Anda di halaman 1dari 20

DISUSUN OLEH :

ANASTASIA AMBAR ANGELINA


CATHARINA NENENG D
FRISKASIH
MARTINUS GERIN W.

KELAS : X IPS 2

SMA XAVERIUS 5 BELITANG


BELITANG OKU TIMUR
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena dengan
bimbingan, petunjuk serta kehendak-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan
pembahasan materi tentang Mengupas Kepenyelenggaraan Kekuasaan Negara, Sistem
Pembagian Kekuasaan Negara, Kedudukan dan Fungsi Kementerian, Kedudukan dan Fungsi
Memerintah Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan RI.
Dalam pembuatan makalah ini kami sudah mencoba semaksimal mungkin dalam
membuatnya, jika dalam penyusunannya masih banyak kekurangan, maka saya mohon kepada
Guru agar dapat memahami kekurangan tersebut.
Saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan untuk lebih
sempurnanya dalam penyusunan makalah di masa yang akan datang. Demikian makalah yang
kami buat semoga bermanfaat bagi saya dan para pembaca lainnya.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................................... i


Kata Pengantar ...................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
1.3. Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3


2.1. Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Republik Indonesia ................................... 3
2.2. Kedudukan dan Fungsi Kementerian Negara Republik Indonesia dan
Lembaga Pemerintah Non-Kementerian ................................................................ 5
2.3. Kedudukan dan Fungsi Pemerintah Daerah dalam Kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia ................................................................................. 10

BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 16


3.1. Kesimpulan ............................................................................................................. 16
3.2. Saran ....................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyelenggaraan pemerintahan suatu negara akan berjalan dengan baik apabila
didukung oleh lembaga-lembaga negara yang saling berhubungan satu sama lain sehingga
merupakan satu kesatuan dalam mewujudkan nilai-nilai kebangsaan dan perjuangan negara
sesuai dengan kedudukan, peran, kewenangan dan tanggung jawabnya masing-masing.
Sekarang ini dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika
kehidupan nasional, regional dan internasional yang cenderung berubah sangat dinamis, aneka
aspirasi ke arah perubahan meluas di berbagai negara di dunia, baik di bidang politik maupun
ekonomi. Perubahan yang diharapkan dalam hal ini perombakan terhadap format-format
kelembagaan birokrasi pemerintahan yang tujuannya untuk menerapkan prinsip efisiensi agar
pelayanan umum (public services) dapat benar-benar efektif.
Pemerintah Daerah dan DPRD adalah penyelenggara pemerintahan daerah menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar 1945. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan Perangkat
Daerahsebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi. Daerah
provinsi itu dibagi lagi atas daerah kabupaten dan daerahkota. Setiap daerah provinsi, daerah
kabupaten, dan daerah kota mempunyaipemerintahan daerah yang diatur dengan undang-
undang.
Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah
Provinsi, Daerah Kabupaten dan Daerah Kota dipilih secara demokratis. Pemerintah daerah
menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimanakah sistem pembagian kekuasaan Negara Republik Indonesia?
1.2.2. Bagaimanakah Kedudukan dan Fungsi Kementerian Negara Republik Indonesia dan
Lembaga Pemerintah Non-Kementerian?
1.2.3. Bagaimanakah Kedudukan dan Fungsi Pemerintah Daerah dalam Kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia?

1
1.3. Tujuan
Tujuan dari pembuat makalah ini adalah agar kami sebagai siswa lebih memahami
tentang cara pembuatan makalah yang baik dan benar, dan agar kami lebih memahami tentang
penyelenggaraan kekuasaan negara.
Selain itu, kami sebagai tim penyusun juga membuat makalah ini dengan berbagi tujuan:
1.3.1. Untuk mengetahui sistem pembagian kekuasaan negara republik indonesia
1.3.2. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi kementerian negara republik indonesia dan
lembaga pemerintah non-kementerian
1.3.3. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi pemerintah daerah dalam kerangka negara
kesatuan republik indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Republik Indonesia


A. Macam-Macam Kekuasaan Negara
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk memengaruhi orang lain supaya
melakukan tindakan-tindakan yang dikehendaki atau diperintahkannya. Sebagai suatu Negara,
Indonesia juga mempunyai suatu kekuasaan. Kekuasaan Negara merupakan kewenangan
Negara untuk mengatur seluruh rakyatnya untuk mencapai keadilan, kemakmuran, dan
keteraturan.
Menurut John Locke dan Montesquieu sebagaimana dikutip oleh Astim Riyanto dalam
bukunya yang berjudul Negara Kesatuan; Konsep, Asas, dan Aplikasinya (2006:273) dapat
dibagi menjadi tiga bagian. Kekuasaan Negara menurut John Locke dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat atau membentuk undang-undang
2. Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang, termasuk
kekuasaan untuk mengadili setiap pelanggaran terhadap undang-undang.
3. Kekuasaan federatif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan hubungan luar negeri.
4. Sedangkan menurut Montesquieu:
5. Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat atau membentuk undang-undang
6. Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang
7. Kekuasaan yudikatif, yaitu kekuasaan untuk mempertahankan undang-undang, termasuk
kekuasaan untuk mengadili setiap pelanggaran terhadap undang-undang.
Teori Montesquieu adalah penyempurna teori yang diungkapkan oleh John Locke dan
dinamakan Trias Politica.

B. Konsep Pembagian Kekuasaan di Indonesia


Pembagian kekuasaan Negara adalah terpisah-pisahnya kekuasaan Negara dalam
beberapa bagian. Baik mengenai organnya maupun fungsinya. Dengan kata lain, lembaga
pemegang kekuasaan Negara merupakan lembaga yang terpisah satu sama lain, berdiri
sendiri,tanpa memerlukan koordinasi dan kerjasama.
Kekuasaan Negara dibedakan menjadi dua pembagian, yaitu pembagian kekuasaan secara
horizontal dan pembagian kekuasaan secara vertikal. Pembagian kekuasaan secara horizontal
adalah pembagian kekuasaan menurut fungsi lembaga – lembaga tertentu, seperti legislatif,
eksekutif, yudikatif.
Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, secara horizontal pembagian
kekuasaan Negara di lakukan pada tingkatan pemerintahan pusat dan pemerintahan

3
daerah. Pembagian kekuasaan pada tingkat pemerintahan pusat mengalami pergeseran setelah
terjadinya perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (AMANDEMEN 1945).
Pergeseran yang dimaksud adalah pergeseran klasifikasi kekuasaan negara yang umumnya
terdiri atas tiga jenis kekuasaan di atas ( legislative, eksekutif, yudikatif). Pergeseran tersebut
menjadi 6 kekuasaan negara diantaranya sebagai berikut:

1. Pembagian Kekuasaan Setelah UUD 1945 Di Mandemen


i. Kekuasaan Konstitutif
ii. Kekuasaan Eksekutif
iii. Kekuasaan Legislatif
iv. Kekuasaan Yudikatif
v. Kekuasaan Eksaminatif
vi. Kekuasaan Moneter

2. Pembagian Kekuasaan Horizontal


Setelah UUD 1945 Di Amandemen adalah sebagai berikut:
a. Kekuasaan Konstitutif
Kekuasaan untuk mengubah dan menetapkan UUD. Kekuasaan ini dijalankan MPR (
Pasal 3 ayat 1).
b. Kekuasaan Eksekutif
Kekuasaan untuk menjalankan undang undang dan penyelenggaraan pemerintahan
Negara. Kekuasaan ini di pegang oleh Presiden. (Pasal 4 ayat 1 UUD 1945)
c. Kekuasaan Legislatif
Kekuasaan untuk membentuk undang – undang. Kekuasaan ini dipegang oleh DPR (
Pasal 20 ayat 1 UUD 1945 ).
d. Kekuasaan Yudikatif
Atau disebut dengan kekuasaan kehakiman yakni kekuasaan untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan ini dipegang oleh
Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi.
(Pasal 24 ayat 2 UUD 1945)
e. Kekuasaan Eksaminatif / Inspektif
Yaitu kekuasaan yang berhubungan dengan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab tentang keuangan negara. Kekuasaan ini dijalankan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) dan di atur dalam Pasal 23 E ayat 1 tahun 1945

4
f. Kekuasaan Moneter
Yaitu kekuasaan untuk menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur
dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta memelihara kestabilan nilai rupiah.
Kekuasaan ini dijalankan oleh Bank Indonesia (BI) selaku bank sentral yang ada di
Negara Indonesia (Pasal 23 D UUD 1945)
Pembagian kekuasaan secara horizontal pada tingkatan pemerintahan daerah berlangsung
antara lembaga-lembaga daerah yang sederajat, yaitu antara pemerintah daerah (pemda)
seperti kepala daerah dan wakil kepala daerah serta dewan perwakilan rakyat daerah
(DPRD). Pada tingkat provinsi, pembagian kekuasaan berlangsung antara pemerintah
provinsi seperti gubernur dan wakil gubernur serta DPRD provinsi.

3. Pembagian Kekuasaan Vertikal


Pembagian kekuasaan secara vertikal adalah pembagian kekuasaan menurut
tingkatnya, yaitu pembagian kekuasaan antara beberapa tingkatan pemerintahan.
Berdasarkan pasal 18 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pembagian
kekuasaan secara vertikal di Indonesia berlangsng antara pemerintahan pusat dan
pemerintahan daerah. Di pemerintahan daerah juga dibentuk kekuasaan secara vertikal
oleh pemerintahan pusat. Hubungan antara pemerintahan provinsi dan pemerintahan
kabupaten/kota terjalin dengan koordinasdi, pembinaan, dan pengawasan oleh
pemerintahan pusat dalam bidang administrasi dan kewilayahan.
Pembagian kekuasaan secara vertikal muncul karena diterapkannya asas desentralisasi
di Indonesia. Dengan asas tersebut, pemerintah pusat menyerahkan wewenang
pemerintahan pemerintah daerah otonom untuk mengurusi dan mengatur pemerintahan di
daerahnya sendiri, kecuali urusan yang menjadi kewenangan kekuasaan puat, seperti
pertahanan, keamanan, yustisi, agama, moneter, dan fiskal sesuai dengan pasal 18 ayat
(5)UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2.2. Kedudukan dan Fungsi Kementerian Negara Republik Indonesia dan Lembaga
Pemerintah Non-Kementerian
2.2.1. Tugas Kementrian Negara Republik Indonesia
Dalam system presidensial, kedudukan presiden sangat kuat, karena ia merupakan
kepala Negara sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Dengan demikian, seorang Presiden
mempunyai kewenangan yang sangat banyak.Tugas dan kewenangan Presiden yang sangat
banyak ini tidak mungkin dikerjakan sendiri.Oleh karena itu Presiden memerlukan orang lain
untuk membantunya.
Dalam melaksanakan tugasnya, Presiden Republik Indonesia dibantu oleh seorang wakil
presiden yang dipilih bersamaan dengannya melalui pemilihan umum, serta membentuk
beberapa kementerian negara yang dipimpin oleh menteri-menteri negara. Menteri-menteri

5
Negara ini dipilih dan diangkat serta diberhentikan oleh Presiden sesuai dengan
kewenangannya.
Keberadaan Kementerian Negara Republik Indonesia diatur secara tegas dalam Pasal 17
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan:
1. Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
2. Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
3. Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
4. Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian Negara diatur dalam undang-
undang.
Selain diatur oleh UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, keberadaan
kementerian Negara juga diatur dalam sebuah undang-undang organik, yaitu Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara. Undang-undang ini
mengatur semua hal tentang kementerian Negara, seperti kedudukan, tugas pokok, fungsi,
susunan organisasi, pembentukan, pengubahan, menggabungkan, memisahkan dan atau
mengganti, pembubaran atau menghapus kementerian, hubungan fungsional kementerian
dengan lembaga pemerintah non kementerian dan pemerintah daerah serta pengangkatan dan
pemberhentian menteri.
Kementerian Negara Republik Indonesia mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
tertentu dalam pemerintahan dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara, yaitu:
1. Penyelenggara perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya,
pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya, pengawasan
atas pelaksanaan tugas di bidangnya dan pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke
daerah.
2. Perumusan, penetapan, pelaksanaan kebijakan di bidangnya, pengelolaan barang
milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya, pengawasan atas pelaksanaan
tugas di bidangnya, pelaksanaan bimbingan teknis dan supervise atas pelaksanaan urusan
Kementerian di daerah dan pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
3. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidangnya, koordinasi dan sinkronisasi
pelaksanaan kebijakan di bidangnya, pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang
menjadi tanggung jawabnya dan pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya.
Pasal 17 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa
setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Dengan kata lain, setiap
kementerian Negara masing-masing mempunyai tugas sendiri. Adapun urusan pemerintahan
yang menjadi tanggung jawab kementerian Negara terdiri atas:

6
1. Urusan pemerintahan yang nomenklatur kementeriannya secara tegas disebutkan dalam
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, meliputi urusan luar negeri, dalam negeri,
dan pertahanan.
2. Urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, meliputi urusan agama, hukum, keuangan, keamanan, hak asasi
manusia, pendidikan, kebudayaan, kesehatan, sosial, ketenagakerjaan, industri,
perdagangan, pertambangan, energi, pekerjaan umum, transmigrasi, transportasi,
informasi, komunikasi, pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, kelautan, dan
perikanan.
3. Urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program
pemerintah, meliputi urusan perencanaan pembangunan nasional, aparatur negara,
kesekretariatan negara, badan usaha milik negara, pertanahan, kependudukan, lingkungan
hidup, ilmu pengetahuan, teknologi, investasi, koperasi, usaha kecil dan menengah,
pariwisata, pemberdayaan perempuan, pemuda, olahraga, perumahan, dan pembangunan
kawasan atau daerah tertinggal.

2.2.2. Klasifikasi Kementrian Negera Republik Indonesia


Setiap kementerian membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Dengan demikian
jumlah kementerian Negara dibentuk cukup banyak. Hal ini dikarenakan urusan pemerintahan
pun jumlahnya sangat banyak dan beragam. Pasal 15 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara secara tegas menyatakan bahwa jumlah
maksimal kementerian negara yang dapat dibentuk adalah 34 kementerian negara.
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, Kementerian Negara Republik Indonesia
dapat diklasifikasikan berdasarkan urusan pemerintahan yang ditanganinya, yaitu:
 Kementerian yang menangani urusan pemerintahan yang nomenklatur kementeriannya
secara tegas disebutkan dalam UUD 1945, terdiri atas:
 Kementerian Dalam Negeri
 Kementerian Luar Negeri
 Kementerian Pertahanan
 Kementerian yang menangani urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan
dalam UUD 1945, terdiri atas:
 Kementerian Agama
 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
 Kementerian Keuangan
 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
 Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi

7
 Kementerian Kesehatan
 Kementerian Sosial
 Kementerian Ketenagakerjaan
 Kementerian Perindustrian
 Kementerian Perdagangan
 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
 Kementerian Perhubungan
 Kementerian Komunikasi dan Informatika
 Kementerian Pertanian
 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
 Kementerian Kelautan dan Perikanan
 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
 Kementerian Agraria dan Tata Ruang
 Kementerian yang menangani urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi,
dan sinkronisasi program pemerintah, terdiri atas:
 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional
 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
 Kementerian Badan Usaha Milik Negara
 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
 Kementerian Pariwisata
 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
 Kementerian Pemuda dan Olahraga
 Kementerian Sekretariat Negara
Selain kementerian yang menangani urusan pemerintahan di atas, ada juga kementerian
koordinator yang bertugas melakukan sinkronisasi dan koordinasi urusan kementerian-
kementerian yang berada di dalam lingkup tugasnya.
 Kementerian koordinator, terdiri atas:
 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
 Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
 Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya

2.2.3. Lembaga Pemerintah Non-Kementerian


Lembaga Pemerintah Nonkementerian disingkat (LPNK), dahulu bernama Lembaga
Pemerintah Nondepartemen (LPND) adalah lembaga negara di Indonesia yang dibentuk untuk
melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari presiden. Jadi Dalam penyelenggaraan negara,

8
terdapat lembaga-lembaga non-kementerian yang memiliki tugas untuk membantu presiden
dalam melaksanakan tugas pemerintahan tertentu. Kepala LPNK berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada presiden melalui menteri atau pejabat setingkat menteri
yang mengoordinasikan.
Keberadaan LPNK diatur oleh Peraturan Presiden Republik Indonesia, Yaitu Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non-Departemen.
Saat ini terdapat lebih dari 30 LPNK, diantaranya:
1. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)
2. Badan Ekonomi Kreatif (BEK)
3. Badan Informasi Geospasial (BIG)
4. Badan Intelijen Negara (BIN)
5. Badan Keamanan Laut Republik Indonesia (Bakamla)
6. Badan Kepegawaian Negara (BKN)
7. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
8. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
9. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
10. Badan Narkotika Nasional (BNN)
11. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
12. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)
13. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
14. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
15. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten)
16. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
17. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
18. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
19. Badan Pertanahan Nasional (BPN)
20. Badan Pusat Statistik (BPS)
21. Badan SAR Nasional (Basarnas)
22. Badan Standardisasi Nasional (BSN)
23. Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan)
24. Lembaga Administrasi Negara (LAN)
25. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
26. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
27. Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas)
28. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan)
29. Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg)11

9
30. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), dan masih banyak lagi.

2.3. Kedudukan dan Fungsi Pemerintah Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia
2.3.1. Konsep pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah merupakan salah satu alat dalam sistem penyelenggaraan
pemerintahan. Pemerintah daerah ini merujuk pada otoritas administratif di suatu daerah yang
lebih kecil dari sebuah negara dimana negara Indonesia merupakan sebuah negara yang
wilayahnya terbagi atas daerah-daerah Provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah
Kabupaten dan daerah Kota. Setiap daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota
mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah, Pemerintah daerah merupakan kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom. Sedangkan berdasarkan kesatuan pasal 1 angka 1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,
bahwa yang dimaksud Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Dari pengertian tersebut ada beberapa kata kunci yang perlu
dipahami, yaitu:
1. Penyelenggaraan urusan pemerintahan
Urusan pemerintahan yang diselenggarakan oleh pemerintahan daerah mencakup semua
urusan pemerintahan kecuali beberapa urusan yang menjadi kewenangan pemerintah
pusat, yaitu kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan,
peradilan, moneter dan fiskal, serta agama.
2. Pemerintah daerah dan DPRD
Pemerintah daerah dan DPRD merupakan unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang
mempunyai kedudukan yang sejajar. Sebagai penyelenggara pemerintahan daerah,
Pemerintah Daerah berkedudukan sebagai lembaga eksekutif di daerah yang terdiri atas
kepala daerah/wakil kepala daerah dan perangkat daerah, sedangkan DPRD berkedudukan
sebagai lembaga legislatif di daerah yang anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.

10
Pemerintahan daerah memiliki dua tingkatan, yaitu:
1. Pemerintahan daerah provinsi dilaksanakan oleh pemerintah daerah provinsi
(Gubernur/Wakil Gubernur dan perangkat daerah provinsi) dan DPRD Provinsi.
2. Pemerintahan daerah kabupaten/kota dilaksanakan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota
(Bupati/Wakil Bupati atau Walikota/Wakil Walikota dan perangkat daerah
kabupaten/kota) dan DPRD Kabupaten/Kota.
3. Asas otonomi dan tugas perbantuan
Asas otonomi adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah (provinsi dan
kabupaten/kota) untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Sedangkan tugas
perbantuan adalah penugasan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dengan
kewajiban melaporkan dan mempertanggung-jawabkan pelaksanaannya kepada yang
menugaskan. Konsekuensi penerapan asas ini adalah daerah memiliki hak dan kewajiban
dalam pelaksanaan otonomi daerah yang diwujudkan dalam bentuk rencana kerja
pemerintahan daerah dan dijabarkan dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). Adapun macam-macam hak dan kewajiban daerah terdapat dalam tabel di bawah ini.

Hak dan Kewajiban Daerah Otonom Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Hak Daerah Otonom Kewajiban Daerah Otonom


a. mengatur dan mengurus sendiri urusan a. melindungi masyarakat, menjaga
pemerintahannya; persatuan, kesatuan dan kerukunan
b. memilih pimpinan daerah; nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
c. mengelola aparatur daerah;
b. meningkatkan kualitas kehidupan
d. mengelola kekayaan daerah;
masyarakat;
e. memungut pajak daerah dan
c. mengembangkan kehidupan demokrasi;
retribusi daerah;
d. mewujudkan keadilan dan pemerataan;
f. mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya e. meningkatkan pelayanan dasar
pendidikan;
lainnya yang berada di daerah;
sumber f. menyediakan fasilitas pelayanan
g. mendapatkan sumber -
kesehatan;
pendapatan lain yang sah; dan
h. mendapatkan hak lainnya yang diatur g. menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas
umum yang layak;
dalam peraturan perundang-undangan.
h. mengembangkan sistem jaminan sosial;
i. menyusun perencanaan dan tata ruang
daerah;
j. mengembangkan sumber daya produktif
di daerah;
k. melestarikan lingkungan hidup;

11
Hak Daerah Otonom Kewajiban Daerah Otonom
l. mengelola administrasi kependudukan;
m. melestarikan nilai sosial budaya;
n. membentuk dan menerapkan peraturan
perundangundangan sesuai dengan
kewenangannya; dan
o. kewajiban lain yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan.

Hak otonomi bukan berarti untuk memecah daerah-daerah yang ada di Indonesia
melainkan untuk lebih memajukan daerah dengan melibatkan peran aktif masyarakat daerah.
Peran aktif masyarakat di daerah dapat dilakukan dengan cara pemberian otonomi tersebut.
Otonomi sendiri diharapkan dapat mempercepat laju pertumbuhan masyarakat di daerah
dalam berbagai bidang, terutama dengan adanya asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan
pembantuan sehingga kesejahteraan masyarakat dan kerjasama pembangunan di daerah
semakin meningkat.
Setiap pemerintah daerah dipimpin oleh Kepala Daerah yang dipilih secara
demokratis. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah
Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota. Kepala daerah dibantu oleh satu orang wakil kepala
daerah, untuk provinsi disebut wakil Gubernur, untuk kabupaten disebut wakil bupati dan
untuk kota disebut wakil wali kota. Kepala dan wakil kepala daerah memiliki tugas,
wewenang dan kewajiban serta larangan. Kepala daerah juga mempunyai kewajiban untuk
memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada Pemerintah, dan
memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD, serta menginformasikan
laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat.
Selain itu, peran pemerintah daerah juga dimaksudkan dalam rangka melaksanakan
desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas perbantuan sebagai wakil pemerintah di daerah
otonom yaitu untuk melakukan:
1. Desentralisasi yaitu melaksanakan semua urusan yang semula adalah kewewenang
pemerintahan menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Dekonsentrasi yaitu menerima pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah
kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah
tertentu untuk dilaksanakan; dan
3. Tugas pembantuan yaitu melaksanakan semua penugasan dari Pemerintah kepada daerah
dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari
pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

12
Dalam rangka melaksanakan peran desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan,
Pemerintah daerah menjalankan urusan pemerintah konkuren, berbeda dengan pemerintah
pusat yang melaksanakan urusan pemerintahan absolut. Urusan Pemerintahan konkuren
dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. pembagian
urusan tersebut didasarkan pada prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta
kepentingan strategis nasional Urusan pemerintahan tersebutlah yang menjadi dasar
pelaksanaan Otonomi Daerah.
Urusan pemerintahan konkuren terdiri dari urusan pemerintahan wajib dan pilihan.
Urusan pemerintahan wajib terbagi lagi menjadi Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan
Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar.
Urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar adalah sebagai berikut.
1. Pendidikan
2. Kesehatan
3. Pekerjaan umum dan penataan ruang
4. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman
5. Ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat
6. Sosial
Urusan wajib yang tidak terkait dengan pelayanan dasar adalah sebagai berikut.
1. Tenaga kerja
2. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
3. Pangan
4. Pertanahan
5. Lingkungan hidup
6. Administrasi kependudukan dan pencatatan sipil,dll
Urusan pilihan adalah sebagai berikut,
1. Kelautan dan perikanan
2. Pariwisata
3. Pertanian
4. Kehutanan
5. Energi dan sumber daya mineral
6. Perdagangan
7. Perindustrian
8. Transmigrasi

2.3.2. Kewenangan Pemerintah Daerah


Pasal 19 ayat 2 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
menegaskan bahwa penyelenggara pemerintah daerah adalah pemerintah daerah dan DPRD.

13
Memilih kepala daerah secara langsung merupakan satu dari delapan hak yang dipunyai
daerah. Pasal 21 undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
menegaskan adanya delapan hak yang dipunyai daerah dalam menyelenggarakan otonomi
yaitu;
1. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya.
2. Memilih pimpinan daerah.
3. Mengelola aparatur daerah.
4. Mengelolah kekayaan daerah.
5. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah.
6. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang
berada di daerah.
7. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah.
8. Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Selain hak, daerah mempunyai kewajiban yang diatur dalam Pasal 2, terdapat lima belas
kewajiban yang dimilki oleh daerah yaitu:
1. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan , dan kerukunan nasional, serta
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Meningkatkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
3. Mengembangkan kehidupan demokrasi.
4. Mewujudkan keadilan dan pemerataan.
5. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan.
6. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan.
7. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak.
8. Mengembangkan sistem jaminan sosial.
9. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah.
10. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah.
11. Melestarikan lingkungan hidup.
12. Mengelolah administrasi kependudukan.
13. Melestarikan nilai sosial budaya.
14. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan
kewenangannya.
15. Kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
Hak dan kewajiban daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 22
diwujudkan dalam bentuk rencana kerja pemerintahan daerah dan dijabarkan dalam bentuk
pendapatan, belanja, , dan pembiayaan daerah yang dikelola dalam sistem pengelolaan
keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah tersebut dilakukan secara efesien, efektif,
transparan, akunrabel, tertib, adil, patut dan taat pada peraturan perundang-undangan.

14
Menurut Pasal 25 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 kepala daerah mempunyai
tugas dan kewenangan sebagai berikut:
1. Memimpin penyelenggaraan pemerintah daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan
bersama DPRD.
2. Mengajukan rancangan Perda.
3. Menetapakan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD.
4. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD untuk
dibahas dan ditetapkan bersama.
5. Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah.
6. Mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa
hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
7. Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 menggariskan tugas-tugas wakil kepala daerah
secara lebih spesifik. Pasal 26 ayat 1 menjelaskan rincian tugas seorang wakil kepala
daerah, yaitu:
1. Membantu kepala daerah dalam menyelenggarakan pemerinthan daerah.
2. Membantu kepala daerah dalam mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan instansi vertical
di daerah, menindaklanjuti laporan dan/atau temuan hasil pengawasan, melaksanakan
pemberdayaan perempuan dan pemuda, serta mengupayakan pengembangan dan
pelestarian sosial budaya dan lingkungan hidup.
3. Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintah kabupaten dan bagi wakil
kepala daerah propinsi.
4. Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kecamatan,
kelurahan/dan atau desa bagi wakil kepala daerah kabupaten/kota.
5. Memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala daerah dalam penyelenggaraan
kegiatan pemerintah daerah.
6. Melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lainnya yang diberikan oleh kepala
daerah.
7. Melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah apabila kepala daerah berhalangan.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk memengaruhi orang lain supaya
melakukan tindakan-tindakan yang dikehendaki atau diperintahkannya. Teori kekuasaan
negara diungkapkan oleh John Locke kemudian disempurnakan oeh Montesquieu yang
disebut trias politica. Pembagian kekuasaan Negara adalah terpisah-pisahnya kekuasaan
Negara dalam beberapa bagian. Kekuasaan Negara dibedakan menjadi dua pembagian, yaitu
pembagian kekuasaan secara horizontal dan pembagian kekuasaan secara vertikal.
Seorang presiden mempunyai tugas dan kewenangan yang sangat banyak. Oleh karena
itu presiden memerlukan seorang wakil dan beberapa kementerian untuk membantu
melaksanakan tugasnya. Kementerian Negara Republik Indonesia mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan dibawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Lembaga Pemerintah Nonkementerian disingkat (LPNK), dahulu bernama Lembaga
Pemerintah Nondepartemen (LPND) adalah lembaga negara di Indonesia yang dibentuk untuk
melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari presiden. Kepala LPNK berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada presiden melalui menteri atau pejabat setingkat menteri
yang mengoordinasikan.
Pemerintah Daerah merupakan salah satu alat dalam sistem penyelenggaraan
pemerintahan. Pasal 19 ayat 2 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah menegaskan bahwa penyelenggara pemerintah daerah adalah pemerintah daerah dan
DPRD. Memilih kepala daerah secara langsung merupakan satu dari delapan hak yang
dipunyai daerah. Pasal 21 undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah menegaskan adanya delapan hak yang dipunyai daerah dalam menyelenggarakan
otonomi.

3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan di atas dan simpulan yang telah di kemukakan sebelumnya,
pada bagian ini penulis mengemukakan saran sebagai berikut:
3.2.1 Penulis berharap dari adanya tugas ini dapat memberikan manfaat yang banyak bagi
para pembaca terutama siswa sebagai generasi muda.
3.2.2 Penulis berharap agar siswa lebih mudah memahami penyelenggaraan kekuasaan
Negara Republik Indonesia.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://pena-retro.blogspot.co.id/2016/10/makalah-penyelenggaraan-kekuasaan-negara.html

https://wenimarinna.blogspot.co.id/2015/10/makalah-pkn-mengupas-penyelenggaran.html

http://wwwilmuduniaku.blogspot.co.id/2016/11/makalah-penyelenggaraan-kekuasaan-
negara.html

http://nugrohocahyo.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-gemeinschaft-dan-gesellschaft.html

http://fajarnoverdi.blogspot.co.id/2012/03/kelas-sosial-dan-status-sosial-kelas.html

https://retnofitrii.wordpress.com/2014/01/08/hubungan-kelas-sosial-dalam-masyarakat/

https://www.plengdut.com/pengertian-dan-jenis-lembaga-sosial/199/

http://zeinaverroes.blogspot.co.id/2014/11/hubungan-gender-dalam-pendidikan.html

https://arifcintaselvia.wordpress.com/kuliah/teori-pembangunan/gender-dan-pembangunan/

17

Anda mungkin juga menyukai