Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AGAMA

MENGELOLA WAKAF DENGAN PENUH AMANAH

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
1. AFRILIA SAPUTRI
2. DERI RAMADANI
3. MEILA PUSPITA SARI
4. TIARA AYU

KELAS : X IPA 2
GURU PEMBIMBING : HARSONO, S.Pd.

SMA NEGERI 1 BELITANG


DINAS PENDIDIKAN NASIONAL
TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Besar. Rahmat dan salam semoga tetap
dilimpahkan kepada seorang Nabi yang tidak akan ada Nabi sesudah-Nya, kepada keluarga,
sahabat serta orang yang mengikuti petunjuk-Nya.
Makalah yang sederhana ini disamping untuk menggugurkan kewajiban penyusun
dalam mengemban tugas sebagai Siswa. Makalah ini disusun sesederhana mungkin agar
dapat memudahkan pembaca dalam memahaminya. Penyusun berharap, semoga melalui
Makalah ini bisa menjadi ladang amal dunia dan akhirat dengan memberikan manfaat kepada
para pembaca.
Kesempurnaan hanya milik Allah SWT, segala kekurangan dan kesalahan ada pada
penyusun. Guna perbaikan makalah yang lebih baik lagi, kritik serta saran senantiasa
penyusun harapkan.

Belitang, Februari 2016

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Wakaf merupakan salah satu ibadah kebendaan yang penting yang secara ekplisit
tidak memiliki rujukan dalam kitab suci Al-Quran. Oleh karena itu, ulama telah
melakukan identifikasi untuk mencari “induk kata” sebagai sandaran hukum. Hasil
identifikasi mereka juga akhirnya melahirkan ragam nomenklatur wakaf yang dijelaskan
pada bagian berikut.
Wakaf adalah institusi sosial Islami yang tidak memiliki rujukan yang eksplisit
dalam al-Quran dan sunah.
Wakaf bukan merupakan hal asing bagi insan akademis dan masyarakat awam.
Perkembangan kajian ilmu tentang wakaf senantiasa berlangsung seiring berkembangnya
zaman. Berbagai pandangan dan ide pun muncul mewarnai perdebatan hokum wakaf di
negeri ini juga di dunia pada umumnya.
Wakaf telah mengakar dan menjadi tradisi umat Islam dimanapun juga. Di
Indonesia, lembaga ini telah menjadi penunjang utama perkembangan masyarakat. Hampir
semua rumah ibadah, perguruan Islam dan lembaga-lembaga keagamaan lainnya dibangun
diatas tanah wakaf.

B. TUJUAN
Di tengah permasalahan sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan akan
kesejahteraan ekonomi dewasa ini, eksistensi lembaga wakaf menjadi sangat urgen dan
strategis. Maka Tujuan dari pembuatan makalah ini ialah agar mengetahui secara lebih
lanjut mengenai wakaf, pengelolaan wakaf, ketentuan-ketentuan, beserta dalil-dalil yang
ada.
BAB II
PEMBAHASAN

A. MEMAHAMI KETENTUAN WAKAF


1. Pengertian Wakaf
Wakaf Secara bahasa, wakaf berasal dari bahasa Arab yang artinya menahan
(alhabs) dan mencegah (al-man’u).Maksudnya adalah menahan untuk tidak dijual,
tidak dihadiahkan, atau diwariskan.Wakaf menurut istilah syar’i adalah suatu
ungkapan yang mengandung penahanan harta miliknya kepada orang lain atau
lembaga dengan cara menyerahkan suatu benda yang kekal zatnya untuk diambil
manfaatnya oleh masyarakat.
Contohnya adalah seseorang yang mewakafkan tanahnya untuk lahan
pemakaman umum
Wakaf termasuk amal ibadah yang sangat mulia dan dianjurkan oleh Allah Swt.
Dalam
Q.S. ali Imran/3:92 Allah Swt. berfirman:

Artinya: “Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu


menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa yang kamu infakkan, tentang
hal itu sungguh, Allah Swt. Maha Mengetahui.”
Wakaf memiliki dua tujuan, yaitu hubungan horizontal, yaitu mengentaskan
kemiskinan dan hubungan vertikal, yaitu pendekatan pada Allah SWT

2. Dasar Hukum Wakaf


Menurut Syafi’I, Malik dan Ahmad, wakaf it adalah suatu ibadat yang
disyaria’atkan . Hal ini disimpulkan dari pengertian-pengertian umum ayat al-Quran
maupun hadits yang secara khusus menceritakan kasus-kasus wakaf di zaman
Rasulullah SAW.
a. Wakaf dalam Al-Quran
Diantara dalil-dalil yang dijadikan sandaran hokum wakaf ialah:
1) Surat Al-Hajj ayat 77
”Wahai orang-orang yang beriman, ruku’ dan sujudlah kamu dan sembahlah
Tuhanmu serta berbuatlah kebaikan supaya kamu berbahagia”
2) Surat An-Nahl ayat 97
“barangsiapa berbuat kebaikan, laki-laki atau permpuan dan ia beriman, niscaya
akan Aku beri pahala yang lebih bagus dari apa yang mereka amalkan”.
3) Surat Ali Imran ayat 92
“kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian, sebelum kamu menafkahkan
sebagian harta yang kamu cintai”.

b. Wakaf dalam hadits


Selain dari ayat-ayat yang mendorong manusia berbuat baik untuk kebaikan
orang lain dengan membelanjakan atau menyedekahkan hartanya tersebut di atas,
menurut hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim berasal dari Abu Harairah,
seorang manusia yang meninggal dunia akan berhenti semua pahala amal
perbuatannya kecualai pahala tiga amalan yaitu:
1) Pahala amalan shodaqah jariyah (shodaqah yang amalannya tetap mengalir yang
diberikannya selama ia masih hidup.
2) Pahala ilmu yang bermanfaat (bagi orang lain) yang diajarkannya selama
hayatnya.
3) Doa anak (amal) sholeh yakni anaknya membalas guna orang tuanya dan
mendoakan ayah ibunya kendatipun orang tuanya it telah tiada.
Para ahli sependapat bahwa yang dimaksud dengan (pahala) shodaqah jariyah
dalam hadits it adalah (pahala) wakaf yang diberikannya dikala seseorang masih
hidup.
Selain itu terdapat pula hadits mengenai mewakafkan harta syrikat dan barang
bergerak:
“Dari Ibnu ‘Umar r.a., ia berkata “Umar pernah berkata kepada Nabi SAW bahwa
seratus bagia yang menjadi milikku di Khaibar it adalah harta yang belum pernah
say peroleh yang sungguh lebih ku kagumi selain harta it, lalu sungguh aku
berkehendak untuk menyedekahkan (mewakafkan)nya. Kemudian Nabi SAW
menjawab “Tuhanlah pokoknya dan mewakafkan buah (hasilnya)”.
(H.R. An-Nasai).
Atas hadits tersebut Syarih Rahimullah berkata “bahwa perkataan seratus bagian
…” dan seterusnya itu, oleh mushanif (Ibn Taimiyah) hadits ini dijadikan dalil atas
sahnya mewakafkan harta syirkah. Sedangkan Bukhari menetapkan sahnya
mewakafkan harta syirkah it dengan hadits Anas tentang kisah pembangunan
masjid (Nabawi).
3. Syarat dan Rukun Wakaf
a. Rukun wakaf di antaranya:
 Orang yang memberikan Wakaf (Waqif)
 Penerima Wakaf (Mauqul 'alaihi)
 Barang yang di Wakafkan
 Ikrar penyerahan wakaf kepada badan atau orang tertentu

b. Syarat-syarat wakaf diantaranya :


 Wakaf yang di serahkan berlaku untuk selamanya dan tidak ada paksaan
 orang yang menerima wakaf jelas , baik berupa organisasi (Badan) maupun
orang orang tertentu
 Wakaf tidak boleh ditarik kembali, baik oleh pelaku maupun ahli waris
 barang yang di wakafkan berwujud nyata pada saat di serahkan
 jenis ikrar dan penyerahannya. perlu tertulis dalam akta notaris sehingga tidak
akan timbul masalah baru dari pihak keluarga yang memberi wakaf
 harta wakaf tidak boleh di pindah tangankan untuk kepentingan yang
bertentangan dengan tujuan wakaf itu sendiri

4. Harta yang di wakafkan


Salah satu syarat wakaf adalah barang yang di wakafkan berwujud nyata.
barang yang akan di wakafkan pun memiliki syarat. syarat barang yang di wakafkan
adalah sebagai berikut:
 Wujud barangnya tetap walaupun telah di gunakan , seperti tanah ,bagunan
masjid , alat untuk keperluan salat (sarung atau karpet), dan lain sebagainya
 Barang yang di wakafkan adalah milik sendiri dan hak miliknya dapat di
pindahkan ke orang lain
 Barang yang di wakafkan bukan barang haram atau najis

Barang yang diwakafkan dapat diganti dengan yang lebih baik. penggantian barang
dalam wakaf ada dua macam yaitu :
 Penggantian karena kebutuhan, misalnya barang wakaf berupa masjid dan
tanahnya, apabila telah rusak dan tidak mungkin lagi di gunakan, maka tanahnya
dijual untuk membeli barang lain yang dapat menggantikannya. hal ini di
perbolehkan karena apabila barang asal sudah tidak dapat lagi di gunakan sesuai
tujuan, maka dapat di ganti dengan barang lain
 Penggantian karena kepentingan yang lebih kuat. hal ini di perbolehkan menurut
imam Ahmad dan ulama lainnya. Imam Ahmad beralasan bahwa Umar bin
Khattab r.a. pernah memindahkan masjid kufah yang lama ke tempat yang baru
dan tempat yang sama itu di jadikan pasar bagi pejual kurma. ini adalah contoh
penggantian barang wakaf berupa tanah. adapun penggantian barang wakaf berupa
bangunan. Khalifah umar bin Khattab dan Usman bin Affan pernah membangun
Masjid Nabawi tanpa mengikuti bentuk (bangunan) pertama dan memberi
tambahan bentuk baru. oleh sebab itu, di perbolehkan mengubah bangunan wakaf
dari bentuk lama ke bentuk yang baru asalkan menjadi lebih baik

5. Macam-Macam Wakaf
Macam wakaf terbagi atas dua bentuk yakni pertama wakaf keluarga atau wakaf
ahli yakni wakaf yang khusus diperuntukkan bagi orang-orang tertentu, seorang atau
lebih, baik ia keluarga wakif maupun orang lain. Kedua, wakaf umum yakni wakaf
yang diperuntukkan bagi kepentigan atau kemaslahatan umum.

6. Tata Cara Pelaksanaan Wakaf


Fiqh wakaf tidak banyak membicarakan prosedur dan tata cara pelaksanaan
wakaf secara rici. Tetapi PP No. 28 tahun 1977 dan Peraturan Menteri Agama No. 1
Tahun 1978 mengatuir petunjuk yang lebih lengkap. Menurut pasal 9 ayat (1) PP No.
28 tahun 1977, pihak yanmg hendak mewakafkan tanahnya di haruskan atang
dihadapan pejabat pembuat akta ikrar wakaf untukl melasanakan ikrar wakaf.
Kemudian pasal pasal 9 ayat (5) menentukan bahwa dalam melaksanakan ikrar, puhak
yang mewakafkan tanah diharuskan embawa serta dan menyerahkan surat-surat
berikut:
a) Sertifikat hak milik atau tanda bulti pemilikan tanah lainnya.
b) Surat keterangan dari Kepala Desa yang diperkuat oleh Kepala Kecamatan
setempat yang menerangkan kebenaran pemilikan tanah dan tidak tersangkut
sesuatu sengketa.
c) Surat keterangan pendaftaran tanah.
d) Izin dari bupati atau walikota Kepala Daerah cq. Kepala Sub Direktorat Agraria
setempat.

7. Pendaftaran Tanah Wakaf


Menurut pendapat Imam Syafi’i, Malik dan Ahmad dianggap telah terlaksana
dengan adanya lafadz tau sighat walaupun tidak ditetapkan oleh hakim. Lain halnya
menurut Abi Hanifah bahwa benda wakaf belim terlepas dari milik wakif sampai
hakim memberikan putusan yaitu mengmumkan barang wakaf tersebut.
Pendaftaran tanah wakaf diatur oleh pasal 10 ayat (1) sampai dengan (5_) PP No. 28
tahun 1977 dan bebrapa pasal lain alam Peraturan Menteri Agama No. 1 tahun 1978.

8. Perubahan Status dan Penggunaan Tanah Wakaf


Pada dasarnya tanah wakaf tidak boleh dijual , diwarisi dan kepada pihak lain.
Tetapi seandainya barang wakaf itu rusak, tidak diambil lagi manfaatnya, maka boleh
digunakan untuk keperluan lainnya yang serupa, dijual dan dibelikan barang lain
untuk meneruska wakaf tersebut.. hal ini didasarkan kepada kemaslahatan.
Pengecualian ini haris dengan persetujuan Menteri Agama, dengan alasan karena
tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti dikrarkan oleh wakif dan karena
kepentingan umum.

B. MENGANALISIS DALIL-DALIL TENTANG WAKAF


1. Dalil Tentang Wakaf Menurut Al-Quran
Secara umum tidak terdapat ayat al-Quran yang menerangkan konsep wakaf secara
jelas. Oleh karena wakaf termasuk infaq fi sabilillah, maka dasar yang digunakan para
ulama dalam menerangkan konsep wakaf ini didasarkan pada keumuman ayat-ayat al-
Quran yang menjelaskan tentang infaq fi sabilillah. Di antara ayat-ayat tersebut antara
lain:
“Hai orang-orang yang beriman! Nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usaha kamu yang baik-baik, dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untuk kamu.” (Q.S. al-Baqarah (2): 267)

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu
menafkahkan sebagian dari apa yang kamu cintai.” (Q.S. Ali Imran (3): 92)

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan


hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir. Pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi sesiapa
yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
(Q.S. al-Baqarah (2): 261)

2. Dalil Tentang Wakaf Menurut Hadist

‫ْن ُع َم َر رض ى هللا عنهم ا َق ا َل‬ ِ ‫َح َّد َث َنا م َُس َّد ٌد َح َّدث َنا َي ِز ْي ُد بْنُ ُز َري ٍْع َح َّدث َنا ابْنُ َع ْو ٍن َعنْ َناف ٍِع َعنْ اب‬
‫ْت أَرْ ضً ا لَ ْم أُصِ بْ َم االً َق ٌّط‬ َ َ‫اب ُع َم ُر ِب َخ ْي َب َر أَرْ ضً ا َفأ َ َتى ال َّن ِبيَّ صلى هللا عليه وسلم ف َقا َل أ‬
ُ ‫صب‬ َ ‫ص‬ َ َ‫أ‬
َ‫ص َّد َق ُع َم ُر أَ َّن ُه ال‬ َ ‫ص َّد ْق‬
َ ‫ت ِب َه ا" َف َت‬ ْ َ‫ت أ‬
َ ‫ص لَ َها َو َت‬ َ ‫ت َحب َّْس‬ َ ‫ْف َتأْ ُم ُرنِى ِب ِه َقا َل "إِنْ ِش ْئ‬ َ ‫أَ ْن َف‬
َ ‫س ِم ْن ُه َف َكي‬
‫ْن‬
ِ ‫الض يْفِ َواب‬ َ ‫هللا َو‬ ِ ‫ب َوفِى َس ِبي ِْل‬ ِ ‫ فِى ْالفُ َق َرا ِء َو ْالقُرْ َبى َوالرِّ َق ا‬،‫ث‬ُ ‫ُي َبا ُع أَصْ لُ َها َوالَ ي ُْو َهبُ َوالَ ي ُْو َر‬
َ ‫اح َعلَى َمنْ َولِ َي َها أَنْ َيأْ ُك َل ِم ْن َها ِبال َمعْ ر ُْوفِ أَ ْو ي ُْط ِع َم‬
. ‫ص ِد ْي ًقا َغي َْر ُم َت َموِّ ٍل فِ ْي ِه‬ َ ‫الس َِّبي ِْل َوالَ ُج َن‬

Telah bercerita kepada kami Musaddad telah bercerita kepada kami Yazid bin
Zurai' telah bercerita kepada kami Ibnu 'Aun dari Nafi' dari Ibnu 'Umar
radliallahu 'anhuma berkata; 'Umar mendapatkan harta berupa tanah di
Khaibar lalu dia menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata: "Aku
mendapatkan harta dan belum pernah aku mendapatkan harta yang lebih
berharga darinya. Bagaimana Tuan memerintahkan aku tentangnya?" Beliau
bersabda: "Jika kamu mau, kamu pelihara pohon-pohonnya lalu kamu shadaqahkan
(hasil) nya". Maka 'Umar menshadaqahkannya, dimana tidak dijual
pepohonannya tidak juga dihibahkannya dan juga tidak diwariskannya, (namun
dia menshadaqahkan hartanya itu) untuk para fakir, kerabat,. untuk
membebaskan budak, fii sabilillah (di jalan Allah), untuk menjamu tamu dan
ibnu sabil. Dan tidak dosa bagi orang yang mengurusnya untuk memakan
darinya dengan cara yang ma'ruf (benar) dan untuk memberi makan teman-
temannya asal bukan untuk maksud menimbunnya

َ َ‫ع َْن أَبِي ه َُري َْرةَ رضي هللا عنه أَ َّن َرسُو َل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وسلم ق‬
ُ‫ ( إِ َذا َماتَ اَ ِإل ْن َسانُ اِ ْنقَطَ َع َع ْنه‬: ‫ال‬
) ُ‫ح يَ ْدعُو لَه‬ َ ‫ أَوْ َولَ ٍد‬،‫ أَوْ ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه‬، ‫اريَ ٍة‬
ٍ َ‫صال‬ ِ ‫ص َدقَ ٍة َج‬ ٍ َ‫َع َملُهُ إِالَّ ِم ْن ثَال‬
َ :‫ث‬
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Apabila ada orang meninggal dunia terputuslah amalnya kecuali
dari tiga hal, yaitu: Sedekah jariyah (yang mengalir), atau ilmu yang bermanfaat,
atau anak shaleh yang mendoakan untuknya."

Berdasarkan analisis dalil-dalil tersebut dapat diambil hikmah wakaf sebagai


berikut:
a) Melaksanakan perintah Allah SWT untuk selalu berbuat baik.

b) Memanfaatkan harta atau barang tempo yang tidak terbatas, Kepentingan diri sendiri

sebagai pahala sedekah jariah dan untuk kepentingan masyarakat Islam sebagai upaya
dan tanggung jawab kaum muslimin.
c) Mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi, Wakaf biasanya

diberikan kepada badan hukum yang bergerak dalam bidang sosial kemasyarakatan.

C. MENUNJUKKAN SIKAP GEMAR BERWAKAF


 Mewakafkan tanah, tujuannya agar dapat dibuat musholla atau masjid.
 Dengan menggunakan uang atau harta kita sedikitnya 2.5 persenya untuk diberikan ke
yatim piatu,masjid/musholla,pembangunan fasilitas desa,baik bentuk tanah atau
bangunan.

PENUTUP

Kepemilikan atas barang wakaf harus memenuhi rukun wakaf yakni adanya wakif,
maukuf alaih, barang wakaf dan lafadz ikrar. Lafadz wakaf harus diikrarkan dihadapan pihak
yang berwenang.
Barang wakaf pada dasarnya tidak boleh dipindahgunakan atau dialihkan namun bila
terjadi ketidaksesuaian antara ikrar awal wakaf dengan keadaan barang wakaf maka
alihpenggunaan tersebut diperbolehkan demi melihat kemaslahatan yang mungkin bias
dicapai.
Persetujuan maupun penolakan atas pengajuan pengalihan penggunaaan barang wakaf
serta perubahan status harus dibuat secra tertulis oleh pihak yang berwenang.
DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di Indonesia, Jakarta: CV. Rajawali, 1992

Terjemahan Nailul Authar: Himpunan Hadits-Hadits Hukum Departemen Agama RI,


Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: -, 2003

H. Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan
Wakaf, Jakarta: UI, 1988.

http://iethafairuz.blogspot.co.id/2014/11/hadis-wakaf.html

https://rumaysho.com/12119-hadits-wakaf-01-wakaf-termasuk-amal-jariyah.html

http://adjiewijaya.blogspot.co.id/2015/02/hadits-tentang-waqaf.html

http://www.slideshare.net/HARI_RUSLI2/wakaf-serta-dalilnya-dalam-alquran-dan-alhadits

https://seputarwakaf.wordpress.com/tentang-wakaf/dalil-tentang-wakaf/

http://hukumwakaf.blogspot.co.id/2012/10/hukum-wakaf-dan-ketentuan-ketentuan-nya.html

http://www.harafimulki.com/2015/02/pengertian-wakaf-dan-ketentuan-ketentuannya.html

http://juraganmakalah.blogspot.co.id/2013/03/wakaf.html

http://suherman111.blogspot.co.id/2011/11/makalah-wakaf.html

Anda mungkin juga menyukai