Anda di halaman 1dari 25

TUGAS KELOMPOK DOSEN PEMBIMBING

AQIDAH AKHLAK DR. RAJA LOTTUNG SIREGAR,S.PD.I.,M.PD.I

RASUL – RASUL ALLAH

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6:

FIVIEN AMRISYAH (12020723107)


RIZALUL FIKRI (12020714211)
MOHD IQBAL SAPUTRA (12020713625)

JURUSAN ILMU HUKUM F


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIEF KASIM
RIAU-PEKANBARU

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas kelompok dari mata kuliah Akidah Akhlak dengan judul
“RASUL-RASUL”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Pekanbaru, 22 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2
A. PENGERTIAN RASUL.......................................................................................................2
B. TUJUAN DIUTUS NYA RASUL.......................................................................................2
C. TUGAS-TUGAS RASUL....................................................................................................3
D. SIFAT SIFAT RASUL.........................................................................................................4
E. RASUL ULUL AZMI..........................................................................................................5
F. DALIL IMAN KEPADA RASUL.....................................................................................19
G. HIKMAH BERIMAN KEPADA RASUL ALLAH...........................................................20
BAB III PENUTUP......................................................................................................................21
A. KESIMPULAN...................................................................................................................21
B. SARAN...............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Iman kepada rasul adalah salah satu rukun iman yang keempat. Oleh karena itu,
sebagai orang muslim harus meyakini dengan sepenuh hati bahwasanya Allah telah
mengutus rasul-rasul-Nya kepada umat manusia pada setiap zaman untuk mengarahkan
manusia ke jalan yang benar . Para rasul adalah hamba-hamba Allah, dimuliakan Allah
dengan diutus sebagai rasul dan disifati Allah sebagai hamba yang paling tinggi
kedudukannya. Allah memilih manusia yang menjadi pilihannya untuk bertugas
menyampaikan ajaran- ajaran kebenaran dan aturan Allah SWT untuk keselamatan
manusia dunia dan akhirat. Untuk meningkatkan keimanan kepada rasul-rasul Allah
maka perlu mengetahui nama-nama rasul Allah.
Adapun yang tergolong rasul ulul azmi ada 5 rasul yang memiliki keteguhan hati
dan kesabaran yang luar biasa dalam menyampaikan dakwah yaitu nabi Nuh A.S, nabi
Ibrahim A.S, nabi Musa A.S., nabi Isa A.S dan nabi Muhammad SAW. Sebagai seorang
muslim, wajib beriman atau mempercayai kepada para rasul utusan Allah sehingga
dengan hal itu kita akan mengamalkan semua ajaran yang dibawa oleh rasul utusan Allah
tersebut. Dengan berpegang hidup pada Allah dan sunah rasul maka kita akan hidup
bahagia di dunia dan juga akhirat. Namun, di dalam kehidupan sehari-hari terkadang kita
hanya mengetahui tentang pengertiannya saja itu pun hanya terbatas, tanpa mengetahui
akan pemahamannya lebih dalam dan penerapannya di dalam kehidupan yang kita jalani
atau di dalam kehidupan sehari-hari.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN RASUL
Menurut pengertian bahasa, perkataan rasul berasal dari bahasa Arab yang artinya
utusan atau pembawa berita. Menurut istilah dalam tauhid, rasul adalah manusia pilihan
Allah SWT yang diangkat sebagai utusan-Nya untuk menyampaikan firman-firman-Nya
kepada manusia agar dijadikan pedoman hidup, demi terwujudnya keselamatan dan
kebahagian di dunia dan di akhirat. Percaya kepada rasul-rasul Allah merupakan
pengamalan rukun iman yang keempat. Iman kepada rasul berarti meyakini dan
mempercayai bahwa Allah telah memilih beberapa orang di antara manusia, memberikan
wahyu kepada mereka dan menjadikan mereka sebagai utusan (rasul) untuk membimbing
manusia kejalan yang benar.
Seorang rasul selalu mendapatkan risalah yang baru, yang membutuhkan
sosialisasi sehingga wajib baginya untuk menyampaikan kepada umatnya. Allah SWT
mengutus para rasul kepada manusia agar mereka beriman kepada Allah SWT. Para rasul
memberi kabar germbira kepada orang yang membenarkan risalahnya bahwa mereka
akan dimasukkan ke dalam surga yang penuh kenikmatan dan kesenangan.
Para rasul juga memberikan peringatan kepada orang yang mendustakannya dan
menolak wahyu yang diturunkan Allah SWT bahwa mereka akan dimasukkan ke dalam
neraka. Semua rasul yang diutus Allah di muka bumi ini membawa kebenaran sehingga
yang mengikuti ajakan dan meninggalkan larangannya akan memperoleh hidup bahagia
dunia dan akhirat.

B. TUJUAN DIUTUS NYA RASUL


Apa tujuan diutusnya rasul kepada tiap-tiap umat? Tujuan nya untuk
menyampaikan ajaran Allah (wahyu atau risalah) kepada umat manusia, agar ajaran
tersebut dijadikan pedoman hidup. Dan ada beberapa tujuan Allah SWT mengutus rasul,
diantaranya:

2
a. Memberi petunjuk untuk mengetahui Sang Pencipta
Pada dasarnya, manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah dan berada di jalan yang
benar menuju iman kepada Allah SWT. Akan tetapi ada faktor yang membuat
sebagian manusia terjerumus ke jalan yang sesat. Oleh karena itu, untuk menuntun
mereka ke jalan yang benar dan memberitahukan kepada mereka tentang Tuhan Sang
Pencipta Yang Esa yaitu Allah SWT, maka Allah mengutus rasul untuk melakukan
hal tersebut.
b. Memberitahu umatnya tentang hal gaib
Sebagai hambanya yang lemah, kita tidak bisa mengetahui hal-hal gaib yang meliputi
keadaan akhirat kelak, alam kubur, hari hisab, hari pembangkitan, surga, neraka,
malaikat kecuali dari penjelasan para rasul. Dari penjelasan mereka manusia bisa
meyakini dan tidak ragu terhadap hal gaib yang diciptakan Allah SWT.
c. Kebutuhan manusia terhadap suri tauladan yang baik
Untuk membentuk seorang agar mempunyai akhlak yang baik, maka tidaklah cukup
jika ia diajarkan akhlak melalui lisan saja akan tetapi, harus ada suri tauladan yang
baik di sisinya. Oleh karena itu, Allah SWT mengutus rasulnya untuk menjadi suri
tauladan yang baik bagi umatnya.
d. Mengajak manusia menuju kebenaran yang sesungguhnya
Allah SWT mengutus rasulnya dengan mebawa ajaran yang berasal dari Allah yang
sesuai untuk segala tempat dan waktu, sehingga manusia bisa terbimbing menuju
kebenaran yang sesungguhnya.
e. Mengatur aturan untuk memelihara kehidupan dan penghidupan manusia, seperti
muamalah, munahakat, hukum jinayah, dan sebagainya demi menegakkan keadilan.
f. Menerangkan bagaimana cara manusia memuliakan dan mengagungkan Allah SWT
dengan menunaikan beberapa macam ibadah yang dicontohkan Rasulullah SAW.

C. TUGAS-TUGAS RASUL
Umat manusia mendapat teladan yang baik dari rasul-rasul Allah yang kuat
imannya, berani, sabar, dan tabah dalam menghadapi cobaan, percaya dengan
sepenuhnya terhadap ketentuan-ketentuan Allah dan memiliki akhlak yang mulia.
Dengan demikian fungsi iman kepada rasul-rasul Allah adalah agar manusia dapat

3
meneladani sifat-sifatnya karena para rasul itu teladan hidup bagi manusia. Ajaran yang
dibawanya merupakan kebenaran dan merupakan kebenaran dan merupakan rahmat bagi
seluruh alam, karena ajaran yang disampaikannya bukan kehendak sendiri atau menuruti
hawa nafsunya, melainkan sesuai dengan wahyu dari Allah SWT. Apabila seseorang mau
mengamalkan apa yang diajarkan para rasul dengan ikhlas, jaminannya adalah surga.

Setiap rasul Allah mempunyai tugas yang sama, yaitu antara lain:

1. Menyatukan iktikad dan keyakinan umatnya, yaitu bahwa Allah adalah zat yang
Maha Esa.
2. Memberikan batasan bagi umatnya tentang hal-hal yang dilarang dan yang harus
dikerjakan menurut perintah Allah SWT.
3. Memberikan pedoman kepada umatnya agar mereka menghiasi diri dengan sifat-sifat
yang utama, seperti berlaku benar, terpercaya, menepati janji, sopan kepada sesama,
santun kepada yang lemah, dan sebagainya.
4. Menjelaskan kepada umatnya apa saja yang dapat membawa mereka kepada keridaan
Allah, dan apa saja yang dapat membawa mereka kepada kemurkaan-Nya.
5. Mengajarkan kepada umatnya tentang berita-berita gaib sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang digariskan Allah SWT.

D. SIFAT SIFAT RASUL


Kedudukan seorang rasul bukanlah kedudukan yang dapat diusahakan oleh
siapapun karena kedudukan yang dapat diusahakan itu semata-mata pemberian Allah
SWT. Allah yang memilih dan menentukan siapa yang akan diangkat menjadi rasul.
Menjadi seorang rasul memiliki beberapa syarat yang oleh Al-Jazairy (1978: 259-260)
diistilahkan dengan Muahalat An-Nubuwwah yang artinya terfokus pada tiga hal
berikut:
1) Al-Mitsaliyah (keteladanan) artinya calon rasul harus memiliki sisi kemanusiaan atau
kepribadian yang sempurna baik fisik, akal pikiran maupun rohani. Karena rasul akan
menjadi panutan dan contoh teladan. Oleh karena itu, kehidupan seorang rasul akan
selalu dipelihara dan dijaga Allah sejak kecil.
2) Syaraf An-Nasab (keturunan yang mulia) artinya seorang calon rasul harus berasal dari
keturunan yang mulia dan haruslah orang yang terpandamg dan dihormati kaumnya.

4
3) ‘Amil Az-Zaman (dibutuhkan zaman) artinya kehadirannya memang sangat
dibutuhkan masyarakat untuk mengisi kekosongan rohani, memperbaiki segala
kerusakan masyarakat, dan mengembalikan umat manusia kepada kehidupan yang
sesuai dengan fitrah penciptaannya
Sesuai dengan statusnya sebagai makhluk pilihan Allah, secara umum rasul
memiliki sifat-sifat mulia dan terpuji baik secara vertical (hubungan dengan Allah) dan
horizontal (hubungan sesama makhluk). Namun secara khusus rasul memiliki sifat-sifat
yang wajib untuk menopang tugas kerasulannya. Menurut Yunahar Ilyas (2010: 135-136)
sifat-sifat tersebut adalah:

a. Shidiq (benar) artinya seorang rasul itu selalu berkata benar, tidak pernah berdusta
dalam keadaan bagaimanapun. Mustahil seorang rasul bersifat kazib (pendusta) karena
jika demikian maka tidak aka nada yang membenarkan risalahnya
b. Amanah (dapat dipercaya) artinya seorang rasul selalu menjaga dan menunaikan
amanah yang dibebankan kepadanya. Seorang rasul itu akan selalu sejalan antara apa
yang dikatakan dengan yang dlakukan karena mustahil baginya berkhianat
(bertentangan antara kata dan perbuatan)
c. Tablig (menyampaikan) artinya seorang rasul akan selalu menyampaikan apa saja
yang diperintahkan Allah untuk disampaikan. Mustahil bagi seorang rasul
menyembunyikan sedikitpun wahyu Ilahi
d. Fatanah (cerdas) artinya seorang rasul memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi,
pikiran yang jernih, arif dan bijaksana. Dia akan mampu mengatasi persoalan yang
sangat dilematis sekalipun tanpa harus meninggalkan kejujuran dan kebenaran.
Seorang rasul haruslah orang yang cerdas atau pandai dan mustahil mereka bodoh.
Jika mereka bodoh bagaimana mungkin bisa menjawab dan berdebat dengan para
musuh dan penentangnya

E. RASUL ULUL AZMI


Ulul azmi artinya teguh hati, sabar, tabah, segala yang dicita-citakan dikejar
dengan segenap tenaga yang dimiliki hingga dapat diraih. Dari pengertian di atas dapat
dipahami bahwa rasul Ulul Azmi maksudnya para rasul yang paling banyak mendapat
tantangan, penderitaan dan penganiayaan namun semua itu tidak menyurutkan

5
perjuangannya, tetapi mereka tetap teguh, tabah, dan sabar dalam berjuang hingga
berhasil mengemban tugas yang dipikulkan Allah SWT (Yunahar Ilyas, 2010: 142).
Rasul-rasul yang mendapat gelar Ulul Azmi ada lima orang yaitu Muhammad, Nuh,
Ibrahim, Musa, dan Isa AS.
a. Nabi Nuh AS
Dahulu kala di sebuah negeri Armenia, terdapatlah masyarakat kuno yang
menyembah berhala. Penyembahan berhala itu berawal dari patung-patung yang
dibuat oleh para leluhur bangsa itu untuk mengenang orang tua mereka; nama-nama
mereka adalah Wadd, Sugwa, Yaghuts, Yauq, dan Nashr. Setelah lama kematian
mereka syetan kemudian menggoda manusia dengan keyakinan bahwa patung-patung
itu memberikan berkah pada mereka. Kemudian Allah menurunkan kepada mereka
Nabi Nuh as keturunan Nabi Idris untuk memberikan petunjuk dan menyadarkan
mereka atas kekeliruan mereka. Disebutkan bahwa kaum itu adalah kaum Biywarasib.
Namun sayangnya, ucapan Nabi Nuh selalu ditanggapi dingin dan mendapat
cacian dari mereka. Nabi Nuh as dan kaumnya ditakdirkan Allah mempunyai umur
yang panjang, sebagaimana manusia-manusia purba dahulu. Umur beliau Sembilan
ratus lima puluh tahun. Selama itu beliau berdakwah mengajak manusia ke jalan yang
benar. Karena ajakan-ajakannya itu, banyak di antara kaumnya yang memusuhinya.
Bertahun-tahun beliau menyeru manusia, tiada lelah, tiada pernah mengeluh, siang dan
malam ia menyeru mereka untuk kembali ke jalan yang benar.Sungguh keterlaluan
mereka menganggap Nabi Allah Nuh as sebagai pendusta. Bukannya sadar akan
kesalahan dan kesesatan yang mereka perbuat tetapi justru memperolok-olok nabi
dengan kata-kata yang tidak senonoh.
Akhirnya, Allah memerintahkan kepada Nabi Nuh as untuk membuat sebuah
perahu di atas bukit. Ketika Nabi Nuh membuat kapal itu, banyaklah cemoohan orang-
orang kafir terhadap Nabi Nuh dan pengikut-pengikutnya. Selama ratusan tahun beliau
berdakwah hanya 80 orang yang mau mengikuti nasehat-nasehat beliau. Mereka yang
beriman ialah anak-anak Nuh : Sam, Ham, Yafits dan istri-istrinya, dan 73 orang dari
keturunan Syits. Segala ejekan dan hinaan itu diterimanya dengan hati yang pasrah,
sabar atas ujian yang dihadapi. Tidaklah mereka berhenti membuat perahu itu,
meskipun begitu gencarnya orang-orang memusuhi Nabi. “Sesungguhnya kamu ini

6
mengejek aku dan menghina aku, tetapi sebentar lagi kamu akan dapat merasakan
akibat kekufuranmu”. Nabi Nuh pun berdoa pada Allah: “Ya Allah aku menyeru pada
kaumku siang dan malam. Maka seruanku itu hanya menambah mereka lari (dari
kebenaran). Dan sesungguhnya tiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar
Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam
telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan
menyombongkan diri dengan sangat.
Setelah kapal itu jadi, janji Allah pun segera tiba. Hujan dan angin topan yang
tidak ada henti-hentinya berhari-hari lamanya,dan mata air bersemburan pula dari
dalam bumi, sehingga semakin besarlah air mengalir, terjadilah banjir. Semakin hari,
air bah semakin besar dan pasang. Nabi Nuh tidak lupa untuk mengajak mereka
bertaubat kepada Allah. Tetapi mereka tidak mendengarnya. Nabi Nuh kemudian
membawa binatang-binatang yang sejenis, sepasang-sepasang, tumbuh-tumbuhan dan
bekal mereka selama air belum surut sampai permukaan. Ketika air bah itu melanda
dilihatnya anaknya yang dicintainya tidak ikut bersamanya. Dan Nuh memanggil
anaknya: “Hai anakku! Naiklah ke kapal bersama kami dan janganlah kamu berada
bersama orang-orang kafir. Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke
gunung yang dapat memelihara aku dari air bah ini”. Nabi Nuh pun memberitahukan
padanya: “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab selain Allah (saja) Yang Maha
Penyayang”.
Menangislah ayah yang duka itu melihat anaknya tidak mematuhi petunjuknya.
Nabi Nuh dan orang-orang yang beriman selamat, naik perahu itu, sedang orang-orang
yang menetangnya tenggelam bersama kekufuran mereka dalam banjir bandang yang
melumat seluruh isi alam raya.

b. Nabi Ibrahim AS
Nabi Ibrahim dilahirkan di tengah masyarakat yang musyrik dan kafir. Beliau
adalah anak Azar, yang juga masih keturunan Sam bin Nuh. Nabi Ibrahim dilahirkan
di negeri Mausul pada zaman Raja Namrud. Azar ayahnya adalah tukang membuat
patung untuk sesembahan kaumnya. Ketika itu, Raja Namrud memerintah dengan
sangat zalim bahkan dia mengaku sebagai Tuhan. Semua rakyatnya menyembah

7
berhala. Sebelum Nabi Ibrahim lahir, Raja Namrud bermimpi melihat seorang anak
laki-laki merampas mahkota dan menghancur-hancurkannya. Menurut tukang ramal,
anak laki-laki dalam mimpi raja itu kelak akan meruntuhkan kekuasaan raja. Raja
Namrud murka dan memerintahkan prajuritnya untuk membunuh setiap bayi laki-laki
yang baru lahir. Nabi Ibrahim yang baru dilahirkan diselamatkan oleh ayahnya dengan
jalan disembunyikan dalam sebuah gua di hutan. Dengan izin Allah SWT, beliau dapat
hidup dengan selamat tanpa gangguan binatang buas. Karena jauh dari kaumnya, maka
beliau sejak kecil terbebas dari segala macam bentuk syirik dan maksiat. Hidayah
Allah masuk ke dalam hatinya, sehingga beliau sering berpikir dan merenungkan
berhala-berhala dan batu yang dipuja dan disembah oleh kaumnya.
Lalu Allah memberikan petunjuk kepadanya. Ia diangkat menjadi Nabi dan
Rasul. Ia diberi wahyu sehingga keyakinan tentang adanya Tuhan bukan sekedar
kesimpulan akal pikirannya belaka melainkan berasal dari ketetapan Tuhan. Allah
mengajarkan segala rahasia yang ada dibalik alam nyata ini. Bahwa dibalik alam nyata
ini ada juga alam gaib. Setiap manusia yang mati kelak akan dibangkitkan lagi di alam
akhirat. Nabi Ibrahim sebenarnya sudah percaya akan adanya hari pembalasan di
akhirat. Sebelum Nabi Ibrahim mengajak kaumnya untuk meninggalkan menyembah
berhala, pertama kali yang diajaknya menyembah Allah adalah ayahnya sendiri. Tapi
ayahnya tidak mau mengikuti ajaran Ibrahim.
Suatu ketika, Raja Namrud dan kaumnya pergi meninggalkan negeri,
kampung-kampung mereka tertinggal kosong. Kesempatan itu digunakan Ibrahim
untuk menghancurkan berhala-berhala yang ada di tempat peribadaan Raja Namrud
dan rakyatnya. Akan tetapi Ibrahim meninggalkan satu berhala yang paling besar.
Beberapa kemudian Raja Namrud dan rakyatnya datang dan melihat berhala-berhala
hancur, maka murkalah sang raja. Nabi Ibrahim as langsung dituduh dalam hal itu
karena sudah dikenal di seluruh negeri, bahwa Ibrahim sangat membenci sesembahan
kaumnya. Dengan segera ia memerintahkan tentaranya untuk membakar Nabi Ibrahim
hidup-hidup. Api dinyalakan besar sekali dengan kayu sebagai bahan bakarnya. Nabi
Ibrahim diikat dan diletakkan dalam tumpukan kayu itu. Namun dengan izin Allah dan
kuasa-Nya, api tidak membakar Nabi Ibrahim hingga ia selamat dan tidak terluka
sedikitpun. Nabi Ibrahim keluar dari puing-puing pembakaran tanpa luka. Lalu beliau

8
pergi meninggalkan mereka. Sejak kejadian itu, Nabi Ibrahim as berhijrah ke negeri
Kan’an (Palestina) dan di tanah suci (Baitul-Maqdis) disitulah beliau hidup dan
mendapatkan keturunan.
Karena keingkarannya, Raja Namrud beserta seluruh pengikutnya
mendapatkan siksaan Allah SWT. Pada suatu ketika, tiba-tiba datang serombongan
nyamuk yang luar biasa banyaknya dan langsung menyerbu manusia, menggigit
bagian-bagian tubuh, masuk ke lubang hidung dan telinga orang-orang kafir itu. Maka
binasalah Raja Namrud dan pengikutnya.

c. Nabi Musa AS
Nabi Musa adalah anak laki-laki Imran bin Yashar bin Qahits bin Lawi bin
Yaqub. Dan bersaudara dengan Nabi Harun as dan Qorun bin Yahar bin Qahits adalah
pamannya. Ibunya adalah Yakubad. Nabi Musa as dilahirkan pada zaman raja Fir’aun
IV (Ramses III) menguasai negeri Mesir. Pada masa kelahirannya telah dikeluarkan
perintah raja untuk membunuh seluruh bayi laki-laki Bani Israil yang baru dilahirkan.
Perintah tersebut dipicu oleh mimpi raja yang melihat bahwa api telah tertuju ke Baitul
Maqdis sehingga menerangi seluruh Mesir. Para ahli nujum raja meramalkan miminya
bahwa kerajaan Mesir akan dirobohkan, rajanya akan dibinasakan dan
mencampurkannya dengan kekuasaan mereka, dan mengusir dirinya dari negeri
mereka dan mengganti agama mereka yakini oleh laki-laki dari Bani Israil yang
dilahirkan saat itu.
Maka dibunuhlah semua bayi laki-laki yang lahir saat itu, tidak ada satupun
yang ditinggal hidup kecuali didatangi para prajuritnya untuk kemudian dibunuh
dengan kejamnya. Budak-budak yang melahirkan pun digugurkan. Fir’aun IV inilah
raja yang paling kejam kepada Bani Israil, Fir’aun menjadikan mereka sebagai budak
dan menyiksa mereka. Bagi mereka yang tidak bekerja harus membayar upeti kepada
raja. Pada suatu waktu lahirlah seorang bayi laki-laki yaitu Nabi Musa as, dan Tuhan
telah mengilhamkan kepada ibunya agar ia melarungkan anak tersebut dengan tabut ke
sungai Nil. Kemudian Nabi Musa dimasukkan dalam tabut dan dilarungkan ke sungai
Nil. Sampai akhirnya tabut itu terdampar di pohon-pohon, di taman kediaman Fir’aun.

9
Dengan qudrat Allah tabut itu ditemukan oleh istri Fir'aun Aisyah ketika ia
mandi di tepi sungai Nil. Aisyah pun menggendong bayi ke istana. Fir’aun melihat
bayi laki-laki itu dan segera mencabut pedangnya untuk membunuh bayi tersebut. Ia
khawatir bahwa bayi laki-laki itulah yang kelak akan menghancurkan kerajaannya.
“Tuanku, ia adalah bayi yang tak berdaya, mengapa engkau takut kepadanya? Apalagi
yang mengasuhnya adalah kita.”. “Aku akan akan mengangkatnya sebagai anakku”.
Aisyah terus merayunya untuk tidak membunuh anak tersebut.
Musa pun diangkat menjadi anak Fir’aun dan dipelihara oleh Aisyah dengan
kasih saying. Bayi itu diberi nama Musa. Musa semakin besar. Ia telah pandai
berjalan. Aisyah sangat saying kepadanya. Begitupula Fir’aun. Sebagai putra
kesayangan Fir’aun dimana-mana Musa dihormati orang. Ia dibolehkan pergi kemana-
mana. Setelah Musa besar dan dewasa, fikirannya cerdas, maka Allah
menganugerahkan kepadanya pangkat kenabian.
Pada suatu hari, Nabi Musa berjalan-jalan melihat keadaan kota. Ketika itu
masyarakat tidak mengenalinya. Tiba-tiba Nabi Musa melihat perkelahian antara dua
orang, yaitu seorang dari Bani Israil dan seorang lagi dari Bani Qibthi(bangsa Fir’aun).
Nabi Musa berusaha melerai perkelahian itu dan mendamaikan keduanya. Tetapi laki-
laki bangsa Qibth itu menolak dan bahkan bersikap memusuhi Nabi Musa. Maka
dipukullah laki-laki itu oleh Nabi Musa sehingga roboh ke tanah dan mati seketika.
Nabi Musa menyesali perbuatannya dan mohon ampun kepada Tuhan karena ia
sesungguhnya tidak bermaksud membunuh laki-laki itu.
Berita matinya orang Qibthi itu sampai ke pendengaran Fir’aun, maka
diperintahlah tentara kerajaan umtuk menagkap Nabi Musa. Tetapi, sebelum perintah
itu terlaksana, datanglah seorang laki-laki kepada Nabi Musa dan memberitahukan
tentanf rencana Fir’aun. Orang itu menyarankan agar Nabi Musa meninggalkan Mesir.
Maka berangkatlah Nabi Musa meninggalkan kota itu dengan rasa cemas. Ketika
dalam perjalanan, Nabi Musa kemudian berhenti sebenar di bawah sebuah pohon kayu
dan berteduh. Dari tempat itu Nabi Musa melihat serombongan laki-laki pengembala
yang berebut menagmbil air dari sebuah sumur. Dan terdapat dua orang gadis yang
sabar menunggu mengambil air tersebut. Nabi Musa tidak tega melihatnya, dan segera
bangkit untuk menolong kedua gadis tersebut untuk mengambil air.

10
Beberapa saat kemudian, datanglah salah seorang gadis yang ia tolong. Dengan
tersipu gadis itu berkata, “Ayahku mengundang Tuan untuk datang ke rumah kami,
karena beliau hendak membalas kebaikan Tuan. Maka perilah Musa bersama gadis itu
menuju suatu tempat. Sampai di sana, Nabi Musa bertemu dengan ayah kedua gadis
itu, yang tak lain adalah Nabi Syuaib. Dan ia menceritakan semua perisitiwa yang
dialaminya himgga dikejar oleh tentara Fir’aun. Pembicaraan antara dua orang itu
telah usai, dan Musa ingin melanjutkan perjalanannya.
Tiba-tiba, salah seorang gadis berkata kepada ayahnya: “Wahai ayah, janganlah
ia Anda lepas begitu saja. Biarlah ia tinggal bersama kita dan menjaga ternak-ternak
kita. Nabi Syuaib menawarkan kepada Musa untuk mengambil salah seorang putrinya
menjadi istrinya. Ini atas dasar bahwa engkau jadi buruhku selama delapan tahun,
tetapi jika engkau sempurnakan sepuluh tahun, maka (itu suatu kebaikan) dari
kemauanmu sendiri dan aku tidak mau memberatkanmu. Nabi Musa pun menyetujui
tawaran Nabi Syuaib, maka kawinlah ia dengan putrinya.
Maka tatkala Nabi Musa menyelesaikan waktu yang ditentukan, atas izin
mertuanya, Nabi Musa dan istrinya berangkat ke Mesir. Dalam perjalanan, dari
kejauhan ia melihat api yang menyala-nyala. Terpikir olehnya untuk mengambil api
itu sebagai penyuluh di dalam perjalanannya. Maka diperintahkan istrinya untuk
menunggu, sementara ia sendiri pergi mengampiri api itu. Sampai di sana, Nabi Musa
merasa terkejut dan keheranan. Api itu ternyata melekat pada sebatang pohon dan
pohon itu tidak terbakar karenanya. Nabi Musa mendekati api itu, tiba-tiba terdengar
suara yang tidak ia ketahui dari mana datangnya. Itulah wahyu Allah yang ia terima
untuk pertama kalinya.
“Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah)
pinggir lembah ang diberkahi, dari sebatang pohon kayu,yaitu: “Ya Musa,
sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam, dan lemparkanlah tongkatmu.
Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular) dan Musa melihatnya bergerak-gerak seolah
dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Kemudian
Musa beseru): “Hai Musa, datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut.
Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman. Masukanlah tanganmu ke
leher bajumu, niscaya ia ke luar putih tidak bercacat bukan karena penyakit, dan

11
dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada) mu bila ketakuan, maka yang demikian itu
adalah dua mukjizat dari Tuhamnu (yang akan kamu hadapkan kepada Fir’aun dan
pembesar-pembesarnya). Sesungguhnya mereka adalah oramg yang fasik”. (QS.Al-
Qashash: 30-32)
Sampai di negeri Mesir, Nabi Musa menghadap Raja Fir’aun, kemudian
mengajaknya kembali ke jalan yang benar seraya mempertunjukkan kedua mukjizat
yang telah beliau terima dari Allah SWT. Dan Raja Fir’aun memanggil ahli sihirnya
untuk melawan mukjizat Nabi Musa. Nabi Musa melemprakan tongkatnya, maka
jadilah seekor ular besar yang kemudian menelan semua ular buatan para tukan sihir
Fir’aun. Tukang sihir percaya dan sadar bahwa kebenaran berada di pihak Musa. Maka
mereka mengakui keunggulan dan beriman kepapa Nabi Musa as. Ditambah lagi
Aisyah istri Fir’aun juga beriman kepada Musa as. Bertambah marahlah Fir’aun,
kemudian menghukum para tukang sihir dengan hukuman mati, dan istrinya disiksa
hingga menemui ajalnya. Maka, larilah Nabi Musa bersama pengikutnya keluar dari
Mesir.
Karena dikejar oleh Fir’aun dan tentaranya, Nabi Musa dan para pengikutnya
terus lari hingga di tepu laut merah, dan menemui jalan buntu. Maka turunlah firman
Allah untuk menolongnya, sebagimana disebutkan di dalam Al-Qur’an yang artinya :
“Dan (ingatlah), ketika Kami membelah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu
dan Kami tenggelamkan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri
menyaksikan”. (QS.Al-Baqarah: 50)

d. Nabi Isa AS
Nabi Isa as adalah manusia yang dilahirkan ke dunia tanpa seorang ayah. Ia
adalah satu-satunya manusia yang memakai nama ibunya dibelakang namanya, Isa
binti Maryam. Atas quadrat Allah maka lahirlah Nabi Isa tanpa seorang ayah. Seperti
halnya Allah menciptakan Nabi Adam tanpa seorang ayah maupun ibu, dan Hawa
diciptakan Allah dari tulang rusuk Adam. Nabi Isa dilahirkan pada tahun 622 sebelum
hijrah atau satu masehi menurut perhitungan Masehi. Kelahiran beliau tanpa ayah ini
merupakan ujian besar bagi keluarga Imran dan keluarga Zakaria dan seluruh manusia.

12
Allah menguji manusia apakah dengan peristiwa itu mereka tetap beriman kepada
Allah Yang Maha Esa, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan.
Maryam adalah putri dari Imran bin Matsan, anak yang shaleh, beliau itu masih
gadis remaja, dan pada suatu hari datanglah Malaikat Jibril memberi kabar padanya,
bahwa ia akan memperoleh anak laki-laki. Jibril datang kepadanya yang
menyerupakan dirinya sebagai manusia, ditolaknya oleh Maryam dengan kata-kata:
“Jauhlah engakau dari sini dan aku berlindung kepada Tuhan atas kejahatan
yang akan terjadi dan aku takut kepada Allah”.
Jibril berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah pesuruh Tuhanmu dan akan
memberi kabar gembira, bahwa engkau akan melahirkan seorang anak laki-laki yang
suci”.
Maryam berkata: “Bagaimana aku akan mendapatkan anak padahal tidak
pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan pula pezina.
Berkata Jibril: “Demikianlah”, Tuhamnu telah berfirman: “Perkara itu amat
mudah bagi-Ku, dan agar dapat kujadikan suatu tanda kekuasaan kepada manusia
sebagai rahmat dari Kami. Dan hal itu adalah suatu perkara yang diputuskan”.
Lalu jibril meniupkan roh yang suci ke dalam kandungannya dan ia pun
mengandung. Setelah Maryam mengandung dan kandungannya semakin membesar,
maka gemparlah penduduk kampungnya, melihat seorang gadis telah mengandung.
Mereka menuduh Maryam telah berlaku serong dengan laki-laki. Maryam
menanggung beban itu, karena ia hamil tanpa bersuami, apalagi setelah bayi itu lahir,
bertambah-tambah mereka memperolok-olok dan menghinakannya. Bertubi-tubi
Maryam mendapatkan pertanyaan:
“Hai Maryam! Mengapa kamu sudah mempunyai anak? Kami melihat kamu
belum bersuami, sedangkan engkau orang tuamu orang yang baik. Mengapa sekarang
engkau menjadi orang yang cemar?”. Mendengar itu Maryam tidak menjawab, hanya
berisyarat kepada anaknya saja. Mereka tercengang sambil bekata: “Bagaimana kami
disuruh berbicara sama anak kecil?” Maka dengan kekuasaan Allah bayi itu dapat
berbicara.
Nabi Isa berkata: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Ia telah beri kepadaku
kitab Injil, dan Dia telah menjadikan aku Nabi. Dan Dia telah menjadikan aku orang

13
yang berbakti dimana saja aku berada, dan Ia memerintahkan kepadaku mendirikan
sholat dan menunaikan zakat selama aku hidup. Dan Ia menjadkan aku berbakti
kepada ibuku, dan tidak menjadikan aku orang yang sombong dan celaka. Dan
keselamatan bercucuran atasku pada hari aku dilahirkan dan pada hari aku mati dan
pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. Itulah Isa putra Maryam Allah menyatakan
perkataan yang benar tentang apa-apa yang mereka pertentangkan kebenarannya”.
Untuk memelihara anaknya jangan sampai dibunuh orang, maka Maryam
pindah ke Mesir, dan di sana tinggal kira-kira dua belas tahun. Kemudian mereka
kembali pulang ke Syam, sebelumnya berhenti di AL-Jalil (Galilea),kemudian tinggal
di kota Nashirah (Nazareth), maka dari situlah pengikut Nabi Isa disebut dengan kaum
Nasrani, dinisbatkan pada nama kota itu. Dan setelah waktunya ia pun diangkat
menjadi rasul.
Nabi Isa as mendapatkan kitab Injil dalam melaksanakan dakwahnya kepada
umatnya, dan mendapat mukjizat dari Allah yang dijadikan bukti kerasulannya: Ia
dapat membuat burung dari tanah dan terbang dengan izin Allah, ia dapat
menyembuhkan orang buta, penyakit kusta (lepra) dan menghidupkan orang mati
dengan izin Allah, dapat menerangkan apa yang dimakan dan disimpan di rumah-
rumah orang, menurunkan makanan dari langit pada saat diminta oleh kaumnya. Nabi
Isa as diangkat menjadi rasul ketika beliau berumur 30 tahun. Ia berjuang menyiarkan
agama yang benar, membongkar akan kesalahan-kesalahan dan kesesatan pendeta-
pendeta Yahudi yang telah jauh menyimpang dari ajaran Taurat.
“Al-Masih putera Maryam hanyalah seorang rasul Allah (sebagaimana) rasul-rasul
yang terdahulu darinya, dan ibunya seorang perempuan yang sangat benar, kedua-
duanya biasa memakan makanan, perlihatkan bagaimana Kami menjelaskan kepada
mereka (ahli kitab) tanda-tanda kekuasaan Kami, kemudian perlihatkanlah
bagaimana mereka berpaling (dari memperlihatkan ayat-ayat Kami)” (QS.Al-Maidah
5: 75)
Nabi Isa mengajarkan kepada umatnya, ia meyeru bahwa: “Tidak layak bagi
Allah mempunyai anak. Maha Suci Dia! Apabila Dia telah menetapkan satu perkara,
Dia hanya berkata: “Jadilah maka jadilah ia”. Nabi Isa berkata: “Dan sesungguhnya

14
Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kamu, sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Inilah
jalan yang lurus.
Ajaran Nabi Isa as tidak ada yang menyambutnya, kecuali 12 orang saja, itulah
yang disebut sebagai Al-Hawariyyun artinya sahabat-sahabat Nabi Isa. Mereka
disebutkan antara lain: Petrus al-Hawary dan bersamanya seorang pegawai keamanan
tetapi bukan pendeta berdakwah menuju Roma, kemudian Andreas ia berdakwah
menuju negeri Kanibal bersama Thomas ke daerah Babilonia. Kemudian Philips ke
Qoirawan dan Kertojena di Afrika. Kemudian Yohanneske Depsous, ke dusun ashabul
Kahfi tinggal. Kemudian Yakobus ke Yerusalem, Elia Baitul Maqdis, Ibnu Telma ke
Arab, Hijaz. Simon ke daerah Bar-Bar selain Afrika. Kemudian Yahuza bukan pendeta
ke Ariobis, dan dijadikanlah tempat Yudas Zakaria Yutho sampai terjadi perisitiwa itu.
Di antara sahabat-sahabat Isa itu ada yang murtad dan berkhianat seperti “Yahuza”
(Iskarius) dan lama kelamaan bertambah banyak pengikutnya.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai rasul, Nabi Isa as selalu mandapat
tantangan dari kaum kafir. Pelopor dari kaum kafir itu adalah sahabat Isa sendiri yang
murtad. Mereka berusaha menangkap Isa, karena ia menyangka bahwa ia dapat
menangkap Isa, karena ia orang yang terdekat baginya. Banyak sekali usaha-usaha
memusuhi Nabi Isa dilakukan oleh kaumnya. Sehingga Nabi Isa jarang diam di satu
tempat. Sampai mereka melibatkan kaisar Romawi, Kaisar Agustus, untuk
melenyapkannya. Maka diperintahkanlah oleh kaisar kepada raja di Damaskus,
Herodes, untuk membunuh Isa as dan menyalibnya. Dia telah mendapat kabar
bahwasanya telah lahir seorang bayi yang kelak akan berkuasa atas semua bangsa
Yahudi. Maka raja ini pun memerintahkan untuk membunuh semua bayi yang lahir di
Batlehem.
Pada hari Jumat setelah Ashar didatangilah rumah Nabi Isa as oleh pasukan
yang akan menangkapnya. Beliau duduk bersama 12 orang sahabat-sahabatnya. Lalu
mereka mengira menangkapnya. Tetapi orang munafik itulah yang sebenarnya
tertangkap, bukan Nabi Isa as dan dengan kekuasaan Allah, Isa telah diangkat kea lam
gaib, sedangkan muka paras wajah si murtad ini dilihat orang banyak seperti Nabi Isa
as. Kekuasaan Allah lebih dan melebihi kekuasaan segala-galanya dan rencana

15
manusia tidak semuanya yang dapat berhasil tetapi rencana Allah yang pasti
terlaksana. Firman Allah:
“Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalib Isa, tetapi (yang
mereka bunuh) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya
orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam
keraguan-raguan tentang yang dibunuh itu”(QS.An-Nisa 4:157)
Demikianlah akhirnya Nabi Isa pada usia yang masih muda, 32 tahun, telah diangkat
Allah untuk menyelamatkan manusia dari penyembahan terhadap Isa.

e. Muhammad sebagai Rasul Terakhir


Nabi Muhammad SAW adalah anak Abdullah bin Abdul Muthalib. Ibunya
bernama Aminah binti Wahab. Kedua orang tuanya berasal dari suku Quraisy yang
terpandang dan mulia. Nabi Muhammad lahir pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awal tahun
Gajah. Dinamakan tahun Gajah karena ketika beliau lahir, kota Makkah diserbu oleh
Raja Abrahah dan tentaranya dari negeri Habasyah dengan menunggang gajah.
Mereka hendak menghancurkan Ka’bah karena iri hati terhadapnya. Tetapi Allah
melindungi bangunan suci itu dan seluruh penduduk Makkah, dengan menjatuhkan
batu-batu Sijjil (dari neraka) yang amat panas kepada tentara itu. Maka binasalah
mereka semua.
Dari waktu ke waktu akhirnya, Nabi Muhammad tumbuh menjadi pemuda
dewasa. Beliau bekerja kepada Khodijah binti Khuwailid seorang saudagar wanita
terkaya di Makkah. Salutlah Khodjah dengan kejujuran dan budi pekerti Nabi
Muhammad yang saat itu berumur 25 tahun. Maka dinyatakanlah oleh Khodijah
keinginannya untuk meminta Nabi Muhammad menjadi suaminya. Sedangkan
Khodijah pada saat itu berumur 40 tahun. Maka akhirnya menikahlah beliau dengan
Khodijah dengan selisih umur yang cukup jauh.
Selama hidup dengan Siti Khodijah, Nabi Muhammad merasa bahagia dan
tentram. Nabi Muhammad sering kali pergi bertahannuts (menyendiri dan beribadah)
di Gua Hira, kira-kira 10 kilometer jaraknya dari kota Makkah. Beliau biasa berdiam
diri di gua itu selama beberapa hari, kemudian pulang kembali setelahnya. Suatu
ketika saat beliau sedang berdiam di Gua Hira, tiba-tiba datang malaikat Jibril

16
melingkupinya seraya berkata: “Bacalah!”Nabi Muhammad menjawab sambil
bergetar: “Aku tidak bisa membaca.”Jibril berkata lagi:”Bacalah!”Kembali Nabi
Muhammad menjawab: “Aku tidak bisa membaca.” Untuk ketiga kalinya, Jibril
berkata lagi: “Bacalah!”Dan lagi-lagi Nabi Muhammad menjawab:”Aku tidak bisa
membaca.” Maka, berkatalah Jibril kemudian, seperti yang disebutkan oleh Al-Quran:
Q.S. Al- Alaq ayat 1-5

Artinya : (1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,(2) Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah,(3) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah,(4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, (5) Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Setelah itu Jibril mengilang. Nabi Muhammad merasa ketakutan , beliau segera
pulang dan meninggalkan gua itu. Sampai di rumah ia berkata kepada istrinya:
“Selimuti aku, selimuti aku, selimuti aku.” Setelah istirahat selama beberapa saat, Nabi
Muhammad lalu menceritakan kejadian yang dialaminya itu kepada istrinya. Siti
Khodijah kemudian berkata: “Wahai Muhammad, tenangkanlah hatimu.
Sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakanmu, sebab engkau adalah orang yang
suka menolong, jujur, dan selalu menyambung tali persaudaraan.” Siti Khodijah
kemudian membawa Nabi Muhammad kepada sepupunya yang bernama Waraqah bin
Naufal, seorang ahli kitab yang banyak mempelajari Taurat dan Injil. Mendegar kisah
Nabi Muhammad tersebut, Waraqah kemudian berkata: “Sesungguhnya suamimu ini
adalah calon Nabi dan Rasul Allah. Telah datang kepadanya Malaikat Jibril yang juga
pernah datang kepada Nabi Musa dan Isa.”
Beberapa lama setelah turunnya wahyu yang pertama, Malaikat Jibril datang
lagi kepada Nabi Muhammad SAW dengan membawa wahyu dari Allah, yaitu:

17
Artinya : Hai orang yang berselimut. Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan tuhanmu
agungkanlah!. Badan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa tinggalkan. Dan
janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
Dan untuk (memenuhi perintah) tuhanmu, bersabarlah.”(Q.S.Al-Muddatstsir : 1-7)
Maka mulailah Nabi Muhammad menyerukan Islam secara diam-diam, kepada
kaum kerabatnya lebih dahulu. Seruan Isla pertama kali diterma oleh istrinya sendiri,
Siti Khodijah binti Khuwalid. Kemudian diikuti oleh saudara sepupunya yang masih
muda, anak Abu Thalib, bernama Ali, kemudian Abu Bakar, dan disusul oleh Zaid bin
Tsabit. Setelah itu beberapa orang lagi masuk Islam, hingga mencapai empat puluh
orang setelah tiga tahun beliau berdakwah. Lalu turunlah wahyu Allah berikutnya,
seperti yang disebutkan di dalam Al-Quran:

َ ‫فَٱصْ َد ْع بِ َما تُْؤ َم ُر َوَأ ْع ِرضْ َع ِن ْٱل ُم ْش ِر ِك‬


‫ين‬
Artinya : Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.(Q.S. Al-
Hijr ayat 94)
Dengan turunnya firman Allah itu, Nabi Muhammad mulai menyerukan agama
Islam di tengah-tengah kaum Quraisy, dengan membacakan kepada mereka beberapa
ayat Allah serta menganjurkan kepada mereka agar meninggalkan penyembahan
kepada berhala-berhala. Beberapa orang di antara kaum Quraisy ada yang mulai
tertarik dan kemudian memeluk Islam, tapi tidak sedikit pula yang menentang beliau,
bahkan mengancam dengan siksaan yang pedih.
Karena siksaan kaum Quraisy terhadap orang-orang Islam di Makkah semakin
keras, maka berhijrahlah Nabi Muhammad beserta pengikutnya ke Madinah. Di
Madinah beliau dapat leluasa menyiarkan agama Islam, sehingga semakin hari

18
semakin banyak pengikutnya. Setelah Islam menjadi besar di kota Madinah,
Rasulullah SAW bersama sahabat-sahabat dan seluruh pengikutnya kembali ke
Makkah, dan merebut kembali kota itu dari kaum kafir Quraisy. Kemudian Nabi
Muhammad bersama para pengikutnya menghancurkan berhala-berhala yang ada di
seputar Ka’bah. Dua tahun setelah penaklukan Makkah, Nabi Muhammad SAW
beserta kaum Muslimin melaksanakan ibadah haji, yang disebut Haji Wada’ (Haji
Perpisahan), karena setlah itu beliau meninggalkan umatnya untuk selama-lamanya.
Dengan penuh rasa syukur, Nabi Muhammad SAW mengakhiri tugasnya
sebagai seorang rasul dengan mengislamkan seluruh penduduk Makkah, Madinah, dan
daerah-daerah lain di seputar Jazirah Arabia. Setelah menderita sakit selama beberapa
hari, pada tanggal 12 Rabi’ul Awal tahun ke-11 Hijriyah, beliau berpulang ke
rahmatullah dalam usia 63 tahun dan dimakamkan di kota Madinah. Sebelumnya
beliau berpesan kepada keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh kaum Muslimin
dengan sabdanya yang termasyhur.
“Telah aku tinggalkan untuk kalian dua perkara yang apabila kalian berpegang teguh
kepadanya, niscaya tidak akan tersesat untuk selama-lamanya, yakni Kitabullah (Al-
Qur’an) dan Sunnah Rasul-Nya.”

F. DALIL IMAN KEPADA RASUL


1. Surat Yunus ayat 47

ْ ‫ْط َوهُ ْم اَل ي‬


َ ‫ُظلَ ُم‬
‫ون‬ ِ ُ‫َولِ ُك ِّل ُأ َّم ٍة َّرسُو ٌل ۖ فَِإ َذا َجٓا َء َرسُولُهُ ْم ق‬
ِ ‫ض َى بَ ْينَهُم ِب ْٱلقِس‬
Artinya: Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka,
diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak
dianiaya.

2. Surat Ali Imran ayat 33

َ ‫ان َعلَى ْال َعالَ ِم‬


‫ين‬ َ ‫ِإ َّن هَّللا َ اصْ طَفَ ٰى آ َد َم َونُوحًا َو‬
َ ‫آل ِإ ْب َرا ِهي َم َو‬
َ ‫آل ِع ْم َر‬

19
Artinya: Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan
keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)

3. Surat Al- Anbiya ayat 7

َ ‫وحي ِإلَ ْي ِه ْم ۖ فَا ْسَألُوا َأ ْه َل ال ِّذ ْك ِر ِإ ْن ُك ْنتُ ْم اَل تَ ْعلَ ُم‬


‫ون‬ َ َ‫َو َما َأرْ َس ْلنَا قَ ْبل‬
ِ ُ‫ك ِإاَّل ِر َجااًل ن‬
Artinya: Kami tiada mengutus rasul rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan
beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah
olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.

G. HIKMAH BERIMAN KEPADA RASUL ALLAH


Manfaat beriman kepada rasul sangat banyak. Menurut Susiba dan Yasnel (2014:69)
adalah sebagai berikut:

1. Iman kepada rasul merupakan rukun iman. Hikmah yang kita dapat dengan meyakini
adanya rasul tentu akan menyempurnakan keimanan kita sebagai hamba Allah SWT.
2. Iman kepada rasul akan menyadarkan kita betapa kasih sayangnya Allah terhadap
umat manusia. Allah telah mengutus begitu banyak rasul untuk membimbing umat
manusia agar jangan sampai tersesat di dunia dan menyesal di akhirat. Dengan
demikian, hikmah yang kita peroleh adalah bersyukur kepada Allah Sang Penguasa
alam semesta yang telah menirimkan rasul sebagai pembimbing umat manusia.
3. Dengan beriman kepada rasul akan mendatangkan keteguhan hati untuk menjadikan
para rasul sebagai idola yang harus diteladani. Sehingga kita tidak akan terombang
ambing dan salah mencari figure dalam kehidupan dunia modern yang penuh godaan.
4. Iman kepada rasul akan mendatangkan kecintaan, yang pada taraf selanjutnya akan
memotivasi kita untuk menjalankan ajarannya, terutama ajaran Nabi Muhammad
SAW.

20
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengertian rasul adalah lelaki pilihan dan yang diutus oleh allah dengan risalah
kepada manusia. Rasul merupakan yang terbaik diantara manusia lainnya sehingga apa
yang dibawa, dikatakan dan dilakukan adalah sesutu yang terpilih dan mulia
dibandingkan dengan manusia lain.
Beriman kepada rasul allah merupakan hal yang wajib dan patut diketahui oleh
setiap umat muslim di seluruh dunia. Pengertian beriman kepada rasul allah berarti
adalah kita harus mengimani atau mempercayai adanya rasul-rasul allah.
Jadi, beriman kepada rasul-rasul allah merupakan hal yang sangat berharga dan
patut dipelajari. Karena, selain memberikan hikmah-hikmah yang sangat bermanfaat juga
memberikan pembelajaran dan teladan bagi kehidupan kita baik di dunia maupun di
akhirat. Kita sebagai manusia harus mempelajari lebih dalam, memahami lebih luas, dan
menerapkannya di dalam kehidupan kita tentang beriman kepada rasul-rasul allah agar
kita dapat menjadi yang lebih baik di setiap harinya, dan mendapat kehidupan yang
bahagia di dunia maupun di akhirat.

B. Saran
Mungkin inilah yang bisa penulis sampaikan pada penulisan tugas makalah
“Rasul-Rasul”. Meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita dapat
mengambil manfaat dan ilmu dari tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan
yang penulis tuliskan, karena penulis hanyalah manusia yang adalah tempat salah dan
dosa, dan penulis juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan
yang lebih baik dari pada masa sebelumnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada dosen mata Akidah Akhlak yang telah memberi tugas ini demi kebaikan diri
penulis dan harapannya juga untuk orang lain.

21
DAFTAR PUSTAKA

Hamid,Shalahuddin. 2009. Kisah-kisah Islam. Jakarta Selatan:PT.Intimedia Cipta Nusantara.

Aminuddin.dkk.2008. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT.Bumi Aksara

Rusdi, nurhayati. 2017. Aqidah Akhlak. Pekanbaru:Kreasi Edukasi

Mahfan. 2005. Kisah 25 Nabi dan Rasul. Jakarta: Sandro Jaya Jakarta

Hanafi. . Kisah 25 Nabi Dan Rusul. Jakarta : Bintang Indonesia

http://rivalbramantio31.blogspot.com/2018/01/makalah-tentang-iman-kepada-rasul-rasul.html

22

Anda mungkin juga menyukai