Anda di halaman 1dari 8

AMINATUS SOLEHA XI PH 2 (06)

SIFAT WAJIB DAN MUSTAHIL BAGI RASUL ALLAH

Sifat Wajib Dan Mustahil Bagi Nabi & Rasul

Agama Islam berisi ajaran yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai hamba
Allah, individu, anggota masyarakat maupun sebagai makhluk dunia. Termasuk di dalamnya masalah
kepemmpinan. Kepemimpinan dalam Islam pada dasarnya aktivitas menuntun, memotivasi,
membimbing, dan mengarahkan agar manusia beriman kepada Allah SWT, dengan tidak hanya
mengerjakan perbuatan atau bertingkah laku yang diridhai Allah SWT.

Islam sangat cermat dalam menetapkan pemimpin yang akan menjadi teladan yaitu menyuburkan dan
membangun kepribadian Muslim. Salah seorang pemimpin yang memenuhi kualitas seperti itu, bagi
seluruh umat Islam adalah Nabi dan Rasul Allah Swt.

Rasul sebagai utusan Allah Swt. memiliki sifat-sifat yang melekat pada dirinya. Sifat-sifat ini sebagai
bentuk kebenaran seorang rasul. Sifat-sifat tersebut adalah sifat wajib, sifat mustahil, dan sifat jaiz. Dan
betapa penting nya bagi kita untuk mengetahui sifat-sifat rasul.

 sifat-wajib-dan-mustahil-bagi-rasul
Sifat wajib artinya sifat yang pasti ada pada rasul. Tidak bisa disebut seorang rasul jika tidak
memiliki sifat-sifat ini. Sifat wajib ini ada 4, yaitu seperti berikut :

1. As-Siddiq Artinya Benar, Jujur.

Shiddiq adalah hadirnya suatu kekuatan yang dapat melepaskan diri dari sikap dusta atau tidak jujur
terhadap Tuhannya, dirinya sendiri, maupun orang lain.

As-Siddiq, yaitu rasul selalu benar. Apa yang dikatakan Nabi Ibrahim as. Kepada bapaknya adalah
perkataan yang benar. Apa yang disembah oleh bapaknya adalah sesuatu yang tidak memberi manfaat
dan mudarat, jauhilah. Peristiwa ini diabadikan pada Q.S. Maryam/19: 41 Berikut Ini :

Quran Surat Maryam Ayat 19 Sampai 41

Artinya: “Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam kitab (al-Qur’ān), sesungguhnya dia
adalah seorang yang sangat membenarkan seorang nabi.” (Q.S. Maryam/19: 41)

Peranannya sebagai seorang Rasul dan pemimpin telah diberikan oleh Allah sebuah kitab sebagai
penguat misinya itu. Nabi Muhammad Saw teladan umat telah ditonjolkan oleh Allah sebagai manusia
pilihan, oleh karena itu sunnahnya, cara hidupnya menjadi satu-satunya perilaku yang sah bagi kaum
muslim. Sebagaimana sabda Nabi Saw
‫فمْن اْقتدى بي فهو مّني ومْن رغب عْن سّنتي فلْيس مّني‬
“Siapa yang mengikuti jejakku maka ia termasuk golonganku. Dan barangsiapa yang membenci
sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku.”

Sidiq: Benar,Jujur.

Adalah berita yang dibawa para Nabi dan Rasul pasti benar adanya sesuai dengan fakta dan realiti
kenyataan .

Lawan Sidiq adalah Kadzib, Bohong . Berita yang dibawanya tidak sesuai dengan realiti.

Petunjuk akal :

Andaikan Para Nabi dan Rasul bersifat sebaliknya yaitu Kadzib (bohong). maka berita Tuhan tentang
pembenaran terhadap para Nabi dan Rasul pun juga bohong. Perbuatan dan percakapan para Nabi dan
Rasul adalah datang dari Allah melalui wahyu yang disampaikan oleh Malaikat Jibril AS. Tuhan
berbohong adalah tidak masuk akal. Kebenaran berita Allah menunjukakan bahwa para rasul tidak
Bohong. Bukti Nyata Adalah Isi Kitab Alquran Yang Tidak Pernah Meleset Bahkan Tidak Bisa Ada Yang
Mengubahnya Walaupun Hanya 1 Ayat dan Hurufnya.

Kesimpulan : Para Nabi dan Rasul wajib bersifat Sidiq dan mustahil bersifat Kadzib.

Al-Amanah ( Artinya Dipercaya )

Yaitu segala sesuatu yang dipercayakan kepada manusia, baik yang menyangkut dirinya, hak orang lain,
maupun hak Allah SWT, atau sesuatu yang diberikan kepada seseorang yang dinilai memiliki
kemampuan untuk mengembannya. Arti sesungguhnya dari penyerahan amanah kepada manusia
adalah Allah SWT percaya bahwa manusia mampu mengemban amanah tersebut sesuai dengan
keinginan Allah SWT.

Karakter yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin sebagaimana karakter yang dimiliki Rasul
yaitu sifat dapat dipercaya. Beliau jauh sebelum menjadi Rasul pun sudah dibeli gelar al-Amin (yang
dapat dipercaya). Sifat amanah inilah yang dapat mengangkat posisi Nabi di atas pemimpin yang benar-
benar bertanggung jawab pada amanah, tugas, dan kepercayaan yang diberikan Allah Swt. Yang
dimaksud amanah dalam hal ini adalah apapun yang dipercayakan kepada Rasulullah Saw meliputi
segala aspek kehidupan, baik politik, ekonomi, maupun agama.
Firman Allah yang yang berbicara tentang amanah yang emban oleh setiap manusia terdapat dalam
surat Al-Ahzab ayat 72 yang artinya :

“Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung, maka semuanya
enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya dan dipikullah amanat
itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zolim dan bodoh”.

Al-Amānah, yaitu rasul selalu dapat dipercaya. Di saat kaum Nabi Nuh as. mendustakan apa yang dibawa
oleh Nabi Nuh as. lalu Allah Swt. Menegaskan bahwa Nuh as., adalah orang yang terpercaya (amanah).
Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. asy-Syu’āra/26 106-107 berikut ini yang artinya :

Artinya: “Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa?
Sesungguhnya aku ini seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.” (Q.S. asy-Syu’āra/26: 106-
107).

Lawan Amanah adalah Khiyanat artinya menyalahi perintah Allah dan durhaka kepadaNya.

Petunjuk akalnya :

Andaikan Nabi dan Rasul tidak bersifat Amanah tentunya mereka bersifat Khiyanat yaitu meninggalkan
perintah Allah dan melanggar laranganNya.Jika Nabi dan Rasul berkhiyanat,maka tentunya kita sebagai
umatnya juga disuruh mengikuti mereka dengan berbut dosa dan kemungkaran,

sebab Allah telah berfirman

‫قل إن كنتم تحبون هللا فاتبعونى‬


Katakanlah Muhammad; Jika kamu sekalian mencintai Allah, maka ikutilah sunnahku ( QS. Ali Imran :
31 )

( ‫إن هللا ال يأمر بالفحشاء‬


Sesungguhnya Allah tidak memerintah kepada hal yang keji ( QS.Al A’raaf : 28 )

Kesimpulan : Nabi dan Rasul wajib bersifat Amanah dan mustahil bersifat Khiyanat.

At-Tablig ( Artinya Menyampaikan Wahyu )


Dalam makna bahasa, tabligh berati menyampaikan sedangkan dalam makna istilah adalah
menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang diterima dari Allah SWT kepada umat manusia untuk dijadikan
pedoman dan dilaksanakan agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Isi yang utama dan pokok
aktivitas tabligh adalah amar ma’ruf nahi munkar (perintah untuk mengerjakan yang baik dan larangan
untuk mengerjakan perbuatan yang keji) serta mengajak beriman kepada Allah SWT.

Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Ali bin Abi Talib ditanya tentang wahyu yang tidak terdapat
dalam al-Qur’ān, Ali pun menegaskan bahwa “Demi Zat yang membelah biji dan melepas napas, tiada
yang disembunyikan kecuali pemahaman seseorang terhadap al-Qur’ān.” Penjelasan ini terkait dengan
Q.S. al-Māidah/5: 67 yang artinya berikut ini :

Artinya:“Wahai rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau
lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah
memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang kafir.” (Q.S. al-Māidah/5: 67)

Lawan Tabligh adalah, Kitman artinya : Menyembunyikan wahyu yang diperintahkan Allah untuk
disampaikan kepada umat.

Petunjuk akalnya :

Andaikan para Rasul tidak bersifat Tabligh,tentu mereka bersifat sebaliknya yaitu Kitman atau
merahasiakan wahyu Tuhan.Jika demikian halnya maka kitapun pasti juga disuruh merahasiakan
ilmu,sebab Allah telah menyuruh kita untuk mengikuti para Nabi dan Rasul dalam firmanNya :

‫واتبعوه لعلكم تهتدون‬


Dan ikutlah dia ( Muhammad ) supaya kamu dapat pentunjuk ( QS. Al A’raaf : 158 )

Tidak benar jika kita disuruh menyimpan ilmu sebab seseorang yang merehasiakan ilmunya dan tidak
mahu mengajarkan kepada orang lain adalah dilaknat Tuhan dalam firmanNya :

‫إن الذين يكتمون ما أنزلنا من الكتب ألئك يلعنهم هللا ويلعنهم اللعنون‬

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-
keterangan (yang jelas) dan petunjuk,setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al
Kitab,mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati. (QS. Al
Baqarah : 159 )
Perbedaan antara Nabi dan Rasul adalah bahwa Rasul disuruh menyampaikan wahyu Tuhan sedangkan
Nabi tidak.Sekalipun Nabi tidak disuruh menyampaikan Wahyu ,tetapi para Nabi tetap menyampaikan
berita tentang kenabiannya kepada umat dan terkadang Nabi juga berfatwa mengenai syare’at para
Rasul sebelumnya.Jadi bukan berarti seorang Nabi tidak berdakwah sama sekali.

Kesimpulan : Para Nabi dan Rasul wajib bersifat Tabligh dan Mustahil bersifat Kitman.

Al-Faṭonah ( Artinya Cerdas )

Al-Faṭānah, yaitu rasul memiliki kecerdasan yang tinggi. Ketika terjadi perselisihan antara kelompok
kabilah di Mekah, setiap kelompok memaksakan kehendak untuk meletakkan al- Hajār al-Aswād (batu
hitam) di atas Ka’bah, lalu Rasulullah saw. menengahi dengan cara semua kelompok yang bersengketa
agar memegang ujung dari kain itu. Kemudian, Nabi meletakkan batu itu di tengahnya, dan mereka
semua mengangkat hingga sampai di atas Ka’bah. Sungguh cerdas Rasulullah SAW.

Lawan Fathonah, Baladah artinya : Tidak cerdas dan pelupa.

Petunjuk akalnya :

Andaikan para Nabi dan Rasul tidak bersifat Fathonah,maka tentunya mereka bersifat Baladah.Jika Nabi
dan Rasul bersifat Baladah maka mereka pasti tidak akan mampu menjawab dan menundukkan
argumentasi musuh-musuhnya dalam perdebatan.Padahal yang demikian ini mustahil sebab kenyataan
telah terbukti dalam perdebatan mereka mampu mengalahkan musuhnya .Banyak saksi-saksi yang
melihat kemampuan mereka, diantaranya Al Qur an sendiri banyak menceritakan kisahnya. Allah
berfirman :

‫وتلك حجتنا ءاتينها ابرهيم على قومه‬

Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya (QS. Al An’am :
83)

( ‫قالوا ينوح قد جدلتنا فاكثرت جدالنا‬


Mereka berkata : Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami dan kamu telah
memperpanjang bantahanmu kepada kami. (QS. Hud : 32)

‫وجدلهم بلتى هي أحسن‬

Dan bantahlah mereka dengan cara yang baik (QS. An Nahl : 125)

Kesimpulan : Para Nabi dan Rasul wajib bersifat Fathonah (cerdas)dan mustahil bersifat Baladah (bebal).

Sifat Mustahil Bagi Nabi Dan Rasul

Sifat mustahil adalah sifat yang tidak mungkin ada pada rasul. Sifat mustahil ini lawan dari sifat wajib,
yaitu seperti berikut.

 Al-Kiẓib

Al-Kiẓib, yaitu mustahil rasul itu bohong atau dusta. Semua perkataan dan perbuatan rasul tidak pernah
bohong atau dusta.

Artinya: “Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak (pula) keliru, dan tidaklah yang diucapkan itu (al-
Qur’ān) menurut keinginannya tidak lain (al-Qur’ān) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (Q.S
an-Najm/53: 2-4)

 Al-Khianah

Al-Khiānah, yaitu mustahil rasul itu khianat. Semua yang diamanatkan kepadanya pasti dilaksanakan.

Artinya: “Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad), tidak ada Tuhan selain Dia, dan
berpalinglah dari orang-orang musyrik.” (Q.S al-An’ām/6: 106)

 Al-Kiṭman

Al-Kiṭmān, yaitu mustahil rasul menyembunyikan kebenaran. Setiap firman yang ia terima dari Allah Swt.
pasti ia sampaikan kepada umatnya.
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan Allah ada
padaku, dan aku tidak mengetahui yang gaib dan aku tidak (pula) mengatakan kepadamu bahwa aku
malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang di wahyukan kepadaku. Katakanlah, Apakah sama orang yang
buta dengan orang yang melihat? Apakah kamu tidak memikirkan(nya).” (Q.S. al-An’ām/6: 50).

 Al-Baladah

Al-Balādah yaitu mustahil rasul itu bodoh. Meskipun Rasulullah saw. Tidak bisa membaca dan menulis
(ummi) tetapi ia pandai.

Artinya: “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta janganlah pedulikan
orang-orang yang bodoh.” (Q.S al- A’rāf/7: 199).

Sifat Jaiz Bagi Nabi Dan Rosul

Sifat jaiz bagi rasul adalah sifat kemanusiaan, yaitu al-ardul basyariyah, artinya rasul memiliki sifat-sifat
sebagaimana manusia biasa seperti rasa lapar, haus, sakit, tidur, sedih, senang, berkeluarga dan lain
sebagainya. Bahkan seorang rasul tetap meninggal sebagai mana makhluk lainnya. Di samping rasul
memiliki sifat wajib dan juga lawannya, yaitu sifat mustahil, rasul juga memiliki sifat jāiz, tentu saja sifat
jāiz-nya rasul dengan sifat jaiznya Allah Swt. sangat berbeda.

Allah Swt. berfirman:

Artinya: “…(orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan seperti apa yang kamu
makan dan dia minum seperti apa yang kamu minum.” (Q.S. al Mu’minūn/23: 33)

Selain tersebut di atas, rasul juga memiliki sifat-sifat yang tidak terdapat pada selain rasul, yaitu seperti
berikut

 Ishmaturrasūl
adalah orang yang ma’shum, terlindung dari dosa dan salah dalam kemampuan pemahaman agama,
ketaatan, dan menyampaikan wahyu Allah Swt. sehingga selalu siaga dalam menghadapi tantangan dan
tugas apa pun.

 Iltizamurrasūl

adalah orang-orang yang selalu komitmen dengan apa pun yang mereka ajarkan. Mereka bekerja dan
berdakwah sesuai dengan arahan dan perintah Allah Swt. meskipun untuk menjalankan perintah Allah
Swt. Itu harus berhadapan dengan tantangan-tantangan yang berat baik dari dalam diri pribadinya
maupun dari para musuhnya. Rasul tidak pernah sejengkal pun menghindar atau mundur dari perintah
Allah Swt.

Petunjuk akalnya :

Banyaknya saksi yang melihat sendiri kegiatan para Nabi dan Rasul melakukan hal-hal yang manusiawi
pada zamannya. Banyak sekali kisah tersebut secara mutawatir dan dipastikan tidak bohong telah
sampai kepada kita.

Kesimpulan : Para Nabi dan Rasul jaiz (boleh) memiliki sifat-sifat umumnya manusia selama tidak
mengurangi derajat kedudukan mereka.

Anda mungkin juga menyukai