Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TENTANG SIFAT WAJIB DAN

JAIZ NABI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aswaja

Dosen Pengampu :

Muhammad Yalis Shokhib, M.H.I

Penyusun :

Nur Awaliah Rezky

Fadilatul Maughfiroh

PROGAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT PESANTREN KH ABDUL CHALIM
MOJOKERTO
2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dengan mengucapkan Puji Syukur atas Kehadirat Allah Yang Maha


Kuasa atas Rahmat dan Hidayah – Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan
tugas ini dengan judul “ Sifat Wajib dan Jaiz Nabi” dengan tujuan untuk
memenuhi Mata Kuliah Aswaja.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih jauh dari
kategori sempurna, oleh karena itu penulis dengan hati dengan hati dan tangan
terbuka mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
tugas yang akan datang.

Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis tidak lupa untuk menyampaikan


ucapan terima kasih yang sedalam – dalamnya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan moral dan spiritualnya secara langsung maupun tidak
langsung dalam menyelesaikan tugas ini. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Mojokerto, 14 Mei 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ..........................................................................................................................i

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I ............................................................................................................................1

PENDAHULUAN ........................................................................................................1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 1
PEMBAHASAN...........................................................................................................2

A. Sifat Wajib Nabi........................................................................................ 2


B. Sifat Jaiz Nabi ........................................................................................... 7
BAB III .........................................................................................................................9

PENUTUP ....................................................................................................................9

A. Kesimpulan ............................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nabi merupakan seorang lelaki yang mendapat wahyu dari Allah SWT.
namun tidak diperintahkan untuk menyebarkan wahyu kepada umat manusia.
Nabi berbeda dengan rasul, Rasul merupakan seorang lelaki yang mendapatkan
wahyu dan diutus oleh Allah untuk menyampaikan atau menyebarkan wahyu
kepada Umat manusia. Bila diperintah menyampaikan kepada umatnya maka
merupakan Nabi sekaligus Rasul.

Para Nabi dan Rasul utusan Allah mempunyai sifat 4 wajib dan sifat
mustahil selain itu juga memiliki 1 sifat jaiz. Sifat wajib adalah sifat yang harus
dimiliki oleh para nabi dan rasul sebagai utusan Allah. Sedangkan sifat mustahil
yaitu sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh dimiliki oleh Nabi dan Rasul
sebagai utusan Allah. Berikut ini merupakan beberapa sifat wajib dan mustahil
bagi nabi dan Rasul lengkap dengan dalil serta artinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja sifat Wajib bagi nabi dan Kebalikannya ?
2. Apa yang dimaksud dengan sifat Jaiz nabi ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja Sifat Wajib bagi nabi
2. Untuk mengetahui apa saja Sifat Mustahil bagi nabi
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sifat Jaiz nabi

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sifat Wajib Nabi


1. Shidq

Shidq ( jujur ) adalah kejujuran pengakuannya sebagai Nabi dan


pengakuannya atas berbagai hal yang disampaikannya dari Allah SWT. 1
dalam kaitannya dengan tugas dakwah para nabi, maka sifat yang lazim
bahkan merupakan sifat yang fitriyah yang dimiliki para nabi. Jika para
nabi pernah berbuat dusta niscaya tidak akan lagi mempercayai wahyu
diturunkan oleh Allah SWT kepadanya atau terhadap apa saja yang
dikatakannya. Karena manusia pasti akan berasumsi bahwa semua itu
hanya dari dirinya sendiri atau dari buah pikirannya sendiri.

Selain itu, sifat shidq para nabi juga bedasarkan dalil naqli ayat al -
Qur’an sebagaimana berikut :2

            

      

Artinya : “Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-


golongan yang bersekutu itu, mereka berkata : "Inilah yang
dijanjikan Allah dan Rasul-Nya” (QS. Al – Ahzab : 22).

Kebalikan sifat shidq adalah sifat kidzb (bohong) yang jelas


mustahil menjadi para Nabi – ‘alaihimus shalatu was salam-. Sebab

1
Abdurrahman Navis dan Faris Khoirul Anam dkk, KHAZANAH ASWAJA ( Jawa Timur : Aswaja NU
Center PWNU, 2016), hal.122
2
Ibid., 123

2
seluruh perkataan Nabi dan Rasul selalu benar dan tidak pernah berbohong
atau berdusta seperti dalam surah Q.S An – Najm : 2 – 4

               



Artinya : “Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula


keliru. Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut
kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu
yang diwahyukan (kepadanya).”

2. Amanah

Amanah adalah terjaga (ma’shum) – nya lahiriah dan batiniah para


Nabi dari melakukan keharaman berupa dosa kecil maupun dosa besar,
kemakruhan, maupun khilaf aula, pada masa sebelum maupun sesudah
kenabian. Andaikan ada bentuk kemakruhan atau khilaf aula yang
dilakukannya, maka dalam rangka tasyri’ (mengajarkan syariat), sehingga
hukumnya menjadi wajib atau sunnah bagi mereka.
Selain itu, sifat amanah para nabi juga berdasarkan dalil naqli Al –
Qur’an sebagaimana berikut :

 ...       

Artinya : “Mereka Itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk


oleh Allah, Maka ikutilah petunjuk mereka”. (QS. Al – An’am :
90)

Kebalikan sifat amanah adalah sifat khiyanah (khianat) yang jelas


mustahil bagi para Nabi dan rasul. Mustahil seorang Nabi dan Rasul

3
mempunyai sifat khianyanah, sebab setiap perkataanya selalu dapat
dipercaya seperti dalam surah Q.S Al – An’am ayat 106 berikut ini :

               

Artinya : “Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari


Tuhanmu tidak ada Tuhan selain dia; dan berpalinglah dari orang-
orang musyrik”.

3. Fathanah

Fathanah adalah kecakapan dan kecerdasan mendesak musuh dan


meruntuhkan bebagai argumentasi serta klaim – klaimnya yang batal. Dalil
‘aqlinya adalah, andaikan tidak fathanah niscaya mereka tidak mampu
menegakkan hujjah terhadap para musuhnya. Namun pengandaian ini
mustahil karena berbagai ayat al – Qur’an menunjukkan, bahwa mereka
mampu menegakkan hujah dihadapan para musuhnya. 3
Selain itu, sifat fathanah para Nabi juga berdasarkan dalil naqli
ayat – ayat al – Qur’an :4

 ...      

Artinya : “Dan Itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada


Ibrahim untuk menghadapi kaumnya”.(QS. Al – Na’am : 83).

 ...      

Artinya : “Mereka berkata "Hai Nuh, Sesungguhnya kamu telah


berbantah dengan Kami, dan kamu telah memperpanjang
bantahanmu terhadap Kami ... “(QS. Hud : 32 ).

3
Ibid., hal 126.
4
Ibid., 126

4
...    

Artinya : “Dan bantahlah mereka dengan cara yang baik...” (QS.


An – Nahl : 125)

Ayat – ayat ini menunjukkan bahwa mujadalah atau berdebat


dengan lawan membutuhkan kepandaian dan kecerdasan yang tinggi,
sehingga mampu menegakkan kebenaran padanya seta mengalahkan
argumentasi dan klaim – klaimnya. Meskipun ayat ini hanya menerangkan
sebagian Rasul namun berlaku bagi semuanya, sebab segala kesempurnaan
yang ditetapkan bagi sebagiannya berlaku pula bagi selainnya, sehingga
tetaplah fathanah menjadi sifat bagi seluruh rasul. Begitu pula bagi para
Nabi sekira terjadi perdebatan dengan kaumnya.5
Kebalikan sifat fathanah adalah sifat baladah (bodoh) yang jelas
mustahil bagi para Nabi dan Rasul. Sangat mustahil jika Nabi dan Rasul
memiliki sifat baladah. Para Nabi dan Rasul merupakan manusia pintar
yang dipilih oleh Allah SWT untuk mendapatkan dan menyampaikan
wahyu untuk umat manusia. Hal tersebut dibuktikan dalam surah Q.S Al –
A’raf ayat 199 sebagai berikut:

       

Artinya : “Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang


mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang
yang bodoh.”

4. Tabligh

5
Ibid., 127

5
Tabligh adalah menyampaikan risalah yang diperintahkan untuk
disampaikan kepada makhluk. Dalil ‘aqlinya adalah, andaikan para rasul
menyimpan (kitman) sedikit pun dari hal – hal yang diperintahkan untuk
disampaikan, pasti kita juga diperintah untuk menyimpannya, sebab kita
diperintah untuk mengikutinya. Namun tidak benar kita diperintah
menyimpan ilmu, sebab orang yang menyimpan ilmu itu dilaknat. Karena
pengandaian ini batal maka pula sifat kitman, dan tetaplah sifat sebaliknya
yaitu tabligh.
Semua Rasul mengumumkan secara jelas dan tegas bahwa mereka
telah menyampaikan risalah (amanat) Allah dan memberi nasehat kepada
umatnya. Sehingga rasul terakhir Muhammad SAW diperintahkan untuk
menyampaikan risalahNya.
Firman Allah :

                 

          

Artinya : “Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu


dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang
diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.
Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia[430].
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang kafir.” (Q.S Al – Maidah : 67)

Setiap rasul dibebani tugas menyampaikan dakwah (seruan) dan


risalah, tidak mungkin ada seorang pun dari mereka yang menambah atau
mengurangi satu huruf pun dari apa yang di turunkan kepadanya. Karena
itulah kita dapat sebagian surat atau ayat – ayat al – Qur’an uyang diawali
dengan lafal – lafal (‫ )قل‬atau “katakanlah” yang diperintahkan kepada Nabi
Muhammad agar menyampaikannya kepada umatnya.

6
Tabligh ( penyampaian) ini bertujuan supaya tidak ada alasan bagi
manusia pada hari kiamat. Karena sesungguhnya Allah telah memuliakan
manusia, bahwa Allah SWT tidak akan menyiksa manusia sebelum
menyampaikan risalahNya6. Sebagaimana firmanNya :

      ...

Artinya : dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus


seorang rasul.( QS al – Isra: 15).

Kebalikan sifat tabligh adalah sifat kitman (menyimpan risalah)


yang jelas mustahil menjadi sifat bagi para Rasul – ‘alaihimus shatu was
salam. Karena rasul – rasul diperintahkan oleh Allah SWT untuk
menyampaikan risalah bukan menyimpan/menyembunyikannya.

B. Sifat Jaiz Nabi

Sifat jaiz para Nabi adalah mengalami hal – hal manusiawi seperti
sakit, lapar, tidur, menikah, dan semisalnya, yang tidak sampai
mengurangi derajat keagungannya. Dalil ‘aqliInya adalah terjadinya hal –
hal manusiawi tersebut pada mereka. Orang yang semasa dengannya
melihanya secara langsung, sedangkan yang tidak semasanya menerima
beritanya secara mutawatir. Kesimpulannya, hal – hal manusiawi
terkadang disaksikan terjadi pada mereka dan terkadang tidak, dan
merupakan hal jaiz. Sehingga ketika terjadinya hal – hal manusiawi pada
mereka tidak ternafikan, dan karena ketidakbolehannya telah batal maka
tetaplah hukum hal- hal manusiawi tersebut adalah jaiz atau bisa terjadi
pada mereka.
Selain itu, sifat jaiz para Nabi juga berdasarkan dalil ayat – ayat al
– Qur’an. Sebagaimana berikut :

6
Uswatun Chasanah, Skripsi: “Penafsiran Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad terhadap ayat – ayat tentang
Kenabian” (Semarang : IAIN WALISONGO, 2010), Hal. 33.

7
        

Artinya : “Dan mereka berkata: "Mengapa Rasul itu memakan


makanan dan berjalan di pasar-pasar? ...”(QS. Al – Furqan : 7)
Bahkan sifat jaiz (boleh) bagi nabi dan rasul jika terkena suatu
cacat atau penyakit, asalkan cacat / penyakit itu bersifat ringan dan tidak
menghalanginya dalam melaksanakan tugas Kenabian / Kerasulannya.
Contoh tentang hal ini ialah Nabi Musa AS. Beliau sebelum
menjadi rasul mempunyai cacat, kalau berbicara tidak begitu terang (
bahasa Jawa : pelo). Sudah tentunya cacatnya itu akan sangat menyulitkan
beliau dalam memberikan keterangan – keterangan kepada uamatnya.
Maka ketika diangkat sebagai rasul, beliau memohon kepada Allah agar
cacatnya segera disembuhkan. Nabi Musa AS berdo’a :

              

  

Artinya : “Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku


dadaku. Dan mudahkanlah untukku urusanku. Dan lepaskanlah
kekakuan dari lidahku. Supaya mereka mengerti perkataanku.”(
QS. Thaha : 25).

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Para Nabi dan Rasul utusan Allah mempunyai 4 sifat Wajib dan
Mustahil selain itu juga memiliki 1 sifat jaiz. Sifat Wajib adalah sifat yang
harus dimiliki oleh para Nabi dan Rasul sebagai utusan Allah. Sedangkan
sifat Mustahil yaitu sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh Nabi dan Rasul
utusan Allah.
1. Sifat Wajib Nabi dan Rasul
a. Shidq
b. Amanah
c. Fathanah
d. Tabligh
2. Sifat Mustahil Nabi dan Rasul
a. Kidzb
b. Khiyanah
c. Baladah
d. Kitman
3. Sifat Jaiz Nabi adalah Semua sifat kemanusiaan yang ada pada
diri Nabi dan Rasul sebagai seorang manusia dan tidak
mengurangi kedudukannya sebagai utusan Allah SWT.

9
DAFTAR PUSTAKA

Muntaha, Ahmad, Abdurrahman Navis dan Faris Khoirul Anam, dkk. 2016.
Khazanah Aswaja . Jawa Timur : Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur.

Uswatun C. 2010. Penafsiran Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad Terhadap Ayat


– Ayat tentang Kenabian[skripsi]. Semarang (ID) : Institut Agama Islam Negeri
Walisongo.

10

Anda mungkin juga menyukai