Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk mengabdikan diri kepada-Nya, Allah
menyatakan dalam beberapa firmannya bahwa manusia dikirim ke bumi ini dengan tujuan untuk
menjadi khalifah-Nya, untuk mengemban amanat-Nya, dan untuk memenuhi janji dengan-Nya.
Maka haruslah ada aturan untuk mengabdikan diri. Tanpa aturan mustahil pengabdian diri dapat
dilaksanakan. Dalam aturan ini haruslah datangnya dari Allah sendiri. Sebab manusia mustahil
manusia tidak akan dapat membuat aturan tersebut yang sesuai dengan keinginan Allah. Karena
manusia tidaklah mungkin dapat mengetahui apa yang diinginkan Allah. Jangankan keinginan
Allah, keinginan manusia yang lain saja tidak dapat diketahui oleh manusia. Karena itulah Allah
yang Maha Tahu mengirimkan aturan kepada manusia dalam bentuk kitab suci dengan perantara
rasul-Nya. Oleh karenanya, manusia harus beriman kepada kitab suci dan juga kepada Rasul
Allah. Maka dalam makalah ini akan mencoba menyajikan dan menjelaskan beberapa hal yang
berkaitan tentang Iman kepada kitab yang merupakan Rukun Iman yang ketiga dan juga tentang
Iman kepada Rasul yang merupakan rukun Iman yang ke-empat.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya yaitu :
1. Apa pengertian Kitab suci?
2. Apa pengertian Rasul ?
3. Apakah pokok-pokok ajaran Kitab-kitab Allah?
4. Apa pengertian beriman kepada kitab suci dan Rasul ?
5. Apa konsekuensi beriman kepada kitab suci dan Rasul?
1.3  Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini diantaranya :
1.      Mengetahui pengertian Iman kepada Kitab dan Rasul-rasul Allah
2.      Dapat memahami tentang Iman kepada Kitab dan Rasul-rasul Allah
3.      Dapat mengetahui pokok-pokok ajaran Kitab-kitab Allah
4.     Dapat mengetahui konsekuensi beriman kepada kitab suci dan para Rasul
Beriman Kepada Kitab Suci & Para Rasul.
A. Pengertian Kitab Suci
Kitab Suci berasal dari dua suku kata yaitu kitab dan Suci. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Kitab berarti perkataan, bacaan, wahyu Tuhan yang dibukukan. Kata Suci berarti
bersih. Dengan demikian Kitab Suci berarti perkataan atau sabda Tuhan yang di dalam Islam
dimuat dalam al-Quran.
Secara terminologis (istilah) para ahli mengemukakan pengertian Kitab Suci sebagai berikut:
Menurut Subhi Shaleh, Kitab Suci itu adalah al-Quran, yaitu firman Allah yang berfungsi
sebagai mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, yang tertulis dalam mushaf-mushaf,
yang diriwayatkan secara mutawatir, dan membacanya merupakan ibadah.
Safi Hasan Abu Thalib mengatakan Kitab Suci adalah wahyu yang diturunkan dengan lafal
bahasa Arab dan maknanya dari Allah swt melalui wahyu yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad saw, ia merupakan dasar dan sumber utama bagi syari at.
Zakaria al-Birri mengemukakan Kitab Suci adalah al-Kitab yang disebut al-Quran adalah kalam
Allah swt yang diturunkan kepada rasulnya Muhammad saw dengan lafal bahasa Arab, dinukil
secara mutawatir dan tertulis pada lembaran-lembaran mushaf.
Abdul Wahhab Khallaf merumuskan, Kitab Suci adalah kalam Allah yang diturunkan oleh-Nya
melalui perantaraan malaikat Jibril ke dalam hati Rasulullah Muhammad bin Abdullah dengan
lafaz yang berbahasa Arab dan makna-maknanya yang benar, untuk menjadi hujjah bagi rasul
atas pengakuannya sebagai Rasulullah, menjadi undang-undang bagi manusia yang mengikuti
petunjuknya, dan menjadi qurbah (jalan mendekatkan diri kepada Allah swt) di mana mereka
beribadah dengan membacanya.
T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Kitab Suci adalah al-Quran, nama bagi kalamullah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw yang ditulis dalam mushaf.

B. Pengertian Rasul
Rasul adalah orang yang mendapat wahyu dari Allah tentang agama dan misinya. Rasul adalah
seseorang yang menerima wahyu dari Allah untuk syari’at dan ia diperintahkan untuk
menyampaikan hal itu dan mempraktekkannya. Setiap rasul harus menjadi nabi, tapi tidak setiap
Nabi adalah utusan, dengan demikian, jumlah nabi adalah jauh lebih banyak daripada jumlah
rasul Menurut Islam jumlah Rasul hukum 312, menurut hadits yang telah disebutkan oleh
Muhammad, diriwayatkan oleh At-Turmudzi. Menurut Al-Qur’an Allah telah mengutus banyak
nabi kepada umat manusia. Seorang rasul memiliki tingkat yang lebih tinggi menjadi pemimpin
ummat, sementara nabi tidak harus menjadi pemimpin. Di antara rasul yang memiliki julukan
Ulul Azmi adalah Nuh, Ibrahim, Musa, Yesus dan Muhammad. Mereka dikatakan memiliki
tingkat tertinggi di antara para rasul. Sebagian besar utusan yang dikirim oleh Allah kepada Bani
Israel, dari Musa, berakhir pada Yesus, dan di antara ada seribu nabi.
Rasul adalah manusia biasa seperti kita, bedanya adalah mereka mendapat wahyu dari Allah swt.
[QS. 25:20, 18:110, 6:9, 33:40]. Rasulullah pernah berkata: "Sesungguhnya aku ini adalah
manusia biasa, kalian mangajukan perkara kepadaku, boleh jadi sebagian kalian lebih pintar
mengemukakan alasan-alasannya dibanding yang lain sehingga aku menangkan perkaranya
sebagaimana yang aku dengar..." (Muttafaqun 'alaih). Fungsi rasul atau utusan Allah yang paling
utama adalah:

1. Membawa risalah (hamilur rusalah) dari Allah [QS.5:67, 33:39]. Rasul menyampaikan
apa adanya wahyu dari Allah sebagai petunjuk hidup.
2. Sebagai teladan dalam menerapkan risalah (qudwatun fi tathbiqir risalah) [QS.33:21,
60:4]. Manusia mempunyai figur keteladanan dalam mempraktekkan aqidah dan syari'ah
yang Allah kehendaki. Karena itu rasul adalah manusia yang bisa ditiru, bukan
malaikat[QS. 17:94-95].

C. Pengertian Beriman Kepada Kitab Suci & Para


Rasul.
Menurut bahasa Iman adalah percaya dan membenarkan. Sedangkan menurut istilah iman
adalah kepercayaan yang diyakini kebenarannya dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan
diamalkan dengan amal perbuatan. Iman dan akidah bukan hanya sekedar percaya dalam hati
kepada rukun iman, tetapi mesti diwujudkan dalam bentuk amalan dan perbuatan bagi setiap
umat Islam.
Menurut bahasa kata kitab memiliki dua pengertian, yaitu perintah dan tulisan. Sehingga
kitab dapat diartikan sebagai kumpulan wahyu Allah yang diturunkan kepada para Nabi dan
Rasul yang berisi pedoman hidup bagi umat-Nya serta telah dibukukan seperti yang kita kenal di
zaman kita sekarang ini. Kemudian iman kepada kitab-kitab Allah ialah kita diwajibkan
meyakini serta percaya dalam hati bahwa Allah telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada rasul-
rasul-Nya untuk disampaikan kepada umat-umat-Nya yang dijadikan sebagai pedoman hidup,
yang isinya berupa suruhan, larangan serta beberapa hukum yang menjadi petunjuk bagi umat
manusia. Hukum beriman kepada kitab Allah adalah wajib.
Nabi dalam bahasa Arab berasal dari kata “naba.” Dinamakan nabi karena mereka adalah
orang yang menceritakan suatu berita dan mereka adalah orang yang diberitahu beritanya ( lewat
wahyu). Adapun kata rasul secara bahasa berasal dari kata “irsal” yang bermakna membimbing
atau memberi arahan. Definisi secara syar’i yang masyhur, nabi adalah orang yang mendapatkan
wahyu, namun tidak diperintahkan untuk menyampaikan, sedangkan rasul adalah orang yang
mendapatkan wahyu dalam syariat dan diperintahkan untuk menyampaikannya.1 Iman kepada
rasul-rasul allah ialah mempercayai bahwa Allah telah memilih diantara manusia, beberapa
orang rasul-Nya untuk menyampaikan syariat kepada hamba-hamba-Nya dan pengangkatan itu
dilakukan dengan wahyu. Rasul-rasul
1 Syekh Ibn Abdul wahhab menggunakan definisi ini dalam Ushulutsalatsah dan Kasyfu Syubhat , begitu pula Syekh Muhammad ibn Sholeh Al-

Utsaimin.
Seluruhnya terdiri dari laki-laki, Allah tidak pernah mengangkat seorang wanita, baik
menjadi Nabi ataupun Rasul. Diantara rasul ada yang diberi tugas hanya untuk bangsa tertentu
saja dan ada yang untuk seluruh baangsa-bangsa, sehingga tidak ada satu golonganpun umat
yang lalu, yang tidak dikaruniai utusan allah. . Keyakinan tersebut hendaknya ditanamkan dalam
hati serta diwujudkan dalam perbuatan dan tingkah laku sehari-hari.
Iman kepada Kitab-Kitab Allah
Beriman kepada kitab-kitab Allah SWT berarti kita wajib beritikad atau mempunyai
keyakinan bahwa Allah SWT mempuyai beberapa kitab yang telah diturunkan kepada para nabi-
Nya.

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya (Muhammad)
dan kepada Kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan
sebelumnya. Barang siapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,
dan hari kemudian, maka sungguh, orangitu telah tersesat sangatjauh. (Q.S. an-Nisa’ [4]: 136).

Mengimani kitab-kitab Allah merupakan rukun iman yang ketiga. Allah menurunkan kitab-
kitab tersebut agar digunakan sebagai pedoman atau pembimbing bagi seluruh umat manusia
menuju jalan hidup yang benar dan diridhai Allah SWT, yaitu kebahagian serta keselamatan
dunia dan akhirat.2
Kitab-kitab yang telah diturunkan Allah kepada para nabi dan rasul-Nya yang wajib diketahui
oleh umat Islam, adalah :
1.      Kitab Taurat, yang diturunkan kepada nabi Musa a.s kira-kira pada abad ke-12 SM didaerah
israil dan Mesir.
2.      Kitab zabur, yang diturunkan kepada nabi Daud a.s. kira-kira pada abad ke-10 SM di daerah
Israil
3.      Kitab Injil, diturunkan kepada Nabi Isa a.s. pada permulaan abad pertama di daerah Yerussalem
4.      Kitab Al-Quran, yang diturunkan kepda Nabi Muhammad SAW pada abad ke-6 M di daerah
Mekah dan di Mekah.
Keimanan kepada kitab-kitab Allah terkandung di dalamnya terdapat empat unsur, yaitu :
Pertama, beriman kepada kitab-kitab itu benar-benar diturunkan dari sisi Allah ta’ala. Kedua,
beriman kepada yang telah Allah namakan dari kitab-kitabnya dan mengimani secara global
kitab-kitab yang kita tidak ketahui namanya. Ketiga, yaitu membenarkan berita-berita yang benar
dari kitab-kitab tersebut sebagaimana pembenaran kita terhadap berita-berita Al-Qur ’an dan
juga berita-berita lain yang tidak diganti atau diubah dari kitab-kitab terdahulu (sebelum Al-
qur’an). Ke empat, mengamalkan hukum-hukum yang tidak dihapus (nasakh) serta dengan rela
dan pasrah menerimanya, baik yang kita ketahui hikmahnya atau tidak.
Rukun iman meliputi iman kepada Allah Swt. iman kepada malaikat-malaikat-Nya, iman
kepada kitab-kitab-Nya , iman kepada Rasul-Rasul-Nya, iamn kepada hari akhir, dan iman
kepada qada qadar. Ada 3 tingkatan dalam beriman kepada kitab Allah, yaitu :

1. Qotmil (membaca saja)


2. Tartil (membaca dan memahami)
3. Hafidz (membaca, memahami, mengamalkan dan menghafalkan.

Sebagai muslim yang beriman tentu tak hanya cukup bagi kita untuk membacanya saja,
namun kita juga mesti memahami dan mengamalkan kita Allah SWT. Dalam hal ini tentu kitab
suci Al Qur’an. Mengingat kita adalah umat akhir zaman segaligus juga umat nabi Muhammad
SAW. Al quran diturunkan kepada nabi Muhammad untuk dapat menjadi pedoman serta
petunjukk bagi umat beliau. Agar mendapat petunjuk dan selamat di dunia dan akhirat kita harus
menjadikan dua dasar hukum dalam hidup dan kehidupan. Dua dasar tersebut ialah Al Qur’an
dan Sunnah. Al quran juga merupakan sumber rujukan utama dalam mengatur segala persoalan
terlebih mengenai hukum islam dan lain-sebagainya.

Iman kepada Rasul-Rasul Allah


Beriman kepada rasul-rasul-Nya adalah rukun iman yang keempat yaitu mempercayai bahwa
Allah SWT telah mengutus para rasul-Nya untuk membawa syi’ar agama atau membimbing
umat manusia kepada jalan yang benar dan di ridhai Allah. Jumlah rasul tidak diketahui secara
pasti namun ada ulama yang mengatakan bahwa Allah SWT. telah menurunkan nabi sebanyak
124.000 orang dan rasul sebanyak 313 orang, dan jumlah ini pun belum dipastikan an
kemungkinan besar jumlahnya lebih banyak lagi. Hanya Allah SWT. yang lebih mengetahuinya.3
Dari sekian banyak rasul dan nabi tersebut, hanya 25 orang yang disebutkan dalam al-
qur’an, sehingga para rasul dan nabi yang wajib kita ketahui hanya 25 orang. Di antarakedua
puluh lima rasul tersebut, ada yang disebut Ulul Azmi, yang artinya rasul-rasul yang mempunyai
keteguhan hati yang tak pernah goyah dan mempunyai ketabahan yang luar biasa, kesabaran
yang tak ada batasnya. Nabi yang mendapat julukan Ulul Azmi adalah :
1.      Nabi Nuh a.s.
2.      Nabi Ibrahim a.s.
3.      Nabi Musa a.s.
4.      Nabi Isa a.s.
5.      Nabi Muhammad SAW.
Allah SWT mewajibkan atas setiap orang beriman supaya beriman kepada semua rasul yang
diutus-Nya tanpa membeda-bedakan antara satu rasul dan rasul lainnya. Apabila seseorang
beriman kepada sebagian rasul, tetapi menolak sebagian lainnya atau dengan kata lain membeda-
bedakan rasul Allah tersebut, orang tersebut bisa dikatakan kafir. Allah SWT berfirman :
َ ‫إن الَّذين يكْفُرون باللَّه ورسلِه ويريدو‬
ِ‫ن اللَّه‬َ ْ ‫ن يُف َِّرقُوا بَي‬
ْ ‫نأ‬َ ُ ِ َُ ِ ُ َُ ِ ِ َ ُ َ َ ِ َّ ِ
‫ن‬ َ ‫ورسلِه ويقُولُون نؤْمن ببعض ونكْفُر ببعض ويريدو‬
ْ ‫نأ‬ َ ُ ِ َُ ٍ َِْ ُ ََ ٍ َِْ ُ ِ ُ َ ََ ِ ُ َُ
)١٥٠( ‫سبِيال‬ َ ِ ‫ن ذَل‬
َ ‫ك‬ َ ْ ‫خذ ُوا بَي‬
ِ َّ ‫يَت‬
Artinya : “ sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud
memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan,
‘kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain)’, serta
bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) diantara yang demikian, (iman
atau kafir) merekalah orang-orang ynag kafir sebenar –benarnya. Kami telah menyediakan
untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan” (Q.S. An-Nisa’ [4]:150)
Pengertian Kitab dan Suhuf

Kitab adalah kumpulan wahyu-wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul untuk
selanjutnya disampaikan kepada umatnya sebagai pedoman dan petunjuk untuk hidupnya.
Sedangkan suhuf adalah wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada nabi dan rasul namun masih
dalam terpisah bentuk lembaran-lembaran.
Persamaan dan Perbedaan Kitab dan Suhuf

Persamaan yang ada antara suhuf dan kitab yakni dari keduanya sama-sama merupakan wahyu
yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi dan Rasul dan selanjutnya disampaikan kepada
umatnya. Sedangkan perbedaan antara kitab dan suhuf adalah berkenaan dengan isi, kitab lebih
lengkap dari pada suhuf. Hal tersebut dipengaruhi oleh pembukuan pada kitab sedangkan pada
suhuf tidak dibukukan.

Kitab-Kitab Allah

1. Kitab Taurat

Kitab Taurat diturunkan terhadap Nabi Musa AS sebagai petunjuk serta pedoman untuk
kaumnya yakni bani israil. Perhatikan Q.S. Al Isro Ayat 2 berikut : yang artinya:

“Dan Kami berikan kepada Musa kitab Taurat dan Kamu jadikan kitab itu petunjuk bagi Bani
Isroil (dengan firman): “janganlah kamu mengambil penolong selain Aku.” (QS. Al Isra’ : 2).

2. Kitab Zabur

Kitab Zabur diturunkan kepada nabi Daud AS. Dalil mengenai kitab zabur tertuang dalam Al
Qur’an surat Al Isro ayat 55 berikut yang artinya :

“Dan Kami berikan Zabur kepasa Daud.” (Q.S. Al Isro : 55)

3. Kitab Injil

Kitab injil diturunkan kepada nabi Isa As kepada umat beliau yakni Bani Israil. Dalil yang
mendasari hal tersebut tertuang dalam Al Qur’an surat Al Maidah ayat 46 berikut yang artinya :

“Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi bani israil) dengan Isa putra Maryam,
membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya
kitab injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan
kitab yang sebelumnya, yaitu kitab Taurat dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-
orang yang bertaqwa.” (Q.S. Al-Maidah : 46).

4. Kitab Al Qur’an diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Al Qur’an tak hanya diturunkan
oleh Allah kepada nabi Muhammad dan bangsa arab. Akan tetapi Al Qur’an diturunkan kepada
seluruh umat manusia di akhir zaman. Firman Allah dalam surat Al Furqon ayat 1 yang artinya :

“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqon (Al Qur’an) kepada hamba Nya, agar Dia
menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (Q.S. Al Furqon : 25).

Umunya dalam Al Qur’an mencakup hal-hal seperti prinsip aqidah, ibadah, dan syariat. Al
Qur’an memiliki kedudukan sebagai wahyu Allah yang diturunkan melalui Rasul Muhammad
SAW, pedoman hidup manusia, dan sebagai petunjuk serta acuan dalam hukum islam.
D. Konsekuensi beriman kepada kitab suci dan para
rasul
Kosekuensi beriman kepada kitab allah

Kita meyakini bahwa keimanan terhadap kitab-Nya mengharuskan untuk menghalalkan apa yang
dihalalkannya atau mengharamkan apa yang diharamkannya, mengambil pelajaran dari kisah-
kisah yang ada di dalamnya dan melaksanakan hukum-hukumnya. Bersikap menerima (taslim)
dalam memahami ayat-ayat mutasyabihnya dan tidak melanggar larangan-larangannya.
Membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, melaksanakan nasehatnya baik secara lahir
maupun batin, taat kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam atas segala apa yang
diperintahkannya dan meninggalkan apa yang telah dilarang dan diperingatkan.

Firman Allah Subhaanahu Wata’ala,

ِ ‫ك هَّللا ُ َواَل تَ ُك ْن لِ ْلخَائِنِينَ َخ‬


‫صي ًما‬ َ ‫اس بِ َما أَ َرا‬ ِّ ‫َاب بِ ْال َح‬
ِ َّ‫ق لِتَحْ ُك َم بَ ْينَ الن‬ َ ‫إِنَّا أَ ْن َز ْلنَا إِلَ ْيكَ ْال ِكت‬

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya
kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan
janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-
orang yang khianat.” (An-Nisa’: 105).

Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk menghukumi di antara manusia dengan apa yang telah
diturunkan Allah dan memperingatkan agar berhati-hati terhadap mereka, supaya tidak
memalingkannya dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadanya:

َ ‫ْض َما أَ ْن َز َل هَّللا ُ إِلَ ْي‬


‫ك‬ َ ‫َوأَ ِن احْ ُك ْم بَ ْينَهُ ْم بِ َما أَ ْن َز َل هَّللا ُ َواَل تَتَّبِ ْع أَ ْه َوا َءهُ ْم َواحْ َذرْ هُ ْم أَ ْن يَ ْفتِنُو‬
ِ ‫ك ع َْن بَع‬

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan
Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap
mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah
kepadamu.” (Al-Ma’idah: 49).

Dan firman-Nya,

َ‫اتَّبِعُوا َما أُ ْن ِز َل ِإلَ ْي ُك ْم ِم ْن َربِّ ُك ْم َواَل تَتَّبِعُوا ِم ْن دُونِ ِه أَوْ لِيَا َء قَلِياًل َما تَ َذ َّكرُون‬

“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu mengikuti
pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (dari padanya).”
(Al-A’raf: 3).

Allah Subhaanahu Wata’ala memerintahkan kita untuk mengikuti seorang Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam yang buta huruf, yang telah membawa Al-Qur’anul Karim dan melarang untuk
menyelisihi apa yang dibawanya dan menggunakan selainnya, yang menjadikan kita telah
membuang hukum Allah dan menggantikannya dengan hukum selain-Nya.
Firman Allah Subhaanahu Wata’ala,

َ ِ‫ك ي ُْؤ ِمنُونَ بِ ِه َو َم ْن يَ ْكفُرْ بِ ِه فَأُولَئ‬


َ‫ك هُ ُم ْال َخا ِسرُون‬ َ ِ‫ق تِاَل َوتِ ِه أُولَئ‬ َ ‫الَّ ِذينَ آتَ ْينَاهُ ُم ْال ِكت‬
َّ ‫َاب يَ ْتلُونَهُ َح‬

“Orang-orang yang telah kami beri Al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan
yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya,
maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Al-Baqarah: 121).

Membacanya dengan bacaan yang sebenarnya artinya menghalalkan yang dihalalkannya,


mengharamkan apa yang diharamkannya, membacanya sebagaimana diturunkan Allah, tidak
memalsukannya dari aslinya serta tidak menta’wilkannya dengan pengertian yang tidak sesuai
dengan ta’wil-Nya.

Allah menjelaskan tentang adanya ayat-ayat muhkam dan mutasyabih di dalam Al-Qur’an, dan
cara yang ditempuh oleh ahli ilmu dalam memahami ayat-ayat mutasyabih:

ُ‫ات فَأ َ َّما الَّ ِذينَ فِي قُلُوبِ ِه ْم زَ ْي ٌغ فَيَتَّبِعُونَ َما تَ َشابَهَ ِم ْنه‬ ٌ َ‫ب َوأُ َخ ُر ُمتَ َشابِه‬ ِ ‫ات ه َُّن أُ ُّم ْال ِكتَا‬
ٌ ‫ات ُمحْ َك َم‬ ٌ َ‫َاب ِم ْنهُ آي‬ َ ‫ك ْال ِكت‬ َ ‫ه َُو الَّ ِذي أَ ْن َز َل َعلَ ْي‬
ُ ْ ْ
ِ ‫ا ْبتِغَا َء ْالفِ ْتنَ ِة َوا ْبتِغَا َء تَأ ِويلِ ِه َو َما يَ ْعلَ ُم تَأ ِويلَهُ إِاَّل هَّللا ُ َوالرَّا ِس ُخونَ فِي ْال ِع ْل ِم يَقُولُونَ آ َمنَّا بِ ِه ُك ٌّل ِم ْن ِع ْن ِد َربِّنَا َو َما يَ َّذ َّك ُر إِاَّل أولُو اأْل َ ْلبَا‬
‫ب‬

“Dialah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Qur’an) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat
yang muhkamat itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat.
Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti
sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari
ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang
yang mendalam ilmunya berkata, ”Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat,
semuanya itu dari sisi Rabb kami”. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)
melainkan orang-orang yang berakal.” (Ali Imran: 7).

Firman Allah Subhaanahu Wata’ala,

ِ ‫ق الَّ ِذي بَ ْينَ يَ َد ْي ِه َوتَ ْف‬


ً‫صي َل ُك ِّل َش ْي ٍء َوهُدًى َو َرحْ َمة‬ ِ ‫ص ِه ْم ِع ْب َرةٌ أِل ُولِي اأْل َ ْلبَا‬
َ ‫ب َما َكانَ َح ِديثًا يُ ْفت ََرى َولَ ِك ْن تَصْ ِدي‬ َ َ‫لَقَ ْد َكانَ فِي ق‬
ِ ‫ص‬
َ‫لِقَوْ ٍم ي ُْؤ ِمنُون‬

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan
rahmat bagi kaum yang beriman.” (Yusuf: 111).

Di antara konsekuensi beriman kepada Al-Qur’an adalah menerima setiap yang dibawa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam baik yang berupa perintah maupun larangan. Firman
Allah Subhaanahu Wata’ala,

ِ ‫د ْال ِعقَا‬žُ ‫َو َما آتَا ُك ُم ال َّرسُو ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَهَا ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَهُوا َواتَّقُوا هَّللا َ إِ َّن هَّللا َ َش ِدي‬
‫ب‬
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu
maka tinggalkanlah; dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras
hukuman-Nya.” (Al-Hasyr: 7).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫ َوإِ َذا أَ َمرْ تُ ُك ْم بِأ َ ْم ٍر‬،ُ‫ فَإ ِ َذا نَهَ ْيتُ ُك ْم ع َْن َش ْي ٍء فَاجْ تَنِبُوْ ه‬،‫اختِالَفِ ِه ْم َعلَى أَ ْنبِيَائِ ِه ْم‬ َ َ‫ ِإنَّ َما هَل‬،‫َد ُعوْ نِ ْي َما تَ َر ْكتُ ُك ْم‬
ْ ‫ك َم ْن َكانَ قَ ْبلَ ُك ْم بِ ُسؤَالِ ِه ْم َو‬
.‫فَأْتُوْ ا ِم ْنهُ َما ا ْستَطَ ْعتُ ْم‬

“Bertetaplah pada apa yang telah aku tinggalkan untuk kalian. Sesungguhnya umat terdahulu
hancur akibat banyaknya pertanyaan dan pertentangan mereka terhadap nabi-nabi mereka. Bila
aku melarang sesuatu maka tinggalkanlah dan bila aku memerintahkan sesuatu maka
kerjakanlah semampu kalian.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah).

Kosekuensi beriman kepada rasul allah

A. Mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengharuskan adanya pengagungan,


memuliakan, meneladani beliau dan mendahulukan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
atas segala ucapan makhluk serta mengagungkan Sunnah-Sunnahnya.

B. Mentaati apa yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan


Allah memerintahkan setiap Muslim dan Muslimah untuk taat kepada Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam, karena dengan taat kepada beliau menjadi sebab seseorang masuk Surga.

Kita wajib mentaati Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menjalankan apa yang
diperintahkannya dan meninggalkan apa yang dilarangnya. Hal ini merupakan konsekuensi dari
syahadat (kesaksian) bahwa beliau adalah Rasul (utusan) Allah. Dalam banyak ayat Al-Qur-an,
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk mentaati Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Di antaranya ada yang diiringi dengan perintah taat kepada Allah,
sebagaimana firman-Nya:

َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا أَ ِطيعُوا هَّللا َ َوأَ ِطيعُوا ال َّرس‬
‫ُول‬

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya…” [An-Nisaa’: 59]

Tekadang pula Allah mengancam orang yang mendurhakai Rasul-Nya, sebagaimana dalam
firman-Nya:

‫ُصيبَهُ ْم َع َذابٌ أَلِي ٌم‬


ِ ‫صيبَهُ ْم فِ ْتنَةٌ أَوْ ي‬
ِ ُ‫فَ ْليَحْ َذ ِر الَّ ِذينَ يُخَالِفُونَ ع َْن أَ ْم ِر ِه أَن ت‬

“Maka hendaklah orang-orang yang melanggar perintah Rasul takut akan ditimpa fitnah (cobaan)
atau ditimpa adzab yang pedih.” [An-Nuur: 63]

Artinya hendaknya mereka takut jika hatinya ditimpa fitnah kekufuran, nifaq, bid’ah atau siksa
pedih di dunia, baik berupa pembunuhan, had, pemenjaraan atau siksa-siksa lain yang
disegerakan [1]. Allah telah menjadikan ketaatan dan mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam sebagai sebab hamba mendapatkan kecintaan Allah dan ampunan atas dosa-dosanya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan ketaatan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
sebagai petunjuk dan mendurhakainya sebagai suatu kesesatan. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:

‫َوإِن تُ ِطيعُوهُ تَ ْهتَدُوا‬

“Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk.” [An-Nuur: 54]

Allah mengabarkan bahwa pada diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terdapat teladan
yang baik bagi segenap ummatnya. Allah berfirman:

‫لَّقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرسُو ِل هَّللا ِ أُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َمن َكانَ يَرْ جُو هَّللا َ َو ْاليَوْ َم اآْل ِخ َر َو َذ َك َر هَّللا َ َكثِيرًا‬

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan hari Kiamat dan dia banyak menyebut
Nama Allah.” [Al-Ahzaab: 21]

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Ayat yang mulia ini adalah pokok yang agung
tentang meneladani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berbagai perkataan,
perbuatan dan perilakunya. Untuk itu, Allah ‫ك َوتَ َعالَى‬
َ ‫ تَبَا َر‬memerintahkan manusia untuk
meneladani sifat sabar, keteguhan, kepahlawanan, perjuangan dan kesabaran Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam menanti pertolongan dari Rabb-nya Azza wa Jalla ketika perang Ahzaab.
Semoga Allah senantiasa mencurahkan shalawat dan salam kepada beliau hingga hari
Kiamat.”[2]

C. Membenarkan apa yang beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampaikan


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berkata menurut hawa nafsunya.

D. Menahan diri dari apa yang dilarang dan dicegah oleh beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ِ ‫د ْال ِعقَا‬žُ ‫َو َما آتَا ُك ُم ال َّرسُو ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَهَا ُك ْم َع ْنهُ فَانتَهُوا ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ ۖ إِ َّن هَّللا َ َش ِدي‬
‫ب‬

“…Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu
maka tinggalkanlah; dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-
Nya.” [Al-Hasyr: 7]

E. Beribadah sesuai dengan apa yang beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam syari’atkan, atau
dengan kata lain ittiba’ kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Agama Islam sudah sempurna, tidak boleh ditambah dan tidak boleh dikurangi. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengajarkan ummat
Islam tentang bagaimana cara yang benar dalam beribadah kepada Allah, dan beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam telah menyampaikan semuanya. Oleh karena itu, ummat Islam wajib ittiba’
kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar mereka mendapatkan kecintaan Allah
Subhanahu wa Ta’ala, kejayaan dan dimasukkan ke dalam Surga-Nya.

PENUTUP
KESIMPULAN
Iman kepada kitab-kitab Allah ialah kita diwajibkan meyakini serta percaya dalam hati
bahwa Allah telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada rasul-rasul-Nya untuk disampaikan
kepada umat-umat-Nya yang dijadikan sebagai pedoman hidup, yang isinya berupa suruhan,
larangan serta beberapa hukum yang menjadi petunjuk bagi umat manusia. Hukum beriman
kepada kitab Allah adalah wajib. Kitab-kitab yang telah diturunkan Allah kepada para nabi dan
rasul-Nya yang wajib diketahui oleh umat Islam, adalah :
1.      Kitab Taurat, yang diturunkan kepada nabi Musa a.s kira-kira pada abad ke-12 SM didaerah
israil dan Mesir.
2.      Kitab zabur, yang diturunkan kepada nabi Daud a.s. kira-kira pada abad ke-10 SM di daerah
Israil
3.      Kitab Injil, diturunkan kepada Nabi Isa a.s. pada permulaan abad pertama di daerah Yerussalem
4.      Kitab Al-Quran, yang diturunkan kepda Nabi Muhammad SAW pada abad ke-6 M di daerah
Mekah dan di Mekah.
Iman kepada rasul-rasul allah ialah mempercayai bahwa Allah telah memilih diantara
manusia, beberapa orang rasul-Nya untuk menyampaikan syariat kepada hamba-hamba-Nya dan
pengangkatan itu dilakukan dengan wahyu.
Dari sekian banyak rasul dan nabi, hanya 25 orang yang disebutkan dalam al-qur’an,
sehingga para rasul dan nabi yang wajib kita ketahui hanya 25 orang. Di antara kedua puluh lima
rasul tersebut, ada yang disebut Ulul Azmi, yang artinya rasul-rasul yang mempunyai keteguhan
hati yang tak pernah goyah dan mempunyai ketabahan yang luar biasa, kesabaran yang tak ada
batasnya. Nabi yang mendapat julukan Ulul Azmi adalah :
1.      Nabi Nuh a.s.
2.      Nabi Ibrahim a.s.
3.      Nabi Musa a.s.
4.      Nabi Isa a.s.
5.      Nabi Muhammad SAW.
Allah SWT mewajibkan atas setiap orang beriman supaya beriman kepada semua rasul yang
diutus-Nya tanpa membeda-bedakan antara satu rasul dan rasul lainnya. Fungsi diutusnya rasul-
rasul oleh Allah yaitu :
1.      Mengajak manusia untuk beribadah kepada Allah, Dzat yang Maha Esa lagi Mahaperkasa.
2.      Menyampaikan perintah dan larangan Allah. Ditegaskan dalam Al-quran:
3.      Memberikan petunjuk pada jalan yang benar kepada manusia. Ditegaskan dalam Al-quran:
4.      Menjadi panutan bagi seluruh manusia. Ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya:
5.      Memberi peringatan tentang adanya hari kebangkitan, dan tentang siksa yang berat sesudah mati.
6.      Mengalihkan perhatian manusia dari kehidupan yang fana pada kehidupan yang kekal.
7.      Supaya tidak ada alasan lagi bagi manusia kelak dihadapan Allah.
Dari tujuan diutusnya seorang rasul tersebut diatas pada intinya adalah untuk
menyempurnakan akhlak manusia untuk menjadi seorang khalifah di bumi.
SARAN
Sebagai hamba Allah sudah seharusnya kita beriman kepada rukun iman yang lima,
diharapkan setelah kita mengetahui tentang iman kepada kitab dan rasul akan menambah rasa
keyakinan kita kepada ALLAH SWT bahwa dialah yang mengatur segalanya yang telah
mengutus para Rasul dan menurunkan kitab sebagai pedoman hidup manusia di dunia.
Kita sebagai umat islam yang menjadikan al-qur’an sebagai pedoman hidup kita sekarang ini,
dan sebagai umat nabi Muhammad SAW, namun kita harus meyakini bahwa Allah SWT telah
menurunkan kitab-kitab selain Al-Quran dan juga mengimani adanya Rasul-rasul yng telah
diutus selain nabi Muhammad SAW.
Al-qur’an adalah kitab terakhir yang diturunkan oleh Allah sebagai pedoman hidup manusia
dan menghapus / menyempurnakan ajaran-ajaran kitab terdahulu, oleh karena itu kita sebagai
umat nabi Muhammad SAW yang menerima wahyu yaitu Al-Qur’an sudah seharusnya kita
mengimani dan tidak ragu untuk menjalankan segala ketetapan yang sudah ada di dalam al-
qur’an.
Daftar Pustaka
Anwar, Rosihon. 2008. Akidah Akhlak. Bandung : Pustaka Setia

Zaini, Syahminan. 1983. Kuliah Aqidah Akhlak. Surabaya : Al-Ikhlas

Moh. Rifai,Rs Abdul Azis, Ba Jalaludin. 1994. Akidah Akhlak. Semarang : Wicaksana

Zainuddin, A dan Jamhari Muhammad. 1999. Al-Islam 1: Akidah dan Ibadah. Bandung : Pustaka Setia

Abdullah Zakiy Al-Kaaf dan Maman Abdul Djaliel. 1999. Mutiara Ilmu Tauhid. Bandung : Pustaka Setia

Afif Muhammad. 1986. Tauhid. Bandung : Bina Ilmu

Yasnel, susiba.2014. Aqidah Akhlaq. Pekanbaru : CV. Mutiara Pesisir SUMATRA

http://www.ALQURAN-INDONESIA.com

http://www.goecities.com

http://www.muslimah.or.id

Anda mungkin juga menyukai