Anda di halaman 1dari 28

TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM II

“KEDUDUKAN RASULULLAH DI DALAM KEHIDUPAN UMAT ISLAM”

Sub Pokok Pembahasan


Ditinjau Dari Berbagai Sisi :
1. . Sebagai Manusia Biasa (Abdun Min Ibadillah)
2. Sebagai Rasul Diantara Rasul-Rasul Allah (Rasulun Minal Mursalin)
3. Rasul Adalah Pemimpin Umat Manusia Sisi Pemerintahan
4. Sebagai Rasul Pendapat Gelar Ulul Azmi

Disusun oleh :

NAMA: KHOIRUL RAHMANSYAH


NPM : 21701082052
KELAS: A-02
KEDUDUKAN RASULULLAH DI DALAM KEHIDUPAN UMAT ISLAM

Muhammad RasululLah SAW adalah sebagai hamba di antara hamba-hamba Allah


lainnya. Sebagai hamba maka Rasul mempunyai ciri yang juga sama dengan manusia lainnya
seperti beliau sebagai manusia, mempunyai nasab dan jasadnya. Sebagai hamba ini menunjukkan
bahawa Nabi adalah manusia biasa yang Allah berikan kemuliaan berupa wahyu dari Allah. Untuk
mengetahui Nabi sebagai hamba dapat kita ketahui secara pasti dari perjalanan sirah Nabi,
khususnya di dalam fiqh sirah. Selain itu Nabi Muhammad SAW juga sebagai rasul di antara para
rasul. Sebagai rasul, Nabi bersifat menyampaikan risalah, menjalankan amanah dari Allah, dan
sebagai pemimpin ummat. Perjalanan nabi sebagai Rasul dalam menyampaikan dakwah dan misi
dapat dilihat dari dakwah-dakwah Nabi seperti di dalam fiqh dakwah. Selain itu Nabi Muhammad
SAW juga membawa sunnah yang dijadikan sebagai fiqhul Ahkam. Kedudukan Rasul dapat
digambarkan di dalam sirah nabi, sunnahnya dan dakwahnya sehingga dari kedudukan ini banyak
yang kita ambil sebagai fiqih sirah, fiqih ahkam dan fiqih dakwah.
Syahadat rasul yang kita ucapkan menuntut kita untuk mengakui bahwa Muhammad bin
Abdullah adalah nabi dan utusan Allah. Pengakuan akan kenabian dan kerasulannya harus
dibarengi dengan sikap proporsional, tidak berlebihan, namun juga tidak mengurangi hak-haknya.
Beliau saw. melarang ketika ada sebagian shahabat yang memperlakukannya secara berlebihan
seraya menjelaskan kedudukan yang sebenarnya dengan sabdanya: “Aku adalah hamba Allah dan
rasul-Nya. karena itu panggillah aku Abdullah wa Rasuluhu.” Nabi Muhammad SAW telah
menjelaskan kedudukannya kepada kita selaku ummatnya sebagai berikut :

1. SEORANG MANUSIA BIASA (ABDUN MIN IBADILLAH)


Rasul Muhammad SAW adalah sebagai hamba dan manusia biasa yang juga makan,
minum, pergi ke pasar, beristeri, berniaga dan segala aktivitas manusia dikerjakan dan
ditunaikannya dengan baik. Rasul melaksanakan keperluan sebagai mana manusia lainnya
melaksanakan keperluannya. Dari keadaan ini dapat disimpulkan bahwa Rasul sebagai manusia
dan kita pun sebagai manusia sehingga apa yang dikerjakan oleh Nabi juga dapat dilaksanakan
oleh kita secara baik. Tidak ada alasan untuk tidak mengerjakan perintah Rasul karena Allah telah
mengutus Rasul dari kalangan manusia juga. Yang membedakan rasul dengan manusia yang lain
ialah Rasul mendapat wahyu sementara manusia biasa tidak.
Dalil
al Quran surat al Kahfi (18) ayat 110 :

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:
"Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa." Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya."

al Quran surat al Isra (17) ayat 1 :

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil
Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Dari kedua ayat di atas terlihat bahwa rasulullah adalah manusia biasa seperti kita dan Allah sendiri
nyatakan bahwa Rasulullah adalah hamba Nya. Rasulullah juga mengatakan kepada para
sahabatnya bahwa Aku ini adalah hamba Allah dan Rasul Nya, Karena itu panggillah Aku
Abdullah wa Rosuluhu. Beliau adalah manusia biasa, memiliki keturunan (nasab) manusia dan
fisiknya (jasadnya) pun juga manusia.
al Quran surat al Isra (25) ayat 7 :

Dan mereka berkata: "Mengapa rasul itu memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa
tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-
sama dengan dia?,

Rasul sebagai manusia digambarkan makan, ke pasar dan sebagainya. Perilaku ini
menggambarkan suatu aktivitas sehari-hari manusia. Apabila Rasul sebagai manusia maka dakwah
mudah dilaksanakan dan mudah diterima, tidak ada alasan bagi manusia untuk menolaknya.
Apabila malaikat sebagai Nabi maka banyak alasan untuk tidak melaksanakan perintah Allah.
Kaum Yahudi senantiasa mempermasalahkan kehadiran Rasul yang berasal dari manusia.
Sebetulnya mereka mengada-adakan persoalan yang didasari kekufurannya kepada Allah.

al Quran surat al Isra (13) ayat 38 :

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan
kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. Dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan
sesuatu ayat (mukjizat) melainkan dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang tertentu).

Rasul sebagai manusia juga dijelaskan dengan peranan Rasul sebagai suami dan bapa dari anak-
anaknya. Dengan peranan ini menjadikan manusia lebih sempurna dan dapat mengikutinya dengan
baik setiap amalan dan arahannya.
Secara nasab Rasul berasal dari kaum Quraish. Bapaknya yang bernama Abdullah dan ibunya
bernama Aminah. Beliau mempunyai keluarga dan keturunan yang jelas. Begitupun tentang
sejarah kelahiran dan asal usulnya. Sejarah yang menjelaskan bagaimana nabi dibesarkan sehingga
menjadi Rasul juga banyak terdapat di berbagai buku sirah Nabi.

Jism atau jasad nabi Muhammad SAW digambarkan banyak oleh hadits seperti rambutnya yang
rapi dan selalu disisir, badannya yang kuat, tingginya sederhana dan sebagainya. Dari gambaran
jasad ini Nabi adalah manusia yang juga sebagai manusia biasa lainnya.

Penggambaran Nabi sebagai hamba Allah terdapat di dalam sirah nabawiyah. Penggambaran ini
dijadikan sebagai pengajaran , menerangkan sesuatu dan juga dapat sebagai petunjuk bagi kita
yang membacanya. Dari sirah nabawiyah dapat disimpulkan bahwa Nabi sebagai hamba Allah dan
menjalankan aktivitas-aktivitasnya sebagai manusia biasa.

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-
kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi
kaum yang beriman. (QS. Yusuf : 111)

Walaupun beliau adalah manusia pilihan Allah, namun beliau ingin diperlakukan sebagai manusia
biasa. Ini menunjukkan gaya egaliter beliau sehingga tidak ada alasan untuk disanjung setinggi
langit atau sebaliknya diperolok-olok dan didustakan. Hal ini tergambar jelas dalam perjalanan
hidup beliau yang tercatat dalam kitab sejarah.
Maka sebagai perbandingan cukuplah kiranya membandingkan hadits di atas dengan
ungkapan Alquran di bawah ini yakni : “Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad)
tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan Tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).(Q.S. An-
Najm:1-4). Kemudian perhatikan pula ayat ini : “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya)
tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu
berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (Q.S. An-Nisa: 65).

2. SEORANG RASUL DIANTARA RASUL-RASUL ALLAH (RASULUN MINAL


MURSALIN)
Muhammad SAW selain sebagai hamba biasa juga sebagai Rasul yang mempunyai
keutamaan dan ciri-ciri kerasulan. Muhammad seperti Rasul lainnya juga mempunyai mukjizat
dan tugas-tugas mulia. Dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 144 dinyatakan :

Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya
beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?
Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah
sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.

Sebagai seorang rasul, beliau memiliki tugas :

a. Tabligh atau menyampaikan Risalah kepada ummatnya

Peranan Rasul yang utama adalah menyampaikan risalah Tuhan karena inilah yang
membedakannya dengan manusia biasa. Rasul membawa manusia untuk mengabdi kepada Ilah
yang satu yaitu Allah SWT. Menyampaikan misi Islam dan memberikan contoh adalah aktivitas
utama para Rasul.

Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah
Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia
menghitung segala sesuatu satu persatu (QS Jin : 28)

(yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka
tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat
Perhitungan. (QS. Ahzab :39)

b. Menunaikan amanah atau Adaul Amanah


Rasul telah menunaikan amanahnya sebagai rasul yaitu menyampaikan risalah kepada manusia.
Menunaikan amanah dan tugas menyampaikan misi ini merupakan peranan Rasul. Bukti bahwa
Rasul telah menunaikan amanah ini adalah pengikut-pengikutnya yang setia dan menyebarkan
dakwah kepada manusia.
Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah
Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia
menghitung segala sesuatu satu persatu (QS Jin : 28)

Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu
kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah
memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang kafir. (QS. Al Maidah : 67)

c. Memimpin Ummat atau Imamatul Ummat


Inti tugas Beliau adalah berdakwah Ilallah yaitu mengajak seluruh ummat manusia untuk
mengesakan Allah dan tidak menyekutukan Nya dengan apapun jua. Membebaskan
penghambaan kepada sesama makhluk kecuali hanya untuk Allah semata. Itulah tugas para nabi
yang nantinya akan dijadikan rujukkan para Da’i dalam berdakwah. Nabi Muhammad SAW
sebagai Rasul juga sebagai Imam yang bertanggung jawab ke atas ummatnya. Pada hari kiamat
Nabi berperanan sebagai pembela Ummat. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi juga
bertanggungjawab terhadap apa-apa yang sudah disampaikan kepada ummatnya. Ketika dihari
penghitungan di hari kiamat Nabi bertanggung jawab atas ummatnya.

Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi
(rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka
itu (sebagai umatmu). (QS. An Nisa : 41)
(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan
barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca
kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun.(QS. Isra : 71)
Adapun tentang ayat, “Katakanlah: sesungguhnya aku (Muhammad) ini hanyalah seorang
manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: ”bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah
Tuhan Yang Esa……”(Q.S. Al-Kahfi: 110), sebenarnya semakin memperkuat kedudukan
kenabian, karena ayat ini menegaskan bahwa Muhamad saw adalah manusia yang menerima
wahyu. Penerimaan wahyu bukanlah bisa dilakukan oleh sembarang manusia, melainkan manusia-
manusia khusus yang telah mencapai derajat tertentu di sisi Allah (derajat kenabian). Jadi jelasnya,
Muhammad adalah manusia, hanya saja beliau telah mencapai prestasi dan predikat tinggi yakni
kenabian. Predikat ini didapat melalui suatu perjuangan dan pergumulan manusia dengan alam
internal dirinya dan alam eksternal disekelilingnya. Tidak pada tempatnya menguraikan kondisi
dan karakter manusia yang mampu menerima serta menyampaikan wahyu, namun diantaranya
yang mesti dimiliki adalah kemaksuman (Ishmah).

Keistimewaan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam Dibanding Nabi Lainnya

a.Beliau adalah kholilullah (kekasih Allah) selain Nabi Ibrahim ’alaihis salam

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

‫ِولَ ْو ِ ُك ْنتُ ِ ُمِت هخذااِم ْن ِأ ُ همتيِخَل ا‬


ِ‫يًل‬ ‫يم ِخَل ا‬
َ ‫يًل‬ َ ‫خذَِإب َْراه‬ ‫َِّللاَِتَعَالَىِقَدِْات ه َخذَنيِخَل ا‬
َِ ‫يًل ِ َك َماِات ه‬ ‫إِنِّيِأَب َْرأ ُِإلَ ه‬
‫ىَِّللا ِأ َ ْن ِيَ ُكونَ ِليِم ْن ُك ْم ِخَلي ٌل ِفَإ هن ه‬
‫ََلت ه َخذْتُ ِأَبَاِ َب ْك ٍرِخَل ا‬
ِ‫يًل‬

“Sungguh aku memohon pada Allah akan memilih aku di antara kalian sebagai kekasih
Allah. Maka Allah Ta’ala memilihku sebagai kekasih-Nya sebagaimana Allah menjadikan
Ibrahim juga kekasih-Nya. Seandainya, aku memilih di antara umatku seorang kekasih, maka aku
akan memilih Abu Bakr sebagai kekasihku.”ِ

Kholil/khullah adalah tingkatan tertinggi dalam derajat mahabbah (kecintaan) dan inilah
yang merupakan tingkatan paling sempurna. Oleh karena itu, beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, ”Allah Ta’ala memilihku sebagai kekasih-Nya sebagaimana Allah menjadikan
Ibrahim juga kekasih-Nya.” Dan tidak ada dalam hadits yang mengatakan bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah habibullah. Maka perhatikanlah hal ini!!

b. Beliau adalah penutup para Nabi dan risalah (wahyu) yang beliau bawa telah sempurna
serta merupakan risalah yang terakhir

Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman

َِ‫ِوخَات ََمِالنهبيِّين‬ ‫سول ه‬


َ ‫ََِّللا‬ ُ ‫ِر‬ َ ‫َماِ َكانَ ِ ُم َح همد ٌِأَبَاِأ َ َحدٍِم ْنِر َجال ُك ْم‬
َ ‫ِولَك ْن‬

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia
adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.” (QS. Al Ahzab: 40)

Dan tidaklah datang orang yang mengaku dirinya sebagai Nabi -sesudah beliau- kecuali
mereka adalah dajjal/pendusta. Munculnya orang-orang yang mengaku Nabi ini merupakan
kebenaran dari berita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

‫سول ه‬
ِ‫َُِّللا‬ َ ‫ع ُمِأَنهه‬
ُ ‫ُِر‬ ُ ‫ثِ ِدَ هجالُونَ ِ َكذهابُونَ ِقَريبٌ ِم ْنِث َ ًَلثينَ ِ ُك ُّل ُه ْمِيَ ْز‬
َ َ‫ََلِتَقُو ُمِالسها َعةُِ َحتهىِيُ ْبع‬

”Tidak akan terjadi hari kiamat hingga mucul para dajjal/para pendusta, yang berjumlah sekitar
30-an. Mereka semua mengaku sebagai utusan Allah (rasulullah).”ِ

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

‫ِوأَنَاِخَات َ ُمِالنهبيِّينَ ََِلِنَب ه‬


‫يِ َب ْعدي‬ َ ‫ي‬ ُ ‫س َي ُكونُ ِفيِأ ُ همتيِث َ ًَلثُونَ ِ َكذهابُونَ ِ ُكلُّ ُه ْمِ َي ْز‬
ٌّ ‫ع ُمِأَنههُِنَب‬ َ ُِ‫َوإنهه‬
”Sesungguhnya akan ada pada umatku 30 orang pendusta yang mengaku Nabi. Padahal akulah
penutup para nabi, tidak ada nabi lagi sesudahku.”ِ

Sabda beliau shallallahu ’alaihi wa sallam ini telah terjadi saat ini. Dan tiadalah yang
diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Sepeninggal beliau shallallahu ’alaihi wa
sallam atau bahkan di zaman beliau masih hidup telah muncul para dajjal. Di antaranya adalah
Musailamah al-Kazzab. Yang kemudian di zaman Abu Bakr ash-Shiddiq, dia ditumpas oleh Abu
Bakar –radhiyallahu ’anhu-. Begitu juga istri Musailamah juga mengaku sebagai Nabi.

Dan orang yang mengaku dajjal sampai hari kiamat masih bermunculan. Seperti di zaman kita saat
ini juga terdapat orang yang mengaku Nabi –yaitu dajjal- seperti Mirza Gulam Ahmad, Lia
Aminudin, dll.

c. Beliau memiliki kedudukan yang terpuji (Al Maqom Al Mahmudah)

Yaitu syafa’atul ’uzhm], sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

َ َ‫سىِأ َ ْنِيَ ْبعَثَك‬


‫ِربُّكَ ِ َمقَا اماِ َمحْ ُموداا‬ َ ‫َع‬

“Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”. (QS. Al Isra’: 79)

Begitu juga dalam hadits -yang panjang- tentang syafa’at yang telah disepakati keshahihannya:

Sesungguhnya Allah mengumpulkan orang-orang terdahulu dan orang-orang


belakangan di suatu di suatu bukit. Sebagian orang berkata kepada sebagian yang lain: ”Tidakkah
kalian memperhatikan apa yang kalian berada di dalamnya. Tidakkah kalian melihat pada apa yang
disampaikan pada kalian. Tidakkah kalian melihat siapa yang memberi syafa’at kalian kepada
Rabb kalian.” Kemudian mereka mendatangi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, ’Isa, hingga Muhammad
–sholawat Allah dan salam-Nya bagi mereka semuanya-. Tiap Nabi tersebut mengatakan:”Pergilah
kepada selainku”. Kecuali Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam mengatakan:”Saya
memiliki syafa’at tersebut.” Kemudian beliau sujud kepada yang mengizinkan syafa’at baginya
(yaitu Allah)
Dengan demikian jelaslah keutamaan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam dari seluruh makhluk.
Dan beliau dikhususkan dengan kedudukan yang demikian.

d. Risalah beliau adalah umum bagi semesta alam dan beliau diutus kepada jin dan manusia

Allah Ta’ala berfirman,

‫َُِّللاِإلَ ْي ُك ْمِ َجميعاا‬


‫سول ه‬ ُ ‫قُ ْلِيَاِأَيُّ َهاِالنه‬
َ ِّ‫اسِإن‬
ُ ‫يِر‬

“Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.” (QS. Al
A’raf: 158)

َِ‫اِولَك هنِأَ ْكث َ َرِالنهاس ََِلِ َي ْعلَ ُمون‬


َ ‫ير‬‫اِونَذ ا‬
َ ‫ير‬‫س ْلنَاكَ ِإ هَلِكَافهةاِللنهاسِبَش ا‬
َ ‫َو َماِأ َ ْر‬

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa
berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”
(QS. Saba: 28)

‫َِالفُ ْرقَانَ ِ َعلَىِ َعبْدهِليَ ُكونَ ِل ْلعَالَمينَ ِنَذ ا‬


‫يرا‬ ْ ‫اركَ ِالهذيِن هَزل‬
َ َ‫تَب‬

“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia
menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (QS. Al Furqon: 1)

َِ‫ِرحْ َمةاِل ْل َعالَمين‬


َ ‫س ْلنَاكَ ِإ هَل‬
َ ‫َو َماِأَ ْر‬

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS.
Al Anbiya’: 107)

َِ‫ِوله ْواِإلَىِقَ ْومه ْمِ ُم ْنذرين‬


َ ‫ي‬َ ‫ض ُروهُِقَالُواِأ َ ْنصتُواِفَلَ هماِقُض‬ ْ َ‫ص َر ْفنَاِإلَيْكَ ِنَفَ اراِمنَ ِ ْالج ِّنِيَ ْست َمعُون‬
َ ‫ِالقُ ْرآَنَ ِفَلَ هماِ َح‬ َ ِْ‫َوإذ‬

“Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran,
maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: “Diamlah kamu (untuk
mendengarkannya).” Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk)
memberi peringatan.” (QS. Al Ahqaf: 29)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –rahimahullah- berkata,

”Wajib bagi manusia untuk mengetahui bahwa Allah ‘azza wa jalla telah mengutus
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada manusia dan jin. Dan wajib bagi mereka untuk
beriman kepada beliau dan beriman dengan wahyu yang beliau bawa dan mentaati beliau. Mereka
(manusia) harus menghalalkan yang Allah dan Rasul-Nya halalkan dan mengharamkan yang
diharamkan oleh keduanya. Mereka harus pula mencintai yang Allah dan Rasul-Nya cintai dan
membenci yang Allah dan Rasul-Nya benci. Setiap orang yang telah tegak hujjah dengan risalah
(wahyu) Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dari kalangan manusia dan jin kemudian tidak
beriman padanya, maka berhak mendapat adzab Allah Ta’ala, sebagaiman orang kafir yang telah
diutus rasul bagi mereka. Inilah landasan yang telah disepakati oleh sahabat, tabi’in (yang
mengikuti para sahabat dengan baik), para imam kaum muslimin, dan seluruh kelompok kaum
muslimin yang merupakan ahlus sunnah wal jama’ah dan selain mereka –radhiyallahu ‘anhum
ajma’in-.”

e. Beliau diberikan (diturunkan) Al Qur’an yang merupakan mu’jizat terbesar dan hujjah
bagi para hamba. Allah sendiri yang akan menjaga Al Qur’an ini dan Allah menantang
orang-orang yang meragukan Al Qur’an untuk membuat yang semisalnya.

Allah Ta’ala berfirman pada para penantang Allah yang ingin membuat Al Qur’an,

‫يرا‬ َ ِ‫ض‬
‫ظه ا‬ ٍ ‫ض ُه ْمِل َب ْع‬ َ ‫اِالقُ ْرآَن ََِلِيَأْتُونَ ِبمثْله‬
ُ ‫ِولَ ْوِ َِكانَ ِبَ ْع‬ ْ َ‫ِو ْالج ُّنِ َعلَىِأ َ ْنِيَأْتُواِبمثْلِ َهذ‬
َ ‫س‬ ْ ‫قُ ْلِلَئنِاجْ ت َ َمعَت‬
ُ ‫ِاْل ْن‬

”Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al
Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian
mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (QS. Al Isra’: 88)

Jika tidak mampu membuat seluruh Al Qur’an, Allah menantang lagi dengan cukup membuat 10
ayat. Allah berfirman,

َ ِ‫َِّللاِإ ْنِ ُك ْنت ُ ْم‬


َِ‫صادقين‬ ِ‫ط ْعت ُ ْمِم ْنِد ُون ه‬ ُ ِ‫أ َ ْمِيَقُولُونَ ِا ْفت ََراهُِقُ ْلِفَأْتُواِبعَ ْشر‬
َ ‫س َو ٍرِمثْلهِ ُم ْفت ََريَات‬
َ َ‫ٍِوادْعُواِ َمنِا ْست‬
“Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu”, Katakanlah:
“(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya,
dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang
orang-orang yang benar.” (QS. Hud: 13)

Jika tidak mampu membuat 10 surat, silakan jika mampu membuat satu surat saja!!

َ ِ‫َِّللاِإ ْنِ ُك ْنت ُ ْم‬


َِ‫صادقين‬ ‫ش َهدَا َء ُك ْمِم ْنِ ِد ُون ه‬ َ ‫ورةٍِم ْنِمثْله‬
ُ ِ‫ِوادْعُوا‬ َ ‫س‬ُ ‫بِم هماِن هَز ْلنَاِ َعلَىِ َعبْدنَاِفَأْتُواِب‬ َ ‫َوإ ْنِ ُك ْنت ُ ْمِف‬
ٍ ‫يِر ْي‬

”Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba
Kami (Muhammad), buatlah[31] satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-
penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (Al Baqarah: 23)

3. SEORANG RASUL ADALAH PEMIMPIN UMAT ISLAM SISI KEPEMERINTAHAN

a. Karakteristik Kepemimpinan Rasulullah

Sebagai seorang Nabi dan Rasul, Rasulullah telah memainkan peran yang sangat
mengagumkan dalam misi mendakwahkan Islam di Jazirah Arabia. Dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pembawa risalah kenabian, Rasulullah mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan
dari kaum kafir Quraisy pada saat itu. Meskipun demikian, Rasulullah tetap mendakwahkan Islam
dengan cara yang damai dan santun tanpa menaruh dendam terhadap musuh-musuhnya.

Sifat tersebut adalah bukti bahwa Rasulullah memang seorang yang mempunyai
kepribadian yang luhur. Adalah al-Quran sendiri yang menegaskan, “Sesungguhnya telah ada pada
diri Rasulullah (Muhammad saw.) teladan yang baik bagi siapa saja yang mengharap (anugerah)
Allah dan (ganjaran di) Hari Kemudian, serta banyak menyebut nama Allah (QS. al-Ahzab [33]:
21).”

Rasulullah membawa begitu banyak prinsip dan ajaran luhur bagi umat manusia. Tak ada
satu pun dari prinsip atau ajaran tersebut yang berlawanan dengan kehidupan. Rasulullah
menyampaikan risalah yang beliau emban dengan penuh percaya diri dan keyakinan tanpa
keraguan sedikit pun.
Sebagai seorang pemimpin, menurut Choudhury (1993) dan Watt (1961), Nabi
Muhammad bukan hanya seorang pemimpin spiritual yang berjaya, sebaliknya merupakan ketua
negara (stateman) dan pentadbir (administrator) yang berjaya.

Manakala dalam konteks pembawa perubahan (reformer) baginda telah berjaya menghasilkan
revolusi yang signifikan dalam cara hidup dan pemikiran masyarakat Arab. Watt (1961) telah
memaparkan tiga (3) kualitas kehebatan diri Nabi Muhammad (SAW) yang menyebabkan
tersebarnya pengaruh Islam ke seluruh dunia, yaitu:

1. Mampu melihat jauh ke masa depan (visioner)


2. Kebijaksanaan sebagai ketua negara (stateman); dan
3. Kemahiran sebagai pemimpin dalam memilih seseorang untuk di tempatkan pada jabatan
tertentu

Dalam perannya sebagai seorang pemimpin, Rasulullah memiliki karakteristik yang sangat
baik dalam memimpin umat, agama dan negara. Semuanya itu dijalaninya dengan total penuh
kejujuran, integritas, kedisiplinan, cinta, dan kasih sayang. Salah satu contoh ketika menyikapi
orang yang melakukan kesalahan.

Pada saat ada seorang badui yang buang air kecil di dalam masjid, Rasulullah membiarkan
seorang badui tersebut. Padahal sahabat-sahabatnya pada saat itu sangat marah dan ingin rasanya
memberikan ‘pelajaran’ kepada orang tersebut.

Tetapi kemudian Rasulullah bersabda, “Biarkanlah ia, dan siramlah bekas kencingnya sampai
bersih. Sesungguhnya aku diutus untuk mempermudah sesuatu bagi manusia, bukan untuk
mempersulit dan menjadikannya berat.” (HR. Bukhari).

Karakter seorang pemimpin yang baik memang telah dimiliki Rasul sejak muda. Rasulullah
terkenal berbudi pekerti baik, tidak ada suatu kejelekan yang dituduhkan kepadanya, tidak suka
minum minuman khamr, tidak suka mendatangi tempat-tempat perjudian dan permainan yang
membuat lalai yang pada umumnya digemari masyarakat Arab pada saat itu. Beliau juga terkenal
sebagai orang yang berbudi luhur, berkepribadian yang kuat dan dapat dipercaya (al-Amin).
Sebagai seorang pemimpin, Rasul juga sangat dekat dengan umatnya. Sampai-sampai
Rasulullah mengenal umatnya lebih banyak ketimbang mereka mengenal diri mereka sendiri.
Rasulullah juga suka bercengkrama dengan orang-orang fakir-miskin.

Para sahabat Nabi ketika diminta persaksian, sepakat bahwa sebagai seorang pemimpin
Rasulullah adalah Panutan Agung yang benar-benar sosok yang teladan. Pribadi paling mulia;
tidak bengis, tidak kaku, tidak kasar, tidak suka mengumpat dan mencaci, tidak menegur dengan
menyakitkan hati, tidak membalas keburukan dengan keburukan, tapi memilih memaafkan.

Beliau sendiri menyatakan, seperti ditirukan oleh sahabat Jabir r.a, “Innallaaha ta’aala lam
yab’atsnii muta’annitan...”, sesungguhnya, Allah tidak mengutusku sebagai utusan yang keras dan
kaku, tapi sebagai utusan yang memberi pelajaran dan memudahkan.

Tidak hanya itu, dalam kepemimpinanya, Rasulullah juga memiliki sikap keberanian dan
ketegasan, terutama pada saat berada di medan perang melawan musuh. Rasulullah terkenal juga
sebagai pemimpin yang pandai mengendalikan diri, sabar dan mempunyai daya tahan, adil dan
egaliter.

Para Rasul memiliki kedudukan yang sangat strategis, baik dalam bidang keagamaan maupun
dalam bidang interaksi sosial kaumnya. Dengan demikian, para Rasul memiliki tugas ganda, yakni
menjaga kebenaran ajaran agama (hirasat ad-din) dan menjaga kedamaian publik (hirasat ad-
dunya).

Hal ini dapat dilihat dari praktek Nabi saw. yang memiliki peran ganda dalam kehidupannya.
Selain sebagai penyampai risalah, Nabi juga menjabat sebagai hakim yang memberikan keputusan
hukum bagi anggota masyarakat yang sedang berselisih. Pada waktu yang bersamaan, Nabi juga
berstatus sebagai kepala negara yang memiliki hak layaknya seorang pemimpin negara pada
umumnya.

Berbicara tentang kepemimpinan, terdapat banyak pendapat mengenai tipe-tipe dan ciri-ciri ideal
seorang pemimpin, dapat dikemukakan disini adanya tiga tipe kepemimpinan, yaitu:

1. tipe kepemimpinan yang bersifat transaksiona (transactional leadership);

2. tipe kepemimpinan yang bersifat transformatif (transformational leadership);


3. tipe kepemimpinan moral yang memimpin dengan dirinya, dengan karakter dan kepribadiannya
sendiri (moral leadership).

Dari ketiga tipe kepemimpinan di atas, Rasulullah termasuk kedalam nomor 2 dan 3.
Sebagaimana yang telah di jelaskan pada pembahasan sebelumnya. Rasulullah mampu
menggabungkan antara dua tipe kepemimpinan sekaligus, kepemimpinan transformatif dan
kepemimpinan berdasarkan moral. Kemahiran seperti ini yang kemudian menjadikan Rasulullah
di cintai umatnya.

Dalam gaya kepemimpinannya, Rasulullah mengedepankan sikap (a) ‘sidiq’, jujur, benar
dan selalu menjaga diri dari perbuatan dosa dan kesalahan. Kemudian sikap (b) ‘fathonah’,
kecerdasan, memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas, intelektual dan profesional, (c) sifat
‘amanah’, kredibilitas dan dedikasinya diakui, terpercaya dan legal, (d) sifat ‘tabligh’, yaitu
komunikator yang komunikatifyang didasari nilai-nilai kebenaran Islam.

b. Fase-Fase Kepemimpinan Rasulullah

Berbicara tentang fase kepemimpinan Rasul, maka kami disini akan memetakan menjadi dua fase;
fase kepemimpinan Rasul di Makkah dan fase kepemimpinan Rasulullah di Madinah.

1. Fase Makkah

Sebagai seorang Rasul yang lahir dan pertama kali diutus oleh Allah di kota Makkah, Nabi
Muhammad saw. mempunyai peran sebagai pemimpin agama di kota tersebut. Karena mulai dari
sanalah Rasulullah mendakwahkan Islam kepada masyarakat Makkah. Dalam dakwahnya,
Rasulullah mengedepankan cara-cara yang baik sebagaimana telah di bahas pada bab sebelumnya.

Sebagai pemimpin agama, fokus ajaran yang disebarkan oleh Nabi Muhammad tidak
berbeda sama sekali dengan ajaran-ajaran nabi-nabi sebelumnya, yang isinya antara lain
mengajarkan tentang tauhid. Hanya ada satu Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam semesta,
berbahagia orang-orang yang ada di surga jika tetap tawakkal mengerjakan perintah-perintah
Tuhan dan memperoleh siksa di neraka jika ingkar kepada suruhan Tuhan.

Setelah wahyu yang pertama turun, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sementara itu
Nabi Muhammad saw. menantikannya dan beliau selalu datang ke Gua Hira. Dalam kedaan
menanti itulah turun wahyu QS. al-Muddatsir [74]: 1-7, yang menegaskan kepada beliau untuk
berdakwah secara sembunyi-sembunyi.

Pertama kalinya beliau berdakwah secara sembunyi-sembunyi di lingkunganya sendiri dan


dikalangan rekan-rekannya. Karena itulah, orang yang pertama kali masuk Islam adalah Khadijah,
istri Rasulullah dan sepupu Rasulullah yang masih berumur 10 tahun, Ali bin Abi Thalib.

Rasulullah melakukan dakwah secara diam-diam selama tiga tahun, setelah itu turunlah
perintah allah agar rasulullah berdakwah secara terang-terangan. Perintah tersebut terdapat pada
QS. al-Hijr [15] : 94, ‘Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik’. Dakwah model
seperti ini yang kemudian dipertahankan oleh Rasulullah sampai akhir hayat beliau.

Secara fakta historis tentang usaha-usaha Nabi dalam membentuk masyarakat islami di
Mekkah, Rasulullah menggunakan proses evolusi sosio kultural. Nabi tidak langsung mengubah
Mekkah secara cepat, tetapi secara bertaha-tahap yang membutuhkan waktu yang lama yaitu 13
tahun pada periode Mekkah.

Dalam ayat-ayat al-Quran pada masa awal kenabian memiliki sifat yang ringkas, padat,
dan tegas, tapi mengindikasikan gugatan terhadap orde sosial yang hampir membeku. Kalimat-
kalimat yang menggelegar seperti ledakan gunung berapi adalah bukti pentingnya pembenahan
sosial yang sangat dramatis.

Aktualisasi nilai agama dalam kehidupan sosial yang selama ini berlaku di Makkah dan
seluruh jazirah Arabaia mengandung implikasi perombakan menyeluruh terhadap berbagai
penyimpangan yang pada saat iru berkembang.

Ajaran Islam secara keseluruhan merupakan respon Tuhan atas kenyataan alam berikut
fenomenannya. Islam membawa rahmat dan kasih sayang bagi seluruh umat manusia. Ajarannya
mengandung azas perlindungan kemerdekaan sekaligus mengatur dalam batas-batas
penggunaannya bagi setiap individu.

Ini secara tidak langsung berimplikasi pada pelestarian persaudaraan dan persamaan dalam
menjalankan hak kehidupan. Sedangkan kenyataan sosial berbanding terbalik dengan konsep
Islam.
Dengan kata lain, misi utama Nabi sebagai seorang pemimpin keagamaan di Makkah
adalah untuk mendekontruksi kebiasaan-kebiasaan masyarakat Arab yang bertentangan sama
sekali dengan Islam (perjudian, meminum khamr, perzinahan, politeis). Serta melakukan
koreksi/merekontruksi terhadap kebiasaan masyarakat Arab yang masih bisa di tolerir
(pembatasan empat istri). Dan melestarikan budaya masyarakat yang sejalan dengan nilai-nilai
Islam (jual beli, pernikahan).

2. Fase Madinah

Lain Mekkah, lain pula Madinah. Setelah selama 13 tahun Rasulullah melakukan revolusi
di Makkah, Rasulullah melakukan hijrah ke Madinah. Hal tersebut di karenakan kondisi
masyarakat Arab yang pada saat itu yang di komandoi oleh kaum kafir Quraish melakukan
penolakan secara keras dakwah Nabi dan juga para pengikutnya.

Nabi Muhammad saw. hijrah ke Madinah pada dua Rabi’ul Awal, 1 H/20 September 622
M, dengan diantar oleh sahabatnya, Abu bakar. Guna menghindari pengejaran, perjalanan hijrah
tidak langsung ke arah Utara, melainkan menempuh jalan arah Selatan Mekkah dan berhenti
sejenak di Gunung Tsur.

Walaupun telah menempuh cara yang demikian pada akhirnya diketahui juga tempat
persembunyianya. Pada saat kritis ini, Nabi Muhammad saw. mengingatkan Abu bakar yang di
dera rasa takut dan khawatir dengan wahyu Allah swt, dalam Surat QS. at-Taubah [9] :40.

Setelah berhijrah ke Madinah, selama 10 tahun, Nabi melakukan pembinaan kekuatan


begitu efektif mengubah segalanya. Semua potensi kekuatan penduduk madinah oleh Nabi di
persatukan dalam satu kesepakatan yang sering disebut Piagam Madinah. Dari sekedar pemimpin
agama ketika masih di Mekkah, setelah di kota Madinah Nabi sekaligus tampil menjadi pemimpin
Negara. Konsolidasi membuahkan sukses besar.

Dilihat dari struktur sosial dan budaya, penduduk Madinah cenderung lebih heterogen di
bandingkan Mekkah. Mereka terdiri atas berbagai macam etnis dan kepercayaan serta memiliki
adat istiadat dari masing-masing suku. Mungkin hal ini akibat corak ekonomi pertanian yang
banyakmendorong mereka untuk hidup secara mandiri dan tertutup, bahkan menciptakan
persaingan.
Berbeda dengan kehidupan pedagang di tengah-tengah padang pasir, seperti halnya suku-
suku di Mekkah, yang relatif saling bergantung satu sama lain. Ketika Islam masuk ke Madinah,
komposisi budaya dan masyarakatnya kian beragam.

Melalui sensus yang telah dilakukan, Rasulullah mendapat keterangan bahwa ada 10.000
penduduk yang mendiami kota madinah yang terdiri dari; 1500 Muslim, 4000 Yahudi 4500 orang
musyrik Arab.

Nabi Muhammad saw. juga menentukan langkah strategis dengan membatasi secara fisik
dari sudut-sudut kota Madinah bertujuan batasan-batasan wilayah tersebut merupakan batasan
dalam negara kota. Selanjutnya dijadikan wilayah yang dilindungi oleh seluruh masyarakat
Madinah.

Komunitas penduduk Madinah pada saat permulaan Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya
menetap di kota ini terdiri atas, pertama, kaum Arab Madinah yang telah masuk Islam dan disebut
Anshar. Kedua, orang-orang Arab Mekkah yang hijrah ke wilayah tersebut disebut Muhajirin.

Ketiga, masyarakat Madinah penyembah berhala. Keempat, kaum Yahudi Madinah (Bani
‘Auf, Bani an-Najjar, Bani Sa’idah, Bani al-Harits, Bani Jusyam, Bani al-Aus, Bani Syutaibah,
Bani Tsalabah, Bani Jafnah). Kelima, penganut agama Nasrani. Dan, keenam, kaum munafik.

Penting untuk melihat tatanan sosial politik yang dibangun Rasulullah di Madinah pada saat awal
Islam menjadi penentu peradabannya. Pembentukan masyarakat Madinah pada saat itu dalam
terminologi politik saat ini, menurut para ahli politik, dapat dikategorikan sebagai negara.

Robert N Bellah dalam karyanya yang berjudul Beyond Belief menyatakan, Muhammad
saw. tidak memulai dakwahnya dalam sebuah kerajaan dunia yang besar dan terorganisasikan
dengan baik, melainkan hanya dalam sebuah masyarakat kesukuan yang belum mencapai struktur
politik yang dapat disebut sebagai negara.

Lebih lanjut lagi Bellah menegaskan, tidak diragukan lagi bahwa di bawah kepemimpinan
Muhammad, masyarakat Arab telah membuat suatu langkah maju yang mencolok dalam hal
kompleksitas sosial dan kapasitas politiknya. Kapasitas politik umatnya pada saat itu termasuk
yang paling modern pada masanya.
Sementara itu, Philip K Hitti dalam bahasa yang berbeda mengatakan, dari komunitas
keagamaan di Madiah inilah kemudian lahir sebuah negara Islam yang lebih besar. Masyarakat
baru yang terdiri atas orang-orang Muhajirin dan Anshar itu di bangun atas dasar agama, bukan
hubungan darah. Allah menjadi perwujudan supremasi negara. Nabinya, ketika masih hidup,
adalah wakil-Nya dan penguasa tertinggi di dunia.

Dengan demikian, Rasulullah di samping menjalankan fungsi keagamaan, juga memegang otoritas
duniawi seperti yang dimiliki oleh kepala negara dewasa ini. Semua yang hidup dalam komunitas
itu, tanpa melihat afiliasi kesukuan dan loyalitas lama, kini menjadi saudara.

Harun Nasuttion mengatakan, di Madinah Nabi Muhammad bukan laigi hanya mempunyai
sifat Rasulullah, melainkan juga memiliki sifat kepala negara. Dalam istilah lain, Nabi Muhammad
adalah pemegang kekuasaan spiritual sekaligus kekuasaan temporal. Hampir seluruh wilayah di
Jazirah Arab berhasil masuk kedalam pangkuan Islam pada waktu Nabi Muhammad masih hidup
dan memimpin kaum muslimin yang berbasis di Madinah.

Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dan para sahabatnya dalam membangun
masyarakat mengundang kekaguman banyak orang, terutama para penulis sejarah, baik dari Timur
maupun Barat.

Bahkan, seorang penulis Barat bernama Michael Hart pernah mencengangkan dunia setelah
menerbitkan bukunya yang berjudul 100 tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah di New
York, Amerika Serikat. Di buku tersebut Nabi Muhammad menjadi tokoh di peringkat pertama.

Marshall GS Hodgson dalam karyanya, The Venture of Islam, juga menyatakan, “Muhammad
telah menciptakan pemerintahan lokal yang baru yang didirikan atas pandangan kenabiannya.

Namun, setelah itu, pemerintahan tersebut mencapai dimensi internasional yang bejangkauan jauh.
Dengan cepat ia telah menjadi kekuatan yang bersaing di Arab bukan hanya dengan kaum Quraisy,
melainkan juga dengan Kekaisaran Byzantium dan Kekaisaran Sassaniah. Peperangan-peperangan
telah menciptakan Kekaisaran Arab. Ini merupakan prestasi-prestasi yang hebat sekali”.
4. KEDUDUKAN RASUL SEBAGAI ATAU PENDAPAT GELAR ULUL AZMI

a.Rasul Ulul Azmi


Ulul Azmi adalah gelar yang diberikan kepada para rasul yang memiliki kedudukan tinggi
dan istimewa karena ketabahan dan kesabaran yang luar biasa dalam menyebarkan agama Allah
SWT.

"Ulu al-Azmi" (Arab ‫ )أولوالعذم‬adalah gelar yang diberikan kepada para rasul yang memiliki
kedudukan tinggi/ istimewa karena ketabahan dan kesabaran yang luar biasa, dalam menyebarkan
agama.

Hanya LIMA RASUL yang mendapatkan julukan ini, dari beberapa rasul yang telah diutus oleh
Allah.

Gelar ini adalah gelar tertinggi/istimewa ditingkat para nabi dan rasul.

Tentang gelar ini telah dijelaskan pada Al-Qur'an Surah Al-Ahqaf [46]:35; dan Surah Asy-Syura
[42]:13;

(QS Al-Ahqaf [46]:35)


ٌ ‫ارِبَ ًَل‬
ِ ُ‫غِفَ َه ْلِيُ ْهلَك‬ ِّ ‫سا َعةا‬
ٍ ‫ِمنِنه َه‬ ِ ‫ِو ََلِت َ ْست َ ْعجلِله ُه ْمِ َكأ َ هن ُه ْمِيَ ْو َمِيَ َر ْونَ ِ َماِيُو َعد ُونَ ِلَ ْمِيَ ْلبَثُواِإ ه‬
َ ِ‫َل‬ َ ‫سل‬
ُ ‫ِالر‬ ْ ُ‫صبَ َرِأ ُ ْول‬
ُّ َ‫واِالعَ ْزمِمن‬ ْ ‫فَا‬
َ ِ‫صب ْرِ َك َما‬
ْ ‫ِالقَ ْو ُم‬
َِ‫ِالفَاسقُون‬ ْ ‫إ هَل‬

"Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul
telahbersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka
melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia)
melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan
melainkan kaum yang fasik".

(QS Asy-Syuura [42]:13)


َ َ‫سىِأ َ ْنِأَقي ُمواِالدِّين‬
ِ‫ِو ََلِتَتَفَ هرقُواِفيه‬ َ ‫سىِ َوعي‬
َ ‫ِو ُمو‬
َ ‫يم‬
َ ‫ص ْينَاِبهِإب َْراه‬
‫اِو ه‬ َ َ‫ِوالهذيِأ َ ْو َح ْينَاِإلَيْك‬
َ ‫ِو َم‬ َ ‫صىِبهِنُوحا ا‬
‫اِو ه‬ ِّ ‫عِلَ ُك‬
َ ‫مِمنَ ِالدِّينِ َم‬ َ ‫ش ََر‬
ُِ‫ِو َي ْهديِإلَيْهِ َمنِيُنيب‬
َ ‫َِّللاُِ َيجْ ت َبيِإلَيْهِ َمنِ َيشَا ُء‬ ْ َ‫َكب َُرِ َعل‬
‫ىِال ُم ْشركينَ ِ َماِتَدْعُو ُه ْمِإلَيْه ه‬
"Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan
kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu "Tegakkanlah agama^1341 dan janganlah kamu berpecah
belah tentangnya.

Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya.

Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada
(agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).

b. Dalil Al-Qu An
Firman Allah S.W.T:
artinya:”Jika demikian akibat orang-orang kafir yang menentangmu wahai Muhammad)
maka bersabarlah engkau sebagaimana sabarnya Rasul-rasul "Ulul Azmi" (yang mempunyai
keazaman dan ketabahan hati) dari kalangan Rasul-rasul (yang terdahulu daripadamu); dan
janganlah engkau meminta disegerakan azab untuk mereka (yang menentangmu itu).
Sesungguhnya keadaan mereka semasa melihat azab yang dijanjikan kepada mereka, merasai
seolah-olah mereka tidak tinggal (di dunia) melainkan sekadar satu saat sahaja dari siang
hari. (Penerangan yang demikian) cukuplah menjadi pengajaran (bagi orang-orang yang mahu
insaf). Maka (ingatlah) tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik (derhaka)." (Surah Al-
Ahqaaf : Ayat 35)
Firman ALLAH S.W.T:
Artinya:"Allah telah menerangkan kepada kamu di antara perkara-perkara agama yang Ia
tetapkan hukumnya apa yang telah diperintahkanNya kepada Nabi Nuh a.s. dan yang telah Kami
(Allah) wahyukan kepadamu (wahai Nabi Muhammad s.a.w.) dan juga yang telah Kami
perintahkan kepada Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Musa a.s. serta Nabi Isa a.s., iaitu: Tegakkanlah
pendirian agama dan janganlah kamu berpecah belah atau berselisihan pada dasarnya. Berat bagi
orang-orang musyrik (untuk menerima agama tauhid) yang engkau seru mereka kepadanya. Allah
memilih serta melorongkan sesiapa yang dikehendakiNya untuk menerima agama tauhid itu dan
memberi hidayat petunjuk kepada agamaNya itu sesiapa yang rujuk kembali kepadaNya (dengan
taat)." (Surah Asy-Syuraa: Ayat 13)
c. Kriteria Rasul Ulul Azmi
Adaa beberapa kriteria yang menjadi acuan untuk mendapatkan gelar ini, Antara lain
adalah:
1. Memiliki kesabaran yang tinggi dalam berdakwah
2. Senantiasa memohon kepada Allah agar tidak menurunkan azab kepada kaumnya
3. Senantiasa berdo’a agar Allah memberi hidayah kepada kaumnya
4. Memiliki mukjizat luar biasa dibandingkan para nabi yang laiu

d. Golongan Rasul Ulul Azmi


Dari 25 Rasul Allah yang wajib kita ketahui, Hanya lima rasul yang mendapatkan gelar
ini. Gelar ini adalah gelar tertinggi dan istimewa ditingkat para nabi dan rasul. Tentang gelar ini
telah dijelaskan pada Al-Qur'an Surah Al-Ahqaf ayat 35 dan Surah Asy-Syura ayat 13.
Para Rasul yang memiliki julukan Ulul Azmi adalah:
1. Nabi Nuh As.
2. Nabi Ibrahim As.
3. Nabi Musa As.
4. Nabi Isa As.
5. Nabi Muhammad SAW.

e. Mukjizat Rasul Ulul Azmi


Mukjizat adalah suatu kejadian yang luar biasa yang dialami oleh para nabi dan rasul atas
izin Allah SWT dan tidak bisa ditiru oleh siapapun.
1. Nabi Nuh a.s
salah satu mukjizat beliau dapat membuat sebuah kapal besar yang dapat ditumpangi oleh semua
orang yang beriman dari kaumnya beserta hewan hewan yang hidup di zaman itu.
2. Nabi Ibrahim a.s

salah satunya sewaktu beliau dibakar oleh raja Namrud beliau tidak merasakan panas api dan
di selamatkan oleh Allah dari segala bahaya yang mengancam.
3.Nabi Musa a.s

beliau dapat mengalahkan ahli-ahli ilmu sihir pengikut fir'aun, tongkat beliau dapat berubah
menjadi ular yang juga dapat membelah lautan,telapak tangan dapat mengeluarkan cahaya dan lain
sebagainya.
4. Nabi Isa a.s

beliau dapat berbicara semasa masih bayi, dapat menyembuhkan penyakit orang buta sehingga
dapat melihat,dapat membuat burung dari tanah dan meniupnya sehingga hidup seperti burung
bernyawa, dapat menghidupkan orang yang sudah mati atas izin ALLAH SWT walaupun
hanya sebentar kemudian mati lagi dan lain sebagainya.
5. Nabi Muhammad S.A.W

Al-Qur'an merupakan mukjizat terbesar yang di brikan Allah kepada nabi Muhammad
SAW, karena tidak seorangpun yang sanggup menandingi ataupun menyaingi gaya bahasa
dan susunan kata-kata Al-Qur'an , juga tidak ada yang sanggup merubah dan menukar kata-
kata yang ada dalam Al-Qur'an.

f. Cuplikan Kisah Rasul Ulul Azmi


1. Nabi Nuh AS

Nuh bin Lamik bin Mutuisyalkh dari keturunan Idris, lalu keturunan Nabi Syits bin Adam.
Diperkirakan hidup pada tahun 3993-3043 SM dan diangkat menjadi Nabi pada tahun 3650 SM.
Diperkirakan beliau tinggal di wilayah yang kini disebut sebagai Iraq. Para ahli sejarah banyak
menyebutkan bahwa beliau wafat di Mekkah, dan memiliki 4 anak laki-laki. Nama Nuh disebutkan
sebanyak 43 kali dalam Al-Qu’ran.
Nabi Nuh diangkat sebagai ulul azmi di antaranya karena kesabarannya dalam berdakwah
yang selalu mendapat hinaan dari kaumnya. Nabi Nuh tanpa menyerah terus menerus mendakwahi
keluarga, kerabat dan masyarakat umum, untuk kembali kejalan yang lurus. Hampir 1000 tahun
usianya jumlah umat yang mengikutinya tidak lebih dari 200 orang. Bahkan istri dan anaknya yang
bernama Kan’an termasuk penentangnya. Atas kehendak Allah umat Nuh yang membangkang
ditenggelamkan dengan gelombang air bah dan semuanya hancur, kecuali Nuh dan pengikutnya
yang beriman.
Selama 950 tahun Nabi Nuh a.s menyeru kaumnya bangsa Armenia agar bertauhid kepada
Allah swt. Dan meninggalakan berhala-berhala yang mereka sembah. Seruan Nabi Nuh a.s itu
disambut dengan cemoohan, ejekan dan hinaan. Semula Nabi Nuh a.s menghadapi mereka dengan
penuh sabar dan tabah. Tapi mereka semakin berani dan runyam serta sulit dapat diharapkan mau
beriman. Setelah beliau bersama mereka 950 tahun lamanya tidak ada yang mau mengikuti beliau
kecuali beberapa orang saja. Maka terpaksa Nabi Nuh a.s mohon kepada Allah swt. dengan berdo`a
sebagai mana tersebut dalam Al-Qur an :
Artinya : Dan Nuh berkata: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-
orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya
mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang
berbuat ma’siat lagi sangat kafir. (Q.S Nuh : 26-27)
Allah swt. menjawab dan memenuhi permintaan Nabi Nuh a.s., seraya memerintahkan agar beliau
membuat perahu. Setiap orang yang lewat menertawakan dan mengejeknya karena sungguh
dianggap lucu membuat perahu ditanah dataran tinggi.Setelah selesai membuat perahu, datanglah
azab Allah swt. berupa hujan dan banjir yang bukan alang kepalang serta angin tofan yang dahsyat.

2. Nabi Ibrahim AS
Nabi Ibrahim bin Azar bin Nahur dari keturunan Sam bin Nuh. Beliau diperkirakan hidup
tahun 1997-1822 SM dan diangkat menjadi Nabi pada tahun 1900 SM. Beliau tinggal di Iraq.
Beliau wafat di Al-Khalil, Hebron, Palestin. Nama beliau disebutkan sebanyak 69 kali dalam Al-
Quran.
Nabi Ibrahim adalah nabi yang mendapat gelar ulul ’azmi kerana kesabarannya yang tinggi.
Dari mulai bayi Nabi Ibrahim sudah diasingkan ke dalam gua disebabkan kerana perintah Raja
Namrudz untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang baru lahir. Setelah dewasa, ia harus
berhadapan dengan raja dan masyarakat penyembah berhala termasuk kedua orang tuanya yang
pembuat berhala. Bahkan ia harus menerima siksaan yang pedih, iaitu dibakar hidup-hidup dan
diusir dari kampung halamannya. Sudah hampir seratus tahun usia dan pernikahannya dengan
Sarah, ia belum dikurniai anak hingga isterinya meminta ia menikahi seorang budak berkulit hitam
bernama Hajar untuk dijadikan isteri. Akhirnya Hajar dapat melahirkan seorang anak yang diberi
nama Ismail. Allah memerintahkan Ibrahim untuk melepas isteri dan anaknya yang baru lahir dan
sangat dicintainya itu ke tanah gersang di Makkah. Kerana kesabaran dan kepatuhannya, perintah
itu dilaksanakan. Namun, perintah lebih berat diterima Ibrahim, iaitu harus mengorbankan Ismail
yang baru meningkat remaja. Hal ini pun beliau laksanakan, tapi Allah akhirnya menggantikannya
dengan seekor domba (kambing kibas). Selain itu ujian nabi Ibrahim a.s yang lain adalah
membangun Kaa’bah, dan menghadapi Raja Namrudz yang zalim
3. Nabi Musa AS
Musa bin Imran dri keturunan Ya’qub bin Ishak. Diperkirakan hidup pada tahun 1527-
1408 SM dan diangkat menjadi Nabi pada tahun 1450 SM. Beliau ditugaskan berdakwah kepada
Firaun Mesir dan Bani Israil di Mesir. Beliau wafat di Tanah Tih. Mempunyai 2 orang anak.
Musa termasuk orang sabar dalam menghadapi dan mendakwahi Firaun, selain itu, dia juga
mampu untuk bersabar dalam memimpin kaumnya yang sangat pembangkang. Ketika Musa akan
menerima wahyu di Bukit Sinai, pengikutnya yang dipimpin Samiri menyeleweng dengan
menyembah berhala Anak lembu emas. Harun yang ditugasi mengganti peran Musa, tidak
sanggup untuk menghalangi niat mereka, bahkan ia diancam hendak dibunuh. Tetapi, Musa pernah
tidak dapat bersabar ketika berguru kepada Khidir.
Nabi Musa a.s hidup pada masa Fir`aun di Mesir. Menurut tukang ramal, akan lahir bayi laki-laki
dari bangsa yahudi yang akan merobohkan singgasana Fir`aun. Oleh sebab itu, Ibunya meletakan
Musa a.s kedalam peti lalu dihanyutkan ke sungai Nil.Setelah dewasa nabi Musa a.s Nampak
cerdas dan tangkas, serta memperhatikan orang-orang yang lemah.

4. Nabi Isa AS
Isa bin Maryam binti Imran dari keturunan Sulaiman bin Daud. Diperkirakan hidup pada
tahun 1SM-32M dan diangkat menjadi nabi pada tahun 29M. Beliau ditugaskan berdakwah kepada
Bani Israil di Palestin. Beliau juga tidak wafat melainkan diangkat ke sisi Allah. Nabi Isa as
Disebutkan sebanyak 25 kali di dalam Al-Quran.
Banyak hal yang menunjukkan bahwa Isa memiliki kesabaran dan keteguhan dalam
menyampaikan ajaran Allah. Terutama, ketika Isa sabar menerima cobaan sebagai seorang yang
miskin, pengkhianatan seorang muridnya, Yudas Iskariot, menghadapi fitnah, penolakan, hendak
diusir dan dibunuh oleh kaum Bani Israil. Kehidupan Isa menggambarkan kezuhudan dan ketaatan
dalam beribadah.
“Isa menemui kaumnya dengan memakai pakaian dari wol. Ia keluar dalam keadaan tidak beralas
kaki sambil menangis serta wajahnya tampak pucat karena kelaparan dan bibirnya tampak kering
karena kehausan. Isa berkata, “Salam kepada kalian wahai Bani Israil. Aku adalah seseorang yang
meletakkan dunia di tempatnya sesuai dengan izin Allah, tanpa bermaksud membanggakan diri.
Apakah kalian mengetahui di mana rumahku?” Mereka menjawab: "Di mana rumahmu wahai
Ruhullah?" Isa menjawab: “Rumahku adalah tempat ibadah, wewangianku adalah air, makananku
adalah rasa lapar, pelitaku adalah bulan di waktu malam dan salat ku di waktu musim dingin di
saat matahari terletak di Timur, bungaku adalah tanaman-tanaman bumi, pakaianku terbuat dari
wol, syiarku adalah takut kepada Tuhan Yang Maha Mulia, teman-temanku adalah orang-orang
yang fakir, orang-orang yang sakit, dan orang-orang yang miskin. Aku memasuki waktu pagi dan
aku tidak mendapati sesuatu pun di rumahku begitu juga aku memasuki waktu sore dan aku tidak
menemukan sesuatu pun di rumahku. Aku adalah seseorang yang jiwanya bersih dan tidak
tercemar. Maka siapakah yang lebih kaya daripada aku?

5. Nabi Muhammad SAW


Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib dari keturunan Ismail bin Ibrahim.
Diperkirakan hidup pada tahun 571M-632M dan diangkat menjadi Nabi pada tahun 610M.
Baginda ditugaskan berdakwah kepada seluruh manusia dan alam semesta. Tinggal di Mekkah dan
Madinah. Wafat di Madinah. Meninggalkan 7 orang anak. Rasulullah s.a.w namanya disebutkan
5 kali di dalam Al-Quran.

Beliau mendapat julukan ulul ’azmi kerana sejak kecil sampai dewasa, Rasulallah saw
selalu mengalami masa-masa sulit. Pada usia 6 tahun dia sudah menjadi yatim piatu. Setelah
dewasa ia harus membantu meringankan beban bapa saudara (paman) yang merawatnya sejak
kecil. Tentangan terberat yang dihadapi adalah setelah diangkatnya menjadi seorang rasul.
Penentangan bukan saja dari orang lain, tetapi juga dari Abu Lahab, bapa saudaranya (pamannya)
sendiri. Rasulullah saw juga harus ikut menderita tatkala Bani Hasyim diboikot (diasingkan) di
sebuah lembah dikeranakan dakwahnya. Dan masih banyak lagi kesabaran dan masa masa sulit
yang dihadapi baginda dari mulai lahir sampai beliau wafat.

Anda mungkin juga menyukai