Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ISIM DARI SEGI JUMLAH


(MUFRAD,MUTSANA DAN JAMA’)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah


“BAHASA ARAB”
Dosen Pembimbing: Dr.Mabruri. M.Pd.I.

Disusun Oleh : Kelompok 6

1. Siti Azizah Lazinatussifah : PU.04.220.0294


2. Wan Azura : PU.04.220.0454

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PIAUD)

YAYASAN NURUL ISLAM (YASNI)


INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI)
MUARA BUNGO
2022
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kami nikmat iman, Islam, sehat dan lain sebagainya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam selayaknya kita curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah menyelamatkan kita dari zaman Jahiliyah yang penuh dengan
kegelapan ilmu.
Makalah ini kami susun sebagai salah satu untuk memenuhi tugas mata
kuliah materi BAHASA ARAB tentang Isim dari Segi Jumlah (Mufrad, Mutsana
Dan Jama’) yang diampu oleh Bapak Dr.Mabruri, M.Pd.I
Semoga dengan tugas makalah ini dapat membuka wawasan tentang isim
isim seperti mufrad,muannas dan jama’ serta pembelajaran lainya. Segala kritik
dan saran yang positif kami harapkan dari pembaca makalah ini.
Akhir kata terimakasih atas perhatiannya dan kami mohon maaf apabila
terdapat salah kata selama dalam penulisan makalah .

Rimbo Bujang, Juni 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... I

KATA PENGANTAR............................................................................. II

DAFTAR ISI........................................................................................... III

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah................................................................ 1

2. Rumusan Masalah.......................................................................... 2

3. Tujuan Penulisan............................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Isim.............................................................................. 3

2. Isim Dari Segi Jumlah.................................................................... 4


a. Mufrod....................................................................................
b. Mutsanna’...............................................................................
c. Jama’.......................................................................................
BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan.................................................................................... 14

2. Saran.............................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Mempelajari Bahasa Arab tidaklah sama-sama seperti mempelajari
bahas-bahasa lain seperti bahas Indonesia, bahasa Inggris dan sebagainya.
Berbagai macam ilmu-ilmu yang dipelajari dalam Bahasa Arab.Akan tetapi
yang menjadi dasarnya adalah diperlukan memahami tata bahasa Arabnya
dahulu, yaitu mampu menguasai, mempelajari dan memahami Al Qur’an
diperlukan sebuah ilmu ( Shorof dan Nahwu ) yang erat kaitannya mengenai
penafsiran tiap kata dalam Al Qur’an ataupun dalam Al Hadist sehingga
maksud dan tujuan – Nya bisa kita pahami sehingga memudahkan dalam
mempelajari ilmu-ilmu yang lainnya.
Ilmu Nahwu disebut bapak Ilmu, sebab Ilmu Nahwu digunakan untuk
membereskan setiap kalimat dalam susunannya, I’rabnya, bentuk dan
sebagainya.
Sedangkan Ilmu Shorof disebut induk segala Ilmu sebab ilmu Shorof
itu melahirkan bentuk setiap kalimat, sedangkan kalimat itu menunjukkan
bermacam – macam ilmu. Kalau tidak ada kalimat lafadz, tentu tidak akan ada
tulisan. Tanpa tulisan sukar mendapatkan ilmu. Yang kita bahas ini tentunya
dalam ruang lingkup Ilmu yang berasal dari Al Qur’an maupun kitab – kitab
yang bertuliskan huruf arab. Salah satu materi dalam Ilmu nahwu adalah Isim
mufrad,mutsanna, dan jama atau disebut segi jumlahnya. Tentunya kita
bertanya – tanya apa sih itu isim dari segi jumlahnya dan bagaimana sih
bentuk serta aplikasinya dalam kalimat? Untuk itu dalam makalah ini,
sedikitnya kami akan memperkenalkan mengenai segala penjabaran tentang
isim dalam bentuk jumlah.
Dalam makalah yang singkat ini penulis mencoba untuk menjabarkan
tentang isim dari segi jumlanya sebagai salah satu objek kajian dalam Ilmu
Bayan yang menjadi salah satu dari ketiga Ilmu Balagah atau lebih dikenal
Semantik Arab.

1
2

2. Rumusan Masalah.
1. Apa yang dimaksud isim ?
2. Bagaimana isim dari segi jumlahnya?

3. Tujuan Penulisan.
Tujuan kami menulis makalah ini adalah untuk menjawab semua
pertanyaan yang menjadi rumusan masalah di atas, selain itu juga untuk
menambah pengetahuan dan pemahaman kita semua tentang isim dari segi
jumlahnya.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Isim.
Isim (‫ )اِإل سْم‬dalam ilmu nahwu diartikan sebagai berikut:
‫ض ًعا‬ ِ ‫س ُم ه َُو َكلِ َمةٌ َدلَّت َعلَى َم ْعنًى فِي نَ ْف‬
ْ ‫س َها َولَ ْم تُ ْقت ََرنْ بِ َز َمن َو‬ ْ ‫اال‬
ِ
Artinya:
"isim adalah kata yang menunjukkan pada makna tersendiri dan tidak disertai
dengan status waktu".
Dari pengertian di atas, setidaknya ada 3 poin pokok yang harus kita pahami,
dan ini penting.
1. Isim merupakan kalimah (ٌ‫) َكلِ َمة‬. Karena kalimah itu ada tiga, yaitu isim (
ِ fi'il (‫ )الفِع ُل‬dan haraf ( ُ‫)الحرْ ف‬.
‫)اال ْس ُم‬, َ
2. Isim menunjukkan pada makna tersendiri. Hal ini menjadi pembeda
dengan haraf ( ُ‫)الحرْ ف‬
َ yang tidak memiliki makna tersendiri.
3. Isim tidak disertai status waktu. Hal ini menjadi pembeda dengan fi'il (
‫ )الفِع ُل‬yang harus selalu ada status waktunya.

2. Isim dari Segi Jumlahnya.


Berdasarkan jumlah atau kuantitasnya, isim (kata benda) di bagi menjadi
tiga: mufrad, mutsanna, dan jamak.

A.    Mufrad (‫د‬
ُ ‫)الم ْفر‬
ُ
َ
Mufrad adalah isim (kata benda) yang menunjukkan satu (tunggal).

Artinya memiliki satu muatan saja, seperti ‫ َقلَم‬, ‫ر ُج ٌل‬,


َ ‫حُمَ َّم ٌد‬  dn lain sebagainya.
Sebagian ahli gramatika arab mengatakan definisi isim mufrad adalah isim
yang bukan mutsanna, jamak,atau mulhaq kepada mutsanna atau jamak,
bukan pula isim-isim yang lima (al asma’ alkhomsah). Isim-isim yang lima
itu adalah: ‫ذو‬,  ‫ أب‬,‫ أخ‬,‫حم‬,‫فو‬. Isim-isim ini memang berarti satu, tetapi tanda-
tanda I’rabnya tidak seperti-isim mufrad. Isim-isim ini ketika rafa’memakai

3
4

waw (‫ )و‬pada akhirnya, ketika nasb memakai alif (‫ )ا‬ketika jar memakai ya (

‫)ي‬, dengan syarat keadaan isim-isim yang lima ini dimufradkan,

diidhofahkan, (disandarkan kepada isim lainya) dan mukabbar. Sedangkan


mufrad rafa’nya memakai dhomah, nasabnya memakai fathah dan jarnya
memakai kasroh.
Jadi, isim mufrad adalah isim yang menunjukkan dan memiliki muatan
satuyang bukan isim-isim yang di kecualikan di atas.
Contoh:

‫اب‬ ِ
ٌ َ‫كت‬                                                                                   (sebuah buku)
‫ َقلَ ٌم‬                                                                                       (sebuah pena)

‫ َر ُجل‬                                                                                     (seorang laki-laki)

ٌ‫كرة‬                                                                                       (sebuah bola)

ٌّ ِ‫ق‬                                                                                       (sekor kucing)
‫ط‬

  ‫ب‬
ٌ ‫ ُك ْو‬                                                                                  (sebuah gelas)
 ‫ َم ْس ِج ٌد‬                                                                                 (sebuah masjid)

‫قِْرطَاس‬                                                                                  (selembar kertas)

B.     Mutsanna (‫)المثني‬.

      Mutsanna (tatsniah) adalah isim yang memuat dua (benda/orang) dengan


kesesuaian (kesamaan) lafadznya dan maknanya, dengan menambah alif dan
nun atau ya dan nun pada akhirnya. Dan tambahan tersebut memang pantas
dihilangkan (di tiadakan).
Dari devinisi tersebut diatas, dapatlah diuraikan keadaan mustanna
sebagai berikut:
5

1.      Dua hal (baik orang/benda) yang dimuat oleh mutsanna haruslah sesuai
lafadz dan maknanya.
Contoh yang sesuai:

‫ َر ُجل‬ diubah menjadi  ‫َر ُجاَل ِن‬

‫ َقلَ ٌم‬ diubah menjadi ‫َقلَ َمان‬

‫اب‬ ِ ِ
ٌ َ‫كت‬ diubah menjadi ‫كتَابَان‬  
Contoh yang tidak sesuai lafadznya:

 ‫ َقلَم‬ dan‫كتَاب‬  diubah menjadi ‫كِتَابَان‬ atau ‫َقلَ َمان‬

Contoh yang tidak sesuai maknanya

‫َأس د‬
َ  (dengan makna hakiki: singa dan makna majazi lelaki: pemberani)

ِ ‫َأس َد‬.
diubah menjadi ‫ان‬ َ
2.      Tambahan alif-nun atau ya-nun (yang menjadi tanda mutsanna)
memang pantas dihilangkan. Maka jika tambahan tersebut tidak layak
dihilangkan, tidak dinamakan isim mutsanna (tatsniah), tetapi disebut
mulhaq (yang dianggap sama) dengan isim mutsanna.
Contohnya:
ِ ‫اِْثَننْي‬/‫ان‬
ِ َ‫اِْثنَت‬ tidak boleh dibuang tambahannya menjadi  ‫اثْن‬
ٌ
C.     Jama’ (‫)الجمع‬.

Jamak adalah isim yang memuat (benda atau orang) tiga atau lebih

dengan tambahan pada akhirannya seperti:  , َ ‫الِ ِمنْي‬ ‫ َس‬,‫ات‬ ِ ِ


ُ َ‫ َكاتب‬,‫َك اتُب ْو َن‬
‫م ْس لِ ُم ْو َن‬ 
ُ dan lain sebagainnya atau bangunan kata (aslinya) mengalami

perubahan, seperti: ‫ٌم‬ ٌ ‫ ِر َج‬,‫ب‬


‫ اَقْاَل‬,‫ال‬ ٌ ُ‫ ُكت‬  dan lain sebagainya.
6

            Jamak di bagi menjadi dua yaitu: Jamak taksir ( ‫تكسري‬ ‫ )مجع‬dan jamak
salim
1.      Jamak taksir ( ‫تكسري‬ ‫مجع‬ )
Jamak taksir adalah kata isim yang memuat lebih dari dua (orang atau
benda) dan bentuk mufradnya berubah tidak beraturan sebagaimana yang
lazimnya (baku) ketika dijamakkan.
Contohnya:

 ‫اب‬ ِ
ٌ َ‫كت‬ menjadi  ‫ب‬
ٌ ُ‫ُكت‬
‫عامِل‬ menjadi ‫علَماء‬
َ َُ
‫اَنْبِيَاء‬ menjadi ‫نيب‬

‫ َقلَم‬ menjadi ‫اَقْاَل م‬

Perubahannya adakalanya menambahi huruf, seperti ‫ٌم‬ ‫اَقْاَل‬ (jamak dari


kata ‫) َقلَ ٌم‬, ‫ب‬ ِ َ ‫م‬ (jamak dari kata ‫صباح‬ ِ
ٌ ‫ ُقلُ ْو‬ (jamak dari kata ‫ب‬
ٌ ‫) َقْل‬, ‫صابْي ُح‬ َ ٌ َ ْ ‫)م‬.
Ada kalanya mengurangi huruf, seperti ‫تُ ْخ ٌم‬ (jaak dari

kata ٌ‫ة‬ ‫خُتْ َم‬ ), ‫ ُر ُس ٌل‬ (jamak dari kata ‫ْو ٌل‬ ‫) َر ُس‬ dan adakalanya merubah

harakat, seperti: ‫س ٌد‬


ُ ُ‫ا‬  (jamak dari kata ‫اَ َس ٌد‬ )
2.      Jamak salim ( ‫سامل‬ ‫)مجع‬
Jamak salim adalah kata (jamak) yang bentuk mufradnya selamat
ketika dijamakkan, hanya saja ada huruf tambahan pada akhirnya.

Kata ٌ‫س امِل‬ ِ
َ  (bentuk mufrad) dibuat jamak salim menjadi ‫ َس ال ُم ْو َن‬ hanya
menambahi dua huruf pada akhirnya, sementara bentuk atau bangunan
mufradnya tetap/masih utuh.
Jamak salim di bagi menjadi dua yaitu : jamak mudzakar salim dan
jamak muannats salim.
7

1.      Jamak mudzakkar salim


            jama’mudzakkar salim adalah kata jamak dengan tambahan

wawu-nun (ketika rafa) seperti: ‫الْ ُمْؤ ِمُن ْو َن‬ ‫قَ ْد اَْفلَ َح‬. Atau ya-nun ( ketika
nasab dan jar), seperti:  َ ‫ب اِيَل الطَالِبِنْي‬ ِ ِ
ْ ‫ ا ْذ َه‬, َ ‫اَ ْكَر َماملَُد ِّرسنْي‬
adapun kata-kata yang dijamakkan dengan jamak mudzakkar salim
adalah:
-          Isim alam (kata benda ) untuk mudzakkar áqil (mudzakkar yang
berakal) dengan syarat: sepi dari ta’ta’nits dan bukan bentuk tarkib.

Contoh : ‫سلِم‬
ْ ‫م‬ 
ِ
ُ menjadi ‫ُم ْسل ُم ْون‬
ُ
-          Sifat untuk mudzakkar áqil dengan syarat : sepi dari ta’marbutoh (‫)ة‬
tetapi memang layak dimasuki ta’ atau menunjukkan makna tafdhil.

Seperti: ‫ب‬ ِ ِ
ٌ ‫ َكات‬ menjadi ‫َكاتُب ْو َن‬
Dua syarat diatas memberi penjelasan bahwa:
-          Kata nama untuk mudzakkar áqil tetapi meyandang ta’marbutoh
diakhirnya seperti:

‫محزة‬ (nama seorang laki-laki), atau berupa isim murakkab,

seperti ‫يبويه‬ ‫س‬  )dari ‫س يب‬ dan ‫)ويه‬, atau sepi dari ta’ta’nits tetapi

umtuk nama wanita, seperti ‫زينب‬ maka tidak boleh dijamakkan


dengan jamak mudzakkar salim.
-          Sifat untuk mudzakkar áqil yang sepi rdari ta’nits tetapi tidak layak
menerimanya (ta’nits), seperti  tidak boleh dijamakkan dengan jamak
mudzakkar salim.
-          Tafdhil maksudnya isim tafdhil. Ia berwazan tetapi yang
muánnatsnya bukan .
Seperti: menjadi maka tidak boleh. Begitu juga wazan dan seperti
atau atau kata yang bisa digunakan untuk mudzakkar dan muannats.
Seperti: (yang terluka).
8

-          Yang dimaksud dengan kata yang sepi dari ta’nits seperti: . dua
contoh tersebut muannatsnya karena bisa menerima ta’.

2.      Jamak muánnats salim


      Jamak muánnats salim kata jamak dengan tambahan alif dan

ta’pada akhirnya. Seperti:  ‫ات‬ ِ ‫ حِل‬,‫م ْدرسات‬ dll.


ُ ‫هْن َد‬ ,‫ات‬
ُ َ ‫صا‬َ ُ ََ َ
Katb yang dijamakkan dengan jamak muánnats salim antara lain:
ِ َ‫ف‬
-          Isim álam (kata nama) untuk muánnats, seperti:  ,ٌ‫اط َم ة‬ ,ٌ‫ َماِئ َدة‬,ٌ‫ِه َدايَة‬
‫ِئ‬ ِ
ُ‫ َم ْرمَي‬ (semua nama untuk wanita), maka menjadi ,‫ات‬
ُ ‫َما َد‬ ,‫ات‬
ُ َ‫ه َداي‬
‫ات‬ ِ
ُ َ‫ َم ْرمَي‬,‫ات‬
ُ ‫فَاط َم‬ dst.
-          Kata benda (isim) yang diakhiri dengan ta’ta’nits,

seperti:  ٌ‫جرة‬
َ ‫( َش‬pohon), ٌ‫(مَثْرة‬buah),  ٌ‫(مَحَْزة‬nama lelaki), dan sebagainya.
َ َ
Ada beberapa kata yang diakhiri ta’ta’nits tetapi tidak boleh dibuat

jamak muánnats salim, antara lain:  ٌ‫راَة‬ ِ ِ ِ


َ ‫ ا ْم‬,ٌ‫ َش اة‬,ٌ‫ اَُم ة‬,ٌ‫ ش َفه‬,ٌ‫ملَ ة‬ 
jamaknya  ٌ‫ نِساء‬,‫ َغنَ ٌم‬/ٌ‫ ِشيَاه‬,ٌ‫اَِماء‬,‫ اَُم ٌم‬,‫شفاه‬dan ‫ملَل‬.ِ
َ ٌ
-          Sifat untuk muánnats yang diakhiri ta, seperti:   ٌ‫ة‬ ‫( ُم ْر ِضعض‬yang
menyusui),  ٌ‫احِلَة‬ ‫ص‬
َ (yang solehah), dsb. Atau muánnats dari isim

tafdhil, seperti:  ‫ضلَي‬
ْ ُ‫(ف‬wanita yang utama). Jadi, walaupu sifat untuk
muánnats tetapi tidak diakhiri ta’seperti: ‫ض‬ ‫ِئ‬
ٌ ‫ا‬ ‫( َح‬wanita yang

ِ ‫ح‬  atau yang bisa dipskai untuk muánnats dan mudzakkar,


haid), ‫ام ل‬ َ
ٌ
seperti: ‫ور‬
ٌ ُ‫صب‬
َ ,‫ َج ِريْ ٌح‬.
9

-          Sifat mudzakkar yang tidak berakal, seperti: ‫شاهق‬ ‫(جبل‬gunung yang


tinggi), kata ‫جبل‬ hukumnya mudzakkar, jika dijamakkan maka

hukumnya menjadi muánnats. Maka kata menyifati  ‫جبَ ل‬


َ  juga enjadi ٌ
muánnats, jadilah:  ‫ات‬ ِ
ُ ‫َشاح َق‬ ‫ال‬
ٌ َ‫( َجب‬gunug-gunung yang tinggi)
-          Masdar yang terdiri lebih dari tiga huruf, yang bukan untuk penuat

ِ
maksud kata kerjanya (fiílnya). Seperti:  ‫ات‬
ُ ‫ا ْكر َم‬ َ ,‫ات‬ ُ َ‫َتْربِي‬dst.
ُ ‫ َت ْع ِر ْي َف‬,‫ات‬
Sebab ada masdar yang digunakan sebagai penguat kata kerjanya,

seperti: ‫اما‬ ِ
ً ‫ا ْكر‬
َ ‫اَ ْك َر َم َزيْ ٌد‬ (zad memulyakannya dengan benar-benar

memulyakanya)
-          Isim mushaghor(‫ )مصغر‬ mudzakkar untuk benda yang tidak berakal,

ُ ‫ُد َريْ ِه َم‬


seperti: dst ‫ات‬ ُ َ‫ ُكتَيِب‬,‫ات‬
‫ات‬ ُ ‫ ُقلَْي َم‬.
-          Isim yang diakhiri dengan alif ta’nits mamdudah,

sperti:   ‫راء‬ ‫ض‬
ْ ‫ َخ‬ (sayuran) menjadi  ‫حراء‬
ْ ‫ص‬
َ   ,‫ات‬
ُ ‫َر َاو‬ ‫ض‬
ْ ‫َح‬
َ َ
 ُ(gurun) ‫حر َوات‬
ْ‫ص‬َ menjadi,  ‫ َع ْذ َراء‬ (perawan) menjadi ‫عذر َوات‬
َ  dst.
َ
-          Isim yang diakhiri dengan alif ta’nits maqshuroh,

seperti:  ‫ري‬ ِ ِ
َ ‫(ذ ْك‬peringatan) menjadi  ‫ات‬
ُ َ‫ ذ ْكَري‬,‫ض لَي‬
ْ ُ‫ف‬ (yang lebih

utama) menjadi ‫حْبلَي‬
ُ   , ‫ات‬
ُ َ‫لَي‬ ‫ض‬
ْ ُ‫(ف‬yang hamil) menjadi  ‫ات‬
ُ َ‫ ُحْبلَي‬dst.
Dikecualikan itu yang berwazan   ‫( ُف ْعلَي‬muánnats dari ‫ُن‬ ‫ ُف ْعاَل‬ ), maka

tidak boleh djamak muánnats salim.


-          Nama untuk suatu yang tidak berkal (ghoiru áqil) yang didahului
oleh kata   ُ‫اِبْن‬atau  ْ‫ ِذي‬/ ْ‫ ُذو‬seperti:  ‫اِبْنُ اَ َوي‬ (serigla/anjing hutan)
menjadi ‫ بَنَاتَ اَ َوي‬,‫ ُذوْ القَ ْع َد ِة‬ (bulan dzulqo’dah) menjadi ‫ات القَ ْع َد ِة‬
ُ ‫َذ َو‬
10

-          Isim ajam (yakni kata yang bukan dari bahasa arab) jamaknya denag

jamak muánnats salim seperti:  ‫اف‬


ُ ‫ر‬ َ ‫(تِلِ ْغ‬telegraph)
menjadi  ‫ات‬
ُ َ‫تِلِ ْغَرف‬ (telephon) ‫تِْل ُف ْون‬ menjadi  ‫ات‬ ِ
ُ َ‫ت ْل ُف ْون‬ ,‫( َبْرنَ َام ُج‬jadwal)
berasal dari bahasa persia, ٌ‫ة‬ ‫ ُر ْزنَ َام‬  (kalender) berasal dari bahasa

persia.
Jika ada isim atau sifat yang tidak sesuai dengan ketentuan diatas
maka tidak boleh dijamakkan muánnats salim, kecuali didengar

langsunga dari orang arab (simaí) seperti: ,‫ض‬


ٌ ‫اَْر‬ ,‫ اٌُم‬,‫ ِس ْج ٌل‬,‫اَ ْه ٌل‬
ِ
ٌ‫مَسَاء‬  jamaknya: ‫ات‬
ُ ‫ مَسَ َاو‬,‫ات‬
ُ ‫ض‬َ ‫ اَْر‬,‫ات‬
ُ ‫ اَُم َه‬,‫ت‬
ُ ‫ س ْجاَل‬,‫ت‬
ُ ‫اَ ْهاَل‬dst.
Kemudian kata yang mulhaq kepada jamak muánnats salim adalsh ‫ا ْول‬

‫(َات‬bermakna : ‫ات‬ ِ
ُ َ‫احب‬ ‫ص‬
َ para wanita yang memiliki)dan nama

(sesuatu)  yang memang bentuknya seperti jamak muánnats salim,

seperti: ‫ات‬
ُ َ‫( َعَرف‬tempat wukuf) dan ‫ات‬ ‫اَ ْذ َر َع‬ (sebuah kota dinegara

syam).

Contoh-contoh isim mufrad dalam kalimat :

‫تعب العامل‬                          pekerja itu kecapekan

 ‫حضراملهندس‬                        telah hadir seorang dosen

‫ت البَاِئ َع‬
ُ ْ‫نَ َادي‬                         saya memanggil seorang pedagang
‫اب‬
َ َ‫ت الب‬
ُ ‫ َفتَ ْح‬                        saya membuka sebuah jendela
‫اب‬ ِ ‫ َقرْأ‬                        saya membaca sebuah buku
َ َ‫ت الكت‬
ُ َ
Contoh-contoh mutsanna dalam kalimat:
11

‫ان َعلِ ٍي‬


ِ ‫كِتَاب‬                          dua buku ali
َ
‫ان اللُغَ ِة‬
ِ ‫درس‬                          dua pelajaran bahasa
َ َْ
ِ ‫الرجاَل ِن قَ ِوي‬                        dua orang laki-laki yang kuat
‫ان‬َ َُ
‫امل ْس ِج َد ِان امل ْسلِم‬                     dua masjid muslim
ُ َ
ِ ‫ان البي‬
‫ت‬ ِ
َ َ‫بَاب‬                          dua pintu rumah
Contoh-contoh jamak taksir dalam kalimat:

‫لِاْل ُ ْستَ ِاذ ثَاَل ثَةُ اَقْاَل ٍم‬                 seorang ustadz mempunyai tiga buah pena

ٍ ُ‫يِل مَخْسةُ ُكت‬                       saya mempunyai lima buku


‫ب‬ َ
ِ ‫رسل‬                              utusan-utusan Allah
‫اهلل‬ ُُُ
‫اج ُد امل ْسلِ ِم‬ِ ‫مس‬                       masjid-masjid muslim
ََ
ُ
‫اال ْساَل ِميَ ِة‬
ِ ‫م َدا ِرس‬                    sekolah-sekolah islam
َ َ
Contoh-contoh jamak muzdakkar salim dalam kalimat:

‫الطَالُِب ْو َن َي ْقَرُأ ال ُق ْراَ َن‬                  para pelajar membaca alqurán

‫صلُ ْو َن‬ ِ
َ ُ‫املُ ْسل َم ْو َن ي‬                     para muslim sedang shalat
‫ال َكاتُِب ْو َن يَكْتُُب ْو َن‬                     para penulis sedang menukis
ِ ‫ِئ‬
َ ‫نَ َاد ْيتَالبَا عنْي‬                          saya memanggil ara pedagang
‫ضَرامل َهْن ِد ُسوء َن‬
َ ‫ح‬                      telah hadir para profesor
ُ َ
ِ ‫ضراحل‬
‫اضُر ْو َن‬َ َ َ ‫ح‬                       
َ telah hadir para audien

Contoh-contoh jamak muánnats salim dalam kalimat:


12

‫ات‬ ِ
ُ ‫ت َعلَي املَُهْند َس‬
ُ ‫اَْثَنْي‬               saya memuji para profesor
‫ات‬ ِ
ُ ‫ت املُ ْسل َم‬
ْ َ‫صل‬                     
َ telah shalat para muslimat

‫ات‬ ِ
ُ َ‫ت الطَالب‬
ْ ‫َت َعلَ َم‬                     telah belajar para mahasiswi
‫ات‬ ِ
ُ َ‫ت املًؤمن‬ُ ‫د َع ْو‬                      
َ saya memanggil para mukminat

‫ات‬ ِ
ُ ‫ت ال َفاط َم‬ْ ‫ضر‬ َ ‫ح‬                   
َ telah hadir para fatimah

ِ ‫الشجر‬
‫ات‬ ََ َ ‫ت‬
َ ْ‫ت حَت‬
ُ ‫جلَ ْس‬             
َ saya duduk dibawah pepohonan

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Jadi dalam pengelompokkan isim yang berdasarkan jumlahnya dibagi
kedalam tiga bagian yaitu mufrad, mutsanna dan jamak.
13

 Mufrad adalah isim (kata benda) yang menunjukkan satu (tunggal).


Artinya memiliki satu muatan saja.
 Mutsanna (tatsniah) adalah isim yang memuat dua (benda/orang)
dengan kesesuaian (kesamaan) lafadznya dan maknanya, dengan menambah
alif dan nun atau ya dan nun pada akhirnya.
Jamak  adalah isim yang memuat (benda atau orang) tiga atau lebih
dengan tambahan pada akhirannya.
Jamak di bagi menjadi dua, jamak taksir dan jamak salim. Sedangkan
jamak salim dibagi menjadi dua lagi yaitu jamak mudzakkar salim dan jamak
muánnats salim.

2. Saran.
Setiap guru harus mampu mengembangkan tentang isim-isim dalam ilmu
nahwu yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara
efektif di dalam proses pembelajaran. Dengan pembelajaran ilmu nahwu dan
shorof dapat memahami tentang bahasa arab.
DAFTAR PUSTAKA

Nu’mah fuad, 2010, kaedah bahasa arab praktis, medan Darussalam Publishing. 


Ali Musthofa, 2005, nahwu wadih, Ponorogo Darussalam Press.
Abu Sahro, 2003, kitab aishar mudah memahami bahasa arab dasar, Klaten,
Wafa Press.
Anas Idhoh, 2009, Ilmu shorof lengkap, Pekalongan, Al-Asri.
Salimuddin, Tata Bahasa Arab Untuk Mempelajari Alqur’an, Sinar Baru
Algensindo.

15

Anda mungkin juga menyukai