DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
1. AFRILIA SAPUTRI
2. DERI RAMADANI
3. MEILA PUSPITA SARI
4. TIARA AYU
KELAS : X IPA 2
GURU PEMBIMBING : HARSONO, S.Pd.
Segala puji bagi Allah Yang Maha Besar. Rahmat dan salam semoga tetap
dilimpahkan kepada seorang Nabi yang tidak akan ada Nabi sesudah-Nya, kepada keluarga,
sahabat serta orang yang mengikuti petunjuk-Nya.
Makalah yang sederhana ini disamping untuk menggugurkan kewajiban penyusun
dalam mengemban tugas sebagai Siswa. Makalah ini disusun sesederhana mungkin agar
dapat memudahkan pembaca dalam memahaminya. Penyusun berharap, semoga melalui
Makalah ini bisa menjadi ladang amal dunia dan akhirat dengan memberikan manfaat kepada
para pembaca.
Kesempurnaan hanya milik Allah SWT, segala kekurangan dan kesalahan ada pada
penyusun. Guna perbaikan makalah yang lebih baik lagi, kritik serta saran senantiasa
penyusun harapkan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Wakaf merupakan salah satu ibadah kebendaan yang penting yang secara ekplisit
tidak memiliki rujukan dalam kitab suci Al-Quran. Oleh karena itu, ulama telah
melakukan identifikasi untuk mencari “induk kata” sebagai sandaran hukum. Hasil
identifikasi mereka juga akhirnya melahirkan ragam nomenklatur wakaf yang dijelaskan
pada bagian berikut.
Wakaf adalah institusi sosial Islami yang tidak memiliki rujukan yang eksplisit
dalam al-Quran dan sunah.
Wakaf bukan merupakan hal asing bagi insan akademis dan masyarakat awam.
Perkembangan kajian ilmu tentang wakaf senantiasa berlangsung seiring berkembangnya
zaman. Berbagai pandangan dan ide pun muncul mewarnai perdebatan hokum wakaf di
negeri ini juga di dunia pada umumnya.
Wakaf telah mengakar dan menjadi tradisi umat Islam dimanapun juga. Di
Indonesia, lembaga ini telah menjadi penunjang utama perkembangan masyarakat. Hampir
semua rumah ibadah, perguruan Islam dan lembaga-lembaga keagamaan lainnya dibangun
diatas tanah wakaf.
B. TUJUAN
Di tengah permasalahan sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan akan
kesejahteraan ekonomi dewasa ini, eksistensi lembaga wakaf menjadi sangat urgen dan
strategis. Maka Tujuan dari pembuatan makalah ini ialah agar mengetahui secara lebih
lanjut mengenai wakaf, pengelolaan wakaf, ketentuan-ketentuan, beserta dalil-dalil yang
ada.
BAB II
PEMBAHASAN
Barang yang diwakafkan dapat diganti dengan yang lebih baik. penggantian barang
dalam wakaf ada dua macam yaitu :
Penggantian karena kebutuhan, misalnya barang wakaf berupa masjid dan
tanahnya, apabila telah rusak dan tidak mungkin lagi di gunakan, maka tanahnya
dijual untuk membeli barang lain yang dapat menggantikannya. hal ini di
perbolehkan karena apabila barang asal sudah tidak dapat lagi di gunakan sesuai
tujuan, maka dapat di ganti dengan barang lain
Penggantian karena kepentingan yang lebih kuat. hal ini di perbolehkan menurut
imam Ahmad dan ulama lainnya. Imam Ahmad beralasan bahwa Umar bin
Khattab r.a. pernah memindahkan masjid kufah yang lama ke tempat yang baru
dan tempat yang sama itu di jadikan pasar bagi pejual kurma. ini adalah contoh
penggantian barang wakaf berupa tanah. adapun penggantian barang wakaf berupa
bangunan. Khalifah umar bin Khattab dan Usman bin Affan pernah membangun
Masjid Nabawi tanpa mengikuti bentuk (bangunan) pertama dan memberi
tambahan bentuk baru. oleh sebab itu, di perbolehkan mengubah bangunan wakaf
dari bentuk lama ke bentuk yang baru asalkan menjadi lebih baik
5. Macam-Macam Wakaf
Macam wakaf terbagi atas dua bentuk yakni pertama wakaf keluarga atau wakaf
ahli yakni wakaf yang khusus diperuntukkan bagi orang-orang tertentu, seorang atau
lebih, baik ia keluarga wakif maupun orang lain. Kedua, wakaf umum yakni wakaf
yang diperuntukkan bagi kepentigan atau kemaslahatan umum.
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu
menafkahkan sebagian dari apa yang kamu cintai.” (Q.S. Ali Imran (3): 92)
ْن ُع َم َر رض ى هللا عنهم ا َق ا َل ِ َح َّد َث َنا م َُس َّد ٌد َح َّدث َنا َي ِز ْي ُد بْنُ ُز َري ٍْع َح َّدث َنا ابْنُ َع ْو ٍن َعنْ َناف ٍِع َعنْ اب
ْت أَرْ ضً ا لَ ْم أُصِ بْ َم االً َق ٌّط َ َاب ُع َم ُر ِب َخ ْي َب َر أَرْ ضً ا َفأ َ َتى ال َّن ِبيَّ صلى هللا عليه وسلم ف َقا َل أ
ُ صب َ ص َ َأ
َص َّد َق ُع َم ُر أَ َّن ُه ال َ ص َّد ْق
َ ت ِب َه ا" َف َت ْ َت أ
َ ص لَ َها َو َت َ ت َحب َّْس َ ْف َتأْ ُم ُرنِى ِب ِه َقا َل "إِنْ ِش ْئ َ أَ ْن َف
َ س ِم ْن ُه َف َكي
ْن
ِ الض يْفِ َواب َ هللا َو ِ ب َوفِى َس ِبي ِْل ِ فِى ْالفُ َق َرا ِء َو ْالقُرْ َبى َوالرِّ َق ا،ثُ ُي َبا ُع أَصْ لُ َها َوالَ ي ُْو َهبُ َوالَ ي ُْو َر
َ اح َعلَى َمنْ َولِ َي َها أَنْ َيأْ ُك َل ِم ْن َها ِبال َمعْ ر ُْوفِ أَ ْو ي ُْط ِع َم
. ص ِد ْي ًقا َغي َْر ُم َت َموِّ ٍل فِ ْي ِه َ الس َِّبي ِْل َوالَ ُج َن
Telah bercerita kepada kami Musaddad telah bercerita kepada kami Yazid bin
Zurai' telah bercerita kepada kami Ibnu 'Aun dari Nafi' dari Ibnu 'Umar
radliallahu 'anhuma berkata; 'Umar mendapatkan harta berupa tanah di
Khaibar lalu dia menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata: "Aku
mendapatkan harta dan belum pernah aku mendapatkan harta yang lebih
berharga darinya. Bagaimana Tuan memerintahkan aku tentangnya?" Beliau
bersabda: "Jika kamu mau, kamu pelihara pohon-pohonnya lalu kamu shadaqahkan
(hasil) nya". Maka 'Umar menshadaqahkannya, dimana tidak dijual
pepohonannya tidak juga dihibahkannya dan juga tidak diwariskannya, (namun
dia menshadaqahkan hartanya itu) untuk para fakir, kerabat,. untuk
membebaskan budak, fii sabilillah (di jalan Allah), untuk menjamu tamu dan
ibnu sabil. Dan tidak dosa bagi orang yang mengurusnya untuk memakan
darinya dengan cara yang ma'ruf (benar) dan untuk memberi makan teman-
temannya asal bukan untuk maksud menimbunnya
َ َع َْن أَبِي ه َُري َْرةَ رضي هللا عنه أَ َّن َرسُو َل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وسلم ق
ُ ( إِ َذا َماتَ اَ ِإل ْن َسانُ اِ ْنقَطَ َع َع ْنه: ال
) ُح يَ ْدعُو لَه َ أَوْ َولَ ٍد، أَوْ ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه، اريَ ٍة
ٍ َصال ِ ص َدقَ ٍة َج ٍ ََع َملُهُ إِالَّ ِم ْن ثَال
َ :ث
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Apabila ada orang meninggal dunia terputuslah amalnya kecuali
dari tiga hal, yaitu: Sedekah jariyah (yang mengalir), atau ilmu yang bermanfaat,
atau anak shaleh yang mendoakan untuknya."
b) Memanfaatkan harta atau barang tempo yang tidak terbatas, Kepentingan diri sendiri
sebagai pahala sedekah jariah dan untuk kepentingan masyarakat Islam sebagai upaya
dan tanggung jawab kaum muslimin.
c) Mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi, Wakaf biasanya
diberikan kepada badan hukum yang bergerak dalam bidang sosial kemasyarakatan.
Kepemilikan atas barang wakaf harus memenuhi rukun wakaf yakni adanya wakif,
maukuf alaih, barang wakaf dan lafadz ikrar. Lafadz wakaf harus diikrarkan dihadapan pihak
yang berwenang.
Barang wakaf pada dasarnya tidak boleh dipindahgunakan atau dialihkan namun bila
terjadi ketidaksesuaian antara ikrar awal wakaf dengan keadaan barang wakaf maka
alihpenggunaan tersebut diperbolehkan demi melihat kemaslahatan yang mungkin bias
dicapai.
Persetujuan maupun penolakan atas pengajuan pengalihan penggunaaan barang wakaf
serta perubahan status harus dibuat secra tertulis oleh pihak yang berwenang.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah di Indonesia, Jakarta: CV. Rajawali, 1992
H. Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan
Wakaf, Jakarta: UI, 1988.
http://iethafairuz.blogspot.co.id/2014/11/hadis-wakaf.html
https://rumaysho.com/12119-hadits-wakaf-01-wakaf-termasuk-amal-jariyah.html
http://adjiewijaya.blogspot.co.id/2015/02/hadits-tentang-waqaf.html
http://www.slideshare.net/HARI_RUSLI2/wakaf-serta-dalilnya-dalam-alquran-dan-alhadits
https://seputarwakaf.wordpress.com/tentang-wakaf/dalil-tentang-wakaf/
http://hukumwakaf.blogspot.co.id/2012/10/hukum-wakaf-dan-ketentuan-ketentuan-nya.html
http://www.harafimulki.com/2015/02/pengertian-wakaf-dan-ketentuan-ketentuannya.html
http://juraganmakalah.blogspot.co.id/2013/03/wakaf.html
http://suherman111.blogspot.co.id/2011/11/makalah-wakaf.html