Anda di halaman 1dari 16

FAKTOR PENYEBAB KEMAJUAN DAN KEMUNDURAN ISLAM DI MESIR

MAKALAH
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu Dra. Hj. Siti Sumijaty, M.Si.

Disusun Oleh:

Intan Tania (1224060062)

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

KONSENTRASI HUBUNGAN MASYARAKAT

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.

Dengan menyebutkan nama Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang, kami
panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Selain itu,
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang faktor kemajuan dan kemunduran
islam di Mesir bagi para pembaca dan juga bagi penulis pribadi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dra. Hj. Siti Sumijaty, M.Si. selaku dosen
pengampu mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Adapun makalah ini telah penulis usahakan
semaksimal mungkin. Namun, penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 14 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................1
C. Tujuan Makalah..................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
A. Dinasti Thulun (254 H/ 868 M- 29H/905 M).....................................................................3
a. Kemajuan Dinasti Thulun.................................................................................................3
b. Kemunduran Dinasti Thulun............................................................................................3
B. Dinasti Fatimiyah (296 H/909 M - 566 H/1171 M)...........................................................4
a. Kemajuan Dinasti Fatimiyah.........................................................................................4
b. Kemunduran Dinasti Fathimiyah..................................................................................6
C. Dinasti Ayyubiyah (569 H/1174 M – 650 H/1252 M)........................................................8
a. Kemajuan Dinasti Ayyubiyah........................................................................................8
b. Kemunduran Dinasti Ayyubiyah...................................................................................8
D. Dinasti Mamluk (648 H/1250 M - 923 H/1517 M)...........................................................9
a. Kemajuan Dinasti Mamluk............................................................................................9
b. Kemunduran Dinasti Mamluk.....................................................................................11
BAB III.........................................................................................................................................12
KESIMPULAN............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mesir merupakan kawasan yang berada di Afrika Utara, Afrika Utara


merupakan daerah yang sangat penting bagi penyebaran agama islam di Eropa. Pada
saat ini 90% penduduk Mesir beragama Islam dengan paham Sunni. Hal yang
menjadikan penduduk Mesir kebanyakan muslim karena sejak Rasulullah masih
hidup, Mesir sudah memiliki hubungan yang baik dengan Rasulullah. Salah satu
buktinya ialah istri dari Rasulullah sendiri yang bernama Maria al-Qibthiyah,
seseorang yang berasal dari Mesir. Bahkan Rasulullah memiliki anak dari wanita
tersebut yang bernama Ibrahim.

Meskipun memiliki hubungan yang sudah lama, Mesir baru menjadi kota Islam
sejak Umar menjabat sebagai khalifah yang menggantikan Abu Bakar seseorang yang
berkuasa sebelumya. Perkembangan Islam di Mesir tidak terlepas dari peranan para
penguasa Islam di Mesir.

Dinasti pertama yang berkuasa di Mesir ialah Dinasti Thulun (254 H/ 868 M-
29H/905 M) kemudian dilanjut oleh Dinasti Fatimiyah (296 H/909 M - 566 H/1171
M), Dinasti Fatimiyah merupakan Dinasti yang beraliran Syiah. Pada khalifah terakhir
yaitu al-Zhahir Dinasti ini mengalami kekacauan lalu dilanjut dengan Dinasti
Ayyubiyah (569 H/1174 M - 650 H/1252 M) Dinasti ini mengganti paham yang
awalnya Syiah menjadi Sunni kemudian yang terakhir ialah Dinasti Mamluk (648
H/1250 M - 923 H/1517 M).

Keempat Dinasti tersebut memiliki peran penting dalam penyebaran Islam di


Mesir, tentunya dari masing-masing Dinasti tersebut memiliki faktor penyebab
kemajuan dan kemunduran Islam di Mesir sendiri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah sebagai


berikut:
1. Apa faktor penyebab kemajuan Islam di Mesir?

1
2. Apa saja faktor penyebab kemunduran Islam di Mesir?

C. Tujuan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat diambil tujuan sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui faktor penyebab kemajuan Islam di Mesir
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan kemunduran Islam di
Mesir

2
BAB II

PEMBAHASAN

Faktor penyebab kemajuan dan kemunduran Islam di Mesir terbagi berdasarkan empat
Dinasti (1) Dinasti Thulun ((254 H/ 868 M- 29H/905 M)) (2) Dinasti Fatimiyah ((296 H/909
M - 566 H/1171 M)) (3) Dinasti Ayyubiyah ((569 H/1174 M - 650 H/1252 M)) (4) Dinasti
Mamluk ((648 H/1250 M - 923 H/1517 M)).

A. Dinasti Thulun (254 H/ 868 M- 29H/905 M)

a. Kemajuan Dinasti Thulun

Walaupun Dinasti ini hanya berkuasa selama 37 tahun tetapi memiliki prestasi
yang luar biasa, diantaranya ialah:
1. Berhasil membawa Mesir kepada kemajuan, sehingga Mesir menjadi
pusat kebudayaan Islam yang dikunjungi oleh para ilmuan dari pelosok
dunia Islam.
2. Bidang Kesehatan
Pada masa dinasti ini telah dibangun rumah sakit yang menelan biaya
80.000 dinar.
3. Bidang Pertanian
Perbaikan air di Pulau Raudah (dekat dengan Kairo) pertama kali
dibangun pada tahun 716 M. Setelah diperbaiki, irigasi Mesir menjadi
lancar dan sangat membantu dalam meningkatkan hasil pertanian.
4. Bidang Militer
Kemajuan dalam bidang militer terutama pada pasukan perang dan juga
angkatan laut, dengan pasukan yang berkekuatan 100.000 orang dan 100
kapal perang.

b. Kemunduran Dinasti Thulun

Setelah Ahmad Thulun wafat, dinasti ini diteruskan oleh empat orang
pemimpin, yaitu: Khumarwaihi Ibnu Ahmad (884-895 M), kemudian dilanjutkan
oleh Jaish Bin Khumarwaihi (895-896 M), setelah itu diteruskan oleh Harun Ibnu
Khumarwaihi (896-905) dan pemimpin yang terakhir adalah Syaiban Ibnu Ahmad
Ibnu Thulun (905). Namun para pengganti Ibnu Thulun ini tidak ada yang sekuat

3
dia sehingga membawa Dinasti Thulun kepada kemunduran, oleh karena itu
menurut Ahmad Syalabi Dinasti Thulun sebenarnya hanyalah kekuasaan Ahmad
Ibnu Thulun saja.
Kematian Khumarwaihi pada 895 M merupakan sebuah titik awal kemunduran
dari Dinasti Thulun ini, persaingan yang hebat antara unsur-unsur pembesar
dinasti telah memecahkan persatuan dalam dinasti. Pemimpin yang ketiga yaitu
Jaish Ibnu Asakir dilawan oleh sebagian besar pasukannya dan disingkirkan pada
896 M. Adiknya yang baru saja berusia 14 tahun, Haru Khumarwaihi diangkat
sebagai pemimpin keempat. Kelemahan yang begitu banyak mengantarkan dinasti
ini berakhir setelah pemimpin kelima yaitu Syaiban Ibnu Ahmad Ibnu Thulun
yang hanya memerintah 12 hari menyerah ke tangan pasukan Bani Abbas yang
menyerang Mesir pada 905 M dengan begitulah berakhirlah Riwayat Dinasti
Thulun.

B. Dinasti Fatimiyah (296 H/909 M - 566 H/1171 M)

a. Kemajuan Dinasti Fatimiyah

Kemajuan Dinasti Fathimiyah dapat mencapai kejayaan yaitu pada masa al-
Muiz li Dinillah (953-996 M), dan mengalami puncak keemasan pada
pemerintahan al-Aziz (975-998 M) dan pada masa al-Mustasir (1036-1094 M),
yang dikenal sebagai negara Islam terkemuka. Adapun kemajuan yang pernah
dicapai oleh dinasti Fathimiyah ialah:
1. Bidang Politik
Dalam bidang politik sangat terlihat ketika dibawah pimpinan al-Mu’iz li
Dinillah (953-975 M) hingga pemerintahan al-Aziz (975-996), yakni
dengan memperluas wilayah-wilayah. Kepemimpinan yang sangat berbeda
dengan sistem kepemimpinan pada umumnya seperti dikalangan Sunni,
pemimpin yang terpilih harus melalui seleksi pemilihan sedangkan dalam
Syiah Islamiyyah yang berada pada Dinasti Fatimiyah sang khalifah
(pemimpin) dan wajib harus dari keturunan Ahlul Bait.
2. Bidang Sosial
Dinasti Fatimiyyah mempunyai konsep dalam kehidupan berbangsa.
Kehidupan masyarakat mempunyai konsep persamaan hak dan sikap
dalam berfikir dan bersosialisasi di lingkungan masyarakat. Selain itu,

4
tolerasi terhadap penganut agama non Islam khususnya Kristen Koptik dan
Aramenia mendaptakan posisi sejajar dengan penganut agama Islam.
Dinasti Fatimiyyah berkuasa di Mesir antar 1049-1064, kota Kairo adalah
kota yang sangat makmur dan sentosa. Toko-toko perhiasan dan pusat-
pusat penukaran uang yang ditinggalkan oleh pemiliknya begitu saja tanpa
di kunci, rakyat menaruh kepercayaan penuh terhadap pemerintah, jalan
raya di terangi beberapa lampu penerangan. Kota Kairo dihiasi oleh
sejumlah Masjid, Perguruan, Rumah Sakit dan perkampungan Kafilah,
tempat-tempat permandian umum yang cukup indah dan dihiasi lebih
kurang 20.000 toko milik khalifah, yang penuh dengan barang-barang dari
dalam dan dari luar negeri.
3. Bidang Ilmu Pengetahuan
Seiring dengan meningkatnya kesejahteraan rakyat, maka secara otomatis
ilmu pengetahuaan pun diperhatikan oleh pemerintah. Bukti sejarahnya,
masa Muiz, ia mengirim panglimanya yang bernama Ghauhar al-
Asghalany ke Mesir untuk mendirikan sebuah mesjid bernama al-Azhar
(yang menjadi universitas al-Azhar). Sebagai persiapan untuk menjadikan
Mesir sebagai kota pendidikan dan pusat peradaban umat Islam secara
umum dan tempat aktifitas Dinasti Fatimiyah secara khusus, selain
berfungsi sebagai mesjid, yang memang sebagai awalnya. Oleh karena itu,
corak al-Azhar awalnya Syi’ah Ismailiyyah, setelah dikuasai oleh
Shalahuddin al-Ayyubi maka insitusi tersebut beralih corak ke sunni sesuai
dengan aliran pemahaman Shalahuddin al-Ayyubi. Selai al-Alzhar,
didirakan pula Dar al-Hikmah atau Bait al-hikmah, sebagai tempat
pengembangan ilmu pengetahuan sekaligus saran penyebarannya di bukit
al-Mukattam.
4. Bidang Arsitektur
Terlihat bangunan yang beraksitektur megah, gambar burung dan binatang
menghiasi dinding, beberapa air terjun yang menyejukkan udara. Hal ini
dapat dilihat dibangunan mesjid seperti al-Azhar dan al-Hikmah, yang
dibangun dengan sejumlah menara dan kubah yang melambangkan sifat
ketinggian para imam.
5. Bidang Sastra

5
Yang paling terkenal tentang al- Quran dan nahwu, yakni abu Bakar al-
Adfawy dengan menghasilkan 120 jilid mengenai masalah al-Qur’an. Ibn
Bansyad, beliau sangat mahir dalam sastra Arab dan pengungkapan kata
yang mengekspresikan jiwa seni. Dari keahliannya melahirkan penjelasan
kitab al- Jumal, al-muhatsib fi al-nahwi dan alta’liq fi al-nahwi sekitar 15
jilid. Tokoh sya’ir pada masa itu adalah ibn Haniy. Dengan lewat sya’ir,
para penyair mengungkapkan keagungan para imam, sya’ir itu bukan
hanya dimensi keindahan indrawi, tapi lebih sebagai refleksi pembentukan
peradaban Dinasti Fatimiyah.
6. Bidang Kajian Filsafat
Dengan adanya ajaran yang mereka bawa maka dibuat tempat kajian
filsafat yang bertoleransi antar umat beragama seperti Yahudi dan Nasrani
serta Islam yang terjalin dengan baik. Filsafat yang dipakai untuk
dijadikan sebagai perwakilan yakni pendapat Plato dan muridnya
Aristoteles, dalam rangka pengembangan pengetahuan dan peradaban, di
samping memperkokoh aliran Syi’ah.
7. Bidang Ekonomi
Kesejahteraan rakyat sangat diperhatikan, sebagaimana yang dibahas
terdahulu. Dan disisi pemerintahan memberi gaji khusus kepada tentara,
personalia istana, dan pejabat pemerintahan lainnya. Ekonomi rakyat dan
pemerintah terjadi keseimbangan dalam sistem ekonomi pada saat itu.
8. Bidang Agama dan Peradilan
Di Mesir diadakan empat lembaga peradilan, dua untuk mazhab syi’ah dan
dua mazhab sunni kemudian mendirikan mesjid-mesjid.

b. Kemunduran Dinasti Fathimiyah

Diansti Fathimiyah tidak lepas dari penurunan dalam segi sistem


pemerintahan (politik) maupun dari segi keagamaan. Setelah mengalami
kemajuan dinasti inipun mengalami kemunduran. Kemundurannya yang tidak
lepas dari faktor-faktor internal maupun eksternal.
a) Faktor Internal
1) Kemunduran tatanan politik, yakni periode peperangan antar
kelompok militer dan pembagian wilayah negeri menjadi sejumlah
Iqta’ yang dikuasai pejabat militer.

6
2) Adanya kelemahan sistem Imamah yang justru mengaburkan sistem
pengangkatan khalifah, tidak ada kriteria tertentu dalam suksesi
kepemimpinan. Khusus al- Muntasir yang dinobatkan menjadi kahlifah
dalam umur 7 tahun. Kelemahan imamah terlihat pula terbentuknya
beberapa sekte-sekte di kalangan Syi’ah. Seperti terbentuknya sekte
Druze yang meyakini bahwa khalifah al-Hakim sebagai imam terakhir
dan bahkan sebagai Tuhan.

3) Adanya ambisi berbagai suku untuk menjadi penguasa dinasti


Fatimiyah. Yang mana ketika dinasti ini menghilangkan diskriminasi
antar etnis sementara mereka merasa sama-sama punya andil dalam
mendirikan Dinasti Fatimiyah pada mulanya sangat diterima oleh
semua golongan baik golongan Syi’ah itu sendiri maupun golongan
Sunni karena sikap toleran yang mereka junjung tinggi. Namun
kecenderungan ta’assub (fanatik) golongan, maka timbullah huru-hara
di hampir seluruh wilayah Dinasti Fathimiyah.
b) Faktor Eksternal
Pada masa pemerintahan al-Musta’il (1049-1101 M), khalifah
kesembilan, perang salib telah diucapkan oleh pihak kristen. Wilayah
Fatimiyah tidak terlepas dari serangan 20.000 orang tentara meskipun
mendapat perlawanan dari Fatimiyah di bawah panglima al-Afdal,
tetapi kontak senjata dengan sengit tidak dapat dihindari. Penaklukan
demi penaklukan terjadi tahun 1071 M. Silsilah tersebut oleh orang
Normadia menyusul pendudukan Bani Saljuk atas Bagdad tahun 1055
M. Akhirnmya berdampak pada wilayah-wilayah sekitar Bagdad dari
Fatimiyah dan bergabung dengan Salajikan (Hassan Ibrahim Hassan.
1989,272). Akibatnya dari peperangan itu masa khalifah al-Azid
(1160-1172 M), khalifah keempat belas, dinasti Fatimiyah mengalami
kondisi kritis. Mendengar ihwal itu, membuat simpati Nur al-Din raja
Syam mengirim pasukannya di bawah komando Shalahuddin al-
Ayyubi sehingga Mesir berhasil diselamatkan dari serangan pasukan
salib. Tahun 1171 M Dinasti Fatimiyah mengalami serangan kedua
dengan tentara dan peralatan yang lebih besar. Pasukan Shalahuddin
kembali diminta untuk memperkuat Pertahanan Fatimiyah, akhirnya

7
kemenagan berpihak padanya, akhirnya ia diangkat jadi pemimpin
memberikan corak sunni bagi dinastinya, dinasti Ayyubiyah pada
tanggal 10 Muharram 564H/1171M sekaligus sebagai tanda
berakhirnya kekuasaan syi’ah atau Dinasti Fatimiyah.

C. Dinasti Ayyubiyah (569 H/1174 M – 650 H/1252 M)

a. Kemajuan Dinasti Ayyubiyah

1. Bidang Pendidikan dan Keagamaan


Mengembalikan pengamalan ajaran Sunni kepada masyarakat di wilayah
Mesir dan wilayah Syiria yang telah lama dipengaruhi ajaran-ajaran Syiah
kemudian mendirikan lembaga-lembaga pendidikan formal untuk dijadikan
sebagai sarana pengembangan ajaran-ajaran Sunni, seperti Nizam Al-Mulk di
Baghdad dan daerah Thus.
2. Bidang Pertanian dan Perdagangan
Bidang pertanian dan juga perdagangan membangun tanggul-tanggul atau
irigasi pertanian, membangun sarana transportasi air, pengelolaan kota secara
teratur dan juga membangun industri perdagangan. Hasil dari pertanian dan
perdagangan sebagain besar digunakan untuk kemakmuran rakyat dan
pemerintahan Dinasti Ayyubiah.
3. Bidang Sosial dan Budaya
Dalam bidang sosial dan budaya, Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi mendirikan
rumah sakit-rumah sakit yang memberikan pelayanan Kesehatan kepada
masyarakat secara gratis. Sedangkan dalam bidang kebudayaan, pada masa
Dinasti Ayyubiyah telah berkembang ilmu sastra dan ilmu pengetahuan.
4. Bidang Politik
Kebijakan dalam bidang politik dalam negeri ialah memberhentikan para
pemimpin yang lemah dan juga keberadaan para pemimpin di kerajaan yang
menganggu jihad . Pemimpin-pemimpin yang lemah diganti oleh pemimpin-
pemimpin yang kuat dan juga dapat dipercaya untuk melindungi negara yang
dikuasainya, sehingga para pemimpin yang baru dapat dijadikan pendukung
bagi Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi untuk menghadapi tantara salib.

b. Kemunduran Dinasti Ayyubiyah

8
Setelah meninggalnya Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi pada tanggal 12
Februari 1193 M, kekuasaan kekhalifahan Daulah Ayyubiyah semakin
melemah. Faktor-faktor yang menyebabkan melemahnya Kekhalifahan Daulah
Ayyubiyah ialah adanya perebutan kekuasaan dikalangan keluarga Ayyubiyah,
hal ini dapat dilihat dari adanya politik adu domba yang dilakukan oleh Al-Adil
terhadap Al-Malik Al-Afdal dengan Azzahir yang memperebutkan kedaulatan
wilayah Mesir dan Syiria. Kemudian adanya pembagian wilayah kekuasaan
kepada keluarga Ayyubiyah sepeninggal Sultan Ahalahuddin Al-Ayyubi.
Pembagian-pembagian wilayah tersebut diantaranya:
a) Al-Malik Al-Afdhal menguasai wilayah Damaskus
b) Shalahuddin Al-Aziz menguasai wilayah Kairo
c) Az-Zahir menguasai wilayah Aleppo
d) Al-Adhil (saudara Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi) menguasai wilayah
Karak dan Syaubak.

Dengan adanya pembagian wilayah yang pernah dikuasai oleh kekhalifahan


Daulah Ayyubiah kepada keluarga Ayyubiah sepeninggal Sultan Shalahuddin Al-
Ayyubi membuat kurangnya rasa persatuan dan juga kesatuan diantara keluarga
sultan Daulah Ayyubiah, yang akhirnya Daulah Ayyubiah mengalami kehancuran.

D. Dinasti Mamluk (648 H/1250 M - 923 H/1517 M)

a. Kemajuan Dinasti Mamluk

1. Bidang Militer
Pemerintahan dinasti ini dilantik dari pengaruhnya dalam kemiliteran. Para
Mamluk yang dididik haruslah dengan tujuan untuk menjadi pasukan
pendukung kebijaksanaan pemimpin. Ketua Negara atau sultan akan
diangkat di antara pemimpin tentara yang terbaik, yang paling berprestasi,
dan mempunyai kemampuan untuk menghimpun kekuatan. Walaupun
mereka adalah pendatang di wilayah Mesir
2. Bidang Pemerintahan
Dalam bidang pemerintahan, kemenangan dinasti Mamalik atas tentara
Mongol di 'Ayn al-Jalut menjadi modal besar untuk menguasai daerah-
daerah sekitarnya. Banyak penguasa-penguasa dinasti kecil menyatakan
setia kepada kerajaan ini. Untuk menjalankan pemerintahan di dalam

9
negeri. Disamping itu, untuk memperoleh simpati dari kerajaan-kerajaan
Islam lainnya.

3. Bidang Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, dinasti Mamalik membuka hubungan dagang
dengan Perancis dan Italia melalui perluasan jalur perdagangan yang sudah
dirintis oleh dinasti Fathimiyah di Mesir sebelumnya. Jatuhnya Baghdad
menjadikan kota Kairo sebagai jalur perdagangan antara Asia dan Eropa,
dan menjadi lebih penting karena Kairo menghubungkan jalur
perdagangan Laut Merah dan Laut Tengah dengan Eropa. Disamping itu,
hasil pertanian juga meningkat. Keberhasilan dalam bidang ekonomi ini
didukung oleh pembangunan jaringan transportasi dan komunikasi
antarkota, baik laut maupun darat. Ketangguhan angkatan laut Mamalik
sangat membantu pengembangan perekonomiannya. Pembangunan di
bidang ekonomi dan perdagangan membawa kemakmuran. Jalur
perdagangan yang dibangun sejak kekhalifaan fatimiyah diperluas dengan
membuka hubungan dagang dengan Italia dan Perancis. Dalam pada itu,
kedudukan Mesir menjadi penting bagi jalur perdagangan antara Asia dan
Eropa melalui laut merah dan laut tengah. Bidang perhubungan darat dan
laut yang menjadi pilar utama dan penopang ekonomi negara menjadi
lancar dengan menggali terusan-terusan, membuat 13 pelabuhan-
pelabuhan, dan menghubungkan Kairo dengan Damaskus. Disamping itu
hasil pertanian juga meningkat. Keberhasilan ekonomi Mesir pada periode
ini, didukung oleh pembangunan jaringan transportasi dan komunikasi
antar kota melalui laut dan darat. Oleh karena itu ketangguhan angkatan
laut menjadi bagian penting dalam pengembangan perekonomiannya.
4. Bidang Ilmu Pengetahuan
Di bidang ilmu pengetahuan, Mesir menjadi tempat pelarian ilmuan-
ilmuan asal Baghdad dari serangan tentara Mongol. Karena itu, ilmu-ilmu
banyak berkembang di Mesir, seperti sejarah, kedokteran, astronomi,
matematika, dan ilmu agama. Dalam ilmu sejarah tercatat nama-nama
besar, seperti Ibn Khalikan, Ibn Taghribardi, dan Ibn Khaldun. Di bidang
astronomi dikenal nama Nashiruddin ath-Thusi. Di bidang matematika
Abul Faraj al-'Ibry . Dalam bidang kedokteran: Abul Hasan 'Ali an-Nafis,
10
penemu susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia, Abdul
Mun'im ad-Dimyathi, seorang dokter hewan, dan Ar-Razi’, perintis
psykoterapi. Dalam bidang opthalmologi dikenal nama Shalahuddin ibn
Yusuf. Sedangkan dalam bidang ilmu keagamaan, terkenal nama Syaikhul
Islam ibn Taimiyah Rahimahullah, seorang mujaddid, mujahid dan ahli
hadits dalam Islam, Imam As-Suyuthi Rahimahullah yang menguasai
banyak ilmu keagamaan, Imam Ibn Hajar al-'Asqalani Rahimahullah
dalam ilmu hadits, ilmu fiqih dan lain-lain.

5. Bidang Seni dan Budaya


Pergantian Sultan yang dialami oleh dinasti Mamluk, khususnya pada
masa dinasti Mamluk Bahri memberikan corak tersendiri bagi
perkembangan arsitektur setiap sultan. Kondisi persaingan di bidang
arsitektur ini memberikan gambaran tersendiri bagi kewibawaan dan
kemajuan bagi diri sultan. Oleh karena itu perhatian terhadap kondisi
arsitektur melambangkan kejayaan kerajaan. Hal tersebut dapat dilihat dari
setiap sultan berusaha lebih berhasil dari pendahulunya meskipun
semuanya tidak terpenuhi, sehingga ada keinginan mengabadikan sesuatu
yang bersifat monumental dari kepemimpinannya sebagai warisan sejarah.

b. Kemunduran Dinasti Mamluk

Kemunduran itu disebabkan berbagai faktor internal dan eksternal. Para


Sultan dari Mamluk Burji tidak memiliki pengetahuan cara mengatur roda
pemerintahan kecuali latihan militer. Kenyataan menunjukkan situasi
kelemahan yang dialami oleh dinasti ini. Barbesi misalnya melarang
megimpor rempah-rempah dari India. Akibatnya, harga rempah-rempah
menjadi mahal, apalagi komoditi ini dimonopoli oleh Sultan. Ia juga
memonopoli pabrik gula dan melarang kaum wanita keluar rumah, memecat
orang-orang non Muslim dari pegawai pemerintah. Dalam suasana stabilitas
dalam negeri yang begitu rapuh, masyarakat juga dijangkiti berbagai macam
penyakit epidemi yang meminta korban banyak. Banyak penguasa Mamluk
Burji yang bermoral rendah dan tidak menyukai pengetahuan. Kebiasaan
hidup berpoya-poya dan hidup mewah menyebabkan harga pajak melambung
tinggi, sehingga menyengsarakan rakyat dan membuat mereka putus asa dan

11
hilang kepercayaan terhadap sultan. Pajaklah satu-satunya jalan untuk
mendapatkan uang yang banyak untuk membiayai pemerintahan, membayar
pegawai, melengkapi istana-istana dengan berbagai kemewahan.

BAB III

KESIMPULAN

Faktor penyebab kemajuan dan kemunduran Islam di Mesir terbagi menjadi empat
dinasti, yaitu (1) Dinasti Thulun ((254 H/ 868 M- 29H/905 M)) (2) Dinasti Fatimiyah ((296
H/909 M - 566 H/1171 M)) (3) Dinasti Ayyubiyah ((569 H/1174 M - 650 H/1252 M)) (4)
Dinasti Mamluk ((648 H/1250 M - 923 H/1517 M)). Dari keempat dinasti tersebut Islam di
Mesir mengalami kemajuan serta kemundurannya masing-masing. Kemajuan Islam di Mesir
meliputi bidang ekonomi, politik, seni, arsitektur DLL, faktor kemunduran Islam dari
keempat dinasti diatas pun terjadi atas faktor eksteral maupun internal. Tetapi dari kemajuan
serta kemunduran Islam di Mesir yang terjadi oleh keempat dinasti tersebut menjadikan
mayoritas masyarakat Mesir memeluk Agama Islam.

12
DAFTAR PUSTAKA

Deden, S. (2013). Sholahudin Al-Ayyubi : Penggerak Munculnya Dinasti Ayyubiyah. hal.


235-246.
Irwan, S. J. (2021). Dinasti Fatimiyah: Analisis Kemajuan dan Runtuhnya Peradaban Islam di
Mesir. Fitua Jurnal Studi Islam, 109-144.
Muh., H. Z. (n.d.). Sejarah Kemajuan dan Kemunduran Dinasti Mamalik di Mesir. 9-15.
Muslihin. (2011, Agustus). Dinasti Thulun: Sejarah, Kemajuan dan Kemundurannya. hal. 1.

13

Anda mungkin juga menyukai