Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

NABI DAN RASUL

Di susun oleh :
Almukminul Muhaimin(2020203887220037)
Nurul Salsabila (2020203887220038)

PROGRAM STUDI TADRIS IPS


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah tentang “Nabi dan Rasul” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa
shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya,
sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas kelompok mata pelajaran ilmu akidah. Kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta
bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena
kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita
sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

parepare, 11 Desember 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………...
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………......
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Nabi Dan Rasul……………………………………………………………….
B. Fungsi Nabi Dan Rasul……………………………………………………………………
C. Sifat Nabi Dan Rasul………………………………………………………………….......
D. Kedudukan Nabi Muhammad Sebagai rasul…………………………………………....
E. Nama Nama nabi dan rasul……………………………………………………………….
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………..
B. Saran……………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kenabian atau nubuwah adalah suatu isu yang jarang diperbincangkan oleh masyarakat umum.
Namun teori kenabian dalam agama Islam telah menjadi perdebatan sengit yang belum berhenti hingga saat
ini. Sayangnya, perhatian umat Islam terhadap tema ini tidak terlalu besar. Meski kenabian menjadi tema
penting dalam kajian Islam, tetapi itu tidak berarti terjadi pula pada agama lain. Menurut penelitian Ulil
Abshar-Abdalla (mantan koordinator Jaringan Islam Liberal), tema kenabian hanya menjadi tema serius pada
agama Islam dan Yahudi. Agama-agama timur, seperti Hindu, Buddha, Tao, dan lainya, tidak menaruh
perhatian serius pada tema kenabian.

Tentang kehadiran para nabi sendiri mengalami kontroversi di internal ummat Islam. Menurut
Muhammad Abduh, kedatangan para Nabi dan Rasul sangat diperlukan bagi keberlangsungan kehidupan
manusia. Kedudukan mereka seperti kedudukan akal dalam diri manusia. Tidak heran kalau Tuhan
mengkhususkan sebagian mahluk dengan wahyu dan ilham, karena jiwa mereka telah tinggi dan dapat
menerima limpahan Tuhan dan rahasia-Nya.[1] Sedangkan menurut Ibnu Ar-Rawandi (penganut Mu’tazilah,
namun akhirnya murtad dan menganut ajaran atheis), dalam bukunya yang berjudul Az-Zamarudah, dia
mengingkari kenabian pada umumnya dan kenabian Nabi Muhammad pada khususnya, mengkritik terhadap
ajaran-ajaran Islam dan ibadahnya, dan menolak mukjizat-mukjizat keseluruhannya. Khusus mengenai
kenabian, ia mengatakan bahwa nabi-nabi itu sebenarnya tidak diperlukan, karena Tuhan telah memberikan
akal kepada manusia, agar mereka dapat membedakan antara baik dengan buruk, dan petunjuk akal semata-
mata sudah mencukupi, sehingga dibawah bimbingan akal sama sekali tidak tidak dibutuhkan risalah. Ia juga
mengungkapkan bahwa jika nabi datang dengan menegaskan fungsi akal ini, berarti hanyalah sebuah
pemborosan.

B. Rumusan Masalah

1. Menceritakan tentang nabi dan rasul?


2. Adapun sifat yang wajib diikuti oleh nabi dan rasul?
3. Wajib Mengenal nama nama nabi dan rasul?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nabi
Menurut bahasa arab, nabi berasal dari kata Naba. Dikatakan nabi karena ia merupakan seseorang
yang telah diberi wahyu oleh Allah SWT dan tidak diperintahkan untuk menyampaikan wahyu atau risalah
tersebut kepada umatnya.

Nabi adalah seseorang dengan jenis kelamin pria yang mendapat wahyu dari Allah SWT namun
tidak wajib disebarkan kepada orang lain. Nabi dalam agama Islam adalah salah satu yang diilhamkan Allah,
dan disampaikan kepada orang-orang. Dikatakan bahwa jumlah nabi yang 124 ribu orang, sebagaimana
disebutkan dalam hadits Muhammad. Kata “nabi” berasal dari kata naba yang berarti “tinggi”; Oleh karena
itu ‘tinggi’ harus memiliki visi ke tempat yang jauh (prediksi masa depan) yang disebut nubuwwah. Nabi
adalah wahyu yang diberikan Allah untuk melanjutkan hukum yang dibawa oleh utusan sebelumnya.
Berbeda dengan rasul yang membawa risalah (syariah) baru.

Pengertian Rasul

Menurut bahasa arab, rasul berasal dari kata irsal yang artinya adalah memberikan arahan atau
membimbing. Jadi rasul merupakan nabi yang diberikan wahyu oleh Allah SWT kemudian diperintahkan
oleh Allah untuk menyampaikan wahyu yang telah diberikan kepada umat manusia.

Rasul adalah orang yang mendapat wahyu dari Allah tentang agama dan misinya. Rasul adalah
seseorang dengan jenis kelamin laki-laki yang mendapatkan wahyu dari Allah SWT dan memiliki kewajiban
untuk menyebar luaskan wahyu tersebut. Rasul adalah seseorang yang menerima wahyu dari Allah untuk
syari’at dan ia diperintahkan untuk menyampaikan hal itu dan mempraktekkannya. Setiap rasul harus
menjadi nabi, tapi tidak setiap Nabi adalah utusan, dengan demikian, jumlah nabi adalah jauh lebih banyak
daripada jumlah rasul. Menurut Islam jumlah Rasul hukum 312, menurut hadits yang telah disebutkan oleh
Muhammad, diriwayatkan oleh At-Turmudzi.

B. Fungsi serta Peran Nabi dan Rosul


Tuhan, dalam mengutus para Nabi dan Rasul-Nya mengacuh pada satu pandangan dunia universal yang
agung, tujuan yang tinggi, dan paedah yang beragam untuk memekarkan benih ilmu dan amal manusia
sehingga mereka bermikraj bertemu dengan Tuhan, yakni maqam yang paling tinggi bagi maujud mumkin.
Sebagian dari tujuan dan paedah kenabian di antaranya adalah:

Mengajarkan Ilmu dan Makrifat

Al-Qur’an menyebutkan bahwa pengajaran dan tarbiyah merupakan tujuan dari pengutusan para
Nabi dan Rasul. serta menyampaikan tentang keberadaan suatu pengetahuan dan hakikat yang tidak
terjangkau oleh intelek dan pikiran manusia dengan segala kemajuannya dalam pengetahuan, ilmu, dan
teknologi, tapi hakikat-hakikat tersebut hanya dapat diketahui lewat jalan kenabian dan wahyu. Jika tidak ada
Nabi dan Rasul yang diutus Tuhan maka akal dan pikiran manusia yang paling pertama sampai yang paling
akhir tidak akan sanggup mengkonsepsi dan mengetahui hakikat samudera tauhid.
Di samping itu, jika akal argumentatif dengan sendirinya cukup memahami seluruh hukum-hukum dan
hikmah-hikmah alam gaib dan syahadah maka Tuhan tidak akan menyatakan bahwa:

“Rasul-rasul itu adalah sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi
manusia untuk membantah Allah setelah rasul-rasul itu diutus. Dan Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana”.

Jika akal dan intelek, dengan sendirinya cukup untuk membimbing manusia dan tidak butuh kepada wahyu
dan kenabian, maka Tuhan pada hari kiamat akan membawa para pendosa ke neraka dan berkata pada
mereka: Saya dengan memberikan akal kepadamu telah menyempurnakan hujjah atasmu; sementara yang
kita saksikan dengan ayat di atas Dia berkata: Saya, untuk sempurnanya hujjah atasmu telah mengutus para
nabi dan rasul sehingga tidak seorangpun di antara kamu dalam medan maad dapat membantah Tuhan atas
perkara ini.

Pada hakikatnya, nabi dan rasul merupakan pemberian Tuhan yang paling baik bagi umat manusia, sebab
dengan diutusnya mereka di tengah umat manusia, mereka menjalankan tugas membebaskan manusia dari
penjara dan kungkungan tabiat dan melakukan pekerjaan yang lebih besar, lebih luas, dan lebih tinggi dari
medan pekerjaan dan keterbatasan akal partikular; terlebih apa yang diperoleh dan dicapai oleh akal dapat
ditimpa kesalahan, kekeliruan, dan perubahan, dan senantiasa hipotesa baru akan menggantikan hipotesa
lama. Berangkat dari sinilah Nasiruddin Thusi seorang ilmuan dan filosof Islam berkeyakinan bahwa salah
satu dari faedah diutusnya nabi adalah menegaskan dan menguatkan persepsi serta kognisi akal.

Menyempurnakan Akal dan Intelek

Menyempurnakan rasionalitas dan intelektualitas masyarakat adalah salah satu dari tujuan yang
paling urgen dari tarbiyah dan pengajaran para Nabi dan Rasul. “Tuhan tidak mengutus seorang nabi dan
tidak mengutus seorang rasul melainkan untuk menyempurnakan akal dan intelek”

Menegakkan Keadilan

Tegaknya keadilan di tengah-tengah masyarakat merupakan cita ideal setiap insan yang
mendambakan keselamatan dan kebahagiaan di dunia. Karena itu salah satu tujuan penting dari bi’tsah
adalah untuk tegaknya keadilan dalam masyarakat manusia “Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul
Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan Kami turunkan bersama mereka Kitab dan Mizan (keadilan) agar
manusia dapat berlaku adil.

Menyelamatkan Manusia dari Kegelapan

Di antara tujuan bi’tsah kenabian lainnya adalah melepaskan dan menganggkat manusia dari jurang
kegelapan menuju lembah cahaya, Tuhan berfirman: “(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu
(Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang dengan
izin Tuhan, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Mahaperkasa, Maha Terpuji.

Menyembah Tuhan dan Menjauhi Thagut


Juga yang menjadi tujuan inti dan pokok bi’tsah kenabian adalah seruan dan ajakan kepada
masyarakat untuk menyembah Tuhan Yang Tunggal dan menjauhi Tagut beserta menifestasi-manifestasinya,
di dalam al-Qur’an kita membaca: “Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang Rasul untuk setiap umat
(untuk menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah Tagut”, kemudian di antara mereka ada yang diberi
petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).”

Menghakimi dan Memutuskan Perselisihan Masyarakat

Menghakimi dan menghilangkan perselisihan di antara masyarakat, juga menjadi salah satu dari
tujuan diutusnya (bi’tsah) para nabi As, firman Tuhan: “Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah
mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan dan Dia menurunkan bersama
mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara
yang mereka perselisihkan”

Ayat yang disebutkan di atas mengandung dua poin penting: pertama, memberi kabar gembira dan
peringatan, dimana keduanya ini juga merupakan tujuan dari diutusnya para (bi’tsah) nabi-nabi, sebab
motivasi dan ancaman adalah dua rukun signifikan dalam tarbiyah jiwa dan penjamin bagi keselamatan
mereka. Kedua, memutuskan perkara secara benar berasaskan pengajaran kitab-kitab langit, khususnya kitab
al-Qur’an; sebab dalam menghakimi manusia harus berdasarkan undang-undang yang sempurna, dan hanya
kitab-kitab langit yang memiliki aturan yang universal dan sempurna.

Juga dari ayat ini dapat diketahui bahwa terdapat dua tipe pertentangan dan perselisihan dalam
masyarakat manusia; pertama, perselisihan sebelum hak (kebenaran) jelas, tipe perselisihan ini adalah natural
dan tidak tercela dan memiliki kesiapan untuk sampai pada kebenaran serta realitas, dan lainnya, perselisihan
sesudah hak jelas, dimana jenis perselisihan ini adalah setani dan tercela, dan menjadi wasilah fitnah serta
tersembunyinya kebenaran.

Mengajak kepada Kehidupan yang Lebih Baik dan Konstruktif

Wahyu dan ajaran para nabi As adalah penjamin kehidupan yang lebih baik bagi manusia,
sebagaimana kita jumpai ungkapan ayat al-Qur’an: “Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan
Allah dan Rasul, apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan (yang lebih baik)
kepadamu”

Mengingatkan Nikmat-nikmat Tuhan

Allah Swt, dalam berbagai ayat al-Qur’an menyebutkan bahwa salah satu dari misi kenabian
mengingatkan manusia kepada nikmat-nikmat Ilahi. Di antara ayat-ayat itu adalah: “Ingatlah ketika Dia
menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah setelah kaum Nuh, dan Dia lebihkan kamu dalam kekuatan
tubuh dan perawakan. Maka ingatlah akan nikmat-nikmat Allah agar kamu beruntung.”

Membebaskan Manusia
Hal yang terbaik dihadiahkan para nabi kepada umat manusia adalah penyebaran kebebasan dan
kemerdekaan, yakni kebebasan dari sistem-sistem destruktif yang merusak jiwa-jiwa individual dan tatanan
sosial maknawi. Al-Qur’an mengungkapkan tentang pemberian kebebasan dengan bahasanya: “(Yaitu)
orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) yang (namanya) mereka dapati
tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka, yang menyuruh mereka berbuat yang makruf dan
mencegah dari yang mungkar, dan yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan
segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada
mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti
cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya, mereka itulah orang-orang beruntung.”

C. Sifat Wajib Nabi dan Rosul


Seperti yang telah disebutkan di atas sifat wajib nabi dan rosul adalah sifat yang harus dimiliki oleh para
nabi dan rosul utusan Allah. Sifat-sifat tersebut adalah :

1. Siddiq

Yaitu benar. Segala perbuatan dan perkataan Nabi dan Rasul adalah benar, jadi mustahil bahwa Nabi dan
Rasul adalah pembohong. Karena mereka senantiasa dijaga oleh Allah SWT. Nabi dan rosul bersifat benar
baik itu dalam ucapan ataupun dalam tingkah laku dan perbuatannya.

2. Amanah

Amanah merupakan pengertian dari dapat dipercaya atau terpercaya. Mustahil bahwa Nabi dan Rasul itu
berkhianat atau seorang pengkhianat. Para Nabi dan Rasul selalu dapat dipercaya dalam menerima wahyu
dari Allah dan juga senantiasa memelihara keutuhan kemudian menyampaikan wahyu tersebut kepada
umatnya sesuai dengan kehendak Allah.

3. Tabligh

Artinya menyampaikan wahyu kepada umatnya, bahwa para nabi dan rosul menyampaikan wahyu Allah
SWT kepada orang lain, jadi mustahil jika mereka menyembunyikan wahyu atau risalah Allah SWT kepada
umatnya.

4. Fathanah

Fathanah berarti cerdas, mustahil seorang Nabi dan Rasul tidak mengerti apa-apa atau bodoh. Mereka
dianugrahi kecerdasan oleh Allah agar mereka mampu mengajak manusia untuk selalu berada dijalan yang
lurus, yaitu jalan yang senantiasa di ridhoi oleh Allah.

Sifat Mustahil Nabi dan Rosul


Sifat mustahil bagi Nabi Dan Rasul adalah sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh para Nabi dan Rasul
utusan Tuhan. Sifat-sifat tersebut adalah :

1. Kidzib

Mempunyai arti bohong atau dusta, Sifat ini merupakan sifat yang tidak mungkin di miliki oleh para nabi
dan rosul karena mereka senantiasa dijaga oleh Allah SWT. Sifat ini merupakan kebalikan dari sifat amanah.

2. Khianat

Artinya tidak dapat dipercaya, Mustahil bagi para nabi dan rosul memiliki sifat khinat karena mereka adalah
utusan Allah yang terjaga guna menyampaikan wahyu Allah kepada umatnya. Jadi sangat mustahil atau tidak
mungkin mereka memiliki sifat ini. Sifat ini merupakan kebalikan dari sifat amanah.

3. Kitman

Kitman mempunyai arti menyembunyikan wahyu, Seperti telas dijelaskan diatas nabi dan rosul merupakan
manusia pilihan Allah SWT untuk menyampaikan risalah kepada umat mereka jadi sangat tidak mungkin
mereka memiliki sifat menyembunyikan wahyu. Sifat ini merupakan kebalikan dari sifat tabligh.

4. Jahlun/baladah

Jahlun mempunyai arti bodoh, Para Nabi dan Rasul Allah merupakan manusia pintar yang dipilih oleh Allah
SWT untuk menyampaikan agama-Nya kepada manusia dan melakukan berbagai tindakan kebaikan agar
mereka bisa menjadi suri tauladan bagi umatnya. Sehingga sangat tidak mungkin mereka mempunyai sifat
jahlun atau bodoh.

Setelah kita mengetahui apa saja sifat wajib dan sifat mustahil para nabi dan rosul kita dapat
membandingkan kedua sifat tersebut sebagai berikut. Manusia tidak mungkin dapat mengenal dan mensifati
Nabi Muhammad Saw secara sempurna, sebab manusia agung ini adalah manifestasi kesempurnaan dan
keagungan Sang Pencipta. Namun bukan berarti Rasul Saw jauh dari jangkauan, karena ia adalah teladan dan
contoh bagi umat manusia. Hanya saja manusia agung ini tidak dapat disamakan atau disejajarkan dengan
manusia-manusia lain.

D. Kedudukan Nabi Muhammad Sebagai Rasul


Nabi Muhammad Saw selain memiliki kedudukan spiritual yang tinggi, juga menjalani kehidupan
layaknya manusia biasa seperti memiliki pendamping hidup dan terlibat dalam kegiatan ekonomi. Dunia
materi punya tuntutan-tuntutan spesifik yang tidak boleh diabaikan apalagi beliau diutus sebagai seorang
teladan. Tulisan ini mencoba mengkaji secara ringkas kedudukan dan derajat Nabi Muhammad Saw
berdasarkan ayat-ayat al-Quran. Sebagai kekasih Allah Swt, beliau memiliki kedudukan dan posisi istimewa
di sisi-Nya.

Tanpa ragu bahwa pengenalan dan makrifat kepada Allah Swt diperoleh melalui Rasul Saw. Semua
Nabi as berada di bawah Rasul Saw dan ajaran mereka juga mengikuti risalah Muhammad Saw meski
mereka datang lebih dulu. Mereka diutus untuk mempersiapkan kedatangan manusia agung ini. Dengan kata
lain, semua Nabi as berada di bawah perintah Rasul Saw untuk menyampaikan risalah dan misi Nabi
Muhammad Saw.
Ketika menjelaskan tentang kedudukan dan derajat keberadaannya yang mendahului Nabi-nabi as
lain, Rasul Saw bersabda: "Hal yang pertama kali diciptakan Allah Swt adalah cahayaku." Sementara terkait
derajat kenabian yang mendahului Nabi-nabi as lain termasuk Nabi Adam as, Rasul Saw bersabda: "Aku
sudah menjadi Nabi saat Adam berada di antara air dan tanah liat." Hadis ini juga dapat dipahami bahwa
pengangkatan Rasul Saw telah menjadi agenda Tuhan sebelum penciptaan Nabi Adam as dan Nabi-nabi as
lain. Hanya saja waktu dan kondisi untuk mengutusnya ke tengah umat manusia belum tercipta kala itu.

Rasul Saw secara jelas telah berbicara tentang kedudukan dan derajatnya dalam berbagai bentuk dan
pada kesempatan yang berbeda. Beliau Saw menyatakan cahayanya sebagai makhluk pertama yang
diciptakan Allah Swt. Dalam hadis lain, Rasul Saw bersabda: "Hal yang pertama kali diciptakan Allah Swt
adalah akal." Artinya, akal dan cahaya Muhammad Saw bukan dua hal yang berbeda, tapi akal dan cahaya
adalah satu dan makhluk yang pertama kali ada adalah hakikat cahaya dan akal manusia agung ini. Masalah
ini sudah dibuktikan dalam filsafat dan irfan teoritis; Nabi Muhammad Saw merupakan manifestasi pertama
ciptaan Tuhan dan ia adalah makhluk yang paling mulia dan sempurna di antara ciptaan-Nya.

Islam juga tidak lain kecuali kebenaran yang dibawakan oleh Rasul Saw demi kebahagiaan umat manusia.
Semua Nabi as adalah duta Nabi Muhammad Saw dalam menyampaikan agama yang lurus dan menyeru
manusia kepada Allah Swt. Oleh karena itu, Allah Swt dengan tegas menyatakan akan menolak setiap ajaran
selain Islam. "Barang siapa yang menginginkan selain Islam sebagai agamanya, maka tidak akan pernah
diterima dan ia akan menjadi orang-orang yang merugi di akhirat kelak." (QS: Ali Imran:58). Semua Nabi as
juga diperintahkan untuk menyampaikan agama yang lurus ini.

Meski secara lahiriyah Nabi Muhammad Saw berada di urutan terakhir, namun pada dasarnya Rasul Saw
merupakan manifestasi pertama ciptaan Tuhan dan juga termasuk utusan yang pertama, sementara para Nabi
as lain adalah penyambung lisan Nabi Muhammad Saw. Semua menyeru kepada Islam dan membenarkan
risalah Rasul Saw serta memberi kabar gembira tentang kedatangan penghulu para Nabi Saw. Berikut ini
kami sebutkan beberapa kedudukan dan derajat Rasul Saw sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran.

1. Tunduk dan Pasrah Di Hadapan Allah Swt

Allah Swt dalam banyak ayat menjelaskan kedudukan dan derajat Nabi Muhammad Saw di dunia dan
akhirat. Di antara posisi istimewa itu adalah sikap tunduk dan pasrah di hadapan Tuhan. Rasul Saw memiliki
kepasrahan yang begitu murni sampai-sampai Allah Swt memuji kedudukan ini. (QS: Ali Imran:2, Al
An'am:41, 17 dan 361).

2. Risalah Kenabian

Risalah kenabian termasuk posisi istimewa lain yang diberikan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw.
Risalah kenabian beliau Saw memiliki keistimewaan yang khas dibanding risalah para Nabi as sebelumnya.
Karakteristik risalah Rasul Saw adalah sebagai penutup, penghapus risalah sebelumnya, penyempurna
risalah para Nabi as terdahulu, ditujukan untuk seluruh umat manusia, dan sebagai rahmat bagi semesta
alam. Ciri-ciri ini dimiliki oleh Nabi Muhammad dan tidak dimiliki oleh para Nabi as sebelumnya.

Risalah Nabi-nabi as terdahulu hanya untuk kaum tertentu saja dan sesuai dengan kondisi pada masa itu.
Sementara risalah Nabi Muhammad Saw diperuntukkan bagi seluruh umat manusia dan berlaku hingga akhir
zaman. Allah Swt juga telah menjelaskan bahwa Rasul Saw adalah penutup para Nabi sehingga tidak ada
Nabi lain setelahnya.

3. Pemberi Syafaat
Pemberi syafaat termasuk gelar lain yang disandang oleh Rasul Saw. Kedudukan ini juga dapat diperoleh
oleh manusia biasa melalui shalat tajahud dan sunnah di pertengahan malam. Hanya saja syafaat yang
dimiliki Rasul Saw adalah syafaat yang bersifat mutlak. Allah Swt memberi wewenang kepada Rasul Saw
untuk memberi syafaat kepada umatnya kelak. Meski Allah Swt dalam kitab sucinya tidak pernah
menyebutkan nama seorang pun yang kelak di hari kiamat akan memberikan syafaat, namun al-Quran
menyebutkan beberapa kriteria pemberi syafaat dan siapa saja yang memiliki sifat-sifat tersebut, berarti ia
adalah pemberi syafaat di hari kiamat.

Ada beberapa golongan yang disebut oleh al-Quran sebagai pemberi syafaat. Di antaranya adalah para Nabi
as, malaikat, dan kaum mukmin yang saleh. Selain itu, amal perbuatan yang baik juga dapat memberikan
syafaat kepada pelakunya.

4. Kemaksuman Mutlak

Kemaksuman mutlak (kesucian mutlak) juga termasuk kedudukan lain yang dimiliki Rasul Saw. Mazhab
Syiah meyakini bahwa Nabi Muhammad Saw dan Nabi-nabi as lain terjaga dari dosa dan maksiat, baik dosa
kecil atau besar, yang disengaja atau tidak. Tujuan utama diutusnya Nabi Saw adalah untuk memberikan
petunjuk kepada seluruh umat manusia dan membimbing mereka kepada hakikat kebenaran. Pada dasarnya,
Nabi Saw adalah duta Tuhan untuk seluruh umat manusia. Beliau ditugaskan untuk memberi hidayah kepada
jalan yang lurus. Apabila beliau sendiri tidak konsisten dengan ajaran Ilahi, atau bahkan mengamalkan yang
sebaliknya, maka umat manusia akan tersesat dan ini bertentangan dengan tujuan pengutusan Nabi.

Allah Swt dalam ayat 23 dan 231 surat Ali Imran menegaskan kewajiban mentaati Rasul Saw secara mutlak
dan menganggap ketaatan kepada manusia suci ini sebagai ketaatan kepada-Nya. Perintah ini
mengindikasikan kemaksuman mutlak dan sempurna yang dimiliki Rasul Saw, sebab jika tidak demikian,
tentu saja Allah Swt akan memerintahkan manusia untuk mematuhinya dalam kasus tertentu saja. Sementara
Allah Swt menilai ketaatan kepada Rasul Saw sama dengan ketaatan kepada-Nya dan tanpa pengecualian
sama sekali. Dalam surat An-Nisa' ayat 64, Allah Swt berfirman: "Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul
pun melainkan untuk ditaati dengan izin Allah." Ketaatan mutlak kepada Nabi Saw hanya terjadi jika beliau
berada di bawah ketaatan kepada Allah Swt dan sebagai perpanjangan dari-Nya.

Metode penjelasan seperti itu dengan sendirinya membuktikan kemaksuman mutlak Rasul Saw. Beliau
terjaga dari segala bentuk kesalahan, kekeliruan, kelupaan dan sejenisnya. Jika tidak, mustahil Allah Swt
memerintahkan manusia untuk mematuhinya secara mutlak.

5. Hakim dan Pemberi Putusan

Di antara kedudukan dunia dan akhirat Nabi Muhammad Saw adalah bertindak sebagai hakim dan pemberi
putusan atas sebuah perkara dan sengketa yang terjadi di tengah umatnya. Selama di dunia, Nabi Saw juga
bertugas memutuskan perkara dan sengketa di tengah umat manusia berdasarkan hukum Allah Swt. Beliau
bertindak sebagai hakim dan memberi putusan yang adil terhadap setiap kasus. Sementara di akhirat, Nabi
Saw menjadi pembagi antara penghuni surga dan neraka.

6. Wilayah dan Kepemimpinan

Rasul Saw mengemban tugas untuk memberi penjelasan berbagai urusan dunia dan akhirat umat manusia.
Beliau menjelaskan kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan wahyu. Beliau juga menjalankan roda
pemerintahan yang kelak menjadi sumber manifestasi rahmat Tuhan, keadilan Islam dan simbol memerangi
kezaliman.

7. Penghambaan
Lembaran kehidupan Rasul Saw adalah kumpulan makrifat, keilmuan dan amal saleh yang mendidik umat
manusia. Manusia agung ini telah melakukan puncak penghambaan kepada Allah Swt dan melepaskan diri
dari segala bentuk ikatan selain-Nya. Di hadapan keagungan Allah Swt, beliau menjadi hamba yang pasrah
secara mutlak sehingga menggapai kekuatan spiritual yang agung. Karena itu, Rasul Saw tak pernah gentar
menghadapi kekuatan syirik, kufur, gemerlap materi atau penguasa yang berhias diri dengan harta dan bala
tentara.

Ibadah adalah tangga yang mengantarkan manusia ke puncak kesempurnaan ruh dan spiritual. Setiap amal
kebaikan yang dilakukan dengan niat mendekatkan diri kepada Allah Swt, tergolong ibadah dan
penghambaan. (IRIB Indonesia/Taqrib/SL).

E. Nama-nama Nabi dan Rasul


Terdapat 25 nabi dan rasul yang terdapat dalam al-quran dan Hadist dan kita sebagai
umat islam wajib mengimani, nabi dan rasul tersebut yaitu :

1. Adam AS
2. Idris AS
3. Nuh AS
4. Hud AS
5. Saleh AS
6. Ibrahim AS
7. Luth AS
8. Ismail AS
9. Ishak AS
10. Yaqub AS
11. Yusuf AS
12. Syu’aib AS
13. Ayyub AS
14. Dzulkifli AS
15. Musa AS
16. Harun AS
17. Daud AS
18. Sulaiman AS
19. Ilyas AS
20. Ilyasa AS
21. Yunus AS
22. Zakaria AS
23. Yahya AS
24. Isa AS
25. Muhammad SAW
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mengenai pengertian nabi dan rasul terdapat beberapa pandangan, namun intinya sama, misalnya, dalam
Ensiklopedi Islam Indonesia, dijelaskan bahwa nabi (jamaknya anbiya’ atau nabiyyun) menurut bahasa Arab
berarti orang yang memberitakan atau menyampai berita. Kata nabi itu, dalam teologi Islam, dipahami oleh
para teolog sebagai kata yang mengacu kepada manusia pilihan Tuhan. Yakni manusia yang tergolong
tingkatan tertinggi.

Kata al-Anbiya’ adalah bentuk jamak dari kata an-Nabiy, diambil dari kata kerja nabaa. Di dalam sejarah
kamus dijelaskan bahwa an-Nabiy berarti orang yang menyampaikan berita dari Allah Ta’ala. Allah
memberi khabar kepada nabi tentang keesaan-Nya, menjelaskan masalah-masalah yang ghaib, dan
memberitahukan bahwa dirinya adalah seorang nabi. Dikatakan bahwa anNubuwwah yaitu ar-Rif’ah.
Seseorang dikatakan sebagai nabi karena ketinggian derajatnya di hadapan manusia lainnya.

B. Saran

Amin Syukur dalam bukunya Pengantar Studi Islam juga berpendapat sebagai berikut. Nabi secara
terminologi ialah manusia pilihan Allah untuk menerima wahyu. Nabi dalam pengertian ini sama dengan
pengertian rasul. Namun ada yang membelokkannya, bahwa rasul ialah manuasia pilihan Allah yang
mendapatkan wahyu untuk disampaikan kepada umatnya, sedangkan nabi menerima wahyu akan tetapi tidak
diwajibkan menyampaikan wahyu kepada umatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1992, hlm. 720

Afif Abdullah, Nabi-nabi Dalam al-Qur’an, CV. Toha Putra, Semarang, tth, hlm. 3

Humaidi Tatapangarsa, Kuliah Aqidah Lengkap, PT Bina, 1990, hlm. 128

Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam (ringkas), terj. Gufron A. Mas’adi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002,
hlm. 297

Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, Duta Grafika & Yayasan Iqra’, Semarang, 1993, hlm. 60

Yayasan Penyelenggara Penterjemah / Penafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 1986, hlm. 72

Anda mungkin juga menyukai