Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

JABATAN ISIM MANSHUB : MAFUL FIH

DI
S
U
S
U
N

OLEH :

ABDUL HADI

DOSEN PEMBIMBING :

YUSNIDAR

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)


DARUSSALAM LHOKSEUMAWE
TAHUN AJARAN 2020/2021
ACEH UTARA

i
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW. Berkat limpahan dan
rahmat-Nya. kami mampu  menyelesaikan tugas  makalah yang berjudul:
JABATAN ISIM MANSHUB : MAFUL FIH
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya. Saya sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Aceh Utara, 06 Januari 2021

Penyusun 

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi

iii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1

BAB II PEMBAHASAN 2
A. Mafúl bih (objek) 2
B. Mashdar (isim asal) 7
C. Zharaf Zaman (keterangan waktu)

10
D. Zharaf Makan (keterangan tempat)

12
E. Hal (keadaan)

14
F. Tamyiz (penjelasan kata benda)

16
G. Mustasna (pengecualian)

20
H. Ismu Laa (peniadaan)

23
I. Munada (seruan)

25

3
J. Mafúl min ajlih (objek sebagai tujuan)

27
K. Mafúl maáh (objek penyerta)

29
L. Khabar Kaana dan sejenisnya (predikat kana)

32
M. Isim Inna dan sejenisnya (Subjek Inna)

34
N. Dua mafúl zhanna dan sejenisnya

40

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan

45
B. Saran

45

Daftar Pustaka

46

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Quran turun dengan bahasa Arab dikarenakan Rasulullah Saw dan
para Mukhatab pertamanya menggunakan bahasa tersebut. ”Dan Jikalau kami
jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka
mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” apakah (patut Al
Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab?”
Dalam pembelajaran Bahasa Arab, kata terbagi menjadi tiga yaitu Isim,
Fi’il, dan Huruf. Namun pada makalah ini akan dibahas tentang isim. Isim
adalah kata yang bermakna namun tidak terikat dengan waktu. Fi’il adalah kata
kerja. Dan Huruf adalah kata penghubung.
 
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan
makalah ini adalah “Isim yang dibaca nasab”.

5
BAB II
PEMBAHASAN

Mansubat Al-Asma’ (Isim-Isim Yang Dibaca Nashab)


Yang dimaksud dengan mansubat al-asma’ adalah kalimat isim yang
keadaannya beri’rab nashab. Jadi jika ada kalimat isim yang kedudukannya
menjadi salah satu dari mansubat al-asma’ ini, maka kalimat isim tersebut pasti
beri’rab nahsob. mansubat al-asma’ ada 14 macam, yaitu:
A. MAFÚL BIH (OBJEK)
Maf’ul Bih merupakan salah satu isim yang Manshub yaitu di fathah kan
akhir hurufnya. ‫ول به‬II‫(المفع‬Objek Penderita) adalah isim yang akan dibahas
dalam makalah ini. Dengan alasan terkadang kita sulit menentukan ‫ول‬II‫المفع‬
‫به‬ dalam suatu jumlah mufidah atau dalam beberapa jumlah mufidah terutama
dalam ayat-ayat Al-Quran. Maka dari itu makalah ini disusun untuk
membantu kita dalam memahami tentang ‫المفعول به‬ .
1. Pengertian ‫المفعول به‬
"‫ب‬ ْ َّ‫ َو لَهُ ُح ْك ٌم إِع َْرابِ ْي َو ُه َو " اَلن‬,‫ي َوقَ َع َعلَ ْي ِه ِف ْع ُل ا ْلفَا ِع ِل‬
ُ ‫ص‬ ْ ‫ب اَلَّ ِذ‬
ُ ‫ص ْو‬ ْ ِ ‫اَ ْل َم ْف ُع ْو ُل ِب ِه ُه َو اإْل‬
ُ ‫س ُم ا ْل َم ْن‬
‫ب‬ٌ ‫ص ْو‬ُ ‫ي أَنَّهُ دَائِ ًما َم ْن‬ ْ َ‫ أ‬.
ُ ُ‫ب يَ ُد ُّل َعلَى َمنْ َوقَ َع َعلَ ْي ِه ا ْلفِ ْع ُل ا ْلفَا ِع ُل َو اَل تَتَ َغيِّ ُر َم َعه‬
‫ص ْو َرةُ ا ْلفِ ْع ِل‬ ُ ‫س ٌم َم ْن‬
ٌ ‫ص ْو‬ ْ ِ‫ اَ ْل َم ْف ُع ْو ُل بِ ِه إ‬.
Artinya :
Maf’ul Bih adalah Isim manshub yang terletak pada fi’il dan fa’il, dan
hukum I’rabnya adalah Nashob. Dan Maf’ul bih adalah isim yang
menunjukkan kepada objek /penderita.
Contoh lain :
 ‫س‬َ ‫ َكت ََب ا ْل َولَ ُد الد َّْر‬  ; Anak itu telah menulis pelajaran
ْ ُ‫ض َر َب األ‬
 ‫ستَا ُذ َولَدًا‬ َ  ; Ustadz itu telah memukul seorang anak
 َ‫ش ِربَتْ َم ِريَ ُم اللَّبَن‬
َ   ; Maryam telah meminum air susu

Maf’ul Bih adalah objek penderita, yang dikenai suatu perbuatan. Jika
fi’ilnya “memukul” berarti maf’ul bih-nya “yang dipukul”. Jika fi’ilnya
“menolong” maka maf’ul bih-nya “yang ditolong”.

6
Dalam contoh di atas :
 ‫ َكت ََب‬ = fi’il,          ‫ا ْل َولَ ُد‬ = fa’il,        ‫س‬ َ ‫الد َّْر‬ = maf’ul bih
 ‫ض َر َب‬ =
َ fi’il,        ‫ستَا ُذ‬ْ ُ‫األ‬ = fa’il,      ‫ َولَدًا‬ = maf’ul bih
َ  = fi’il,        ‫ َم ِريَ ُم‬ = fa’il,       َ‫اللَّبَن‬ = maf’ul bih
 ْ‫ش ِربَت‬
Setiap Maf’ul bih harus senantiasa Manshub.

2. Pembagian Maf’ul Bih


Maf’ul bih terbagi kepada dua bagian, yaitu :
1) ‫ظاهر‬           : yaitu Maf’ul bih yang terdiri dari isim zhahir (bukan kata
ganti).
Contoh :    ً ‫ضرب عل ٌي كلبا‬   َ : Ali memukul anjing
ً ‫يقرأُ مح َّم ُد قرآنا‬     : Muhammad sedang membaca Quran

2) ‫ضمي ٌر‬           : yaitu Maf’ul bih yang terdiri dari isim dhamir (kata ganti).
Maf’ul bih dhamir terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Dhamir Muttashil (bersambung)
Maf’ul bih dhamir muttashil ada dua belas,yaitu :
,‫ وضرب َها‬,ُ‫ وضربَه‬, َّ‫ وضربكن‬,‫ وضرب ُك ْم‬,‫ وضربك َما‬,‫ وضرب ِك‬,‫ وضرب َك‬,‫ وضربنا‬,‫ضربني‬
َّ‫ وضربهن‬,‫ وضرب ُه ْم‬,‫ وضربه َما‬.
b. Dhamir Munfashil (terpisah)
Maf’ul bih dhamir Munfashil ada dua belas, yaitu :
َّ‫ وايَّاهُن‬,‫ وايَّا ُه ْم‬,‫ وايَّاهما‬,‫ وايَّاها‬,ُ‫ وايَّاه‬, َّ‫ وايَّا ُكن‬,‫ وايَّا ُك ْم‬,‫ وايَّاك َما‬,‫ وايَّا ِك‬,‫ وايَّا َك‬,‫ وايَّانَا‬,‫ي‬
َ ‫ ايّا‬.

3. Pola-pola Penempatan Maf’ul Bih


 1- ‫فعل‬ - ‫فاعل‬ -  َ‫ القُ ْرآن‬- ‫مفعول به = قَ َرأَ – ُم َح َّم ُد‬
  2- ‫فعل‬ -       ‫مفعول به‬ -  ‫فاعل‬  = ‫ َر ُج ٌل‬- ‫سأ َل – النَّبِ َّي‬
َ
(‫ فاعل‬-  ‫)فعل‬  -  3- ِ ‫ = سأَلتُ – رسو َل هّللا‬ ‫مفعول به‬
(‫ مفعول به‬-  ‫فاعل‬  - ‫)فعل‬  = 4-  َ‫أَ َم ْرتُك‬
ُ ‫ َر‬- ‫فاعل = أَ َم َرنِى‬
5- )‫فعل‬ – ‫(مفعول به‬ -  ِ ‫س ْواُل هّلل‬
6-     ‫ نَ ْعبُ ُد‬- َ‫فاعل) = اِيّاك‬  ‫ (فعل‬ - ‫مفعول به‬

7
4. Pembagian ‫المفعول به‬ berdasarkan tanda nasahabnya
1) Tanda Nashob Fathah
a. Isim Mufrad
َ ْ‫يُ َذا ِك ُر ُم َح َّم ُد اَلدَّر‬
‫س‬
( Muhammad sedang mengulangi pelajaran )
ُ َ‫تَ ْق َرأُ الطَّالِب‬
َ‫ات ْال َج ِر ْي َدة‬
( Para mahasiswi sedang membaca koran )
َ ْ‫َب ْال َولَ ُد الدَّر‬
‫س‬ َ ‫َكت‬
( Anak itu telah menulis pelajaran )
‫ب اأْل ُ ْستَا ُذ َولَدًا‬
َ ‫ض َر‬
َ
( Guru itu telah memukul anak )
َ‫ت َمرْ يَ ُم اللَّ ْبن‬
ْ َ‫ َش ِرب‬ 
( Maryam telah minum susu )
َ ‫أَ َك َل ُم َح َّم ٌد ْال ُخب‬
‫ْس‬
( Muhammad telah makan roti )
‫ب َعلِ ٌّي َك ْلبًا‬
َ ‫ض َر‬
َ
( Ali telah memukul anjing )
‫يَ ْق َرأُ ُم َح َّم ٌد قُرْ آنًا‬
( Muhammad sedang membaca al-Qur’an )
َ َ‫يَ ْفتَ ُح أَحْ َم ُد ْالب‬
‫اب‬
( Ahmad sedang membuka pintu )
‫تَحْ ِم ُل فَا ِط َمةُ ْالقَلَ َم‬
( Fatimah sedang membawa polpen )

b. Jama’ Taksir
ُّ ‫يُ َعلِّ ُم اأْل ُ ْستَا ُذ‬
َ ‫الطاَّل‬
‫ب‬
( Guru itu sedang mengajar para mahasiswa )
َ‫يَحْ ِم ُل ْال ُجنُوْ ُد اَأْل َ ْسلِ َحة‬
( Para tentara sedang membawa senjata )
‫ب اأْل ُ ْستَا ُذ اأْل َوْ اَل َد‬
َ ‫ض َر‬
َ
( Ustads telah memukul para anak )

8
‫تَحْ ِم ُل فَا ِط َمةُ اأْل َ ْقاَل َم‬
( Fatimah sedang membawa polpen-polpen )
َ ‫يَ ْفتَ ُح أَحْ َم ُد اأْل َب َْو‬
‫اب‬
( Ahmad sedang membuka pintu )
2) Tanda Nashob Kasrah
a. Jama’ Muannats Salim
ِ ‫ات ْالم َجاَّل‬
‫ت‬ ُ َ‫تَ ْشت َِريْ الطَّالِب‬
( Para mahasiswi sedang membeli majalah )
ِ ‫الطاَّل بُ ْال ُكرَّا َسا‬
‫ت‬ ُّ ‫يَجْ َم ُع‬
( Para mahasiswa sedang mengumpulkan buku catatan )
‫ت‬ َ ‫يَ ْغ ِس ُل أَحْ َم ُد ال َّسي‬
ِ ‫َّارا‬
( Ahmad sedang mencuci banyak mobil )

3) Tanda Nashob Ya’


a. Mutsanna
‫يَحْ ِم ُل التِّ ْل ِم ْي ُذ ْال ِكتَبَي ِْن‬
( Siswa sedang membawa dua buku)
‫تَ ْق َرأُ ْال ُم َد ِّر َسةُ ْال َمقَالَتَي ِْن‬ 
( Guru itu sedang membaca dua makalah )
َ‫يَ ْقبِضُ ْالبُوْ لِيْسُ ْال ُمجْ ِر َم ْين‬
(Polisi sedang menangkap dua penjahat )
ِ ‫الطاَّل بُ ْال َحا‬
َ‫ض َر ْين‬ ُّ ‫يَ ْنتَ ِظ ْي ُر‬
( Para siswa itu sedang menunggu dua hadirin )

b. Jama’ Mudsakkar salim


َ‫يَ ْقبِضُ ْالبُوْ لِيْسُ ْال ُمجْ ِر ِم ْين‬
(Polisi sedang menangkap para penjahat )
ِ ‫الطاَّل بُ ْال َحا‬
َ‫ض ِر ْين‬ ُّ ‫يَ ْنتَ ِظ ْي ُر‬
( Para siswa itu sedang menunggu para hadirin )
َ‫يُ َكلِّ ُم ْال ُم ِد ْي ُر ْال ُم َوظَّفِ ْين‬
( Direktur itu sedang berbicara dengan para pegawai )

9
5. Contoh Maf’ul Bih dalam Al-Quran (Surat At-Takasur)
1. ‫اَ ْله ُك ُم التَّ َكاثُ ُر‬ Bermegah-megahan ْ
‫الهَـ‬ (melalaikan : fi’il
telah melalaikan (predikat))
kamu, ‫ ُك ُم‬ (kepadamu : maf’ul bih
(objek)
‫التَ َكاثُ ُر‬ (bermegah-megahan :
fa’il (subjek)

 Jenis maf’ul bih pada ayat ini


dibuat dari isim dhomir yaitu
lafadz  ‫ ُك ْم‬ (kamu)
2. ‫َحتَّى ُزرْ تُ ُم‬ Sampai kamu masuk ْ‫ ُزر‬ (masuk “ fi’il : predikat)
‫ْال َمقَابِ َر‬ ke dalam kubur, ‫تُ ُم‬ (kamu : fa’il : subjek)
ْ (kubur : maf’ul bih :
‫ال َمقَابِ َر‬ 
objek)
3. َ‫َكالَّ َسوْ ف‬ Sekali-kali tidak! َ‫تَ ْعلَ ُموْ ن‬  (mengetahui : fi’il)
َ‫تَ ْعلَ ُموْ ن‬ Kelak kamu akan  ‫(و‬kamu (dhomir
mengetahui (akibat mustatir  pada kalimat َ‫ )تَ ْعلَ ُموْ ن‬:
perbuatan kamu itu), fa’il)

4. َ‫ثُ َّم َكالَّ َسوْ ف‬ Kemudian sekali- َ‫ت ْعلَ ُموْ ن‬ (mengetahui : fi’il)
kali tidak!  ‫و‬  (kamu (dhomir
Kelakkamu akan mustatir  pada kalimat َ‫ )تَ ْعلَ ُموْ ن‬:
mengetahui. fa’il)
5. َ‫ َكالَّ لَوْ تَ ْعلَ ُموْ ن‬Sekali-kali tidak! َ‫تَ ْعلَ ُموْ ن‬ (mengetahui : fi’il)
‫ِع ْل َم‬ Kelak kamu َ‫ت‬ (dhomir mustatir : fa’il)
mengetahui dengan ‫ ِع ْل َم ْاليَقِي ِْن‬ (dengan pasti : maf’ul
pasti, bih)
6. ‫لَتَ َر ُو َّن ْال َج ِح ْي َم‬ Niscaya kamubenar- ‫لت ََر ُو َّن‬ (melihat: fi’il)
benar akan َ‫ت‬ (kamu (dhomir mustatir) :
melihat neraka fa’il )
jahim, ْ (neraka jahim : maf’ul
‫ال َج ِح ْي َم‬ 

10
bih.
7. ‫ثُ َّم لَت ََر ُونَّهَا‬ Kemudian kamubena َ‫ت‬ (kamu (dhomir mustatir) :
َ‫َع ْين‬ r-benar fa’il)
akanmelihatnya deng ‫لتر ُو َّن‬ (melihat:
َ fi’il)
an mata kepala ‫هَا‬ (melihat-nya : maf’ul bih
sendiri, (menunjukkan
kepada   ‫ ْال َج ِح ْي َم‬ (neraka jahim)
‫ َع ْينَ ْاليَقِي ِْن‬ (hal)
8. ‫ثُ َّم لَتُ ْسئَلُ َّن‬ Kemudian kamu ‫لَتُ ْسئَلُ َّن‬ ( akan ditanya : fi’il)
‫ذ‬Iٍ ِ‫يَوْ َمئ‬ benar-benar akan ‫ذ‬Iٍ ِ‫يَوْ َمئ‬ (pada hari itu : maf’ul
ditanya pada hari fih)
itutentang
kenikmatan (yang
megah di dunia itu).
Contoh dalam ayat lain (Qs. An-Nasr : 2)
َ ‫ َو َراَ ْيتَالن‬Dan Engkau melihat ْ‫راَي‬ (melihat
‫يَ ْد‬ ‫َاس‬ َ : fiil (predikat)
‫فِ ْي ِدي ِْن‬  َ‫ُخلُوْ ن‬ Manusia masuk َ‫ت‬  (engkau : fail (subjek))
‫هللاِ اَ ْف َواجًا‬ islam dengan ‫َاس‬
َ ‫الن‬ (manusia : maf’ul bih
berbondong bondong (objek)) maf’ul bih
nya dzohir.

B. MASHDAR (ISIM ASAL)


1. Pengertian Masdar
Masdar adalah lafadz yang berada pada urutan ketiga dari tashrifan
fi’il Contoh:
 ‫ ضربا‬,‫ ىضرب‬,‫ضرب‬.
Lafadz-lafadz yang menunjukkan kejadian, tidak mempunyai zaman,
mengandung beberapa huruf fi’il, dan berupa lafadz, seperti contoh : ,‫علم‬
‫علما‬ , atau dikira-kirakan (taqdiron), contoh : ‫ قتاال‬,‫قاتل‬, atau mengganti huruf
yang sudah dibuang dengan huruf lain, contoh : ‫ وعدة‬,‫وعد‬ .
2. Pembagian Masdar
Masdar dibagi menjadi 2 :

11
1) Masdar mim adalah masdar yang terdapat mim zaidah dsiawal
kalimatnya, seperti contoh : ‫ منقلبة‬,‫ منطللق‬,‫منصرا‬  
adapun masdar mim itu di fathah maim nya dngan mutlak, kecuali dari
fiil bina matsal wawu , kalau bina missal wawu di kasroh ain fiilnya.
2) Masdar ghoiru mim adalah masdar yang tidak terdapat mim zaidah
diawal kalimatnya, seperti contoh : ‫ ِمدًا‬,ً‫ قرأًة‬,‫اجتهادا‬

3. Wazan-wazan Masdar
1) Wazan ‫فَ ْع ٌل‬
Wazan ini menjadi masdar qiyasi dari setiap fi’il tsulasi yang
muta’addi (yang membuahkan maf’ul) secara mutlak, baik dari fi’il
madliyang ‘ain fi’ilnya dibaca kasroh atau fatha, binak shohih,
mudlo’af, mahmuz, ataupun mu’tal.[5]
Contoh :
Dibaca fathah        :‫ضرب‬   ‫ضربا‬    
Dibaca kasroh       :           ‫فهم‬      ‫فهما‬
Bina’ Mudlo’af     :          ‫وعدا‬   ‫وعد‬
2) Wazan ‫فَ َع ٌل‬
Wazan ini menjadi masdar qiyasinya fi’il madly yang mengikuti
wazan  ‫فُ ِع َل‬ dengan dikasroh ‘ain fi’ilnya yang mmpunyai ma’na lazim
secara mutlaq.
Contoh : ‫فرحا‬                      ‫فرح‬
3) Wazan ‫فَ ُع ْو ٌل‬
Wazan ini menjadi masdar qiyasinya lafadz yang fi’il madlinya
mengikuti wazan ‫فَ َع َل‬yang lazim secara mutlaq dari semua bina’.
Contoh :
Binak shohih                     :           ‫قعو ٌد‬        ‫قع َد‬        Duduk
4) Wazan   ‫فِ َعا ٌل‬
Wazan ini menjadi masdar qiyasinya lafadz yang menunjukkan arti
mencegah, keengganan (tidak patuh)
Contoh :    ‫ َج َماحًا‬       ‫ َجم َح‬     Keras kepala

12
5) Wazan  ٌ‫فَ َعالَن‬
Wazan ini menjadi masdar qiyasinya lafadz yang menunjukkan arti
gerak, goncang dan bolak balik (taqollub).
Contioh :   ‫ َج َوالَنًا‬       ‫ال‬
َ ‫ َج‬    Berputar
6) Wazan ‫فُ َعا ٌل‬
Masdar ini menjadi masdar qiyasinya fi’il madli yang mengikuti
wazan  yang menunjukkan arti penyakit/suara.
Contoh :    -Yang arti penyakit : ‫ ُز َكا ًما‬         ‫زَ َك َم‬     Pilek
                                    -Yang arti suara : ‫ ُم َعا ًء‬                ‫ َمعًا‬      Menggoreng
7) Wazan ‫فَ ِع ْي ٌل‬
Wazan ini menjadi masdar qiyasinya fi’il madli yang mengikuti
wazan  yang menunjukkan arti berjalan/bersuara.
Contoh :    - Yang arti berjalan :   ‫ َر ِح ْي َل‬      ‫ َر َح َل‬     Berangkat
-  Yang arti suara :        ‫ص ِهي َْل‬
َ      ‫صهَ َل‬
َ     Meringkik
8) Wazan ٌ‫فُ ُع ْولَة‬
Wazan ini menjadi masdar qiyasinya fi’il madli yang mengikuti
wazan  ‫فَ ُع َل‬.
Contoh :    ‫ َس ْه ٌل‬     ٌ‫ َسهُوْ لُة‬       ‫ َسهُ َل‬       Mudah
9) Wazan ٌ‫فَعاَلَة‬
Wazan ini menjadi masdar qiyasinya fi’il madli yang mengikuti
wazan  ‫فَ ُع َل‬
Contoh :          ‫ َج ِز ْي ٌل‬     ٌ‫ َج َزالَة‬      ‫ َج ُز َل‬     Agung

1. Hukum perangkat ‫ إاَّل‬terbagi menjadi tiga macam, yaitu:


1) Wajib Manshub
Hal ini berlaku apabila kalimatnya mutsbat (tidak dinafikan) serta
disebutkan mustatsna minhu.

13
Contoh:
ً‫حض َر ال ِّرجا ُل إاَّل زَيدا‬
َ
artinya:
Telah hadir semua laki-laki kecuali Zaid.
ً‫زَيدا‬: Adalah mustatsna manshub dengan fathah.

2) Boleh menashabkan atau mengikuti i'rabnya mustatsna minhu


sebagai badal apabila kalimatnya manfi (dinafikan) dan
mustatsna minhu disebutkan.
Contoh:
ً‫َما قا َم اح ٌد ااَّل زيدا‬
Artinya:
Tidak ada laki-laki berdiri kecuali zaid.
I'rab Zaid seama seperti i'rab pada contoh pertama.
Atau bisa juga dalam bentuk seperi berikut:
Contoh:
‫َما قام اح ٌد إاَّل زَي ٌد‬
Artinya:
Tidak ada laki-laki berdiri kecuali zaid.
‫ زَي ٌد‬adalah badal bagi fa'il marfu' dengan dhammah.
3) Dii'rab sesuai dengan kedudukannya dalam kalimat apabila
kalimatnya manfi dan mustatsna minhu tidak disebutkan.
Contoh:
ُ ُ‫ما ق‬
َّ ‫لت إاَّل الح‬
‫ق‬
Artinya:
Tidak ada yang saya ucapkan kecuali kebenaran.
َّ IIIII‫ الح‬adalah Maf'ulun
‫ق‬ bih manshub dengan fathah. Hal ini
dikarenakan kalimatnya manfi dan mustatsna minhu tidak disebutkan.

2. Mustatsna dengan ‫ سوى‬dan ‫غير‬

14
Isim setelah ‫وى‬III‫ س‬dan ‫ير‬III‫ غ‬selalu majrur dan di'irab sebagai
mudhafun ilaih. Sedangkan ‫وى‬III‫ س‬dan ‫ير‬III‫ غ‬dii'rab sebagai mustatsna
sebagaimana mustatsna pada ‫إال‬.
Contoh:
‫قام الرجل غي َر زي ٍد‬
Artinya:
Semua laki-laki berdiri kecuali Zaid.
 ‫غير‬
َ adalah mustatsna' manshub dengan fathah.
 ‫ زي ٍد‬adalah mudhafun ilaih majrur dengan kasrah.
‫ما قا َم غي ُر زيد‬
Artinya:
Tidak ada yang berdiri kecuali zaid.
‫ غي ُر‬Adalah fail marfu dengan dhammah.

3. Mustatsna dengan ‫خال‬-‫ عدا‬-‫حاشا‬


Hukum mustatsna denga ‫خال‬-‫ عدا‬-‫ حاشا‬terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1) Manshub sebagai maf'ul dimana  ‫خال‬-‫دا‬œœ‫ ع‬-‫ا‬œœ‫ حاش‬dii'rab sebagai fiil
madhi.
Contoh:
ً‫ت الطّائرة عدا طائرة‬
ِ ‫عاد‬
Artinya:
Telah kembali semua pesawat kecuali sastu pesawat.
‫ عدا‬adalah fiil madhi sedangkan fai'mya adalah dhamir mustatir dan
ً‫ طائرة‬adalah maf'ulun bih  manshub.
2) Majrur dimana  ‫خال‬-‫ عدا‬-‫ حاشا‬dii'rab sebagai huruf jar.
Contoh:
‫ت الطّائرة خال طائر ٍة‬
ِ ‫عاد‬
Artinya
Telah kembali semua pesawat kecuali satu pesawat.
 ‫ خال‬adalah huruf jar mabny ala sukun (tetap dengan sukun) dan ‫طائر ٍة‬
adalah majrur oleh ‫ خال‬dengan tanda kasrah.

15
Perlu diketahui bahwa ‫خال‬-‫دا‬œœœœ‫ ع‬-‫ا‬œœœœ‫حاش‬ hanya dii'rab dengan i'rab
mustatsna apabila menunjukkan makna "kecuali". Jika tidak
menunjukkan makna demikian, maka tetap dii'rab sesuai dengan
posisinya dalam kalimat.
Demikianlah ulasan kita mengenai mustatsna ini, semoga bisa
menambah wawasan dan pengetahuan kita dalam bahasa arab.

C. MAF’UL MIN- AJLIH


1. Pengertian Maf’ul Min-Ajlih
ِ I‫ع ْالفِ ْع‬
َ َ‫ ٌدإِجْ الَ الً لِ َع ْم ٍر َوق‬I ‫ا َم زَ ْي‬IIَ‫ل نَحْ ُوق‬I
َ‫ ْدتٌك‬I ‫ص‬ ِ َ‫ب‬I ‫ا لِ َس‬IIً‫ذ َك ُر بَيَان‬Iْ Iُ‫ ِذىْ ي‬I ‫وْ بُ ال‬I ‫ص‬
ِ ْ‫و‬IIُ‫ب ُوق‬ ُ ‫ ُم ْال َم ْن‬I ‫ َو ْا ِإل ْس‬I ُ‫ه‬
َ‫ا ْبتِغَا َء َم ْعرُوْ فِك‬
Maf’ul min-ajlih ialah isim manshub yang disebutkan untuk
menjelaskan penyebab terjadinya suatu pekerjaan atau perbuatan.
Cotohnya adalah:
‫ = قَا َم َز ْي ٌدإِجْ الَ الً لِ َع ْم ٍر‬zaid telah berdiri sebagai penghormatan bagi’Amr.
َ‫ص ْدتٌكَ ا ْبتِغَا َء َم ْعرُوْ فِك‬ َ َ‫ = ق‬Aku bermaksud menemui karena mencari kebaikan.
 
2. Ketentuan Maful Liajlih
Dalam bahasa arab setiap isim dengan kedudukan yang berbeda-beda
memiliki ketentuan
1) Maf’ul li ajlih itu hukumnya manshub
2) Maf’ul li ajlih itu berbentuk masdar
3) Diungkapkan untuk menjelaskan latar belakang dari suatu pekerjaan
yang sedang di lakukan
Contoh :
‫كتب الطالب الدرس حبا للعلم‬
‫طأ ً َكبِيرا‬
ْ ‫ق نَحْ نُ نَرْ ُزقُهُ ْم َوإِيّا ُك ْم إِ َّن قَ ْتلَهُ ْم كانَ ِخ‬
ٍ ‫ َوال تَ ْقتُلُوا أَوْ ال َد ُك ْم َخ ْشيَةَ إِ ْمال‬      
  “ mahasiswa itu menulis pelajaran karena cinta terhadap ilmu” Kata   "‫حبا‬
" disini manshub, sebagai maf’ul liajlih berbentuk masdar berasal dari kata
kerja ‫أحب – يحب –حبا‬, di datangkan untuk menjelaskan latar belakang dan

16
tujuan mahasiswa itu menulis pelajaran.

3. Lafazh-lafazh yang biasa menjadi maful liajli


1) : ‫ حبّا‬Karena cinta
ً ‫يكتب الطالب الدرس حبّا‬ 
2) : ‫إكراما‬Karena hormat
3) :ً ‫حزنا‬Karena sedih ‫يبكى السرطي حزنا لموت اخيه‬         :
4) ً ‫خوفا‬Karena takut  ‫اجتحد الطالب خوفا من السقوط فى االمتحان‬           
5) ً ‫احتراما‬Karena rasa hormat    ‫يقوم الطالب احتراما الستاذهم‬ 
6) ً ‫ا‬IIIIIIIIIIIIII‫إيمان‬Karena iman ‫ا باهللا‬IIIIIIIIIIIIII‫ليت إيمان‬IIIIIIIIIIIIII‫ص‬          
 
4. Syarat Nashabnya Maf’ul Min Ajlih
syarat dari maf’ul min ajlih ada lima, yaitu:
1) Harus berupa masdar.
Sehingga jika tidak berupa masdar, maka tidak diperbolehkan untuk
membacanya nashab, seperti (‫ض َعها َ لِأْل َنا َ ِم‬ َ ْ‫) َو اأْل َر‬.
َ ‫ض َو‬
2) Harus berupa masdar qalbi, artinya dari perbuatan batin.
Sehingga jika tidak berupa masdar qalbi, maka tidak boleh dibaca
nashab, seperti (‫ت لِ ْلقِ َرا َء ِة‬
ُ ‫)ج ْئ‬.
ِ
 Masdar qalbi itu harus sama dengan amilnya dalam fa’il dan
waktunya, artinya zaman dan fa’ilnya fi’il dan masdar harus sama,
sehingga jika zaman dan fa’ilnya berbeda, maka tidak diperbolehkan
dibaca nashab, seperti (‫ت لِ ْل ِع ْل ِم‬
ُ ْ‫) َسافَر‬, karena zamannya bepergian adalah
madli sedangkan zamannya ilmu adalah mustaqbal, dan ( َ‫ك لِتَ ْع ِظ ْي ِمط‬ َ ُ‫اَجْ بَ ْبت‬
‫)ال ِع ْل َم‬
ْ karena fa’ilnya mahabbah adalah mutakallim sedangkan fa’ilnya
ta’dzim adalah mukhathab.

Namun, jika syarat-syarat di atas tidak terpenuhi, maka diwajibkan


untuk membaca jar masdar dengan huruf jer yang berfaidah ta’lil, seperti
lam, (‫ ) ِم ْن‬dan (‫)فِي‬. Contohnya, (‫ ِة‬I َ‫ت لِ ْل ِكتاَب‬
ُ ‫)ج ْئ‬,
ِ ٍ َ‫وا اَوالَ َد ُك ْم ِم ْن اِ ْمال‬IIُ‫َو الَ تَ ْقتُل‬
( ُ‫ق نَحْ ن‬

17
‫ )نَرْ ُزقُ ُك ْم َو اِياَّهُ ْم‬dan (‫ط َع َم ْتها َ َو الَ ِه َي تَ َر َك ْتها َ تَأْ ُك ُل ِم ْن‬
ْ َ‫ت ا ْم َرأَةٌ النَّا َر فِي ِه َّر ٍة َح َسبَ ْتها َ الَ ِه َي ا‬
ِ َ‫َد َخل‬
ِ ْ‫اش اأْل َر‬
‫ض‬ ِ ‫)خَ َش‬.

5. Hukum Maf’ul Min Ajlih


Maf’ul min ‘ajlih mempunyai tiga hukum, yaitu:
1) Dibaca nashab, ketika syaratnya sudah terpenuhi, menjadi maf’ul min
‘ajlih yang sharih. Jika ada lafal disebutkan untuk ta’lil tetapi
syaratnya tidak terpenuhi, maka dia dijerkan dengan huruf jer yang
berfaidah untuk ta’lil, seperti penjelasan diatas. Dan dianggap bahwa
lafal itu bermahall nashab sebagai maf’ul min ‘ajlih ghairu sharih.
2) Diperbolehkan mendahulukan maf’ul min ‘alih atas amilnya, baik dia
ُ ‫) َر ْغبَةً فِي ْال ِع ْل ِم اَتَي‬.
dibaca nashab atau dijerkan, seperti (‫ْت‬
3) Tidak diwajibkan untuk membaca nashab masdar yang sudah
memenuhi syarat untuk dibaca nashab menjadi maf’ul min ‘ajlih, tetapi
boleh dibaca nashab dan boleh dibaca jer. Demikian itu terjadi ditiga
bentuk, yaitu:
a. Masdar dikosongkan dari (‫ )ال‬dan idlafah, namun yang paling
banyak adalah dibaca nashab, seperti (‫) َوقَفَ النَّاسُ اِحْ تِراَما ً لِ ْل ِع ْل ِم‬.
b. Masdar bebarengan dengan (‫)ال‬, dan yang paling banyak adalah
dijerkan dengan huruf jer, seperti (‫ت لِل َّر ْغبَ ِة فِي ْال ِع ْل ِم‬
ُ ْ‫) َسافَر‬.
c. Masdar itu diidlafahkan, kedua perkara itu (nashab atau jer) adalah
sama, sehingga kita ucapkan ( ‫يَ ِة هللاِ اَو ِم ْن‬I‫يَةَ هللاِ اَو لِ َخ ْش‬I ‫ َر خَ ْش‬I‫ت ْال ُم ْن َك‬
ُ ‫ر ْك‬I
َ Iَ‫ت‬
ِ‫)خَ ْشيَ ِة هللا‬.

BAB III
PENUTUP

18
A. KESIMPULAN
Mansubat Al-Asma’ (Isim-Isim Yang Dibaca Nashab Yang dimaksud
dengan mansubat al-asma’ adalah kalimat isim yang keadaannya beri’rab
nashab. Jadi jika ada kalimat isim yang kedudukannya menjadi salah satu dari
mansubat al-asma’ ini, maka kalimat isim tersebut pasti beri’rab nahsob.

B. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di
jelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada
kesempatan lain.

19
Daftar Pustaka
http://sitiinurhidayah.blogspot.com/2015/12/makalah-bahasa-arab-dzonna-
dan-saudara.html
https://shorofmudah.blogspot.com/2018/04/isim-isim-dinashabkan.html
http://dodiilham.blogspot.com/2013/01/isim-isim-yang-dinashabkan.html
https://nahwusharaf.wordpress.com/terjemah-alfiyah-ibnu-malik/bab-
zhonna-dan-saudara-saudaranya/
http://bahasa-arab84.blogspot.com/2018/01/pengertian-maful-maah-dan-
contohnya.html
https://www.nahwu.top/2017/04/inna-dan-saudara-saudaranya.html
http://belajarbahasaarabuntukpemula.blogspot.com/2016/09/penjelasan-
khobar-i.html

20

Anda mungkin juga menyukai