HUKUM MAD
DISUSUN OLEH :
1. TEGAR RACA SIWI (1986232075)
2. TRIA SEPTIANA (1986232043)
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Tujuan ..................................................................................................... 1
I.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
I.3. Latar Belakang ....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
II.1. Pengertian Mad ...................................................................................... 2
II.2. Huruf-huruf Mad .................................................................................... 3
II.3. Panjang Bacaan Mad .............................................................................. 3
II.4. Pembagian Mad ...................................................................................... 4
iii
BAB I
PENDAHULUAN
I.3. Tujuan
1. Dapat mengetahui Pengertian Mad
2. Dapat mengetahui Huruf-huruf mad
3. Dapat mengetahui Panjang Bacaan Mad
4. Dapat mengetahui Pembagian Mad
BAB II
PEMBAHASAN
ف ْال َم ِّد
ِ ْف ِم ْن َحر ِ إِطَالَةُ الص َّْو
ٍ ْت بِ َحر
Memanjangkan suara dengan salah satu huruf dari huruf-hhuruf mad
(ashli)
Huruf Madd seperti yang dimaksudkan dalam definisi diatas yaitu (alif)
ا, (wawu) و, (ya’) ي. Ketiga huruf ini merupakan huruf-huruf dasar bagi
pembicaraan lebih lanjut tentang hukum madd.2
Menurut Muhammad Mahmud dalam kitab Hidayatul Mustafid
dinyatakan bahwa mad dalam arti bahasa adalah ط ُّ ( اَ ْل َمmemanjangkan) atau
ُ( اَل ِّزيَا َدةtambah). Sedangkan menurut arti istilah adalah:
ِ ف ِمنَ ا ْل ُح ُر ْو
ف ْال َم ِّد ٍ ت بِ َح ْر َّ اَ ْل َم ُّد ُه َو اِطَالَةُ ال
ِ ص ْو
“Mad adalah memanjangkan suara dengan suatu huruf diantara huruf-
huruf mad”.
Menurut imam Asy-Syathibi, Mad adalah memanjangkan bunyi huruf
atau huruf layyin ketika ia bertemu hamzah atau huruf mati. Lebih lanjut
Asy-syathibi mendefinisikan Mad dengan menisbatkan huruf mad dalam
suatu kata.3
1
Abdul Aziz Abdur Rauf, Pedoman Dauroh Al-Qur’an, Markaz Al-Qur’an, Kalisari Pasar
Rebo, 2011, hlm. 75.
2
Acep lim Abdurahim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, Diponegoro, Bandung, 2003,
hlm.135
3
Muhammad Mahmud, Hidayatul Mustafid fi Ahkamit Tajwid,
(Semarang: Toha Putra, tt), hlm. 4.
Pengertian pertama Asy-Syathibi mirip dengan pengertian yang
dikemukakan oleh Muhammad Mahmud diatas. Dan pada pengertian kedua
ini menunjukkan adanya perbedaan dengan pengertian yang lazim
digunakan, sebab huruf yang di isbatkan sebenarnya bukan mad tetapi
dianggap mad. Misalnya : َتVVس
ْ َد َرpada Q.S Al-An’am, ayat 105 dibaca
panjang dengan ََارسْت
َ د
4
Wakid Yusuf, "Ilmu tajwid (18) | Hukum Bacaan Mad dan Qashar"
https://wakidyusuf.wordpress.com/2018/04/02/ilmu-tajwid-18-hukum-bacaan-mad-dan-qashar/
(diakses pada 1 Desember 2019, pukul 09.23).
II.4. Pembagian Mad
ْ َ ) َم ْد اdan Mad
Bacaan mad dibagi menjadi 2 bagian yaitu Mad Asli (صلِى
Far’i () َم ْد فَ ْر ِعى
Mad asli menurut bahasa adalah mad yang masih asli, yakni panjang
bacaannya tetap satu alif (2 ketukan).
Sedangkan menurut pengertian istilah adalah:
ِ ال َم ُّد الطَّبِ ْي ِعي اَّل ِذي اَل تَقُ ْو ُم َذاتُ َح ْر
ف ْال َم ِّد اِاَّل بِ ِه
Maksud dari pengertian tersebut adalah bahwa panjang bacaan mad
tidak melebihi panjang semula, yakni satu alif karena tidak dimasuki
hamzah atau sukun. Dalam kondisi demikian, maka mad asli disebut juga
Mad Thabi’i ( ُّ )اَ ْل َم ُّد الطَّبِ ْي ِعيYaitu mad yang sesuai dengan watak aslinya yang
selamat dari tambahan hamzah dan sukun, sehingga tidak menambah
panjang bacaaan semula.5
Setiap ada alif yang jatuh setelah huruf berharakat fathah, ya’ yang jatuh
setelah huruf berharakat kasrah, wawu jatuh setelah huruf berharakat
dhomah, maka wajib dibaca mad thabi’i artinya dibaca dengan panjang
bacaannya satu alif.
Contoh:
1. صا َر
َ
ShooroAlif mati setelah fathah
2. َو َما ُه ْم
WamaahumAlif mati setelah fathah
3. تَ ِز ْي ُد
TaziiduYa’ mati setelah kasrah
4. فِ ْي َها
FiihaYa’ mati setelah kasrah
5. ُك ْونُ ْوا
KuunuuWawu mati setelah dhomah
6. ُوجُوْ ِه ِه ْم
WujuuhihimWawu mati setelah dhomah
5
Ibid.
Mad asli atau Mad Thabi’i ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
ْ َ ) َم ْد أyaitu mad asli yang huruf madnya
َ صلِى
1. Mad Asli Zhahiry (ظا ِه ِرى
jelas berikut bacaaanya. Contohnya sebagaimana diatas.
ْ َ ) َم ْد أyaitu mad asli yang huruf madnya
2. Mad Asli Muqaddar (صلِى ُمقَد َّْر
tidak jelas, namun bacaannya sepanjang mad asli. Mad model kedua ini
dalam Mushaf Utsmani ditandai dengan adanya fathah tegak, kasrah
tegak dan dhammah terbalik.
Contoh:
a. ش َر َ ٰ۟ي َمع
َ ش َريَا َم ْع
b. يُحْ يٖىيُحْ يِ ْى
c. ْيَ ُؤدُهٗيَ ُؤ ْ ُدهُ و
Sedangkan yang dimaksud Mad Far’i adalah mad cabang. Dalam arti
istilah adalah :”Mad yang melebihi mad asli karena ada hamzah dan sukun“.
Pada pengertian diatas, ditunjukkan bahwa Mad Far’i harus dibaca lebih
dari satu alif. Ketentuan ini berlaku karena setelah huruf mad didepanya
terdapat hamzah atau sukun, sehingga cara membacanya melebihi
semestinya. Dalam pengertian itu pula disebutkan bahwa panjang bacaannya
yang menyebabkan perselisihan: berapakah panjang yang sebenarnya dan
harus bertemu apa, hamzah atau sukun.6
6
Ibid., 5.
Ukuran panjang bacaan mad wajib muttashil adalah 2 ½ alif (5 ketukan).
Panjang pendek ketukan tersebut disesuaikan dengan irama bacaan yang
dialunkan. Karenanya, diharapkan dalam bacaannya tidak melebihi
ketentuan yang sudah disepakati oleh ulama ahli Qurra’.
a. اُولۤئِــــ َكUla–ika Setelah huruf mad terdapat hamzah
b. َجآ َءJa–a Setelah huruf mad terdapat hamzah
c. ِجي۟ ٓ َءJi–a Setelah huruf mad terdapat hamzah
Contoh yang lain: سُوْ ۤ َء. ِسي۟ ٓ َء. بَاۤ َء. اَلسَّـــــــ َماۤ ُء
7
Abdul Khair, Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid, Rineka Cipta, Jakarta, 2012, hlm. 84-85.
yang membacanya thulun dengan 3 alif. Dan pendapat terakhir inilah
yang paling banyak digunakan oleh Ahlul Qurra’. Contoh :
a. َ تَ ْعلَ ُمــوْ نTa’lamu—n Huruf mad bertemu huruf yang mati karena
waqaf.
b. اَ ْل ُم ْس ـتَقِ ْي ُمMustaqi—m Huruf mad bertemu huruf yang mati karena
waqaf.
c. ْ َوا ْنهَارWanha—r Huruf mad bertemu huruf yang mati karena waqaf.
d. ُ نَ ْستَ ِعيْنNasta’i—n Huruf mad bertemu huruf yang mati karena waqaf.
Contoh lainnya:
َّ ال, َالظَّالِ ُم ْون
ْ َ ي, ُ َعد ٌُّو ُمبِيْن, َضالُّيْن
َش ُك ُر ْون
8
Wakid Yusuf, "Ilmu tajwid (18) | Hukum Bacaan Mad dan Qashar"
https://wakidyusuf.wordpress.com/2018/04/02/ilmu-tajwid-18-hukum-bacaan-mad-dan-qashar/
(diakses pada 1 Desember 2019, pukul 09.23).
Adapun panjang bacaan ini semua ulama Qurra sepakat 3 alif (6
ketukan)ز
Contoh:
a. اَت َُح ۤا ُّج ْوۤ ِّن ْىAtuha—jju—nni Huruf mad bertemu huruf yang ditasydid.
b. َضٓالِّيْن
َّ اَلAdh-dha—lli—nHuruf mad bertemu huruf yang ditasydid.
c. ُاخة
َّ ٓص
َّ اَلAsh Sha—khkhahHuruf mad bertemu huruf yang ditasydid.
d. ُ اَلطَّٓا َّمةAth Tha—mmahHuruf mad bertemu huruf yang ditasydid
Sebagian ulama Qurra’ menyebut mad Lazim Mutsaqqal Kilmi ini
dengan sebutan Mad Lazim Muthawwal Kilmi.
Kesemua huruf pada permulaan surah tersebut tidak harus dibaca Mad
Lazim Mutsaqqal Harfi, tetapi ada juga yang dibaca Mad Lazim
Mukhaffaf Harfi, yang akan dibahas pada nomor berikutnya. Lebih
jelasnya, huruf-huruf di atas yang mempunyai tanda baca panjang (~)
merupakan tanda dari Mad Lazim Mutsaqqal Harfi.
Dari Huruf-huruf yang mengawali sebagian surah dalam Al-Qur’an di
atas, maka dapat dipastikan bahwa huruf-huruf Mad Lazim Mutsaqqal
Harfi dalam al-Qur’an sebanyak 8 huruf yang terkumpul dalam kalimat :
سلُ ُك ْم َ َنَق
َ ص َع
Sebagian ulama Qurra’ menyebut mad ini dengan Mad Lazim
Musyabba’ Harfi atau Mad Lazim Muthawwal Harfi.
Contoh:
ٓ كٓ ٰهيٰ ٓعKa—f ha-ya-‘ai—n sha—d Mad bertemu huruf sebangsa 3
a. ص
dalam satu kalimat.
ٓ Nu—n Mad bertemu huruf sebangsa 3 dalam satu kalimat.
b. ن
ٓ Sha—d Mad bertemu huruf sebangsa 3 dalam satu kalimat.
c. ص
ٓ س
d. ق ٓ ع
ٓ ٓحــم
ٰ Ha-mi—m ‘ai—n si—n qa—f Mad bertemu huruf sebangsa
3 dalam satu kalimat
9
Ibid.
3) ٓالــ ّ ٓم ٰرAlif la—mmi—m ra–Mad bertemu huruf sebangsa 2 dalam
satu kalimat.
Didalam Mushaf Utsmani, Mad ini ditandai dengan tanda baca ( ) ا
pada huruf yang mengawali surah.
ِ َصلَةُ الق
a. Mad Shilah Qashir ( ُص ْي َرة ِّ ) ال َم ُّد ال
Mad Shilah Qashir adalah apabila ada dhamir jatuh setelah huruf
hidup dan tidak bersambung dengan kalimat sesudahnya yang diberi
al-Ta’rif
( ) اَ ْلــ تَ ْع ِر ْيف
Cara membaca Mad Shilah Qoshir adalah 1 alif dan ada yang
membacanya 2 alif.
Contoh:
1) َ إِنَّهٗ َكانInnahu–ka-na Dhamir jatuh setelah huruf hidup dan tidak
sambung hamzah.
َّ َولَهٗ َما فِى الWalahu–ma-fissama-wa-ti Dhamir jatuh setelah
ِ سمٰ ٰوا
2) ت
huruf hidup dan tidak sambung hamzah.
3) اَ ْخلَدَهٗ َكاَّلAkhladahu–kalla- Dhamir jatuh setelah huruf hidup dan
tidak sambung hamzah.
4) ٖ َر ُس ـوْ لِهRasu-lihi– Dhamir jatuh setelah huruf hidup dan tidak
sambung hamzah.
Namun jika dhamir tersebut disambung dengan huruf
didepannya yang ada al Ta’rif, maka dhamir tersebut tidak dapat
dibaca Mad Shillah Qashir tetapi dibaca qashar (pendek).
Contoh:
a) ُ ٰم ٰواتVالس
َّ ُ لَهLahussama-wa-tu Dhamir bersambung dengan al
Ta’rif
b) ْ ‘ َعلَّ َمهُ ْالبَيَانAllamahul baya-an ;;Dhamir bersambung dengan
al Ta’rif
c) سنٰى ْ َ لَهُ ْاألLahul asma–ul husnaa
ُ س َما ُء ْا
ْ لح
Dhamir bersambung dengan al Ta’rif
Tidak hanya itu saja huruf ha’ dibaca pendek, tetapi jika huruf
ha’ dhamir tersebut jatuh setelah huruf mati, maka tetap dibaca
pendek.
Contoh:
a) ُ د ََخ ْلتُ ُم ْوهDakhaltumu-hu Sebelum dhamir terdapat huruf yang
mati.
b) ُهV َو ُر ْو ٌح ِّم ْنWaru–hun minhu Sebelum dhamir terdapat huruf
yang mati.
ْ Vُ اَ ْوت ُْخفAu tukhfu-hu Sebelum dhamir terdapat huruf yang
c) ُوهV
mati.
d) ُ فَ ُكلُ ْوهFakulu-hu Sebelum dhamir terdapat huruf yang mati
Mad Shilah Thawil adalah mad shilah yang bertemu dengan hamzah
Qotho’ (hamzah yang bisa dijadikan permulaan atau ditengah-tengah
kalimat), sehingga mad ini hampir sama dengan Mad Jaiz Munfashil.
Mayoritas ulama’ Qurra’ membacanya 2 ½ alif (5 ketukan) namun
diantara mereka ada yang membaca qashar dengan alif.
Contoh:
1) ٌ َكــانَ لَ ٗه ٓ إِ ْخــ َوةKa-nalahu—ikhwatun Setelah dhamir ada hamzah
qotho’.
2) ٌ َما َع ْنـــهُ اٰلِهَـــةMa-‘anhu a—lihatun Setelah dhamir ada hamzah
qotho’.
3) أُ ْش ـ ُد ْدبِهٖٓ اَ ْز ِري: Usydud bihi— azri- Setelah dhamir ada hamzah
qotho’.
4) بِهٖٓ اَ ْز َواجًاBihi—azwa-jan Setelah dhamir ada hamzah qotho’
10
Abdul Aziz Abdur Rauf, Op Cit, hlm.76
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Mad menurut bahasa artinya panjang. Sedangkan menurut ilmu tajwid
mad adalah memanjangkan bunyi huruf hijaiyah karena adanya sebab-sebab
tertentu. Yaitu huruf yang berharakat fathah dan bertemu dengan huruf alif,
huruf yang berharakat dhammah dan bertemu dengan huruf wawu sukun,
dan huruf berharakat kasrah dan bertemu dengan huruf ya’ sukun.
Ilmu Tajwid membahas tentang hukum-hukum bacaan yang terdapat
dalam Al-Qur‟an. Ilmu tajwid terbagi kedalam empat kelompok besar
diantaranya Iqlab, Ikhfa, Idgham dan Izhar. Selain itu adapula Hukum
Mad.Hukum mad terdiri dari 15 diantaranya mad thabi’i,mad wajib
muttashil,mad jai’z munfashil,mad lazim mutsaqqal kilmi,mad lazim
muthawwal,mad lazim mukhafafa kilmi,mad layin,mad ‘aridl lissukun,mad
shilah qashirah,mad shilah thawilah,mad ‘wadl,mad badal,mad lazim harfi
musyabba’,mad lazim harfi mukhaffaf,mad tamkien,mad farq.
III.2. Saran
Sebagai umat islam kita harus memperhatikan hukum dan tata cara
membaca Al-Qur’an yang baik dan benar mengetahui hukum bacaan mad.
Sehingga mankna ada arti yang terkandung di dalam al-qur’an sesuai
dengan wahyu yang telah Allah turunkan kepada baginda Rasulullah SAW.
DAFTAR PUSTAKA
http://blogepemula.blogspot.com/2013/11/contoh-makalah-hukum-hukum-
bacaan-mad.html
http://icakgenjah.blogspot.com/2016/12/makalah-dirosah-al-quran-tentang-
mad.html
https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com/2017/02/makalah-hukum-
bacaan-mad-dan-waqaf.html
https://wakidyusuf.wordpress.com/2018/04/02/ilmu-tajwid-18-hukum-bacaan-
mad-dan-qashar/
https://www.academia.edu/38931940/Makalah_Tajwid_Hukum_Bacaan_Madd_d
an_Waqaf_