Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara garis besar konstitusi merupakan seperangkat aturan main dalam
kehidupan bernegara yang mengatur hak dan kewajiban warga Negara dan
Negara itu sendiri. Konstitusi suatu Negara biasa di sebut dengan Undang-
Undang Dasar (UUD) . dalam pengembangan Negara dan warga Negara dan
warga Negara yang demokratis, keberadaan konstitusi demokrasi lahir dan
Negara yang demokrasi.
Namun demikian, tidak ada jaminan adanya konstitusi yang demokratis
akan melahirkan sebuah Negara yang demokratis akan melahirkan sebuah Negara
yang demokratis. Hal itu disebabkan oleh penyelewengan atas konstitusi oleh
penguasa otoriter. Oleh karenanya akan diuraikan lebih menyeluruh unsure-unsur
penting dalam konstitusi.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Konstitusi
2. Manfaat Konstitusi
3. Istilah Konstitusi
4. Sejarah Lahirnya Konstitusi Di Indonesia
5. Sifat dan Fungsi Konstitusi
6. Tujuan Konstitusi
7. Pentingnya Konstitusi Dalam Negara
8. Perubahan Konstitusi di Negara Indonesia

C. Tujuan dan Manfaat Makalah


Makalah ini untuk bentuk demontrasi kami sebagai mahasiswi untuk
menyadarkan pemerintah bahwa adanya penerapan konstitusi dalam
pemerintahan yang berasaskan demokrasi itu penting.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari kata constitution (Bhs. Inggris) – constitutie (Bhs.
Belanda) – constituer (Bhs. Perancis), yang berarti membentuk, menyusun,
menyatakan. Dalam bahasa Indonesia, konstitusi diterjemahkan atau disamakan
artinya dengan UUD. Konstitusi menurut makna katanya berarti dasar susunan
suatu badan politik yang disebut negara. Konstitusi menggambarkan keseluruhan
sistem ketatanegaraan suatu negara, yaitu berupa kumpulan peraturan untuk
membentuk, mengatur, atau memerintah negara. Peraturan-peraturan tersebut
ada yang tertulis sebagai keputusan badan yang berwenang, dan ada yang tidak
tertulis berupa konvensi. Dalam konsep dasar konstitusi, pengertian konstitusi:
1) Kontitusi itu berasal dari bahasa parancis yakni constituer yang berarti
membentuk.
2) Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu “Cume”
berarti bersama dengan dan “Statuere” berarti membuat sesuatu agar berdiri
atau mendirikan, menetapkan sesuatu, sehingga menjadi “constitution”.
3) Dalam istilah bahasa inggris (constution) konstitusi memiliki makna yang
lebih luas dan undang-undang dasar. Yakni konstitusi adalah keseluruhan dari
peraturn-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur
secara mengikat cara-cara bagaimana sesuatu pemerintahan diselenggarakan
dalam suatu masyarakat.
4) Dalam terminilogi hokum islam (Fiqh Siyasah) konstitusi dikenal dengan
sebutan DUSTUS yang berati kumpulan faedah yang mengatur dasar dan
kerja sama antar sesame anggota masyarakat dalam sebuah Negara.
5) Menurut pendapat James Bryce, mendefinisikan konstitusi sebagai suatu
kerangka masyarakat politik (Negara yang diorganisir dengan dan melalui
hokum. Dengan kata lain konstitusi dikatakan sebagai kumpulan prinsip-
prinsip yang mengatur kekuasaan pemerintahan, hak-hak rakyat dan
hubungan diantara keduanya

2
Dalam perkembangannya, istilah konstitusi mempunyai dua pengertian,
yaitu:
Dalam pengertian luas (dikemukakan oleh Bolingbroke), konstitusi
berarti keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar. Seperti
halnya hukum pada umumnya, hukum dasar tidak selalu merupakan dokumen
tertulis atau tidak tertulis atau dapat pula campuran dari dua unsur tersebut.
sebagai hukum dasar yang tertulis atau undang-undang Dasar dan hukum dasar
yang tidak tertulis / Konvensi.
Konvensi sebagai aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam
praktek penyelenggaraan bearnegara mempunyai sifat ;
a. Merupakan kebiasaan yang berulangkali dalam prektek penyelenggaaraan
Negara.
b. Tidak beartentangan dengan hukum dasar tertulis/Undang-undang Dasar dan
bearjalan sejajar.
c. Diterima oleh rakyat negara.
Bersifat melengkapi sehingga memungkinkan sebagai aturan dasar yang
tidak terdapat dalam Undang-undang Dasar. Konstitusi sebagiai hukum dasar
memuat aturan-aturan dasar atau pokok-pokok penyelenggaraan bernegara, yang
masih bersifat umum atau bersifat garis besar dan perlu dijabarkan lebih lanjut
kedalam norma hukum dibawahnya.
Dalam arti sempit (dikemukakan oleh Lord Bryce), konstitusi berarti
piagam dasar atau UUD, yaitu suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-
peraturan dasar negara. Contohnya adalah UUD 1945.
Sesungguhnya pengertian konstitusi berbeda dengan Undang Undang
Dasar, hal tersebut dapat dikaji dari pendapat L.J. Apeldorn dan Herman Heller.
Menurut Apeldorn, konstitusi tidaklah sama dengan UUD. Undang-Undang
Dasar hanyalah sebatas hukum yang tertulis, sedangkan konstitusi di samping
memuat hukum dasar yang tertulis juga mencakup hukum dasar yang tidak
tertulis.
Adapun menurut Herman Heller, konstitusi mencakup tiga pengertian,
yaitu:

3
1. Die politische verfassung als gesselchaffliche wirklichkeit, yaitu konstitusi
yang mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu
kewajiban.
2. Die verselbstandigte rechtverfassung, yaitu mencari unsur-unsur hukum dari
konstitusi yang hidup dalam masyarakat tersebut untuk dihadirkan sebagai
suatu kaidah hukum.
3. Die geschriebene verfassung, yaitu menuliskan konstitusi dalam suatu
naskah sebagai peraturan perundangan yang tertinggi derajatnya dan berlaku
dalam suatu negara.
Konstitusi sebagai hukum dasar berisi aturan-aturan dasar atau pokok-
pokok penyelenggaraan negara. Aturan-aturan itu masih bersifat umum.

B. Manfaat Konstitusi

1. Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat didasarkan


atas kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu
negara.
2. Jika negara itu menganut paham kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi
konstitusi itu adalah rakyat.
3. Jika yang berlaku adalah paham kedaulatan raja, maka raja yang menentukan
berlaku tidaknya suatu konstitusi. Hal inilah yang disebut oleh para ahli
sebagai constituent power yang merupakan kewenangan yang berada di luar
dan sekaligus di atas sistem yang diaturnya.
4. Karena itu, di lingkungan negara-negara demokrasi, rakyatlah yang dianggap
menentukan berlakunya suatu konstitusi.

C. Istilah Konstitusi
Istilah konstitusi secara umum menggambarkan keseluruhan sistem
ketatanegaraan suatu negara, yaitu berupa kumpulan peraturan yang membentuk
mengatur atau memerintah negara, peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis
dan ada yang tidak tertulis.

4
Sehubungan dengan konstitusi ini para sarjana dan Ilmuan Hukum Tata
Negara terjadi perbedaan pendapat:
1. Kelompok yang menyamakan konstitusi dengan undang-undang;
2. Kelompok yang membedakan konstitusi dengan undang-undang.

Menurut paham Herman Heller, konstitusi mempunyai arti yang lebih


luas dari undang-undang.
Dia membagi konstitusi dalam tiga pengertian antara lain:
a. Konstitusi mencerminkan kehidupan politik dalam masyarakat sebagai suatu
kenyataan (Die Polotiche Verfasung Als Gesellchaftliche)
b. Unsur-unsur hukum dari konstitusi yang hidup dalam masyarakat dijadikan
sebagai suatu kesatuan hukum dan tugas mencari unsur-unsur hukum ”
Abstraksi”.
c. Ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang tertinggi dan
berlaku dalam suatu negara.
Menurut Lord Bryce, terdapat empat motif timbulnya konstitusi :
1. Adanya keinginan anggota warga negara untuk menjamin hak-haknya yang
mungkin terancam dan sekaligus membatasi tindakan-tindakan penguasa;
2. Adanya keinginan dari pihak yang diperintah atau yang memerintah dengan
harapan untuk menjamin rakyatnya dengan menentukan bentuk suatu sistem
ketatanegaraan tertentu;
3. Adanya keinginan dari pembentuk negara yang baru untuk menjamin tata
cara penyelenggaraan ketatanegaraan;
4. Adanya keinginan untuk menjamin kerja sama yang efektif antar negara
bagian.

D. Sejarah Lahirnya Konstitusi Di Indonesia


Dalam sejarahnya, Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei
1945 sampai 16 Juni 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai dalam
bahasa Jepang yang beranggotakan 21 orang, diketuai Ir.Soekarno dan
Drs.Moh.Hatta sebagai wakil dengan 19 orang anggota yang terdiri dari 11

5
orang wakil dari Jawa,3 orang dari Sumatra, dan masing-masing 1 wakil dari
Kalimantan, Maluku, dan Sunda kecil. BPUPKI ditetapkan berdasarkan
Maklumat Gunseikan Nomor 23 bersamaan dengan ultah Tenno Heika pada
tanggal 29 April 1945.
BPUPKI menentukan tim khusus yang bertugas menyusun konstitusi
bagi Indonesia merdeka yang dikenal dengan nama UUD 1945. tokoh-tokoh
perumusnya antara lain Dr.Rajman Widiodiningrat, Ki Bagus Hadi Koesemo,
Oto Iskandardinata, Pangeran purboyo, Pangeran Soerjohamindjojo dan lain-
lain.
UUD 1945 dibentuk untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa
Indonesia di kemudian hari. Setelah kemerdekaan diraih, kebutuhan akan sebuah
konstitusi resmi nampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi, dan segera harus
dirumuskan sehingga lengkaplah Indonesia menjadi sebuah Negara yang
berdaulat. Pada tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari setelah ikrar kemerdekaan,
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan sidangnya yang
pertama kali dan menghasilkan beberapa keputusan sebagai berikut :
1. Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 yang bahannya
diambil dari rancangan Undang – Undang yang disusun oleh panitia perumus
pada tanggal 22 Juni 1945.
2. Menetapkan dan mengesahkan UUD 1945 yang bahannya hampir seluruhnya
diambil dari RUU yang disusun oleh panitia perancang UUD tanggal 16 Juni
1945.
3. Memilih ketua persiapan Kemerdekaan Indonesia Ir. Soekarno sebagai
presiden dan wakil ketua Drs. Muhammad Hatta sebagai wakil presiden.
4. Pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia(Komite Nasional).

Dengan terpilihnya atas dasar UUD 1945 ,maka secara formal Indonesia
sempurna menjadi sebuah Negara, sebab syarat – syarat yang lazim diperlukan
oleh setiap Negara telah ada, yaitu adanya :
1. Rakyat .
2. Wilayah.

6
3. Kedaulatan.
4. Pemerintahan
5. Tujuan Negara.
6. Bentuk Negara
Konstitusi sebagai satu kerangka kehidupan politik telah lama dikenal
yaitu sejak zaman yunani yang memiliki beberapa kumpulan hokum (semacam
kitab hokum pada 624 – 404 SM) sehingga, sebagai Negara hokum Indonesia
memiliki konstitusi yang dikenal sebagai UUD 1945 yang telah dirancang sejak
29 Mei 1945 sampai 16 Juli 1945 oleh badan penyelidik usaha-usaha persiapan
kemerdekaan Indonesia (BPUPKU) yang mana tugas pokok badan ini
sebenarnya menyusun rancangan UUD. Namun dalam praktik persidangannya
berjalan berkepanjangan khususnya pada saat membahas masalah dasar
Negara.diakhir siding I BPUPKIberhasil membentuk panitia kecil yang disebut
panitia sembilang, panitia ini pada tanggal 22 juni 1945 berhasil mencapai
kompromi untuk menyetujui sebuah naskah mukhodimah UUD yang kemudian
diterima dalam siding II BPUPKI tanggal 11 Julu 1945. Setelah itu Ir. Soekarno
membentuk panitia kecil pada tanggal 16 juli 1945 yang diketuai oleh Soepomo
dengan tugas menyusun rancangan UUD dan membentuk panitia persiapan
kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang beranggotakan 21 orang. Sehingga UUD
atau konstitusi Negara republic Indonesia diatukan ditetapkan oleh PPKI pada
hari sabtu tanggal 18 Agustus 1945. Dengan demikian sejak itu Indonesia telah
menjadi suatu Negara modern karena telah memiliki suatu system
ketatanegaraan yaitu dalam UUD 1945.

Dalam perjalanan sejarah, konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa


kali pergantian baik nama maupun subtansi materi yang dikandungnya, yaitu :
1) UUD 1945 yang masa berlakunya sejak 18 Agustus 1945 sampai 27
Desember 1949.
2) Konstitusi republic Indonesia serikat yang lazim dikenal dengan sebutan
konstitusi RIS (17 Desember 1949 – 17 Agustus 1950).
3) UUD 1950 (17 Agustus 1950 – 05 Juli 1959).

7
UUD 1945 yang merupakan pemberlakuan kembali konstitusi pertama Indonesia
dengan masa berlakunya sejak dekrit presiden 05 Juli 1959 – Sekarang.

E. Sifat dan Fungsi Konstitusi


Sifat pokok konstitusi negara adalah fleksibel (luwes) dan rigit (kaku).
Konstitusi negara memiliki sifat fleksibel / luwes apabila konstitusi itu
memungkinkan adanya perubahan sewaktu-waktu sesuai perkembangan
jaman /dinamika masyarakatnya. Sedangkan konstitusi negara dikatakan rigit /
kaku apabila konstitusi itu sulit untuk diubah kapanpun.
Fungsi pokok konstitusi adalah membatasi kekuasaan pemerintah
sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-
wenang. Pemerintah sebagai suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan
oleh dan atas nama rakyat, terkait oleh beberapa pembatasan dalam konstitusi
negara sehigga menjamin bahwa kekuasaan yang dipergunakan untuk
memerintah itu tidak disalahgunakan.
Dengan demikian diharapkan hak-hak warganegara akan terlindungi.
Sesuai dengan istilah konstitusi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang
diarti kan sebagai:
1) Segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan;
2) Undang-undang Dasar suatu negara. Berdasarkan pengertian tersebut,
konstitusi merupakan tonggak atau awal terbentuknya suatu negara dan
menjadi dasar utama bagi penyelenggara negara. Oleh sebab itu, konstitusi
menempati posisi penting dan strategis dalam kehidupan ketatanegaraan
suatu negara. Konstitusi juga menjadi tolok ukur kehidupan berbangsa dan
bernegara yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu
sekaligus memuat ide-ide dasar yang digariskan oleh pendiri negara ( the
founding fathers ). Konstitusi memberikan arahan kepada generasi penerus
bangsa dalam mengemudikan negara menuju tujuannya.

F. Tujuan Konstitusi
Secara garis besar konstitusi bertujuan untuk membatasi tindakan
sewenang-wenangpemerintah, menjamin hak-hak pihak yang diperintah (rakyat)

8
dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Sehingga pada
hakekatnya tujuan konstitusi merupakan perwujudan paham tentang
konstitusionalisme yang berate pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah
diastu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga Negara maupun setiap
penduduk dipihak lain.
Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wanang
pemerintah dan menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan
pelaksanaan kekuasan yang berdaulat. Menurut Bagir Manan, hakekat dari
konstitusi merupakan perwujudan paham tentang konstitusi atau
konstitusionalisme, yaitu pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah di satu
pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun setiap penduduk di
pihak lain.
Sedangkan, menurut Sri Soemantri, dengan mengutip pendapat
Steenbeck, menyatakan bahwa terdapat tiga materi muatan pokok dalam
konstitusi, yaitu:
1. Jaminan hak-hak manusia;
2. Susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar;
3. Pembagian dan pembatasan kekuasaan.

Dalam paham konstitusi demokratis dijelaskan bahwa isi konstitusi


meliputi:
1. Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hukum.
2. Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia.
3. Peradilan yang bebas dan mandiri.
4. Pertanggungjawaban kepada rakyat (akuntabilitas publik) sebagai sendi
utama dari asas kedaulatan rakyat.
Keempat cakupan isi konstitusi di atas merupakan dasar utama dari suatu
pemerintah yang konstitusional. Namun demikian, indikator suatu negara atau
pemerintah disebut demokratis tidaklah tergantung pada konstitusinya.
Sekalipun konstitusinya telah menetapkan aturan dan prinsip-prinsip diatas, jika
tidak diimplementasikan dalam praktik penyelenggaraan tata pemerintahan, ia

9
belum bisa dikatakan sebagai negara yang konstitusional atau menganut paham
konstitusi demokrasi.
Tujuan-tujuan adanya konstitusi tersebut, secara ringkas dapat
diklasifikasikan menjadi tiga tujuan, yaitu :
1. Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan pembatasan sekaligus
pengawasan terhadap kekuasaan politik;
2. Konstitusi bertujuan untuk melepaskan control kekuasaan dari penguasa
sendiri;
3. Konstitusi berjuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para
penguasa dalam menjalankan kekuasaannya.

G. Pentingnya Konstitusi Dalam Negara


Konsekuensi logis dari kenyataan bahwa tanpa konstitusi negara tidak
mungkin terbentuk, maka konstitusi menempati posisi yang sangat krusial dalam
kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Negara dan konstitusi merupakan
lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Dr. A. Hamid S.
Attamimi, dalam disertasinya berpendapat tentang pentingnya suatu konstitusi
atau Undang-undang Dasar adalah sebagai pegangan dan pemberi batas,
sekaligus tentang bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan.
Sejalan dengan pemahaman di atas, Struycken dalam bukunya Net
Staatsrecht van Het Koninkrijk der Nederlanden menyatakan bahwa konstitusi
merupakan barometer kehidupan bernegara dan berbangsa yang sarat dengan
bukti sejarah perjuangan para pendahulu, sekaligus ide-ide dasar yang digariskan
oleh the founding father, serta memberi arahan kepada generasi penerus bangsa
dalam mengemudikan suatu negara yang akan dipimpin. Semua agenda penting
kenegaraan ini tercover dalam konstitusi, sehingga benarlah kalau konstitusi
merupakan cabang yang utama dalam studi ilmu hukum tata negara.
Pada sisi lain, eksistensi suatu ”negara” yang diisyaratkan oleh A. G.
Pringgodigdo, baru riel ada kalau telah memenuhi empat unsur, yaitu:
1) Memenuhi unsur pemerintahan yang berdaulat,
2) Wilayah Tertentu
3) Rakyat yang hidup teratur sebagai suatu bangsa (nation), dan

10
4) Pengakuan dari negara-negara lain.
Dari keempat unsur untuk berdirinya suatu negara ini belumlah cukup
menjamin terlaksananya fungsi kenegaraan suatu bangsa kalau belum ada
hukum dasar yang mengaturnya. Hukum dasar yang dimaksud adalah sebuah
konstitusi atau Undang-Undang Dasar.
Prof. Mr. Djokosutono melihat pentingnya konstitusi dari dua segi.
Pertama, dari segi sisi (naar de Inhoud) karena konstitusi memuat dasar dari
struktur dan memuat fungsi negara. Kedua, dari segi bentuk (Naar de Maker)
oleh karena yang memuat konstitusi bukan sembarangan orang atau lembaga.
Mungkin bisa dilakukan oleh raja, raja dengan rakyatnya, badan konstituante
atau lembaga diktator.
Pada sudut pandang yang kedua ini, K. C. Wheare menggkaitkan
pentingnya konstitusi dengan peraturan hukum dalam arti sempit, dimana
konstitusi dibuat oleh badan yang mempunyai ”wewenang hukum” yaitu sebuah
badan yang diakui sah untuk memberikan kekuatan hukum pada konstitusi.

H. Perubahan Konstitusi di Negara Indonesia


Dalam UUD 1945 menyediakan satu pasal yang berkenaan dengan cara
perubahan UUD, yaitu pasal 37 yang menyebutkan:
1. Untuk mengubah UUD sekurang-kuranngnya 2/3 daripada anggota MPR
harus hadir;
2. Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah
angggota yang hadir.

Pasal 37 terrsebut mengandung tiga norma, yaitu:


1. Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR sebagai lembaga
tertinggi negara;
2. Bahwa untuk mengubah UUD, kuorum yang dipenuhi sekurang-kurangnya
adalh 2/3 dari sejumlah anggota MPR;
3. Bahwa putusan tentang perubahan UUD adalah sah apabila disetujui oleh
sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota MPR yang hadir.

11
Jika dihadapkan pada klasifikasi yang disampaikan KC. Wheare,
merupakan bentuk konstitusi bersifat “tegar”, karena selain tata cara
perubahannya tergolong sulit, juga karena dibutuhkannya prosedur khusus.
Menurut KC. Wheare, tingkat kesulitan perubahan-perubahan konstitusi memilki
motif-motif tersendiri yaitu:
1. Agar perubahan konstitusi dilakukan dengan pertimbangan yang masak,
tidak secara serampangan dan dengan sadar (dikehendaki);
2. Agar rakyat mendapat kesempatan untuk menyampaikan pandangannya
sebelum perubahan dilakukan;
3. Agar hak-hak perseorangan atau kelompok seperti kelompok minoritas
agama atau kebudayaanya mendapat jaminan.

Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, Konstitusi atau Undang-undang


Dasar 1945 yang diberlakukan di Indonesia, telah mengalami perubahan-
perubahan dan masa berlakunya di Indonesia, yakni dengan rincian sebagai
berikut:
1. Undang-undang dasar 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949);
2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949-17 Agustus
1950);
3. Undang-undang Dasar Semntara Rrepublik Indonesia 1950 (17 Agustus
1950-5Juli 1959);
4. Undang-undang Dasar 1945 (5 Juli 1959-19 Oktober 1999);
5. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999-18 Agustus
2000);
6. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I dan II (18 Agustus 2000-9
Nopember 2001);
7. Undang-undang Dasar 1945 dan peereubahan I, II, dan III (9 Nopember
2001-10 Agustus 2002);
8. Undang_undang Dasar 1945 dan perubahan I,II, III dan IV (10 Agustus
2002).

12
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Konstitusi dalam arti sempit, yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis atau
undang-undang Dasar.
2. Konstitusi dalan arti luas, yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis atau
undang-undang Dasar dan hukum dasar yang tidak tertulis / Konvensi
3. Dalam praktiknya, konstitusi dustur terbagi menjadi dua bagian yaitu tertulis
(undang-undang) dasar dan yang tidak tertulis, atau dikenal juga dengan
konvensi.
4. Konstitusi merupakan media bagi terciptanya kehidupan yang demokratis
bagi seluruh warga Negara.
5. Konstitusi sebagaimana disebutkan merupakan aturan-aturan dasar yang
dibentuk dalam mengatur hubungan antar Negara dan warga Negara.

b. Saran
Dengan selesainya Makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang ikut andil dalam penulisan makalah ini. Tak lupa kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu saran dan kritik yang membangun selalu kami tunggu dan kami
perhatikan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairul, Konstitusi dan kelembagaan Negara, Jakarta: CV. Novindo Pustaka
Mandiri, 1999.

Daud, Abu Busroh dan Abubakar Busro, Asas-asas Hukum Tata Negara, Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1983, cet. Ke-1

Kusnardi, Moh., et.ai., Ilmu Negara, Jakarta:Gaya Media Pratama, 2000, cet.ke-4.

Lubis, M. Solly, Asas-asas Hukum Tata Negara, Bandung: Alumni, 1982.

Thaib, Dahlan,et.al., Teori dan Hukum Konstitusi, Jakarta: PT> Raja Grafindo
Persada, 2001, cet.ke-2.

Ubaidillah, Ahmad, et.al., Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi,


HAM dan Masyarakat Madani, Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000, edisi
pertama.

http://id.wikipedia.org/wiki/konstitusi

http://marsaja/wordpress.com/konstitusidiindonesia

http://blog.unila.ac.id/redha/pengertian-konstitusi

http://destiwd.blogspot.com/2011/10/makalah-konstitusi.html

14

Anda mungkin juga menyukai