihad
Ketika terjadi Perang Uhud, ‘Aisyah ra turut andil membawa air di atas
pundaknya untuk member minum kepada para mujahidin, padahal saai itu usianya
masih sangat muda. Anas bin Malik ra menceritakan peran ‘Aisyah ra dalam
perang tersebut.
“Aku melihat ‘Aisyah binti Abu Bakar dan Ummu sulaim bergerak sangat
cekatan, sehingga gelang yang melingkar pada kaki mereka terlihat. Mereka
membawa wadah-wadah air di atas perut mereka, kemudian memberikannya

126
kepada tentara kaum muslimin. Setelah habis, mereka berdua kembali untuk
mengisi wadah-wadah tersebut dengan air dan datang lagi untuk
meminumkannya kepada mereka.” (Muttafaq ‘alaih)
f. Istri yang Sholihah
‘Aisyah menuturkan
“Suatu ketika paman sepenyusuanku datang untuk menemuiku. Aku enggan
menyambutnya sebelum aku minta izin kepada Rasulullah SAW. Ketika
Rasulullah SAW tiba di rumah, aku berkata, ‘Sesungguhnya paman
sepenyusuanku datanag utnutk bertemu denganku, tapi aku tidak mengijinkannya
masuk.’ Rasulullah SAW bersabda, ‘Biarlah paman sepenyusuanmu itu masuk
dan menemuimu.’ ‘Aisyah berkata, ‘Bukankah yang menyususiku dulu adalah
perempuan? Aku tidak menyusu kepada laki-laki.’ Rasulullah SAW bersabda, ‘dia
tetap pamanmu. Biarkanlah dia masuk dan menemuimu’.” (Muttafaq ‘alaih)
g. Sang Pemalu
‘Aisyah ra mengatakan
“Setiap kali aku masuk ke rumahku yang didalamnya telah dimakamkan jasad
Rasulullah SAW dan ayahku sedniri, dan hendak membuka baju, aku berkata
dalam hati, “Tidak perlu malu, karena di sini hanya ada suamiku dan ayahku
sendiri.’ Tetapi setelah ‘Umar ra dimakamkan di tempat yang sama, demi Allah,
setiap berada dalam rumah, aku selalu memakai pakaian lengkap, karena malu
kepada ‘Umar ra.
h. Ahli Ilmu
‘Urwah bin Zubair berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih banyak
ilmunya dari ‘Aisyah ra dalam hal pemahaman masalah agama, kedokteran, dan
puisi.”
‘Aisyah ra adalah seorang wanita mujtahid yang memiliki pandangan tajam dan
pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah ushuluddin dan ayat-ayat
Al Qur’an yang terbilang pelik. Selain itu, ‘Aisyah ra juga pandai membaca.
Padahal, hanya sedikit sahabat Rasulullah SAW yang memiliki kemahiran ini.
Lebih dari itu, tak jarang ‘Aisyah ra meralat dan meluruskan pendapat-pendapat
para sahabat. Dan, jika mereka tahu ‘Aisyah meluruskannya, maka mereka tidak
segan-segan untuk mengikuti pendapatnya.

127
Musa bin Thalhah berkata, “Aku tidak pernah menemukan orang yang lebih fasih
dari ‘Aisyah. Hisyam menyatakan bahwa ayahnya berkata, “Tidak jarang ‘Aisyah
membacakan 60 bait atau lebih dalam satu kali pembicaraan.”

Abu Zinad berkata, “Aku belum pernah melihat orang yang lebih fasih dari
‘Urwah. Tapi ketika ada orang yang berkata kepada ‘Urwah, ‘Hebat sekali
puisimu!’ ‘Urwah berkata, ‘apa artinya puisiku jika dibandingkan dengan
‘Aisyah? Setiap mengalami peristiwa yang mengesankan, ‘Aisyah selalu
mengungkapkannya dalam puisi.
Ibnu Sirin meriwayatkan bahwa Al Ahnaf berkata, “Aku telah mendengar pidato
abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali dan khalifah-khalifah berikutnya. Tetapi, aku
tidak pernah mendengar perkataan yang keluar dari lisan manusia yang lebih
anggun dan lebih baik dari perkataan ‘Aisyah.”
Keunggulan ‘Aisyah dalam sastra dan kefasihannya terasah dari seringnya Nabi
SAW menerima delegasi kabilah-kabilah arab di Masjid Nabawi. ‘Aisyah ra yang
kamarnya bersebelahan dengan Masjid Nabawi mendengarkan kefasihan bahasa
mereka, menguasai ucapan-ucapan dan pidato Rasulullah SAW yang disampaikan
kepada mereka.
i. Ilmu Kedokteran
Hisyam menuturkan bahwa ayahnya berkata, “Aku pernah belajhar kepada
‘Aisyah. Aku tidak pernah menemui orang yang lebih mengerti tentang ayat Al
Qur’an, kewajiban agama, sunnah, puisi, kekuatan riwayat, peristiwa-peristiwa
besar yang dialami oleh bangsa Arab, dan begini begitu, kehakiman, dan
kedokteran daripada ‘Aisyah. Aku pernah bertanya kepadanya, ‘Wahai bibi,dari
mana engkau belajar kedokteran?’ ‘Aisyah ra menjawab, ‘Ketika aku sakit,
Rasulullah SAW mengajariku cara mengobatinya, lalu beliau sakit, banyak orang
yang member tahu tentang cara menyembuhkannya. Aku juga mendengar orang-
orang membicarkan obat yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit yang
mereka alami. Semua itu aku kuasai dengan baik.

128
j. Itsar (mengutamakan orang lain)
Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa suatu hari Abdullah bin Umar, putra
Umar bin Khattab menemui ‘Aisyah guna menyampaikan pesan ayahnya yang
pada detik-detik kematiannya meminta agar dikuburkan bersama kedua
sahabatnya, Rasulullah SAW dan Abu Bakar. ‘Aisyah ra menjawab, “Sebenarnya
aku ingin sisa tempat tersebut untuk kuburanku, tapi hari ini aku putuskan untuk
memberikannya kepada Umar.
5. Akhir Kehidupan
Pada bulan Ramadhan tahun 58 Hijriah, Ummul Mukminin ‘Aisyah ra sakit
keras. Sebelum meninggal ia berwasiat agar dikuburkan di pemakaman Baqi’
bersama rekan-rekannya sesama istri Nabi SAW dan keluarga beliau.
Tepat tanggal 17 Ramadhan, beliau menghembuskan napas terakhir dan
kembali ke haribaan Tuhannya dengan penuh keridhaan dan diridhai. Ketika
kepergian ‘Aisyah ra diumumkan, ummu Salamah berkata, “Demi Allah, dia
adalah orang yang paling dicintai oleh Rasulullah SAW selain ayahnya.”
Jasad ‘Aisyah ra dimakamkan malam itu juga tepat setelah sholat witir.
Sebelum itu, Abu Hurairah mengimami shalat jenazah. Banyak sekali kaum
muslimin yang hadir dalam shalat tersebut, bahkan penduduk negeri ‘Awali
pun hadir dan ikut mengantar jasad suci itu menuju persemayaman terakhir.
Masyarakat Madinah tidak pernah menyaksikan malam yang lebih ramai dari
malam tersebut.
E. Siti Walidah (Nyai Ahmad Dahlan)
1. Kehidupan Masa Kecil
Siti Walidah atau lebih dikenal sebagai Nyai Ahmad Dahlan, lahir pada tahun
1872 di Kampung Kauman, Yogyakarta. Anak keempat dari tujuh bersaudara ini
adalah keturunan dari Muhammad Fadil, pemuka Agama Islam dan Penghulu
resmi Keraton.
Karena alasan adat yang ketat yang berlaku di lingkungan keraton ia menjadi
puteri ‘pingitan’ hingga datang saatnya untuk menikah. Karena pingitan ini,
pergaulannya pun sangat terbatas. Ia tidak menempuh pendidikan di sekolah
formal. Dengan bimbingan orang tuanya, Siti Walidah belajar Alquran dan kitab-

129
kitab agama berbahasa Arab Jawa (pegon). Ia adalah sosok yang sangat giat
menuntut ilmu, terutama ilmu-ilmu keislaman.
2. Pernikahan Dan Keluarga
Pada 1889 Siti Walidah menikah dengan sepupunya, Muhammad Darwis nama
kecil Kyai Ahmad Dahlan. Dari perkawinannya Siti Walidah dengan KH. Ahmad
Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro,
Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah. (Kutojo, 1991). Setelah menikah, ia
mengikuti segala hal yang diajarkan oleh suaminya. Bahkan, ia kemudian
mengikuti jejak KH Ahmad Dahlan menggerakkan Muhammadiyah, yang
didirikan KH A Dahlan pada tahun 1912. Saat Ahmad Dahlan sedang sibuk-
sibuknya mengembangkan Muhammadiyah saat itu, Nyai Ahmad Dahlan
mengikuti suaminya dalam perjalanannya. Namun, karena beberapa dari
pandangan Ahmad Dahlan tentang Islam dianggap radikal, pasangan ini kerap kali
menerima ancaman. Misalnya, sebelum perjalanan yang dijadwalkan ke
Banyuwangi, Jawa Timur mereka menerima ancaman pembunuhan dari kaum
konservatif di sana.
3. Mendirikan Aisyiyah
Meskipun tak pernah mengenyam pendidikan umum, Nyai Ahmad Dahlan
mempunyai pandangan yang luas. Hal itu disebabkan karena kedekatannya
dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah dan tokoh pemimpin bangsa lainnya. .
Mereka antara lain adalah Jenderal Sudirman, Bung Tomo, Bung Karno, Kyai
Haji Mas Mansyur, dan lainnya. Dia tidak merasa rendah diri terhadap mereka,
bahkan pada berbagai kesempatan, ia selalu menyampaikan nasihat-nasihat yang
sangat bernilai.
Keterlibatannya dengan Muhammadiyah dimulai saat ia turut merintis kelompok
pengajian wanita Sopo Tresno, yang artinya ‘siapa cinta’ tahun 1914. Kegiatan
Sopo Tresno berupa pengkajian agama. Dia dan suaminya bergantian memimpin
kelompok tersebut dalam membaca Al Qur’an dan mendiskusikan maknanya.
Segera ia mulai berfokus pada ayat-ayat Al Qur’an yang membahas isu-isu
perempuan. Dengan kegiatan tersebut diharapkan akan timbul suatu kesadaran
bagi kaum wanita tentang kewajibannya sebagai manusia, isteri, hamba Allah,

130
serta sebagai warga negara. Kegiatan ini juga memperlambat Kristenisasi di Jawa
melalui sekolah yang disponsori oleh pemerintah kolonial.
Kelompok pengajian ini berjalan lancar dan anggotanya terus menerus bertambah.
Nyai Ahmad Dahlan kemudian berpikir untuk mengembangkan Sopo Tresno
menjadi sebuah organisasi kewanitaan berbasis Agama Islam yang mapan.
Akhirnya diadakan pertemuan di rumah rumah Nyai Ahmad Dahlan, yang dihadiri
oleh Kyai Muhtar, Kyai Ahmad Dahlan, Ki Bagus Hadikusuma, KH Fakhruddin,
dan pengurus Muhammadiyah lainnya.
Nama pertama sekali diusulkan adalah ‘Fatimah’ tetapi tidak disetujui oleh para
tokoh yang hadir. Kemudian oleh almarhum Haji Fakhrudin dicetuskan nama
“Aisyiyah”, diambil dari nama isteri Nabi Muhammad, yakni Aisyah. Dan usul
tersebut disetujui dan diterima tokoh yang hadir.
Akhirnya dipilihlah nama Aisyah sebagai organisasi Islam bagi kaum wanita.
Tepat pada malam peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW pada 22 April
1917, organisasi tersebut resmi didirikan dan Nyai Ahmad Dahlan kemudian
tampil sebagai ketuanya. Dan pada tahun 1922, Aisyiyah resmi menjadi bagian
dari Muhammadiyah.
Melalui Aisyiyah, Nyai Ahmad Dahlan mendirikan sekolah-sekolah putri dan
asrama, serta keaksaraan dan program pendidikan Islam bagi perempuan.
Kelompok ini menyebar sampai ke pelosok Indonesia yang kemudian mendorong
berdirinya perwakilan organisasi ‘Aisyiyah. Ia bersama-sama dengan pengurus
Aisyiyah, sering mengadakan perjalanan ke luar daerah sampai ke pelosok desa
untuk menyebarluaskan ide-idenya. Ia pun kerap mendatangi cabang-cabang
Aisyiyah seperti Boyolali, Purwokerto, Pasuruan, Malang, Kepanjen, Ponorogo,
Madiun, dan sebagainya. Karenanya, meskipun sudah tidak duduk dalam
kepengurusan Aisyiyah, organisasi itu menganggap Nyai A. Dahlan adalah Ibu
Aisiyah dan juga Ibu Muhammadiyah.
Nyai Ahmad Dahlan terus aktif di Muhammadiyah dan Aisyiyah, walaupun
suaminya sudah meninggal (1923). Pada tahun 1926, ia memimpin Kongres
Muhammadiyah ke-15 di Surabaya. Saat itu, dalam sidang ‘Aisyiyah yang
dipandunya, duduk puluhan pria di samping mimbar. Mereka adalah wakil
pemerintah, perwakilan organisasi yang belum mempunyai bagian kewanitaan,

131
dan wartawan. Seluruh pembicara dalam sidang itu adalah kaum perempuan, hal
yang tidak ‘lumrah’ pada masa itu.
4. Akhir Kehidupan
Nyai Ahmad Dahlan meninggal pada tanggal 31 Mei 1946 dan dimakamkan di
belakang Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta . Hadir pada saat pemakaman,
sebagai wakil pemerintah, Sekretaris Negara, Abdoel Gaffar Pringgodigdo dan
Menteri Agama, Rasjidi.
Untuk menghormati jasa-jasanya dalam menyebarluaskan Agama Islam dan
mendidik kaum perempuan, pada Hari Pahlawan 10 Nopember 1971 di Istana
Presiden Negara Jakarta, presiden menyerahkan secara resmi SK pengukuhannya
sebagai Pahlawan Nasional. Penghargaan itu diterima salah seorang cucunya, Ny.
M Wardan, isteri KHM Wardan, salah seorang ketua PP Muhammadiyah pada
waktu itu.
Sebagai istri dari seorang pejuang dan ulama besar, Siti Walidah atau lebih
dikenal dengan Nyi Ahmad Dahlan sangat berperan membantu suaminya KH
Ahmad Dahlan dalam perjuangan kemerdekaan serta pengenbangan organisasi
Muhammadiyah dia termasuk wanita pemberani dan tangguh. Beliau disahkan
sebagai Pahlawan, ( SK Presiden Repoblik Indonesia No.042/TK/Tahun 1971
Tanggal 22 September 1971 ).
Di usianya yang ke 74 tahun tepatnya pada 31 Mai 1946 Ia menghembuskan nafas
terakhirnya di Yogyakarta. Ia kemudian dimakamkan di sana. Atas jasa-jasanya
kepada Negara. Nyi H. Siti Walidah. Ahmad Dahlan diberi gelar pahlawan
Nasional.

F. Cut Nyak Dien


Cut Nyak Dien merupakan salah satu pahlawan nasional wanita yang dengan
semangat berjuang melawan Belanda pada masa perang Aceh. Sebagai pahalawan
wanita Indonesia walaupun dia seorang perempuan namun memiliki semangat
juang yang tinggi serta rela mengorbankan kehidupan bahkan nyawanya untuk
membela kaumnya dan negaranya.

132
1. Biografi Lengkap Cut Nyak Dhien
Cut Nyak Dhien dilahirkan dari keluarga bangSAWan yang taat beragama islam
di Aceh Besar pada tahun 1848. Memeluk agama Islam. Ayahnya bernama Teuku
Nanta Seutia merupakan seorang Uleebalang VI Mukim, seorang keturunan Datuk
Makhudum Sati, perantau dari Minangkabau. Datuk Makhdum Sati merupakan
keturunan Laksamana Muda Nanta, yang merupakan perwakilan kesultanan Aceh
pada zaman Sultan Iskandar Muda di Pariaman. Sedangkan ibu Cut Nyak Dhien
adalah putri Uleebalang Lampageu
Pada tahun 1863, saat itu Cut Nyak Dien berusia 12 tahun, ia dijodohkan dengan
Teuku Ibrahim Lamnga, putra dari Teuku Po Amat, Uleebalang Lam Nga XIII.
Suaminya adalah pemuda yang wawasannya luas dan taat agama. Cut Nyak Dien
dan Teuku Umar menikah dan memiliki buah hati seorang laki-laki.
Riwayat sejarah Aceh mencatatkan bahwa Teuku Ibrahim berjuang melawan
kolonial Belanda. Teuku Ibrahim sering kali meninggalkan Cut Nyak Dien dan
anaknya karena melakukan tugas mulia yaitu berjuang melawan kolonial Belanda.
Berbulan-bulan setelah meninggalkan Lam Padang, Teuku Ibrahim kembali
datang untuk menyerukan perintah mengungsi dan mencari perlindungan di
tempat yang aman. Atas seruan dari suaminya itu, Cut Nyak Dien bersama
penduduk lainnya kemudian meninggalkan daerah Lam Padang pada 29
Desember 1875.
Kabar duka menimpa Cut Nyak Dien, pada 29 Juni 1878, Teuku Ibrahim wafat.
Kematian suaminya itu membuat Cut Nyak Dien terpuruk. Namun, kejadian itu
tidak membuatnya putus asa, justru sebaliknya menjadi alasan kuat Cut Nyak
Dien melanjutkan perjuangan sosok suaminya yang sudah wafat.
2. Kehidupan Cut Nyak Dhien dan Jajahan Belanda
Cut Nyak Dhien kecil merupakan anak yang cantik dan taat beragama. Ia
mendapatkan pendidikan Agama dari orangtua dan guru agama. Banyak lelaki
yang suka pada Cut Nyak Dhien dan berusaha untuk melamarnya. Hingga pada
usia 12 tahun, Cut Nyak Dhien dinikahkan oleh orangtuanya dengan Teuku Cek
Ibrahim Lamnga tahun 1862, yang merupakan putra dari Uleebalang Lamnga XII.

133
Pada tanggal 26 maret 1873, Belanda menyatakan perang terhadap Aceh dengan
memulai melepaskan tembakan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang Cidatel
Van Antwerpen.
Pada perang pertama (1873-1874), Aceh melakukan perlawanan terhadap Belanda
yang saat itu di pimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Macmud Syah.
Pada tanggal 8 April 1873 Belanda mendarat di pantai Ceureuneb dibawah
pimpinan Kohler, dan langsung bisa menguasai Masjid Raya Baiturahman dan
membakarnya. Namun Kesultanan Aceh dapat memenangkan perang pertama,
Ibrahim Lamnga yang bertarung dibarisan depan kembali dengan sorak
kemenangan sementara Kohler tewas tertembak pada April 1873.
Pada tahun 1874-1880, dibawah pimpinan Jenderal Jan Van Swieten, daerah VI
Mukim dapat diduduki Belanda pada tahun 1873, sedangkan Keraton Sultan jatuh
pada tahun 1874. Akhirnya Cut Nyak Dhien dan bayinya bersama ibu-ibu dan
rombongan lainnya mengungsi pada tanggal 24 Desember 1875. Sedangkan
suaminya Ibrahim Lamnga melanjutkan pertempuran untuk merebut kembali
daerah VI Mukim.
Ketika Ibrahim Lamnga bertempur di Gle Tarum, ia tewas pada tanggal 29 juni
1878. Hal ini membuat Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah akan
menghancurkan Belanda.
3. Perlawanan Cut Nyak Dhien Terhadap Belanda
Setelah kematian suaminya, pada tahun 1880 ia kembali dilamar oleh Teuku
umar. Pada awalnya Cut Nyak Dhien menolaknya, tapi karena Teuku Umar
membolehkannya untuk ikut dalam medan perang, Akhirnya Cut Nyak Dhien
setuju untuk menikah dengannya dan mereka di karuniai anak yang diberi nama
Cut Gambang. Setelah itu mereka bersama-sama bertempur melawan Belanda.
Perlawaan terhadap Belanda dilanjutnya dengan perang gerilya dan dikorbankan
secara fi’sabilillah. Sekitar pada tahun 1875, Teuku Umar melakukan gerakan
dengan melakukan pendekatan terhadap Belanda dan hubungannya terhadap
Belanda semakin kuat. Pada tanggal 30 september 1893, Teuku Umar dan
pasukannya yang berjumlah 250 orang pergi ke Kutaraja dan menyerahkan diri
kepada Belanda. Belanda sangat senang karena musuh yang dianggapnya
berbahaya mau membantu mereka, sehingga mereka memberikan gelar pada

134
Teuku umar dengan gelar Teuku Umar Johan Pahlawan, dan menjadikannya
sebagai komandan unit pasukan Belanda dengan kekuasaan penuh.
Dibalik penyerahan dirinya, Teuku Umar merahasiakan rencananya untuk menipu
Belanda, meskipun ia dituduh sebagai pengkhianat oleh orang Aceh. Bahkan, Cut
Nyak Meutia datang menemui Cut Nyak Dhien dan memakinya karena Teuku
Umar berkhianat untuk rakyat Aceh. Cut Nyak Dhien berusa memberikan
penjelasan terhadap Cut Meutia bahwa suaminya akan kembali untuk melawan
Belanda lagi.
Namun, Teuku Umar masih terus berhubungan dengan Belanda. Umar mencoba
untuk mempelajari taktik Belanda, sementara pelan-pelan ia mengganti sebanyak
mungkin orang Belanda di Unit yang ia kuasai. Ketika jumlah orang Aceh pada
pasuka tersebut cukup, Teuku Umar mulai melakukan rencana palsu pada orang
Belanda dan mengklaim bahwa ia ingin menyerang basis Aceh.
Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien pergi dengan semua pasukan dengan
perlengkapan berat, senjata dan amunisi Belanda lalu mereka tidak pernah
kembali. Penghiatan tersebut dikenal dengan Het verraad van Teukoe Oemar
(pengkhianatan Teuku Umar). Teuku Umar yang mengkhianati Belanda dan
menyebabkan Belanda marah dan melancarkan operasi besar-besaran untuk
menangkap Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar.
Namun, gerilyawan kini dilengkapi perlengkapan dari Belanda. Mereka mulai
menyerang Belanda sementara Jend. Van Swieten diganti. Penggantinya, adalah
Jend. Jakobus Ludovicius Hubertus Pel, namun dengan cepat ia terbunuh dan
pasukan Belanda berada pada kekacauan. Belanda lalu mencabut gelar Teuku
Umar , membakar rumahnya, dan juga mengejar keberadaannya. Dien dan Umar
terus menekan Belanda, lalu menyerang Banda Aceh (Kutaraja) dan Meulaboh
(bekas basis Teuku Umar), sehingga Belanda terus-terusan mengganti jendral
yang bertugas.

Unit “Marechaussee” lalu dikirim ke Aceh, mereka dianggap biadab dan sulit
untuk di taklukkan oleh orang Aceh. Selain dianggap biadab, kebanyakan dari
pasukan “De Marsose” merupakan orang ‘Tionghoa-Ambon’ yang dapat
menghancurkan semua apa yang ada di jalannya. Akibatnya, pasukan Belanda

135
merasa simpati kepada orang Aceh dan akhirnya Van der Heyden membubarkan
unit “De Marsose”. Peristiwa ini menyebabkan kesuksekan jenderal selanjutnya
karena banyak orang yang tidak ikut melakukan jihad karena kehilangan nyawa
dan ketakutan masih tetap ada pada penduduk Aceh.
Kemudian Jenderal Joannes Benedictus van Heutsz memanfaatkan ketakutan ini
dan mulai menyewa orang Aceh untuk memata-matai pasukan pemberontak untuk
mendapatkan informasi. Hingga akhirnya Belanda menemukan rencana Teuku
Umar untuk menyerang Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899. Akhirnya
Teuku Umar gugur tertembak peluru. Ketika Cut Gambang, anak Cut Nyak Dhien
menangis karena kematian ayahnya, Cut Gambang ditampar oleh Ibunya yang lalu
memeluknya dengan berkata :
“Sebagai perempuan Aceh, Kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang
yang sudah syahid.”
Setelah kematian dari suaminya, Cut Nyak Dhien lalu memimpin perlawanan
melawan Belanda di daerah pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya dan
mencoba melupakan suaminya. Pasukan yang dipimpin olehnya terus bertempur
sampai kehancurannya yaitu tahun 1901, karena tentara Belanda sudah terbiasa
berperang di medan daerah Aceh. Cut Nyak Dhien semakin tua, matanya sudah
mulai rabun dan ia terkena penyakit encok dan jumlah pasukannya terus
berkurang, serta sulitnya memperoleh makanan.
4. Penangkapan Cut Nyak Dhien oleh Belanda
Hal ini membuat iba para pasukan-pasukannya. Hingga akhirnya anak buah Cut
Nyak Dhien yang bernama Pang Laot melaporkan lokasi markasnya kepada
Belanda karena merasa iba, dan Belanda menyerang markas Cut Nyak Dhien di
Beutong Le Sageu. Mereka terkejut dan bertempur mati-matian. Cut Nyak Dhien
ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh, namun karena Cut Nyak Dhien memiliki
penyakit rabun, akhirnya ia berhasil di tangkap. Cut Nyak Dhien berusaha
mengambil rencong dan mencoba untuk melawan musuh. Sayangnya, aksi Dhien
berhasil dihentikan oleh Belanda. Cut Gambang berhasil melarikan diri ke hutan
dan meneruskan perlawanannya yang sudah dilakukan oleh Ayah dan Ibunya.
Setelah ditangka, Cut Nyak Dhien dibawa ke Banda Aceh dan dirawat di sana.
Akhirnya penyakit rabun dan encok yang dideritanya berangsur sembuh. Namun,

136
akhirnya Cut Nyak Dhien dibuang ke Sumedang, Jawa Barat, karena Belanda
takut jika kehadirannya akan menciptakan semangat perlawanan dan juga karena
ia terus berhubungan dengan pejuang yang belum tunduk.
5. Pengasingan dan Wafatnya Cut Nyak Dhien
Cut Nyak Dhien dibawa ke Sumedang bersama dengan beberapa tahanan politik
Aceh lainnya dan menarik perhatian bupati Suriaatmaja. Selain itu, tahanan laki-
laki juga menyatakan perhatian pada Cut Nyak Dhien, tetapi tentara Belanda
dilarang mengungkapkan identitas tahanan.
Cut Nyak Dhien ditahan bersama ulama bernama Ilyas, Ilyas segera menyadari
bahwa Cut Nyak Dhien merupakan ahli agama Islam, sehingga ia dijuluki sebagai
“Ibu Perbu”. Namun pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dhien meninggal
karena usianya yang sudah tua.
Makam “Ibu Perbu”, baru ditemukan pada tahun 1959 berdasarkan permintaan
Gubernur Aceh saat itu, yaitu Ali Hasan. Pencarian dilakukan berdasarkan data
yang ditemukan di Belanda.
Ibu Perbu, diakui oleh Presiden Soekarno sebagai Pahlawan Nasional Indonesia
melalui SK Presiden RI No.106 Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964.

137
LIFE SKILL (KOMUNIKASI DAN PUBLIC SPEAKING)

Indikator capaian :
1. Mahasiswa dapat melakukan komunikasi dan Public Speaking dengan baik
2. Mahasiswa dapat memahami bagaimana Public Speaking yang menarik
Tema :
1. Tips Lancar Public Speaking untuk Pemula
2. Kembangkan Potensi, Tingkatkan Percaya Diri
Pembahasan :
Public speaking adalah komunikasi lisan yang dilakukan di depan orang banyak
untuk menyampaikan sesuatu. Misalnya berupa ceramah, pidato, storytelling, atau
presentasi sebuah tugas kuliah.

Kemampuan komunikasi ini sangat penting dimiliki dalam dunia pekerjaan dan
pendidikan. Namun, banyak orang mengalami demam panggung atau gugup dan
takut saat akan melakukan public speaking.

A. Tips Lancar Public Speaking untuk Pemula :


1. Kuasai Diri dan Topik Lawan Bicara
Pertama pastikan kamu siap dan paham topik pembicaraan yang disampaikan. Jika
kamu sedang berbicara dengan seseorang, tunjukkan kepada lawan bicara kalau
kamu sangat tertarik untuk ngobrol dengan dia. Apabila berbicara di depan orang
banyak, pastikan kamu mengetahui latar belakang pendengar atau orang yang
hadir dalam ruang tersebut..
2. Kembangkan Pembicaraan
Jangan pernah untuk terpaku pada satu topik pembicaraan, jika seseorang hanya
fokus pada satu topik saja maka akan besar kemungkinan pembicaraan tersebut
tidak bertahan lama. Curahkan saja seluruh kata-kata yang ada didalam pikiran
sehingga topik pembicaraan akan terus mengalir dan yang lebih terpenting lagi
buatlah dirimu dan lawan bicara senyaman mungkin.
3. Buatlah Komunikasi Dua Arah
Dalam suatu obrolan tidak perlu adanya seseorang yang harus mendominasi topik
pembicaraannya.

138
Buatlah komunikasi dua arah dengan saling menimpali satu sama lain agar kedua
individu mendapatkan informasi yang setimpal. Hal ini juga berlaku ketika
berbicara di depan orang banyak, kamu bisa lemparkan pertanyaan untuk menjadi
topik pembahasan.
4. Jangan Membaca Kata Demi Kata
Membawa naskah atau 'contekan' tentu diperbolehkan. Namun, sebisa mungkin
tulis saja poin-poin penting sebagai pengingat. Jangan sampai kamu terlihat
membaca setiap kata.
5. Belajar Intonasi
Jika kita berbicara dengan suara yang datar, audiens pasti akan cepat merasa
bosan. Gunakan intonasi yang variatif dan sesuai dengan jenis acara.
Dalam acara formal, gunakan intonasi yang meyakinkan dan tegas. Untuk acara
santai, kita bisa lebih kreatif dalam menggunakan intonasi yang terdengar
menyenangkan. Dalam menyampaikan hal yang penting, kita juga bisa memberi
penekanan. Contohnya ketika pengumuman pemenang lomba, kita bisa
mengucapkannya dengan lebih lantang.
6. Ekspresif
Wajah yang terlihat semangat dan percaya diri akan membuat audiens lebih
tertarik. Jika pembicara berwajah kusut dan suram, tentu audiens tidak akan
tertarik untuk mendengarkan. Karena sekitar 80% dari komunikasi manusia
bersifat nonverbal, jadi berhati-hatilah dalam menggunakan ekspresi wajah,
intonasi suara, dan gerak tubuh.
7. Berlatih dengan Teman
Jika kamu masih belum puas saat berlatih sendiri, kamu bisa mencoba minta
bantuan teman untuk membantu ngobrol secara santai. Tanpa disadari dengan
terus berbicara dengan seseorang akan melatih bagaimana cara mengatur kata-kata
yang akan disampaikan. Hal ini penting untuk membuat kamu merasa santai dan
terbiasa untuk berbicara dengan orang lain terutama orang asing.

B. Kembangkan Potensi, Tingkatkan Percaya Diri


Setiap orang tentu akan memiliki potensi di dalam dirinya, meski mungkin saja
jumlah potensi ini tidak pernah sama antara satu dengan yang lainnya. Berbagai

139
macam potensi diri inilah yang kemudian akan Membantu kita untuk memiliki
kemampuan yang baik dalam berbagai hal, termasuk dalam mengatasi berbagai
masalah dan kendala yang kita temui di dalam kehidupan kita. Begitu pentingnya
untuk memiliki potensi diri yang maksimal di dalam hidup ini, agar semua bisa
berjalan dengan lebih mudah dan menyenangkan bagi diri kita sendiri

Pada dasarnya, ada banyak sekali orang yang tidak mampu menemukan potensi
dirinya, bahkan sekedar hanya mengenalinya di dalam diri mereka. Hal ini tentu
sangat merugikan, mengingat potensi diri akan sangat membantu seseorang untuk
bisa berkembang dengan maksimal dan mencapai banyak hal di dalam
kehidupannya.
Ketika seseorang tidak mampu menemukan potensi dirinya, maka besar
kemungkinan orang tersebut hanya akan melakukan pencapaian yang itu-itu saja
sepanjang hidupnya. Orang tersebut tidak akan bisa berkembang dengan
maksimal dan mencapai titik terbaik di dalam kehidupannya, atau bahkan bisa jadi
lebih buruk dari kondisi tersebut.
Hal inilah yang menjadi alasan mengapa sangat penting untuk mengenali dan
mengembangkan potensi tersebut dengan semaksimal mungkin, agar bisa ikut
berkembang dan sukses dalam berbagai hal. Entah sudah atau belum, tidak ada
salahnya untuk mengenali kembali potensi di dalam diri. Simak beberapa cara
berikut ini, yang bisa membantu untuk melakukannya:
1. Sudah Berapa Besar dalam Memahami Diri Sendiri?
Orang lain mungkin kenal dan paham dengan diri Anda, terutama orang-orang
terdekat yang memang berasal dari lingkungan pribadi. Namun bukan orang-
orang ini yang dapat menemukan potensi diri, sebab hal seperti ini seharusnya
Anda temukan sendiri di dalam diri sendiri.
Penting untuk menyadari apa saja yang Anda inginkan dan apa saja yang akan
membuat bahagia, sebab hal ini akan sangat mempengaruhi pencapaian hidup ke
depannya. Apa saja yang akan membuat sedih dan bagaimana mengatasi hal
tersebut jika sampai terjadi, sehingga tidak terpuruk dan roboh ketika sewaktu-
waktu dihadapkan pada sebuah kesedihan yang dalam.

140
Cobalah mengenali diri lebih dalam, gali semua yang terbaik dan terburuk di
dalam sana, sehingga Anda bisa melihat diri yang sebenarnya. Hal tersulit dalam
hidup ini adalah mengatasi diri sendiri dan bukan mengatasi orang lain atau
musuh kita sekalipun, sebab kita seringkali tidak ingin bercermin dan melihat
semua yang ada di dalam diri kita (keburukan dan kebaikan). Mulailah memahami
diri sendiri sejak saat ini, sehingga bisa menemukan diri yang sebenarnya dan
bukan diri yang selalu Anda inginkan saja.
2. Apa yang Ingin Dicapai dalam Hidup?
Hidup ini harus dijalani dengan satu tujuan, di mana titik inilah yang akan
dijadikan sebagai sebuah pencapaian maksimal yang akan membuat bahagia.
Bagaimana mungkin seseorang menjalani hidup tanpa tujuan yang tepat,
bukankah dia akan selalu “hilang” atau bahkan tenggelam di jalan yang akan
membawanya entah ke mana?
Tentukan dan milikilah tujuan hidup mulai sekarang, atau jika sudah memilikinya,
maka mulailah menetapkan langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan hidup
tidaklah selalu harus yang muluk-muluk dan luar biasa, sebab sesuatu yang
sederhana juga terkadang luar biasa pada pandangan seseorang.
Tujuan hidup inilah yang akan menjadi titik di mana Anda merasa “utuh” dan
berhasil dengan sempurna. Artinya, anda merasa bahagia ketika mencapainya,
bahkan meski itu harus dilakukan dengan sebuah upaya yang luar biasa keras
sepanjang hidup.

141
3. Seberapa Besar Upaya yang Dikeluarkan dalam Mencapai Tujuan
Hidup?
Terkait dengan tujuan hidup, Anda tentu wajib melakukan semua yang terbaik
untuk mencapainya. Bukan hanya itu saja, berbagai upaya dan juga kemampuan
yang dimiliki haruslah dikerahkan dengan maksimal untuk mencapai tujuan
tersebut. Lalu, seberapa besar Anda telah berupaya selama ini?
Tujuan hidup bukanlah mimpi panjang yang indah dan harus dirawat seumur
hidup, sebab ini adalah sesuatu yang harus direalisasikan dan segera dicapai
dengan baik. Untuk mencapai ini, kerahkan semua yang Anda bisa, termasuk
semua potensi diri Anda yang belum pernah digunakan selama ini. Jika berupaya
dengan sebaik mungkin, maka potensi diri akan ke luar dengan sendirinya dalam
upaya tersebut.

142
4. Sudah Yakin pada Kemampuan yang Dimiliki?
Percaya diri itu penting, bahkan sangat penting untuk selalu dimiliki di dalam diri.
Namun di luar sana, ada banyak sekali orang yang tidak memiliki rasa percaya
diri yang cukup di dalam diri mereka, meskipun mereka memiliki banyak
kemampuan di dalam diri mereka.
Jika selalu takut jatuh, maka bagaimana Anda akan berlari dengan kencang dan
melalui semua rintangan yang ada? Jangankan berlari, berjalan saja mungkin akan
selalu penuh pertimbangan, bahkan untuk hal-hal yang tidak dibutuhkan.
Percayalah pada kemampuan diri, bahwa apapun masalah yang akan terjadi nanti,
maka akan siap dan bisa mengatasinya dengan baik. Jangan mengecilkan potensi
diri dengan membunuh rasa percaya diri Anda sendiri, sebab hal ini akan sangat
merugikan diri sendiri.
5. Apa Motivasi Terbesar ?
Untuk mencapai titik yang tinggi, maka harus memiliki motivasi yang kuat, sebab
akan dibutuhkan sebuah kerja keras yang maksimal untuk mencapai hal tersebut
dengan baik. Motivasi adalah sesuatu yang akan membuat kembali “hidup”,
meskipun telah hampir mati ketika berupaya untuk mencapai tujuan hidup. Jadi
sudah jelas, Anda harus memiliki sesuatu yang luar biasa yang bisa dijadikan
sebagai motivasi hidup. Sebuah motivasi yang kuat juga akan membantu untuk
menggali semua potensi diri, sebab akan membutuhkan kombinasi kedua hal
tersebut untuk mencapai tujuan hidup.
6. Bisakah Memaafkan Diri Sendiri?
Marah kepada diri sendiri atau kecewa atas perbuatan diri sendiri, ini bukan
sebuah masalah yang besar, selama bisa memaafkan diri sendiri setelahnya.
Penting untuk sesekali “memaklumi” diri sendiri, agar bisa memaafkan diri ketika
kecewa atau marah atas sebuah hal yang terjadi di luar keinginan.
7. Mampukah Menerima Kekurangan dan Mengatasinya?
Tidak ada manusia yang sempurna. Pahami hal tersebut dengan baik, agar bisa
menerima kekurangan diri sendiri. Sadarilah kekurangan dan berusahalah dengan
keras untuk memperbaiki / mengatasinya. Belajar, belajar, dan belajarlah hingga
bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

143
8. Berusaha Memahami Diri Sendiri secara Utuh
Pada dasarnya semua orang memiliki potensi diri, meskipun tidak semua orang
menyadari hal ini di dalam diri mereka. Bukan orang lain, namun diri sendirilah
yang harusnya paham dan menemukan potensi tersebut di dalam diri. Mulailah
menggali dan memahami diri sendiri, agar bisa menemukan dan mengembangkan
potensi diri yang ada pada diri.

144
DAFTAR PUSTAKA

Al – qur’an wanita ummul mukminin terbitan WALI penyusun latief awaluddin ,

M.A.

https://adoc.pub/bab-iii-iman-kepada-nabi-dan-rasul-rasul-allah-swt.html

Al-Mishri, Mahmud. 2017. 34 Sirah Shahabiyah Rasulullah. Al-I'tishom Cahaya

Umat

Amri, Muhammad.2018. Aqidah Akhlak. Semesta Aksara :Gresik

Az Zarnuji. 2019. Ta’limul Muta’allim Pentingnya Adab Sebelum Ilmu. Solo:

Aqwam

Biro BBQ Birohmah Universitas Lampung. 2022. Modul BBQ. Bandar Lampung.

Cahyati, cici. 2017. Akhlak dan Kepribadian NabiMuhammad SAW serta

Implementasi dalam Kehidupan Jaman Sekarang. Bandung: UIN Sunan Gunung

Jati

Dr. Nuaim Yasin, Muhammad. 2001. Iman Rukun, Hakikat, dan yang

Membatalkannya. Bandung: Asy syamil press.

https://binaqurani.sch.id/orang-yang-mahir-membaca-alquran/

https://dalamislam.com/sejarah-islam/biografi-umar-bin-abdul-aziz

https://initu.id/amp/biografi-muhammad-al-fatih-mehmed-ii-penakluk-

konstantinopel-bizantium/

https://muslima.hops.id/khazanah/pr-3042154564/banyak-teman-dan-sahabat-ini-

adab-bergaul-dengan-mereka?page=2

https://surau.co/siti-walidah-nyai-ahmad-dahlan-biografi-singkat/

https://umma.id/article/share/id/1002/375200

https://www.academia.edu/30208346/Keistimewaan_Keistimewaan_Al_Qur_an

145
https://www.google.com/amp/s/dalamislam.com/akhlaq/adab-berteman-dalam-

islam/amp

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-iman-kepada-malaikat-allah/

https://www.infobiografi.com/biografi-dan-profil-lengkap-cut-nyak-dhien/

Imam An Nawawi. 2019. At-Tibyan: Adab Membaca dan Menghafal Al-Qur’an.

Jakarta Timur: Ummul Qura

Khalid, Muhammad Khalid. 2020. Ali bin Abi Thalib. Aqwam.

Mita, Oemar. 2021. A Letter To Allah. Sukoharjo:Zaduna

Sarwat, Ahmad. 2010. Fiqih Thaharah. Du Center Press : Jakarta

UKMI Ar Rahman Teknokrat. 2022. Modul BBQ UKMI Ar-Rahman. Teknokrat:

Bandar Lampung

Ust. Jasiman, Lc. Syarah Rasmul Bayan Tarbiyah. Era Adicitra Intermedia:

Surakarta

Yaasin, Dr. Muhammad Nu’aim. 2001. Al-Iman Arkanuhu Haqiqatuhu Wa

Nawaqidhuhu. Bandung; Asy Syaamil Press & Grafika.

146

Anda mungkin juga menyukai