0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
509 tayangan12 halaman
Kodifikasi Hadis/Sunnah dalam bentuk kitab mengenal beberapa format utama seperti al-Jami’, al-Musnad, Sunan, Mustadrak, Mustakhraj, dan Takhrij. Format-format tersebut masing-masing memiliki ciri khas penyusunan dan pengelompokan hadis berdasarkan kriteria tertentu seperti materi, sanad, atau tujuan penyempurnaan.
Kodifikasi Hadis/Sunnah dalam bentuk kitab mengenal beberapa format utama seperti al-Jami’, al-Musnad, Sunan, Mustadrak, Mustakhraj, dan Takhrij. Format-format tersebut masing-masing memiliki ciri khas penyusunan dan pengelompokan hadis berdasarkan kriteria tertentu seperti materi, sanad, atau tujuan penyempurnaan.
Kodifikasi Hadis/Sunnah dalam bentuk kitab mengenal beberapa format utama seperti al-Jami’, al-Musnad, Sunan, Mustadrak, Mustakhraj, dan Takhrij. Format-format tersebut masing-masing memiliki ciri khas penyusunan dan pengelompokan hadis berdasarkan kriteria tertentu seperti materi, sanad, atau tujuan penyempurnaan.
kegiatan periwayatan Hadist mulai berkembang, sejalan dengan banyaknya ulama yang tertarik untuk menulis fatwa-fatwa dari para Sahabat dan Tabiin dalam permasalahan-permasalahan yang timbul pada waktu itu. Dan untuk mengantisipasi hilangnya Hadist-Hadist nabi, karena adanya Hadist-Hadist palsu yang menyebar di kalangan sahabat yang wafat dalam menegakkan agama Allah, maka usaha penulisan dan kodifikasi (tadwin) Hadist semakin keras di lakukan para ulama di kalangan Tabiin. Kodifikasi atau tadwin Hadist, artinya ialah pencatatan, penulisan, atau pembukuan Hadist. Secara individual, seperti diuraikan dalam pembahasan diatas, pencatatan telah dilakukan oleh para Sahabat sejak zaman Rasul SAW. Akan tetapi yang dimaksud dalam pembahasan ini, ialah kodifikasi secara resmi berdasarkan perintah khalifah, dengan melibatkan beberapa personil yang ahli dalam masalah ini. Bukan yang dilakukan secara perseorangan atau untuk kepentingan pribadi, seperti yang terjadi pada masa-masa sebelumnya,. dalam pembahasan kodifikasi Hadist adalah, bahwa kodifikasi Hadist ini terjadi pada akhir qurun partama, dan pembahasan tentang kaidah-kaidah kodifikasi Hadist belum ditulis pada waktu itu, akan tetapi hanya dikonsep dalam hati para penulis, dan di hati mereka terdapat Hadist- Hadist pilihan sebelum masa kodifikasi. Pun pula para perowi. Usaha kodifikasi Hadist yang pertama ini yang dipimpin oleh khalifah Umar bin abdul Aziz ( khalifah bani umayyah VIII ), Intruksi khalifah yang pertama ini pertama kali di sampaikan pada Abu Bakr bin Muhammad ibn mr ibn Hazm ( Gubernur Madinah ), ia mengirim instruksi yang lainnya, Ibn Syihab al-Zuhri adalah orang yang pertama yang melaporkan pengumpulan Hadist pada permulaan abad ke-2 Kemudian disusul oleh ulama yang lain bersamaan dengan kegiatan Ulama dalam bidang Ilmu-ilmu agama lainya. Masa Pentashihan Hadist Pada perterngahan abad kedua dan awal abad ketiga hijriyah, muncul ulama-ulama besar yang menekuni spesialisasi Ilmu Hadist. mereka meneliti setiap perowi Hadist yang bersangkutan (Rijal al- Hadist ). Masa pentashihan atau penyaringan Hadist terjadi ketika pemarintah dipegang oleh dinasti Bani Abbasiyah, khususnya sejak masa Al-Mamun sampai dengan Al-Mutadir (sekitar tahun 201-300 H ). Masa abad ketiga Hijriyah ini disebut masa kegemilangan dan kecemerlangan kekhidmatan pada Hadist Rasulullah. Masa Penyempurnaan sistem penulisan Hadis Penyusunan kitab-kitab pada masa ini lebih mengarah pada usaha mengembangkan beberapa variasi pen-tadwinan terhadap kitab- kitab yang sudah ada. setelah munculnya Kutub al-Sittah, Al- Muwattha Malik bin Anas, dan al-musnad Ahmad bin Hanbal, para ulama mengalihkan perhatian untuk menyusun kitab-kitab Jawami (mengumpulkan kitab-kitab Hadist dalam satu karya), Kitab Syarh (kitab komentar dan uraian), kitab Mukhtashar (kitab ringkasan), men-Takhrij (mengkaji sanad dan mengembalikan pada sumbernya), menyusun kitab athraf (menyusun pangkal-pangkal suatu Hadist sebagai petunjuk kepada materi Hadist secara keseluruhan), dan penyusunan kitab Hadist untuk topik-topik tertentu. Kalau pada abad pertama, kedua dan ketiga, Hadist mengalami berturut-turut periwayatan,penulisan, dan penyaringan dari fatwa- fatwa para sahabat dan tabiin, dan Hadist yang telah didewan oleh ulama Mutaqoddimin (ulama abad I sampai III ) tersebut mengalami sasaran baru , yakni di hafal dan diselidiki sanadnya oleh ulama mutaakhkhirin (ulama abad IV dan seterusnya). Abad keempat ini adalah abad pemisah antara ulama mutaqoddimin, yang dalam penyusunan kitab Hadist mereka berusaha sendiri menemui para sahabat atau tabiin penghafal Hadist kemudian meneliti sendiri dengan ulama mutaakhirin yang usahanya menyusun kitab-kitab Hadist, mereka hanya menukil dari kitab- kitab ulama mutaqaddimin. Usaha ulama ahli Hadist pada abad V dan seterusnya adalah ditujukan untuk mengklasifikasikan Hadist dengan menghimpun Hadist-Hadist yang sejenis kandungannya atau sejenis sifat-sifat isinya dalam kitab Hadist. Di samping itu mereka pada men-syarahkan (menguraikan dengan luas), dan meng-ikhtishar (meringkaskan) kitab-kitab Hadist yang telah disusun oleh ulama yang mendahuluainya. Kodifikasi Hadist/Sunnah dalam bentuk kitab mengenal beberapa macam format. Berikut ini penjelasan singkat beberapa format kitab hadis yang populer: Al-Jami
Format kitab al-jami adalah kitab koleksi hadis yang melengkapi
ke 8 (delapan) materi pokok hadis, yaitu materi aqaid, hadis hukum, al-riqaq (suluk dan perikehidupan zuhud), adab al-mufrad (etika perorangan), materi tafsir, tarikh dan sirah, materi al- syamail (tata cara bepergian, duduk dan berdiri), ramalan fitnah, manaqib (biografi) keluarga Nabi/Khulafa al-Rasyidin/tokoh- tokoh shahabat. Al-Musnad Kitab koleksi hadis dinyatakan berformat musnad apabila koleksi hadis (sunnah) ditertibkan berdasarkan atas nama panggilan sahabat perawinya. Ada beberapa cara yang dianut oleh kitab musnad, berdasar persatuan kabilah (suku bangsaan rawi) atau berdasar rangking nasab. Sunan Kitab hadis berformat sunan mengkhususkan diri pada koleksi hadis marfu dan sama sekali tidak memberikan tempat pada atsar. Mustadrak Istidrak (akar kata mustadrak) berarti susulan. Kitab hadis format mustadrak muncul sesudah berlaku kodifikasi hadis berformat sunan. Motifasi utama kelahiran kitab mustadrak adalah asumsi bahwa belum tentu seluruh hadis/sunnah bermutu shahih telah tertampung dalam kutubussattah (sunan al-sittah), karenanya perlu upaya menyusuli (istidrak) guna memperkaya hasanah hadis bermutu shahih. Mustakhraj Kitab hadis berformat mustakhraj adalah kitab yang oleh penyusunnya dimaksudkan sebagai upaya peningkatan derajat keluhuran sanad, tidak diarahkan untuk menguji/mendeteksi legalitas maupun otentisitas hadis. Kitab format mustakhraj menyajikan sistem tansmisi (sanad) hadis yang berbeda dengan sanad yang ada untuk matan yang sama. Takhrij Format takhrij mirip sekali dengan resensi, yakni upaya mengeluarkan hadis-hadis yang termuat sebagai dasar rujukan (referensi tesktual) oleh kalangan ulama dalam aneka disiplin keilmuan Islam. TERIMAKASIH