Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PUASA
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Fiqh Ibadah
Dosen Pengampu : Mushbihah Rodliyatun, S.Pd.I, M.Pd.I

Disusun oleh :
1. Ade Surya Sasmita Nugraha (23010160079)
2. Suci Nur Indraswari (23010200024)
3. Wafiq Faruq Arrasyid (23010200027)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta taufiq-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini.
Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembacanya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini. Dan kami memohon maaf, karena tentu dalam penyusunan makalah
ini masih banyak kekurangan dan kesesuaian dari apa yang diharapkan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami terima agar menjadi lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum warahmatuallahi wabarakatuh

Salatiga, 08 April 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

A. Pengertian Puasa..........................................................................................................3

B. Syarat dan Rukun Puasa..............................................................................................3

C. Macam-Macam Puasa.................................................................................................5

D. Sunah-Sunah Berpuasa..............................................................................................10

E. Hal-Hal Yang Membatalkan Puasa...........................................................................11

F. Hari Yang Diharamkan Untuk Berpuasa..................................................................11

G. Hikmah Menjalankan Puasa......................................................................................11

BAB III PENUTUP..................................................................................................................16

A. Kesimpulan................................................................................................................16

B. Saran..........................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Puasa merupakan rukun Islam yang ketiga. Puasa berarti menahan diri dengan
niat beribadah dari makan, minum, hawa nafsu dan dari segala hal yang dapat
membatalkannya, mulai dari terbit fajar sampai tenggelamnya matahari1. Puasa
merupakan ibadah yang telah lama berkembang dan dilaksanakan oleh manusia
sebelum Islam2. Puasa merupakan ibadah yang diperintahkan Allah swt. kepada
seluruh agama langit yang pernah hadir di muka bumi ini. Tidak mengherankan
apabila puasa telah dipraktikkan oleh manusia sepanjang sejarah peradabannya,
terlepas dari perbedaan tata cara pelaksanaannya. Di samping itu, puasa juga telah
dilakukan manusia dengan berbagai motivasi yang berbeda. Ada orang yang berpuasa
untuk memperoleh kesehatan, mengurangi berat badan, mendapatkan ilmu tertentu
bahkan lebih jauh dari itu ada yang berpuasa untuk mencapai kedalaman spiritual
dengan mensucikan jiwa dari kecenderungan hawa nafsu3. Puasa merupakan ibadah
yang memiliki keistimewaan dibandingkan dengan ibadah-ibadah yang lain, seperti
dituntutnya pelaku untuk benar-benar ikhlas melakukannya, karena ibadah puasa
boleh dikatakan sebagai ibadah yang sifatnya rahasia, maka puasa hanya dapat
dilaksanakan dengan baik oleh orang-orang yang beriman saja.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan puasa?


2. Apa saja syarat dan rukun puasa?
3. Apa saja macam-macam puasa?
4. Apa saja sunah-sunah dalam berpuasa?
5. Apa saja hal-hal yang dapat membatalkan puasa?
6. Kapan saja waktu diharamkan untuk berpuasa?
7. Apa saja hikmah dari puasa?

C. Tujuan Penulisan

1
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensido, 2014), hal. 220
2
Prof. Dr. Tgk. M. Hasbi Ash-Shiddieqy,Pedoman Puasa (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009), hal. 1
3
Azhari Akmal Tarigan, 40 Pesan Ramadhan Agar Puasa Lebih Bermakna (Jakarta: Siraja Prenada Media
Group, 2008), hal. 15.

1
1. Untuk mengetahui pengertian puasa.
2. Untuk mengetahui syarat dan rukun puasa.
3. Untuk mengetahui macam-macam puasa.
4. Untuk mengetahui sunah-sunah dalam berpuasa.
5. Untuk mengetahui hal-hal yang dapat membatalkan puasa.
6. Untuk mengetahui waktu yang diharamkan untuk berpuasa.
7. Untuk mengetahui hikmah berpuasa.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Puasa

Puasa (shaumu), menurut bahasa adalah “menahan dari segala sesuatu”,


seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan
sebagainya. Sedangkan menurut istilah, puasa adalah menahan diri dari sesuatu yang
membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya
matahari dengan niat dan beberapa syarat.4
Menurut Muhammad Asad, puasa adalah the obstinence of speech memaksa
diri untuk tidak bercakap-cakap dengan perkataan yang negatif, contohnya seperti
memfitnah, berbohong, mencaci maki, mengadu domba dan sebagainya.
Menurut Yusuf Al Qardawi, puasa sebagai sarana pensucian jiwa dan raga dari
segala hal yang memberatkan dalam kehidupan dunia sekaligus bentuk manifestasi
rasa ketaatan seseorang dalam melaksanakan perintah Allah swt, dalam hal
meninggalkan segala larangan untuk melatih jiwa dalam rangka menyempurnakan
ibadah kepadaNya.
Menurut Syeikh Mansur Ali Nashif, puasa dapat menjadi benteng dan
pemelihara dari perbuatan-perbuatan maksiat. Dikatakan demikian karena puasa dapat
menghancurkan nafsu syahwat, bahkan dapat memelihara dari pelakunya dari api
neraka.

Dasar Hukum Puasa:

Dasar hukum disyariatkannya ibadah puasa adalah, berdasarkan al-Qur'an,


hadits dan ijma' ulama'.

Dasar hukum dari al-Qur'an adalah :

ِّ ‫يَ ٰـٓأَيُّ َها ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُو ْا ُكتِ َب َعلَ ۡيڪُ ُم ٱل‬ 
َ‫صيَا ُم َك َما ُكتِ َب َعلَى ٱلَّ ِذينَ ِمن قَ ۡبلِڪُمۡ لَ َعلَّ ُكمۡ تَتَّقُون‬
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (al-
Baqarah : 183)

B. Syarat dan Rukun Puasa

4
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algensido, 2014), hal. 220

3
1. Syarat Wajib Puasa, artinya syarat yang apabila telah dimiliki seseorang, maka ia
wajib puasa.
a. Beragama Islam
b. Berakal
Orang gila, pingsan dan tidak sadarkan diri karena mabuk, maka tidak
wajib puasa.
Jika seseorang hilang kesadaran ketika puasa, maka puasanya tidak sah.
Namun jika hilang kesadaran lalu sadar di siang hari dan ia dapati waktu
siang tersebut walau hanya sekejap, maka puasanya sah. Kecuali jika ia
tidak sadarkan diri pada seluruh siang (mulai dari shubuh hingga
tenggelam matahari), maka puasanya tidak sah.
c. Baligh
1) Tanda-tanda Baligh untuk laki-laki :
a) Ihtilam (Keluar mani ketika sadar atau tertidur)
b) Tumbuhnya bulu kemaluan.
2) Tanda-tanda Baligh untuk wanita:
a) Datangnya Haid
b) Hamil
d. Mampu melaksanakan puasa.
2. Syarat Sah Puasa, ialah sesuatu yang harus ada sebelum melakukan ibadah.
Apabila salah satu syarat tersebut tidak ada maka puasanya batal.5
a. Islam
b. Mumayyiz (dapat membedakan mana yang baik dan buruk)
c. Suci dari haid dan nifas
d. Dalam waktu yang diperbolehkan puasa
e. Tidak ada hal yang membatalkannya.6
3. Rukun Puasa
Rukun puasa artinya satu amalan yang harus dipenuhi ketika seseorang
menjalankan puasa. Jika rukun tidak dipenuhi, maka puasanya menjadi tidak sah
atau batal.
a. Niat

5
Sholeh, Fikih 4. (Sidoarjo : Media ILmu, 2007), hal. 3.
6
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam. (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 1998), hal.221.

4
Niat untuk berpuasa puasa sebaiknya dilakukan pada malam hari, atau
selambat-lambatnya sebelum terbit fajar.
b. Menahan diri dari segala yang membatalkan sejak terbit fajar sampai
tenggelam matahari.7

C. Macam-Macam Puasa

1. Puasa Wajib

Ialah puasa yang apabila dilaksanakan mendapat pahala dan apabila


ditinggalkan mendapat dosa.
a) Puasa Ramadhan, yaitu puasa yang wajib dilakukan pada bulan
Ramadhan.
Niat puasa Ramadhan:
‫سنَ ِة ِهللِ تَ َعالَى‬
َّ ‫ضانَ ه ِذ ِه ال‬
َ ‫ش ْه ِر َر َم‬ ِ ‫ص ْو َم َغ ٍد عَنْ اَدَا ِء فَ ْر‬
َ ‫ض‬ َ ُ‫نَ َويْت‬
Artinya: “Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban di
bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah Ta'ala.”

Adapun Hadis yang menerangkan kewajiban berpuasa antara lain adalah


Hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar, yaitu:

‫صالَ ِة َوإِ ْيتَا ِء ال َّز َكا ِة‬ ُ ‫ش َها َد ِة أَنْ الَإِلَهَ إِالَّ هللاُ َو أَنَّ ُم َح َّمدًا َر‬
َّ ‫س ْو ُل هللاِ َوإِقَ ِام ال‬ َ ‫س‬ٍ ‫سالَ ُم َعلَى َخ ْم‬ ْ ‫بُنِ َي اإل‬
َ‫ضان‬َ ‫ص ْو ِم َر َم‬ ِ ‫َو َح ِّج ا ْلبَ ْي‬
َ ‫ت َو‬
Artinya: “Islam dibangun atas lima pekara. (1) Persaksian bahwa tiada
Tuhan selain Allah, dan Muhammad Rasul Allah, (2) mendirikan shalat,
(3) mengeluarkan zakat, (4) melaksanakan ibadah haji, dan (5) berpuasa
Ramadhan”. (HR Bukhari dan Muslim).
Berdasarkan dalil di atas ulama sepakat bahwa puasa Ramadan itu wajib
dilaksanakan setiap muslim. Demikian juga halnya dengan kewajiban
ibadah puasa Ramadhan. Bagi kaum muslimin yang memenuhi syarat
wajib puasa , syariat memberikan ketentuan bahwa diperbolehkan bagi
mereka berbuka puasa Ramadhan dengan alasan–alasan atau sebab-sebab
tertentu.
Adapun sebab-sebab boleh meninggalkan ibadah puasa Ramadhan
adalah sebagaimana berikut:
1. Orang sakit
7
Mahmud Sani, Fiqih. (Surabaya : CV. MIA, 2008), hal. 50-51.

5
2. Orang musafir
3. Orang tua yang lemah
4. Orang yang bekerja berat
5. Wanita hamil yang menyusui
b) Puasa Kafarat, adalah puasa sebagai penebusan yang dikarenakan
pelanggaran terhadap suatu hukum atau kelalaian dalam melaksanakan
suatu kewajiban, sehingga mengharuskan seorang mukmin
mengerjakannya supaya dosanya diampuni, bentuk pelanggaran dengan
kafaratnya antara lain :
1. Apabila seseorang melanggar sumpahnya dan ia tidak
mampu memberi makan dan pakaian kepada sepuluh orang
miskin atau membebaskan seorang roqobah, maka ia harus
melaksanakan puasa selama tiga hari.
2. Apabila seseorang secara sengaja membunuh seorang
mukmin sedang ia tidak sanggup membayar uang darah
(tebusan) atau memerdekakan roqobah maka ia harus
berpuasa dua bulan berturut-turut.
3. Apabila dengan sengaja membatalkan puasanya dalam
bulan Ramadhan tanpa ada halangan yang telah ditetapkan,
ia harus membayar kafarat dengan berpuasa lagi sampai
genap 60 hari.8
c) Puasa Nadzar, puasa yang tidak diwajibkan oleh Tuhan, begitu juga tidak
disunnahkan oleh Rasulullah saw., melainkan manusia sendiri yang telah
menetapkannya bagi dirinya sendiri untuk membersihkan (Tazkiyatun
Nafs) atau mengadakan janji pada dirinya sendiri bahwa apabila Tuhan
telah menganugerahkan keberhasilan dalam suatu pekerjaan, maka ia akan
berpuasa sekian hari. Mengerjakan puasa nazar ini sifatnya wajib. Hari-
hari nazar yang ditetapkan apabila tiba, maka berpuasa pada hari-hari
tersebut jadi wajib atasnya dan apabila dia pada hari-hari itu sakit atau
mengadakan perjalanan maka ia harus meng-qadha pada hari-hari lain dan
apabila tengah berpuasa nazar batal puasanya maka ia bertanggung jawab
mengqadhanya. Puasa Nazar memiliki banyak cakupannya, ada yang

8
Muhammad jawad Mughnoyah, Fiqih Lima Mazhab, cet vii,(Jakarta: PT Lentera Basritama, 2001), hal: 167

6
dengan puasa, tidak bicara, sedekah, atau bahkan menjauhi kemaksiatan.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.:
ِ ‫َمنْ نَ َذ َر أَنْ يُ ِطي َع هَّللا َ فَ ْليُ ِط ْعهُ َمنْ نَ َذ َر أَنْ يُ ِطي َع هَّللا َ فَ ْليُ ِط ْعهُ َو َمنْ نَ َذ َر أَنْ يَ ْع‬
ِ ‫صيَهُ فَاَل يَ ْع‬
‫صه‬

Artinya: “Siapa yang bernazar akan mematuhi perintah Allah, hendaklah


dipatuhi-Nya. Sebaliknya, siapa yang bernazar akan mendurhakai Allah,
janganlah mendurhakai-Nya.” (HR.Bukhari)9
Dari Hadis di atas dapat dipahami bahwa boleh melakukan nazar jika
yang berkiatan dengan hal-hal yang dapat mematuhi perintah Allah Saw.
Seperti, bernazar untuk berpuasa jika mendapat nilai tertinggi. Adapun yang
tidak boleh bernazar jika tujuannya untuk mendurhakai atau menjauhkan dari
Allah Swt.
2. Puasa Sunah, adalah puasa yang dilaksanakan pada hari-hari sepanjang tahun,
kecuali hari-hari yang dilarang untuk berpuasa. Puasa sunah ini juga memiliki hari-
hari yang ditentukan. Selain dari pada itu, puasa sunah merupakan puasa yang
apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak
berdosa. Puasa sunah ini di bagi menjadi beberapa bagian, diantara sebagai berikut:

a) Puasa 6 hari di bulan Syawal.


Puasa enam hari di bulan Syawal adalah puasa sunah yang
dilakukan setelah hari raya Idulfitri selama masih berada di Bulan Syawal.
Puasa ini bisa dimulai pada tanggal 2 Syawal selama enam hari berturut-
turut atau secara acak. Namun berbeda dengan penganut mazhab Imam
Syafii, mereka lebih memilih untuk melakukannya secara berturut-turut
(tanpa) jeda.
b) Puasa Pada Hari-Hari Putih
Puasa pada hari-hari putih adalah puasa yang dilakukan pada
tanggal 13, 14, 15 di bulan Hijriah. Puasa ini juga sering disebut dengan
puasa ayyamul bid (puasa putih).
c) Puasa hari Senin dan hari Kamis.
Puasa Senin-Kamis merupakan puasa kesukaan Rasulullah Saw.
dan para sahabatnya. Puasa ini menjadi ciri khas dari umat Muhammad
Saw. sebagai amalan puasa sunah, dibandingkan umat-umat yang lainnya.

9
Al-Hafizh ‘Abdul ‘Azhim bin ‘Abdul Qawi Zakiyuddin Al-Mundziri, Mukhtashar Shahih Muslim, (Jakarta:
Puastaka Amani, 1994), Jilid I, h. 337.

7
Sebagaimana diketahui, perintah puasa sebenarnya sudah datang dari
umat-umat terdahulu. Ada beberapa Nabi yang mengamalkan puasa
khusus, sehingga menjadi ciri khas amalan puasanya.
Salah satunya adalah puasa Daud yang dilakukan oleh Nabi Daud
As. Sedangkan, puasa Senin-Kamis ini menjadi karakter Rasulullah Saw.
dan umatnya sampai akhir zaman.10
d) Puasa hari Arafah (Tanggal 9 Dzulhijjah atau Haji).
Puasa Arafah merupakan puasa yang dilakukan pada tanggal 9
Zulhijjah. Puasa ini memiliki keutamaan yang semestinya tidak
ditinggalkan oleh seorang muslim. Puasa ini dilakukan bertepatan dengan
para jamaah haji yang sedang wukuf di Padang Arafah. Namun, bagi
mereka yang sedang melakukan wukuf, tidak diperkenankan untuk
berpuasa pada tanggal ini, karena pada saat sedang melakukan wukuf,
mereka membutuhkan tenaga yang sangat banyak, dan tentu saja puasa
arafah akan sangat menganggu ibadah wukuf mereka.
e) Puasa Asyura (tanggal 9 dan 10 bulan Muharam)
Puasa Asyura adalah puasa sunah yang dilakukan pada tanggal 10
Muharam (lebih baik bila dilakukan selama dua hari, yaitu 9 dan 10
Muharam). Bila memilih dua hari, maka seharusnya kita berpuasa sejak
tanggal 9 Muharam. Dalam suatu riwayat, Rasulullah Saw. pernah bercita-
cita untuk melakukan puasa Asyura sejak tanggal 9 Muharam.
f) Puasa nabi Daud as. (satu hari berpuasa satu hari berbuka)
Puasa Daud merupakan puasa khusus amalannya Nabi Daud.
Menurut pengertiaanya, puasa Daud dapat diartikan sebagai puasa sunnat
yang dikerjakan dengan cara sehari berpuasa, kemudian sehari berbuka.
Puasa ini merupakan puasa sunah yang paling afdhal dan tidak ada lagi
puasa yang afdhal selain itu.
Disamping itu, puasa ini juga tergolong berat. Oleh karena puasa
ini dikerjakan secara berkelanjutan terus-menerus dan hanya dibatasi jeda
sehari (menurut peraturan sunahnya) untuk tidak puasa. Jadi, sehari
berpuasa dan hari berikutnya tidak, begitu seterusnya.
g) Puasa bulan Rajab, Sya’ban dan pada bulan-bulan suci.

10
M. Yusuf Abdurrahman, Akibat-Akibat Fatal Meremehkan Puasa Senin Kamis, (Jogjakarta:
DIVA Press, 2013), h. 13.

8
Bulan Sya’ban adalah bulan yang disukai untuk memperbanyak
puasa sunnat. Dalam bulan ini, Rasulullah Saw. memperbanyak puasa
sunnat. Bahkan beliau hampir berpuasa satu bulan penuh, kecuali satu atau
dua hari di akhir bulan saja agar tidak mendahului Ramadan dengan satu
atau dua hari puasa sunah.

3. Puasa Makruh, yaitu puasa yang dilaksanakan atas dasar kesanggupan yang tidak
dianjurkan oleh Rasulullah Saw yang apabila ditinggalkan lebih baik dan utama.

a) Puasa pada hari Jumat secara tersendiri, Berpuasa pada hari Jumat
hukumnya makruh apabila puasa itu dilakukan secara mandiri. Artinya,
hanya mengkhususkan hari Jumat saja untuk berpuasa.
Abu Hurairah ra. berkata, bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
ُ‫صو َمنَّ أَ َح ُد ُك ْم يَ ْو َم ا ْل ُج ُم َع ِة إِال يَ ْو ًما قَ ْبلَهُ أَ ْو بَ ْع َده‬
ُ َ‫ال ي‬
Artinya: “Janganlah seorang dari kalian berpuasa pada hari Jum'at
kecuali dibarengi dengan satu hari sebelum atau
sesudahnya.”(HR.Bukhari)11
b) Puasa sehari atau dua hari sebelum bulan Ramadhan.
Dalam sebuah riwayat dijelaskan tentang sebuah Hadis, Rasulullah
Saw. bersabda:

ُ َ‫ص ْو ًما فَ ْلي‬


ُ‫ص ْمه‬ ُ َ‫ص ْو ِم يَ ْو ٍم َوالَ يَ ْو َم ْي ِن إِالَّ َر ُج ٌل َكانَ ي‬
َ ‫صو ُم‬ َ ‫الَ تَقَ َّد ُموا َر َم‬
َ ِ‫ضانَ ب‬

Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda: “Janganlah


kamu berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadan, kecuali bagi orang-
orang yang memang biasa berpuasa. Maka baginya diperbolehkan.” (HR.
Muslim)12

4. Puasa Haram, adalah puasa yang apabila dilakukan maka berdosa. Puasa yang
diharamkan tersebut antara lain:

a) Puasa Wishal

11
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah al-Bukhari, Shahih Bukhari, Bab As-Shaum Jilid II,
(Istanbul: Dar Sahnun, 1413 H/1992), h. 248.
12
mam Abu Husein Muslim bin Hajjaj Al Qusyairi An Naisaburi, Shahih Muslim, (Semarang: CV. Asy Syifa’,
1993), jilid 2, h. 299.

9
Puasa wishal adalah menyambungkan puasa sehari setelah ia berpuasa
tanpa berbuka antara keduanya.13

b) Puasa pada Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha

Mengenai puasa pada hari Idul Firti dan Idul Adha dapat dilihat dalam
sebuah riwayat, dikisahkan bahwa Umar bin Khattab berkata:

ِ ْ‫صيَا ِم ِه َما يَ ْو ُم فِ ْط ِر ُك ْم ِمن‬


، ‫صيَا ِم ُك ْم‬ ِ ْ‫سو ُل هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – عَن‬ ُ ‫َه َذا ِن يَ ْو َما ِن نَ َهى َر‬
ُ ُ‫اآلخ ُر تَأْ ُكلُونَ فِي ِه ِمنْ ن‬
‫س ِك ُك ْم‬ َ ‫َوا ْليَ ْو ُم‬

Artinya: “Sesungguhnya pada dua hari ini, Rasulullah Saw. melarang


untuk berpuasa pada keduanya, namun merupakan hari berbuka sehabis
puasa dan hari untuk makan sembelihan kurban.” (HR. Bukhari)

c) Berpuasa pada Hari Syak (Yang Meragukan)

Yang dimaksud di sini adalah tidak boleh mendahulukan puasa satu


atau dua hari sebelum Ramadan dalam rangka hati-hati mengenai
masuknya bulan Ramadan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

ُ َ‫صيَا ًما قَ ْبلَهُ فَ ْلي‬


ُ‫ص ْمه‬ ُ َ‫ش ْه َر بِيَ ْو ٍم َوالَ يَ ْو َم ْي ِن إِالَّ أَ َح ٌد َكانَ ي‬
ِ ‫صو ُم‬ َّ ‫الَ يَتَقَ َّد َمنَّ أَ َح ٌد ال‬

Artinya: “Janganlah kalian mendahului Ramadan dengan berpuasa


satu atau dua hari sebelumnya, kecuali bagi seseorang yang terbiasa
mengerjakan puasa pada hari tersebut maka berpuasalah.” (HR. An
Nasai no. 2173, dari Abu Hurairah)

d) Puasa Hari Tasyrik

Hukum berpuasa saat Hari Tasyrik, yaitu pada tanggal 11,12 dan 13
Dzulhijjah menurut syariat Islam adalah dilarang. Dimana pada hari-hari
tersebut, umat muslim tidak diperkenankan atau dilarang melaksanakan
ibadah puasa. Hal itu juga sama halnya dengan larangan berpuasa saat dua
Hari Raya, yakni Idul Fitri maupun Idul Adha.

13
Abdullah Salim Umar Bahammam, Fiqih Ibadah Bergambar, (Jakarta: Mutiara Publishing, 2014), h. 184.

10
Dilarangnya berpuasa pada hari Tasyrik pun dijelaskan dalam hadis,
berikut kutipannya:

‫يق‬ ْ َّ‫ يَ ْو ُم ع ََرفَةَ َويَ ْو ُم النَّ ْح ِر َوأَيَّا ُم الت‬:‫سلَّ َم‬


ِ ‫ش ِر‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬َ ِ‫سو ُل هللا‬ ُ ‫ُع ْقبَةَ بْنَ عَا ِم ٍر قَا َل قَا َل َر‬
)‫ب (رواه أبو داود‬ ٍ ‫سالَ ِم َو ِه َى أَيَّا ُم أَ ْك ٍل َوش ُْر‬
ْ ‫ِعي ُدنَا أَ ْه َل ا ِإل‬

Artinya: “Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir, bahwa Rasulullah


SAW bersabda: hari Arafah (9 Dzul Hijjah), hari Idul Adha (10
DzulHijjah) dan hari-hari Tasyrik merupakan hari raya kita umat Islam.
Hari-hari tersebut merupakan hari makan dan minum.”(HR. Abu Daud).

D. Sunah-Sunah Berpuasa

Sunnah-sunnah dalam puasa dapat menambah nilai ibadah puasa yang sudah
sah hingga lebih tinggi nilainya. Sunnah-sunnah puasa meliputi:

1. Menyegerakan berbuka puasa jika yakin bahwa matahari telah


terbenam.
2. Berbuka dengan yang manis-manis, contohnya kurma serta minum air
putih.
3. Ber’doa pada waktu berbuka puasa.
4. Makan sahur.
5. Mengakhirkan makan sahur.
6. Memberi makan kepada orang yang berbuka puasa.
7. Memperbanyak bersedekah jariyah.
8. Memperbanyak membaca Al-Qur’an dengan memahami artinya.14

E. Hal-Hal Yang Membatalkan Puasa

1. Masuknya cairan ke rongga perut melalui hidung seperti obat hirup, atau yang
masuk melalui mata atau telinga seperti obat tetes mata atau obat tetes telinga,
dan yang masuk melalui dubur atau kemaluan seperti injeksi.

2. Adanya air yang masuk ke rongga perut karena terlalu bersungguh – sungguh
didalam berkumur dan memasukkan air ke hidung baik pada waktu berwudhu
maupun pada waktu lainnya

14
Achmad Farichi, Agama Islam kelas 5. (Jakarta : Yudhistira, 2005), 100.

11
3. Keluarnya mani karena terus menerus melihat isterinya, atau terus menerus
mengangankan persetubuhan atau karena mencium isteri atau karena
bersentuhan badan dengan isteri

4. Memuntah – muntahkan dengan sengaja

5. Orang yang makan dan minum karena menyangka masih berada diwaktu
malam, kemudian dia mengetahui bahwa ternyata saat itu sudah terbit fajar

6. Orang yang makan dan minum karena menyangka sudah masuk waktu malam
hari, lalu dia mendapatkan kepastian bahwa saat itu masih siang

7. Orang yang makan atau minum karena lupa, kemudian di tidak

menghentikannya ketika ingat.

F. Hari Yang Diharamkan Untuk Berpuasa

Puasa adalah salah satu amalan yang dijalankan umat Islam sebagai bekal
pahala di akhirat kelak. Dalam Islam, ada lima hari yang dilarang untuk berpuasa,
yakni pada Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, serta hari Tasryik. Hari Tasyrik sendiri
jatuh pada 11, 12, dan 13 Zulhijjah. Tiga hari tersebut adalah hari-hari setelah Hari
Raya Idul Adha yang jatuh pada 10 Zulhijjah.

G. Hikmah Menjalankan Puasa

Allah SWT mewajibkan kepada seluruh hamba-Nya untuk berpuasa karena


puasa sendiri merupakan salah satu rukun Islam, sebagai mana sabda Rasulullah yang
artinya:

”Dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah Saw. bersabda: ”Islam dibangun diatas lima

tlandasan), persaksian tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya

Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan

puasa Ramadan” (HR. Bukhari).15

Puasa adalah ibadah yang merupakan rahasia antara seorang hamba dengan

Allah SWT, tidak ada yang mengetahui puasanya kecuali dirinya sendiri dan Allah

15
Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari Syarah Shahih Al Bukhari, (Beirut-Lebanon : Dar Al- Kotob Al-
Ilmiyak 2003), Juz IV, h. 68.

12
SWT. Sehingga puasa mempunyai pahala yang melimpah karena merupakan bentuk

pendekatan seorang hamba dalam mencari ridha Allah SWT.16

Selain mendapat pahala, segala sesuatu yang Allah SWT perintahkan kepada

hambanya tidak ada yang sia-sia semuanya memiliki manfaat. Begitu pula dengan

puasa. Para ilmuwan juga menganggap bahwa puasa merupakan suatu fenomena

kehidupan alami yang menjadikan kehidupan manusia lurus, sehat, dan sempurna.

Maka disini nampak jelas hikmah dari puasa. Karena puasa membantu makhluk hidup

untuk beradaptasi dengan makanan yang sedikit. Puasa juga dapat melindungi dan

menyembuhkan makhluk hidup dari berbagai penyakit secara efektif.17 Diantara

hikmah dari berpuasa antara lain:

1. Meningkatkan Ketaqwaan pada Allah SWT

Bentuk taqwa dalam ibadah puasa dapat dilihat dari hal-hal berikut:

 Orang yang berpuasa akan meninggalkan stiap larangan dalam berpuasa


seperti makan, minum, berjima’ dengan istri dan sebagainya. Berpuasa berarti
mengontrol hawa nafsu sesuai dengan perintah Alah SWT. Hal ini dilakukan
untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan ridha-Nya.

 Orang yang berpuasa sebenarnya bisa melakukan berbagai kesenangan


duniawi. Namun, karena menyadari bahwa Allah Maha Mengetahui maka ia
menekan segala keinginan itu secara sadar dan sukarela.

 Orang yang berpuasa juga akan senang melakukan berbagai amalan yang
menunjukkan ketaatan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT.

2. Latihan Mengontrol Hawa Nafsu

Puasa secara langsung melatih diri dan jiwa untuk mengontrol hawa nafsu.
Dengan berpuasa karena Allah seseorang diharapkan mampu menguasai dan
mengontrol hawa nafsunya dalam melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang.
16
Ahmad bin Abdul Aziz Al-HushaiiL Ruh Puasa dan maknanya, (Surabaya: Pusataka elBA, 2008), h.
391.
17
Ibid. h. 385.

13
Ketika sedang berpuasa alangkah baiknya kita menghabiskan waktu untuk
mengerjakan hal-hal positif yang bermanfaat yang dapat menciptakan kebaikan
dan kebahagiaan dunia akhirat.

3. Berusaha Merubah Diri Menjadi Lebih Baik

Dalam keadaan berpuasa seseorang cenderung lebih termotivasi untuk selalu


berbuat baik kepada sesama dan menjauhi larangan Allah. Hal ini terjadi karena
jika kita tetap saja tergoda untuk melakukan perbuatan maksiat atau tercela, maka
ibadah ang kita lakukan akan berkurang nilainya.

4. Ikut Merasakan yang Dialami Orang yang Kurang Mampu

Ketika berpuasa orang akan merasa kelaparan dan kehausan. Dengan ini
seseorang akan merasakan apa yang selama ini dirasakan oleh orang-orang
miskin, fakir, dan hidupnya penuh kekurangan. Dengan merasakan semua itu
membuat kita dapat lebih memiliki empati dan simpati kepada mereka yang
kurang beruntung. Sehingga nantinya kita bisa membantu mereka agar dapat
merasakan apa yang selama ini kita rasakan sebagai orang yang hidup
berkecukupan.

5. Baik Bagi Kesehatan

Beberapa ilmuwan telah mempelajari dan menemukan bahwa puasa


mempunyai manfaat bagi Kesehatan diantaranya:

a. Ibnu Sina, seorang filosof dan dokter muslim yang masyhur mewajibkan puasa
sebagai unsur penting dalam penyembuhan penyakit cacar dan penyakit
kelamin. Menurutnya, puasa merupakan salah satu sarana efektif untuk
melepaskan beberapa mikroorganisme dalam tubuh. Ini disebabkan karena
puasa mengandung unsur yang dapat menghancurkan sel-sel yang telah rusak
untuk kemudian dibangunnya kembali menjadi sel-sel yang baru.

Pada prinsipnya Ibnnu Sina adalah sosok dokter jasmani dan psikolog rohani
yang menjadi teladan bagi segenap dokter dan psikolog dunia. Pengobatannya
tidak melulu dengan obat herbal dan kimia. Justru Ibnu Sina sering menelaah
sejumlah rutinitas ibadah seperti shalat dan puasa yang diperintahkan Allah
SWT.

14
b. Shelton dalam bukunya tentang puasa, “Le Jeunu” dan riset yang dilakukan
oleh Lutzner H. dalam bukunya yang berjudul “Kembali Hidup Sehat dengan
Puasa” yang diterjemahkan oleh Dokter Thahir Ismail. Berikut adalah
beberapa manfaat puasa, yaitu:

 Puasa adalah bentuk relaksasi agar dapat melakukan perbaikan terhadap


kerusakan yang terjadi pada anggota tubuh.

 Puasa merupakan cara untuk membersihkan racun yang tertumpuk di dalam


tubuh ataupun racun yang baru masuk melalui makanan yang
terkontaminasi.

 Puasa adalah alat untuk meremajakan dan mengembalikan vitalitas pada


berbagai macam sel dan jaringan dalam tubuh.

 Puasa dapat melancarkan proses pencernaan dan memudahkan penyerapan


sari-sari makanan serta menstabilkan proses masuknya makanan secara
berlebihan.

 Puasa adalah teknik pengobatan yang manjur dan paling sedikit resikonya
dalam mengobati berbagai macam penyakit yang terus berkembang. Puasa
meringankan beban dalam sistem sirkulasi, begitu juga dapat menurunkan
kadar lemak dan asam urat dalam darah.

c. Seorang peneliti dari Lembaga Pengkajian Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur’an


dan As-Sunnah yaitu Dr. ‘Abdul Jawwad As-Shawi mengatakan bahwa Ketika
berpuasa akan terjadi dua peristiwa penting dalam tubuh. Pertama,
rekonstruksi (penyusunan ulang) sel-sel tubuh. Puasa memiliki peran efektif
untuk memelihara aktivitas dan fungsi-fungsi sel hati, yang kemudian sangat
berpengaruh dalam percepatan pembaharuan sel-sel hati dan semua sel tubuh.
Kedua, pembersihan tubuh dari racun, pada saat berpuasa lemak-lemak yang
disimpan dalam tubuh dalam jumlah besar dipindahkan ke hati sehingga
dioksidasi dan dimanfaatkan oleh hati. Dari proses ini keluarlah racun-racun
yang meleleh didalamnya, kandungan racunnya dimusnahkan, kemudian
dibersihkan Bersama kotoran-kotoran tubuh. Pada saat puasa, aktivitas sel-sel
itu berada di puncak kemampuannya untuk melaksanakan fungsi-fungsinya,

15
maka ia memakan bakteri yang sebelumnya telah diserang oleh antibody
secara serentak.18

18
Muhammad Albani, Berobat dengan Sedekah, (Solo: Insan Kamil, 2007), h. 60.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dikerjakan oleh hamba
Allah yang bertakwa, didalamnya banyak terdapat manfaat bagi jasmani dan rohani.
Puasa sendiri dibagi menjadi beberapa macam, yakni puasa wajib, puasa sunah, puasa
makruh, dan puasa haram.

Puasa wajib yakni puasa yang wajib dikerjakan yang dilaksakan akan
mendapat pahala dan bila tidak dikerjakan mendapat dosa. Puasa sunah yakni puasa
yang apabila dikerjakan mendapat pahala, dan apabila ditinggalkan tidak apa-apa.
Puasa makruh yakni puasa yang bila dikerjakan tidak mendapat dosa, apabila
ditinggalkan lebih baik dan utama. Dan yang terakhir puasa haram, yakni puasa yang
apabila dikerjakan akan mendapat dosa, dan bila ditinggalkan akan mendapat pahala.

Puasa dilaksanakan pada hari-hari selain yang telah diharamkan dan dalam
menjalankannya harus menghindari hal-hal yang dapat membatalkan puasa,
diantaranya muntah dengan sengaja, makan dan minum dengan sengaja, dan lain
sebagainya.

B. Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini


tetapi penulis menyadari bahwa makalah di atas banyak sekali terdapat kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar penulis bisa memperbaiki dan menyempurnakan makalah di atas.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. Yusuf, Akibat-Akibat Fatal Meremehkan Puasa Senin Kamis.


Jogjakarta:
Akmal Tarigan, Azhari, 40 Pesan Ramadhan Agar Puasa Lebih Bermakna. Jakarta:
Siraja Prenada Media Group, 2008.

Al Asqalani, Ibnu Hajar, Fathul Baari Syarah Shahih Al Bukhari. Beirut-Lebanon :


Dar Al- Kotob Al-Ilmiyak 2003, Juz IV.
Albani, Muhammad, Berobat dengan Sedekah. Solo: Insan Kamil, 2007.
al-Mughirah al-Bukhari, Muhammad bin Ismail bin Ibrahim, Shahih Bukhari, Bab As-
Shaum Jilid II. Istanbul: Dar Sahnun, 1413 H/1992.
An Naisaburi, Abu Husein Muslim bin Hajjaj Al Qusyairi, Shahih Muslim. Semarang:
CV. Asy Syifa’, 1993, jilid 2.
Aziz Al-Hushail, Ahmad bin Abdul, Ruh Puasa dan maknanya. Surabaya: Pusataka
elBA, 2008.
Farichi, Achmad, Agama Islam kelas 5. Jakarta : Yudhistira, 2005.
Mughnoyah, Muhammad jawad, Fiqih Lima Mazhab, cet vii, Jakarta: PT Lentera
Basritama, 2001.
Prof. Dr. Tgk. M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Puasa. Semarang: Pustaka Rizki
Putra, 2009.
Qawi Zakiyuddin Al-Mundziri, Al-Hafizh ‘Abdul ‘Azhim bin ‘Abdul, Mukhtashar
Shahih Muslim. Jakarta: Puastaka Amani, 1994, Jilid I.
Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensido, 2014.
Rasjid, Sulaiman, Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1998.
Sani, Mahmud, Fiqih. Surabaya: CV. MIA, 2008.
Sholeh, Fikih 4. Sidoarjo: Media Ilmu, 2007.
Umar Bahammam, Abdullah Salim, Fiqih Ibadah Bergambar, Jakarta: Mutiara
Publishing, 2014.

18

Anda mungkin juga menyukai

  • Mentahan Kwu
    Mentahan Kwu
    Dokumen6 halaman
    Mentahan Kwu
    Suci Nur Indraswari
    Belum ada peringkat
  • Macam-Macam Istihsan
    Macam-Macam Istihsan
    Dokumen3 halaman
    Macam-Macam Istihsan
    Suci Nur Indraswari
    Belum ada peringkat
  • K.10 Istihsan
    K.10 Istihsan
    Dokumen8 halaman
    K.10 Istihsan
    Suci Nur Indraswari
    Belum ada peringkat
  • Edgar Dale
    Edgar Dale
    Dokumen11 halaman
    Edgar Dale
    Suci Nur Indraswari
    Belum ada peringkat
  • Audio
    Audio
    Dokumen3 halaman
    Audio
    Suci Nur Indraswari
    Belum ada peringkat
  • Bab - Viii SK Revisi
    Bab - Viii SK Revisi
    Dokumen10 halaman
    Bab - Viii SK Revisi
    Suci Nur Indraswari
    Belum ada peringkat
  • Uas Psi
    Uas Psi
    Dokumen3 halaman
    Uas Psi
    Suci Nur Indraswari
    Belum ada peringkat
  • Fiqh 1
    Fiqh 1
    Dokumen2 halaman
    Fiqh 1
    Suci Nur Indraswari
    Belum ada peringkat
  • Materi Fiqih
    Materi Fiqih
    Dokumen10 halaman
    Materi Fiqih
    Suci Nur Indraswari
    Belum ada peringkat
  • PUASA Kel.4
    PUASA Kel.4
    Dokumen20 halaman
    PUASA Kel.4
    Suci Nur Indraswari
    Belum ada peringkat
  • K.8 Hakekat Nabi Dan Rasul New..
    K.8 Hakekat Nabi Dan Rasul New..
    Dokumen14 halaman
    K.8 Hakekat Nabi Dan Rasul New..
    Suci Nur Indraswari
    Belum ada peringkat
  • AKHLAQ TERCELA - Hadist (Kel.7) New
    AKHLAQ TERCELA - Hadist (Kel.7) New
    Dokumen12 halaman
    AKHLAQ TERCELA - Hadist (Kel.7) New
    Suci Nur Indraswari
    Belum ada peringkat
  • K.8 Perjanjian Aqabah
    K.8 Perjanjian Aqabah
    Dokumen9 halaman
    K.8 Perjanjian Aqabah
    Suci Nur Indraswari
    Belum ada peringkat