Anda di halaman 1dari 10

BAB VIII

HAKEKAT NABI/RASUL DAN 25 NABI YANG WAJIB DIIMANI

A. Pengertian Nabi dan Rasul


Iman kepada rasul Allah termasuk rukun iman yang ke empat dari
enam rukun iman yang wajib diimani oleh setiap umat Islam. Yang dimaksud
dengan iman kepada rasul  ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para
rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah SWT. untuk menerima
wahyu dari-Nya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar
dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di
akhirat.

Nabi, kata Arab nabi yang berasal dari kata naba’ yang artinya,
pemberitahuan yang besar faedahnya, yang menyebabkan orang mengetahui
sesuatu. Kata naba’ hanya diterapkan terhadap pemberitahuan yang tidak
mungkin salah. Seorang ahli bahasa Arab menjelaskan bahwa kata nabi
artinya duta besar antara Allah dan makhluk yang berakal. Menurut ulama
lain, arti kata nabi ialah orang yang memberi informasi tentang Allah, dan ini
diberi penjelasan lebih lanjut bahwa nabi ialah orang yang diberi informasi
oleh Allah tentang keesaan-Nya, dan dibukakan kepadanya rahasia zaman
yang akan datang, dan ia diberitahu bahwa ia utusan Allah (Maulana
Muhammad Ali, 1977: 220).

Nabi juga disebut rasul, artinya utusan, kata nabi dan rosul digunakan
secara bergantian dalam Al-Quran. Kata rasul mempunyai arti yang lebih
luas, yang menurut makna aslinya dapat diterapkan terhadap sembarang
utusan (Ariani, 1994: 2).

Menurut Imam Baidhawi (1964: 35), Rasul adalah orang yang diutus
Allah SWT. dengan syari’at yang baru untuk menyeru manusia kepada-Nya.
Sedangkan nabi adalah orang yang diutus Allah SWT. untuk menetapkan
(menjalankan) syari’at rasul-rasul sebelumnya. Sebagai contoh bahwa Nabi

1
Musa adalah nabi sekaligus rasul. Tetapi Nabi Harun hanyalah nabi, sebab ia
tidak diberikan syari’at yang baru. Ia hanya melanjutkan atau membantu
menyebarkan syari’at yang dibawa Nabi Musa AS.

Mengenai identitas rasul dapat dibaca dalam Q.S. Al-Anbiya ayat 7


yang artinya: “Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad)
melainkan beberapa orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka,
maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tiada
mengetahui” (Maulana Muhammad Ali, 1977: 221).

Nabi dan Rasul tentunya mempunyai tugas atau misi kenapa mereka
diciptakan. Tugas pokok para rasul Allah ialah menyampaikan wahyu yang
mereka terima dari Allah SWT. kepada umatnya. Tugas ini sungguh sangat
berat, tidak jarang mereka mendapatkan tantangan, penghinaan, bahkan
siksaan dari umat manusia. Karena begitu berat tugas mereka, maka Allah
SWT. memberikan keistimewaan yang luar biasa yaitu berupa mukjizat.

Mukjizat ialah suatu keadaan atau kejadian luar biasa yang dimiliki
para nabi atau rasul atas izin Allah SWT. untuk membuktikan kebenaran
kenabian dan kerasulannya, dan sebagai senjata untuk menghadapi musuh-
musuh yang menentang atau tidak mau menerima ajaran yang dibawakannya.

Adapun selain tugas pokok di atas terdapat tugas-tugas para nabi dan
rasul sebagai berikut:

1. Mengajarkan aqidah tauhid, yaitu menanamkan keyakinan kepada umat


manusia.
2. Mengajarkan kepada umat manusia bagaimana cara menyembah atau
beribadah kepada Allah SWT. Ibadah kepada Allah SWT. sudah
dicontohkan dengan pasti oleh para rasul, tidak boleh dibuat-buat atau
direkayasa. Ibadah dalam hal ini adalah ibadah mahdhah seperti salat,
puasa dan sebagainya. Menambah-nambah, merekayasa atau menyimpang
dari apa yang telah dicontohkan oleh rasul termasuk kategori “bid’ah,” dan
bid’ah adalah kesesatan.

2
3. Menjelaskan hukum-hukum dan batasan-batasan bagi umatnya, mana hal-
hal yang dilarang dan mana yang harus dikerjakan menurut perintah Allah
SWT.
4. Memberikan contoh kepada umatnya bagaimana cara menghiasi diri
dengan sifat-sifat yang utama seperti berkata benar, dapat dipercaya,
menepati janji, sopan kepada sesama, santun kepada yang lemah, dan
sebagainya.
5. Menyampaikan kepada umatnya tentang berita-berita gaib sesuai dengan
ketentuan yang digariskan Allah SWT.

Memberikan kabar gembira bagi siapa saja di antara umatnya yang


patuh dan taat kepada perintah Allah SWT. dan rasul-Nya bahwa mereka
akan mendapatkan balasan surga, sebagai puncak kenikmatan yang luar biasa.
Sebaliknya mereka membawa kabar derita bagi umat manusia yang berbuat
zalim (aniaya) baik terhadap Allah SWT. terhadap manusia atau terhadap
makhluk lain, bahwa mereka akan dibalas dengan neraka, suatu puncak
penderitaan yang tak terhingga (QS. Al-Bayyinah ayat 6-8) (Ariani,1994: 3).

B. Hakikat Beriman Kepada Nabi


Sebenarnya iman kepada para nabi itu mempunyai arti yang dalam.
Oleh karena itu rukun iman ini mendapat tekanan lebih besar lagi. Seorang
nabi bukan saja mengemban amanat ilahi, melainkan pula harus menunjukkan
bagaimana mempraktikkan amanat itu dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu nabi adalah contoh atau suri tauladan yang harus dianut. Hanya
tauladan seorang nabi yang dapat membangkitkan iman yang hidup dalam
hati pengikutnya, dan membawa perubahan dalam hidup mereka. Itulah
sebabnya Al-Qur’an memberikan tekanan khusus bahwa Nabi itu harus
manusia. Pembangunan dan perbaikan manusia hanya dapat dilaksanakan
melalui nabi manusia. Fungsi malaikat hanyalah sebatas menyampaikan
amanat Ilahi kepada Nabi, manusia sempurna. Oleh karena itu malaikat
adalah utusan yang diutus kepada nabi, bukan kepada manusia seumumnya.

3
Malaikat termasuk golongan makhluk lain, dan tak dapat bertindak sebagai
contoh bagi manusia. Jadi tugas membangun manusia itu dipercayakan
kepada manusia (Maulana Muhammad Ali, 1977: 224).

Diterangkan dalam hadist bahwa sebenarnya jumlah nabi itu 124.000


tetapi yang disebutkan namanya dalam Al-Qur’an hanya 25 nabi, di antaranya
ada yang tak disebutkan dalam kitab Bebel. Dalam suatu hadist ditegaskan
bahwa: "Dari Abu Dzar ia berkata: Saya bertanya, wahai Rasulullah: Berapa
jumlah para nabi? Beliau menjawab: Jumlah para Nabi sebanyak 124.000
orang dan di antara mereka yang termasuk rasul sebanyak 315 orang suatu
jumlah yang besar" (HR. Ahmad).

Di dalam Al-Qur’an diterangkan sejelas-jelasnya bahwa sekalian umat


manusia telah kedatangan nabi, dan Al-Qur’an tidak menyebut nama seluruh
nabi, yang sebenarnya memang tidak perlu, maka umat Islam dapat menerima
para pemimpin besar yang oleh umat lain dianggap sebagai orang-orang yang
memberi penerangan kepada mereka. Dan sebenarnya, beriman kepada
sebagian nabi dan menolak sebagian yang lain, ini dikecam sebagai
perbuatan kufur.

C. 25 Rasul yang Wajib Diimani


1. Nabi Adam as.
2. Nabi Idris as.
3. Nabi Nuh as.
4. Nabi Hud as.
5. Nabi Shaleh as.
6. Nabi Ibrahim as.
7. Nabi Luth as.
8. Nabi Ismail as.
9. Nabi Ishaq as.
10. Nabi Ya’qub as.

4
11. Nabi Yusuf as.
12. Nabi Ayyub as.
13. Nabi Dzulkifli as.
14. Nabi Syuaib as.
15. Nabi Musa as.
16. Nabi Harun as.
17. Nabi Daud as.
18. Nabi Sulaiman as.
19. Nabi Ilyas as.
20. Nabi Ilyasa’ as.
21. Nabi Yunus as.
22. Nabi Zakaria as.
23. Nabi Yahya as.
24. Nabi Isa as.
25. Nabi Muhammad SAW (Muh Rifa’i, 1976:110)

D. Tanda-Tanda Beriman Kepada Rasul-Rasul Allah


Diantara tanda-tanda orang yang beriman kepada rasul-rasul Allah
adalah sebagai berikut:

1. Teguh keimanannya kepada Allah SWT

Semakin kuat keimanan seseorang kepada para rasul Allah, maka


akan semakin kuat pula keimanannya kepada Allah SWT. Ketaatan kepada
para rasul adalah bukti keimanan kepada Allah SWT. Seseorang tidak bisa
dikatakan beriman kepada Allah SWT. tanpa disertai keimanan kepada
rasul-Nya. Banyak ayat Al-Qur’an yang menyuruh taat kepada Allah
SWT. disertai ketaatan kepada para rasul-Nya, antara lain dalam surah An
Nisa ayat 59, Ali Imran ayat 32, Muhammad ayat 33 dan sebagainya.

Dua kalimat syahadat sebagai rukun Islam pertama adalah


pernyataan seorang muslim untuk tidak memisahkan antara keimanan

5
kepada Allah SWT. di satu sisi, dan keimanan kepada Rasulullah di sisi
lainnya. Dalam bahasa lain, beriman kepada para rasul Allah dengan
melaksanakan segala sunah-sunahnya dan menghindari apa yang
dilarangnya adalah dalam rangka ketaatan kepada Allah SWT.

2. Meyakini kebenaran yang dibawa para rasul

Kebenaran yang dibawa para rasul tidak lain adalah wahyu Allah
baik yang berupa Al-Qur’an maupun hadis-hadisnya. Meyakini kebenaran
wahyu Allah adalah masalah yang sangat prinsip bagi siapapun yang
mencari jalan keselamatan, karena wahyu Allah sebagai sumber petunjuk
bagi manusia.

Seseorang akan bisa meyakini kebenaran wahyu Allah, jika terlebih


dahulu dia beriman kepada rasul Allah sebagai pembawa wahyu tersebut.
Mustahil ada orang yang langsung bisa menerima suatu kebenaran yang
dibawa oleh orang lain, padahal dia tidak yakin bahkan tidak mengenal
terhadap sipembawa kebenaran tersebut.

Allah menjelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 285 yang artinya


sebagai berikut: “Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan
kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman.
Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, dan rasul-rasul-Nya” (QS. Al Baqarah 285).

Bagi tiap-tiap orang yang beriman wajib meyakini kebenaran yang


dibawa oleh para rasul, kemudian mengamalkan atau menepati kebenaran
tersebut. Bagi umat Nabi Muhammad SAW. tentulah kebenaran atau
ajaran yang diamalkannya ialah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.

3. Tidak membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan yang lain

Dengan beriman kepada rasul-rasul Allah otomatis berarti tidak


membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan rasul yang lain. Artinya
seorang mukmin dituntut untuk meyakini kepada semua rasul yang pernah

6
diutus oleh Allah SWT. Tidak akan terlintas sedikitpun dalam hatinya
untuk merendahkan salah satu dari rasul-rasul Allah atau beriman kepada
sebagian rasul dan kufur kepada sebagian yang lain. Sikap seorang
mukmin adalah seperti yang digambarkan oleh Allah SWT. dalam surah
Al Baqarah ayat 285: yang artinya sebagai berikut:

"...Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan


yang lain) dari rasul-rasulNya." Dan mereka mengatakan: "Kami dengar
dan kami taat." (Mereka berdo'a): "Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan
kepada Engkaulah tempat kembali" (Q.S. Al-Baqarah ayat 285).

4. Menjadikan para rasul sebagai uswah hasanah

Para rasul yang ditetapkan oleh Allah SWT. untuk memimpin


umatnya adalah orang-orang pilihan di antara mereka. Sebelum menerima
wahyu dari Allah SWT, mereka adalah orang-orang yang terpandang di
lingkungan umatnya, sehingga selalu menjadi acuan perilaku atau suri
tauladan bagi orang-orang di lingkungannya. Apalagi setelah menerima
wahyu, keteladanan mereka tidak diragukan lagi, karena mereka selalu
mendapat bimbingan dari Allah SWT.

E. Cerminan Beriman Kepada Rasul Dalam Kehidupan Sehari-hari


Meyakini Nabi Muhammad SAW. sebagai nabi dan rasul terakhir.
Nabi Muhammad SAW adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah
SWT. ke muka bumi ini. Tidak akan ada lagi nabi atau rasul sesudah beliau.
Hal ini merupakan keyakinan umat Islam yang sangat prinsip dan telah
disepakati oleh seluruh ulama mutaqaddimin dan mutakh-khirin yang
didasarkan kepada dalil-dalil naqli yang qath’i (pasti) dan dalil-dalil “aqli
yang logis antara lain sebagai berikut:

QS. Al-Ahzab ayat 40 yang artinya: “Muhammad itu sekali-kali


bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia adalah

7
rasulullah dan penutup para nabi. Dan adalah Allah maha mengetahui
terhadap segala sesuatu (QS. Al-Ahzab ayat 40)

Dalam ayat ini Allah menyatakan secara jelas bahwa Muhammad


adalah khataman nabiyyin (penutup para nabi). Mencintai nabi Muhammad
SAW. adalah suatu keniscayaan dan menduduki peringkat yang paling tinggi,
tentu setelah kecintaan kepada Allah SWT, dibandingkan dengan kecintaan
kepada selain beliau. Seseorang belum dikatakan sungguh-sungguh mencintai
Rasulullah SAW. jika ia masih menomorduakan kecintaan kepada beliau di
bawah kecintaan kepada selain beliau. Mari kita renungkan firman Allah
SWT. dalam Q.S. At-Taubah ayat 24 yang artinya sebagai berikut:

“Katakanlah , “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri


dan kaum keluarga kalian; juga harta kekayaan yang kalian khawatirkan
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai adalah
lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya, maka tunggulah sampai
Allah mendatangkan keputusan (azab)-Nya” Allah tidak memberikan
petunjuk kepada orang-orang fasiq” (QS. At-Taubah ayat 24).

Kecintaan kepada Allah SWT. dan Rasul-Nya juga merupakan


parameter keimanan seseorang. Lebih dari itu, manisnya iman akan dirasakan
seorang muslim jika dia telah menjadikan Allah SWT. dan Rasul-Nya lebih
dia cintai daripada ragam kecintaannya kepada sekelilingnya (Martiani,1982:
101).

Bukti-bukti cinta kepada Rasul harus meneladani seluruh aspek


kehidupan Rasulullah, misalnya:

1. Dalam ibadahnya, diwujudkan dalam bentuk ketundukan dalam


menjalankan dan memelihara salat sesuai dengan tuntunan beliau. 
2. Dalam tatacara berpakaian yang menutup aurat, sopan, bersih dan indah,
makan makanan yang halal, bersih dan bergizi, makan tidak sampai
kenyang, tidak makan kecuali setelah dalam keadaan lapar.

8
3. Dalam berkeluarga, misalnya sebagai seorang suami yang harus
melindungi, mencintai dan menyayangi keluarganya.
4. Sebagai pemimpin umat, Beliau lebih mendahulukan kepentingan umatnya
daripada kepentingan pribadinya. Beliau bukan tipe manusia
individualistik yang hanya memikirkan dirinya sendiri.
5. Sebagai anggota masyarakat, Beliau bukan manusia yang suka berdiam
diri di rumah seraya memisahkan diri dengan masyarakat sekitar, tetapi
selalu berinteraksi dengan semua lapisan masyarakat dan sering
mengunjungi rumah-rumah para sahabatnya.

Nilai-nilai yang harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari:

1. Istiqamah dalam menjalankan syari’at agama.


2. Tabah dan sabar dalam menghadapi musibah.
3. Selalu optimis dan tidak pernah putus asa.
4. Peduli terhadap kaum dhu’afa.
5. Selalu melaksanakan ibadah-ibadah sunah.
6. Tidak membeda-bedakan para rasul-rasul Allah.
7. Meyakini isi kitab-kitab yang dibawa oleh para Rasul.
8. Meyakini para Rasul memiliki sifat-sifat terpuji.
9. Menjadikan Rasul sebagai suri tauladan.

F. Hikmah Beriman Kepada Rasul Allah

1. Menyempurnakan iman kita.


2. Menambah kecintaan kita kepada Rasulullah.
3. Menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladan.
4. Mencontoh sifat-sifat rasulullah.
5. Mendorong dirinya untuk melakukan kebaikan-kebaikan.
6. Cinta terhadap apa yang dibawanya kemudian diamalkan.
7. Menegakkan agama Allah Ta’ala dengan syariat yang diajarkannya.

9
8. Menyadari bahwa hakikat dirinya adalah makluk (ciptaan) Allah (Ali
Muhammad Ash-Shallabi, 1963: 254).

G. Simpulan
Beriman kepada seluruh nabi adalah ajaran pokok agama Islam, dan
walaupun agama Islam itu dapat disimpulkan dalam dua kalimat syahadat
singkat yaitu: “tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah”,
tetapi orang yang mengucapkan syahadat rasul itu hakikatnya menerima
sekalian nabi di dunia, baik yang namanya disebutkan di dalam Al-Qur’an
maupun tidak dituntut oleh agama-agama lain demikian pula Islam
meletakkan dasar persaudaraan yang amat luas seperti luasnya umat manusia
itu sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari cerminan beriman kepada nabi harus
selalu dipegang, karena mengingat bahwa nabi dan rasul merupakan suri
tauladan bagi manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, 1994. Nama-Nama Nabi dalam Al-Quran. Bandung: PT Sarana Panca


Karya Nusa.

Ash-Shallabi, Ali Muhammad. 1963. Iman kepada Rasul, Jakarta: Ummul Qura.

Baidhawi, Imam. 1964. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Martiani,1982. 101 info tentang Nabi dan Rasul. Bandung: Mizan.

Muhammad Ali, Maulana. 1977. Islamologi. Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah.

Rifa’i, Muh. 1976. Riwayat 25 Nabi dan Rasul, Semarang: Toha Putra.

10

Anda mungkin juga menyukai