Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KONSEP IMAN KEPADA NABI

DAN RASUL (2)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8:

1. CASKA BAYU PURNAMA


2. REZA SYAHRONI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr.Wb.

Alhamdulillah, segala puja dan puji hanya milik Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW., beserta para keluarga,
sahabat dan para pengikutnya sampai hari kiamat nanti.
Dalam proses pengerjaan makalah ini, penulis tak lupa mendapatkan
bimbingan, arahan dan pengetahuan, hingga penulis mampu menyelesaikan
makalah ini sesuai yang diharapkan. Maka dari itu, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar - besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Penulis berharap, makalah ini dapat memperluas wawasan pembaca.
Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah
ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya
pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini untuk ke
depannya.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................
Daftar Isi................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang...........................................................................................
b. Rumusan Masalah......................................................................................
c. Tujuan.........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
a. Dalil Iman Kepada Nabi dan Rasul................................................................
b. Nama – Nama Rasul ulul azmi........................................................................
c. Muhammad rasulullah saw adalah nabi terakhir.........................................
d. Iman kepada seluruh nabi dan rasul............................................................
e. Hikmah iman kepada nabi dan rasul...........................................................
BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan ..............................................................................................

b. Saran..........................................................................................................

Daftar Pustaka.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Iman kepada Rasul-Rasul Allah merupakan suatu kewajiban,
karena iman kepada Rasul-Rasul Allah merupakan rukun iman, yaitu
yang ke 4. Iman kepada Rasul artinya mempercayai dengan sepenuh
hati atas kedatangan Rasul, mulai dari Rasul yang pertama yaitu
Nabi Adam as hingga Rasul terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW.
Ajaran yang dibawa oleh para nabi dan Rasul sejak Nabi Adam
as hingga Nabi Muhammad SAW. Merupakan suatu rangkaian yang
memiliki satu tujuan yaitu mengesankan Allah SWT. Berupa syariat
atau hukum tertentu yang kemudian disampaikan atau di ajarkan
kepada umatnya. Oleh karena itu,kita sebagai seorang muslim,wajib
beriman atau mempercayai kepada para Rasul utusan Allah sehingga
dengan hal itu kita akan mengamalkan semua ajaran yang di bawa
oleh Rasul utusan Allah tersebut. Dengan berpegang hidup pada
Allah dan sunah Rasul maka kita akan hidup bahagia di dunia dan
juga akhirat.
Namun, di dalam kehidupan sehari-hari terkadang kita hanya
mengetahui tentang pengertiannya saja itupun hanya terbatas, tanpa
mengetahui akan pemahamnnya lebih dalam dan penerapannya di
dalam kehidupan yang kita jalani atau di dalam kehidupan sehari-
hari. Oleh karena itu, kita patut dan wajib mempelajari, memahami
dan menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari, tentu akan jauh
lebih bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat kita.
B. Rumusan Masalah
1. Dalil iman kepada nabi dan rasul
2. Siapa saja nama – nama rasul ulul azmi
3. Muhammad Rasulullah SAW Nabi yang terakhir
4. Iman kepada seluruh nabi dan rasul
5. Hikmah iman kepada nabi dan rasul
C. Manfaat
1. Untuk mengetahui dalil iman kepada nabi dan rasul Allah.
2. Untuk mengetahui nama – nama rasul ulul azmi.
3. Untuk mengetahui bahwa nabi Muhammad saw adalah nabi
terakhir.
4. Agar menambah keimanan kepada seluruh nabi dan rasul.
5. Untuk mengetahui hikmah beriman kepada nabi dan rasul.
BAB II
PEMBAHASAN

.
A. Dalil Iman Kepada Nabi dan Rasul
Mengenai identitas rasul dapat dibaca dalam Q.S. Al Anbiya ayat
7 dan Al-Mukmin ayat 78 yang artinya: “ Kami tiada mengutus rasul-rasul
sebelum kamu (Muhammad) melainkan beberapa orang laki-laki yang
kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-
orang yang berilmu jika kamu tiada mengetahui.”(Q.S. al Anbiya: 7).
"Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu,
di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka
ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang
Rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah, maka
apabila telah datang perintah dari Allah, diputuskan (semua perkara)
dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada
yang batil." (Q.S. Al-Mukmin : 78)
Dalam ayat di atas dijelaskan, bahwa rasul-rasul yang pernah
diutus oleh Allah swt. adalah mereka dari golongan laki-laki, tidak pernah
ada rasul berjenis kelamin perempuan, dan jumlah rasul yang diutus
sebelum Nabi Muhammad saw. sebenarnya sangat banyak. Di antara para
rasul itu ada yang diceritakan kisahnya di dalam Al-Quran dan
Jumlah Nabi tidaklah terbatas hanya 25 orang dan jumlah Rasul
juga tidak terbatas 5 yang kita kenal dengan nama Ulul ‘Azmi. Hal ini
berdasarkan hadits dari Abu Dzar Al-Ghifari, ia bertanya pada Rasulullah,
“Ya Rasulullah, berapa jumlah rasul?”, Rasul menjawab, “Tiga ratus
belasan orang.” (HR. Ahmad dishahihkan Syaikh Albani). Dalam riwayat
Abu Umamah, Abu Dzar bertanya, “Wahai Rasulullah, berapa tepatnya
para nabi?”, Rasul menjawab,“124.000 dan Rasul itu 315 orang.” Namun
terdapat pendapat lain dari sebagian ulama yang menyatakan bahwa
jumlah Nabi dan Rasul tidak dapat kita ketahui.
Oleh karena itulah, walaupun dalam Al-Qur’an hanya disebut 25
nabi, maka kita tetap mengimani secara global adanya Nabi dan Rasul
yang tidak dikisahkan dalam Al-Qur’an. Allah ta’ala berfirman yang
artinya, “Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul
sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan
di antara mereka ada yang tidak Kami ceritakan kepadamu.” (QS. Al-
Mu’min 40:78). Selain 25 nabi yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an,
terdapat 2 nabi yang disebutkan Rasulullah, yaitu Syts dan Yuusya’.
Berkenaan dengan tiga nama yang disebut dalam Al-Qur’an yaitu
Zulkarnain, Tuba’ dan Khidir terdapat khilaf (perbedaan pendapat) di
kalangan ulama apakah mereka Nabi atau bukan. Akan tetapi, untuk
Zulkarnain dan Tuba’ maka yang terbaik adalah mengikuti Rasulullah,
beliau bersabda, “Aku tidak mengetahui Tubba nabi atau bukan dan aku
tidak tahu Zulkarnain nabi atau bukan.” (HR. Hakim dishohihkan Syaikh
Albani dalam Shohih Jami As Soghir). Untuk Khidir, maka dari ayat-ayat
yang ada dalam surat Al-Kahfi, maka seandainya ia bukan Nabi, maka
tentu ia tidak ma’shum dari berbagai perbuatan yang dilakukan dan Nabi
Musa a.s tidak akan mau mencari ilmu pada Khidir.

B. Nama – Nama Rasul Ulul Azmi


Ulu atau uli berarti memiliki dan Al Azmi berarti keteguhan
atau tekad yang kuat. Rasul Ulul Azmi maksudnya
adalah rasul yang memiliki keteguhan dan kesabaran yang sangat
kuat dalam menghadapi berbagai rintangan yang dialami selama
menyampaikan ajaran Allah SWT kepada umatNya.

Dari ke-25 rasul tersebut terdapat 5 orang yang disebut


Ulul Azmi. Rasul Ulul Azmi yaitu rasul pilihan yang memiliki
keteguhan hati dan ketabahan yang luar biasa. Mereka gigih dalam
perjuangan dan sangta sabar menerima berbagai cobaan.
Rasul Ulul Azmi itu adalah sebagai berikut :
1. Nabi Nuh a.s
2. Nabi Ibrahim a.s
3. Nabi Musa a.s
4. Nabi Isa a.s
5. Nabi Muhammad a.s
C. Muhammad rasulullah saw adalah nabi terakhir
Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir yang diutus Allah SWT
dengan membawa kabar gembira sekaligus peringatan bagi seluruh umat.
Rasulullah SAW kemudian mendapat julukan Khataman Nabiyyin
mempercayai keberadaan nabi dan rasul termasuk rukun iman yang
keempat. Allah SWT mengutus para nabi dan rasul untuk menyampaikan
wahyu kepada umat manusia. Dari sekian banyak nabi dan rasul, 25 di
antaranya wajib diimani.
Definisi Nabi Terakhir mengandung unsur-unsur yang harus diimani,
yaitu:

1. ( ‫ )نَاِس ُخ الِّر َس اَلِة‬Menghapus Risalah sebelumnya

Risalah sebelumnya adalah semua kitab dan hukum yang pernah


diturunkan oleh Allah swt. kepada para nabi dan dikabarkan oleh Allah
swt. di dalam Al-Qur’an maupun di dalam As-Sunnah yang shahih,
yaitu Shuhuf (lembaran) yang diturunkan kepada Ibrahim a.s. [lihat QS.
Al-A’laa (87): 14-19 dan An-Najm (53): 36-42], Shuhuf yang diturunkan
kepada Musa a.s. [lihat QS. Al-A’laa (87): 14-19 dan An-Najm (53): 36-
42], Taurat yang diturunkan kepada Musa a.s. (lihat QS. Al-Baqarah (2):
53, Ali Imran (3): 3, Al-Maidah (5): 44, dan Al-An’am (6):
91], Zabur yang diturunkan kepada Daud a.s. [lihat QS. An-Nisa’ (4): 164,
Al-Kahfi (18): 55, dan Al-Anbiya’ (21): 105], dan Injil yang diturunkan
kepada Isa a.s. [lihat QS. Ali Imran (3): 3 dan Al-Mai’dah (5): 46].

Semua kitab-kitab tersebut hukumnya telah di-nasakh (dihapuskan) oleh


Al-Qur’an, kecuali beberapa hukum dan kisah. Dan semua yang belum di-
nasakh tersebut disebutkan secara jelas dalam Al-Qur’an ataupun Al-
Hadits

2. ( ‫ )ُم َص ِّدُق ْاَألْنِبَياِء‬Membenarkan Para Nabi Sebelumnya


“Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang
membenarkan apa (Kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari
orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke
belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa
itu adalah kitab Allah).” [QS. Al-Baqarah (2): 101]

Membenarkan para nabi sebelumnya, maksudnya bahwa Islam melalui


kitabnya, yaitu Al-Qur’an, membenarkan keberadaan para nabi yang ada
sebelum Nabi Muhammad saw. dan meyakini bahwa Allah swt.
menurunkan kitab-kitab kepada para nabi tersebut. Kita pun membenarkan
seluruh berita yang ada dalam semua Kitab-kitab tersebut adalah dari
Allah swt., selain yang telah diselewengkan dan diubah oleh para ahli
kitab; serta mengerjakan semua hukumnya kalau ada yang belum di-
nasakh (dihapuskan) oleh Al-Qur’an.

Katakanlah: “Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu


telah menurunkannya (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah;
membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk
serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. [QS. Al-Baqarah
(2): 97]

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dengan membawa


kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu Kitab-Kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain
itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan
dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara
kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah
hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali
kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu
perselisihkan itu.” [QS. Al-Maidah (5): 48]
3. ( ‫ )ُم َك ِّمُل الِّرَس اَلِة‬Penyempurna Risalah Sebelumnya.
“Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan)
agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah
kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu,
dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam
itu menjadi agama bagimu.” [QS. Al-Maidah (5): 3]

Bahwa Islam adalah agama terakhir, maka nabinya pun adalah nabi
penutup, sehingga kitabnya, yaitu Al-Qur’an ini, diturunkan oleh Allah
swt. untuk menyempurnakan semua risalah sebelumnya. Oleh karena
semua risalah sebelum Nabi Muhammad saw. tersebut telah mengalami
perubahan dan penyimpangan dari masa ke masa yang dilakukan oleh
generasi setelahnya. Berbagai penyimpangan itu diantaranya: mengubah
arti dari lafazh (kata-kata) yang ada [lihat QS. Ali Imran (3): 75, 181, 182;
An-Nisa’ (4): 160-161; Al-Maidah (5): 64], mengubah atau menambah
baik kata, kisah, maupun hukum [lihat QS. Al-Baqarah (2): 79, Ali Imran
(3): 79-80; Al-Maidah (5): 116-117], menyembunyikan dan
menghilangkan berita-berita tentang Nabi Muhammad saw. dan kebenaran
lainnya [lihat QS. Al-Baqarah (2): 89-90, 109, 146; Ali Imran (3): 71-72;
Ash-Shaff (61): 6].

4. (‫ )كَاَّفٌة ِللَّناِس‬Berlaku untuk Semua Manusia.

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia


seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” [QS. Saba’
(34): 28]

Perbedaan syariat Nabi Muhammad saw. dibandingkan para nabi


sebelumnya adalah bahwa syariat beliau berlaku untuk seluruh ummat
manusia sampai akhir zaman. Hal ini berbeda dengan syariat para nabi
yang lainnya yang hanya terbatas untuk umatnya saja.
Hal ini mengandung dua pelajaran bagi kita, yaitu: pertama, mengetahui
hikmah Allah swt. dalam penetapan hukum bagi setiap umat, sehingga
Allah swt. selalu menetapkan hukum yang sesuai bagi setiap umat. Kedua,
oleh sebab itu hal ini meyakinkan kita bahwa Islam merupakan syari’at
yang paling sempurna, paling lengkap, dan paling baik karena merupakan
penutup dan penyempurna dari risalah semua nabi dan rasul.

5. ( ‫ )َر ْح َم ٌة ِلْلعَالَِم ْيَن‬Menjadi Rahmat bagi Seluruh Alam.

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat


bagi semesta alam.” [QS. Al-Anbiya’ (21): 107]

Hal lain yang juga memperkuat kebenaran risalah yang dibawa oleh Nabi
Muhammad saw. adalah dampak dari dakwahnya. Dakwahnya yang telah
dapat mengubah sebuah peradaban yang terbelakang, buta aksara, dan
kejam, menjadi memimpin dan menguasai peradaban dunia serta
mengisinya dengan gabungan antara ketinggian ilmu pengetahuan dan
akhlak yang belum dapat ditandingi oleh peradaban modern saat ini
sekalipun. Di antara hasil karya besar Nabi Muhammad saw. sebagai
rahmat bagi alam semesta ini adalah sebagai berikut.

1. Memusnahkan segala jenis syirik, baik yang besar (menyembah


berhala, sihir, ramal, dan sebagainya) maupun kecil (sumpah bukan
dengan nama Allah, riya’, dan sebagainya); dan menggantinya dengan
keimanan yang total kepada Allah swt.

2. Memusnahkan segala adat tradisi jahiliyyah yang menyimpang, seperti


membuka aurat, ber-khalwat dengan lawan jenis, campur baur lelaki dan
wanita (ikhtilath), dan sebagainya; dan menggantinya dengan akhlak yang
mulia dan tuntunan moral yang luhur.
3. Menegakkan sebuah sistem kehidupan yang seluruhnya berdiri di atas
tauhid, baik ekonomi, politik, sosial, kemasyarakatan, seni, olahraga, dan
lain-lain.

4. Melakukan sebuah revolusi total terhadap hati sanubari, pemikiran, dan


peraturan hidup umat manusia.

5. Mempersatukan semua ras, semua suku, semua golongan manusia di


bawah sebuah sistem yang berlandaskan tauhid, berhukumkan Al-Qur’an
dan As-Sunnah dan bertujuankan kebaikan dunia dan akhirat

Ketika kita beriman kepada Nabi Muhammad saw., maka kita akan
mengetahui bahwa risalah beliau adalah risalah yang paling lengkap dan
paling sempurna yang pernah diturunkan oleh Sang Pencipta kepada
hamba-Nya. Akidah semua nabi adalah satu, yakni tauhid, tetapi syariah
mereka berbeda-beda. Karena Nabi Muhammad saw. adalah nabi penutup,
maka risalahnya adalah risalah yang terakhir dan syariatnya akan berlaku
hingga akhir zaman. Tiada agama yang diridhai di sisi Allah swt. kecuali
Islam, dan tidak ada nabi yang membawa syariat lain setelah Nabi
Muhammad saw.

‫َم ا َك اَن ُمَحَّم ٌد َأَبا َأَحٍد ِم ْن ِر َج اِلُك ْم َو َلِكْن َر ُسوَل ِهَّللا َو َخ اَتَم الَّنِبِّييَن َو َك اَن ُهَّللا ِبُك ِّل َش ْي ٍء َع ِليًم ا‬.

“Dan Muhammad itu bukanlah bapak dari salah seorang lelaki di antara
kalian, tetapi ia adalah Rasul Allah dan Nabi yang terakhir; dan adalah
Allah Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu.” [QS. Al-Ahzab (33):
40]

Imam At-Thabari saat menafsirkan ayat ini berkata, “Muhammad saw. itu
bukanlah ayah dari salah seorang lelaki diantara kalian (Zaid bin Haritsah
r.a., yaitu anak angkat Nabi saw.) melainkan beliau adalah Nabi terakhir,
maka tiada lagi Nabi setelah beliau sampai hari kiamat; dan adalah Allah
swt. terhadap segala perbuatan dan perkataan kalian Maha Mengetahui.”
(Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an, Imam At-Thabari, XX/278)

Imam Al-Qurthubi berkata, ayat ini mengandung 3 hukum Fiqh.


“Pertama, saat Nabi saw. menikah dengan Zainab (mantan istri Zaid bin
Haritsah r.a.) orang-orang munafik berkata: Dia (Muhammad) menikahi
mantan istri anaknya sendiri, maka ayat ini turun untuk membantah hal
tersebut. Kedua, bahwa Muhammad saw. adalah Nabi terakhir, tiada Nabi
sesudahnya yang membawa syariat baru. Ketiga, syariat beliau
menyempurnakan syariat sebelumnya, sebagaimana sabdanya: Aku diutus
untuk ‘menyempurnakan’ akhlak yang mulia, atau sabdanya yang lain:
Perumpamaanku dengan nabi sebelumku seperti perumpamaan seorang
yang membuat bangunan yang amat indah, tinggal sebuah lubang batu
bata yang belum dipasang, maka akulah batu bata tersebut dan akulah nabi
yang terakhir.” (Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, Imam Al-Qurthubi, I/4484)

Berkata Sayyid Quthb rahimahullah dalam tafsirnya, “Bahwa setelah


menjelaskan tentang beliau saw. bukanlah ayah dari Zaid bin Haritsah r.a.,
sehingga halal beliau menikahi Zainab r.a., ayat ini juga menggariskan
tentang pemenuhan hukum syariat yang masih tersisa yang harus diketahui
dan disampaikan kepada umat manusia, sebagai realisasi dari penutup
risalah langit untuk di bumi ini, tidak boleh ada pengurangan dan tidak
boleh ada perubahan, semuanya harus disampaikan.” (Fi Zhilalil Qur’an,
Sayyid Quthb, VI/89)

Lebih lanjut beliau menambahkan saat menafsirkan akhir ayat tersebut


(yang berbunyi “Dan adalah Allah Maha Mengetahui atas segala
sesuatu“), “Sungguh Dia-lah yang paling mengetahui apa yang paling baik
dan paling tepat bagi para hamba-Nya, maka Ia memfardhukan kepada
Nabi-Nya apa yang seharusnya dan memilihkan bagi beliau apa yang
terbaik. Ia menetapkan hukum-Nya ini sesuai dengan pengetahuan-Nya
yang meliputi segala sesuatu dan ilmu-Nya tentang mana yang terbaik
tentang hukum, aturan dan undang-undang serta sesuai dengan kasih-
sayang-Nya kepada semua hamba-Nya yang beriman.”

Demikianlah telah ijma’ (konsensus) di antara para ulama bahwa Nabi


Muhammad saw. adalah nabi terakhir, sehingga jika ada orang yang
datang setelah beliau menyatakan ada nabi setelah beliau, maka perkataan
tersebut batil dan tertolak berdasarkan ijma’; dan pelakunya harus bertobat
kepada Allah swt. (dkwt)

Makna Nabi Muhammad SAW Sebagai Penutup Para Nabi

Definisi Nabi Terakhir mengandung unsur-unsur yang harus diimani,


yaitu:

1. ( ‫ )نَاِس ُخ الِّر َس اَلِة‬Menghapus Risalah sebelumnya

Risalah sebelumnya adalah semua kitab dan hukum yang pernah


diturunkan oleh Allah swt. kepada para nabi dan dikabarkan oleh Allah
swt. di dalam Al-Qur’an maupun di dalam As-Sunnah yang shahih,
yaitu Shuhuf (lembaran) yang diturunkan kepada Ibrahim a.s. [lihat QS.
Al-A’laa (87): 14-19 dan An-Najm (53): 36-42], Shuhuf yang diturunkan
kepada Musa a.s. [lihat QS. Al-A’laa (87): 14-19 dan An-Najm (53): 36-
42], Taurat yang diturunkan kepada Musa a.s. (lihat QS. Al-Baqarah (2):
53, Ali Imran (3): 3, Al-Maidah (5): 44, dan Al-An’am (6):
91], Zabur yang diturunkan kepada Daud a.s. [lihat QS. An-Nisa’ (4): 164,
Al-Kahfi (18): 55, dan Al-Anbiya’ (21): 105], dan Injil yang diturunkan
kepada Isa a.s. [lihat QS. Ali Imran (3): 3 dan Al-Mai’dah (5): 46].

Semua kitab-kitab tersebut hukumnya telah di-nasakh (dihapuskan) oleh


Al-Qur’an, kecuali beberapa hukum dan kisah. Dan semua yang belum di-
nasakh tersebut disebutkan secara jelas dalam Al-Qur’an ataupun Al-
Hadits
2. ( ‫ )ُم َص ِّدُق ْاَألْنِبَياِء‬Membenarkan Para Nabi Sebelumnya

“Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang
membenarkan apa (Kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari
orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke
belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa
itu adalah kitab Allah).” [QS. Al-Baqarah (2): 101]

Membenarkan para nabi sebelumnya, maksudnya bahwa Islam melalui


kitabnya, yaitu Al-Qur’an, membenarkan keberadaan para nabi yang ada
sebelum Nabi Muhammad saw. dan meyakini bahwa Allah swt.
menurunkan kitab-kitab kepada para nabi tersebut. Kita pun membenarkan
seluruh berita yang ada dalam semua Kitab-kitab tersebut adalah dari
Allah swt., selain yang telah diselewengkan dan diubah oleh para ahli
kitab; serta mengerjakan semua hukumnya kalau ada yang belum di-
nasakh (dihapuskan) oleh Al-Qur’an.

Katakanlah: “Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu


telah menurunkannya (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah;
membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk
serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. [QS. Al-Baqarah
(2): 97]

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dengan membawa


kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu Kitab-Kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain
itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan
dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara
kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah
hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali
kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu
perselisihkan itu.” [QS. Al-Maidah (5): 48]

3. ( ‫ )ُم َك ِّمُل الِّرَس اَلِة‬Penyempurna Risalah Sebelumnya.


“Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan)
agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah
kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu,
dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam
itu menjadi agama bagimu.” [QS. Al-Maidah (5): 3]

Bahwa Islam adalah agama terakhir, maka nabinya pun adalah nabi
penutup, sehingga kitabnya, yaitu Al-Qur’an ini, diturunkan oleh Allah
swt. untuk menyempurnakan semua risalah sebelumnya. Oleh karena
semua risalah sebelum Nabi Muhammad saw. tersebut telah mengalami
perubahan dan penyimpangan dari masa ke masa yang dilakukan oleh
generasi setelahnya. Berbagai penyimpangan itu diantaranya: mengubah
arti dari lafazh (kata-kata) yang ada [lihat QS. Ali Imran (3): 75, 181, 182;
An-Nisa’ (4): 160-161; Al-Maidah (5): 64], mengubah atau menambah
baik kata, kisah, maupun hukum [lihat QS. Al-Baqarah (2): 79, Ali Imran
(3): 79-80; Al-Maidah (5): 116-117], menyembunyikan dan
menghilangkan berita-berita tentang Nabi Muhammad saw. dan kebenaran
lainnya [lihat QS. Al-Baqarah (2): 89-90, 109, 146; Ali Imran (3): 71-72;
Ash-Shaff (61): 6].

4. (‫ )كَاَّفٌة ِللَّناِس‬Berlaku untuk Semua Manusia.

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia


seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” [QS. Saba’
(34): 28]

Perbedaan syariat Nabi Muhammad saw. dibandingkan para nabi


sebelumnya adalah bahwa syariat beliau berlaku untuk seluruh ummat
manusia sampai akhir zaman. Hal ini berbeda dengan syariat para nabi
yang lainnya yang hanya terbatas untuk umatnya saja.

Hal ini mengandung dua pelajaran bagi kita, yaitu: pertama, mengetahui
hikmah Allah swt. dalam penetapan hukum bagi setiap umat, sehingga
Allah swt. selalu menetapkan hukum yang sesuai bagi setiap umat. Kedua,
oleh sebab itu hal ini meyakinkan kita bahwa Islam merupakan syari’at
yang paling sempurna, paling lengkap, dan paling baik karena merupakan
penutup dan penyempurna dari risalah semua nabi dan rasul.

5. ( ‫ )َر ْح َم ٌة ِلْلعَالَِم ْيَن‬Menjadi Rahmat bagi Seluruh Alam.

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat


bagi semesta alam.” [QS. Al-Anbiya’ (21): 107]

Hal lain yang juga memperkuat kebenaran risalah yang dibawa oleh Nabi
Muhammad saw. adalah dampak dari dakwahnya. Dakwahnya yang telah
dapat mengubah sebuah peradaban yang terbelakang, buta aksara, dan
kejam, menjadi memimpin dan menguasai peradaban dunia serta
mengisinya dengan gabungan antara ketinggian ilmu pengetahuan dan
akhlak yang belum dapat ditandingi oleh peradaban modern saat ini
sekalipun. Di antara hasil karya besar Nabi Muhammad saw. sebagai
rahmat bagi alam semesta ini adalah sebagai berikut.

1. Memusnahkan segala jenis syirik, baik yang besar (menyembah


berhala, sihir, ramal, dan sebagainya) maupun kecil (sumpah bukan
dengan nama Allah, riya’, dan sebagainya); dan menggantinya dengan
keimanan yang total kepada Allah swt.

2. Memusnahkan segala adat tradisi jahiliyyah yang menyimpang, seperti


membuka aurat, ber-khalwat dengan lawan jenis, campur baur lelaki dan
wanita (ikhtilath), dan sebagainya; dan menggantinya dengan akhlak yang
mulia dan tuntunan moral yang luhur.
3. Menegakkan sebuah sistem kehidupan yang seluruhnya berdiri di atas
tauhid, baik ekonomi, politik, sosial, kemasyarakatan, seni, olahraga, dan
lain-lain.

4. Melakukan sebuah revolusi total terhadap hati sanubari, pemikiran, dan


peraturan hidup umat manusia.

5. Mempersatukan semua ras, semua suku, semua golongan manusia di


bawah sebuah sistem yang berlandaskan tauhid, berhukumkan Al-Qur’an
dan As-Sunnah dan bertujuankan kebaikan dunia dan akhirat

Ketika kita beriman kepada Nabi Muhammad saw., maka kita akan
mengetahui bahwa risalah beliau adalah risalah yang paling lengkap dan
paling sempurna yang pernah diturunkan oleh Sang Pencipta kepada
hamba-Nya. Akidah semua nabi adalah satu, yakni tauhid, tetapi syariah
mereka berbeda-beda. Karena Nabi Muhammad saw. adalah nabi penutup,
maka risalahnya adalah risalah yang terakhir dan syariatnya akan berlaku
hingga akhir zaman. Tiada agama yang diridhai di sisi Allah swt. kecuali
Islam, dan tidak ada nabi yang membawa syariat lain setelah Nabi
Muhammad saw.

‫َم ا َك اَن ُمَحَّم ٌد َأَبا َأَحٍد ِم ْن ِر َج اِلُك ْم َو َلِكْن َر ُسوَل ِهَّللا َو َخ اَتَم الَّنِبِّييَن َو َك اَن ُهَّللا ِبُك ِّل َش ْي ٍء َع ِليًم ا‬.

“Dan Muhammad itu bukanlah bapak dari salah seorang lelaki di antara
kalian, tetapi ia adalah Rasul Allah dan Nabi yang terakhir; dan adalah
Allah Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu.” [QS. Al-Ahzab (33):
40]

Imam At-Thabari saat menafsirkan ayat ini berkata, “Muhammad saw. itu
bukanlah ayah dari salah seorang lelaki diantara kalian (Zaid bin Haritsah
r.a., yaitu anak angkat Nabi saw.) melainkan beliau adalah Nabi terakhir,
maka tiada lagi Nabi setelah beliau sampai hari kiamat; dan adalah Allah
swt. terhadap segala perbuatan dan perkataan kalian Maha Mengetahui.”
(Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an, Imam At-Thabari, XX/278)

Imam Al-Qurthubi berkata, ayat ini mengandung 3 hukum Fiqh.


“Pertama, saat Nabi saw. menikah dengan Zainab (mantan istri Zaid bin
Haritsah r.a.) orang-orang munafik berkata: Dia (Muhammad) menikahi
mantan istri anaknya sendiri, maka ayat ini turun untuk membantah hal
tersebut. Kedua, bahwa Muhammad saw. adalah Nabi terakhir, tiada Nabi
sesudahnya yang membawa syariat baru. Ketiga, syariat beliau
menyempurnakan syariat sebelumnya, sebagaimana sabdanya: Aku diutus
untuk ‘menyempurnakan’ akhlak yang mulia, atau sabdanya yang lain:
Perumpamaanku dengan nabi sebelumku seperti perumpamaan seorang
yang membuat bangunan yang amat indah, tinggal sebuah lubang batu
bata yang belum dipasang, maka akulah batu bata tersebut dan akulah nabi
yang terakhir.” (Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, Imam Al-Qurthubi, I/4484)

Berkata Sayyid Quthb rahimahullah dalam tafsirnya, “Bahwa setelah


menjelaskan tentang beliau saw. bukanlah ayah dari Zaid bin Haritsah r.a.,
sehingga halal beliau menikahi Zainab r.a., ayat ini juga menggariskan
tentang pemenuhan hukum syariat yang masih tersisa yang harus diketahui
dan disampaikan kepada umat manusia, sebagai realisasi dari penutup
risalah langit untuk di bumi ini, tidak boleh ada pengurangan dan tidak
boleh ada perubahan, semuanya harus disampaikan.” (Fi Zhilalil Qur’an,
Sayyid Quthb, VI/89)

Lebih lanjut beliau menambahkan saat menafsirkan akhir ayat tersebut


(yang berbunyi “Dan adalah Allah Maha Mengetahui atas segala
sesuatu“), “Sungguh Dia-lah yang paling mengetahui apa yang paling baik
dan paling tepat bagi para hamba-Nya, maka Ia memfardhukan kepada
Nabi-Nya apa yang seharusnya dan memilihkan bagi beliau apa yang
terbaik. Ia menetapkan hukum-Nya ini sesuai dengan pengetahuan-Nya
yang meliputi segala sesuatu dan ilmu-Nya tentang mana yang terbaik
tentang hukum, aturan dan undang-undang serta sesuai dengan kasih-
sayang-Nya kepada semua hamba-Nya yang beriman.”

D. Iman kepada seluruh nabi dan rasul


Iman ialah percaya terhadap apa yang diyakini oleh hati, diucapkan
dengan lisan serta diwujudkan dengan perbuatan. Demikian pula
iman kepada Nabi dan Rasul. Kita harus yakin sepenuh hati bahwa
Nabi dan Rasul ini merupakan manusia pilihan Allah SWT. Ada
yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan wahyu kepada manusia
dan ada pula yang diberi wahyu tapi tidak diutus menyampaikan
kepada manusia.

Nabi dalam agama Islam adalah laki-laki yang diberi oleh Allah
wahyu dan wajib disampaikan kepada umatnya. Dikatakan bahwa,
jumlah nabi ada 124 ribu orang, sebagaimana disebutkan di dalam
hadits Muhammad.

Rasul adalah seseorang yang mendapat wahyu dari Allah dengan


suatu syari'at dan ia diperintahkan untuk menyampaikannya dan
mengamalkannya.

Perbedaan Nabi dan Rasul adalah :

 Jenjang kerasulan lebih tinggi daripada jenjang kenabian.


 Rasul diutus kepada kaum yang kafir, sedangkan nabi diutus kepada
kaum yang telah beriman.
 Syari’at para rasul berbeda antara satu dengan yang lainnya, atau dengan
kata lain bahwa para rasul diutus dengan membawa syari’at baru.
 Nabi yang pertama adalah Adam dan rasul pertama adalah Nuh.
 Seluruh rasul yang diutus, Allah selamatkan dari percobaan pembunuhan
yang dilancarkan oleh kaumnya. Adapun nabi, ada di antara mereka yang
berhasil dibunuh oleh kaumnya.
 Nabi diberi wahyu tetapi tidak diwajibkan menyampaikannya kepada
ummat yang ditunjuk Allah. Sedangkan Rasul diberi wahyu dan wajib
untuk menyampaikannya kepada seluruh manusia.

E. Hikmah iman kepada nabi dan rasul

Iman kepada nabi dann rasul berarti meyakini bahwa rasul itu benar-
benar utusan Allah SWT yang ditugaskan untuk membimbing
umatnya ke jalan yang benar agar selamat di dunia dan akhirat.
selain merupakan perintah Allah SWT terdapat sejumlah hikmah
atau manfaat beriman kepada nabi dan rasul:

1. Menyempurnakan iman.
2. Memiliki teladan dan contoh dalam hidup
3. Terdorong untuk berperilaku dan bersikap baik.
4. Mencintai para nabi dan rasul dengan mengikuti dan
mengamalkan ajarannya.
5. Menyadarkan bahwa manusia diciptakan Allah SWT untuk
mengabdi kepada-Nya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Iman kepada nabi dan rasul merupakan kewajiban kita sebagai
umat muslim.karena iman kepada nabi dan rasul merupakan rukun iman
yang ke empat.Perbedaan antara nabi dan rasul adalah bahwa nabi adalah
seorang yang di utus allah dengan memberinya wahyu untuk dirinya
sendiri ,sedangkan rasul memiliki misi yang besar dalam menerima
wahyu yaitu untuk disampaikan kepada umat manusia.
Jumlah para nabi dan rasul tidak disebutkan secara pasti , namun
yang wajib kita ketahui ada 25 yaitu : Adam a.s, Idris a.s, Nuh a.s, Hud
a.s, Shaleh a.s, Ibrahim a.s, Luth a.s, Ismail a.s, Ishaq a.s, Ya’qub a.s,
Yusuf a.s, Ayub a.s, Suaib a.s, Musa a.s, Harun a.s, Zulkifli a.s, Daud a.s,
Sulaiman a.s, Ilyas a.s, Ilyas a.s, Yunus a.s , Zakaria a.s, Yahya a.s, Isa
a.s, Muhammad saw. Rasul yang memiliki gelar ulul azmi ada 5 yaitu :
Nabi Nuh a.s, Nabi Ibrahim a.s, Nabi Musa a.s, Nabi Isa a.s, Nabi
Muhammad a.s.
Tugas-tugas yang di berikan allah kepada nabi dan rasul yaitu
untuk mengajak umat manusia hanya beribadah kepada Allah SWT.
B. Saran
Semua umat Islam seharusnya mengetahui dan memahami
mengenai pengertian iman kepada rasul Allah secara dalam, sehingga
mampu meneladani sifat – sifat terpuji para rasul dan menerapkannya di
dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Latifah. 2013. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Bogor :


Yudhistira.
http://islamicpwr.blogspot.com/2012/10/iman-kepada-rasul-allah.html
http://jacksite.wordpress.com/2008/09/12/nabi-dan-rasul
http://13hif.blogspot.com/2012/01/hikmah-beriman-kepada-rasul-
alllah_13.html
http://www.scribd.com/doc/84883105

Anda mungkin juga menyukai