Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH AQIDAH AKHLAH

Iman Kepada Rasul-Rasul Allah

Oleh Kelompok: 4

Arfifi Hasibuan NIM :

Leny Harningsih NIM :

Nabilah Rahmayoni NIM:

Nur Zaimah NIM:

Siti Waliana NIM:

JURUSAN PENDIDKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVETSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

T.A 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Kritik dan saran tentunya sangat kami
harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Pekanbaru, 12 Oktober 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman Kepada Rasul…………………………………………………..3


B. Tugas Para Rasul dan Nabi………………………………………………………4
C. Sifat-sifat Para Rasul……………………………………………………………..5

BAB III PENUTUPAN

A. Kesimpulan………………………………………………………………………6
B. Saran……………………………………………………………………………..7

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beragama adalah suatu bentuk keyakinan manusia terhadap berbagai hal yang diajarkan
oleh agama yang dianutnya. Beragama berarti meyakini secara bulat terhadap pokok-pokok
ajaran dan keyakinan sebuah agama, oleh karena itu tidak ada manusia yang mengaku beragama
tanpa ia meyakini apa-apa yang ditetapkan oleh agama tersebut.
 Dalam agama islam terdapat pilar-pilar keimanan yang dikenal dengan rukun iman, terdiri dari
enam pilar, keenam pilar tersebut adalah keyakinan islam terhadap hal-hal ghaib yang hanya
dapat diyakini secara trasendental, sebuah kepercayaan terhadap hal-hal yang diluar daya nalar
manusia. Rukun iman (pilar keyakinan) ini terdiri dari : 1. Iman kepada Allah, 2. Iman kepada
Malaikat, 3. Iman kepada kitab, 4. Iman kepada rasul, 5. Iman kepada hari akhir, 6. Iman kepada
qada dan qadar.
 Enam pilar keimanan umat islam tersebut merupakan sesuatu yang wajib dimiliki oleh setiap
muslim. Tanpa mempercayai salah satunya maka gugurlah keimanannya, sehingga mengimani
ke enam rukun iman tersebut merupakan suatu kewajiban yang tidak dapat ditawa-tawar lagi.
 Oleh karena itu, penulis akan mengkaji berbagai hal yang menyangkut enam pilar keimanan
tersebut, baik dalil-dalilnya maupun pengaruh keimanan tersebut terhadap kehidupan seorang
muslim. Diharapkan kajian tersebut akan menambah pemahaman penulis mengenai pentingnya
rukun iman dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.
B. Rumusan masalah
     Berdasarkan latar belakang di atas, maka berikut ini rumusan masalah yang akan dikaji dalam
makalah ini, yaitu ;
1. Apakah yang dimaksud rukun iman ?
2. Bagaimana penjelasan tentang rukun iman ke – 4
C. Tujuan penulisan
     Tujuan penyusunan makalah yang bertema tentang rukun iman ini adalah :
1. Memahami maksud dengan rukun iman ?
2. Mengetahui penjelasan tentang rukun iman ke – 4 ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian rukun iman


Beriman kepada para Rasullah artinya meyakini bahwa Allah Swt.telah mengutus para rasul-Nya untuk
memberikan kabar genbira dan peringatan kepada umat manusia. Rasul membimbing manusia menuju
kebahagian hidup di duni dan akhirat.
Rasul adalah pilihan yang sengaja diuitus Allah Swt. untuk membimbing manusia ke jalan yang benar
dan diridai-Nya. Untuk membuktikan kerasulan mereka, Allah Swt. Memberikannya mukjizat.
Berukut contoh mukjizat Allah berikan kepada beberapa orang rasul :
1. Nabi Ibrahim a.s. diberi mukjuzat tidak mempan ketikan hendak dibakar.
2. Nabi Musa a.s. dianugerahi mukjizat di antaranya adalah tongkat yang dimilikinya dapat berubah
menjadi ular yang besar dan mampu membelah lautan.
3. Nabi Isa a.s. diberi mukjizat mampu menghidupkan orang yang baru mati.
4. Nabi Muhammad Saw. Dianugerahi mukjizat yang luar biasa, diantaranya Al-Quran sebagai
mukjizat terbesar dan mampu memancarkan air dari sela-sela jarinya.
Para Rasul terebut selain diberikan mukjizat, mereka merupakan orang-orang yang berakhlak mulia
sehingga mereka pantas menjadi teladan bagi seluruh umat manusia. Hal ini sebagaimana firma Allah
dalam Surah al- Ah’zab [33] ayat 21sebagai berikut.

‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُكم في رسُوْ ل هّٰللا اُ ْسوةٌ حسنَةٌ لِّم ْن َكانَ يرْ جُوا هّٰللا و ْاليَوْ م ااْل ٰ خر و َذ َكر هّٰللا‬
َ َ َ َ ِ َ َ َ َ َ َ َ َ ِ ِ َ ْ ِ ْ
‫َكثِ ْير ًۗا‬

Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.
B. Iman kepada rasul
Nabi dalam bahasa Arab berasal dari kata naba. Dinamakan Nabi karena mereka adalah orang
yang menceritakan suatu berita dan mereka adalah orang yang menceritakan suatu berita dan
mereka adalah orang yang diberitahu beritanya (Lewat Wahyu). Sedangkan kata Rasul secara
bahasa berasal dari kata israil yang bermakna membimbing atau memberi arahan. Definisi secara
syar’I yang masyhur, Nabi adalah orang yang mendapatkan wahyu namaun tidak diperintahkan
untuk meyampaikan sedangkan Rasul adalah orang yang mendapatkan wahyu dalam syari’I dan
diperintahkan untuk meyampaikannya.
Beriman kepada Nabi dan Rasul termasuk ushul (Pokok) iman, Oleh karena itu, kita harus
mengetahui bagaimana beriman kepada Nabi dan Rasul dengan pemahaman yang benar. Syaikh
Muhammad Ibn Sholeh Al Utsaimin meyampaikan dalam kitabnya Syarh Tsalasatul Ushul,
keimanan pada rasul terkandung empat unsur di dalamnya. Perlu diperihhatikan bahwa
penyebutan emapat disini bukan berarti pembatasan bahwa hanya ada empat unsur dalam
keimanan kepada Nabi dan Rasul-Nya.

1.

Artinya :
“ Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan
kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam
hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya”. (QS. An-Nisa’ 4:65).

Tugas Para Rasul dan Nabi

1. Mengajarkan aqidah tauhid, yaitu menanamkan keyakinan kepada umat manusia bahwa:
    a. Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa dan satu-satunya dzat yang harus disembah (tauhid  
        ubudiyah).
    b. Allah adalah maha pencipta, pencipta alam semesta dan segala isinya serta mengurusi,
        mengawasi dan mengaturnya dengan sendirinya (tauhid rububiyah)
    c. Allah adalah dzat yang pantas dijadikan Tuhan, sembahan manusia (tauhid uluhiyah)
    d. Allah mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan makhluqNya (tauhid sifatiyah)
2. Mengajarkan kepada umat manusia bagaimana cara menyembah atau beribadah kepada
    Allah swt. Ibadah kepada Allah swt. sudah dicontohkan dengan pasti oleh para rasul, tidak
    boleh dibikin-bikin atau direkayasa. Ibadah dalam hal ini adalah ibadah mahdhah seperti
    salat, puasa dan sebagainya. Menambah-nambah, merekayasa atau menyimpang dari apa
    yang telah dicontohkan oleh rasul termasuk kategori “bid’ah,” dan bid’ah adalah kesesatan.
3. Menjelaskan hukum-hukum dan batasan-batasan bagi umatnya, mana hal-hal yang dilarang
    dan mana yang harus dikerjakan menurut perintah Allah swt.
4. Memberikan contoh kepada umatnya bagaimana cara menghiasi diri dengan sifat-sifat
    yang utama seperti berkata benar, dapat dipercaya, menepati janji, sopan kepada sesama,
    santun kepada yang lemah, dan sebagainya.
5. Menyampaikan kepada umatnya tentang berita-berita gaib sesuai dengan ketentuan yang
    digariskan Allah swt.
6. Memberikan kabar gembira bagi siapa saja di antara umatnya yang patuh dan taat kepada
    perintah Allah swt. dan rasulNya bahwa mereka akan mendapatkan balasan surga, sebagai
    puncak kenikmatan yang luar biasa. Sebaliknya mereka membawa kabar derita bagi umat
  

    manusia yang berbuat zalim (aniaya) baik terhadap Allah swt, terhadap manusia atau
    terhadap makhluq lain, bahwa mereka akan dibalas dengan neraka, suatu puncak    
    penderitaan yang tak terhingga.(Q.S. al Bayyinah: 6-8).
7. Meluruskan pemikiran dan aqidah yang menyimpang.
8. Mengatur umat manusia untuk berkumpul dalam satu aqidah.

Sifat-sifat Para Rasul :

1. Sifat Wajib
Sifat wajib bagi rasul adalah sifat yang harus dan wajib dimiliki oleh para rasul. Sifat-sifat wajib
ini adalah:
a. Siddiq, artinya benar atau jujur. Segala sesuatu yang diterima oleh rasul dari Allah wajib
    dikatakan dengan benar dan jujur.
b. Amanah, artinya dapat dipercaya. Seorang rasul harus dapat dipercaya untuk
    menyampaikan seluruh pesan yang diperintahkan oleh Allah swt. sama seperti aslinya,
    tanpa ditambah atau dikurangi.
c. Tablig, artinya menyampaikan. Maksudnya menyampaikan semua wahyu yang diterima
    dari Allah walaupun mereka menghadapi halangan dan rintangan yang berat.
d. Fatanah, artinya cerdik dan bijaksana. Seorang rasul haruslah cerdik, karena hanya orang
    cerdik yang dapat memimpin dan membimbing umat.

2.  Sifat Mustahil
Sifat  mustahil  bagi rasul  adalah sifat yang  mustahil dimiliki  oleh  para  rasul. Sifat  mustahi
adalah kebalikan dari sifat-sifat wajib bagi rasul. Sifat-sifat mustahil bagi rasul adalah:
a. Kizib, artinya berbohong atau dusta.
b. Khianat, artinya tidak dapat dipercaya.
c. Kitman, artinya menyembunyikan atau tidak menyampaikan.
d. Baladah, artinya bodoh atau dungu.
Sifat-sifat di atas mustahil dimiliki oleh para rasul. Jika rasul memiliki sifat-sifat tersebut, maka
dakwah yang disampaikan kepada umatnya tidak akan berhasil, bahkan akan gagal semua.

3. Sifat Jaiz
Sifat jaiz bagi rasul adalah sifat-sifat yang diperbolehkan bagi mereka, yaitu kebolehan berupa
sifat-sifat manusiawi yang dimiliki manusia pada umumnya. Sifat-sifat ini disebut sifat basyariah
atau sifat kemanusiaan, seperti rasul makan, minum, tidur, beristri, sedih, dan gembira.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
      Di dalam rukun iman yang k 4 ini “Iman kepada Rasul-Rasul Allah”. Kita diperintah Allah
swt. untuk mengimaninya dan mengaplikasikannya kedalam kehidupan kita sehari hari, karna
dengan mengimani rukun iman ke 4 ini kita mendapat hikmah yang sangat banyak dan yang
paling utama bermanfaat bagi kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai